TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM
PEMBAYARAN UPAH PADA KARYAWAN CV DECORUS
KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Fitri Handayani Ningsih
NIM : 21414018
PROGRAM STUDIHUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
ii
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Fitri Handayani Ningsih
NIM : 21414018
Judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PEMBAYARAN UPAH PADA KARYAWAN CV
DECORUS KECAMATAN PRINGSURAT
KABUPATEN TEMANGGUNG
dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan
dalam sidang munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 19September 2018 Pembimbing
Luthfiana Zahriani, SH.,MH
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Nakula Sadewa No. 09 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga
Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PEMBAYARAN UPAH PADA KARYAWAN CV DECORUS KECAMATAN PRINGSURAT
KABUPATEN TEMANGGUNG
Oleh:
Fitri Handayani Ningsih NIM: 21414018
Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari senin, tanggal 24
September 2018, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam.
Dewan Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang :Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. ...
Sekretaris Sidang : Luthiana Zahriani, SH., MH. ………
Penguji I :Farkhani, SH., MH. ………
Penguji II : Heni Satar Nurhaida, SH., M.Si. ………
Salatiga, 24 September 2018 Dekan Fakultas Syariah
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fitri Handayani Ningsih
NIM : 21414018
Program Studi : Hukum Ekonomi Syari‟ah
Fakultas : Syari‟ah
Judul Skripsi : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PEMBAYARAN UPAH PADA KARYAWAN CV
DECORUS KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Naskah skripsi ini diperkenankan untuk di publikasikan pada e-repository IAIN
SALATIGA.
Salatiga, 19September 2018 Yang menyatakan
v
MOTTO
Boleh jadi kamu membenci sesuatu namun ia amat baik bagimu
dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu namun ia amat buruk
bagimu, Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak
mengetahui.
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Suami tercinta, Heru Budi Prasetya, dan anak tercinta, Wildan Agha Prasetya
yang telah memberikan cinta, dukungan, motivasi, semangat, dan doa, restu
yang selalu mengiringi setiap langkah penulis.
2. Ibutercinta, Soliyah sebagai motivator terbesar dalam hidup yang tak
mengenal lelah dan mendoakanserta menyayangi, terimakasih atas semua
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena
atas rahmat dan karuninnya-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana dalam hukum Islam, Fakultas Syari‟ah, Program
Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah. Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai dalam penyusunannya.
Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga,
sekaligus selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan
bimbingan dan pengarahan untuk selalu melakukan yang terbaik.
3. Ibu Evi Ariyani, S.H.,MH, selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi
Syari‟ah IAIN Salatiga.
4. Ibu Luthfiana Zahriani S.H.,M.H, selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dukungannya untuk selalu
memberikan pengarahan dan masukan yang berkaitan dengan penulisan
skripsi ini, sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai dengan yang
viii
5. Keluarga tercinta Suami, anak, ibu, ayah danibu mertua yang tak
henti-hentinya selalu mendoakan dan memberikanku semangat.
6. Kepada Bapak Agus Riyadi, selaku personalia CV Decorus yang telah
meberikan informasi.
7. Kepada semua narasumber yang berkenan memberikan informasi.
8. Terimakasih kepada teman-teman tercinta Lia El, luthfi, Arum, Eka A,Ruli,
Lia Rahma,Cik Nur,Laela, Linda, dan Wilda, serta teman-teman yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih banyak untuk pertemanannya
selama ini dan sukses selalu untuk kalian semua.
9. Teman seperjuanganku Hukum Ekonomi Syari‟ah 2014 IAIN Salatiga.
10. Seluruh jajaran Akademi Institut Agama Islam Negeri Salatiga Fakultas
Syariah yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya terimakasih banyak telah
banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan Konstribusi dan dukungan yang cukup besar sehingga penulis
dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
Semoga Allah SWTmembalas semua amal kebaikan mereka dengan
balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan
maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita-Nya, Amin.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
ix
perbaikan yang membangun dari pembaca akan penulis terima dengan kerendahan
hati, agar mudah dipahami.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu, baik bagi penulis sendiri ataupun bagi pembaca pada
umumnya.
Salatiga, 19 September 2018
x
ABSTRAK
Ningsih,Fitri Handayani. 2018. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Pembayaran Upah Pada Karyawan CV Decorus, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung. Skripsi. Program Studi Hukum Ekonomi
Syari‟ah Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Pembimbing: Luthfiana Zahriani, S.H.,MH.
Kata Kunci: Hukum Islam,Pembayaran Upah, Karyawan
Di zaman modern ini, banyak pengusaha yang memberikan upah karyawannya berdasarkan patokan yang telah ditentukan oleh perusahaan itu sendiri. Adapun pihak perusahaan dalam membayarkanupah kepada para karyawannya menggunakan sistem perhitungan upah harian, yang akan dibayarakan secara bulanan, tepatnya setiap akhir bulan, akan tetapi, dalam sistem pembayaran upah pada karyawan tersebut, terdapat selang waktu antara tanggal tutup buku dengan tanggal pembayaran upah.Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana sistem pembayaran upah karyawan di CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung,bagaimana respon karyawan terhadap sistem pembayaran upah pada karyawan CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sistem pembayaran upah karyawan di CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis dan bersifat kualitatif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan nyata dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta yang kemudian menuju pada mengidentifikasidan pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah. Jadi tujuannya adalah untuk mendalami mengenai sistem pembayaran upah karyawan di CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem pembayaran upah
pada karyawan CV DecorusKecamatan PringsuratKabupaten
xi
DAFTAR ISI
COVER. ... i
NOTA PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR LAMPIRAN………xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian... 6
E. Penegasan Istilah ... 7
F. Tinjauan Pustaka ... 8
G. Metode Penelitian... 11
H. Sistematika Penulisan ... 15
xii
5. Sistem Penetapan Ijarah……….. 39
6. Pembatalan Dan Berakhirnya Ijarah………... 44
BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Profil CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung ... 45
1. Ruang Lingkup CV Decorus ... 45
2. Struktur Organisasi CV Decorus ... 48
3. Visi dan Misi CV Decorus ... 48
B. Sistem Pembayaran Upah Pada Karyawan CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung ... 49
C. Respon Karyawan CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten TemanggungTerhadap Sistem Pembayaran Upah ... 52
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PEMBAYARAN UPAH PADA KARYAWAN CV DECORUS KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG A. Respon Taryawan Terhadap Sistem Pembayaran Upah Pada Karyawan CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung... 63
B. Ditinjau Dari Rukun dan Syarat Ijarah... .. 64
C. Ditinjau Dari Sistem Penetapan Ijarah ... 67
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 77
xiii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
1. Nota Pembimbing skripsi
2. Surat Penunjukkan Pembimbing Skripsi
3. Surat Permohonan Izin Penelitian
4. Lembar Konsultasi
5. Surat Keterangan Lulus Ujian Komprehensif
6. Daftar Panduan Wawancara
7. Surat Keterangan Izin Penelitian
8. Foto Penulis Bersama Informan
9. Daftar Nilai SKK
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang artinya tidak dapat hidup
sendiri, oleh karena itu harus hidup bermasyarakat, untuk melakukan
interaksi-interaksi sosial dalam bentuk apapun yang tentunya akan saling
berhubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Pada
hakikatnya, bentuk-bentuk interksi sosial dapat berupa dengan saling
bantu-membantu, saling tolong-menolong, dan saling bekerja sama, yang pada
akhirnya akan menimbulkan adanya hak dan kewajiban, sehingga muncullah
kaidah yang disebut dengan hukum mu‟amalah (Basyir,2004:11).
Muamalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia
yang satu dengan manusia yang lain untuk mendapatkan keperluan
jasmaninya dengan cara yang paling baik. Diantara sekian banyak yang
termasuk dalam perbuatan muamalah adalah sistem kerjasama perindustrian
dan sistem kerja sama pembayaran upah(Suhendi, 2002:15).
Pada dasarnya yang dilakukan manusia itu boleh selama tidak ada
larangan yang melarang untuk dilakukan. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih
yang berbunyi:
َّل ُدَي ْنَأ َّلاا ُةَحاَبِلإا ِةَلَماَعُلما ِفِ ُلْصَلأا
2
“Pada dasarnya bemuamalah itu boleh kecuali ada dalil yang menunjukkan keharamannya.”
Di dalam sistem kerja sama hubungan industrial, dimana terdapat
sitem pembayaran upah yang di dalamnya melibatkan dua pihak yaitu pihak
pertama sebagai penyedia jasa atau tenaga yang pada umunya disebut sebagai
karyawan. Kemudian pihak kedua adalah pihak yang menyediakan pekerjaan
yang sering disebut sebagai atasan atau pengusaha. Hal ini dimaksud sebagai
usaha kerja sama saling menguntungkan dalam rangka meningkatkan taraf
hidup bersama, baik bagi pengusaha maupun bagi karyawannya.
Islam selalu mengatur setiap perilaku umatNya, mulai dari
kepentingan individu sampai dengan kepentingan khalayak banyak. Semua itu
sudah ditentukan berdasarkan ketentuan yang telah baku dalam ajaran Islam.
Hubungan antara manusia dengan manusia juga menjadi sorotan yang diatur
dalam ajaran Islam, sebagaimana hubungan antara pengusaha dengan
karyawannya.
Di dalam suatu perusahaan baik yang bersekala besar maupun kecil,
pasti membutuhkan yang namanya karyawan. Karena peranannya sangat
penting sekali, tanpa adanya karyawan maka suatu perusahaan tidak akan
mampu berjalan dengan baik. Kewajiban karyawan adalah menjalankan suatu
pekerjaan berdasarkan atas bagian-bagian yang telah ditentukan oleh
pemimpin perusahaan, dan karyawan berhak untuk menerima upah dari
pengusaha, apabila telah menyelesaikan pekerjaannya.
Upah sudah menjadi ketetapan yang harus ada dan menjadi suatu
3
upahtersebut diharapkan mampu memberikan motivasi kepada karyawan
untuk meningkatkan kinerjanya dalam berproduksi, sehingga dapat
memajukan perusahaan.
Upah itu sendiri dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana
memahami dan mewujudkan karakter sosial. Upah pada dasarnya bukan
merupakan persoalan yang hanya berhubungan dengan uang, akan tetapi
merupakan persoalan yang lebih berkaitan dengan penghargaan manusia
terhadap sesamanya, yaitu bagaimana memandang dan menghargai kehadiran
orang lain dalam kehidupan.
Selain itu, upah juga merupakan hal utama yang paling penting bagi
karyawan, karena upah merupakan hak bagi para karyawan sebagai balas jasa
atau tenaga, setelah melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan yang menjadi
suatu kewajiban bagi pengusaha yang telah memperoleh manfaat dari
pekerjaan karyawannya. Upah juga sebagai salah satu fungsi penting dalam
manajemen sumber daya manusia (Nurachmad, 2009:33).
Upah sangat penting peranannya, karena mampu memberikan
kesejahteraan hidup para karyawan. Jika upah tidak diberikan oleh pengusaha
kepada karyawannya, maka para karyawan tidak akan bisa hidup dengan baik
dan sejahtera. Karena karyawan bekerja semata-mata hanya untuk
mendapatkan upah yang dihasilkan untuk mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari.
Dalam rangka menetapkan upah suatu pekerjaan hanya ada satu cara
4
pekerja. Seperti halnya kesepakatan perjanjian kerja yang berlangsung perlu
adanya kerelaan antara pengusaha dan karyawan (Tasmara, 1995:55-56).
Dalam perspektif Hukum Islam, besarnya upah dikaitkan dengan hak
dasar yaitu untuk hidup dengan layak, bukan hanya semata-mata seberapa
banyak produktivitas yang dihasilkan oleh seorang karyawan. Dengan
demikian, Islam selalu mengajarkan untuk membayar upah secara layak.
Begitu juga dengan suatu perusahaan, pengusaha harus memberikan upah
minimum yang bisa menutupi kebutuhan dasar hidup yang meliputi makanan,
pakaian, tempat tinggal dan juga kebutuhan yang lainnya. Upah harus dikelola
dengan baik, sehingga dapat membantu perusahaan untuk mempertahankan
karyawan, mempertahankan atau bahkan meningkatkan produktivitas dan
membantu mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan
(Hanggraeni, 2012:140).
Untuk pembayaran upah, biasanya berdasarkan perjanjian kerja,
karena dengan adanya perjanjian kerja maka akan menimbulkan hubungan
kerja antara pengusaha dan karyawan, yang di dalamnya berisi tentang
hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak-hak. Hak bagi pihak-hak yang satu menjadi
kewajiban bagi pihak yang lainnya, dan kewajiban sebagai pengusaha adalah
memberikan upah yang layak dan sesuai.
Penetapan upah bagi para karyawan harus dilakukan berdasarkan
keadilan, mempertimbangkan aspek kehidupan, sehingga pandangan Islam
tentang hak karyawan dalam menerima upah dapat terwujud, seperti yang
5
ْرُقْلا يِذ ِءاَتيِإَو ِناَسْحِْلإاَو ِلْدَعْلاِب ُرُمْأَي َوَّللا َّنِإ
ْمُكُظِعَييْغَ بْلاَو ِرَكْنُمْلاَو ِءاَشْحَفْلا ِنَع ٰىَهْ نَ يَو َٰبَ
َنوُرَّكَذَت ْمُكَّلَعَل
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”Allah berfirman dalam QS. As-syu‟ara (26) ayat183:
َنيِدِسْفُم ِضْرَْلأا ِفِ اْوَ ثْعَ ت َلاَو ْمُىَءاَيْشَأ َساَّنلا اوُسَخْبَ ت َلاَو
“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.”Di zaman modern ini, banyak pengusaha yang memberikan upah
karyawannya berdasarkan patokan yang telah ditentukan oleh perusahaan itu
sendiri. Dimana karyawan bekerja setiap hari, sedangkan untuk pembayaran
upah akan dibayarkan dengan perhitunganupah secara harian, mingguan atau
bahkan bulanan.
Seperti yang terjadi pada CV Decorus, yang mana pihak perusahaan
dalam membayarkanupah kepada para karyawannya menggunakan sistem
perhitungan upah harian, yang akan dibayarakan secara bulanan, tepatnya
setiap akhir bulan, akan tetapi, dalam sistem pembayaran upah pada karyawan
tersebut, terdapat selang waktu antara tanggal tutup buku dengan tanggal
pembayaran upah.
Dari pemaparan di atas, penulis tertarik meneliti tentang sistem
pembayaran upah karyawan yang berlaku di CV Decorus Kecamatan
6
judul penelitian: “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM
PEMBAYARAN UPAHPADA KARYAWAN CV DECORUS
KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pembayaran upahpada karyawan CV Decorus
Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung?
2. Bagaimana respon karyawan terhadap sistem pembayaran upah pada
karyawan CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung?
3. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sistem pembayaran upahpada
karyawanCV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sistem pembayaran upahpada karyawan CV Decorus
Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung.
2. Untuk mengetahui respon karyawan terhadap sistem pembayaran upah
pada karyawan CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten
Temanggung.
3. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap sistem pembayaran
upahpada karyawan CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten
Temanggung.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini dapat memberikan hasil yang
berguna secara keseluruhan, maka penelitian ini sekiranya dapat memberikan
7
1. Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi penulis yang ingin
mengkajitentang permasalahan ini.
b. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu
syari‟ah, khususnya pada program studi Hukum Ekonomi Syari‟ah
untuk menjadi tambahan wawasan keilmuan dan keagamaan dalam
masalah yang berhubungan dengan sistem pembayaranupah pada
karyawan.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
perusahaan-perusahaan dalam menerapkan sistem pembayaran upah pada
karyawan agar senantiasa berpegang teguh pada aturan yang berlaku di
dalam hukum Islam.
E. Penegasan Istilah
Untuk mendapatkan kejelasan dari judul diatas, penulis perlu
memberikan penegasan dan batasan terhadap istilah-istilah yang ada.
Istilah-istilah tersebut adalah:
1. Hukum Islam (Syari‟ah) adalah semua peraturan agama yang ditetapkan
oleh Allah Swt untuk kaum Muslim baik yang ditetapkan dengan Al
8
2. Sistem Pembayaran Upah adalah sistem pembayaran atas jasa yang
dilakukan oleh karyawan yang bekerja sebagai manajer, atau kepada
karyawan yang upahnya dibayarkan bulanan, tidak tergantung dari jumlah
jam atau hari kerja atau jumlah produk yang dihasilkan (Mulyadi, 2001:
391).
F. Tinjauan Pustaka
Sejauh yang penulis ketahui, telah banyak pembahasan mengenai
sistem pembayaran upah. Diantara penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pertama, skripsi dari Muarifah, tahun 2015, Fakultas Syari‟ah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul
“TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN
PADA INDUSTRI TAHU DI DESA GALIH, KECAMATAN GEMUH
KABUPATEN KENDAL”. Skripsi ini memiliki fokus penelitian pada
bagaimana sistem pengupahan yang diterapkan pada Industri Tahu Di Desa
Galih, Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal.Adapun kesimpulan dari
penelitian ini adalah upah yang diberikan adalah sebesar Rp. 1.540.000
sampai dengan RP.1.960.000 per bulannya. Dalam hal ini sudah diatas
minimum sesuai dengan keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor: 560/60
Tahun 2013 Tentang upah minimum pada 35 (Tiga Puluh Lima)
Kabupate/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 yaitu sebesar Rp.
1.206.000 untuk wilayah Kabupaten Kendal. Dalam hal ini sudah sesuai
9
Ketenagakerjaan, bahwa upah yang diberikan tidak dibawah upah minimum.
Akan tetapi mengenai jam kerjanya dan mengenai upah lemburnya belum
sesuai dengan Undang-Undang Nomer 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Bahwa waktu kerja melebihi batas waktu kerja yang telah
ditentukan oleh pemerintah dan juga tidak menggunakan sistem upah lembur,
padahal para pekerja pada industri tahu bekerja pada hari libur mingguan.Hal
ini tidak sesuai dengan pasal 78 ayat (2) mengenai upah lembur.
Kedua, skripsi dari Fahmi Vidi Alamsyah,tahun 2015, Fakultas
Syari‟ah Universitas Institut Agama Islam Negeri Purwokerto. Dengan judul
“TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM UPAH TENAGA
KERJA PADA PT ROYAL KORINDAH KELURAHAN KEMBARAN
KULON KABUPATEN PURBALINGGA”. Skripsi ini memiliki fokus
penelitian pada bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap sistem upah
tenaga kerja pada PT Royal Korindah Kelurahan Kembaran Kulon Kabupaten
Purbalingga. Adapun kesimpulan dari penelitian ini bahwas sistem upah yang
diterapkan diperusahaan PT Royal Korindah Kelurahan Kembaran Kulon
Kabupaten Purbalingga menggunakan menerapkan sistem upah menurut
satuan ukuran waktu dengan pembayaran upah disesuaikan dengan periode
yang berlaku di perusahaan Akad ijarah yang diterapkan sudah sesuai dengan
upah minimum kabupaten. Dibolehkan menurut ketentuan hukum Islam dan
telah memenuhi rukun dan syarat sah dalam akad ijarah dan tidak ada paksaan
dalam melakukan akad ijarah. Besaran upah tenaga kerja PT Royal Korindah
10
manusia adh-dharurat al-khamsa (lima hal inti) kepada tenaga kerja, salah
satunya telah menerapkan hak asasi manusia dengan melindungi hak harta
benda yang harus dimilikinya.
Ketiga, skripsi dariLia Resti Carlina, tahun 2017, Fakultas Syari‟ah
dan Hukum, Universitas Islam Negeri Raden Intan. Dengan judul
“TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGUPAHAN
KARYAWATI BERDASARKAN PERSENTASE DALAMPERSPEKTIF
FIQIH MUAMALAH”. Skripsi ini memiliki fokus penelitian pada
bagaimanaa mekanisme upah dalam Fiqih Muamalah terhadapkaryawan
berdasarkan persentase pada SPAdan salon Muslimah Az-Zahra di Bandar
Lampung, dan apakah sistem pengupahan karyawati SPA dan salon Muslimah
Az-Zahra dalam Persefektif Fiqih Muamalah. Adapun kesimpulan dari
penelitian ini adalah berdasar kan hasil penelitian dapat dikemukakan dari
analisis menunjukkan pengupahan karyawati SPA dan Salon Muslimah
Az-Zahra di Bandar Lampung ini masih jauh dariketentuan fiqih muamalah,
walaupun secara akad telah menjalankan sesuai ketentuan akan tetapi dalam
penentuan upah dilihat dari sisi keadilannya, penentuan jumlahnya karyawati
hanya bisa menerima ketetapan dari pemilik usaha dan masih jauh dari
kebutuhan yang diukur dari ketentuan upah persentase (upah sesuai dengan
apa yang di kerjakan), dan tanpa uang makan dan lembur serta di ukur dengan
UMP (Upah Minimum Provinsi) Bandar Lampung.
Sedangkan, penelitian ini belum pernah diteliti oleh peneliti
11
pada karyawan CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung,
bagaimana respon karyawan terhadap sistem pembayaran upah pada karyawan
CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung dan bagaimana
tinjauan hukum Islam terhadap sistem pembayaran upah pada karyawan CV
Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung.
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research).
Penulis melakukan penelitian langsung pada obyeknya. Sedangkan
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis
sosiologis dan bersifat kualitatif. Pendekatan yuridis sosiologis yaitu suatu
penelitian yang dilakukan terhadap keadaan nyata dengan maksud dan
tujuan untuk menemukan fakta (fact finding) yang kemudian menuju pada
mengidentifikasi (problem identification) dan pada akhirnya menuju pada
penyelesaian masalah (problem solution). Jadi tujuannya adalah untuk
mendalami mengenai sistem pembayaran upah karyawan di CV Decorus
Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung (Soekanto, dkk, 2001:51).
2. Kehadiran Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data
dan alat penelitian atau instrumen yang aktif dalam pengumpulan data
12
keabsahan hasil penelitian, serta alat bantu lain yang dapat mendukung
terlaksananya penelitian, seperti alat perekam dan kamera.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di CV Decorus Kecamatan
Pringsurat Kabupaten Temanggung.
4. Sumber Data
Sumber data yang didapatkan untuk mendukung penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer yang didapat peniliti ini adalah
wawancara langsung kepada informan, dengan cara melakukan tanya
jawab dan tatap muka secara langsung dengan personalia CV Decorus
Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung dan juga para
karyawan yang bekerja di CV Decorus Kecamatan Pringsurat
Kabupaten Temanggung, untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh penulis.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalalah digunakan untuk mendukung
data primer (Munawaroh, 2013:82). Data lain yang bisa mendukung
13
berhubungan dengan objek penelitian, jurnal, surat kabar dan skripsi
yang meneliti hal serupa.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data dengan mengamati dan
mencatat secara langsung dan sistematis terhadap fenomena yang
diteliti (Moleong, 2009:185). Observasi yang dilakukan penulis ini
untuk mendapatkan data tentang bagaimana penerapan sistem
pembayaran upah karyawan di CV Decorus Kecamatan Pringsurat
Kabupaten Temanggung. Pada penelitian ini penulis melakukan
observasi di CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten
Temanggung.
b. Wawancara
Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut
(Moleong, 2009:186). Tujuan penulis menggunakan metode
pengumpulan data ini adalah untuk mendapatkan data yang kongkrit
mengenai sistem pembayaran upah karyawan di CV Decorus
Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. Dalam penelitian ini
penulis melakukan tanya jawab dan tatap muka secara langsung
14
Temanggung, dan para karyawan yang bekerja di CV Decorus
Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung, untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh penulis.
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan dokumentasi
yaitu dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan-catatan transkip, buku-buku, surat kabar dan lain sebagainya
(arikunto, 2010:201). Metode ini penulis gunakan untuk
mengumpulkan bacaan-bacaan yang memuat tentang tema yang akan
diteliti. Adapun dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini
berupa foto-foto.
6. Pengecekan Keabsahan Temuan
Adapun dalam pengecekan keabsahan penelitian ini, penulis
berusaha sesering mungkin mendatangi lokasi penelitian, menekuni dalam
pengamatan.Trianggulasi sebagai pembanding terhadap penemuan data,
dan auditing agar menghasilkan penelitian yang maksimal. Dalam
penelitian ini penulismengecek kembali data-data yang sudah didapatkan
dari informan utama yaitu personalia CV DecorusKecamatan Pringsurat
Kabupaten Temanggung, dengan cara menanyakan kebenaran data kepada
informan tambahan yaitu karyawan CV DecorusKecamatan Pringsurat
Kabupaten Temanggung, yang kemudian penulis mencocokan dengan
15
7. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul maka peneliti akan menganalisis
semua data dengan menggunakan metode deskripsi kualitatif, yaitu teknik
dengan menggambarkan seluruh aspek peneliti yang ada, sehingga dapat
memberi gambaran antara yang seharusnya dan senyatanya yang terjadi di
Perusahaan. Dengan analisis data peneliti dapat menemukan
masalah-masalah yang muncul di perusahaan dan mendapatkan informasi sesuai
dengan tujuan penelitian.
8. Tahap Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif,
jadi tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:
a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum
melakukan penelitian, seperti pembuatan proposal penelitian,
mengajukan surat ijin penelitian, menetapkan fokus penelitian dan hal
lainnya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data dan melalui
pengamatan di CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten
Temanggung tentang sistem pembayaran upah pada karyawannya.
c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa
cukup, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut
dan menggambarkan hasil penelitian sehingga dapat memberikan
16
H. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penyusun menggunakan pokok-pokok
bahasan secara sistematis yang terdiri dari lima bab dan tiap bab terdiri dari
sub-sub sebagai perinciannya. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,
tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan penelitian.
BAB II Landasan teori yang terdiri dari pengertian upah secara
umum, pengertian upah menurut hukum Islam (Ijarah) meliputi:pengertian
ijarah, dasar hukumijarah), rukun dan syaratijarah,hubungan kerja dalam
Islam,sistem penetapan ijarah, pembatalan dan berakhirnyaijarah.
BAB IIIPaparan data dan hasil penelitian yang terdiri dari deskripsi
tempat penelitian dan sistem pembayaran upahpada karyawan CV Decorus
Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung serta respon karyawan
terhadap sistem pembayaran upah pada karyawan CV Decorus Kecamatan
Pringsurat Kabupaten Temanggung .
BAB IV Analisis data yang menguraikan tentang respon karyawan
terhadap sistem pembayaran upah pada karyawan CV Decorus Kecamatan
Pringsurat Kabupaten Temanggung dan tinjauan hukum Islam terhadap
sistem pembayaran upah pada karyawan CV Decorus Kecamatan Pringsurat
17
BAB V Penutup yang berisi kesimpulan yang memuat semua
kesimpulan dari semua pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dan
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Upah Secara Umum
Di Indonesia kata upah bisa digunakan dalam konteks hubungan
antara pengusaha dengan karyawannya. Upah itu sendiri mempunyai
pengertian yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Uang dan
lain sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar
tenaga yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu” (DepDikNas,
2005:1250).
Sedangkan menurut Soemarso dalam buku “Akutansi Suatu
Pengantar”upah didefinisikan sebagai imbalan kepada yang diberikan atas
tugas-tugas administrasi dan pimpinan yang biasanya jumlahnya tetap secara
bulanan(Soemarso, 2009:307). Sedangkan menurut Sugiyarso dan Winarni
dalam buku “Manajemen Keuangan” pengertianupah merupakan sejumlah
pembayaran kepada pegawai yang diberi tugas administrasi dan manajemen
yang biasanya ditetapkan secara bulanan (Sugiyarso, dkk, 2005: 95 ).
Menurut Mardi dalam buku “Sistem Informasi Akutansi” upah
adalalah sebuah bentuk pembayaran atau sebuah hak yang diberikan oleh
sebuah perusahaan atau instansi kepada pegawai tetap (Mulyadi, 2011:107).
Sedangkan menurut Handoko dalam buku “Manajemen” pengertian upah
19
untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivasi pelaksaan kegiatan
diwaktu yang akan datang (Handoko, 2002:218).
Sedangkan menurut Hariandja dalam buku “Manajemen Sumber
Daya Manusia” upah adalahbalas jasa dalam bentuk uang yang diterima
karyawan atau pegawai sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai
seorang karyawan atau pegawai yang memberikan sumbangan dalam
kedudukan dan pikiran dalam mencapai tujuan perusahaan. Dapat juga
dikatakan sebagai bayaran tetap yang diterima sesorang dari keanggotaanya
dalam sebuah organisasi atau perusahaan (Hariandja, 2002:245).
Di dalam buku “Sistem Akutansi” menurut Mulyadi, upah adalah
pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan yang
mempunyai jenjang jabatan manajer, umumnya upah dibayarkan secara tetap
perbulan (Mulyadi, 2008:285). Selain itu, dalam buku “Panduan Praktisi
Membuat Aplikasi Pengupahan Dengan Excel 2007” menurut
Tofik,penggupahan mempunyai arti yaitu semua upah yang dibayarkan
perusahaan kepada karyawannya. Para manajer, pegawai administrasi, dan
pegawai penjualan, biasanya mendapat upah dari perusahaan yang jumlahnya
tetap. Tarif upah biasanya dinyatakan dalam upah perbulan (Tofik, 2010:2).
Menurut undang-undang No. 13 Tahun 2003(pasal 1 angka 30)
pengertianupah adalah hak karyawan yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha kepada karyawan yang telah
20
atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi karyawan dan
keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang layak bagi kemanusiaan
(pasal 88 ayat (1), ukuran layak adalah relatif.
Adapun dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan, Nomor 13 Tahun
2003, mengatur dengan tegas dan jelas mengenai pembayaran upah yang
diatur pada bagian kedua “Pengupahan” tepatnya dimulai dari Pasal 88 sampai
dengan Pasal 98. Untuk lebih memberikan penjelasan mengenai pengupahan
dikutip secara keseluruhan terhadap Pasal-Pasal dimaksud sebagai berikut:
1. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2. Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah
menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh.
3. Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) meliputi: Upah minimum, aji kerja lembur, upah
tidak masuk kerja karena berhalangan, upah tidak masuk kerja karena
melakukan kegiatan lain diluar pekerjaannya, upah karena menjalankan
hak waktu istirahat kerjanya, bentuk dan cara pembayaran upah, denda dan
potongan upah, hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah, struktur
dan skala pengupahan yang proporsional, upah untuk pembayaran
21
Pengertian lain juga dapat kita lihat pada pernyataan Dewan
Pengupahan Nasional yang juga mendefinisikan upah suatu penerimaan
sebagai imbalan dari pemberi kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan
atau jasa yang telah dan akan dilakukan, berfungsi sebagai jaminan
kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan produksi, dinyatakan
atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan,
undang-undang dan peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja
antara pemberi dan penerima kerja.
Definisi di atas pada dasarnya memiliki makna yang sama, yaitu
timbal balik dari pengusaha kepada pekerja (penulis dalam hal ini
menyebutnya sebagai karyawan). Sehingga dari keetiga pengertian tersebut
dapat disimpulkan menjadi hak yang harus diterima oleh tenaga kerja sebagai
bentuk imbalan atas pekerjaan mereka yang kesemuanya didasarkan atas
perjanjian, kesepakatan atau undang-undang, yang ruang lingkupnya
mencakup pada kesejahteraan keluarganya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan definisi upah secara umum
yaitu hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan, yang diberikan oleh sebuah perusahaan kepada karyawannya yang
telah melakukan dan menyelesaikan suatu pekerjaan, sesuai dengan apa yang
telah disepakati di dalam perjanjian kerja, atau peraturan
perundang-undangan, yang di dalamnya meliputi upah pokok dan tunjangan yang
berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup dan kelayakan bagi
22
B. Upah Menurut Hukum Islam (Ijarah)
1. Pengertian Ijarah
Pengertian ijarah terbagi menjadi dua, yaitu menurut etimologi
(bahasa) dan menurut terminologi (istilah), dan pengertiannya adalah
sebagai berikut:
a. Ijarah Menurut Etimologi
Menurut etimologi, ijarah berasal dari kata ََرَجَا yang berarti
membalas atau tebusan atau upah. Ijarah berarti َ ةَعَفْنَماٌعْيََب yang berarti
menjual manfaat (Muslich, 2010:315).Al Ijarah arti asalnya adalah
imbalan kerja (upah). Dalam istilah bahasa Arab dibedakan menjadi al
Ajr dan al Ijarah. Al Ajr sama dengan al Tsawab, yaitu pahala dari
Allah sebagai imbalan taat. Sedangkan al Ijarah adalah upah sebagai
imbalan atau jasa kerja (Rusyd, 2002:61).
Sedangkan jumhur ulama fiqih berpendapat bahwa ijarah
adalah menjual manfaat dan yang boleh disewakan adalah manfaatnya
bukan bendanya. Selain itu juga ada yang menerjemahkan bahwa
ijarah sebagai jual-beli jasa (upah-mengupah), yakni mengambil
manfaat tenaga manusia, dan ada pula yang menerjemahkan
sewa-menyewa, yakni mengambil manfaat dari barang. Jadi dalam hal ini,
ijarah dibagi menjadi dua bagian, yaitu ijarah atas jasa dan ijarah atas
23
Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa
ijarah adalah imbalan kerja yang diperolehdari menjual manfaat atau
mengambil manfaat yang berupa tenaga atau jasa manusia, dan
upah-mengupah adalah menjual tenaga atau kekuatan.
b. Ijarah Secara Terminologi
Ensiklopedi Islam menyebutkan bahwa ijarah merupakan
akad yang dilakukaan atas dasar suatu manfaat dengan imbalan jasa.
Dengan kata lain, ijarah adalah pemilikan manfaat dari sesuatu yang
halal dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan ganti rugi (Dahlan,
2003:229).
Ijarah dimasukkan dalam kaidah sewa menyewa, dimana
melibatkan orang yang menyewaatau orang yang memberi
upah(mu‟jir) dan orang yang menyewakan atau orang yang menerima
upah(mus‟tajir). Pengusaha dianggap sebagai pihak yang menyewa
sedangkan pekerja dianggap sebagai pihak yang menyewakan. Hal ini
bisa dilihat antara pengusaha dan karyawan yang menyepakati
perjanjian kerja (Rasyid, 19960:303). Lafaz ijarah mempunyai
pengertian umum yang meliputi upah atas pemanfaatan suatu benda
atau imbalan suatu kegiatan, atau upah karena melakukan suatu
aktifitas (Karim, 1997:29).
Para ulama berbeda-beda pendapat dalam mendefinisikan
24
Menurut Hanafiyah bahwa ijarah ialah “Akad untuk
membolehkan kepemilikan manfaat yang diketahui dan disengaja dari
suatu zat yang disewa dengan imbalan.” Sedangkan menurut
Syafi‟iyah, ijarah adalah “Transaksi terhadap manfaat yang dituju,
tertentu, bersifat dapat dimanfaatkan dengan suatu imbalan tertentu.”
Sedangkan menurut fuqaha Malikiyah dan Hanabilah bahwa ijarah
ialah “Pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu
tertentu dengan suatu imbalan” (Suhendi, 2013:11). Sedangkan
menurut Syaikh Syihab Al-Din dan Syaikh Umairah bahwa yang
dimaksud dengan ijarah ialah “Akad atas manfaat yang diketahui dan
disengaja dan membolehkan dengan memberikan imbalan yang
diketahui seketika itu” (Sabiq, 1987:7).
Selain itu, ada juga menurut Muhammad Al-Syarbini
al-Khatib bahwa yang dimaksud dengan ijarah adalah: “Pemilikan
manfaat dengan adanya imbalan dan syarat-syarat”. Menurut Hasbi
Ash-Shiddiqie bahwa ijarah ialah: “Akad yang objeknya ialah
penukaran manfaat untuk masa tertentu, yaitu pemilikan harta dengan
imbalan, sama dengan menjual manfaat”. Menurut Idris Ahmad bahwa
upah hanya mengambil manfaat tenaga orang lain dengan jalan
memberi ganti menurut syarat-syarat tertentu (Al Jaziri, 1994:166).
Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa
ijarah adalah suatu imbalan yang akan dibayarkan oleh seseorang yang
25
telah memberikan manfaat, sesuai dengan apa yang telah disepakati di
dalam perjanjian kerja.
2. Dasar Hukum Ijarah
Sumber hukum dalam Islam yang dipakai dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan yang terjadi adalah dengan menggunakan
Al-Qur‟an dan hadis Nabi, disamping masih banyak lagi sumber hukum yang
dapat digunakan. Al- Qur‟an sebagai sumber hukum dasar yang menjadi
pijakannya. Adapun sumber atau dasar hukum pembayaran upah menurut
hukum Islam, adalah sebagai berikut:
a.Dasar Hukum Al-Qur’an
1)Surat Al Baqarah (2) ayat 233:
اَم ْمُتْمَّلَس اَذِإ ْمُكْيَلَع َحاَنُج َلََف ْمُكَد َلاْوَأ اوُعِضْرَ تْسَت ْنَأ ُْتُْدَرَأ ْنِإَو
ِفوُرْعَمْلاِبْمُتْيَ تآ
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”Maksud ayat di atas adalah memberikan upah kepada
yang menyusui, upah ini diberikan karena sebab menyusui tidak
karena susunya, tetapi hal mengerjakannya. Ayat ini yang menjadi
dasar hukum adanya ijarah. Setiap orang boleh menyewa jasa
orang lain untuk menyusukan anaknya atau orang yang memiliki
26
anaknya. Secara umum, menyewa jasa orang lain hukumnya boleh
(Suwiknyo, 2010:108-109).
2)Surat Al-Qashash (28) ayat 26-27 :
َم َرْ يَخ َّنِإ ُهْرِجْأَتْسا ِتَبَأ اَي اَُهُاَدْحِإ ْتَلاَق
ُيِمَْلأا ُّيِوَقْلا َتْرَجْأَتْسا ِن
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".
َتْمَْتَْأ ْنِإَف ٍجَجِح َ ِنِّاََثَ ِنَِّرُجْأَت ْنَأ ٰىَلَع ِْيَ تاَى ََّتََنْ با ىَدْحِإ َكَحِكْنُأ ْنَأ ُديِرُأ ينِِّإ َلاَق
اًرْشَع
َيِِلِاَّصلا َنِم ُوَّللا َءاَش ْنِإ ِنُِّدِجَتَس َكْيَلَع َّقُشَأ ْنَأ ُديِرُأ اَمَو َكِدْنِع ْنِمَف
Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik".
Di dalam kitab “Tafsir Al-Misbah”, Quraish Shihab menjelaskan maksud dari ayat-ayat diatas adalah bahwa upah dalam konsep Islam adalah menekankan pada dua aspek, yaitu dunia dan akherat. Tetapi hal yang paling penting, adalah bahwa penekanan kepada akherat itu lebih penting daripada penekanan terhadap kehidupan dunia (dalam hal ini adalah materi). Ayat di
atas juga menerangkan bahwaijarah telah disyariatkan oleh Islam,
27 Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Maksud dari ayat diatas adalah jika sudah mengetahui
hak dan kewajiban para karyawan-karyawannya, maka perlu
diketahui hak dan kewajiban para pengusaha. Adapun hak dari dari
seorang pengusaha yaitu memperoleh keuntungan dari usahanya
baik yang berupa material maupun non material. Sedangkan
kewajiban bagi pengusaha terhadap para karyawan-karyawannya
yaitu membayar upah, karena upah merupakan salah satu
kesejahteraan yang harus diterima oleh para karyawan dan
merupakan kewajiban bagi pengusaha terhadap para
karyawan-karyawannya (At-Tamimi, 1995:115).
4)Surat An-Nahl (16) ayat 97 :
َرْجَأ ْمُهَّ نَ يِزْجَنَلَو ًةَبييَط ًةاَيَح ُوَّنَ يِيْحُنَلَ ف ٌنِمْؤُم َوُىَو ٰىَثْ نُأ ْوَأ ٍرَكَذ ْنِم اًِلِاَص َلِمَع ْنَم
ْمُى
28
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Di dalam kitab “Tafsir Al-Misbah”, Quraish Shihab menjelaskan bahwa maksud dari ayat diatas adalah ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman. Dalam ayat ini juga dikatakan bahwa tidak adanya diskriminasi upah dalam Islam, jika mereka mengerjakan pekerjaan yang sama dan Allah akan memberikan imbalan (pahala)kepada mereka yang melakukannya dan setimpal dengan amalan yang mereka lakukan dan akan lebih besar dengan apa yang mereka lakukan (Shihab, 2002:238).
5)Surat Al-Ahqaf (46) ayat 19 :
َنوُمَلْظُي َلا ْمُىَو ْمَُلَاَمْعَأ ْمُهَ يي فَوُ يِلَو اوُلِمَع اَِّمِ ٌتاَجَرَد ٍّلُكِلَو
“Danbagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.”Maksud dari ayat diatas adalah sebelum suatu pekerjaan dimulai hendaklah pemberi kerja untuk menentukan terlebih dahulu bentuk dan jenis pekerjaan, sekaligus menentukan siapa pekerja yang akan melakukan pekerjaan, kepada pekerja tersebut, hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting. Karena hal tersebut agar dapat diketahui seberapa besar kadar pengorbanan atau tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja untuk menyelesaikanpekerjaan (Yusanto, dkk. 2002:194).
6)Surat An- Nahl (16) ayat 90 :
ْلاَو ِرَكْنُمْلاَو ِءاَشْحَفْلا ِنَع ٰىَهْ نَ يَو َٰبَْرُقْلا يِذ ِءاَتيِإَو ِناَسْحِْلإاَو ِلْدَعْلاِب ُرُمْأَي َوَّللا َّنِإ
ِيْغَ ب
29
“Allah memerintahkan berbuat adil, melakukan kebaikan, dan dermawan terhadap kerabat. Ia melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan penindasan. Ia mengingatkan kamu supaya mengambil pelajaran.”
Apabila ayat tersebut dikaitkan dengan perjanjian kerja, maka dapat dikemukakan bahwa Allah memerintahkan kepada para pemberi pekerjaan (pengusaha) untuk berlaku adil, berbuatbaik, dan dermawan kepada para karyawannya. Kata
“kerabat” dalam ayat tersebut dapat diartikan “tenaga kerja”, sebab
para karyawan tersebut sudah merupakan bagian dari perusahaan, dan jika bukan dari jerih payah karyawan tidak mungkin usaha pengusaha dapat berhasil. Selain itu, dari ayat tersebut dapat ditarik pengertian bahwa pemberi kerja dilarang oleh Allahberbuat keji dan melakukan penindasan (seperti menganiaya). Pengusaha harus ingat, jika bukan dari jerih payah karyawan tidak mungkin usahannya dapat berhasil.
7)Surat Al-Kahfi (18) ayat 30:
َ إ
ًلََمَع َنَسْحَأ ْنَم َرْجَأ ُعيِضُن َلا اَّنِإ ِتاَِلِاَّصلا اوُلِمَعَو اوُنَمآ َنيِذَّلا َّن
“Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.”Menurut Quraish Shihab menjelaskan dalam kitab “Tafsir
30
pekerjaan yang telah dilakukan manusia, pasti Allah balas dengan adil (Shihab, 2002:239).
b.Dasar Hukum Hadis
Adapun hadis Rasulullah tentang ijarah adalah sebagai
berikut:
1)Upah kerja
ُوُقَرَع َّفَِيَ ْنَأ َلْبَ ق ُهَرْجَأ َيرِجَلأا اوُطْعَأ
"Berikanlah kepada pekerja upahnya sebelum mengering keringatnya" (Riwayat Ibnu Majahno.718).
ٌمْلُظ يِنَِغْلا ُلْطَم
“Menunda penunaian kewajiban (bagi yang mampu) adalah
kezaliman” (HR. Al-Bukhari & Muslim)
Maksud dari hadis ini adalah bersegeralah menunaikan
hak karyawan setelah selesainya pekerjaan, dan janganlah
nunda pembayaran upah karyawan, karena
menunda-nunda pembayaran upah karyawan, bagi pengusaha yang mampu
adalah suatu kezaliman (Syafei, 2001:124). Dalam hadis ini
Rasulullah mendorong para pengusah untuk membayarkan upah
para karyawan-karyawannya ketika mereka telah usai menunaikan
tugasnya dan janganlah menangguhkannya, karena itu termasuk
suatu kezaliman (Hakim, 2012:201).
Selain itu, hadis diatas juga mempunyai maksud,jika
mempekerjaan seorang karyawan hendaklah dijelaskan terlebih
31
hak karyawan setelah menyelesaikan pekerjaan, atau (begitu juga
bisa dimaksud apabila telah ada kesepakatan pembayaran upah
setiap hari, setiap minggu atau setiap bulannya). Ketentuan tersebut
untuk menghilangkan keraguan maupun kekhawatiran karyawan
mengenai upah yang akan mereka terima, atau akan mengalami
keterlambatan tanpa adanya alasan yang jelas. Sehingga kedua
belah pihak sama-sama mengerti atau tidak merasa akan dirugikan
(Effendi, 2003:21). Allah: ada tiga yang menjadi musuh Saya di hari kiamat, 1. Orang yang berjanji pada-Ku kemudian ia melanggarnya 2. Orang yang menjual orang merdeka lalu ia memakan hasil penjualannya 3. Orang yang mempekerjakan orang lain yang diminta menyelesaikan tugasnya, lalu ia tidak membayar upahnya”( Al- Bukharino. 860).
32
c. Dasar Hukum Ijma’
Adapun dasar hukum Ijarah dalam Al-Ijma‟ adalah sebagai
berikut: “Umat islam pada masa sahabat telah berijma‟ bahwa ijarah
dibolehkan sebab bermanfaat bagi manusia. (Diriwayatkan oleh
Ahmad, Abu Dawud dan Nasa‟i dari Said Ibn Bi Waqash). Sedangkan
dalam bukunya Hendi Suhendi diambil dari Fiqh As-Sunnah bahwa
landasan ijma‟ ialah semua umat bersepakat, tidak ada seorang
ulamapun yang membantah kesepakatan ijma‟ ini, sekalipun ada
beberapa orang diantara mereka yang berbeda pendapat, tetapi hal itu
tidak dianggap (Syafei, 2001:124).
3. Rukun dan Syarat Ijarah
a.Rukun Ijarah
Berkaitan dengan rukun ijarah sebagai suatu transaksi adalah
akad atau perjanjian kedua belah pihak, yang menunjukkan bahwa
transaksi itu telah berjalan secara suka sama suka (Syarifuddin, 2003:
217-218).
Adapun unsur yang terlibat dalam transaksi Ijarah itu
adalah:
1)Orang yang menggunakan jasa, baik dalam bentuk tenaga atau
benda yang kemudian memberikan upah atas jasa tenaga atau sewa
dari jasa benda yang digunakan, disebut pengguna jasa (mūjir).
2)Orang yang memberikan, baik dengan tenaganya atau dengan alat
33
atau sewa dari benda yang dimilikinya, disebut pemberi jasa
(musta‟jir).
3)Objek transaksi yaitu jasa, baik dalam bentuk tenaga atau benda
yang digunakan disebut (ma‟jur).
4)Imbalan atau jasa yang diberikan disebut upah atau sewa (ujrah).
Sedangkan menurut ulama mazhab Hanafi rukun Ijarah
hanya ada satu, yaitu ijab dan kabul dengan lafaz ijarah atau isti‟jar
(ungkapan menyerahkan dan persetujuansewa-menyewa).(Hasan,
2003: 231). Selain itu, jumhur ulama berpendapat, bahwa rukun ijarah
itu ada tiga, yaitu sebagai berikut:
1)„Aqid(orang yang berakad)
„Aqid adalah orang yang melakukan perjanjian atau transaksi (para
pihak yang melakukan akad upah-mengupah), yaitu orang yang
memberi upah(Mu‟jir)dan orang yang menerima upah atas sesuatau
pekerjaan yang telah diselesaikan (Musta‟jir).
2) Sigat akad
Sighat akad adalah pernyataan yang menunjukkan kerelaan atau
kesepakatan kedua belah pihak yang melakukan perjanjian kerja
atau transaksi, yang terdiri dari ijab dan Kabul.
3) Ujrah (upah)
Ujrah adalah memberiimbalansebagai bayaran kepada seseorang
34
dan imbalan itu diberikan menurut perjanjian yang telah disepakati
bersama, yang terdiri dari upah dan manfaat (Djuwaini, 2010: 51).
Adapun menegenai rukun Ijarah Fatwa DSN MUI No.
09/DSN-MUI/IV/2000 menetapkan sebagai berikut :
1)Sighatijarah yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua
belah pihak yang berakad baik secara verba maupun dalam bentuk
lain.
2)Pihak-pihak yang berakad, terdiri atas pemberi sewa atau pemberi
jasa dan peneyewaatau pengguna jasa.
3)Objek akad Ijarah, yang dapat berupa manfaat barang dan sewa
atau, manfaat jasa dan upah (Mustofa, 2016: 105).
b.Syarat Ijarah
Supaya transaksi Ijarah itu bisa dianggap sah, maka ada
beberapa syarat yang mengiringi beberapa rukun yang harus dipenuhi.
Syarat-syarat tersebut meliputi:
1)Syarat In‟iqad, yaitu dua pihak yang berakad (aqidain) haruslah
memenuhi syarat :
a) Baligh (telah berumur (tujuh) 7 tahun (mumayyiz)
b) Berakal (tidak gila, dan mabuk)
c) Tidak ada paksaan (ridha)
2) SyaratIjarah
Syarat-syarat ijarahyang harus dipenuhi adalah sebagai
35
a)Upah hendaknya jelas dengan bukti dan ciri yang bisa
menghilangkan ketidakjelasan, maksudnya besar kecilnya upah
dan bentuk upah disebutkan.
b)Upah harus dibayarkan sesegera mungkin atau sesuai dengan
waktu yang ditentukan dalam akad.
c)Upah tersebut bisa dimanfaatkan oleh pekerja untuk memenuhi
kebutuhan kehidupan dan keluarganya (baik dalam bentuk uang
atau barang dan jasa) (An Nabhani, 2009:102).
Syarat-syarat ijarahdalam ekonomi Islam, adalah sebagai
berikut:
a)Upah harus dilakukan dengan cara-cara musyawarah dan
konsultasi terbuka, sehingga dapat terwujudkan di dalam diri
setiap individu pelaku ekonomi, rasa kewajiban moral yang
tinggi dan dedikasi yang loyal terhadap kepentingan umum
(Salim, 1999: 99-100).
b)Upah harus berupa mal mutaqawwim dan upah tersebut harus
dinyatakan secara jelas. Konkrit atau dengan menyebutkan
kriteria-kriteria. Karena upah merupakan pembayaran atas nilai
manfaat, nilai tersebut disyaratkan harus diketahui dengan
jelas. Memperkejakan orang dengan upah makan, merupakan
contoh upah yang tidak jelas karena mengandung unsur jahalah
(ketidak pastian).Ijarah seperti ini menurut jumhur fuqaha‟,
36
keabsahan ijarah tersebut sepanjang ukuran upah yang
dimaksudkan dan dapat diketahui berdasarkan adat kebiasaan
(Ghufran, 2002: 186).
c)Upah harus berbeda dengan jenis obyeknya. Membayar upah
suatu pekerjaan dengan pekerjaan yang serupa, merupakan
contoh yang tidak memenuhi persyaratan ini. Karena itu
hukumnya tidak sah, karena dapat mengantarkan pada praktek
riba (Ghufran, 2002: 186). Contohnya: memperkerjakan kuli
untuk membangun rumah dan upahnya berupa bahan bangunan
atau rumah.
d)Upah perjanjian persewaan hendaknya tidak berupa manfaat dari
jenis sesuatu yang dijadikan perjanjian. Dan tidak sah
membantu seseorang dengan upah membantu orang lain.
Masalah tersebut tidak sah karena persamaan jenis manfaat.
Maka masing-masing itu berkewajiban mengeluarkan upah
atau ongkos sepantasnya setelah menggunakan tenaga
seseorang tersebut (Al-Jaziri,1994: 180).
4. Hubungan Kerja Dalam Islam
Dalam Islam untuk menciptakan hubungan kerja perlu adanya
pemenuhan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagipengusaha dan
karyawan. Hak dan kewajiban merupakan suatu tuntutan dan keinginan
37
kewajiban adalah para pihak, disebut prestasi. Adapun hak-hak dan
kewajiban-kewajiban bagipengusaha dan karyawan adalah sebagai berikut:
a. HakKaryawan kepada Perusahaan
1) Hak atas pekerjaan
Merupakan suatu hak asasi manusia. Maka sebagaimana halnya
tubuh dan kehidupan merupakan salah satu hak asasi manusia,
kerja pun merupakan salah satu hak asasi manusia. Ia melekat pada
manusia sebagai manusia sejak lahir dan tak seorangpun dapat
merampasnya.
2) Hak atas upah yang adil
Merupakan hak legal yang diterima dan dituntut seseorang sejak ia
mengikat diri untuk bekerja disuatu perusahaan, yang kemudian
untuk mendapatkan upah yang adil.
3) Hak untuk berserikat dan berkumpul
Mereka harus dijamin haknya untuk membentuk serikat pekerja
dengan tujuan bersatu memperjuangkan hak dan kepentingan
semua anggota mereka, hak berserikat dan berkumpul merupakan
salah satu syarat penting untuk bisa menjamin hak atas upah yang
adil.
4) Hak untuk diproses hukum secara sah.
Hak ini terutama berlaku ketika seseorang karyawan dituduh dan
diancam dengan hukuman tertentu karena diduga melakukan
38
5) Hak untuk diperlakukan secara sama
Hak ini ditegaskan bahwa semua karyawan pada prinsipnyaharus
diperlakukan secara sama, artinya tidak oleh ada diskriminasi
dalam perusahaan entah berdasarkan warna kulit, jenis kelamin,
etnis agama, dan semacamnya baik dalam sikap dan perlakuan,
upah, maupun peluang untuk jabatan, pelatihan atau pendidikan
labih lanjut.
6) Hak atas perlindungan keselamatan dan kesehatan.
Keselamatan kerja termasuk dalam perlindungan teknis, yaitu
perlindungan terhadap karyawan agar selamat dari bahaya yang di
timbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Kesehatan
kerja termasuk jenis perlindungan sosial karena ketentuan
mengenai kesehatan kerja ini berkaitan dengan sosial
kemasyarakatan, yaitu aturan-aturan yang bermaksud mengadakan
pembatasan terhadap kekuasaan pengusaha untuk memperlakukan
karyawan seacara sama tanpa memperhatikan norma-norma yang
berlaku, dengan memandang karyawannnya sebagai makhluk
39
b. KewajibanKaryawan kepada Perusahaan
1) Memahami, mengetahui dan mematuhi aturan dan prinsip-prinsip
dalam bekerja termasuk mengenai kesehatan dan keselamatan
kerja, berpartisipasi dalam pelatihan, dan lain-lain.
2) Melakukan pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan prinsip-prinsip
ketenagakerjaan termasuk kesehatan dan keselamatan kerja.
3) Memberitahukan kepada pengawas di tempat kerja ketika melihat
kecelakaan kerja atau bahaya terhadap kehidupan atau kesehatan
karyawan.
c. Hak Perusahaan kepada Karyawan
1) Berhak sepenuhnya atas hasil kerja karyawan
2) Berhak atas di taatinya aturan kerja oleh karyawan, termasuk
pemberian sanksi.
3) Berhak melaksanakan tata tertib kerja yang telah dibuat oleh
pengusaha.
d. Kewajiban Pengusaha kepada Karyawan
1) Memberikan izin kepada buruh untuk beristirahat, menjalankan
kewajiban menurut agamanya.
2) Dilarang memperkerjakan buruh lebih dari 7 jam sehari dan 40 jam
seminggu, kecuali ada izin penyimpangan.
3) Tidak boleh mengadakan diskriminasi upah laki-laki dan
40
4) Bagi perusahaan yang mempekerjakan (dua puluh lima) 25 orang
buruh atau lebih wajib membuat peratutran perusahaan.
5) Wajib membayar upah karyawan pada saat istirahat atau libur
pada hari libur resmi.
6) Wajib memberikan tunjangan hari raya (THR) kepada karyawan
yang telah mempunyai masa kerja 3 bulan secara terus menerus
atau lebih.
7) Wajib mengikut sertakan dalam program Jamsostek (Tim
Kompendium :46).
5. Sistem Penetapann Ijarah
Menyangkut penentuan upah kerja, syari‟at Islam tidak
memberikan ketentuan rinci secara tekstual baik ketentuandalam
Al-Qur‟an maupun Sunnah Rasul. Secara umum sistem penetapan
upahmenurut hukum Islam dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Upah Disebutkan Sebelum Pekerjaan Dimulai
Ketentuan akad dalam perjanjian kerja harus jelas berapa
besarnyaupah yang akan diberikan oleh pengusaha kepada
karyawannya. Keharusan adanya kejelasan dalam akad perjanjiaan
kerjaterkait dengan besaran upah yang akandibayarkan adalah
41
Rasulullah Saw,bersabda :
ُوْمِلْعُ يْلَ فَرْ يِجَأَرَجْأَتْسا ِنَم
َ أ
ُهَرْج
“Barang siapa yang mempekerjakan seseorang hendaklah ia memberitahukan upahnya” (HR. Al-Baihaqi dan Ibn Syaibah).
Dalam hadis tersebut Rasulullah Saw, telah memberikan
petunjuk, supaya majikan terlebih dahulu memberitahukan tentang
besarnya upah yang akan diterima oleh pekerja sebelum ia mulai
melakukan pekerjaannya. Dengan adanya pemberitahuan besaranya
upah yang diterima, diharapkan dapat memberikan dorongan semangat
untuk bekerja serta memberikan kenyamanan dalam pekerjaan.
Karyawan akan menjalankan pekerjaan sesuai dengan perjanjian kerja
yang telah disepakati dengan atasannya.
b. Membayar Upah Sebelum Keringatnya Kering
Dalam hadis Rasulullah Saw, terdapat perintah bagi
seorang atasan untuk membayarkan upah kepada
karyawannyayang telah melakukan dan menyelesaikan pekerjaan.
Rasulullah SAW bersabda :