• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAREKAT SEBAGAI PENDEKATAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA LANJUT USIA (Studi Kasus Jamaah Tarekat Qadiriyyah Wan Naqsabandiyyah di Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec Gebang, Kab Purworejo) Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TAREKAT SEBAGAI PENDEKATAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA LANJUT USIA (Studi Kasus Jamaah Tarekat Qadiriyyah Wan Naqsabandiyyah di Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec Gebang, Kab Purworejo) Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

i

TAREKAT SEBAGAI PENDEKATAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM PADA LANJUT USIA

(Studi Kasus Jamaah Tarekat Qadiriyyah Wan Naqsabandiyyah

di Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec Gebang, Kab Purworejo)

Skripsi

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

AJAR JOYO KUMORO

NIM: 11114050

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)

iii

TAREKAT SEBAGAI PENDEKATAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM PADA LANJUT USIA

(Studi Kasus Jamaah Tarekat Qadiriyyah Wan Naqsabandiyyah

di Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec Gebang, Kab Purworejo)

Skripsi

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

AJAR JOYO KUMORO

NIM: 11114050

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

ْ اوُمَٰ َقَتۡسٱِو

َّلَأَو

ْ

ْ

َ َعَل

ِْةَقيِر َّطلٱ

ْ

ْاٗقَدَغًْءٓاَّمْمُهَٰ َنۡيَقۡس

َ َ

لَ

١٦

ْ

Artinya: Dan bahwasanya; jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Ayah dan ibundaku tersayang, Amat Maksum dan Misrodiyah yang selalu membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam kehidupanku.

2. Kepada kakak yang telah membantu saya berupa materil dan motivasinya

3. Dosen Pembimbing Akademik Bapak Prof Mansur M.Ag 4. Pembimbing skripsi Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Pd. 5. Ketua Jurusan PAI, ibu Siti Rukhayati, M.Ag.

6. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi kepadaku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.

7. Para jamaah tarekat Qodiriyah Wan Naqsabandiyah di dusun Buntit, desa Gintungan, kec Gebang, kab Purworejo

8. Keluarga besar Putra Pamedar Sabdha

9. Keluarga besar dan sahabat-sahabati putra pamedhar sabdha terimakasih atas doa dan motivasinya sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan.

(9)

ix

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul TAREKAT SEBAGAI PENDEKATAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA LANJUT USIA (Bagi Jamaah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyahdi Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec.Gebang, Kab. Purworejo Tahun 2018

Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi agung Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

(10)

x

3. Prof Mansur. Selaku pembimbing akademik yang telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

4. Ibu Dra. Djami’atul Islamiyah M.Ag yang telah memberikan ide dan

inspirasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

6. Kepada para jamaah Tarekat Qodiriyah wan Naqsabandiyah di dusun Buntit, desa Gintungan, Kec Gebang, Kab Purworejo yang telah memberikan izin penelitian.

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Amin.

Salatiga, 10 Septe mber 2018

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN DEKLARASI ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Sistematika Penulisan... 6

BAB II TAREKAT SEBAGAI PENDEKATAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA LANJUT USIA A. Tarekat... ... 7

(13)

xiii

C. Lanjut Usia... ... 24

D. Kajian Pustaka... ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Kehadiran Penelitian ... 32

C. Lokasi Penelitian ... 32

D. Sumber Data ... 32

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 34

F. Analisis Data ... 37

G. Pengecekan Keabsahan data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 41

B. Gambaran Umum Jamaah... 45

C. Paparan Temuan Penelitian... 48

D. Analisis Data BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

C. Penutup... 70 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiv

DAFTAR TABEL 1. Tabel 3.1 jumlah jamaah tarekat

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar SKK

(16)

xvi

ABSTRAK

Ajar Joyo Kumoro. 2018.Tarekat Sebagai Pendekatan Pendidikan Agama Islam Pada Lanjut Usia(Studi Kasus Jamaah Tarekat Qodiriyah Wan Naqsabandiyaah Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec Gebang, Kab Purworejo 2018). Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag.

Kata kunci: Tarekat, Pendekatan Pendidikan Agama Islam, Lanjut Usia. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui ajaran dalam Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah, 2)Untuk mengetahui Implementasi pelaksanaan dalam ajaran tarekat, dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, 3)Untuk memaparkan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyahdi Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec Gebang, Kab Purworejo Tahun 2018.

Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) dan bersifat deskriptif kualitatif.Sumber data ini meliputi data primer yakni jamaah, data sekunder yakni foto-foto kegiatan, buku ajaran, lokasi. Teknik Pengumpulan data ini menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dengan reduksi data dan triangulasi, kemudian ditarik kesimpulan

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Masa lanjut usia sebuah masa dimana semua orang pasti akan melewatinya. Tidak ada obat bahkan kecanggihan teknologi apapun tidak dapat mencegah dan menunda seseorang dalam menuju datangnya lanjut usia. Usia enam puluhan biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. (Netty Hartaty, 2004: 49). Sedangkan Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejateraan Lanjut Usia yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas (Wiji dan Sri, 2008: 154). Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia.

(18)

2

lain dikarenakan adanya penurunan kemampuan yang dimiliki baik dari segi fisik maupun psikisnya.

Siti partini sudirman dalam bukunya psikologi lanjut usia mengungkapkan paling tidak terdapat empat masalah yang akan muncul pada lanjut usia, yakni (1) masalah ekonomi, (2) masalah sosial dan budaya, (3) masalah kesehatan, (4) masalah psikologis (partini, 2011: 7). Kemunculan empat permasalahan tersebut tetntu mempunyai berbagai kebiasaan buruk dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seperti mudah depresi, mudah stress, emosi yang tidak terkontrol, mudah pelupa, muncul lagi sifat kekanak-kanakan, dan berbagai macam penyakit yang tidak jarang dari mereka harus masuk rumah sakit. Allah SWT. Telah berfirman :

همُث ٗةهوُق ٖف ۡعَض ِد ۡعَب ۢنِم َلَعَج همُث ٖف ۡعَض نِّم مُكَقَلَخ يِذهلٱ ُ هللَّٱ۞

ِد ۡعَب ۢنِم َلَعَج

ُريِدَقۡلٱ ُميِلَعۡلٱ َوُهَو ُٗۚءٓاَشَي اَم ُقُل ۡخَي ٗۚٗةَبۡيَشَو اٗف ۡعَض ٖةهوُق

٤٥

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia

menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui

lagi Maha Kuasa”. (QS. Ar-Rum: 54).

(19)

3

atas kematian pasangan hidup dan mempersiapkan diri sendiri dalam menghadapi kematian (wiji, 2008:159).

Tentang kematian dalam perspektif agama memang tidak selamanya berkaitan dengan banyaknya usia seseorang, namun secara rasional kematian sering diidentikan dengan lanjut usia. Menyadari hal ini tentulah para lanjut usia membutuhkan perhatian tersendiri, khususnya dalam hal keberagaman, agar dapat lebih mempersiapkan diri dalam hal menghadapi kematian. Inilah yang menjadi dasar pemikiran peneliti mengapa memilih subjek penelitian dari pengikut tarekat Qadiriyah wan naqsabandiyah yang sudah berusia lanjut.

Realitas dimasyarakat pendidikan keagamaan dapat diperoleh melalui pengajian-pengajian rutinan secara umum atau pengajian yang dikemas dalam lembaga tarekat.

(20)

4

Melalui tarekat tersebut, banyak amalan atau ajaran serta kegiatan yang harus dilaksanakan. Seperti zikir, manaqib, suluk, sholat berjamaah, semua itu dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan diharapkan dapat memupuk sifat yang baik dan sebaliknya untuk menghindari sifat-sifat buruk.

Berdasarkan gambaran serta paparan dari latar belakang masalah di atas, maka penulis ingin mengkaji lebih dalam melalui penelitian dangan

mengangkat judul “ TAREKAT SEBAGAI PENDEKATAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM PADA LANJUT USIA (Bagi Jamaah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec.Gebang, Kab.

Purworejo Tahun 2018)”

B. Fokus Penelitian

Memperhatikan latar belakang masalah yang tertulis di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Ajaran yang di ajarkan dalam Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec.Gebang, Kab. Purworejo Tahun 2018?

2. Bagaimana Implementasi pelaksanaan dalam ajaran tarekat, dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari?

(21)

5 C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui ajaran dalam Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah pada Jamaah Tarekat di Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec Gebang, Kab Purworejo Tahun 2018

2. Untuk mengetahui Implementasi pelaksanaan dalam ajaran tarekat, dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, dan pengaruhnya. 3. Untuk memaparkan faktor pendukung dan penghambat dalam

pelaksanaan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyahdi Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec Gebang, Kab Purworejo Tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak umat Islam baik dari segi teoritis maupun secara praktis, adapun manfaat itu adalah sebagai berikut:

1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya wawasan ragam pendekatan dalam pendidikan agama Islam khususnya pendekatan tarekat dalam tasawuf.

2. Praktis

a. Bagi peneliti,

Hasil penelitian ini merupakan usaha untuk mengetahui tarekat sebagai pendekatan Pendidikan Agama Islam pada Lanjut Usia.

(22)

6

Membuka pemahaman masyarakat tentang esensi Tarekat

Qadiriyyah Wa Nasyabandiyyah dan kontribusinya pada upaya peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

E. Sistematika Penulisan

Agar lebih mempermudah dalam penulisan skripsi dalam hal memberikan gambaran serta penjelasan, maka dalam skripsi ini terbagi dalam lima bab, yang masing-masing bab memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, adapun gambaran sistematikanya adalah sebagai berikut :

Sistematika peulisan yang disusun peneliti adalah sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN: Membahas tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan peneletian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan

2. BAB II LANDASAN TEORI: Membahas tentang landasan teori, dan Kajian Pustaka

3. BAB III METODE PENELITIAN: Menjelaskan tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data,prosedur pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan data 4. BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA: Menjelaskan tentang

(23)

7 BAB II

TAREKAT SEBAGAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA LANJUT USIA

A. TAREKAT

1. Pengertian tarekat

Arti kata tarekat dalam bahasa Arab (ةقرطلا) jamaknya (قئارط ) yang mengandung sistem, metode, haluan, keadaan jalan, keadaan aliran dalam garis pada sesuatu. Sementara dalam terminologi Tarekat adalah jalan atau metode khusus untuk mencapai spiritual (Alfati suryadilaga, 2016: 229).

Sedangkan menurut Harun Nasution, tarekat yaitu jalan yang hasrud ditempuh oleh calon sufi dalam tujuannya berada sedekat mungkin dengan Allah SWT. Tarekat kemudian mengandung arti organisasi yang didalamnya mempunyai syaikh, upacara ritual, dan bentuk dzikir sendiri(Harun Nasution, 1986: 86).

Kemudian kata tarekat dalam literature barat yang ditulis H.A.R Gibb dalam buku yang berjudul shoter Encyclopedia Of Islam yang dikutipMukhsin Jamil, yang berarti Road (jalan raya), way (cara jalan), dan Path(jalan setapak). Jadi pada intinya tarekat adalah suatu metode moral psikologi untuk membimbing individu dalam mempraktekan

(24)

8

2. Sejarah berdirinya tarekat Qodiriyah Wan Naqsabandiyah

Beberapa tarekat ada di indonesia salah satunya adalah tarekat

Qodiriyyah wan naqsabandiyyah. Tarekat ini didirikan oleh seorang suf

besar Masjid al-Haram Makkah al-Mukarramah bernama Ahmad Khathib

ibn Abd. Ghaffar al-Sambasi al-Jawi, wafat di Makkah pada tahun 1878

M. Beliau adalah seorang mursyid Tarekat Qadiriyah, tetapi ada yang

menyebutkan bahwa beliau juga mursyid dalam Tarekat Naqsabandiyah.

Namun beliau hanya menyebutkan silsilah tarekatnya dari sanad Tarekat

Qadiriyah. Sampai sekarang belum diketemukan, dari sanad mana beliau

menerima bai’at Tarekat Naqsabandiyah (Martin Van Bruinessen,

1998:90). Sebagai seorang mursyid yang sangat ‘alim dan ‘arif billah,

beliau memiliki otoritas untuk membuat modifkasi tersendiri dari tarekat

yang dipimpinnya, karena dalam Tarekat Qadiriyah memang ada

kebebasan untuk itu, bagi yang telah mencapai derajat mursyid. Untuk itu

beliau menggabungkan inti ajaran kedua tarekat, yaitu Qadiriyah wa

Naqsyabandiyah dan mengajarkan pada murid-muridnya, khusus yang

berasal dari Indonesia (Martin Van Bruinessen, 1998, hal. 91).

Penggabungan inti ajaran kedua tarekat itu menurut Kharisudin

Aqib, dimungkinkan atas dasar pertimbangan logis dan strategis bahwa

kedua ajaran inti itu bersifat saling melengkapi, terutama dalam hal jenis

zikir dan metodenya. Tarekat Qadiriyah menekankan ajarannya pada zikir

jahr naf ithbat zikir dengan suara keras), sedangkan tarekat

(25)

9

(zikir dalam hati tanpa bersuara). Dengan penggabungan itu diharapkan

para muridnya dapat mencapai derajat kesufan yang lebih tinggi, dengan

cara yang lebih efektif dan efsien (Kharisudin Aqib, 1998, hal. 53).

Disebutkan dalam kitab “Fathal-‘Arifn”, bahwa sebenarnya tarekat ini

bukan hanya univikasi dari dua tarekat tersebut, tetapi merupakan

penggabungan dan modivikasi dari lima ajaran tarekat, yaitu Tarekat

Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Anfasiah, Junaidiyah, dan Muwafaqah.

Karena yang lebih diutamakan ajaran Qadiriyah dan Naqsyabandiyah,

maka diberi nama tarekat ini dengan tarekat “Qadiriyah wa

Naqsyabandiyah

3. Metode Tarekat

Adapun metode yang digunakan untuk mengamalkan tarikat ini

antara lain:

a. bai’at, yakni sebuah janji untuk menjalankan ibadah kepada Allah,

agar hati semakin mantab, zikir dan do’a yang diamalkannya

bersambung kepada mursyid atau gurunya, gurunya kepada gurunya

lagi, dan seterusnya hingga sampai ke silsilah paling atas, yaitu

kepada Rasulullah. Dilihat dari jumlah orang yang dibai’at,

dibedakan menjadi dua yaitu bai’ah fardiyyah (individual) artinya

hanya satu orang saja yang dibai’at, dan bai’ah jam’iyyah (kolektif)

artinya jumlah orang yang dibai’at lebih dari satu. Sedangkan dilihat

dari segi tatacara pelaksanaan amalan tarekat, bai’at dibedakan

(26)

10

Ismail, 1993, hal. 319). Jenis bai’at yang diterapkan di tempat ini

adalah bai’ah suwariyah. Ia diizinkan tetap tinggal bersama

keluarganya dan menjalani hidup sesuai dengan profesinya. Mereka

cukup mengamalkan zikir dan amalan-amalan tarekat lainnya pada

waktu-waktu tertentu sesuai dengan apa yang telah disampaikan

mursyidnya.

b. Rabitah yakni upaya mengingat wajah guru atau syekh dalam

ingatan seorang murid. Sebelum seorang jamaah mengamalkan zikir,

terlebih dahulu ia harus memproduksi ingatan kepada mursyid yang

telah membai’at dan menalqinkan lafal zikir yang akan diamalkan

tersebut. Ingatan tersebut bisa berupa wajah mursyid, seluruh

pribadinya, atau prosesi ketika mursyid mengajarkan zikir tersebut

(Martin Van Bruinessen, 1998, hal. 83-84). Rabitah dilaksanakan

dengan cara memejamkan mata dan membayangkan prosesi

pembai’atan yang baru saja dialami, dan langsung mengikuti apa

yang diminta oleh mursyidnya. modelnya mengingat prosesi

pembai’atan bukan mengingat wajah mursyidnya. Karena mengingat

wajah seseorang (mursyid) lebih rawan lupa, dari pada mengingat

prosesi pembai’atan tersebut.

c. Muraqabah yakni duduk tafakur atau mengheningkan cipta dengan

penuh kesungguhan lata’if al qalb, seolah-olah berhadapan dengan

Allah dan meyakinkan diri bahwa Allah senantiasa mengawasi dan

(27)

11

Martin, muraqabah ini biasanya tidak diajarkan oleh mursyid kepada

sembarang muridnya, tetapi hanya diajarkan kepadamurid yang

tingkatannya lebih tinggi, mereka telah menguasai seluruh zikir

(Martin Van Bruinessen, 1998, hal. 82). Muraqabah bermanfaat

sebagai latihan psikologis untuk menanamkan keyakinan yang

dalam, dengan tujuan akhir agar seseorang menjadi hamba Allah

yang sesungguhnya, yang muhsin dan dapat menghambakan diri

kepada Nya dengan penuh kesadaran seolah-olah Allah selalu

melihat dan memperhatikannya. Dalam praktek, muraqabah

dilakukan dalam posisi duduk tawaruk seperti posisi duduk pada

waktu zikir.

d. Suluk (khalwat) yakni kegiatan menyepi untuk sementara waktu dari

kesibukan duniawi selama empat puluh hari. Tetapi ada juga yang

menjalankan khalwat hanya selama sepuluh atau dua puluh hari,

tergantung ajaran masingmasing mursyid. Selama khalwat jamaah

makan dan minumnya sedikit sekali, hampir seluruh waktunya di

gunakan untuk berzikir dan muraqabah (meditasi) kepada Allah.

Ajaran tentang khalwat dalam tarekat, mengambil i’tibar kepada

perjalanan Nabi Muhammad saw menjelang pengangkatan

kenabiannya, sebagaimana beliau berkhalwat untuk sementara waktu

(28)

12 4. Materi Tarekat

materi yang diamalkan tarekat secara garis besar menjadi dua

yaitu Zikir dan Manaqib, dengan penjelasan seperti berikut:

a. zikir sebah kata yang berasal dari kata “zikrullah”. Ia merupakan

amalan khas yang mesti ada dalam setiap tarekat. Yang dimaksud

zikir dalam suatu tarekat adalah mengingat dan menyebut nama

Allah, baik secara lisan maupun secara batin (Kharisudin Aqib,

1998: 36). Pendapat lain mengatakan bahwa zikir adalah menyebut

asma Allah Swt dengan ungkapan-ungkapan seperti membaca tasbih

(subhana Allah), tahmid (alhamdu lillah), takbir (Allah Akbar), dan

tahlil (lailaha illa Allah) (Asep Usman Ismail, 1993: 319).

Selain itu, membaca al-Quran dan doa-doa yang bersumber

dari kitab suci termasuk pula dalam pengertian zikir. Bacaan

kalimah-kalimah tersebut dilakukan berulang-ulang dengan hitungan

tertentu dengan tujuan untuk mencapai kesadaran diri akan Tuhan

Allah secara permanen (Martin Van Bruinessen, 1998: 80).

Sedangkan tujuan lainnya menurut Kharisudin, zikir diyakini sebagai

materi yang paling sesuai untuk membersihkan jiwa dari segala

macam kotoran dan penyakit-penyakitnya (Kharisudin Aqib, 1998:

37).

Dengan melakukan zikir secara sungguh-sungguh dan

memusatkan pikiran hanya kepada kalimah Allah yang sedang

(29)

13

ada dua macam, yakni zikir yang diucapkan dengan lisan (zikir jahr)

dan zikir yang diingat dalam qalbu (zikir khaf) (Asep Usman Ismail:

1993:319).

Dalam tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, zikir adalah

aktiftas lidah (lisan) maupun hati (batin) untuk menyebut dan

mengingat asma Allah baik dalam bentuk kalimat (lailha illa Allah)

maupun ism zat (Allah,Allah,…) dan penyebutan tersebut telah

dibai’atkan atau ditalqinkan oleh seorang mursyid yang muttasil fayd

(sambung sanad dan berkahnya) (Kharisudin Aqib, 1998: 80).

b. Manaqiban

Manaqiban adalah suatu acara paling penting. Manaqiban

bulanan dan tahunan yaitu mengenang wafatnya Syaikh Abdul Qadir

Jaelani, yang jatuh pada tanggal 11 Rabi’ultsani. Karena Syekh

wafat pada tanggal 11 11 Rabi’ultsani 561 H dan merupakan puncak

kejayaan. Di dalam acara ini diadakan dzikir berjamaah dengan

(30)

14 B. Pendekatan Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendekatan

Istilah pendekatan berasal dari bahsa inggris approach yang salah satunya artinya pendekatan, pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu. Secara terminologi pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yag selanjutnya digunakan dalam memahami sesuatu. Sering dikatakan bahwa pendekatan melahirkan metode(http://www. Referensimakalah, diakses pada tanggal 28 september 2018 pukul 18:25 WIB).

Pendidikan secara etimologi berasa dari bahasa Yunani yang

terdiri dari kata “Pais” artinya seseorang, dan “again” diterjemahkan

membimbing (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 1991: 69). Jadi pendidikan

(paedogogie) artinya bimbingan yang diberikan pada seseorang.

Sedangkan secara umum pendidikan merupakan bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh karena itu, pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama (Zuhairini, 2004: 1).

Di dalam Islam, sekurang-kurangnya terdapat tiga istilah yang digunakan untuk menandai konsep pendidikan, yaitu tarbiyah, ta`lim, dan

ta`dib. Namun istilah yang sekarang berkembang di dunia Arab adalah

(31)

15

Istilah tarbiyah berakar pada tiga kata , raba yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh, yang kedua rabiya yarba yang berarti tumbuh dan berkembang, yang ketiga rabba yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. Kata al rabb juga berasal dari kata tarbiyah dan berarti mengantarkan pada sesuatu kesempurnaannya secara bertahap atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur (Hery Nur Aly, 2013: 3).

Ada beberapa pengertian pendidikan agama Islam menurut beberapa tokoh antara lain:

a. Tayar Yusuf dalam bukunya Abdul Majid dan Dian Andayani mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar menjadi manusia bertakwa kepada Allah (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2004: 130)

b. Zuhairini, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membimbing ke arah pembentukan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis, supaya hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga terjadinya kebahagiaan dunia akhirat (Zuhairini, 2004: 11). c. Muhaimin yang mengutip GBPP PAI, bahwa Pendidikan Agama

(32)

16

antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan agama islam disamping ilmu pengetahuan tentang agama Islam juga diarahkan pembentukan pribadi yang sesuai ajaran Islam dalam proses belajar mengajar pendidikan Islam mencakup aspek pengetahuan dan aspek keterampilan sehingga anak didik memiliki pengetahuan tentang Islam sekaligus mampu untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang bermanfaat bagi kesejahteraan manusia dan alam sekitarnya.Dari beberapa definisi di atas dapat diambil unsur yang merupakan karakteristik Pendidikan Agama Islam:

1) Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan, latihan, pengajaran, secara sadar yang diberikan oleh pendidik terhadap peserta didik.

2) Proses pemberian bimbingan dilaksseseorangan secara sistematis, kontinyu dan berjalan setahap demi setahap sesuai dengan perkembangan kematangan peserta didik.

3) Tujuan pemberian agar kelak seseorang berpola hidup yang dijiwai oleh nilainilai Islam.

(33)

17

Berdasarkan hal tersebut pendekatan pendidikan agama islam adalah metode atau cara usaha untuk pembentukan pribadi yang sesuai ajaran Islam dalam proses belajar mengajar pendidikan Islam mencakup aspek pengetahuan dan aspek keterampilan sehingga anak didik memiliki pengetahuan tentang Islam sekaligus mampu untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang bermanfaat bagi kesejahteraan manusia dan alam sekitarnya.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Jika kita melihat kembali pengertian pendidikan agama Islam, akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya

menjadi “insan kamil” dengan pola taqwa insan kamil artinya manusia

utuh rohani dan dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepadaAllah SWT. Dalam hal ini ada beberapa tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu:

a. Tujuan umum (Institusional)

(34)

18

seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut. Tujuan umum pendidikan harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional Negara tempat pendidikanIslam itu digunakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional.

b. Tujuan akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya tedapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan akhir Pendidikan Agama Islam akan dapat lebih dipahami dalam firman Allah SWT:

َنوُمِل ۡسُّم مُتنَأَو هلَِإ هنُتوُمَت َلََو ۦِهِتاَقُت هقَح َ هللَّٱ ْاوُقهتٱ ْاوُنَماَء َنيِذهلٱ اَهُّيَأٓ َي ٢٠١

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenarbenar takwa kepadaNya, dan janganlah

sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS.

Al-Imran: 102) (Departemen Agama RI, 2005: hlm. 543). c. Tujuan sementara (Instruksional)

(35)

19

direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola waktu sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sementara, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi seseorang didik.

d. Tujuan Operasinal

Tujuan Operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional.

(36)

20

dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara(Zakiyah Darajat, 1992: hlm 30).

Tujuan pendidikan Agama Islam adalah pencerminan dari ciri-ciri agama untuk membentuk kepribadian manusia dari proses pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga, keluarga, pemerintah maupun masyarakat (Zainul Arifin, 2009: 13).

3. Materi Pendidikan Agama Islam

Pada pendidikan formal (di sekolah) materi pendidikan agama dimuat dan disusun berdasarkan kurikulum yang telah diterapkan. Sementara pada pendidikan nonformal materi pendidikan agama disesuaikan dengan bentuk lembaga pendidikannya. Berbeda dengan pendidikan agama dalam keluarga, materi pendidikan agama yang diajarkan pada umumnya tidak pernah disebut secara eksplisit, tetapi secara praktis materi materinya( Jalaluddin dan Usman Said, 1999: 38).Islam sebagai agama dan objek kajian akademik memiliki cakupan dan ruang lingkup yang luas. Secara garis besar Islam memiliki sejumlah ruang lingkup yang saling terkait yaitu lingkup keyakinan (akidah),

lingkup norma (syari‟at), dan prilaku (akhlak/behavior). Pembahasann berikutini memberikan elaborasi seputar tiga ruang lingkup pembahasan tentang Islam sebagai berikut (Rois Mahfud, 2011: 9:

a. Akidah

(37)

21

pengertian ini merujuk pada makna dasar bahwa manusia sejak azali telah terikat dengan satu perjanjian yang kuat untuk menerima dan mengakui adanya Sang Pencipta yang mengatur dan menguasai dirinya, yaitu Allah SWT. selain itu, akidah juga mengandunng cakupan keyakinan terhadap yang gaib, seperti malaikat, surge, neraka, dan sebagainya(Rois Mahfud, 2011: 17-21).

b. Syariat

Syariat merupakan aturan-aturan Allah yang dijadikan referensi oleh manusia dalam menata dan mengatur kehidupannya baik dalam kaitannya dengan hubungan antara manusia dengan Allah SWT, hubungan antara manusia dengann sesama manusia, dann hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Syariat tidak hanya satu hukum positif yang kongkrit, tetapi juga suatu kumpulan nilai dan kerangka bagi kehidupan keagamaan muslim. Ruang lingkup syariat secara umum dapat dikategorikan ke dalam dua aspek, yaitu sapek ibadah dan aspek muamalah.

(38)

22

terhadap Allah SWT. Jadi perbuatan apa pun yang dilakukan seorang Muslim selama itu baik dan diniatkan hanya karena Allah SWT, maka perbuatan tersebut bernilai ibada di sisi Allah SWT. Ibadah dalam Islam secara garis besar terbagi ke dalam dua jenis, yaitu ibadah

mahdah (ibadah khusus) dan ibadah ghair mahdah (ibadah umum). Kedua adalah muamalah.Selain ibadah khusus yang telah dijelaskan di atas, terdapat pula ibadah umum yaitu semua bentuk aktivitas yang dilakukan manusia dalam kaitan hubungan antara manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam yang bernilai ibadah. Ibadah dalam pengertian yang kedua ini tidak ditentukan bentuk dan macamnya. Selama kegiatan yang dilakukan seorangMuslim medatangkan kemaslahatan bagi diri, masyarakat, dan alam dengan didasarkan niat kepada Allah maka itulah bentuk ibadah

ghair mahdah.

(39)

23

Ruang lingkup kajian muamalah tidak terikat pada aspek-aspek tertentu. Ruang lingkup kajian ini bersifat dinamis mengikuti kecenderungan perkembangan hukum positif(Rois Mahfud, 2011: 22-23).

c. Akhlak. Secara terminologis, akhlak adalah tindakan (kreativitas) yang tercermin pada akhlak Allah SWT, yang salah satunya dinyatakan sebagai Pencipta manusia dari segumpal darah, Allah SWT. Sebagai sumber pengetahuan yang melahirkan kecerdasan manusia, pembebasan dari kebodohan serta peletak dasar yang paling utama dalam pendidikan.

Pembagian Akhlak dapat dibagi berdasarkan sifatnya dan berdasarkan objeknya. Berdasarkan sifatnya, akhlak terbagi menjadi dua bagian. Pertama, akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak karimah (akhlak yang mulia). Yang termasuk ke dalam akhlak karimah (akhlak terpuji), di antaranya: ridha kepada Allah, cinta dan beriman kepada Allah, beriman kepada malaikat, kitab, rasul, hari kiamat, takdir, taat beribadah, selalu menepati janji, melaksanakan amanah, berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan, qanaah (rela terhadap pemberian Allah), tawakal (berserah diri), sabar, syukur,

tawadhu‟, (merendahkan hati) dan segala perbuatan yang baik

menurut pandangan Al-Qur‟an dan Hadis. Kedua, akhlak mazmumah

(akhlak tercela) atau akhlak sayyi‟ah (akhlak yang jelek). Adapun

(40)

24

riya‟, takabur, mengadu domba, dengki atau iri, kikir, dendam,

khianat, mamutus silaturahmi, putus asa, dan segala perbuatan tercela menurut pandangan Islam(Rois Mahfud, 2011: 34).

C. Lanjut Usia

1. Pengertian Lanjut Usia

Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia didunia. Dalam undang-undang no 13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang berusia diatas 60 tahun ke atas (siti, 2011: 2). Sementara itu lanjut usia dalam islam disebutkan aoabika seseorang telah memasuki umur antara 60-70 tahun, sebagaimana dalam hadits Rasulullah Saw sebagai berikut:

Mereka berkata: “Ya Rasulullah, berapakah ketetapan umur

-umur umatmu?” Jawab beliau: ”Saat kematian mereka (pada

umumnya) antara usia enam puluh dan tujuh tahun” Mereka

bertanya lagi: “Ya Rasulullah bagaimana dengan umur delapan puluh?” Jawab beliau, “sedikit sekali umatku yang

dapat mencapainya. Semoga Allah merahmati orang-orang

yang mencapai umur delapan puluh” (H.R Hudzaifah Ibn

Yamani) (aliah, 2006: 117).

(41)

25

Munculnya penurunan kemampuan pada lanjut usia tak ayal menimbulkan beberapa masalah tersebut adalah maslah ekonomi, sosial, budaya, kesehatan dan psikologi. Dari beberapa masalah tersebut, khususnya dalam masalah sosial ada kecenderungan manusia lanjut usia untuk tetap menikmati hidup dengan berbagai rasa dengan sesamanya, sebagaimana hal tersebut diungkapkan Ancok dalam bukunya Siti Partini Sudirman yang menyatakan bahwa upaya menghimpun kelompok usia lanjut dalam wadah kegiatan, memungkinkan mereka berbagi rasa dan menikmati hidup (siti, 2011: 11).

Dalam perkembangan kognitif periode lanjut usia, juga terjadi berbagai penurunan khusunya dalam hal kemampuan berfikirnya. Mereka lebih banyak mengingat masa lalu dan sering melupakan yang baru diperbuatnya. Selain kemampuan untuk memusatkan perhatian, berkosentrasi dan berfikir logis menurun, bahkan sering terjadi loncatan gagasan (aliah, 2006: 141).

2. Batasan Umur Lanjut Usia Menurut WHO

a) Usia pertengahan : 45-59 tahun b) Lanjut usia : 60-74 tahun c) Lanjut usia tua : 75-90 tahun

(42)

26

3. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia

Beberapa perubahan yang akan terjadi pada lansia diantaranya: a. Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh akan berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran lebuh besar sehingga mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan proposi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati beekurang. b. Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada lansia akan

mengalami perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca indra. Pada indra pendengaran akan terjadi gangguan pendengaran seperti hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga. Pada indra penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan pada kornea, hilangnya daya akomodasi dan menurunnya lapang pandang. Pada indra peraba akan terjadi seperti respon terhadap nyeri menurun dan kelenjar keringat berkurang. Pada indra pembau akan terjadinya seperti menurunnya kekuatan otot pernafasan, sehingga kemampuan mencium juga berkurang.

c. Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunya selara makan, seringnya terjadi konstipasi, menurunya produksi air liur (Saliva) dan gerak peristaltic usus juga menurun.

(43)

27

e. Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan cairan dan makin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek, persendian kaku dan tendon mengerut.

f. Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami pompa darah yang menurun, ukuran jantung secara kesuruhan menurun dengan tidaknya penyakit klinis, denyut jantung menurun, katup jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi lipid. Tekanan darah sistolik meningkat pada lansia kerana hilangnya distensibility arteri. Tekanan darah diastolic tetap sama atau meningkat.

g. Perubahan intelektual akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti perubahan intelegenita Quantion ( IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal, pemecehan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan , karena penurunan kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun.

(44)

28

bersangkutan dengan keadaan lansia yang akanmeninggalkan kehidupan dunia.

i. Tugas perkembangan pada lanjut usia.tugasperkembangan adalah tugas yang muncul pada periode tertentu dalamkeidupan suatu individu (direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial, “lanjut Usia,’ artikel di akses pada tanggal 27 juni 2018 pukul 20.30 WIB).

B. Kajian Pustaka 1. Kajian Pustaka

Dalam pengamatan dan kajian terhadap beberapa skripsi yang penulis lakukan terkait Tarekat Sebagai Pendekatan Pendidikan Agama Islam Pada Lanjut Usia, terdapat beberapa judul skripi yeng relevan, judul skripsi tersebut diantaranya;

(45)

29

Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015?, (2) Bagaimana sistem pendidikan akhlak tasawuf pada tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana?, (3) Bagaimana kontribusi tarekat Qadiriyyah Wa Naqsyabandiyyah di Pondok Pesantren Suryabuana Dusun Balak Desa Losari Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Tahun 2015 terhadap masyarakat Balak, Murid-murid dan Jamaah Pada Umumnya?

b. Rohmah, Wahidatur. 2015. Hubungan Pengamalan Ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah Dengan Perilaku Ihsan (Bagi Jamaah Sewelasan di Dusun Sumber Desa Timpik, Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui hubungan pengamalan ajaran tarekat dengan perilaku ihsan di Dusun Sumber Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah:1) Bagaimanakah tingkat pengamalan ajaran tarekat pada jamaah

(46)

30

sewelasan di Dusun Sumber, Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015?

(47)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam metode penelitian ini yang peneliti gunakan adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai suatu penelitian yangang dilakukan secara mendalam karena berfungsi untuk memahami makna atau proses subjek penelitian yang diangkat dengan asumsi dasar bahwa penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antara fenomena yang dapat dengan menggunakan logika ilmiah. Di samping itu bentuk penelitian ini lebih menekankan pada masalah proses dan makna dari pada hasil. Karena makna mengenai sesuatu sangat ditentukan oleh proses bagaimana ketentuan itu terjadi. Pada pendekatan ini, peneliti menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial, hubungan erat anatara peneliti dengan subjek.

1. Jenis Penelitian

(48)

32 2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, pelaku sebagai pengumpul data dan sebagai instrument yang aktif dalam upaya untuk mendapatkan data-data dilapangan. Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung dilapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk mengetahui dan memahami fenomena yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dengan informan atau sumber data lainnya sangat mutlak diperlukan.

3. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi obyek lokasi penelitian adalah di dusun Buntit, Desa Gintungan, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo. Adapun alasan pemilihan lokasi di dusun tersebut karena daerah tersebut banyak masyarakat yang mengikuti tarekat terutama para lanjut usia. Hal itu menurut peneliti sangat postif bagi pendidikan keagamaan mereka.

Secara geografis terletak berada: a. Di sebelah Timur desa Bulus b. Di sebelah Selatan desa Lugosobo c. Di sebelah Barat desa Seren d. Di sebelah Utara desa Rendeng 4. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland yang dikutip Lexy J. Moleong (2002:

(49)

33

penelitian kualitatif secaramenyeluruh berupa narasumber atau informan; peristiwa atau aktivitas; tempatatau lokasi; benda, beragam gambar dan

rekaman; dokumen dan arsip”. Dariberbagai sumber data tersebut beragam

informasi dapat digali untuk menjawabdan memahami masalah yang telah dirumuskan. Adapun sumber data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber datasekunder.

a. Data primer (sumber data utama)

Sumber data utama yang dimaksudkan lofland dan lofland adalah sumber utama yang dapat memeberikan informasi, fakta dan gambaran peristiwa yang diinginkan dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif, sumber data utama itu adalah kata-kata orang yang diamati atau diwawancarai. Dalam kaitannya penelitian ini data primer yakni jamaah Tarekat dan pendamping jamaah tarekat (Badal).

Dalam proses penelitian, sumber data dihimpun melalui catatan tertulis, atau melalui perekaman video/audio tape, pengambilan foto atau film. Pencatatansumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan-serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya(Ali Mufron, 2015: 68-69).

b. Data sekunder

(50)

34

diabaikan dalam suatu penelitian, terutama dokumen tertulis seperti buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.

Sumber data berupa buku yang dimaksud termasuk disertasi, tesis dan skripsi yang mampu memberikan gambaran mengenai keadaan seseorang atau masyarakat tempat kajian/ penelitian dilakukan. Selain itu tentu saja majalah ilmiah, termasuk jurnal ilmiah yang memuat hasil kajian dan penelitian yang dapat memberikan informasi awal sebuah sebuah penelitian yang dilakukan.

Termasuk sember data sekunder yang tidak bisa diabaikan dalam penelitian kualitatif adalah dokumen arsip, baik milik perorangan maupun dokumen sebuah institusi yang bersifat resmi kelembagaan, dokumen-dokumen ini memiliki arti penting bagi seorang peneliti kualitatif, terutama yang terkait dengan data-data umum, data-data kependudukan, monografi dan sebagainya(Ali Mufron, 2015: 70). Terkait dalam penelitian ini data sekunder berupa foto kegiatan, buku ajaran dan lain-lain.

5. Prosedur Pengumpulan Data

(51)

35 a) Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan idemelalui tanya jawab, sehingga dapat dikonsruksikan makna dalam suatu topiktertentu. Adadua jenis teknik wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidakterstruktur yang disebut wawancara mendalam (in-depth interviewing).Wawancara terstruktur merupakan wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Peneliti yang menggunakan jenis wawancara ini bertujuan untuk mencari jawaban terhadap hipotesis kerja. Untuk itu pertanyaan-pertanyaan disusun dengan rapi dan ketat. Format wawancara yang digunakan bisa bermacam macam, dan format itu dinamakan protokol wawancara. Protokol wawancara itu dapat juga berbentuk terbuka. Pertanyaan-pertanyaan ini disusun sebelumnya dan didasarkan atas maslah dalam rancangan penelitian.

Wawancara tak terstruktur merupakan wawancara yang berbeda dengan terstruktur. Cirinya kurang diinterupsi dan arbitrer. Wawancara semacam ini digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Hasil wawancara semacam ini menekankan perkecualian, penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan baru, pandangan ahli, atau perspektif tunggal(lexy moleong, 2008: 190).

(52)

36

a) Bila pewawancara berhubungan dengan orang penting.

b) Jika pewawancara ingin menanyakan sesuatu secara lebih mendalam lagi pada seorang subjek tertentu

c) Apabila pewawancara menyelenggarakan kegiatan yang bersifat penemuan

d) Jika ia tertarik untuk mempersoalkan bagian-bagian tertentu yang tak normal

e) Jika ia tertarik untuk berhubungan langsung dengan salah seorang responden

f) Apabila ia tertarik untuk mengungkapkan motivasi, maksud, atau penjelasan dari responden

g) Apabila ia mau mencoba mengungkapkan pengertian suatu peristiwa, situasi, atau keadaan tertentu(lexy moleong, 2008: 191).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur dan tak terstruktur jika menggunakan wawancara terstruktur agar peneletian ini tidak bias sedangkan tidak setruktur karea ada hal penting untuk bisa diperjelas kembali.

Wawancara ditujukan kepada Badal dan jamaah Tarekat Qodiriyah wan Naqsabandiyah di dusun buntit, desa Gintungan, kec Gebang, kab Purworejo, Jawa tengah.

(53)

37

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis, mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan(lexy moleong, 2008: 174). Observasi bisa peneliti lakukan dengan pengamatan kegiatan kegiatan tarekat.

c) Teknik Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam konteks penelitian ini dokumen bisa berupa sejarah nerdirinya tarekat, foto, kegiatan, buku, dan ajaran(lexy moleong, 2008: 216).

6. Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain(lexy moleong, 2008: 248).

Langkah-langkah analisis data yaitu: a. Reduksi Data

(54)

38

dan disusun secara sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan (Nasution, 1992: 129).Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu (Sugiyono, 2013: 247).

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah melakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan (menyajikan) data. Data dapat disajikan dalam berbagai bentuk. Selain penyajian data yang berupa teks naratif, juga dapat berupa matriks, grafik, networks,

charts, dan lainnya (Nasution, 1992: 129). Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami (Sugiyono, 2013: 249). Dengan demikian, peneliti dapat menguasai data yang diperoleh dan menarik suatu kesimpulan, sehingga data yang dikumpulkan (diteliti) menjadi bermakna.

c. Conclusion Drawing and verification (menarik kesimpulan dan verifikasi)

Pada dasarnya, peneliti berusaha untuk mencari makna dari data yang dikumpulkannnya. Melalui reduksi data,

(55)

39

didapat senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung (Nasution, 1992: 130).

Dalam hal ini, penulis mencoba menganalisis seluruh data yang terkumpul dalam tarekat sebagai pendekatan pendidikan agama islam pada lanjut usia(Bagi Jamaah Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyahdi Dusun Buntit, Desa Gintungan, Kec.Gebang, Kab. Purworejo Tahun 2018)

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah manusia, karena itu yang diperiksa adalah keabsahan datanya. Untuk menguji kredibilitas data penelitian peneliti menggunakan teknik Triangulasi. Teknik triangulasi adalah menjaring data dengan berbagai metode dan cara dengan menyilangkan informasi yang diperoleh agar data yang didapatkan lebih lengkap dan sesuai dengan yang diharapkan. Setelah mendapatkan data yang jenuh yaitu keterangan yang didapatkan dari sumbersumber data telah sama maka data yang didapatkan lebih kredibel. Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam hal ini peneliti menggunakan triangulasi sumber.

(56)

40

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

apa yang dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

(57)

41 BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Kondidi Geografis

Dusun Buntit adalah salah satu dari 6 dusun di desa Gintungan, secara geografis dusun buntit terletak:

a. Sebelah selatan desa Lugosobo b. Sebelah barat desa Seren c. Sebelah utara desa Rendeng d. Sebelah timur desa Bulus

Kondisi daerahnya subur, sedangkan perekonomian masyarakat Buntit sebagian besar pertanian. Lokasi dusun buntit yang berada desa gintungan merupakan wilayah yang lumayan jauh dari perkotaan. Desa gintungan merupakan desa yang mempuyai 2 pondok pesantren yakni PP An-Nawawi dan PP Al-Amin. Pondok pesantren An-Nawawi merupakan pusat lokasi tarekat Qodiriyah wan Naqsabandiyah.

2. Sejarah Tarekat Qodiriyyah Wan Naqsabandiyah

a. Sejarah berdirinya Tarekat Qodiriyah Wan Nasabandiyah di desa Gintungan

(58)

42

kecil oleh orang tuanya, dan setelah dewasa beliau belajar di bangil Jawa timur.

Setelah beberapa tahun belajar di Bangil kemudian beliau melanjutkan pendidikannya dengan pergi ke Makkah untk berguru kepada KH. Abdul Kharim Banten jawa barat , ilmu yang diperolehnya adalah tarekat Qodiriyah wan Naqsabandiyah. Setelah bertahun tahun memperdalam ilmu diberbagai pondok pesantren kemudian beliau bermukim didesa dunglo, baledono, purworejo. Kemudian oleh syeikh K Sholeh Darat( teman belajar Thariqot masih di Makkah) dianjurkan untuk mendirikan pondok pesantren di desa gintungan. Setelah KH Zarkasyi wafat, maka kepemimpinan pondok pesantren dilanjutkan oleh putranya yang bernama KH Shidieq sekaligus menjadi mursyid Tarekat Qadiriyah wan naqsabandiyah. Setelah KH Shidieq wafat dilanjutkan oleh putranya KH Nawawi hingga sekarang dipimpin oleh putranya KH Chalwani(wawancara dengan NH pada tanggal 12 agustus 2018). 3. Jalur silsilah Tarekat

Jalur sislsilah tarekat Qadiriyah wan naqsabandiyah yang ada di dusun Buntit desa Gintungan sebagai berikut:

1. Allah SWT, 2. Malaikat Jibril, 3. Nabi Muhammad SAW, 4. Ali

bin Abi Thalib, 5. Khusein bin Fatimah, 6. Imam Zainul ‘Abidin, 7. Muhammad Al Baqir, 8. Imam ja’far sidiq, 9. Musa al kadzim,

(59)

43

Saris saqoti, 13. Abi al-qosim Junaidi al-bagdadi, 14. Abi bakri as-sibli, 15. Abdul wakhidi at-tamimi, 16. Abi al-faroji at-turtusi, 17.

Abi khasan ali nilhakari, 18. Abi sa’idil mubarok al-mahzumi, 19.

‘abdul qodir al-jailani, 20. Abdul ‘aziz, 21. Muhammad al-hatak, 22. Syamsuddin, 23. Syarofuddin, 24. Nuruddin, 25. Waliyuddin, 26. Khisamuddin, 27. Yahya, 28. Abi bakri, 29. Abdur rohim, 30.

‘usman, 31. ‘abdul fatal, 32. Muhammad murod, 33. Syamsuddin,

34. Ahmad khotib syambas( kalimantan yang hidup di mekkah),

35. ‘abdul karim (banten yang bermukim di mekkah), 36. Zarkasyi

bin Asnawi, 37. Munir Bin Zarkasyi(kakaknya shidiq bin zarkasyi), 38. Shiddiq bin zarkasyi, 39. Muhammad nawawi bin shiddiq, 40. Achmad Chalwani. (buku pedoman jamah tarekat) 4. Data Jamaah tarekat Qadiriyah wan naqsabandiyah

Data jamaah tarekat di dusun Buntit, desa Gintungan dapat dibagi berdasarkan umur para jamaahnnya (wawancara dengan bapak NH 12 Agustus 2018) sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah jamaah tarekat

No Berdasarkan Umur Jumlah

1. usia 40-50 tahun 13 Orang

2. Usia 50-60 tahun 57 Orang

3. Usia 60 ke atas 24 Orang

(60)

44

Dari tabel diatas terdapat 24 jamaah yang berusia lanjut. Peneliti mengambil 10 informan dengan alasan beberapa pertimbangan antara lain:

a. Tidak semua informan bersedia diwawancarai

b. Kalaupun ada yang bersedia sebagian ada yang bahasanya tidak komunikatifStruktur organisasi tarekat Qadiriyah Wan

Naqsabandiyah

5. Struktur tarekat Qadiriyah Wan Naqsabandiyah di dusun buntit, desa Gintungan, kec Gebang kab Purworejo(wawancara dengan bapak NH 12 agustus 2018)

Tabel 3.2

Struktur Organisasi Tarekat

Mursyid

KH. Chalwani

Badal

Nur Huda

(61)

45 B. Gambaran Umum Jamaah

1. Bapak NH(42 tahun)

Informan I dengan inisial NH dan berjenis kelamin laki-laki . Beliau berasal dari dusun Buntit, Desa Gintungan, kec gebang, kab purworejo Jabatan beliau adalah sebagai badal tarekat. Beliau bekerja sebagai petani

2. Ibu Ums (66 tahun)

Informan II dengan inisial Ums dan berjenis kelamin perempuan . Beliau berasal dari dusun Buntit, Desa Gintungan, kec gebang, kab purworejo Jabatan beliau adalah sebagai jamaah tarekat. Beliau bekerja sebagai petani

3. Ibu Nga(umur 62 tahun)

Informan III dengan inisial Nga dan berjenis kelamin perempuan. Beliau berasal dari dusun Buntit, Desa Gintungan, kec gebang, kab purworejo Jabatan beliau adalah sebagai jamaah tarekat selama 5 tahun. Beliau bekerja sebagai petani

4. Ibu Sup (70 tahun)

Informan IV dengan inisial Sup dan berjenis kelamin perempuan . Beliau berasal dari dusun Buntit, Desa Gintungan, kec gebang, kab purworejo Jabatan beliau adalah sebagai jamaah tarekat selama 9 tahun. Beliau bekerja sebagai petani

(62)

46

Informan V dengan inisial Rof dan berjenis kelamin perempuan. Beliau berasal dari dusun Buntit, Desa Gintungan, kec gebang, kab purworejo Jabatan beliau adalah sebagai jamaah tarekat selama 8 tahun. Beliau bekerja sebagai ibu rumah tangga

6. Ibu Mar (68 tahun)

Informan VI dengan inisial Mar dan berjenis kelamin perempuan. Beliau berasal dari dusun Buntit, Desa Gintungan, kec gebang, kab purworejo Jabatan beliau adalah sebagai jamaah tarekat selama 7 tahun. Beliau bekerja sebagai petani

7. Ibu Jur (71 tahun)

Informan VII dengan inisial Jur dan berjenis kelamin perempuan. Beliau berasal dari dusun Buntit, Desa Gintungan, kec gebang, kab purworejo Jabatan beliau adalah sebagai jamaah tarekat selama 6 tahun. Bekerja sebagai pembuat tempe

8. Ibu Lgs (69 tahun)

Informan VIII dengan inisial Lgs dan berjenis kelamin perempuan. Beliau berasal dari dusun Buntit, Desa Gintungan, kec gebang, kab purworejo Jabatan beliau adalah sebagai jamaah tarekat selama 6 tahun. Bekerja sebagai ibu rumah tangga

9. Ibu Ros (71 tahun)

(63)

47

purworejo Jabatan beliau adalah sebagai jamaah tarekat selama 8 tahun. Bekerja sebagai ibu rumah tangga

10. Ibu Tuk (66 tahun)

Informan X dengan inisial Tuk dan berjenis kelamin perempuan. Beliau berasal dari dusun Buntit, Desa Gintungan, kec gebang, kab purworejo Jabatan beliau adalah sebagai jamaah tarekat selama 8 tahun. Bekerja sebagai petani

11. Ibu Sul (71 tahun)

Informan XI dengan inisial Sul dan berjenis kelamin perempuan. Beliau berasal dari dusun Buntit, Desa Gintungan, kec gebang, kab purworejo Jabatan beliau adalah sebagai jamaah tarekat selama 8 tahun. Bekerja sebagai ibu rumah tangga

C. Temuan Penelitian

1. Tarekat sebagai pendekatan pendidikan agama islam

(64)

48

wawancara dan dokumentasi dari berbagai pihak tarekat, peneliti mendapatkan data sebagai berikut:

a. Ajaran tarekat

Ajaran tarekat qodiriyah wan naqsabandiyyah di dusun buntit merupakan media untuk mendekatkan diri kepada allah SWT. Seperti yang telah disampaikan oleh ibu SUP selaku jamaah tarekat sebagai berikut:

Karena saya sudah tua maka Saya ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Saya tidak ingin kalau nanti meninggal tidak mempunyai bekal diakhirat(wawancara dengan Ibu SUP pada tanggal 12 Agustus 2018 pukul 20.10 WIB). Hal yang berbeda disampaikan oleh LGS sebagai berikut: Saya mengikuti tarekat ini karena saya ingin mempunyai seorang guru yang bisa naninya menunjukan di akhirat(wawancara dengan LGS pada tanggal 12 Agustus 2018 pukul 18.29 WIB)

Hal yang sama juga disampaikan oleh ibu Tky sebagai berikut:

Saya ingin mengikuti tarekat ini karena saya ingin mempunyai guru yang nantinya mengarahkan saya kelak di akhirat wawancara dengan Ibu TKY pada tanggal 17 Agustus 2018 pukul 12.22 WIB)

(65)

49

wan naqsabandiyah di dusun buntit, desa gintungan adalah dzikir, manaqiban, khataman. Selain itu juga para jamaah di anjurkan untuk bisa melaksankan sholat sunnah Seperti yang telah disampaikan oleh ibu Ums selaku jamaah tarekat sebagai berikut:

Saya diberi buku pedoman yang didalamnya memuat ajaran dzikir yang akan dibaca setiap habis sholat. Bapak huda selalu menganjurkan kepada jamaah untuk menjalankan sholata sunnah sholat hajat, lidaf’il bala’, lihifdzil iman, takhitul masjid(wawancara dengan Ibu Ums pada tanggal 12 Agustus 2018 pukul 17.25 WIB)

Ibu Nga mengungkapkan hal yang sama mengenai ajaran tarekat sebagai berikut

Ajaran yang saya dapatkan yaitu bacaan wiridan yang harus saya baca setelah sholat. Bacaan manaqiban dan khataman khuwajigan semuanya ada di dalam buku pedoman. Ada juga Anjuran untuk menjalankan sholat sunah seperti sholat

hajat, lidaf’il bala’, lihifdzil iman, takhitul masjid. Sering sering bertadarus al-qur’an(wawancara dengan Ibu Nga pada tanggal 12 Agustus 2018 pukul 18.22 WIB)

Ibu Rof mengungkapkan hal yang sama mengenai ajaran tarekat sebagai berikut

Saya dikasih buku dari pak huda ysng dibaca setelah habis sholat, selain romo KH chalwani juga menganjurkan kepada seluruh jamaah untuk menjalankan sholat sunnah

sholat hajat, lidaf’il bala’, lihifdzil iman, takhitul masjid di masjid, berdzikir jika diwaktu luang sehingga secara tidak sadar saya harus menjaga segala tingkah laku saya sendiri(wawancara dengan Ibu Rof pada tanggal 13 Agustus 2018 pukul 17.29 WIB)

(66)

50

saya mengajarkan kepada jamaah seperti dalam buku pedoman yang sudah dimiliki oleh jamaah tarekat didalamnya terdapat bacaan dxikir. Saya Menganjurkan kepada para jamaah untuk untuk menjalankan amalan

amalan sehari hari berupa sholat hajat, lidaf’il bala’, lihifdzil iman, takhitul masjid,yang dilakukan setiap ba’da

sholat magridan juga sering sering membaca al-Qur’an membaca al-Qur’an(wawancara dengan bapak NH pada tanggal 13 Agustus 2018 pukul 19.45 WIB).

Beragam ajaran yang terdapat dalam tarekat menjadi daya tarik seseorang untuk menjadi jamaah tarekat.

b. Faktor-Faktor Penghambat dan pendukung dalam kegiatan tarekat Munculnya penurunan kemampuan pada manusia lanjut usia tak ayal menimbulkan beberapa masalah tersebut adalah masalah ekonomi, sosial, budaya, kesehatan dan psikologi(siti, 2011: 11). Hambatan berdasarkan masalah ekonomi juga diungkapkan oleh ibu TKY sebagai berikut

Hambatan saya itu ketika ada kegiatan selapanan yang diadakan diluar kecamatan sehingga saya harus menyediakan uang banyak karena saya mengajak cucu saya(wawancara dengan ibu TKY pada tanggal 17 Agustus 2018 pukul 12.22 WIB)

Ibu JUR menambahkan selain membutuhkan uang yang tidak sedikit dari meraka yang terikat oleh pekerjaan, beliau menyatakan:

Karena saya bekerja sehingga saya tidak bisa mengikuti semua kegiatan tarekat(wawancara dengan ibu JUR pada tanggal 14 Agustus 2018 pukul 19.29 WIB)

(67)

51

Perubahan umur mengakibatkan daya kerja tubuh semakin munurun. Hal itu merupakan hambatan yang menjadi akibat para jamaah sulit dalam menerima maupun mengikuti berjalannya kegiatan tarekat. Seperti yang disampaikan oleh ibu SUP sebagai berikut:

saya tidak bisa berangkat kegiatan kalau diwaktu malam karena saya kurang bisa melihat kalau harus berjalan dimalam hari. Saya sering salah kalau melafadzkan arab kadang saya juga lupa kalau ada kegiatan tarekat jika tidak ada yang menghampiri(wawancara dengan ibu SUP pada tanggal 13 Agustus 2018 pukul 20.10 WIB)

Hal yang sama disampaikan oleh ibu SUL sebagai berikut:

Saya jadi tidak bisa mengikuti kegiatan secara full dikarenakan tubuh saya dan ketika berjalan membutuhkan tongkat untuk berjalan sehingga saya tidak bisa untuk acara yang jauh (wawancara dengan ibu SUL pada tanggal 17 Agustus 2018 pukul 16.15 WIB)

Selain faktor perubahan tubuh faktor ekonomi juga merupakan masalah pokok jamaah tidak bisa mengikuti kegiatan tarekat Hal seperti diungkapan oleh

Hambatan saya itu ketika ada kegiatan selapanan yang diadakan diluar kecamatan sehingga saya harus menyediakan uang banyak karena saya mengajak cucu saya(wawancara dengan ibu TKY pada tanggal 17 Agustus 2018 pukul 12.22 WIB)

(68)

52

Karena saya bekerja sehingga saya tidak bisa mengikuti semua kegiatan tarekat(wawancara dengan ibu JUR pada tanggal 14 Agustus 2018 pukul 19.29 WIB)

Perubahan intelektual membuat para jamaah mudah lupa seperti yang dingkapkan oleh ibu ROS sebagai berikut

Kadang saya sering lupa bacaan dzikir sehingga saya perlu membuka kembali buku pedoman, selain rumah yang jauh dengan badal membuat saya jarang bertemu dengan pak badal(wawancara dengan ibu ROS pada tanggal 15 Agustus 2018 pukul 18.29 WIB)

Hal yang sama diungkapkan oleh ibu ROF sebagai berikut

Hambatan saya yakni terdapat bacaan yang sering meloncat loncat dan kadang tidak saya baca karena saya sudah lupa. Selain itu karena saya pendengarannya saya sudah berkurang sehingga saya jarang mengikuti sholat berjamaah di masjid(wawancara dengan Ibu Rof pada tanggal 13 Agustus 2018 pukul 17.29 WIB)

Menurunnya beberapa indera membuat para jamaah merasa kesulitan untuk mengikuti setiap kegiatan, seperti menurunnya indera pendengaran hal tersebut diungkapkan oleh ibu Nga sebagai berikut:

(69)

53

kegiatan tarekat. Seperti hal yang diungkapkan oleh Ibu SUP sebagai berikut:

Saya selalu berangkat setiap kegiatan tarekat, dikarenakan tempatnya yang dekat(wawancara dengan Ibu SUP pada tanggal Minggu/12 Agustus 2018 pukul 20.10 WIB)

Hal yang sama diungkapkan oleh Ibu Ums sebagai berikut:

Saya selalu berangkat setiap kegiatan tarekat, dikarenakan tempatnya yang dekat, temannya banyak (wawacara dengan Ibu Ums pada tanggal12 Agustus 2018 pukul 17:25 WIB)

Dari hasil wawancara dengan responden terdapat berbagai macam kendala yang sering muncul dalam mengikuti kegiatan seperti faktor tempat yang jauh, keterbatasan fisik maupun faktor ekonomi. Faktor pendukungnya yakni tempat yang mudah dijangkau dan teman yang banyak.

2) Faktor Penghambat dan Pendukung perspektif badal

Badal tarekat mengungkapkan kendala dan penunjang yang sering terjadi pada jamaah lanjut usia kaitannya dalam kegiatan tarekat sebagai berikut:

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah jamaah tarekat
tabel 3.3 jadwal kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tari merupakan sebuah seni atau kesenian yang berupa gerakan badan yang ritmis sebagai ekspresi jiwa

Berdasarkan hasil analisis penelitian, pembahasan dan juga simpulan yang telah di uraikan, terdapat beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan

Dalam menanamkan sikap disiplin pada peserta didik, guru seharusnya membuat peraturan yang jelas. Peraturan yang jelas dan sederhana bisa mempermudah peserta didik untuk

Untuk membuktikan hipotesis tersebut data terlebih dahulu diuji dengan tiga analisis yakni uji normalitas, uji kesamaan varian (homogenitas) dan selanjutnya uji

Berdasarkan hasil dan analisis dari Pengujian Akurasi Pendeteksian Jarak, Akurasi Pendeteksian sudut, dan waktu komputasi, maka dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem

Prevalensi gondok hasil pemeriksaan kelenjar gondok (palpasi) pada penelitian ini lebih rendah sebesar 11,71 % jika dibandingkan dengan pemeriksaan kelenjar gondok (palpasi)

memang kami masih muda waktu itu tapi ga bisa nolak kami karna kami juga sama-sama saling sayang”. Sudah direncanakan karna orangtua saya khawatir saya ikut-ikutan

Kepala Desa memberhentikan Perangkat Desa yang tidak menindaklanjuti teguran dan membuat pernyataan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2) huruf d