• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekstraksi Benda Asing di Bronkus dan Esofagus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Ekstraksi Benda Asing di Bronkus dan Esofagus"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 2 y Juni 2007 156

Ekstraksi Benda Asing di Bronkus dan Esofagus

Harry A. Asroel

Departemen Ilmu Penyakit THT-KL

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik, Medan

Abstrak: Benda asing di dalam suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama anak-anak karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya bahkan sering bermain atau menangis pada waktu makan. Benda asing dalam esofagus dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan nafas. Gejala sumbatan benda asing di saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan saluran napas ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang paling aman dan trauma yang minimal.

Kata kunci: benda asing, semua umur, ekstraksi benda asing

Abstract: Foreign bodies in the organ are things that comes from out of the human body or even from the human body itself, which isn’t been there normally. Foreign bodies in the upper respiratory tract can be happened to any ages, especially children, because they often put anything in their mouth more over they laugh or cry while they are eating. Foreign bodies in the esophagus can cause a dangerous condition like obstruction and pressure to upper respiratory tract. The symptoms of obstruction from foreign bodies in the upper respiratory tract depend on the location of obstruction, size and shape of foreign bodies, degree of obstruction and their characteristics. In principle, foreign bodies in the esophagus and upper respiratory tract should be extracted as soon as possible by endoscopic approach with safe condition and minimal traumatic. Keywords: foreign bodies, any ages, foreign bodies extraction

PENDAHULUAN

Benda asing di esofagus dapat berupa benda tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena

tertelan secara sengaja atau tidak sengaja1

. Lokasi tersangkut biasanya pada salah satu

tempat penyempitan fisiologis esofagus1,2

. Penyebabnya adalah kebiasaan makan dan minum terburu-buru serta cara penyediaan

makanan yang kurang tepat3

. Secara klinis masalah yang timbul akibat benda asing esofagus dapat dibagi dalam golongan anak

dan dewasa1

. Faktor predisposisi pada anak antara lain belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada kelompok usia 6 bulan – 1

tahun1

. Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau pemakai gigi palsu yang telah kehilangan

sensasi rasa (tactile sensation) dari palatum

dan pada penderita gangguan jiwa1

. Gejala

yang timbul berupa rasa tercekik (choking),

rasa tersumbat di tenggorok (gagging),

disfagia, muntah1

.

Benda asing di saluran napas (trakeobronkial) dapat merupakan benda asing eksogen atau endogen. Benda asing eksogen terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan, tulang, dan lain-lain; dan zat anorganik seperti peniti, jarum dan lain-lain. Benda asing endogen contohnya krusta,

mekonium dan lain-lain4

.

LAPORAN KASUS

(2)

Harry A. Asroel Ekstraksi Benda Asing di Bronkus dan Esofagus

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 2 y Juni 2007 157

Benda asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama anak-anak karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya, bahkan sering bermain

atau menangis pada waktu makan5

.

Aspirasi benda asing adalah suatu hal yang sering ditemukan dan ditangani dalam situasi

gawat darurat5

. Aspirasi benda asing dapat menyebabkan berbagai perubahan mulai dari gejala yang minimal dan bahkan tidak disadari, sampai gangguan jalan napas dan dapat

menimbulkan kematian6

.

Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Diagnosis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu,

tiba-tiba timbul rasa tercekik (choking),

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti radiologi dan endoskopi4,7-9

.

Secara prinsip, benda asing di saluran napas dan esofagus ditatalaksana dengan

pengangkatan segera secara endoskopik dalam

kondisi yang paling aman dan trauma yang

minimum1,4

. Benda asing di traktus trakeobronkial dikeluarkan secara bronkoskopi, menggunakan bronkoskop kaku atau serat optik; begitu juga dengan benda asing di esofagus dikeluarkan secara esofagoskopi menggunakan esofagoskop kaku serta menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing itu1,4,6,7

. Tindakan bronkoskopi

harus segera dilakukan, apalagi bila benda

asing bersifat organik karena benda asing organik seperti kacang-kacangan mempunyai sifat higroskopik, mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air serta menyebabkan

iritasi pada mukosa4

.

Kami laporkan satu kasus benda asing di bronkus pada seorang balita laki-laki dan satu kasus benda asing di esofagus pada seorang wanita dewasa yang berhasil di ekstraksi secara bronkoskopi dan esofagoskopi.

LAPORAN KASUS

Kasus 1 (MR: 22-45-21)

Seorang balita laki-laki berumur 23 bulan, N, dibawa orangtuanya ke IGD RSUP. H. Adam Malik Medan pada tanggal 17 Oktober 2002 sekitar pukul 14.00 WIB membawa surat pengantar dari sejawat spesialis THT

dengan keluhan sesak napas. Dari allo anamnesis diketahui bahwa penderita terhirup kacang tanah sejak malam sebelumnya (16 Oktober 2002, sekitar jam 20.00 wib) dimana saat itu penderita nonton TV sembari mengunyah kacang dan melompat-lompat. Kemudian penderita tersedak diikuti batuk-batuk dan selanjutnya sesak napas. Penderita dibawa orangtuanya ke UGD RS swasta dan ditangani oleh dokter umum. Oleh dokter tersebut hanya diberi obat dan dikatakan bahwa balita ini tidak apa-apa lalu disuruh pulang. Orangtua penderita merasa tidak puas dan membawa anaknya ke praktek dokter spesialis anak (sekitar jam 22.00 wib). Oleh spesialis anak, penderita disuruh menjalani pemeriksaan foto rontgen dada di salah satu RS swasta lainnya. Setelah menjalani pemeriksaan foto rontgen dada, penderita dianjurkan kembali keesokan harinya untuk mengambil hasil foto. Ketika penderita dibawa orangtuanya mengambil hasil foto pada tanggal 17 Oktober sekitar jam 10.00 wib, dokter UGD RS tersebut merujuk penderita ke spesialis THT, lalu spesialis THT tersebut mengirim penderita ke RSUP. H. Adam Malik.

Status presens:

- Kesadaran: compos mentis, Nadi:

108x/menit, Temp.: afebris BB 12 kg

- RR: 44x/menit, sianosis (+) jika penderita menangis, stridor (+).

Status lokalisata:

Telinga, hidung dan tenggorok dalam batas normal. Pemeriksaan laringoskopi indirek sulit dilakukan.

Hasil foto rontgen dada: tidak tampak kelainan radiologis dari cor dan pulmo.

Diagnosis sementara:

Susp. benda asing di saluran napas.

Terapi:

Ekstraksi benda asing secara bronkoskopi dengan anestesi umum.

Penderita dipuasakan

Dilakukan ekstraksi benda asing secara bronkoskopi pada tanggal 17 Oktober 2002 sekitar jam 17.00 wib. KU penderita post bronkoskopi: baik.

(3)

Laporan Kasus

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 2 y Juni 2007 158

Terapi post bronkoskopi (advis dari Departemen Kesehatan Anak):

- IVFD Dextrose 5% + Na Cl 0,225% 16

tetes/menit (mikro).

- Inj. Cefotaxime 300mg/12 jam

- Inj. Dexametason 5 mg/12 jam

- Paracetamol sirup 3 x cth I

Pada follow up tanggal 18 Oktober 2002 tidak dijumpai keluhan lagi dari penderita dan penderita diizinkan untuk PBJ.

Kasus 2 (MR: 29-68-35)

Seorang wanita berumur 35 tahun, RUB, datang ke IGD RSUP. H. Adam Malik Medan pada tanggal 22 Februari 2006 sekitar pukul 9.00 wib dengan keluhan tertelan gigi palsu yang dialami penderita sekitar 1 jam sebelum datang ke rumah sakit. Saat itu penderita makan secara terburu-buru sehingga tanpa disadarinya gigi palsu yang dipakainya ikut tertelan dan tersangkut di kerongkongan. Penderita merasa ada yang mengganjal di kerongkongan dan mencoba mengeluarkan namun tidak berhasil. Tidak didapati batuk-batuk dan sesak nafas.

Status presens:

- Kesadaran: compos mentis Nadi: 72x/menit Temp.: afebris

- RR: 20x/menit, Tekanan Darah: 110/70 mmHg.

Status lokalisata:

Telinga, hidung dan tenggorok dalam batas normal. Pemeriksaan laringoskopi indirek menunjukkan adanya stase ludah pada sinus piriformis.

Foto rontgen leher menunjukkan adanya bayangan radioopak setentang C.VI-VII, kesan adanya benda asing di esofagus.

Diagnosis sementara: Benda asing di esofagus.

Terapi:

Ekstraksi benda asing secara esofagoskopi dengan anestesi umum.

Penderita dipuasakan

Dilakukan ekstraksi benda asing secara esofagoskopi pada tanggal 22 Februari 2006

sekitar pukul 13.30 wib. KU penderita post esofagoskopi: baik.

Terapi post esofagoskopi:

- IVFD Ringer Laktat 20 tetes/menit.

- Inj. Ampisilin 1 gr/6 jam.

- Inj. Dexametason 1 ampul/12 jam (1 hari

saja).

- Inj. Tramadol 1 ampul/8 jam (kapan

perlu).

Pada follow up tanggal 23 dan 24 Februari 2006 tidak dijumpai keluhan lagi dari penderita dan penderita diizinkan untuk PBJ.

Diskusi

Di bagian THT FK UNPAD/RS Hasan Sadikin Bandung selama tahun 1998 terdapat 10 kasus benda asing di traktus trakeobronkial, 5 diantaranya terdapat di bronkus kanan, 1 di bronkus kiri dan sisanya terdapat di laring dan trakea5

. Di bagian THT FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan dari tahun 1999-2002 terdapat 7 kasus benda asing di traktus trakeobronkial dimana 5 kasus terdapat di bronkus dan 2 kasus di trakea.

Faktor yang predisposisi terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran napas antara lain faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan,dll), kegagalan mekanisme proteksi yang normal (keadaan tidur, kesadaran menurun, dll), faktor kejiwaan (emosi dan gangguan psikis) dan faktor kecerobohan (makan/minum tergesa-gesa, makan sambil bermain, meletakkan benda asing di mulut, memberikan kacang atau permen pada anak

yang gigi molarnya belum lengkap)4,7

.

Diagnosis benda asing pada kasus ini berdasarkan anamnesis (adanya riwayat makan kacang sambil melompat-lompat, tersedak, batuk-batuk dan sesak napas) dan gejala klinis (frekwensi napas 40x/menit dan dispnea), sedangkan dari pemeriksaan foto polos dada tidak dijumpai adanya bayangan radioopak pada saluran napas, hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa benda asing kacang-kacangan bersifat radiolusen dan belum menunjukkan gambaran radiologis yang berarti jika dibuat pemeriksaan foto polos <

24 jam kejadian4

.

Pada waktu ekstraksi benda asing terjadi kesulitan dimana pada ekstraksi pertama di pangkal bronkus kiri, massa pecah dan masuk ke bronkus kanan. Setelah massa di bronkus

(4)

Harry A. Asroel Ekstraksi Benda Asing di Bronkus dan Esofagus

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 2 y Juni 2007 159

kiri berhasil dikeluarkan, lalu bronkoskop dimasukkan kembali untuk melakukan ekstraksi pada bronkus kanan.

Pada kasus ini ada 3 hal yang menjadi masalah, yaitu:

1. Terlalu lamanya waktu antara benda asing masuk ke bronkus dengan mulai dilakukannya tindakan bronkoskopi + 21 jam.

2. Lamanya persiapan untuk tindakan bronkoskopi, di mana penderita tiba di

IGD sekitar jam 14.00 wib → tindakan

bronkoskopi baru bisa dilakukan pada jam 17.00 WIB karena petugas yang terkait tidak berada di tempat.

3. Alat-alat yang masih sangat sederhana (tidak komplit).

Pada kasus ke 2, tertelannya gigi palsu karena faktor kelalaian penderita yang makan dengan terburu-buru, juga karena posisi gigi palsu yang telah longgar/tidak melekat kuat ditempatnya. Saat dilakukan tindakan esofagoskopi, tampak gigi palsu berada di daerah C.VI-VII melewati daerah krikofaring.

KESIMPULAN

Telah dilaporkan satu kasus benda asing kacang tanah di bronkus kiri pada seorang balita laki-laki yang berhasil di ekstraksi secara bronkoskopi dan satu kasus benda asing gigi palsu di esofagus seorang wanita dewasa yang berhasil di ekstraksi secara esofagoskopi, dimana kedua tindakan ini berhasil baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Junizaf MH. Benda asing di esofagus. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi kelima, Jakarta, Balai penerbit FK UI, 2001: 248-51.

2. Burton M, Leighton S, Robson A, et al. Hall & Colman’s Diseases of the Ear, Nose

and Throat, 15th

edition, Edinburgh, Churchill Livingstone, 2000: 217.

3. Asroel HA, Aboet A. Penanganan benda asing daging pada esophagus dengan enzim proteolitik. Kumpulan abstrak PIT Perhati-KL, Palembang, 2001: 180.

4. Junizaf MH. Benda asing di saluran napas. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi kelima, Jakarta, Balai penerbit FK UI, 2001: 218-23.

5. Kurnaidi WG, Purwanto TB. Benda asing pada bronkus. Dalam: Kumpulan naskah ilmiah KONAS PERHATI XII, Semarang 28-30 Oktober 1999: 426-33.

6. Munter DW, Gelford B. Foreign bodies, Trachea. Available from URL: http://www.emedicine.com/emerg/topic7 51.htm

7. Murray AD. Foreign bodies of the airway. Available from URL: http://www.emedicine.com/

ent/topic451.htm

8. Zawadzka-Gos L, Jakubowska A, Zajac B, et al. Foreign bodies of the airway in children. Available from URL: http://www.borgis.pl/czytelnia/new_med/ 2001/02/07.html

9. Lee KJ. Essential Otolaryngology: Head &

Neck Surgery, 7th

edition, Connecticut, Appleton & Lange, 1999: 902-3.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya pada indikator terjaminnya keamanan terhadap arsip termasuk kategori ³%DLN´ hal itu dapat dilihat dari 20 jawaban (40%) melalui 1 item pertanyaan yang

Dengan mempertimbangkan tentang biaya yang dibutuhkan serta alat-alat dan perlengkapan yang dibutuhkan, maka tidak setiap bidang yang tidak efisien dapat atau

Hal tersebut menjadikan BPM lebih memilih untuk tidak melayani pasien sebagai peserta Program Jampersal atau melayani pasien peserta Program Jampersal tetapi

Secara y on y atau dibandingkan dengan bulan Maret 2016 dengan penerbangan sebanyak 1.109 unit masih mengalami peningkatan sebesar 5,41 persen, yang disebabkan oleh

Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui tipe-tipe kesalahan, dan pemikiran disebalik siswa pada kelas VII SMP Negeri 3 Salatiga

vasospasm, elevated intracranial pressure (ICP) and the cardiopulmonary complications of brain injury. Neurocritical care units have developed to coordinate the management

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter film bioplastik protein kedelai – gliserol dan film bioplastik protein kedelai - gliserol - poliester amida,

Pada tahun 80-an organisasi non-pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menjadi mitra potensial dari pemerintah dalam memerangi kemiskinan. Melalui sektor