• Tidak ada hasil yang ditemukan

Independensi Pers Mahasiswa (Studi Komparasi Antara Lembaga Pers Mahasiswa DinamikA IAIN Salatiga dan Lembaga Pers Mahasiswa MISSI UIN Walisongo Semarang). - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Independensi Pers Mahasiswa (Studi Komparasi Antara Lembaga Pers Mahasiswa DinamikA IAIN Salatiga dan Lembaga Pers Mahasiswa MISSI UIN Walisongo Semarang). - Test Repository"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

i

INDEPENDENSI PERS MAHASISWA

(Studi Komparasi Antara Lembaga Pers Mahasiswa DinamikA IAIN Salatiga dan Lembaga Pers Mahasiswa MISSI UIN Walisongo Semarang)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah (Fakda) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: ALVINA FITRIA

NIM. 11714003

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

سان ل ل مهع ف نأ سان لا ري خ

Artinya: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain"

-HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni-

Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti

wartawan dan berbicaralah seperti orator.

-H. Oemar Said Tjokroaminoto-

(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya dedikasikan kepada:

1. Orang tua terhebat titipan Allah SWT, Almarhum ibu saya, Mutiyem dan bapak saya, Sumarno, yang selama ini terus menanam ladang kebahagiaan di keluarga kami.

2. Saudara-saudaraku, Mbak Nur Yani, Achmad Rifa‟i dan Seli Septiana, yang selalu menjadi partner hidup luar biasa.

3. Pendamping perjalanan hidupku berikutnya, Mas Arif Ariyanto D, yang telah memilihku menjadi penghujung cintanya.

4. Sahabat-sahabatku, Izzah Khoiri, Kurotul „Ain, Sofiyatun, Indana K. Nida, Tika Lutfia N, yang sudah menjadi guru untuk pengalaman yang tak terbeli.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

مىحرلا نمح رلا الله مسب

Alhamdulilahirabil„alamin puji syukur kepada Allah SWT penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun umatnya menuju jalan yang penuh kemanfaatan ini.

Penyelesaian skripsi ini tentu tidak lepas dari motivasi dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu, dengan tidak menguragi rasa hormat penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Mukti Ali, M. Hum., selaku dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga, dosen Pembimbing Akademik, sekaligus dosen pembimbing skripsi.

3. Ibu Dra. Maryatin, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah bersedia memberikan ilmu, membimbing dan terus memotivasi.

5. Seluruh civitas akademik IAIN Salatiga yang membantu dalam melancarkan urusan administrasi maupun yang lainnya.

6. Seluruh Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam.

(8)

viii

Akhir kata, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis secara pribadi serta bagi para pembaca umunya. Amiin Yaa Robbal „Alamin.

Salatiga, 29 Maret 2018 Penulis

(9)

ix ABSTRAK

Fitria, Alvina, 2018. Independensi Pers Mahasiswa (Analisis Framing Terhadap Lembaga Pers Mahasiswa DinamikA IAIN Salatiga dan Lembaga Pers Mahasiswa MISSI UIN Walisongo Semarang). Skripsi. Fakultas Dakwah. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Mukti Ali, M. Hum. Kata Kunci: Independensi, Pers Mahasiswa, LPM DinamikA, LPM MISSI.

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan: 1) Mengetahui tingkat pemahaman pers mahasiswa terhadap Undang-Undang Pers dan Kode Etik Jurnalistik. 2) Mengetahui aktualisasi independensi pers mahasiswa ditengah maraknya intervensi terhadap pers.

Penelitian ini merupakan field research dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan dengan cara observasi, pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi kemudian menganalisa hasil yang diperoleh selama penelitian.

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... 0

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...iii

MOTTO... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 9

C.Tujuan Penelitian ... 9

D.Manfaat Penelitian ... 10

E.Manfaat Penelitian ... 10

F. Kerangka Berfikir... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 19

(11)

xi BAB III METODE PENELITIAN

A.Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 38

B.Lokasi Penelitian ... 39

C.Sumber Data ... 40

1. Sumber Data Primer ... 19

2. Sumber Data Sekunder ... 21

D.Teknik Pengumpulan Data ... 43

E.Prosedur Pengumpulan Data ... 44

F.Teknik Analisis Data ... 44

G.Pengecekan Keabsahan Data ... 47

H.Tahap-Tahap Penelitian ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 63

1. Profil LPM DinamikA IAIN Salatiga ... 63

2. Profil LPM MISSI UIN Walisongo Semarang ... 63

3. Reduksi Hasil Wawancara ... 63

4. Profil Responden ... 63

B. Pembahasan ... 80

1.Pemahaman Pers Mahasiswa Terhadap Undang-Undang dan Etika Pers63 2.Aktualisasi Independensi Pers Mahasiswa ... 63

BAB V PENUTUP A.Simpulan ... 81

(12)

xii DAFTAR PUSTAKA

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tahap-tahap penelitian.

Gambar 2. Struktur Organisasi LPM DinamikA IAIN Salatiga

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Nilai SKK 2. Lembaran Konsultasi 3. Surat Izin Penelitian 4. Pedoman Wawancara 5. Transkrip Wawancara 6. Koding Wawancara

7. Contoh Cover Produk Majalah Pers Mahasiswa 8. Foto Penelitian

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Saat ini, kebebasan pers di Indonesia sudah dijamin oleh undang-undang yang mengatur secara gamblang tentang hal tersebut. Meskipun demikian, tidak semua masyarakat memahami makna kebebasan pers dan mengetahui fungsi pers bagi masyarakat. Padahal, baru-baru ini secara tidak sadar, hampir setiap warga negara berlaku sebagai jurnalis warga (citizen journalism). Setiap detik peristiwa yang terjadi di tengah warga dengan pesat meluas dan menjadi sajian publik tanpa memperhatikan dan mempertimbangkan apa-apa yang menjadi dampak dari informasi yang disebarkan.

Dengan tegas Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers menjamin dan melindungi kebebasan pers. Secara eksplisit, kebebasan pers tertuang pada pasal 2 yang berbunyi, “Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan dan supremasi hukum.” Pada pasal 4 turut menjelaskan,

“Kebebasan pers dijamin sebagai hak warga negara; (1) Terhadap pers

(16)

2

mempunyai Hak Tolak (4). Pasal 18 semakin menegaskan kemerdekaan pers dengan isinya, “Setiap orang yang secara melawan hukum dengan

sengaja melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan pasal 4 ayat 2 dan 3 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah)” (Luwarso, 2008: 3).

Meskipun banyak undang-undang yang telah mengatur dan mengakui kebebasan pers, bukan berarti media selalu menyajikan pemberitaan sesuai kepentingan publik. Tidak dapat dipungkiri bahwa dibalik tersiarnya pemberitaan baik dari media lokal, nasional, maupun media yang berbasis internasional sekalipun masih terdapat kecenderungan penguasaan media. Ada oknum pemilik modal dan penguasa politik yang akan membayang-bayangi laju media pemberitaan.

Mengerucut kepada pers mahasiswa yang terlepas dari kepentingan royalti, banyak ditemukan kasus yang menyinggung adanya pihak yang masih leluasa mengintervensi. Diketahui bahwa hampir seluruh pers mahasiswa di Indonesia ini rata-rata mengikuti pola kelembagaan kampus. Dengan begitu, apapun yang disiarkan oleh pers akan dimata-matai oleh lembaga. Alih-alih membina pergerakan mahasiswa, justru pers akan lebih mudah dikuasai lembaga karena segala bentuk kegiatan masih pada jangkauan dan ranah lembaga terkait.

(17)

3

mahasiswa berkembang pesat di berbagai daerah setelah peristiwa G 30 S/PKI. Pada masa itu, ketika harian umum banyak dibredel oleh pemerintah, pers mahasiswa justru menemukan celah untuk tetap menerbitkan tulisan yang berbau kritik sosial di tengah masyarakat. Diantaranya pers mahasiswa Salemba (UI), Kampus (ITB), Gelora Mahasiswa (UGM), dan Derap Mahasiswa (IKIP Yogyakarta). Namun setahun kemudian surat kabar kampus juga turut dilarang terbit (Mondry, 2008: 35).

Menyikapi perkembangan pers mahasiswa hingga dewasa ini, tentu banyak sekali problematika yang terjadi pada panggung kejurnalistikan. Tugas pers yang mulanya menjadi media penyebaran informasi kepada publik seolah berganti menjadi penulis skenario pencitraan bagi pihak yang berkepentingan. Hal ini tak jauh berbeda dengan realitas yang ada di lingkungan pers mahasiswa. Pers hanya menjadi penyimak dan menjadi aksesoris yang bisa dijadikan tedeng aling-aling. Jual-beli idealisme bahkan sudah menjadi praktik secara transparan manakala pers harus berproses dibawah tekanan dan batasan.

(18)

4

bukan tidak mungkin ini akan menjadi simbiosis mutualisme (tidak terkecuali bagi pers mahasiswa).

Menyoal kebebasan pers yang ada di Indonesia, sebenarnya kebebasan pers tidak hanya menuntut pemenuhan hak dan kewajiban semata. Tetapi harus siap mempertanggungjawabkan tulisan yang dibuat oleh seorang jurnalis. Dalam konteks inilah, kehidupan pers di Indonesia tidak terlepas dari pagar-pagar yang berbentuk undang-undang, misalnya, Undang-Undang Pokok Pers No. 40 Tahun 1999. Bahkan, di Indonesia pun dikenal juga adanya Kode Etik Jurnalistik yang merupakan pedoman penulisan bagi seluruh wartawan di Indonesia (Kusumaningrat, 2012: 14).

Meskipun seringkali undang-undang pers dan kode etik digaungkan, tidak membuat pers di negeri ini benar-banar bebas sebagaimana isi yang terkandung dalam naungan hukum insan pers. Masih banyak ditemukan gejolak dan praktik konglomerasi atau penguasan politik yang siap menikam kebebasan pers dan menghanguskan idealisme insan pers. Inilah yang pada akhirnya menyita perhatian peneliti untuk menarik benang merah atas realita pers yang ada di lingkungan kampus atau dikenal dengan pers mahasiswa. Dengan demikian, penulis mencoba mengangkatnya sebagai bahan untuk skripsi dengan judul “INDEPENDENSI PERS MAHASISWA (Analisis Framing Terhadap

(19)

5

B. Fokus Penelitian

Agar penelitian lebih fokus dan terarah, penulis mengerucutkan penelitian menjadi beberapa pertanyaan penelitian, diantaranya:

1. Bagaimana tingkat pemahaman pers mahasiswa terhadap Undang-Undang Pers dan Kode Etik Jurnalistik?

2. Bagaimana aktualisasi independensi pers mahasiswa ditengah maraknya intervensi terhadap pers?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan yang relevan dengan masalah yang diteliti. Adapun tujuan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui tingkat pemahaman pers mahasiswa terhadap Undang-Undang Pers dan Kode Etik Jurnalistik.

2. Mengetahui aktualisasi independensi pers mahasiswa ditengah maraknya intervensi terhadap pers.

D. Manfaat Penelitian

(20)

6

Adapun manfaat penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah literasi berupa kajian teori mengenai kebebasan pers. Selain itu, sebagai penjelasan lanjut tentang kebebasan pers yang lebih dulu berkembang agar tidak menjadi teori yang tumpang-tindih atau tidak menimbulkan perlawanan terhadap teori klasik.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi insan pers dalam melaksanakan profesionalisme kerja sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik dan Undang-undang tentang Pers Nomor 40 Tahun 1999. Di samping itu, insan pers dapat lebih berhati-hati dalam memaknai independensi pers dan tidak menyalahgunakan hukum atau undang-undang yang mengikat dengan dalih sebagai tameng profesi.

E. Penelitian Terdahulu

(21)

7

1. Penelitian ini milik Ibno Hajar tahun 2014

Peneliti merupakan mahasiswa Jurusan Siyasah Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogjakarta. Penelitian disusun dalam bentuk skripsi dengan judul,

“Perlindungan Hukum Terhadap Lembaga Pers Mahasiswa (LPM)

dalam Proses Peliputan Berita Ditinjau dari Undang-undang Nomor

40 Tahun 1999 Tentang Pers”. Penelitian ini menitikberatkan pada peran pers mahasiswa sebagai kontrol sosial di Indonesia serta dampak UU Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers terhadap kebebasan pers mahasiswa dalam meliput berita. Selain itu, penelitian ini menjelaskan adanya diskriminasi terhadap pers mahasiswa untuk mempunyai perlindungan hukum.

2. Penelitian ini milik Syukron Makmun tahun 2015

Peneliti merupakan mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Penelitian disusun dalam bentuk skripsi dengan judul, “Kajian Kebebasan Pers dalam UU No. 40 Tahun 1999”. Penelitian ini menitikberatkan pada kesesuaian kebebasan pers di Indonesia yang berpedoman pada UU No. 40 Tahun 1999 serta pengaruh terhadap pers di Indonesia pasca disahkannya UU tersebut.

3. Penelitian ini milik Sri Widari Zulfa Tahun 2013

(22)

8

Medan. Penelitian disusun dalam bentuk skripsi dengan judul, “Pers

Mahasiswa: Studi Deskriptif Mengenai Dinamika Pers Mahasiswa SUARA USU”. Menelitian ini menitikberatkan pada idealisme pers

mahasiswa di USU yaitu pers mahasiswa SUARA USU tetap bertahan melewati dinamika pers. Kajian ini dilakukan dengan melihat bagaimana serta apa saja aspek-aspek yang dapat menggambarkan idealisme anggota pers mahasiswa tersebut dan menggambarkan dinamika pers itu hingga saat ini. Kajian ini juga menjelaskan bagaimana pers mahasiswa itu masih tetap bertahan dengan dinamika pers yang saat ini terjadi.

4. Penelitian ini milik Hamdan Daulay pada Tahun 2008

Peneliti merupakan Lektor kepala dalam mata kuliah Jurnalistik, Program Doktor Ilmu Politik UGM Yogyakarta, Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian disusun dalam bentuk jurnal dengan judul, “Kode Etik Jurnalistik dan Kebebasan Pers di Indonesia Ditinjau dari Perspektif Islam”. Dalam penelitian ini

(23)

9

F. Kerangka Berfikir

Permasalahan kebebasan pers pada dunia media penyiaran sebenarnya sudah menjadi PR lama. Ada beragam pendapat yang seringkali dijumpai terkait kebebasan pers. Bukan hanya pers umum, pers mahasiswa pun merasakan demikian. Jika di pers umum rata-rata bermasalah dengan praktikkonglomerasi dan kepentingan politik, pers mahasiswa juga berkutat pada hal yang serupa namun dengan cakupan yang lebih sempit.

Kebebasan pers dengan demikian adalah kebebasan berkomunikasi dan berekspresi dalam memberikan informasi kepada publik melalui media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Kebebasan ini menunjuk tidak ada campur tangan negara atau pemerintah maupun elemen masyarakat lain, baik individu maupun kolektif dalam memberikan informasi kepada publik, dan secara konstitusional keberadaannya dilindungi oleh negara (Mahdi, 2015: 19).

(24)

10

mengetahui masih adakah independensi pers mahasiswa untuk mewujudkan dan memperjuangkan kebebasan atau independensi pers. G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Pada bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman isi, dan halaman daftar lampiran.

Kedua adalah bagian isi dan bagian akhir yang peneliti susun dalam lima bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas: Latar Belakang, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Penelitian Terdahulu, Kerangka Berfikir dan Sistematika Penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas: Pers dan Sejarah Perkembangannya, Sejarah Pers Mahasiswa, Independensi Pers atau Kebebasan Pers, dan Analisis Framing dalam Penelitian Kualitatif.

BAB III: METODE PENELITIAN

(25)

11

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang temuan penelitian dan analisis hasil penelitian mengenai independensi pers mahasiswa yng terjadi di LPM DinamikA IAIN Salatiga dan LPM MISSI UIN Walisongo Semarang.

BAB V: PENUTUP

(26)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pers dan Sejarah Perkembangannya

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers pasal 1 ayat 1 dijelaskan, “Pers adalah lembaga sosial dan wahana

komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis aturan yang tersedia.”

Tentu saja Undang-undang tentang pers juga yang hingga saat ini menjadi rambu-rambu jurnalistik dan dipakai sebagai payung hukum dan menjadi tameng bagi insan pers dalam melakukan profesionalisme kerja. Dengan adanya undang-undang yang disahkan, maka secara jelas pers juga mendapatkan perlindungan.

(27)

13

sempit yaitu yang menyangkut kegiatan komunikasi yang hanya dilakukan dengan perantara barang cetakan. Sedangkan pers dalam arti kata luas adalah yang menyangkut kegiatan komunikasi baik yang dilakukan dengan media cetak maupun dengan media elektronik seperti radio, televisi maupun internet (Kusumaningrat, 2014: 17).

Meskipun terdefinisi demikian, namum pers yang ada pada saat sekarang ini menjadi lebih luas cakupannya. Misalnya saja di masa sekarang, oplah penerbitan media informasi berbsis cetak kian menurun jika dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Mengimbangi hal itu, kini penerbitan pers yang sangat pesat berkembang adalah produk pers yang dipublikasikan melalui internet. Internet yang dimaksud disini punmengalami perkembangan. Diketahui bahwa masa sekarang ini banyak sekali sosial media yang dimanfaatkan sebagai sarana meneyebarkan informasi, seperti halnya website, youtube, instagram, facebook, line, dan masih banyak sosial

media lainnya.

Pada dasarnya, pers mahasiswa bukan sekedar organisasi yang berkiprah di dunia jurnalistik. Bahasa dan pengetahuan juga menjadi bagian dari pengembangan pers mahasiswa. Pertama, sistem bahasa; bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Kedua, sistem pengetahuan; sistem pengetahuan dalam kultural

(28)

14

sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia (Fajrie, 2017: 58). Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri (Abdullah, 2017: 171).

Kegiatan jurnalistik awalnya terjadi sekitar 3000 tahun yang lalu, ketika raja Firaun di Mesir, Amenhotep III, mengirim ratusan pesan kepada para perwiranya di berbagai provinsi, yang berisi tentang hal-hal yang terjadi di ibukota kerajaan itu (Kusumaningrat, 2014: 16). Mengetahui sejarah yang demikian, dapat dikatakan bahwa pers sekarang adalh pers instan. Dimana banyak sekalisarana tau media yang dapat digunakan untuk mempercepat dalam perluasan informasi.

Pers mempunyai dua sisi kedudukan, yaitu pertama merupakan medium komunikasi yang tertua di dunia, dan kedua pers sebagai lembaga masyarakat dan juga sistem politik (Saptohadi, 2011: 130). Falsafah pers disusun berdasarkan sistem politik yang dianut oleh masyarakat dimana pers bersangkutan hidup (Kusumaningrat, 2014: 17).

Berdasarkan teori di atas, pers dapat dikatakan sebagai medium atau perantara masyarakat untuk memperoleh informasi juga sebagai jembatan antara pemerintah dan rakyatnya dalam pengawalan birokrasi.

(29)

15

Perlu disadari bahwa organisasi seperti pers mahasiswa merupakan saalah satu dari kelompok-kelompok sosial. Kelompok-kelompok sosial itu dapat didasarkan pada kategori Kelompok-kelompok sosial tetentu, bisa kelompok sosial berdasar pada wilayah atau lingkungan tempat tinggal, kelompok berdasar pada pekerjaan, kelompok etnis, pada kelompok agama, dan bahkan kelompok status sosial dan status ekonomi (Ali, 2017: 6).

(30)

16

Kemudian pada zaman pasca kemerdekaan Republik Indonesia, pers semakin banyak bermunculan setelah tahun 1950-an. Kebanyakan penerbitan media pers berasal dari dua organisasi, yaitu intrauniversitas dan ekstrauniversitas. Pada masa ini pula sempat dua kali diadakan konferensi antarmedia. Konferensi pertama pada tahun 1955 melahirkan organisasi Ikatan Wartawan Mahasiswa Indonesia (IWMI) dan Serikat Pers Mahasiswa (SPM). Pada kongres kedua yang terjadi pada tahun 1958, kedua organisasi tersebut melebur menjadi Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) (Mondry, 2008: 34).

Beranjak pada sejarah perkembangan pers di era demokrasi terpimpin. Pada masa ini IPMI sebagai organisasi pers mahasiswa mengalami kesulitan-kesulitan, bahkan beberapa penerbitan mahasiswa tidak mampu terbit lama. Hal itu disinyalir lantaran kesulitan mengembangkan diri pada akhir masa demokrasi liberal. Sementara di orde baru, pasca peristiwa G 30 S/PKI, pers mahasiswa kembali muncul dan berkembang dengan pesat di berbagai wilayah. Bahkan pers mahasiswa dapat tetap terbit ketika banyak media penerbitan umum dibredel dan dihentikan hak edarnya. Pers mahasiswa kemudian memecah menjadi pers kampus (internal kampus) dan pers mahasiswa (seperti pers umum dan penerbitan dilakukan di luar kampus) (Mondry, 2008: 35).

(31)

17

Universitas atau Institut Negeri, tampak adanya kecenderungan tumbuhnya pers kampus di berbagai perguruan tinggi di indonesia (Mondry, 2008: 36).

3. Independensi Pers atau Kebebasan Pers

Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor: 03/SK-DP/III/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik Pasal 1 menjelaskan: “Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang

akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Pada Kode Etik Jurnalistik itu pula dapat dibaca penafsiran terhadap kata independen, yakni “memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati

nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers,” (Pranoto, 2014:111).

Secara umum, kebebasan pers (press freedom) dapat didefinisikan sebagai jaminan kebebasan bagi media untuk menjalankan aktivitas jurnalistik dari pencarian hingga publikasi berita. Kebebasan berguna bukan hanya bagi media, tetapi juga bagi publik (Luwarso, 2008: 5).

Kebebasan pers dalam menyajikan berita merupakan salah satu unsur pilar negara demokrasi. Selain itu, pers juga memiliki kemerdekaan untuk mencari dan menyampaikan informasi penting untuk mewujudkan Hak Asasi Manusia (Ariyanti, 2010: 7).

(32)

18

publik melalui media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Kebebasan ini menunjuk tidak ada campur tangan negara atau pemerintah maupun elemen masyarakat lain, baik individu maupun kolektif dalam memberikan informasi kepada publik, dan secara konstitusional keberadaannya dilindungi oleh negara (Mahdi, 2015: 19).

Perlindungan terhadap kebebasan pers pun dicantumkan secara tegas dalam konstitusi. Selama hampir setengah abad sejak Dekrit Presiden Soekarno untuk kembali ke UUD ‟45 dicanangkan pada 5 Juli

1959, pers Indonesia sudah berjuang keras, meskipun dengan berbagai perjuangan yang berat.Untuk mendapatkan kebebasannya dengan segala macam manuver politiknya. Baru di penghujung abad 20pers mendapat jaminan setelah Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers disahkan dan UUD Amandemen II diterima oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (Kusumaningrat, 2014: 42).

(33)

19

membentuk sikap dan pendapat dalam konteks sosial dan estetis yang untuk itu diperlukan media masa sebagai institusi kemasyarakatan (Masduki, 2005: 7).

4. Studi Komparasi

Komparasi berasal dari bahasa inggris comparative yang berarti membandingkan atau menurut kamus bahasa indonesia komparasi adalah membandingkan (Senja, 479).

B. Landasan Teori

Sepanjang sejarah pers, banyak teori yang berkembang dan dianut pers. Namun secara umum, ada empat teori yang cukup dikenal. Keempat teori itu antara lain; Teori Pers Otoritarian, Libertarian, Tanggung Jawab Sosial, dan Soviet Komunis. Adapun ciri dari tiap teori pers adalah:

1. Teori Pers Otoritarian

(34)

20

pemerintah dianggap pidana, e) pelaku media tidak bebas di organisasi medianya (Mondry: 2008, 61-62).

2. Teori Pers Libertarian

Teori ini memutarbalikan posisi manusia dan negara seperti yang yang dipandang teori otoritarian. Manusia, menurut filsafat yang dianut, bukanlah makhluk tergantung yang perlu dituntun dan diarahkan. Cirinya adalah sebagai berikut; a) kebebasan publikasi dan tolak sensor; b) kebebasan terbit dan distribusi; c) kebebasan mengecam pemerintah; d) kebebasan menolak publikasi; e) pendapat perlindungan kebebasan; f) menolak pembatasan hukum; g) menolak pembatasan ekspor-impor; h) menuntut otonomi profesional tinggi (Mondry: 2008, 64).

3. Teori Pers Tanggung Jawab Sosial

(35)

21

tentang informasi, kebenaran, ketepatan, objektivitas, dan keseimbangan; c) pelaksanaan berdasar kerangka hukum dan kelembagaan yang ada; d) penegasan pers untuk menghindari kejahatan dalam bentuk apapun; e) memiliki sifat pluralis; f) produk pers dibatasi ukuran standar profesi; g) profesionalisme wartawan dan media bertanggung jawab terhadap masyarakat, majikan dan pasar (Mondry: 2008, 65).

4. Teori Pers Soviet Komunis

Tanggung jawab utama pengawasan pers Soviet ada di tangan partai, bukan pada pemerintah. Cirinya adalah sebagai berikut; a) pers melayani kepentingan dari (dan dikendalikan) kelas pekerja; b) pers tidak boleh dimiliki secara probadi; c) pers melakukan fungsi positifbagi negara melalui “sosialisasi norma yang

(36)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan field research dengan pendekatan kualitatif. Menurut Milles dan Michael, penelitian kualitatif akan mendapatkan data kualitatif yang sangat menarik, memiliki sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Peneliti dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat, serta dapat memperoleh penemuan-penemuan yang tidak diduga sebelumnya untuk membentuk kerangka teoretis baru (Maslikhah, 2003: 319).

B. Lokasi Penelitian

(37)

23

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto, 2006: 129). Dalam penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan adalah sumber data yang terkait dengan subyek dari mana data diperoleh. Adapun sumber data terdiri dari sumber data primer dan sekunder:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer (utama) bersifat dasar dan asli, diantaranya meliputi; manuskrip-manuskrip seperti surat-surat, buku harian, jurnal-jurnal atau catatan harian, berbagai jenis wawancara, penyelidikan statistik yang diadakan secara langsung pada asalnya, laporan ruang penelitian, buku-buku, artikel dari majalah dalam jumlah yang banyak, sama dengan materi yang ditemui si pekerja riset tanpa peng-redaksian atau penafsiran yang membatasi makna tulisan aslinya (Soeharto, 1989: 11-12).

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik field research serta teknik dokumentasi. Yaitu peneliti mengumpulkan data langsung dari pihak pertama dan penemuan-penemuan yang ada di lapangan.

2. Sumber Data Sekunder

(38)

24

kumpulan makalah yang termuat di dalam berbagai majalah, makalah berupa laporan dan penguraian penemuan-penemuan para ahli pengetahuan, naskah yang ditulis oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi, dan dari peneliti-peneliti materi dasar lainnya (Soeharto, 1989: 12).

Buku juga merupakan bentuk dari media massa, sehingga memiliki peran yang signifikan dalam membentuk pola pikir masyarakat. Oleh karena itu, buku dipandang sebagai bahan referensi dan bahan ajar yang dapat dipercaya. Buku merupakan produk atau bentuk dari wacana (Saputro, 2017: 4).

Sumber data sekunder secara sederhana berarti peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil (Zed, 2004: 5). Agar lebih mendalam dan memperoleh data yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis menempuh beberapa cara.

(39)

25

DinamikA Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) MISSI Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Wawancara mendalam (in-depth interview) dilakukan sebagai salah satu langkah meperoleh data yang akurat. Wawancara ini dilakukan secara terbuka dan tidak ada pemaksaan oleh peneliti kepada narasumber terkait data dan fakta yang diungkapkan. Menurut Mulyana, wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Maslikhah, 2003: 322).

Meskipun demikian, kisi-kisi wawancara yang berisi tentang independensi pers mahasiswa juga digunakan peneliti. Tujuannya, agar penelitian yang dilakukan tidak keluar dari batasan masalah. Agar tidak kehilangan data penting, peneliti menggunakan sound recorder dan catatan hasil wawancara.

(40)

26

Observasi terbuka kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara terbuka, sehingga antara responden dan peneliti terjadi hubungan atau interaksi secara wajar (Sukardi, 2005: 79). Observasi dilakukan untuk mendapatkan data dan fakta tentang aktualisasi independensi pers mahasiswa.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data adalah tahapan yang ditempuh peneliti dalam mendapatkan data yang akan disajikan dalam hasil penelitian. Berikut adalah tahapan yang ditempuh peneliti dalam penelitian terkait independensi pers mahasiswa:

a. Mencari narasumber dari LPM DinamikA IAIN Salatiga dan LPM MISSI UIN Walisongo Semarang.

b. Mengajukan permohonan penelitian. c. Melakukan observasi tempat penelitian.

d. Menjalin kesepakatan terkait waktu pelaksanaan penelitian dengan pihak yang bersangkutan.

e. Melakukan penelitian tahap pertama dengan mencari informasi umum.

f. Melakukan penelitian kedua dengan menggali informasi lebih dalam.

(41)

27

h. Hasil riset kualitatif kemudian diuji melalui Focus Group Discussion bersama anggota persma.

i. Mendokumentasikan segala data yang diperoleh baik dalam bentuk gambar, tulisan, audio, maupun produk jurnalistik yang lainnya. F. Teknik Analisis Data

Sebagaimana penelitian kualitatif, peneliti melakukan proses reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data dalam menganalisis hasil penelitian yang telah dilakukan.

Menurut Salim, reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan. Penyajian data (data display) yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification) dari permulaan pengumpulan data, periset, kualitatif mencarai makna dari setiap gejala yang diperoleh di lapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur akusalitas, dan proposisi (Maslikhah, 2003: 323).

(42)

28

penelitian dan menarik kesimpulan daripenelitian tersebut. Kemudian langkah yang dilakukan adalah menyusunnya menjadi laporan yang utuh.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data juga sering dikenal dengan istilah uji validitas. Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif, tahap pengecekan keabsahan data adalah kredibilitas (credibility), keteralihan (Transferability), auditability atau dependability, dan dapat dikonfirmasi (Confirmability) (Tjutju, 2-43). Dengan demikian, data dinyatakan valid adalah apabila peneliti berhasil menyajikan hasil penelitian sesuai dengan temuan yang diperoleh.

Peneliti melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mencocokkan antara temuan data selama penelitian dan hasil data yang dilaporkan. Selain itu, karena peneliti juga menggunakan referensi bahan pustaka, maka peneliti juga melakukan uji validitas terhadap laporan hasil penelitian yang telah disusun dengan cara mengujikadar plagiarisme yang ada pada laporan.

H. Tahap-tahap Penelitian

(43)

29

penelusuran pustaka, pengumpulan data, analisis data, penafsiran, dan pelaporan hasil penelitian.

Neuman mengkasifikasikan tahapan menjadi enam urutan. Pertama adalah penentuan topik. Setelah topik ditemukan, langkah selanjutnya adalah memeriksa topik tersebut dengan penelurusan kepustakaan. Kemudian dilanjutkan dengan proses pengumpulan data, analisis data, penafsiran, dan yang terakhir adalah proses pelaporan hasil penelitian (Raco, 2010: 18).

(44)

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Profil Lembaga Pers Mahasiswa DinamikA IAIN Salatiga

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) DinamikA merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Organisasi ini mulai terbentuk pada 25 September 1990. Pada usianya yang telah mencapai 27 tahun ini, LPM DinamikA tetap konsisten dengan konsentrasi yang ada di dalam organisasinya, yaitu berkiprah pada bidang pers. Namun ada halyang berbeda jika dibandingkan pers pada era 90-an.

LPM DinamikA beralamat di Gedung A Lantai 2 kampus satu IAIN Salatiga, Jalan Tentara Pelajar No. 2 Salatiga. Secara geografis, kantor organisasi ini berlokasi cukup strategis dan berdekatan dengan pusat Kota Salatiga. Sehingga sangat cocok mengingat organisasi ini berkonsentrasi pada bidang jurnalistik. Meskipun lokasi kantor LPM DinamikA terpisah dengan organisasi lain yang menempati gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM), relasi antara LPM DinamikA dengan organisasi tetap bersinergi dan berjalan dengan harmonis.

(45)

31

diterbitkan baik melalui media cetak maupun media daring (online), diantaranya; majalah (bernama DinamikA), jurnal (bernama (DinamikA), dan website (klikdinamika.com). Selain itu, LPM DinamikA juga mengembangkan kiprah kepenulisannya di bidang sastra dengan mulai menerbitkan buku antologi dalam bentuk puisi dan cerpen.

Selain konsentrasi jurnalistik, jenis pengembangan diri yang dapat dilakukan di organisasi ini yaitu; fotografi, desain grafis, videografi, sastra, dan lain-lain. LPM DinamikA merupakan UKM di tingkat institut. Artinya bahwa segala jenis kontroling yang dilakukan terhadap organisasi ini langsung berada di bawah pengawasan Rektor IAIN Salatiga yang dibantu oleh Wakil rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama. Di IAIN Salatiga, LPM DinamikA merupakan satu-satunya organisasi yang terfokus pada kejurnalistikan.

Adapun visi, misi, dan tujuan organisasi LPM DinamikA ini, yaitu:

a. Visi

Membentuk seorang jurnalis profesional, berkomitmen dan bertanggungjawab, yang siap pakai dan siap diterjunkan kapan dan dimana saja.

b. Misi

(46)

32

2) Membentuk penulis-penulis yang berkarakter, kritis dan progresif.

3) Membekali anggota-anggotanya dengan wawasan dan peguasaan multimedia.

4) Membudayakan kebiasaan menulis dan membaca bagi seluruh civitas akademika IAIN Salatiga.

5) Menghasilkan karya yang berkualitas. c. Tujuan

Menumbuhkembangakan minat dan bakat mahasiswa di bidang pers mahasiswa. menumbuhkan rasa solidaritas antar pers mahasiswa dan menumbuhkan kepedulian terhadap realitas masyarakat kampus maupun masyarakat lokal.

Untuk masuk menjadi bagian dari organisasi ini, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Proses perekrutan anggota LPM DinamikA yaitu; screening, Pendidikan Pers Mahasiswa Tingkat Dasar (PPMTD), magang, dan

Pendidikan Jurnalistik Tingkat Lanjut (PJTL). Setelah semua proses berhasil ditempuh, maka status kru magang akan berubah menjadi reporter LPM DinamikA.

(47)

33

Gambar 2. Struktur Organisasi LPM DinamikA IAIN Salatiga

2. Profil Lembaga Pers Mahasiswa MISSI UIN Walisongo Semarang Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) MISSI merupakan satu dari empat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Sama halnya dengan LPM DinamikA, LPM MISSI merupakan organisasi yang berkonsentrasi di bidang kejurnalistikan.

(48)

34

Untuk masuk menjadi bagian dari organisasi ini, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Proses perekrutan anggota LPM MISSI yaitu; ta‟áruf, screening, Pendidikan Jurnalis Tingkat Dasar (PJTD),

follow up, hunting, dan workshop. Pengembangan minat yang

ditawarkan diantaranya; reporter, penulis, web design, desain grafis, photographer, layouter, illustrator, dan sastra.

(49)

35

3. Hasil Wawancara a. NK

Responden ini menerangkan bahwa dia sangat memahami Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers dan Kode Etik Jurnalistik. Menurutnya, pers mahasiswa masih sering mengalami intervensi dari berbagai pihak. Intervensi itu dapat ditemukan pada internal atau eksternal organisasi. Jika intervensi ada di ranah internah organisasi, biasanya dilakukan pendekatan secara personal agar menemukan duduk perkara yang menjadi pemicu dan maksuddari intervensi sendiri. Harusnya (menurut narasumber-red) pers mahasiswa tetap memperhatikan UU, KEJ, visi, misi, tujuan dan Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO).

b. AS

(50)

36

pers mahasiswa itu sendiri. Sebagai bentuk aktualisasi independensi, pers mahasiswa diharapkan untuk tidak mudah terbawa intervensi pihak luar dan tetap berpegang pada prinsip. c. NF

Responden ini mengaku hanya sekedar tahu, namun untuk memahami lebih dalam tentang isi setiap pasal yang ada masih kurang. Namun untuk KEJ, responden mengaku paham karena bisa langsung diterapkan dalam praktik. Semisal ketika terjun ke lapangan ada suatu konflik atau kejadian, pasti menilik kembali KEJ.

Menurutnya, pers mahasiswa sering mengalami intervensi seperti kasus yang umum terjadi di pers mahasiswa itu intervensi oleh birokrat kampus terkait pemberitaan yang dilakukan dengan ancaman pendanaan. Hal itu terkadang menjadi pembatas kreativitas pers mahasiswa itu sendiri. Apalagi pers mahasiswa harus membuat berita yang berimbang. Selain itu juga adanya intervensi dari pihak luar kampus, seperti organisasi ekstrayang lebing mengarah kepada kepentingan politik itu sendiri.

(51)

37

Untuk menyikapi intervensi, harusnya pers mahasiswa kembali pada Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers dan Kode Etik Jurnalistik juga tetap menegakkan independensi pers mahasiswa. Karena pers mahasiswa merupakan pers yang bersandar pad idealisme, pers yang kritis dan mampu membuat perubahan. Keberanian dalam melawan tekanan yang dihadapi dengan menjunjung tinggi independensi dalam praktik. Ketika sudah memantapkan diri terjun di dunia pers, saat itulah insan pers harus menyatakan bahwa independensi itu harga mati.

d. DR

Responden mengaku lumayan memahami Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers dan Kode Etik Jurnalistik meskipun tidak secara mendalam. Menurutnya, intervensi pernah ada, sebuah organisasi ektra kampus pernah mencobamemasukan kepentingannya di dalam pers kampus melalui jurnalis kampus. Hal itu dirasa akan menghambat laju perkembangan pers mahasiswa. intervensi tersebut mengbuat internal organisasi menjadi lebih keruh dan hanya terfokus pada masalah intervensi tersebut.

(52)

38

agar masalah terkait intervensi itu dapat terselesaikan dengan segera. Dicari solusi terbaik dan moderat sehingga tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan atas masalah tersebut.

Perlu disadari bahwa mahasiwa yang bergelut di bidang pers mahasiswa tentu tidak hanya mengikuti satu organisasi. Ada berbagai organisasi maupun kepentingan yang diemban seorang jurnalis kampus. Maka dari itu, bersikap profesional dalam menjalankan peran perlu di junjung tinggi. Seorang pers mahasiswa harus bisa membedakan mana kepentingan pers mahasiswa dan kepentingan yang lain. Hak-hak yang ada di dalam Kode Etik jurnalistik harus dipahami, dihayati, dan dijalankan secara sunggung-sungguh.

e. FFS

(53)

39

f. S

Responden mengaku sangat memahami Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers dan Kode Etik Jurnalistik. Responden juga mengatakan selama mengikuti pers mahasiswa, belum pernah mengalami intervensi dan ketika ada intervensi, memilih untuk acuh tak acuh. Sementara untuk mengaktualisasikan independensi pers, responden mengimplikasikan Kode Etik Jurnalistik (KEJ).

g. MDY

Responden mengaku memahami Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers dan Kode Etik Jurnalistik. Menurutnya, anggota pers mahasiswa yang tidak paham hukum dan etika pers tidak patut dikatakan insan pers. Pers sangat sering mendapat intervensi dari berbagai pihak. Pada LPM lain juga sering terjadi seperti itu. Misalnya pembreidelan majalah LPM Lentera Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga yang bertajuk “Salatiga Kota Merah” karena telah

mengangkat isu tragedi 1965. Pada bulan Mei 2016, LPM Poros Universitas Ahmad Dahlan (UAD) turut dibekukan lantaran konten yang disajikan dianggap sering memberitakan keburukan kampus dan tidak bermanfaat.

(54)

40

kampus. Persma harus tetap mempunyai idealisme yang tinggi dan memperjuangkan independensi sebagai insan pers. Biarpun belum ada undang-undang khusus untuk pers mahasiswa, setiap insan mempunyai hak berekspresi.

h. MS

Responden mengaku memahami Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers dan Kode Etik Jurnalistik. Hukum dan etika adalah dasar, jadi perlu untuk diketahui dan benar-benar dipahami. Dengan pemahaman terhadap etika dan hukum tersebut, pers mahasiwa mampu mengetahui ada atau tidaknya intervensi yang mengarah pada pers mahasiswa. Bisa jadi, karena anggota pers mahasiswa tidak paham dengan hukum dan etika pers, pers mahasiswa juga tidak menyadari bahwa di dalam organisasinya sedang ada intervensi.

Hambatan pers itu bukan hanya masalah intervensi. Faktor-faktor lain juga dapat menghambat laju perkembangan pers mahasiswa. Aktualisasi independensi pers dilakukan dengan menyadari posisi dan kedudukan pers, sehingga tolok ukur kedewasaan dan kebijaksanaan menyelesaikan masalah akan menjadi amunisi tersendiri agar pers tidak dapat ditembus masalah-masalah yang dapat memicu kehancuran pers mahasiswa.

i. KK

(55)

41

redaksi, kerap ditemukan intervensi bahkan di pers mahasiswa sekalipun. Musalnya saja intervensi kepada reporter yang mencari data, atau tuntutan redaktur untuk menghaluskan bahasa berita. Sehingga kadang apa yang ditulis menjadi tidak sesuai dengan fakta dan realitas lapangan yang dijumpai.

Itu cukup menghambat karena kerangka berfikir pers mahasiswa jadi terbatas dan terkesan kurang bebas. Cara mengantisipasnya yaitu dengan mendidik mental pers mahasiwa agar kuat dan tahan tekanan yang biasa ditemui di lapangan. Untuk aktualisasinya sendiri, pers mahasiswa harus kebal dulu, paham hukum-hukum dan etik jurnalis serta tidak gegabah mengambil perspektif atas suatu masalah.

j. SM

Responden mengaku memahami Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers dan Kode Etik Jurnalistik. Namun dalam penerapannya,lebih serih menurut kepada hati nurani. Pers dikatakan bebas tapi sering dikekang dan dibatasi dengan alih-alih sebagai kontrol lembaga terhadap pers mahasiswa. kalau ada intervensi, memilih untuk melawan dengan bersenjata undang-undang dan KEJ. Karena kalau tiak dilawan akan meimbulkan matinya laju pers mahasiswa dan lembaga ikut rugi karena media pencitraan jadi berkurang.

(56)

42

individu pasti mempunyai tujuan tersendiri, kecuali jika memang tujuannya untuk merusak dan menyebarkan virus intervensi di organisasi yang diikuti. Masuk pers hanya sebagai pencitraan agar dapat mencapai tujuan terselubung.

k. SR

Responden mengaku kurang begitu memahami Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers dan Kode Etik Jurnalistik. Meskipun demikian, tetap berusaha untuk menjadi anggota pers dengan terus belajar dan berproses. Responden juga mengaku belum terlalu peka terhadap isu intervensi bahkan yang ada dalam organisasinya sendiri.

Supaya independensi tetap dapat dinikmati pers mahasiswa, anggota harusnya berani untuk memperjuangkannya sebagai bentuk kepedulian terhadap hak dirinya sebagai insan pers dan juga organisasinya

l. AN

(57)

43

Hal tersebut juga ditegaskan dalam UU 40 tahun 1999 pers pasal 4 disebutkan bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara, pers juga mempunyai hak mencari berita memperoleh dan menyebarluaskan gagasan dan informasi serta mempertanggung jawabkannya.

Kode etik jurnalistik merupakan suatu kode yang diharapkn dapat dimiliki oleh lembaga pers, pers dituntut harus selalu tunduk dan taat kepada Kode Etik Jurnalistik karena merupaka sebuah himpunan etika profesi kewartawanan dan harus dimiliki oleh seorang wartawan. Sejauh ini saya belum tahu campur tangan suatu lembaga berupa intervensi positif, tapi permasalahan intervensi bernilai positif dari suatu lembaga lain berupa campur tangan antara lembaga pers satu dengan lembaa pers yang lain ada, yaitu berupa tukar pikir atau masalah kerja sama, sehinga campur tangan antar lembaga pasti ada. jika intervensi atau campur tangan dari suatu lembaga itu baik, dan bernilai positif maka laju perkembangan persma tidak akan mengalami hambatan justru malah menambah jaringan komunikasi persma lebih luas. Tapi jika intervensi berupa sesuatu yang mengubah suatu jalannya suatu kasus atau perkara dengan dampak negatif maka laju persma akan terhambat.

(58)

44

merupakan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Dengan cara menerapkan kode etik jurnalistik, dimana kode etik jurnalistik yang sering digunakan sebagai landasan moral dan etika profesi yakni bersikap independen. Namun independen disini merupakan suatu sikap yang netral dengan menentukan pilihan pada pihak-pihak yang benar.

4. Profil Responden a. Nur Kholis

Responden merupakan pengurus LPM DinamikA yang menjabat Sebagai demisioner Pimpinan Umum. Sebelumnya, dia juga menjabat sebagai redaktur website klikdinamika.com. Mahasiswa Jurusan Tadris Bahasa Inggris (TBI) IAIN Salatiga ini telah berkiprah di LPM DinamikA kurang lebih selama tiga tahun dengan fokus karya yang berbasis karya ilmiah.

b. Anisa Septiana

(59)

45

c. Nurul Farida

Responden merupakan pengurus LPM DinamikA yang menjabat sebagai demisioner Sekretaris Umum. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga ini telah berkiprah selama tiga tahun di LPM DinamikA.

d. Dina Rahayu

Responden merupakan mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) IAIN Salatiga. Sekarang menjadi pengurus dengan menjabat sebagai Ketua Divisi Pendidikan.

e. Firdan Fadlan Sidiq

Responden merupakan mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) IAIN Salatiga. Sekarang menjadi kru magang LPM DinamikA.

f. Suharsono

Responden merupakan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA) IAIN Salatiga. Sekarang menjadi reporter tetap LPM DinamikA.

g. Muhammad Dafi Yusuf

(60)

46

Responden merupakan mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Walisongo Semarang. Di LPM MISSI, responden menjabat sebagai Pimpinan Umum LPM MISSI 2017. i. Korie Khoriah

Responden merupakan mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Walisongo Semarang. Di LPM MISSI, responden merupakan pengurus yang menjabat sebagai Pimpinan Redaksi.

j. Syamsul Ma‟arif

Responden merupakan mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Walisongo Semarang. Di LPM MISSI, responden merupakan pengurus yang menjabat sebagai Layouter. k. Saidatur Rohmah

Responden merupakan mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Walisongo Semarang. Di LPM MISSI, responden merupakan pengurus yang menjabat sebagai Sekretaris Umum.

l. Ariviana Noerrahmawati

(61)

47

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pemahaman Pers Mahasiswa Terhadap UU dan KEJ

Berdasarkan pemaparan dari responden, ternyata banyak sekali tanggapan-tanggapan yang variatif. Maksudnya, masing-masing responden mempunyai jawaban dengan asumsi dan kecenderungan tersendiri berdasarkan perspektif mereka. Data yang telah diperoleh dan dikumpulkan kemudian dilakukan reduksi atau penyederhanaan dan pemusatan data. Dengan begitu, akan memudahkan peneliti dalam menganalisa hasil yang diperoleh.

Berdasarkan sekian banyak temuan baik dari responden dan temuan di lapangan, ternyata ada begitu banyak hal yang benar-benar harus dikaji. Posisi pers mahasiswa sebenarnya mempunyai kedudukan yang strategis mengingat segala bentuk kegiatan yang dilaksanakan berada di bawah naungan lembaga yang mengikat. Disamping itu, untuk menjalankan tugasnya, pers mahasiswa juga mengikuti aturan umum dengan adanya payung hukum bernama undang-undang. Baru-baru ini, kebebasan berekspresi memang sudah dijamin dan diakui oleh dunia internasional. Namun sebaliknya, di tengah kondisi yang demikian itu, pers mahasiswa justru mengalami banyak problematika yang hampir umum dialami oleh pers mahasiswa di berbagai perguruan tinggi. Problematika dapat terjadi baik di sektor internal maupun eksternal.

(62)

48

pers pada umumnya. Ainur Rochim, Dosen Kepenyiaran TV Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang yang juga merupakan mantan jurnalis di salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia ini mengatakan, bila masih terjadi pembungkaman terhadap karya jurnalistik, hal tersebut merupakan tanda dari sebuah kemunduran. Dan berarti ada yang tidak beres (MISSI, 2016: 11).

Sebenarnya, pers mahasiswa dapat menjalankan profesi sebagai seorang jurnalis dengan mencari, mengolah, hingga mempublikasikan produk jurnalistiknya pada portal media yang dimiliki. Namun, pers mahasiswa seringkali berkawan dengan idealisme yang tinggi, sehingga isu yang ditangkap kerap diterima dengan mentah. Jika yang demikian itu semakin sering terjadi, maka akan berpengaruh pada pola penggalian informasi dan merambah pada penuangan dalam tulisan. Kritik-kritik pedas akan menjadi sajian yang justru dapat menimbulkan gejolak lainnya. Akan tetapi, pers mahasiswa mempunyai idealisme individu yang berarti bahwa masing-masing anggota pers mempunyai kecenderungan pandangan dan penyikapan atas isu seperti yang telah disampaikan di atas.

(63)

49

namun tingkatannya berbeda. LPM DinamikA berada di bawah naungan institut sementara LPM MISSI berada di bawah naungan fakultas.

Menyoal pada ranah kerja keduanya sebenarnya hampir sama, hanya saja LPM MISSI lebih banyak menyajikan informasi berbasis fakultas sementara LPM DinamikA banyak menyoal isu kampus. Hal demikian itu bukan berarti bahwa ranah kerja pers mahasiswa terbatas. Secara umum pers mahasiswa sudah diberikan kebebasan baik dalam berdiskusi sampai menyajikan informasi yang akan disajikan kepada khalayak.

Menyikapi tanggapan-tanggapan tentang pemahaman insan pers mahasiswa terhadap Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, ditemukan beragam jawaban. Sebagian responden mengaku bahwa mereka kurang begitu memahami maksud yang tertuang pada undang-undang meskipun secara tekstual nampak jelas dan mudah dipahami. Sementara sebagian lainnya mengujarkan bahwa teks undang-undang tersebut memang tidak bisa hanya dipahami dengan membaca teksnya saja. Akan tetapi harus ada pemahaman mendalam mengingat pers, khususnya pers mahasiswa, adalah lembaga yang sangat riskan dan harus hati-hati. Dalam bahasa undang-undang dituliskan “Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa

(64)

50

Jika dimaknai lebih luas, isi dari undang-undang tersebut bersinergi dengan isi yang ada pada Kode Etik Jurnalistik. Perlu dipahami juga bahwa kalimat undang-undang tersebut seolah ditegaskan pada kata terakhir “segala jenis aturan yang tersedia”. Dengan demikian insan pers (khususnya pers mahasiswa-red) penting memaknai kalimat tersebut karena telah banyak dituliskan tentang bagaimana etika mencari hingga menyampaikan informasi kepada publik. Mengingat baru-baru ini marak media bebas yang memuat konten-konten yang bisa dikatakan kurang layak terbit. Lagi, masyarakat sekarang juga berperan sebagai jurnalis yang setiap saat menginformasikan berita dan seringkali tanpa sensor. Contoh pada kejadian-kejadian misal kecelakaan, pembunuhan dan bahkan tindakan asusila kerap sekali disebarkan tanpa memperhatikan rambu-rambu jurnalistik.

(65)

51

KEJ bagi anggota pers yang baru justru menjadi momok dan ketakutan. Kurang berani dalam bersikap bahkan dalam melakukan tugas jurnalistiknya.

Berbeda dengan pers mahasiswa yang memahami secara mendalam makna setiap butir KEJ. Secara praktik, golongan ini akan lebih berhati-hati namun berani dalam bertindak terhadap informasi yang akan disampaikan. Mereka beranggapan bahwa kematangan nalar kritis dan emosional sangat mempengaruhi, semakin lama berkiprah di pers akan semakin tanggap namun tetap bijaksana dalam menyikapi hal-hal bahkan yang riskan sekalipun. Pemahaman terhadap KEJ ini pula yang menjadikan insan pers memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Ibarat berperang, mereka telah memakai pakaian perang dan membawa senjata lengkap.

(66)

52

2. Pers Mahasiswa Masih Rawan Intervensi

Menyoal tentang intervensi terhadap pers. Tidak sedikit kasus yang marak beredar di lingkungan pers, khususnya pers mahasiswa. Pertama adalah intervensi internal organisasi. Intervensi yang semacam ini biasanya timbul akibat adanya gesekan kepentingan setiap anggotanya. Misalnya saja perbedaan ideologi dan organisasi ekstra yang diikuti. Seringkali organisasi ekstra menjadi sumber ketakutan karena semakin beragam anggota organisasi ekstra yang mengikuti, semakin banyak pula kemungkinan adanya orang-orang berkepentingan meskipun dengan dalih netral. Hal ini begitu rawan karena jika semakin menjalar dan menjadi problematika besar maka dapat menghancurkan internal organisasi tersebut. Akhirnya organisasi akan diperebutkan demi faktor kepentingan baik secara personal atau golongan. Selain itu, konflik perebutan jabatan akan timbul sebagai ajang adu domba demi kepentingan kekuasaan.

(67)

53

aman apabila konten yang dimuat sesuai dengan apa yang diharapkan lembaga, apalagi menjunjung nama baik lembaga. Hal itu dianggap sebagai bentuk sinergi antara lembaga dan organisasi.

Disisi lain, sebenarnya lembaga begitu memperhatikan setiap organisasi yang ada. Berkaitan dengan pengembangan lembaga salah satunya adalah organisasi yang terus berkembang dan membuat citra lembaga menjadi baik. Pers mahasiswa dianggap mampu melakukan pencitraan kepada publik atas lembaga yang menaungi. Memang benar jika antara lembaga dan organisasi khususnya pers mahasiswa saling bersinergi, bukan tidak mungkin akan tercipta lingkungan kampus yang harmonis dan menjadi percontohan. Namun dengan tunduknya persma terhadap lembaga, kadang dianggap sebagai ajang mematikan nalar kritis mahasiswa karena dianggap tidak berkutik dan terkesan mengikuti alur.

Rentetan kasus intervensi rupanya banyak dialami pers mahasiswa. Pada tahun 2015 lalu, majalah LPM Lentera Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga yang bertajuk “Salatiga Kota Merah” karena telah

(68)

54

peresmian universitas tersebut menjadi Prguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH). Pada bulan Mei 2016, LPM Poros Universitas Ahmad Dahlan (UAD) turut dibekukan lantaran konten yang disajikan dianggap sering memberitakan keburukan kampus dan tidak bermanfaat (diolah dari berbagai sumber).

3.Independensi Pers Mahasiswa Bisa Punah

Kebebasan pers yang kerap dimaknai secara sempit menjadikan analisa yang sempit pula. Namun apabila dapat berfikir luas, kebebasan pers adalah suatu hal adil bagi pers mahasiswa. Pasalnya, bentuk-bentuk pembatasan yang dilakukan lembaga kiranya difungsikan sebagai kontrol sosial karena pers mahasiswa belum ada hukum yang secara gamblang mengatur tentang pers mahasiswa. Selama ini, pers mahasiswa masih menginduk undang-undang yang berlaku untuk pers secara umum.

(69)

55

organisasi juga tidak dapat menuntut anggotanya untuk berkarya karena beberapa isi undang-undang telah menyatakan demikian.

Hai itu pula yang menjadi hambatan pers mahasiswa. Anggota pers mahasiswa menjadi tidak terikat karena memang belum ada hukum yang mengikat. Hanya anggota tertentu yang benar-benar mau berproses dan tetap menjalankan profesi jurnalis kampus tanpa berpikir soal untung rugi. Pers mahasiswa yang semacam itu biasanya mempunyai misi tersendiri untuk memberikan informasi kepada khalayak. Pekerjaan menjadi pers mahasiswa dijadikan lahan belajar dan berproses secara gratis. Kebebasan atau independensi pers sebenarnya bisa dirasakan siapapun, hanya saja kadang ada orang-orang tertentu yang justru memanfaatkan untuk kepentingan personal baik internal organisasinya maupun isi media. Mengingat isi media tidak lain cermin realitas sosial. Cermin yang retak tidak dapat memberikan informasi yang utuh (Yusuf, 2016: 26).

(70)

56

Agar pers mahasiswa dapat mengaktualisasi independesi mereka, perlu dilakukan orientasi terhadap kebijakan lembaga untuk pers sehingga pers mahasiswa tahu dan sadar batasan-batasan yang disandarkan kepada pers mahasiswa. Orientasi pada pers mahasiswa salah satunya dapat dilakukan dengan pembiasaan pendidikan multikultural, karena bisa saja karena ketidaktahuan seorang anggota pers mahasiswa terhadap lingkungannya menjadikan dirinya tidak sadar terhadap kedudukannya. Pendidikan multikultural memiliki tiga karakteristik yaitu: Pertama, pendidikan multikultural berprinsip pada demokrasi, kesetaraan, dan keadilan. Kedua pendidikan multikultural berorientasi kepada kemanusiaan, kebersaman dan kedamaian; Ketiga pendidikan multikultural mengembangkan sikap mengakui, menerima dan menghargai keragaman budaya (Musyarofah, 2016: 182). Apabila lembaga dan pers mahasiswa semakin terbuka dan bersinergi, maka bukan tidak mungkin akan tercipta rasa aman dan nyaman serta kerjasama yang menjadikan keduannya sama-sama tidak dirugikan. Pers mahasiswa dengan terbuka dapat mencari dan menggali informasi sementara lembaga bersikap terbuka terhadap pers mahasiswa.

Menganalisa dari hasil yang diperoleh, secara garis besar, pers di Indonesia, termasuk pers mahasiswa lebih cenderung pas menganut teori pers tanggung jawab sosial. Hal itu didasarkan pada beberapa ciri yang mendekati ciri pers di Indonesia.

(71)

57

teori otoritarian, tidak harus memiliki kemampuan ekonomi seperti teori libertarian, apalagi tidak berhak sama sekali seperti teori Soviet Komunis. Pengawasan tidak hanya berasal dari dalam seperti teori libertarian, teori ini mengatakan bahwa pengawasan dilakukan melalui pendapat masyarakat , tindakan konsumen dan etika-etika kaum profesional (Mondry, 2008: 65).

Cirinya adalah sebagai berikut: 1) media memenuhi kewajiban tertentu pada masyarakat; 2) penetapan kewajiban berdasarkan standar profesi tentang informasi, kebenaran, ketepatan, objektivitas, dan keseimbangan; 3) pelaksanaan berdasar kerangka hukum dan kelembagaan yang ada; 4) penegasan pers untuk menghindari kejahatan dalam bentuk apapun; 5) memiliki sifat pluralis; produk pers dibatasi ukuran standar profesi. 6) profesionalisme wartawan dan media bertanggung jawab terhadap masyarakat, majikan dan pasar.7) meskipun derajat kemiripannya tidak seratus persen utuh, namun dari empat teori pers yang berkembang, rasanya teori ini memiliki ciri yang hampir sama dengan pers di Indonesia.

(72)

58

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Setelah peneliti melakukan penelitian terkait Independensi Pers Mahasiswa terhadap LPM DinamikA IAIN Salatiga dan LPM MISSI UIN Walisongo Semarang, dengan mengkaji tingkat pemahaman pers mahasiswa terhadap hukum dan etika pers serta aktualisasi independensi pers mahasiswa, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1.Sudut pandang pemahaman sangat berpengaruh pada laju perkembangan pola pikir pers mahasiswa. Bahkan untuk memahami setiap hukum dan etika jurnalis, seorang anggota pers mahasiswa perlu memahami secara bertahap.

(73)

59

B. Saran

Setelah melakukan kajian terhadap terhadap LPM DinamikA IAIN Salatiga dan LPM MISSI UIN Walisongo Semarang, ada beberapa saran yang penulis sampaikan, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Lembaga Pers Mahasiswa

Pers mahasiswa adalah organisasi yang berada di bawah naungan lembaga. Untuk itu, karena pers mahasiswa belum memiliki badan hukum yang secara jelas mengatur jalannya pers mahasiswa, maka mengakui lembaga sebagai media kontrol sosial organisasi sangat perlu dilakukan. Meski demikian, bukan berarti laju perkembangan pers terbatas. Ada banyak cara yang dapat ditempuh untuk menjadi pers mahasiswa yang berkualitas. 2. Bagi Lembaga yang Menaungi

Membangun sinergi antara pers mahasiswa dan lembaga dianggap perlu, karena keduanya sebenarnya saling membutuhkan. Memberikan kepercayaan kepada pers mahasiswa supaya dapat bebas berekspresi tanpa intervensi yang terlalu berlebihan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(74)

60

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, As‟ad. 2017. Penggunaan Bahasa Untuk Meningkatkan Efektivitas Peasan Khutbah Jumat. Volume 2, No. 2. Salatiga: Jurnal Inject Fakultas Dakwah IAIN Salatiga.

Ali, Mukti. 2017. Komunikasi Antarbudaya Tradisi Agama Jawa. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.

Amrullah, M. Amin. 2013. Panduan Menyusun Proposal Skripsi Tesis dan Disertasi. Yogyakarta: Smart Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Ariyanti, Vivi. 2010. Kebebasan Pers dalam Perspektif Peradilan Pidana (Jurnal). Volume IV No. 1. Purwokerto: STAIN Purwokerto.

Dahlan, Abdul Choliq. 2011. Hukum, Profesi Jurnalistik dan Etika Media Massa (Jurnal). Volume XXV No. 1. Salatiga: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri.

Daulay, Hamdan. 2008. Kode Etik Jurnalistik dan Kebebasan Pers di Indonesia (Jurnal). Volume XVII No. 2. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Fajrie, Mahfudlah. 2017. Gaya Komunikasi Masyarakat Pesisir Wedung JawaTengah. Volume 2, No. 1. Salatiga: Jurnal Inject Fakultas Dakwah IAIN Salatiga.

Hajar, Ibno. 2014. Perlindungan Hukum Terhadap Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) dalam Proses Peliputan Berita Ditinjau dari Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers (Skripsi). Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Gambar

Gambar 1. Tahap-tahap penelitian.
Gambar 2. Struktur Organisasi LPM DinamikA IAIN Salatiga
Gambar 3. Struktur Organisasi LPM MISSI UIN Walisongo Semarang

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS KUALITAS PRODUK DAN LABEL HALAL PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN KOSMETIK WARDAH (Study Kasus Mahasiswa UIN Walisongo Semarang periode 2016).. Terimakasih atas partisipasi anda

1. Pemahaman terhadap Konsep Moderasi Beragama di kalangan mahasiswa Prodi Studi Agama-Agama UIN Walisongo Semarang angkatan 2018 belum merata disemua

ANALISIS KUALITAS PRODUK DAN LABEL HALAL PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN KOSMETIK WARDAH (Study Kasus Mahasiswa UIN Walisongo Semarang periode 2016).. Terimakasih atas partisipasi anda

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bawah persepsi pelapak mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang menganggap

Berdasarkan mata kuliah prasyarat pembelajaran mikro yang terdapat pada program studi pendidikan kimia UIN Walisongo Semarang, peneliti tertarik untuk mengetahui

Faktor pendukung aktivitas PMII Rayon Dakwah adalah PMII menjadi organisasi mayoritas di UIN Walisongo Semarang, PMII mempunyai kader yang terbanyak dibandingkan

Penelitian yang dilaporkan ini bertujuan utama untuk menyelidiki pengaruh Keberagamaan (Perilaku Keagamaan dan Tingkat Keimanan) mahasiswa UIN Walisongo Semarang pada Sikap

Skripsi ini membahas hubungan tipe gaya belajar (X) dengan pencapaian prestasi akademik (Y) mahasiswa Tadris Biologi IAIN Walisongo Semarang. Studi ini dilakukan guna