PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF HASAN
LANGGULUNG
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
SAMSUL MUN’IM 11111113
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
HALAMAN MOTO
“Berhati-hatilah, Dengan perkataan dan perbuatan, Jika sudah melukai hati seseorang, Bagai paku yg sudah menancap pada kayu walaupun sudah di jabut tetap membekas”
HALAMAN PERSEMABAHAN Skripsi ini saya persembahan untuk
1. Kedua orang tuaku, bapak SAMSI ibu SUMILAH yang telanh menjadi pahlawan dan malaikatku, terimakasih untaian do’a yang selalu tercurahkan, segala pengorbanan yang sungguh akan terbalas kelak disurga, serta nasihat dan
dukungan setiap hari dan jasamu yang tak ternilai dengan segalanya.bapak,ibuk
seorang petani akan tetapi mengingginkanya 3 anaknya menjadi seorang sarjana
semua atas keuletan bapak, ibuk alhamdulillah semuanya yang diinginkaya
tercapai
2. Kakak tercinta KUAT ISMANTO. M.Ag salah satu dosen dari IAIN
PEKALONGAN yang mengginginkan adiknya ini menjadi sarjana atas
dukunganya saya ucapkan terimakasih, sekarang adiknya bener-bener menjadi seorang sarjana terimakasih atas bantuan material do’a dan lain sebangainya
3. Adeku SUNANDAR ALWI yang telah duluan lulus di UIN JOGJA yang telah
mendukung dan supot saya agar menyelesaikan skripsi yang saya buat
4. Ponakanku TALITA AULIA DEWI dan KHUDAIFAL FATHUL FALAH
penyemangat dan teman bermain yang sangat lucu - lucu
5. Teman teman IAIN salatiga angkatan 2011 dulu kita bersama mengemban ilmu akan tetapi kelulusan lah yang menjadi pilihan masing” akan tetati semuanya pasti ada hikmahnya
6. Organisasi MAPALA MITAPASA yang selalu ada buat saya mulai dari senior
sampe adek- adek sampe generasi sekarng pun tetep dihati, karna mapala tidak
akan terlupakan dan terus menjadi keluarga saya sampe kapan pun.
7. Rekan- rekan satu angkatan yang berjuang untuk lulus ,
INTAN,HERI,USMAN,EHWAN dan yang lain kita berproses terlebih dahulu
baru menikmati hasilnya dikelak nanti ,amin
8. Terimakasih kepada dosen pembimbing yang sudi membimbingan mahasiswanya
ini sehingga bisa lulus
KATA PENGANTAR
نيحرلا نوحرلا الله نسب
نيدلاو ايندلا روها ىلع نيعتسن هبو نيولاعلا بر لله دوحلا
دوحه انديس نيلسرولاو ءايبن لاا فرشا ىلع م لاسلاو ةلاصلاو
نيعوجا هبحصو هلا ىلع و
Puji syukur kehadirat Allah SWT., Tuhan semesta alam yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Baginda Rasulullah
Muhammad SAW., manusia pilihan pembawa rahmat dan pemberi Syafaat di hari
kiamat.
Skripsi yang berjudul “PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF
HASAN LANGGULUNG” ini semoga memberi manfaat dan menginspirasi bagi
siapapun dan berkenan meluangkan waktu terbaiknya untuk membaca dan
merenungkannya. karya penulis yang proses penyelesaiannya tidak semudah yang
dibayangkan. Oleh karena itu, penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi
ini tidak semata-mata usaha dari penulis, melainkan atas bantuan dari berbagai
pihak. Dalam hal ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor IAIN (INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI) Salatiga
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruandan Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga
3. Terima kasih kepada dosen pembimbing Dr. M. Ghufron, M. Ag. Telah
menuntun agar terselesainya penelitian ini. Seluruh dosen Pendidikan Agama
Islam (PAI) yang telah bersedia memberi bekal ilmu, dan bertukar pikiran
ilmu, penulis menghaturkan terima kasih yang mendalam.
4. Terima kasih kepada keluarga besar Samsi yaitu bapak saya yang selalu
mendukung, mendorong, dan memberi semangat dalam pendidikan umum
maupun Islam, tidak lupa pula Ibu tercinta Sumilah yang selalu mendoakan
saya setiap saat. Kakak saya Kuat Ismanto dan Adik saya Muhammad
Sunandar Alwi yang selalu memberi arahan agar tercapai dan terselesainya
penelitian skripsi ini hanya bisa mengucapkan banyak-banyak terima kasih.
5. Terima kasih kepada seluruh pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu. Terima kasih atas bantuan terhadap penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini semoga bermanfaat, amin.
Atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak di atas, penelitian ini dapat
diselesaikan. Penulis hanya bisa berdoa, semoga semua pihak yang terkait dalam
penyusunan skripsi ini senantiasa mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah
SWT. Penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Penulis sangat menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini.
Salatiga, 13 Maret 2018
Penulis,
Samsul Mun’im
ABSTRAK
Mun’im, Samsul, 2018, Prinsip Pendidikan IslamPerspektif Hasan Langgulung. Skripsi. FakultasTarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam.Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M.Ag.
Kata kunci: Prinsip, Pendidikan, Islam
Pendidikan merupakan modal dasar atau titik sentral yang menjadi subyek pembangunan, karena pembangunan terutama ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya, terlebih lagi era sekarang ini sebagai era yang penuh dengan persaingan. Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui berbagai jalur diantaranya pendidikan.
Penelitian ini merupakan prinsip pendidikan Islam dalam upaya relevansi pendidikan Islam sekarang. Pertanyaan utama dalam penelitian adalah (1) Bagaimanakahprinsip pendidikan Islam perspektif Hasan Langgulung?, (2) Bagaimanakah relevansi pemikiran pendidikan Islam Hasan Langgulung dengan konteks pendidikan Islam sekarang?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan dan pengumpulan data dilakukan dengan buku-buku karya Hasan Langgulung dan yang mendekatinya yang kemudiaan di cari pemikiran tentang prinsip pendidikan Islam.
Hasil penelitian ini bahwa prinsip pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung adalah meningkatkan sumber daya manusia yang dimilikinya dengan potensi jasmani dan rohani yang ada pada manusia. Bahwa agama menjadi landasan pendidikan Islam agar terbentuknya insan saleh dan masyarakat saleh.Pendidikan Islam diera sekarang harus meningkatkan prinsip pendidikan Islam dengan manajemen pendidikan Islam khususnya kurikulum pendidikan.Prinsip pendidikan Islam mempunyai masalah yang tidak mungkin diselesaikanoleh sekelompok masyarakat. Problem utamanyaadalah kualitas pendidikan rendah, sehingga menghasilkan pendidikankualitas sumber daya manusia yang rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia mengimbas padarendahnya karakter bangsa. Oleh karena itu, masalah pendidikan agamaIslam menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa, tidakmemandang suku, ras dan agama. Untukmengatasi perkembangan zaman pendidikan agama Islam ditekankanpada tiga fungsi utamanya yaitu fungsi akademik, psikologis, danfungsi sosial sekaligus secara imbang dan padu. Manusia yang dapat mengembangkan prinsip pendidikan Islam dapat meningkatkan sumber daya
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C.Tujuan Penelitian ... 4
D.Kegunaan Penelitian ... 4
E. Metode Penelitian ... 4
F. Kajian Pustaka ... 8
G.Penegasan Istilah ... 10
H.Sistematika Penulisan ... 12
BAB II :BIOGRAFI HASAN LANGGULUNG ... 13
A.Riwayat Hasan Langgulung dan Keluarga ... 13
C.Karya ... 18
BABIII :PEMIKIRAN PRINSIP PENDIDIKAN ISLAMHASAN LANGGULUNG ... 21
A.Pengertian Pendidikan Islam ... 21
B. Prinsip Pendidikan Islam ... 24
C.Tujuan Pendidikan Islam ... 27
BAB IV : ANALISISPENDIDIKAN ISLAM MENURUT HASAN LANGGULUNG DAN RELEVANSI DENGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ERA SEKARANG 35
A. Analisis Pemikiran Pendidikan IslamMenurut Hasan Langgulung ... 35
B. Relevansi Pendidikan Islam Menurut Hasan Langgulung dengan Ranah PendidikanNasional ... 41
C. Relevansi Pemikiran Hasan Langgulung dengan Pendidikan Islam Sekarang ... 66
BAB V : PENUTUP ... 61
A.Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 62
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pengembangan pendidikan merupakan periotas utama yang harus
ditingkatkan khususnya pendidikan Islam, sehingga dengan demikian dapat
memiliki segala kemampuan yang dibutuhkan dalam pembangunan di segala
bidang. Pendidikan adalah hal penting yang menjadi sorotan semua bangsa,
karena dengan pendidikan dapat diketahui bangsa tersebut bermartabat atau tidak.
Pendidikan banyak mengajarkan kita tentang pentingnya kesadaran diri dalam
berbenah, memperbaiki tingkah laku, mampu mempunyai nalar yang kritis dan
mampu membaca segala perubahan yang sekali waktu dapat terjadi dan menuntut
kita untuk segera berubah dan beranjak dari ketertinggalan.
Apabila dikaitkan dengan pendidikan, maka prinsippendidikan dapat
sebagai kebenaran yang universal sifatnya danmenajadi dasar dalam merumuskan
perangkat pendidikan. Prinsippendidikan diambil dari dasar pendidikan, baik
berupa agamaatau ideologi negara yang dianut. Prinsip pendidikan Islam
jugaditegakkan di atas dasar yang sama dan berpangkal dari pandanganIslam
secara filosofis terhadap jagad raya, manusia, masyarakat,ilmu pengetahuan dan
akhlak.Pandangan Islam terhadap masalah-masalah tersebut, melahirkan berbagai
prinsip dalampendidikan Islam.
Pendidikan merupakan peran strategis dalam pembinaan kepribadian
manusia. Di dalam pendidikan, baik sekolah maupun madrasah, terjadi proses
berisikan berbagai bidang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat (Muhammad Faturrohman, 2012: 1).
Dalam hal lain Hasan Langgulung mendefinisikan pendidikan Islam
adalah suatu proses spiritual akhlaq yang berusaha membimbing manusia dan
memberinya nilai-nilai prinsip dan teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan
mempersiapkan kehidupan manusia di dunia dan akhirat (Abdul Khaliq dkk,
1999: 12).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa Hasan Langgulung
memandang pendidikan adalah proses pengajaran yang bertujuan menyeluruh,
baik transformasi pengetahuan, penghayatan dan penyadaran serta pembentukan
sikap atau prilaku. Dengan demikian, tujuan akhir pendidikan menurut Hasan
Langgulung adalah tercapainya berbagai ranah pengetahuan tersebut. Di samping
itu, pendidikan menurutnya adalah proses pengajaran yang dilakukan oleh
manusia kepada manusia, tidak terhadap makhluk hidup yang lain.
Memahami kondisi demikian, maka diperlukan konsep baru tentang
manusia yang mempunyai landasan yang kuat dan jelas, sehingga manusia
dipandang dan ditempatkan secara benar dalam artian sesungguhnya. Untuk itu
diperlukan mengenai prinsip pendidikan Islam yang berkualitas, sehingga
persoalan kritis kemanusiaan khususnya sumber daya manusia sekarang ini
diharapkan mendapat solusi alternatif dalam pemecahan permasalahan khususnya
Berdasarkan penjelasan di ataspendidikan adalah proses pengajaran yang
bertujuan menyeluruh, baik transformasi pengetahuan, penghayatan dan
penyadaran serta pembentukan sikap atau prilaku. Dengan demikian, tujuan akhir
pendidikanadalah tercapainya berbagai ranah pengetahuan tersebut. Di samping
itu, pendidikan menurutnya adalah proses pengajaran yang dilakukan oleh
manusia kepada manusia, tidak terhadap makhluk hidup yang lain.Pada gilirannya
dapat menolong dirinya untuk menghadapi berbagai tantangan hidup di era
modern yang penuh persaingan.
Apabila dikaitkan dengan kontek kontemporer yang masih dalam
pencarian jati dirinya, maka prinsip pendidikan Hasan Langgulung dapat menjadi
keilmuan yang perlu dikritisi bahkan dikaji kembali dalam aplikasinya pada
pendidikan di Indonesia pada umumnya. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti
bermaksud untuk mengetahui lebih jauh tentang relevansi pendidikan sekarang
dengan prinsip pendidikan Islam perspektif Hasan Langgulung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, bahwa peneliti dapat
menarik beberapa rumusan masalah diantara lainnya:
1. Bagaimana prinsip pendidikan Islam perspektif Hasan
Langgulung?
2. Bagaimana relevansi pemikiran pendidikan Islam Hasan
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan:
1. Megetahui prinsippendidikan Islam menurut HasanLanggulung.
2. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Hasan Langgulung dengan
pendidikan agama Islam diera sekarang.
D. Kegunaaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat, baik dari segi teoritis
maupun praktis yang berguna untuk memberikan sumbangan pelaksanaan
penelitian.
1. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan pemikiran
pendidikanIslam.
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
prinsippendidikan Islamperspektif Hasan Langgulung.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa metode. Adapun langkah-langkah
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagaiberikut:
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah dimana peneliti melakukan penelitian pustaka
atau library research, yaitu model penelitian yang datanya diperoleh
baik dalam bentuk buku, jurnal, artikel, internet maupun yang lainnya
yang memiliki keterkaitan dengan fokus permasalahan yang akan dibahas
(Suharsimi Arikunto, 2005: 244).
2. Sumber Data
Dalam pengambilan dan pengumpulan data penelitian
menggunakan metode dokumentasi. Data berupa buku, artikel, dokumen
dan lain sebagainya. Penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk
memberi gambaran penyajian laporan (Arikunto, 1987: 135). Sedangkan
data-data tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu primer dan sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang paling utama
digunakan dan sesuai dengan permasalahan dalam peneliti ini. Adapun
sumber data primer dalam penelitian ini adalah yaitu terdiri dari karya
Hasan Langgulung di antaranya: Manusia dan Pendidikan Pustaka
Alhusna, Pendidikan dan Peradapan Islam (Suatua Analisa
Sosio-Psikologi) Pustaka Alhusna, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan
Islam PT Al Ma‟arif , Asas-asas Pendidikan Islam Pustaka Alhusna,
Pendidikan Menghadapi Abad ke-21 Pustaka Alhusna, Kretivitas dan
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yang berupa sumber-sumber lainnya yang
relevan dengan pembahasan yang baik itu berupa buku-buku majalah,
artikel, makalah, dan hasil-hasil penelitian lainnya. Oleh karena itu sumber
lain akan menjadikan data tambahan dalam penelitian ini seperti
buku-buku, artikel, makalah ataupun yang lainnya yang sekiranya mendekatinya
(Marzuki, 1987: 55-56). Buku karangan Abudin Nata, Filsafat Pendidikan
Islam, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia dan
H.A.R. Tilaar, Pendidikan dalam Pembangunan Nasional Menyongsong
Abad XXI.
3. Analisa Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis isi (Content Analysis)
yaitu suatu tekhnik penelitian untuk membuat inferensi yang dapat ditiru
(Replicate) dan shahih data dengan mempertimbangkan konteksnya.
Dokumen yang dianalisis yaitu berupa informasi yang didokumentasikan
yang berupa tulisan yang terdapat objek penelitian ini. Maksudnya adalah
tekhnik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha untuk
menemukan karakristik pesan, yang penggarapannya dilakukan secara
objektif dan sistematik (Sumardi Suryabrata, 1983: 94).
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, maka teknik
analisa datanya menggunakan teknik analisa data pustaka, yang mana
rangka mengumpulkan, menyusun, menyajikan, menganalisis dan
memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan keterangan yang
berupa buku agar dapat memberikan pengertian dan makna tertentu. Untuk
menganalisis data penulis menggunakan beberapa metode, yaitu:
a. Metode Deskriptif
Metode deskriptif yaitu perumusan filsafat tersembunyi
dideskripsikan sedemikian rupa sehingga terus menerus ada referensi pada
masalah konkret sedetail-detailnya (Anton dan Achmadi, 1994: 112).
Peneliti melakukan analisis data dengan metode deskripsi, yaitu
menggambarkan pemikiran-pemikiran Hasan Langgulung tentang materi
yang terkait dengan penelitian.
b. Metode Analisis
Metode Analisis adalah data yang cara penanganan terhadap obyek
ilmiah dengan jalan memilih-milih antara pengertian yang satu dengan
pengertian yang lain untuk mendapatkan pengertian yang baru
(Sumargono, 1989: 21). Data yang terkumpul selanjutnya penulis analisa
dengan menggunakan teknik analisa data, dengan cara:
1) Kategorisasi
Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam
bagian-bagian yang memiliki kesamaan (Moleong, 2011: 288).
data-data tersebut. Peneliti melakukan kategorisasi dengan cara memilah
setiap data yang didapatkan setelah data didapatkan dari dokumen atau
buku-buku terkait peneliti menyatukan kesamaan dengan prinsip
pendidikan Islam perspektif Hasan Langgulung.
2) Sintesis
Sintesis adalah mencari kaitan antara satu kategori dengan kategori
yang lain agar bertemu titik permasalahan (Moleong, 2011: 289). Data
yang telah dikategorikan oleh peneliti kemudian dicari titik temu satu
sama lain dan kemudian disatukan dalam pembahasan yang sama sehingga
menjadi sebuah penjelasan yang utuh prinsip pendidikan Islam perspektif
Hasan Langgulung.
F. Kajian Pustaka
Untuk memastikan orisinilitas kajian ini, sangat penting kiranya
pemaparan beberapa karya ilmiah yang sudah ada. Sehingga dapat menjadi
masukan keadalam kajian pustaka guna memberi referensi dan mempermudah
peneliti untuk mengetahui hal-hal yang belum dibahas oleh peneliti sebelumnya,
karya-karya itu adalah sebagai berikut:
1. Skripsi Fauzi Abdullah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan
Kalijaga 2009, tentang Stategi Peningkatan Kualitas Sumber Daya
Manusia Berkualitas Menurut Pemikiran Hasan Langgulung (Perspektif
Pendidikan Islam). Seperti yang digambarkan dalam judul skripsi ini,
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, namun berbeda dengan
penilitian yang akan peniliti lakukan yaitu lebih fokus pada prinsip dan
relevansi pendidikan Islam Sekarang.
2. Skripsi Chaerul Anwar, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah 2009, yang berjudul Strategi Pendidikan Dalam
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (Studi Komparasi Atas
Pemikiran Ki Hajar Dewantoro dengan Hasan Langgulung). Mengulas
bagaimana pendapat kedua tokoh tersebut dan dikomparasikan tentang
penidikan Islam dalam meningkatkan sumber daya manusia. Namun
sangat berbeda dengan penelitian ini yang lebih menitikberatkan pada
prinsip dan relevansi pendidikan Islam sekarang.
3. Skripsi Taufiq, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Surakarta 2014, yang berjudul Pemikiran Pendidikan Islam Menurut
Hasan Langgulung Dalam Perspektif Psikologi. Menjelaskan pendidikan
Islam dari segi psikologinya dan berbeda dengan penelitian yang akan
dilakukan peniliti yaitu perbedaan sudut pandang dari prinsip dan
relevansi pendidikan Islam sekarang.
Dari beberapa uraian karya di atas sedikit sudah disinggung tentang
pemikiran-pemikiran yang muncul dari Hasan Langgulung, oleh karena itu
penelitian ini merupakan pelengkap untuk menelusuri dan mengkaji prinsip
pendidikan Islam perspektif Hasan Langgulung, beberapa karya di atas sangat
G. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekaburan dalam penafsiran
judul, maka perlu dikemukakan maksud dari kata-kata dan istilah yang digunakan
dalam judul penelitian ini. Adapun batasan istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prinsip
Prinsip berasal dari bahasa Inggris (principle) yang berarti tempat/titik
permulaan, asas,dasar, dan fondamen. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), prinsip asas (kebenaran yang menjadi pokok dasarberpikir,
bertindak, dan lain sebagainya). Prinsipdapat diartikan asas atau fondamen
pokok untuk sesuatu ituterwujud. Prinsip pendidikan Islam artinya asas atau
fondamen yang mendasari terbentuknya pendidikan Islam terutama sebagai
sebuah sistem pendidikan yang memiliki karakteristik tersendiri sekaligus
membedakan dengan sistem pendidikan lainnya (Kamrani Buseri, 2014: 285)
Apabila dikaitkan dengan pendidikan, maka prinsippendidikan dapat
sebagai kebenaran yang universal sifatnya danmenjadi dasar dalam
merumuskan perangkat pendidikan. Prinsippendidikan diambil dari dasar
pendidikan, baik berupa agamaatau ideologi negara yang dianut. Prinsip
pendidikan Islam jugaditegakan di atas dasar yang sama dan berpangkal dari
pandanganIslam secara filosofis terhadap jagad raya, manusia,
masyarakat,ilmu pengetahuan dan akhlak. Pandangan Islam
2. Pendidikan
Pendidikan Islam sangat penting dan strategis dalam rangka
menanamkan nilai-nilai spiritual Islam, tetapi hal ini baru berupakan sebagian
dari seluruh kerangka pendidikan Islam. Pengertian pendidikan agama Islam
adalah “usaha yang lebihkhusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah
keberagaman dan sumber daya insani agar lebih mampu memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam”(Achmadi 1987:10).
Sedangkan Hasang Langgulung Pendidikan adalah proses pengajaran yang
bertujuanmenyeluruh, baik transformasi pengetahuan, pengahayatan
danpenyadaran serta pembentukan sikap atau prilaku. Dengan demikian,tujuan
akhir pendidikan menurut Langgulung adalah tercapainya berbagairanah
pengetahuan tersebut. Di samping itu, pendidikan menurutnyaadalah proses
pengajaran yang dilakukan oleh manusia kepada manusia,tidak terhadap
makhluk hidup yang lain.
3. Islam dalam Konteks Pendidikan
Epistemologi Islam dalam konteks pendidikan adalah bagaimana Islam
memberikan dasar pijak dan prinsip prinsip berkenaan dengan isu
memanusiakan manusia menjadi manusia menurut pandangan Islam. Atas
dasar pijak dan prinsip itulah dipadukan dengan pengalaman emprik para
tokoh pendidik muslim akan menelorkan sejumlah gagasan bagaimana
semua itulah akan menelorkan ilmu pendidikan Islam (Kamreni Buseri, 2014:
15).
H. Sistematika Penulisan
Dalam rangka mempermudah penelitian skripsi, maka peneliti membagi
menjadi lima bab yang dijabarkan menjadi sub-sub bab yang utuh dan integral.
Adapun sistematikanya sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian,
penegasan istilah dan sistematika penulisan.
BAB II : Biografi Hasan Langgulung yang memuat riwayat keluarga dan
pendidikan, pengabdian dan karya- karya intelektual.
BAB III : Pemikiran prinsip pendidikan Islam Hasan Langgulung yang
dalamnya meliputi pengertian, , dan tujuan pendidikan Islam.
BAB IV : Relevansi pemikiran pendidikan agama Islam dengan konteks
pendidikan Islam diera sekarang, yang di dalamnya berisi analisis
dan hakikat pendidikan Islam, relevansi pendidikan Islam dengan
ranah nasional dengan pemikiran pendidikan Islam perspektif
Hasan Langgulung di era sekarang.
BAB II
BIOGRAFI HASAN LANGGULUNG A. Riwayat Hasan Langgulung dan Keluarga
Dalam mengkaji pemikiran seseorang tentunya tidak cukup
hanyamengetahui gagasan-gagasan atau pemikiran-pemikirannya saja. Akantetapi
juga harus berusaha mengetahui latar belakang hidupnya, perjalananintelektual
dan pendidikannya. Dengan memahami biografi, dapatmengetahui bagaimana
pola pikir seseorang terbentuk. Untuk memahami dan mendalami kepribadian
seseorang dituntut pengetahuan latar belakang lingkungan sosio-kultural di mana
tokoh itu dibesarkan, bagaimana proses pendidikan formal dan informal yang
dialami. Serta watak-watak orang yang ada di sekitarnya (Sartono Kartodirdjo,
2016: 86-87).
Setidaknya ada dua hal sebagai dasar pemahaman biografi kehidupan
seorang tokoh yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu, faktor keturunan dan
lingkungan. Faktor keturunan atau keluarga adalah peletak dasar, sedangkan
lingkungan merupakan pengubah dasar-dasar itu menjadi baik atau buruk yang
nantinya akan membentuk dan memunculkan pemikirannya (Dimiyati Mahmud,
1989: 66).
Hasan Langgulung (bukan Hassan, rangkap s) Dalam beberapa bukunya
namanya kadang-kadang ditulis dengan Hassan (rangkap huruf s), antara lain
buku, psikologi dan kesehatan mental di sekolah-sekolah. Menurut penjelasan
Hasan Langgulung, yang benar adalah Hasan (tidak rangkap huruf s). Lahir di
tempat kelahiran Hasan Langgulung terdapat dalam riwayat hidup di bagian akhir
dari buku-bukunya (Hassan Langgulung, 2003: 413)
Dari pasangan Tan Rasula dan Siti Aminah. Nama Hasan Langgulung
sebenarnya adalah sebutan yang diberikan oleh pihak kerajaan Makassar kepada
bapaknya (Tan Rasula), karena kulitnya yang lebih putih di banding orang-orang
Makassar pada umumnya. Hasan Langgulung, biasanya sebutan untuk seekor
kuda yang bulunya berwarna putih bersih (kuda gulung). Akhirnya, sebutan
tersebut menjadi bagian dari namanya, yakni Hasan Langgulung. Jadi, Hasan
Langgulung adalah nama lengkap dan resmi yang dipakainya dalam berbagai
kesempatan, termasuk dalam hal-hal yang berhubungan dengan administrasi
(Hasan Langgulung, 2003: 413).
Pada tanggal 22 September 1972, Hasan Langgulung melepas masa
lajangnya dengan menikahi seorang perempuan bernama Nuraimah Muhammad
Yunus. Pasangan ini dikaruniai dua orang putra dan seorang putri, yaitu Ahmad
Taufiq, Nurul Huda, dan Siti Zakiah. Keluarga ini tinggal di sebuah rumah di
jalan B 28 Taman Bukit, Kajang, Malaysia. Hasan Langgulung meninggal pada
usianya yang ke- 73, tepatnya di Kuala Lumpur pada Sabtu 2 Agustus 2008 Pukul
19.47 waktu setempat. Hasan meninggal dunia karena penyakit stroke dan
dimakamkan di Taman Pemakaman Sentul, Kuala Lumpur (Kawardi, 2000: 140).
B. Pendidikan
Pendidikan dasar diselesaikannya di tempat kelahirannya, Rappang,
melanjutkan studinya ke tingkat sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah
Islam (SI) di Makassar, tahun 1949-1952. Dengan modal kemauan dan semangat
yang besar, setelah menyelesaikan studinya di Makassar, Hasan Langgulung
berangkat ke Mesir (Hasan Langgulung, 2003: 413).
Hasan Langgulung menceritakan bahwa ketika studi di Mesir dan juga
Amerika adalah atas biaya sendiri, bukan beasiswa dari pemerintah Indonesia.
Hasan Langgulung menyatakan tidak mengetahui secara persis alasan mengapa
pemerintah menutup semua bantuan pendidikan ke luar negeri. Untuk
mendapatkan biaya hidup (living cost) selama di Mesir Hasan Langgulung
mendapatkan honorarium dari sekolah Indonesia di Kairo yang didirikannya.
Hasan Langgulung mengajar di sekolah tersebut dan pernah menjabat sebagai
kepala sekolah tahun 1957-1968.
Pada tahun 1962, Hasan Langgulung berhasil meraih gelar B.A dalam
bidang bahasa Arab dan studi keislaman dari Fakultas Dar al „Ulum, Cairo
University, Mesir. Setahun berikutnya 1963, ia memperoleh gelar Diploma of
Education(General) dari Ein Shams University, Cairo. Tahun 1964, memperoleh
Diploma dalam bidang Sastra Arab Modern dari Institute of Higher Arab Studies,
Arab Leage, Cairo. Tiga tahun berikutnya 1967 Hasan Langgulung mendapatkan
gelas M.A. dalam bidang Psikologi dan Kesehatan Mental Hygiene dari Ein
Shams University, Kairo (Hasan Langgulung, 2003: 413).
Setelah memperoleh gelar M.A dari Ein Shams University, Cairo, Hasan
memperoleh gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) dalam bidang kreativitas manusia.
tahun 1971, dengan judul disertasi A Cross Cultural Study of the Child
Conception of Situational Causality in India, Western Samoa, Mexico and United
State. (Hasan Langgulung, 2003: 413).
Selama studi di Amerika, Hasan Langgulung banyak melakukan kegiatan
keilmuan, baik sebagai peneliti maupun pengajar, antara lain sebagai asisten
peneliti pada University of Georgia tahun 1968-1969, asisten peneliti pada
Georgia Studies of Creative Behavior tahun 1969-1970, konsultan psikologi pada
Stanford Research Institute Menlo Park, California tahun 1970, dan menjadi
asisten pengajar pada University of Georgia tahun 1970-1971. Informasi tentang
kegiatan Hasan Langgulung selama studi di Amerika tersebut terdapat dalam
riwayat hidupnya pada halaman terakhir buku-bukunya (Hasan Langgulung, 2003:
413)
Berbagai aktivitas yang dilakukan Hasan Langgulung di Amerika tersebut
menunjukkan adanya pengakuan terhadap kapasitas keilmuan yang dimilikinya.
Bagaimanapun, Hasan Langgulung adalah orang luar yang masuk sebagai
pendatang di lingkungan University of Georgia. Oleh karena itu, tidak mudah bagi
Hasan Langgulung untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan keilmuan apabila tidak
memiliki kelebihan yang menonjol.
Sejak tahun 1971, Hasan Langgulung menjalani kehidupannya sebagai
akademisi di Malaysia. Ia adalah orang yang diserahi tugas membangun dan
Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM). Hasan Langgulung menjadi ketua
jurusan pertama jurusan pendidikan UKM, demikian juga menjadi dekan
pertamanya ketika jurusan tersebut menjadi Fakultas. Tahun 1989, Hasan
Langgulung juga diminta untuk membangun dan mengembangkan Department of
Education International Islamic University Malaysia (IIUM) saat universitas
tersebut didirikan.
Menurut Hasan Langgulung, IIUM didirikan untuk memenuhi kebutuhan
umat Islam terhadap sebuah lembaga pendidikan tinggi Islam bertaraf
internasioal, sehingga dapat mengangkat citra umat Islam di dunia. Oleh karena
itu, universitas ini ditata dan dijalankan dengan standar internasional, baik
kurikulum pendidikannya, mahasiswa, fasilitas, dan tenaga pengajarnya. Hasan
Langgulung akhirnya diangkat sebagai ketua jurusan pertama Departement of
Education IIUM.
Riwayat pendidikan yang pernah dilalui oleh Hasan Langgulung secara
kronologis dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sekolah Dasar di Rappang Ujung Pandang, tahun 1943-1949.
2. Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Islam di Ujung
Pandang tahun 1949- 1952.
3. B. I. Inggris di Ujung Pandang, tahun 1957-1962.
4. B.A. dalam Islamic Studies dan Fakultas Dar al-Ulum, Cairo
5. Diploma of Education (General), Ein Shams University, Cairo
1963-1964.
6. Special Diploma of Education (Mental Hygiene), Ein Shams
University, Cairo 1963-1964.
7. M.A. dalam Psikologi dan Kesehatan Mental (Mental Hygiene) Ein
Shams University, Cairo 1967.
8. Ph. D. dalam Psikologi. University of Georgia, Amerika Serikat, tahun
1971.
9. Diploma dalam Sastra Arab Modern dari Institute of Higher Arab
Studies, Arab League, Cairo, 1964.
C. Karya
Hasan Langgulung telah menghasilkan banyak karya ilmiah dengan
menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Inggris, maupun bahasa Arab. Yaitu
berupa buku, makalah, terjemahan, dan berbagai artikel yang tersebar di berbagai
majalah di dalam dan di luar Negeri. Tulisannya membahas berbagai macam
persoalan yang berkisar tentang pendidikan, psikologi, filsafat, dan Islam. Di
antara karya-karya tersebut adalah:
1. Thesis: al-Murahiq al-Indonesia: Ittijahatuh Wa Darjat Tawafuq „Indahu.
Tesis M.A. Ein Shams University, Cairo, 1967.
2. Disertasi: A Cross – Cultural Study Of The Child Conception Of
Situasional Causality In India, Western Samoa, Mexico And The United
3. The Ummatic Paradigm for Psychology, dalam,Mizan: Islamic Forum of
Indonesia for World Culture and Civilization,Religion and the Spirit of
World-Peace, Vol.III, No.2, 1990.
4. Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2003,terbit
pertama tahun 1985.
5. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: PT.AlMa’arif,
1995, ditulis tahun 1979.
6. Kreativitas dan Pendidikan Islam Analisis Psikologi dan Falsafah,Jakarta:
Pustaka A-Husna, 1991.
7. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,Jakarta:
Pustaka Al-Husna, 1989, terbit pertama tahun 1984.
8. Pendidikan dan Peradaban Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985.
9. Pendidikan Islam dalam Abad 21, (edisi revisi), Jakarta: Pustaka AlHusna
Baru, 2003, ditulis pertama tahun 1988 dan direvisi tahun2002.
10.Pendidikan Islam Suatu Analisa Sosio-Psikologikal, Kuala
Lumpur:Pustaka Antara, 1979.
11.Pengenalan Tamaddun Islam dalam Pendidikan, Kuala Lumpur:Dewan
Bahasa dan Pustaka, 1992.
12.Peralihan Paradigma dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial,Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2002.
13.Psikologi dan Kesihatan Mental di Sekolah-Sekolah, Kuala
Lumpur:Penerbit UKM, 1983.
Hasan Langgulung menerima berbagai macam penghargaan internasional.
Namanya tercatat dalam berbagai buku penghargaan dan beberapa penghargaan
lainnya. Namanya tercatat dalam buku-buku penghargaan di bawah ini:
1. Directry of American Psychologikal Assosiation.
2. Who Is Who In Malaysia.
3. International Who‟s Who of Intellectuals.
4. Who‟a Who In The Word.
5. Directory of Cross-Cultural Research And Researches.
6. Men of Achievment.
7. The International Register Profiles.
8. Who‟s Who In Tho Commonwealth.
9. The International Book of Honour.
10.Directory of American Educational Research Association.
11.Asia‟s Who‟s Who of Men And Women of Achievment And Distinction.
12.Community Leaders of The World.
BAB III
PEMIKIRAN PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM HASAN LANGGULUNG A.Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan dalam pengertian seluas-luasnya muncul dan berkembang
seiring denganditurunkannya al-Qur‟an kepada manusia melalui Nabi Muhammad
SAW. Wahyu pertamasarat dengan spirit bagaimana usaha-usaha pendidikan
dimulai. Dalam kitab suci al-Quran memuat sejumlah dasar umum pendidikan,
maka al-Quran sendiri pada prinsipnya dapat dikatakan sebagai pedoman
normatif-teoritis dalam pelaksanaan pendidikan Islam. Ayat-ayat yang tertuang
dalam al-Qur’an merupakan prinsip dasar yangkemudian diterjemahkan oleh para
ahli menjadi suatu rumusan pendidikan Islam yang dapat mengantarkan pada
tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Secara sederhana para ahli pendidikan Islam mencoba mengembangkan
konsep-konsepnya dari kedua sumber ini, yaitu al-Qur’an dan Sunnah sebagai
dasar ideal pendidikan Islam. Dasar ideal ini kemudian yang menjadi akar
pendidikan sebagai sumber nilai kebenaran dan kekuatan. Nilai-nilai yang
dipahami dari al-Qur’an dan Sunnah ini adalah cermin nilai yang universal yang
dapat dioprasionalkan ke berbagai sisi kehidupan umat sekaligus sebagai standar
nilai dalam mengevaluasi jalannya kegiatan pendidikan Islam (Azyumardi Azra,
1999: 7).
Menurut Hasan Langgulung istilah pendidikan yang sudah dijelaskan di
atas tadi bahwa dalam bahasa Inggris adalah education, berasal dari bahasa latin
kekepala seseorang. Dalam hal ini bahwa ilmu adalah proses memasukkan ke
kepala orang, jadi ilmu itu memang memasukkan ilmu ke kepala (Hasan
Langgulung, 1989: 2).
Dalam arti yang lebih luas Hasan Langgulung mengartikan pendidikan
sebagai usaha memindahkan nilai-nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam
masyarakat. Dengan kata lain Hasan Langgulung juga mengatakan bahwa
pendidikan suatu tindakan (action) yang diambil oleh suatu masyarakat,
kebudayaan, atau peradaban untuk memelihara kelanjutan hidupnya. Bahwa
pendidikan itu penting bagi manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini
agar mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan (Hasan Langgulung, 1989: 28).
Sebagai sebuah proses pemindahan nilai-nilai pada suatu masyarakat
kepada setiap individu yang ada di dalamnya, maka proses pendidikan tersebut
dapat dilakukan dengan macam-macam jalan, yakni; melalui pengajaran, dalam
hal ini berarti pemindahan pengetahuan (knowledge). Melalui latihan dan proses
yang melibatkan seseorang meniru atau mengikuti apa yang diperintahkan oleh
orang lain. Juga dilihat dari sudut pandangan masyarakat, dari segi pandangan
individu dan segi proses antara individu dan masyarakat. (Hasan Langgulung,
1989: 61).
Dari segi pandangan masyarakat, pendidikan berarti pewarisan
kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat tetap
berkelanjutan. Dengan kata lain, menurutnya masyarakat mempunyai nilai-nilai
budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi agar identitas masyarakat
ada yang bersifat intelektual, seni, politik, dan lain-lain (Hasan Langgulung, 2003:
52-58).
Dilihat dari segi individu, pendidikan berarti pembangunan potensi-potensi
yang terpendam dan tersembunyi. Dalam hal ini diibaratkan individu laksana
lautan yang dalam penuh mutiara dan bermacam-macam ikan, tetapi tidak tampak.
Ia masih berada di dasar laut, ia perlu dipancing dan digali supaya dapat menjadi
makanan dan perhiasan bagi manusia. Potensi, bakat ataupun kemampuan
individulah yang dituntun untuk menggali mutiara tersebut dan mengubahnya
menjadi emas dan intan sehingga menjadi kekayaan yang berlimpah untuk
kemakmuran masyarakat (Hasan Langgulung, 2003: 55).
Dalam istilah lain berkenaan dengan pemahaman, tentang pendidikan
dilihat dari individu, pendidikan adalah proses menampakkan (manifestasi)
aspek-aspek yang tersembunyi (latent) pada anak didik. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kemakmuran suatu masyarakat bergantung kepada kesanggupan
masyarakat tersebut menggarap kekayaan yang terpendam pada setiap
individunya. Dengan kata lain, kemakmuran masyarakat tergantung kepada
keberhasilan pendidikannya dalam menggarap kekayaan yang terpendam pada
setiap individu (Hasan Langgulung, 2003: 56).
Dilihat dari segi proses (transaksi), maka pendidikan itu adalah proses
memberi dan mengambil, antara manusia dan lingkungannya dalam rangka
mengembangkan dan menciptakan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan
untuk merubah dan memperbaiki kondisi-kondisi kemanusiaan dan
budaya, dimana kedua proses ini berjalan sama-sama, isi mengisi antara satu
dengan yang lain (Hasan Langgulung, 2003: 58).
Selanjutnya menurut Hasan Langgulung menjelaskan bahwa pendidikan
itu sangat penting bagi manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini agar
mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan. Sebagai sebuah proses pemindahan
nilai-nilai pada suatu masyarakat kepada setiap individu yang ada di dalamnya,
maka proses pendidikan tersebut menurutnya dapat dilakukan dengan
macam-macam jalan, yakni:
a) Melalui pengajaran, dalam hal ini berarti pemindahan pengetahuan
b) Melalui latihan
c) Melalui proses yang melibatkan seseorang meniru atau mengikuti apa
yang diperintahkan oleh orang lain.
Dalam memberikan pengertian terhadap pendidikan, Hasan Langgulung
juga memandangnya dari tiga segi, yakni: dari sudut pandangan masyarakat, dari
segi pandangan individu, dan dari segi proses antara individu dan masyarakat
(Hasan Langgulung, 1986: 61-62).
B.Prinsip Pendidikan Islam
Bahwa pendidikan adalah aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan
kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan dasar yang dijanjikan
landasan kerja. Dengan dasar ini akan memberikan arahan bagi pelaksanaan
pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi
acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan
Oleh karena itu, dasar pokok yang terpenting dari pendidikan Islam adalah
al-Quran dan Sunnah (Hasan Langgulung, 2003: 38).
Prinsip pendidikan Islam dapat dilihat dari dua segi yaitu masyarakat dan
individu. Pendidikan individu pada dasarnya beranggapan bahwa manusia diatas
dunia ini mempunyai sejumlah atau beberapa kemampuan yang sifatnya umum
pada setiap manusia sama umumnya dengan kemampuan melihat dan mendengar
tetapi berbeda dalam derajatnya, menurut masing-masing orang seperti halnya
dengan panca indera juga. Ada yang penglihatanya kuat, pendengaranya lemah
dan lain-lain. Dalam hal ini pendidikan didefinisikan sebagai proses untuk
menemukan dan mengembangkan kemampuan ini. Jadi pendidikan adalah proses
menampakan yang tersembunyi pada anak didik.
Dari segi pandangan masyarakat, diakui bahwa manusia memiliki
kemampuan-kemampuan asal dan bahwa anak-anak itu mempunyai benih-benih
segala yang telah dicapai dan dapat dicapai oleh manusia. Ia menekankan pada
kemampuan manusia memperoleh pengetahuan dengan mencarinya pada alam di
luar manusia. Hal ini merupakan proses memasukan wujud di luar seorang pelajar
dan bukanlah proses mengeluarkan apa yang wujud didalam pelajar. Jadi disini
dengan sendirinya pendidikan bermaksud pemindahan kesimpulan penyelidikan
yang seseorang atau tidak perlu melakukan sendiri.
Pendidikan sebagai suatu interaksi yaitu suatu memberi dan mengambil
antara manusia dan lingkungannya. Ia adalah proses dimana manusia
mengembangkan dan menciptakan keterampilan-keterampilan yang diperlukan
Begitu juga pembentukan sikap yang membimbing usaha-usahanya dalam
membina kembali sifat-sifat kemanusiaan dan jasmaniah (Hasan Langgulung,
1998: 56-57).
Sebagaimana yang sudah dijelaskan diatas bahwa prinsip pendidikan Islam
menurut Hasan Langgulung harus melalui dua pendekatan yaitu dari segi individu
dan masyarakat. Dari pendekatan ini, ia tidak hanya memandang adanya potensi
pada manusia tetapi jauh ia memandang dari segi budaya dan interaksi antara
keduanya.
Pengembangan potensi ini dapat terlihat dalam penciptaan Adam a.s yang
berarti juga anak cucunya, jadi umat manusia seluruhnya sebagaimana firmanNya:
“Tat kala Aku telah membentuknya dan menghembuskan kepada roh KU...”
(Q.S.15:29). Ini berarti antara lain bahwa Tuhan memberi manusia itu berbagai
potensi atau kemampuan yang berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan yang disebut
al-Asma al-Husna yang berjumlah sembilan puluh sembilan (Hasan Langgulung,
1998: 59).
Pewaris budaya yang sebenarnya kurang tepat mungkin sebab yang
dimaksudkan adalah unsur luar yang masuk kedalam diri manusia. Sebagai
kebalikan dari unsur manusia yang menonjol keluar seperti pengembangan
potensi. Sangat sulit membayangkan seseorang tanpa lingkungan yang memberi
corak kepada watak dan kepribadiannya. Lingkunganlah yang berusaha
mewariskan nilai-nilai budaya yang dimilikinya. Kepada setiap anggota dengan
tujuan memelihara kepribadian dan identitas budaya tersebut sepanjang jaman.
apabila nilai-nilai, norma-norma, dan berbagai unsur lainnya yang dimiliki
berhenti berfungsi, artinya tidak diwariskan lagi kegenerasi dan tidak diamalkan
oleh penganutnya.
Interaksi antara potensi dan budaya dalam kaitanya dengan Islam interaksi
antara potensi dan budaya ini lebih menonjol lagi, sebab baik potensi yang
notabenya adalah ruh Allah yang disebut fitrah hanya orang tuanya yang
menyebabkan ia menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi, jadi fitrah sebagai Din
atau agama yang menjadi tapak tegaknya peradapan Islam. Ibarat dua buah sisi
mata uang, satu sisi lainnya disebut Din, yang satunya berkembang dari dalam
tiap individu sedang yang lainnya dipindahkan dari orang keorang lain, dari
generasi ke generasi jadi bersifat dari luar ke-dalam (Hasan Langgulung, 1998:
63-65).
C.Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk insan kamil (manusia yang
sempurna) yang berkepribadian muslim, perwujudan manusia seutuhnya, takwa
cerdas, baik budi pekertinya, terampil, kuat kepribadiannya, berguna bagi diri
sendiri, agama, keluarga, masyarakat dan negara, serta mampu menjadi khalifah fi
al-ardi yang cakap sesuai bidang masing-masing.
Secara sosial tujuan pendidikan agama Islam adalah membentuk
kepribadian yang utuh dari roh tubuh, dan akal. Di mana identitas individu
tercermin sebagai manusia yang hidup pada lingkungan masyarakat yang plural.
Tujuan sosial pendidikan sangat penting artinya karena manusia sebagai khalifah
Hasan Langgulung mengatakan bahwa berbicara tujuan pendidikan harus
mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup, sebab pendidikan bertujuan untuk
memelihara kehidupan manusia. Oleh karena itu, perbincangan tentang tujuan
juga mengharuskan kita membicarakan sifat-sifat asal manusia menurut
pandangan Islam, sebab pada manusia itulah dicita-citakan sesuatu yang
ditanamkan oleh pendidikan (Hasan Langgulung, 1989: 57-58).
Dengan demikian tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan fitrah
peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga akan
terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai
khalifah fi al-ardh. Lebih tegas lagi Hasan Langgulung mengatakan bahwa tujuan
pendidikan Islam harus dirumuskan sebagai arah yang akan dituju manusia secara
esensi supstansial, yakni kesempurnaan hidup sesuai citra bagi penciptaan
manusia (Hasan Langgulung, 1989: 59).
Dalam hubungannya dengan tujuan pendidikan sebagai pemberi nilai,
Hasan Langgulung menegaskan bahwa tujuan pendidikan agama Islam harus
mampu mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama. Pertama, fungsi
spiritual yang berkaitan dengan aqidah dan iman. Kedua, fungsi psikologis yang
berkaitan dengan tingkah laku individual termasuk nilai-nilai akhlak yang
mengangkat derajat manusia ke derajat yang lebih sempurna. Ketiga, fungsi sosial
yang berkaitan dengan aturan-aturan yang menghubungkan manusia dengan
manusia lain atau masyarakat, di mana masing-masing memiliki hak dan
tanggung jawab untuk menyusun masyarakat yang harmonis dan seimbang
Ketiga fungsi tersebut, baik spiritual, psikologis maupun sosial, bila
ditelusuri jelas mengandung nilai-nilai dasar pendidikan. Fungsi spiritual
penanaman akidah dan iman merupakan fondasi, pegangan sekaligus pemberi
arah bagi manusia. Hasan Langgulung mengatakan, “fungsi spiritual bertujuan
memenuhi kebutuhan spiritual manusia dan memberikan arah serta pegangan
dalam kehidupan” (Hasan Langgulung, 1997: 181).
Menurut Hasan Langgulung, berbicara tentang tujuan pendidikan,
khususnya pendidikan Islam, sebenarnya adalah berbicara tentang tujuan hidup
manusia. Sebab, pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia
untuk memelihara kelanjutan hidupnya (survival), baik sebagai individu maupun
sebagai masyarakat (Hasan Langgulung, 2003: 297). Perbincangan tentang tujuan
pendidikan Islam juga berarti mengungkap sifat-sifat asal (nature) manusia
menurut pandangan Islam, sebab pada diri manusialah dicita-citakan sesuatu yang
ditanamkan oleh pendidikan. (Hasan Langgulung, 1989: 33).
Bagi Hasan Langgulung, tujuan tertinggi (ultimate aim) dari pendidikan
Islam adalah terwujudnya manusia yang sempurna, baik sebagai hamba („abid)
maupun sebagai khalifah di muka bumi (khalîfatu Allâh fî al ardl). Hasan
Langgulung secara tegas mengatakan:
Dalam kaitan ini, pendidikan Islam dituntut mampu menghasilkan
manusia ideal dengan kriteria beriman dan bertaqwa kepada Allah, memiliki
pengetahuan luas, memiliki mental yang sehat, memiliki fisik yang kuat dan
mampu bersosialisasi dengan manusia lain secara harmonis. Bahwa kriteria
tersebut adalah penjabaran dari kedudukan manusia sebagai „abid dan khalifah.
Manusia ideal dengan kriteria di atas adalah wujud dari pelaksanaan fungsi
pendidikan Islam, baik fungsi spiritual, psikologis maupun sosial. Dari sudut
pandang ajaran Islam perwujudan ketiga fungsi itu dapat disejajarkan dengan
perwujudan akhlak mulia kepada Allah SWT, kepada diri sendiri dan kepada
orang lain. Dalam ajaran Islam, ketiganya harus terintegrasi dalam setiap pribadi
muslim.
Dalam hubungan ini, pendidikan Islam harus berorientasi pada tujuan
tertinggi tersebut. Tujuan umum dan tujuan khusus adalah penjabaran lebih lanjut
dari tujuan tertinggi.
1. Tujuan umum pendidikan Islam
Hasan Langgulung menjelaskan bahwa tujuan umum pendidikan adalah
maksud atau perubahan-perubahan yang dikehendaki oleh pendidikan untuk
mencapainya. Tujuan ini dianggap kurang merata dan lebih dekat dari tujuan
tertinggi, tetapi kurang khusus jika dibanding dengan tujuan khusus (Hasan
langgulung, 1989: 59-60).
Definisi tersebut, tampak masih bersifat umum dan yang dapat digaris
tertinggi dan tujuan tetinggi pendidikan Islam. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa tujuan umum adalah tujuan perantara untuk sampai pada tujuan tertinggi.
Tujuan umum ini nantinya akan dirinci dalam tujuan khusus.
Berdasarkan hasil telaah terhadap buku-bukunya, dalam menjelaskan
tujuan umum pendidikan Islam Hasan Langgulung tidak menunjukkan pendapat
siapa yang diikutinya. Hasan Langgulung juga tidak memberikan analisis atau
komentar terhadap poin-poin yang dikemukakan oleh para pemikir yang
dikutipnya. Hal ini menyebabkan ketidakjelasan posisi Hasan Langgulung.
Namun demikian, dari kutipan-kutipan yang diambilnya dapat disimpulkan bahwa
tujuan umum pendidikan Islam tetap berada dalam bingkai menciptakan manusia
ideal sebagaimana disebutkan terdahulu, yakni memiliki kemampuan memadai
secara spiritual, psikologis dan sosial sehingga dapat menjalankan fungsinya
sebagai „abid dan khalifah.
2. Tujuan khusus pendidikan Islam
Tujuan khusus pendidikan Islam adalah sebagai perubahan-perubahan
yang diinginkan yang merupakan bagian atau termasuk di bawah tiap tujuan
umum pendidikan. Dengan kata lain, gabungan pengetahuan, ketrampilan,
pola-pola tingkah laku, sikap, nilai-nilai dan kebiasaan yang terkandung dalam tujuan
akhir atau tujuan umum pendidikan, yang tanpa terlaksananya maka tujuan akhir
dan tujuan umum juga tidak akan terlaksana dengan sempurna (Hasan
Definisi tersebut menunjukkan bahwa tujuan khusus pendidikan Islam
merupakan bagian dari tujuan umum. Dalam tujuan khusus, kemampuan yang
diharapkan dijabarkan lebih terperinci. Di samping itu, dalam definisi yang
diberikannya, menunjukkan keterpaduan tujuan pendidikan Islam, baik
pengetahuan (kognitif), penghayatan dan kesadaran terhadap nilai-nilai tertentu
(afektif) maupun ketrampilan dan tingkah laku (psikomotor).
Dengan demikian, dalam pandangan Hasan Langgulung keberhasilan
pendidikan Islam bukan hanya dilihat dari aspek pengetahuan semata (transfer of
knowledge), tetapi yang terpenting adalah tumbuhnya kesadaran dan penghayatan
dalam diri anak didik terhadap nilai-nilai Islam (transfer of values) sehingga akan
termanivestasi dalam tingkah laku sehari-hari. Di samping itu, berdasarkan
definisi yang dikemukakan Hasan Langgulung, pencapaian tujuan khusus oleh
anak didik merupakan indikator keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, dapat
dipahami ketika terwujudnya tujuan khusus pendidikan, maka tujuan-tujuan yang
lain tidak dapat dicapai secara optimal.
Sebagaimana tujuan umum pendidikan Islam, dalam merumuskan tujuan
khusus Hasan Langgulung juga mengutip pendapat para tokoh pendidikan Islam.
Perbedaannya, dalam pembahasan tentang tujuan khusus pendidikan Islam, Hasan
Langgulung menunjukkan pendapatnya sendiri berdasarkan pemikiran para tokoh
yang dikutipnya.
1. Memperkenalkan kepada generasi muda akan akidah Islam,
dasar-dasarnya, asal-usul ibadat, dan cara-cara melaksanakan dengan benar,
dengan membiasakan mereka berhati-hati mematuhi akidah-akidah
agama dan menjalankan serta menghormati syiar-syiar agama.
2. Menumbuhkan kesadaran yang benar pada diri pelajar terhadap agama
termasuk prinsip-prinsip dan dasar-dasar akidah yang mulia.
3. Menanamkan keimanan kepada Allah pencipta alam, kepada malaikat,
rasul-rasul, kitab-kitab dan hari kiamat berdasar pada faham kesadaran
dan perasaan.
4. Menanamkan iman yang kuat kepada Allah pada diri mereka, perasaan
keagamaan, semangat keagamaan dan akhlak pada diri mereka dan
menyuburkan hati mereka dengan rasa cinta, zikir, taqwa dan takut
kepada Allah.
5. Menumbuhkan minat generasi muda untuk menambah pengetahuan
dalam adab dan pengetahuan keagamaan dan untuk mengikuti
hukum-hukum agama dengan kecintaan dan kerelaan (Hasan Langgulung,
1992: 5-7).
Bila dicermati, rumusan tujuan khusus pendidikan Islam di atas tidak
terlihat secara jelas perbedaannya dengan tujuan umum. Dilihat dari fungsi
pendidikan Islam sebagai pemberi nilai, rumusan tujuan khusus pendidikan Islam
yang dikemukakan Hasan Langgulung tidak keluar dari tiga fungsi yang
dinyatakannya, yaitu fungsi spiritual, fungsi psikologis dan fungsi sosial. Fungsi
rasul-rasul, kitab, malaikat maupun hari akhir. Fungsi spiritual ini tampaknya
diletakkan oleh Hasan Langgulung sebagai fungsi utama dan paling penting dalam
pendidikan Islam.
Fungsi psikologis tampak cukup dominan dalam tujuan khusus pendidikan
Islam yang dikemukakan Hasan Langgulung, antara lain menanamkan rasa cinta,
rela, optimisme, membersihkan hati dan sebagainya. Sedangkan fungsi sosial
tidak begitu terlihat. Namun demikian, tetap saja terdapat fungsi sosial dalam
BAB IV
ANALISIS PENDIDIKAN ISLAM MENURUT HASAN LANGGULUNG DAN RELEVANSI DENGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI ERA SEKARANG
A. Analisis Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Hasan Langgulung
Pemikiran pendidikan Islam yang secara eksplisitmembedakan dengan
pemikiran lainnya. Mengenai manusia sebagaisubyek dan obyek pendidikan
didasarkan atas pandangan Islam tentangkonsep fitrah, dasar tujuan pendidikan
didasarkan atas nilai-nilai Ilahiyahdan Insaniyah, begitu pula mengenai isi
pendidikan. Di dalammengaplikasikan pemikiran pendidikan Islam tidak harus
mengubahparadigma ideologinya, cukup pada tataran strategi dengan
melakukaninterpretasi nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
Sebagai sebuah proses pemindahan nilai-nilai pada suatu masyarakat
kepada setiap individu yang ada di dalamnya, maka proses pendidikan tersebut
menurutnya dapat dilakukan dengan macam-macam jalan, yakni; melalui
pengajaran, dalam hal ini berarti pemindahan pengetahuan (knowledge). Melalui
latihan dan melalui proses yang melibatkan seseorang meniru atau mengikuti apa
yang diperintahkan oleh orang lain (Hasan Langgulung, 1989: 61).
Bahwa pendidikan suatu tindakan (action) yang diambil oleh suatu
masyarakat, kebudayaan, atau peradaban untuk memeliahara kelanjutan hidupnya.
Menurut Hasan Langgulung menjelaskan bahwa pendidikan itu penting bagi
manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini agar mendapatkan
Dalam memberikan pengertian terhadap pendidikan, Hasan Langgulung
juga memandangnya dari sudut pandangan masyarakat, dari segi pandangan
individu dan segi proses antara individu dan masyarakat (Hasan Langgulung,
1989: 28).
Dari segi pandangan masyarakat, pendidikan berarti pewarisan
kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat tetap
berkelanjutan. Dengan kata lain, menurutnya masyarakat mempunyai nilai-nilai
budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi agar identitas masyarakat
tersebut tetap terpelihara. Nilai-nilai yang ingin disalurkan itu bermacam-macam,
ada yang bersifat intelektual, seni, politik, dan lain-lain (Hasan Langgulung, 2003:
52-58).
Dilihat dari segi individu, pendidikan menurut Hasan Langgulung berarti
pembangunan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Dalam hal ini
Hasan Langgulung mengibaratkan individu laksana lautan yang dalam penuh
mutiara dan bermacam-macam ikan, tetapi tidak tampak. Ia masih berada di dasar
laut, ia perlu dipancing dan digali supaya dapat menjadi makanan dan perhiasan
bagi manusia. Potensi, bakat ataupun kemampuan individulah yang dituntun
untuk menggali mutiara tersebut dan mengubahnya menjadi emas dan intan
sehingga menjadi kekayaan yang berlimpah untuk kemakmuran masyarakat
(Hasan Langgulung, 2003: 55).
Dalam istilah lain berkenaan dengan pemahaman, Hasan Langgulung
tentang pendidikan dilihat dari individu, pendidikan adalah proses menampakkan
demikian dapat dikatakan bahwa kemakmuran suatu masyarakat bergantung
kepada kesanggupan masyarakat tersebut menggarap kekayaan yang terpendam
pada setiap individunya. Dengan kata lain, kemakmuran masyarakat tergantung
kepada keberhasilan pendidikannya dalam menggarap kekayaan yang terpendam
pada setiap individu (Hasan Langgulung, 2003: 56).
Dilihat dari segi proses (transaksi), maka pendidikan itu menurut Hasan
Langgulung adalah proses memberi dan mengambil, antara manusia dan
lingkungannya dalam rangka mengembangkan dan menciptakan
ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan untuk merubah dan memperbaiki kondisi-kondisi
kemanusiaan dan lingkungannya.
Dalam istilah lain ia katakan sebagai interaksi antara potensi dan budaya,
dimana kedua proses ini berjalan sama-sama, isi mengisi antara satu dengan yang
lain. Hasan Langgulung juga sepakat dengan tokoh pendidikan lain dalam
menggunakan beberapa istilah dalam bahasa Arab untuk pendidikan. menurut
beliau, kata pendidikan dapat disebut juga dengan ta‟lim (Hasan Langgulung,
2003: 58).
Sebagai sesuatu yang sangat penting (urgen),pendidikan Islam maka
Hasan Langgulung menjelaskan akan fungsi-fungsi pendidikan itu yang
diungkapkan sebagai berikut:
1. Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu
dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan disini berkaitan
2. Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan
peranan-peranan tersebut dengan generasi tua kepada generasi muda.
3. Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara keutuhan dan
kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak untuk kelanjutan hidup
(survival) suatu masyarakat dan peradaban (Hasan Langgulung, 1989: 60).
Selain itu menurut Hasan Langgulung pendidikan itu merupakan salah
satubidang terapan (applied) yang dimana dikaitkan dengan asas- asas danilmu
pengetahuan. Asas filsafat membimbing dan memberikan arah gunauntuk
menyelaraskan pendidikan (HasanLanggulung,2003: 6-7). Pendidikan menurutnya
memiliki enam asas yang sangatberhubungan erat dan saling melengkapi
diataranya asas- asas tersebutadalah
1. Asas- asas historis (sejarah),
Faktor sejarah dianggap salah satu faktor budaya yangmempengaruhi
filsafat pendidikan baik dalam tujuan maupunsistemnya pada masyarakat juga.
Kepribadian nasional, misalnyamenjadi dasar filsafat pendidikan diberbagai
masyarakat haruslah“berlaku jauh dari masa ke masa lampau” walaupun
sistemnya adalahhasil dari pemerintahan, yang didirikan dengan
sengajamengembangkan dan memperbaiki pola-pola warisan budaya dari
masyarakat. Jika dilihat dari pandangan masyarakat sejarah
merupakankekuatan-kekuatan budaya yang berpengaruh pada merupakankekuatan-kekuatan-merupakankekuatan-kekuatan budaya yang
dibentuk oleh sejarah, identitas nasional itutampak mempengaruhi sistem
2. Asas- asas sosial
Dengan kerangka budaya darimana pendidikan itu bertolak danbergerak;
memindahkan budaya, memilih, dan mengembangkan.Pendidikan adalah salah
satu bentuk interaksi manusia, yaitu sebuahtindakan social yang dimungkinkan
berlakunya melalui suatu jaringanhubungan dan peranan individu didalamnya
untuk menentukan watakpendidikan disuatu masyarakat.
Aspek sosial pendidikan dapat digambarkan denganmemandang
ketergantungan individu satu sama lain dalam prosesbelajar, makhluk hidup hanya
pada warisan biologis suatu programgenetic bagi tingkah laku makhluk hidup.
Pola- pola diwarisimengajarnya memelihara anaknya, mencari makan, dan
menjagakawasannya. Apa yang perlu diketahui kebanyakan diwariskan melalui
generasi (Hasan Langgulung, 2003: 6-7).
3. Asas- asas ekonomi
Hubungan ekonomi dalam pendidikan selalu erat sejak dahulu. Para ahli
ekonomi dan para tokoh pendidikan telah mengakui pentingnyaperanan yang
dimainkan oleh pendidikan dalam pertumbuhanpengetahuan manusia dan
selanjutnya pentingnya belakangan iniuntuk perkembangan ekonomi. Namun
hanya belakangan inilah suatudisiplin ilmu yang khusus diciptakan.
Dalam bidang ekonomi sangat relevan pendidikan yangbisanya adalah
hal-hal yang berkaitan denganhasilnya, artinya jika modal ditanam sekian banyak,
berapa banyaknanti keuntungan yang diharapkan disitu. Negara-Negara
investasi dan sedangkan di negara-negara membangun waktubelajar itu lebih
sedikit dan tentunya biyaya untuk pendidikan kurang.sebab negara–negara
membangun yang tinggi akan teknologi, inilahyang dinamakan input, dan
outputnya adalah hasil yang diperolehdari akibat pendidikan yang sukar.
4. Asas- asas politik dan administrasi
Memberinya bingkai ideologi (aqidah) dari mana ia bertolakuntuk
mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telahdibuat. Adanya dua
macam sekolah yaitu sekolah negeri dan sekolahswasta, dengan perbedaan cara
pengontrolan dari pemerintahan danyayasan. Disitulah pangkal dari aspek politik
dan administrative yangberpangkal diberbagai negara kapitalis dan negara-negara
komunis. Dengan kata lain ideologi yang diinginkan dan diterapkan dalamnegara
melalui pendidikan, tetapi pelaksanaanya harusmemperhitungkan aspek-aspek
administrasi supaya bisa berjalandengan baik.
5. Asas- asas psikologis
Memberinya informasi tentang watak pelajar-pelajar, guru-guru, cara-cara
terbaik dalam praktek, pencapaian dan penilaian,pengukuran dan bimbingan. Jadi
hubungan psikologi denganpendidikan adalah bagaimana budaya, keterampilan,
dan nilai-nilaimasyarakat dipindahkan (transmitted), dalam istilah
psikologinyadipelajari (learned) dari generasi itu oleh generasi muda