• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PEMBAYARAN UPAH PADA KARYAWAN CV DECORUS KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PEMBAYARAN UPAH PADA KARYAWAN CV DECORUS KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM

PEMBAYARAN UPAH PADA KARYAWAN CV DECORUS

KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Fitri Handayani Ningsih

NIM : 21414018

PROGRAM STUDIHUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)

ii

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Fitri Handayani Ningsih

NIM : 21414018

Judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PEMBAYARAN UPAH PADA KARYAWAN CV

DECORUS KECAMATAN PRINGSURAT

KABUPATEN TEMANGGUNG

dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan

dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 19September 2018 Pembimbing

Luthfiana Zahriani, SH.,MH

(3)

iii

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Nakula Sadewa No. 09 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga

Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PEMBAYARAN UPAH PADA KARYAWAN CV DECORUS KECAMATAN PRINGSURAT

KABUPATEN TEMANGGUNG

Oleh:

Fitri Handayani Ningsih NIM: 21414018

Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah,

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari senin, tanggal 24

September 2018, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam.

Dewan Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang :Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. ...

Sekretaris Sidang : Luthiana Zahriani, SH., MH. ………

Penguji I :Farkhani, SH., MH. ………

Penguji II : Heni Satar Nurhaida, SH., M.Si. ………

Salatiga, 24 September 2018 Dekan Fakultas Syariah

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fitri Handayani Ningsih

NIM : 21414018

Program Studi : Hukum Ekonomi Syari‟ah

Fakultas : Syari‟ah

Judul Skripsi : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PEMBAYARAN UPAH PADA KARYAWAN CV

DECORUS KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Naskah skripsi ini diperkenankan untuk di publikasikan pada e-repository IAIN

SALATIGA.

Salatiga, 19September 2018 Yang menyatakan

(5)

v

MOTTO

Boleh jadi kamu membenci sesuatu namun ia amat baik bagimu

dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu namun ia amat buruk

bagimu, Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak

mengetahui.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Suami tercinta, Heru Budi Prasetya, dan anak tercinta, Wildan Agha Prasetya

yang telah memberikan cinta, dukungan, motivasi, semangat, dan doa, restu

yang selalu mengiringi setiap langkah penulis.

2. Ibutercinta, Soliyah sebagai motivator terbesar dalam hidup yang tak

mengenal lelah dan mendoakanserta menyayangi, terimakasih atas semua

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena

atas rahmat dan karuninnya-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana dalam hukum Islam, Fakultas Syari‟ah, Program

Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah. Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai dalam penyusunannya.

Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga,

sekaligus selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan

bimbingan dan pengarahan untuk selalu melakukan yang terbaik.

3. Ibu Evi Ariyani, S.H.,MH, selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi

Syari‟ah IAIN Salatiga.

4. Ibu Luthfiana Zahriani S.H.,M.H, selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dukungannya untuk selalu

memberikan pengarahan dan masukan yang berkaitan dengan penulisan

skripsi ini, sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai dengan yang

(8)

viii

5. Keluarga tercinta Suami, anak, ibu, ayah danibu mertua yang tak

henti-hentinya selalu mendoakan dan memberikanku semangat.

6. Kepada Bapak Agus Riyadi, selaku personalia CV Decorus yang telah

meberikan informasi.

7. Kepada semua narasumber yang berkenan memberikan informasi.

8. Terimakasih kepada teman-teman tercinta Lia El, luthfi, Arum, Eka A,Ruli,

Lia Rahma,Cik Nur,Laela, Linda, dan Wilda, serta teman-teman yang tidak

bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih banyak untuk pertemanannya

selama ini dan sukses selalu untuk kalian semua.

9. Teman seperjuanganku Hukum Ekonomi Syari‟ah 2014 IAIN Salatiga.

10. Seluruh jajaran Akademi Institut Agama Islam Negeri Salatiga Fakultas

Syariah yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya terimakasih banyak telah

banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah

memberikan Konstribusi dan dukungan yang cukup besar sehingga penulis

dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

Semoga Allah SWTmembalas semua amal kebaikan mereka dengan

balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan

maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita-Nya, Amin.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

(9)

ix

perbaikan yang membangun dari pembaca akan penulis terima dengan kerendahan

hati, agar mudah dipahami.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu, baik bagi penulis sendiri ataupun bagi pembaca pada

umumnya.

Salatiga, 19 September 2018

(10)

x

ABSTRAK

Ningsih,Fitri Handayani. 2018. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Pembayaran Upah Pada Karyawan CV Decorus, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung. Skripsi. Program Studi Hukum Ekonomi

Syari‟ah Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Pembimbing: Luthfiana Zahriani, S.H.,MH.

Kata Kunci: Hukum Islam,Pembayaran Upah, Karyawan

Di zaman modern ini, banyak pengusaha yang memberikan upah karyawannya berdasarkan patokan yang telah ditentukan oleh perusahaan itu sendiri. Adapun pihak perusahaan dalam membayarkanupah kepada para karyawannya menggunakan sistem perhitungan upah harian, yang akan dibayarakan secara bulanan, tepatnya setiap akhir bulan, akan tetapi, dalam sistem pembayaran upah pada karyawan tersebut, terdapat selang waktu antara tanggal tutup buku dengan tanggal pembayaran upah.Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana sistem pembayaran upah karyawan di CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung,bagaimana respon karyawan terhadap sistem pembayaran upah pada karyawan CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sistem pembayaran upah karyawan di CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis dan bersifat kualitatif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan nyata dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta yang kemudian menuju pada mengidentifikasidan pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah. Jadi tujuannya adalah untuk mendalami mengenai sistem pembayaran upah karyawan di CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem pembayaran upah

pada karyawan CV DecorusKecamatan PringsuratKabupaten

(11)

xi

DAFTAR ISI

COVER. ... i

NOTA PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN………xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Tinjauan Pustaka ... 8

G. Metode Penelitian... 11

H. Sistematika Penulisan ... 15

(12)

xii

5. Sistem Penetapan Ijarah……….. 39

6. Pembatalan Dan Berakhirnya Ijarah………... 44

BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Profil CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung ... 45

1. Ruang Lingkup CV Decorus ... 45

2. Struktur Organisasi CV Decorus ... 48

3. Visi dan Misi CV Decorus ... 48

B. Sistem Pembayaran Upah Pada Karyawan CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung ... 49

C. Respon Karyawan CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten TemanggungTerhadap Sistem Pembayaran Upah ... 52

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PEMBAYARAN UPAH PADA KARYAWAN CV DECORUS KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG A. Respon Taryawan Terhadap Sistem Pembayaran Upah Pada Karyawan CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung... 63

B. Ditinjau Dari Rukun dan Syarat Ijarah... .. 64

C. Ditinjau Dari Sistem Penetapan Ijarah ... 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 77

(13)

xiii

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

1. Nota Pembimbing skripsi

2. Surat Penunjukkan Pembimbing Skripsi

3. Surat Permohonan Izin Penelitian

4. Lembar Konsultasi

5. Surat Keterangan Lulus Ujian Komprehensif

6. Daftar Panduan Wawancara

7. Surat Keterangan Izin Penelitian

8. Foto Penulis Bersama Informan

9. Daftar Nilai SKK

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang artinya tidak dapat hidup

sendiri, oleh karena itu harus hidup bermasyarakat, untuk melakukan

interaksi-interaksi sosial dalam bentuk apapun yang tentunya akan saling

berhubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Pada

hakikatnya, bentuk-bentuk interksi sosial dapat berupa dengan saling

bantu-membantu, saling tolong-menolong, dan saling bekerja sama, yang pada

akhirnya akan menimbulkan adanya hak dan kewajiban, sehingga muncullah

kaidah yang disebut dengan hukum mu‟amalah (Basyir,2004:11).

Muamalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia

yang satu dengan manusia yang lain untuk mendapatkan keperluan

jasmaninya dengan cara yang paling baik. Diantara sekian banyak yang

termasuk dalam perbuatan muamalah adalah sistem kerjasama perindustrian

dan sistem kerja sama pembayaran upah(Suhendi, 2002:15).

Pada dasarnya yang dilakukan manusia itu boleh selama tidak ada

larangan yang melarang untuk dilakukan. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih

yang berbunyi:

َّل ُدَي ْنَأ َّلاا ُةَحاَبِلإا ِةَلَماَعُلما ِفِ ُلْصَلأا

(15)

2

“Pada dasarnya bemuamalah itu boleh kecuali ada dalil yang menunjukkan keharamannya.”

Di dalam sistem kerja sama hubungan industrial, dimana terdapat

sitem pembayaran upah yang di dalamnya melibatkan dua pihak yaitu pihak

pertama sebagai penyedia jasa atau tenaga yang pada umunya disebut sebagai

karyawan. Kemudian pihak kedua adalah pihak yang menyediakan pekerjaan

yang sering disebut sebagai atasan atau pengusaha. Hal ini dimaksud sebagai

usaha kerja sama saling menguntungkan dalam rangka meningkatkan taraf

hidup bersama, baik bagi pengusaha maupun bagi karyawannya.

Islam selalu mengatur setiap perilaku umatNya, mulai dari

kepentingan individu sampai dengan kepentingan khalayak banyak. Semua itu

sudah ditentukan berdasarkan ketentuan yang telah baku dalam ajaran Islam.

Hubungan antara manusia dengan manusia juga menjadi sorotan yang diatur

dalam ajaran Islam, sebagaimana hubungan antara pengusaha dengan

karyawannya.

Di dalam suatu perusahaan baik yang bersekala besar maupun kecil,

pasti membutuhkan yang namanya karyawan. Karena peranannya sangat

penting sekali, tanpa adanya karyawan maka suatu perusahaan tidak akan

mampu berjalan dengan baik. Kewajiban karyawan adalah menjalankan suatu

pekerjaan berdasarkan atas bagian-bagian yang telah ditentukan oleh

pemimpin perusahaan, dan karyawan berhak untuk menerima upah dari

pengusaha, apabila telah menyelesaikan pekerjaannya.

Upah sudah menjadi ketetapan yang harus ada dan menjadi suatu

(16)

3

upahtersebut diharapkan mampu memberikan motivasi kepada karyawan

untuk meningkatkan kinerjanya dalam berproduksi, sehingga dapat

memajukan perusahaan.

Upah itu sendiri dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana

memahami dan mewujudkan karakter sosial. Upah pada dasarnya bukan

merupakan persoalan yang hanya berhubungan dengan uang, akan tetapi

merupakan persoalan yang lebih berkaitan dengan penghargaan manusia

terhadap sesamanya, yaitu bagaimana memandang dan menghargai kehadiran

orang lain dalam kehidupan.

Selain itu, upah juga merupakan hal utama yang paling penting bagi

karyawan, karena upah merupakan hak bagi para karyawan sebagai balas jasa

atau tenaga, setelah melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan yang menjadi

suatu kewajiban bagi pengusaha yang telah memperoleh manfaat dari

pekerjaan karyawannya. Upah juga sebagai salah satu fungsi penting dalam

manajemen sumber daya manusia (Nurachmad, 2009:33).

Upah sangat penting peranannya, karena mampu memberikan

kesejahteraan hidup para karyawan. Jika upah tidak diberikan oleh pengusaha

kepada karyawannya, maka para karyawan tidak akan bisa hidup dengan baik

dan sejahtera. Karena karyawan bekerja semata-mata hanya untuk

mendapatkan upah yang dihasilkan untuk mencukupi kebutuhan hidup

sehari-hari.

Dalam rangka menetapkan upah suatu pekerjaan hanya ada satu cara

(17)

4

pekerja. Seperti halnya kesepakatan perjanjian kerja yang berlangsung perlu

adanya kerelaan antara pengusaha dan karyawan (Tasmara, 1995:55-56).

Dalam perspektif Hukum Islam, besarnya upah dikaitkan dengan hak

dasar yaitu untuk hidup dengan layak, bukan hanya semata-mata seberapa

banyak produktivitas yang dihasilkan oleh seorang karyawan. Dengan

demikian, Islam selalu mengajarkan untuk membayar upah secara layak.

Begitu juga dengan suatu perusahaan, pengusaha harus memberikan upah

minimum yang bisa menutupi kebutuhan dasar hidup yang meliputi makanan,

pakaian, tempat tinggal dan juga kebutuhan yang lainnya. Upah harus dikelola

dengan baik, sehingga dapat membantu perusahaan untuk mempertahankan

karyawan, mempertahankan atau bahkan meningkatkan produktivitas dan

membantu mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan

(Hanggraeni, 2012:140).

Untuk pembayaran upah, biasanya berdasarkan perjanjian kerja,

karena dengan adanya perjanjian kerja maka akan menimbulkan hubungan

kerja antara pengusaha dan karyawan, yang di dalamnya berisi tentang

hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak-hak. Hak bagi pihak-hak yang satu menjadi

kewajiban bagi pihak yang lainnya, dan kewajiban sebagai pengusaha adalah

memberikan upah yang layak dan sesuai.

Penetapan upah bagi para karyawan harus dilakukan berdasarkan

keadilan, mempertimbangkan aspek kehidupan, sehingga pandangan Islam

tentang hak karyawan dalam menerima upah dapat terwujud, seperti yang

(18)

5

ْرُقْلا يِذ ِءاَتيِإَو ِناَسْحِْلإاَو ِلْدَعْلاِب ُرُمْأَي َوَّللا َّنِإ

ْمُكُظِعَييْغَ بْلاَو ِرَكْنُمْلاَو ِءاَشْحَفْلا ِنَع ٰىَهْ نَ يَو َٰبَ

َنوُرَّكَذَت ْمُكَّلَعَل

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

Allah berfirman dalam QS. As-syu‟ara (26) ayat183:

َنيِدِسْفُم ِضْرَْلأا ِفِ اْوَ ثْعَ ت َلاَو ْمُىَءاَيْشَأ َساَّنلا اوُسَخْبَ ت َلاَو

“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.”

Di zaman modern ini, banyak pengusaha yang memberikan upah

karyawannya berdasarkan patokan yang telah ditentukan oleh perusahaan itu

sendiri. Dimana karyawan bekerja setiap hari, sedangkan untuk pembayaran

upah akan dibayarkan dengan perhitunganupah secara harian, mingguan atau

bahkan bulanan.

Seperti yang terjadi pada CV Decorus, yang mana pihak perusahaan

dalam membayarkanupah kepada para karyawannya menggunakan sistem

perhitungan upah harian, yang akan dibayarakan secara bulanan, tepatnya

setiap akhir bulan, akan tetapi, dalam sistem pembayaran upah pada karyawan

tersebut, terdapat selang waktu antara tanggal tutup buku dengan tanggal

pembayaran upah.

Dari pemaparan di atas, penulis tertarik meneliti tentang sistem

pembayaran upah karyawan yang berlaku di CV Decorus Kecamatan

(19)

6

judul penelitian: “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM

PEMBAYARAN UPAHPADA KARYAWAN CV DECORUS

KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sistem pembayaran upahpada karyawan CV Decorus

Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung?

2. Bagaimana respon karyawan terhadap sistem pembayaran upah pada

karyawan CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung?

3. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sistem pembayaran upahpada

karyawanCV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sistem pembayaran upahpada karyawan CV Decorus

Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung.

2. Untuk mengetahui respon karyawan terhadap sistem pembayaran upah

pada karyawan CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten

Temanggung.

3. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap sistem pembayaran

upahpada karyawan CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten

Temanggung.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini dapat memberikan hasil yang

berguna secara keseluruhan, maka penelitian ini sekiranya dapat memberikan

(20)

7

1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi penulis yang ingin

mengkajitentang permasalahan ini.

b. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu

syari‟ah, khususnya pada program studi Hukum Ekonomi Syari‟ah

untuk menjadi tambahan wawasan keilmuan dan keagamaan dalam

masalah yang berhubungan dengan sistem pembayaranupah pada

karyawan.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi

perusahaan-perusahaan dalam menerapkan sistem pembayaran upah pada

karyawan agar senantiasa berpegang teguh pada aturan yang berlaku di

dalam hukum Islam.

E. Penegasan Istilah

Untuk mendapatkan kejelasan dari judul diatas, penulis perlu

memberikan penegasan dan batasan terhadap istilah-istilah yang ada.

Istilah-istilah tersebut adalah:

1. Hukum Islam (Syari‟ah) adalah semua peraturan agama yang ditetapkan

oleh Allah Swt untuk kaum Muslim baik yang ditetapkan dengan Al

(21)

8

2. Sistem Pembayaran Upah adalah sistem pembayaran atas jasa yang

dilakukan oleh karyawan yang bekerja sebagai manajer, atau kepada

karyawan yang upahnya dibayarkan bulanan, tidak tergantung dari jumlah

jam atau hari kerja atau jumlah produk yang dihasilkan (Mulyadi, 2001:

391).

F. Tinjauan Pustaka

Sejauh yang penulis ketahui, telah banyak pembahasan mengenai

sistem pembayaran upah. Diantara penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pertama, skripsi dari Muarifah, tahun 2015, Fakultas Syari‟ah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul

“TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGUPAHAN

PADA INDUSTRI TAHU DI DESA GALIH, KECAMATAN GEMUH

KABUPATEN KENDAL”. Skripsi ini memiliki fokus penelitian pada

bagaimana sistem pengupahan yang diterapkan pada Industri Tahu Di Desa

Galih, Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal.Adapun kesimpulan dari

penelitian ini adalah upah yang diberikan adalah sebesar Rp. 1.540.000

sampai dengan RP.1.960.000 per bulannya. Dalam hal ini sudah diatas

minimum sesuai dengan keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor: 560/60

Tahun 2013 Tentang upah minimum pada 35 (Tiga Puluh Lima)

Kabupate/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 yaitu sebesar Rp.

1.206.000 untuk wilayah Kabupaten Kendal. Dalam hal ini sudah sesuai

(22)

9

Ketenagakerjaan, bahwa upah yang diberikan tidak dibawah upah minimum.

Akan tetapi mengenai jam kerjanya dan mengenai upah lemburnya belum

sesuai dengan Undang-Undang Nomer 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan. Bahwa waktu kerja melebihi batas waktu kerja yang telah

ditentukan oleh pemerintah dan juga tidak menggunakan sistem upah lembur,

padahal para pekerja pada industri tahu bekerja pada hari libur mingguan.Hal

ini tidak sesuai dengan pasal 78 ayat (2) mengenai upah lembur.

Kedua, skripsi dari Fahmi Vidi Alamsyah,tahun 2015, Fakultas

Syari‟ah Universitas Institut Agama Islam Negeri Purwokerto. Dengan judul

“TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM UPAH TENAGA

KERJA PADA PT ROYAL KORINDAH KELURAHAN KEMBARAN

KULON KABUPATEN PURBALINGGA”. Skripsi ini memiliki fokus

penelitian pada bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap sistem upah

tenaga kerja pada PT Royal Korindah Kelurahan Kembaran Kulon Kabupaten

Purbalingga. Adapun kesimpulan dari penelitian ini bahwas sistem upah yang

diterapkan diperusahaan PT Royal Korindah Kelurahan Kembaran Kulon

Kabupaten Purbalingga menggunakan menerapkan sistem upah menurut

satuan ukuran waktu dengan pembayaran upah disesuaikan dengan periode

yang berlaku di perusahaan Akad ijarah yang diterapkan sudah sesuai dengan

upah minimum kabupaten. Dibolehkan menurut ketentuan hukum Islam dan

telah memenuhi rukun dan syarat sah dalam akad ijarah dan tidak ada paksaan

dalam melakukan akad ijarah. Besaran upah tenaga kerja PT Royal Korindah

(23)

10

manusia adh-dharurat al-khamsa (lima hal inti) kepada tenaga kerja, salah

satunya telah menerapkan hak asasi manusia dengan melindungi hak harta

benda yang harus dimilikinya.

Ketiga, skripsi dariLia Resti Carlina, tahun 2017, Fakultas Syari‟ah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri Raden Intan. Dengan judul

“TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGUPAHAN

KARYAWATI BERDASARKAN PERSENTASE DALAMPERSPEKTIF

FIQIH MUAMALAH”. Skripsi ini memiliki fokus penelitian pada

bagaimanaa mekanisme upah dalam Fiqih Muamalah terhadapkaryawan

berdasarkan persentase pada SPAdan salon Muslimah Az-Zahra di Bandar

Lampung, dan apakah sistem pengupahan karyawati SPA dan salon Muslimah

Az-Zahra dalam Persefektif Fiqih Muamalah. Adapun kesimpulan dari

penelitian ini adalah berdasar kan hasil penelitian dapat dikemukakan dari

analisis menunjukkan pengupahan karyawati SPA dan Salon Muslimah

Az-Zahra di Bandar Lampung ini masih jauh dariketentuan fiqih muamalah,

walaupun secara akad telah menjalankan sesuai ketentuan akan tetapi dalam

penentuan upah dilihat dari sisi keadilannya, penentuan jumlahnya karyawati

hanya bisa menerima ketetapan dari pemilik usaha dan masih jauh dari

kebutuhan yang diukur dari ketentuan upah persentase (upah sesuai dengan

apa yang di kerjakan), dan tanpa uang makan dan lembur serta di ukur dengan

UMP (Upah Minimum Provinsi) Bandar Lampung.

Sedangkan, penelitian ini belum pernah diteliti oleh peneliti

(24)

11

pada karyawan CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung,

bagaimana respon karyawan terhadap sistem pembayaran upah pada karyawan

CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung dan bagaimana

tinjauan hukum Islam terhadap sistem pembayaran upah pada karyawan CV

Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung.

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research).

Penulis melakukan penelitian langsung pada obyeknya. Sedangkan

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis

sosiologis dan bersifat kualitatif. Pendekatan yuridis sosiologis yaitu suatu

penelitian yang dilakukan terhadap keadaan nyata dengan maksud dan

tujuan untuk menemukan fakta (fact finding) yang kemudian menuju pada

mengidentifikasi (problem identification) dan pada akhirnya menuju pada

penyelesaian masalah (problem solution). Jadi tujuannya adalah untuk

mendalami mengenai sistem pembayaran upah karyawan di CV Decorus

Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung (Soekanto, dkk, 2001:51).

2. Kehadiran Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data

dan alat penelitian atau instrumen yang aktif dalam pengumpulan data

(25)

12

keabsahan hasil penelitian, serta alat bantu lain yang dapat mendukung

terlaksananya penelitian, seperti alat perekam dan kamera.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di CV Decorus Kecamatan

Pringsurat Kabupaten Temanggung.

4. Sumber Data

Sumber data yang didapatkan untuk mendukung penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yang didapat peniliti ini adalah

wawancara langsung kepada informan, dengan cara melakukan tanya

jawab dan tatap muka secara langsung dengan personalia CV Decorus

Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung dan juga para

karyawan yang bekerja di CV Decorus Kecamatan Pringsurat

Kabupaten Temanggung, untuk memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh penulis.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalalah digunakan untuk mendukung

data primer (Munawaroh, 2013:82). Data lain yang bisa mendukung

(26)

13

berhubungan dengan objek penelitian, jurnal, surat kabar dan skripsi

yang meneliti hal serupa.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data dengan mengamati dan

mencatat secara langsung dan sistematis terhadap fenomena yang

diteliti (Moleong, 2009:185). Observasi yang dilakukan penulis ini

untuk mendapatkan data tentang bagaimana penerapan sistem

pembayaran upah karyawan di CV Decorus Kecamatan Pringsurat

Kabupaten Temanggung. Pada penelitian ini penulis melakukan

observasi di CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten

Temanggung.

b. Wawancara

Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut

(Moleong, 2009:186). Tujuan penulis menggunakan metode

pengumpulan data ini adalah untuk mendapatkan data yang kongkrit

mengenai sistem pembayaran upah karyawan di CV Decorus

Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung. Dalam penelitian ini

penulis melakukan tanya jawab dan tatap muka secara langsung

(27)

14

Temanggung, dan para karyawan yang bekerja di CV Decorus

Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung, untuk memberikan

informasi yang dibutuhkan oleh penulis.

b. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan dokumentasi

yaitu dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan-catatan transkip, buku-buku, surat kabar dan lain sebagainya

(arikunto, 2010:201). Metode ini penulis gunakan untuk

mengumpulkan bacaan-bacaan yang memuat tentang tema yang akan

diteliti. Adapun dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini

berupa foto-foto.

6. Pengecekan Keabsahan Temuan

Adapun dalam pengecekan keabsahan penelitian ini, penulis

berusaha sesering mungkin mendatangi lokasi penelitian, menekuni dalam

pengamatan.Trianggulasi sebagai pembanding terhadap penemuan data,

dan auditing agar menghasilkan penelitian yang maksimal. Dalam

penelitian ini penulismengecek kembali data-data yang sudah didapatkan

dari informan utama yaitu personalia CV DecorusKecamatan Pringsurat

Kabupaten Temanggung, dengan cara menanyakan kebenaran data kepada

informan tambahan yaitu karyawan CV DecorusKecamatan Pringsurat

Kabupaten Temanggung, yang kemudian penulis mencocokan dengan

(28)

15

7. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul maka peneliti akan menganalisis

semua data dengan menggunakan metode deskripsi kualitatif, yaitu teknik

dengan menggambarkan seluruh aspek peneliti yang ada, sehingga dapat

memberi gambaran antara yang seharusnya dan senyatanya yang terjadi di

Perusahaan. Dengan analisis data peneliti dapat menemukan

masalah-masalah yang muncul di perusahaan dan mendapatkan informasi sesuai

dengan tujuan penelitian.

8. Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif,

jadi tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:

a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum

melakukan penelitian, seperti pembuatan proposal penelitian,

mengajukan surat ijin penelitian, menetapkan fokus penelitian dan hal

lainnya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data dan melalui

pengamatan di CV Decorus Kecamatan Pringsurat Kabupaten

Temanggung tentang sistem pembayaran upah pada karyawannya.

c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa

cukup, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut

dan menggambarkan hasil penelitian sehingga dapat memberikan

(29)

16

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penyusun menggunakan pokok-pokok

bahasan secara sistematis yang terdiri dari lima bab dan tiap bab terdiri dari

sub-sub sebagai perinciannya. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,

tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan penelitian.

BAB II Landasan teori yang terdiri dari pengertian upah secara

umum, pengertian upah menurut hukum Islam (Ijarah) meliputi:pengertian

ijarah, dasar hukumijarah), rukun dan syaratijarah,hubungan kerja dalam

Islam,sistem penetapan ijarah, pembatalan dan berakhirnyaijarah.

BAB IIIPaparan data dan hasil penelitian yang terdiri dari deskripsi

tempat penelitian dan sistem pembayaran upahpada karyawan CV Decorus

Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung serta respon karyawan

terhadap sistem pembayaran upah pada karyawan CV Decorus Kecamatan

Pringsurat Kabupaten Temanggung .

BAB IV Analisis data yang menguraikan tentang respon karyawan

terhadap sistem pembayaran upah pada karyawan CV Decorus Kecamatan

Pringsurat Kabupaten Temanggung dan tinjauan hukum Islam terhadap

sistem pembayaran upah pada karyawan CV Decorus Kecamatan Pringsurat

(30)

17

BAB V Penutup yang berisi kesimpulan yang memuat semua

kesimpulan dari semua pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dan

(31)

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Upah Secara Umum

Di Indonesia kata upah bisa digunakan dalam konteks hubungan

antara pengusaha dengan karyawannya. Upah itu sendiri mempunyai

pengertian yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Uang dan

lain sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar

tenaga yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu” (DepDikNas,

2005:1250).

Sedangkan menurut Soemarso dalam buku “Akutansi Suatu

Pengantar”upah didefinisikan sebagai imbalan kepada yang diberikan atas

tugas-tugas administrasi dan pimpinan yang biasanya jumlahnya tetap secara

bulanan(Soemarso, 2009:307). Sedangkan menurut Sugiyarso dan Winarni

dalam buku “Manajemen Keuangan” pengertianupah merupakan sejumlah

pembayaran kepada pegawai yang diberi tugas administrasi dan manajemen

yang biasanya ditetapkan secara bulanan (Sugiyarso, dkk, 2005: 95 ).

Menurut Mardi dalam buku “Sistem Informasi Akutansi” upah

adalalah sebuah bentuk pembayaran atau sebuah hak yang diberikan oleh

sebuah perusahaan atau instansi kepada pegawai tetap (Mulyadi, 2011:107).

Sedangkan menurut Handoko dalam buku “Manajemen” pengertian upah

(32)

19

untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivasi pelaksaan kegiatan

diwaktu yang akan datang (Handoko, 2002:218).

Sedangkan menurut Hariandja dalam buku “Manajemen Sumber

Daya Manusia” upah adalahbalas jasa dalam bentuk uang yang diterima

karyawan atau pegawai sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai

seorang karyawan atau pegawai yang memberikan sumbangan dalam

kedudukan dan pikiran dalam mencapai tujuan perusahaan. Dapat juga

dikatakan sebagai bayaran tetap yang diterima sesorang dari keanggotaanya

dalam sebuah organisasi atau perusahaan (Hariandja, 2002:245).

Di dalam buku “Sistem Akutansi” menurut Mulyadi, upah adalah

pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan yang

mempunyai jenjang jabatan manajer, umumnya upah dibayarkan secara tetap

perbulan (Mulyadi, 2008:285). Selain itu, dalam buku “Panduan Praktisi

Membuat Aplikasi Pengupahan Dengan Excel 2007” menurut

Tofik,penggupahan mempunyai arti yaitu semua upah yang dibayarkan

perusahaan kepada karyawannya. Para manajer, pegawai administrasi, dan

pegawai penjualan, biasanya mendapat upah dari perusahaan yang jumlahnya

tetap. Tarif upah biasanya dinyatakan dalam upah perbulan (Tofik, 2010:2).

Menurut undang-undang No. 13 Tahun 2003(pasal 1 angka 30)

pengertianupah adalah hak karyawan yang diterima dan dinyatakan dalam

bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha kepada karyawan yang telah

(33)

20

atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi karyawan dan

keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang layak bagi kemanusiaan

(pasal 88 ayat (1), ukuran layak adalah relatif.

Adapun dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan, Nomor 13 Tahun

2003, mengatur dengan tegas dan jelas mengenai pembayaran upah yang

diatur pada bagian kedua “Pengupahan” tepatnya dimulai dari Pasal 88 sampai

dengan Pasal 98. Untuk lebih memberikan penjelasan mengenai pengupahan

dikutip secara keseluruhan terhadap Pasal-Pasal dimaksud sebagai berikut:

1. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

2. Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah

menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh.

3. Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2) meliputi: Upah minimum, aji kerja lembur, upah

tidak masuk kerja karena berhalangan, upah tidak masuk kerja karena

melakukan kegiatan lain diluar pekerjaannya, upah karena menjalankan

hak waktu istirahat kerjanya, bentuk dan cara pembayaran upah, denda dan

potongan upah, hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah, struktur

dan skala pengupahan yang proporsional, upah untuk pembayaran

(34)

21

Pengertian lain juga dapat kita lihat pada pernyataan Dewan

Pengupahan Nasional yang juga mendefinisikan upah suatu penerimaan

sebagai imbalan dari pemberi kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan

atau jasa yang telah dan akan dilakukan, berfungsi sebagai jaminan

kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan produksi, dinyatakan

atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan,

undang-undang dan peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja

antara pemberi dan penerima kerja.

Definisi di atas pada dasarnya memiliki makna yang sama, yaitu

timbal balik dari pengusaha kepada pekerja (penulis dalam hal ini

menyebutnya sebagai karyawan). Sehingga dari keetiga pengertian tersebut

dapat disimpulkan menjadi hak yang harus diterima oleh tenaga kerja sebagai

bentuk imbalan atas pekerjaan mereka yang kesemuanya didasarkan atas

perjanjian, kesepakatan atau undang-undang, yang ruang lingkupnya

mencakup pada kesejahteraan keluarganya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan definisi upah secara umum

yaitu hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai

imbalan, yang diberikan oleh sebuah perusahaan kepada karyawannya yang

telah melakukan dan menyelesaikan suatu pekerjaan, sesuai dengan apa yang

telah disepakati di dalam perjanjian kerja, atau peraturan

perundang-undangan, yang di dalamnya meliputi upah pokok dan tunjangan yang

berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup dan kelayakan bagi

(35)

22

B. Upah Menurut Hukum Islam (Ijarah)

1. Pengertian Ijarah

Pengertian ijarah terbagi menjadi dua, yaitu menurut etimologi

(bahasa) dan menurut terminologi (istilah), dan pengertiannya adalah

sebagai berikut:

a. Ijarah Menurut Etimologi

Menurut etimologi, ijarah berasal dari kata ََرَجَا yang berarti

membalas atau tebusan atau upah. Ijarah berarti َ ةَعَفْنَماٌعْيََب yang berarti

menjual manfaat (Muslich, 2010:315).Al Ijarah arti asalnya adalah

imbalan kerja (upah). Dalam istilah bahasa Arab dibedakan menjadi al

Ajr dan al Ijarah. Al Ajr sama dengan al Tsawab, yaitu pahala dari

Allah sebagai imbalan taat. Sedangkan al Ijarah adalah upah sebagai

imbalan atau jasa kerja (Rusyd, 2002:61).

Sedangkan jumhur ulama fiqih berpendapat bahwa ijarah

adalah menjual manfaat dan yang boleh disewakan adalah manfaatnya

bukan bendanya. Selain itu juga ada yang menerjemahkan bahwa

ijarah sebagai jual-beli jasa (upah-mengupah), yakni mengambil

manfaat tenaga manusia, dan ada pula yang menerjemahkan

sewa-menyewa, yakni mengambil manfaat dari barang. Jadi dalam hal ini,

ijarah dibagi menjadi dua bagian, yaitu ijarah atas jasa dan ijarah atas

(36)

23

Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa

ijarah adalah imbalan kerja yang diperolehdari menjual manfaat atau

mengambil manfaat yang berupa tenaga atau jasa manusia, dan

upah-mengupah adalah menjual tenaga atau kekuatan.

b. Ijarah Secara Terminologi

Ensiklopedi Islam menyebutkan bahwa ijarah merupakan

akad yang dilakukaan atas dasar suatu manfaat dengan imbalan jasa.

Dengan kata lain, ijarah adalah pemilikan manfaat dari sesuatu yang

halal dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan ganti rugi (Dahlan,

2003:229).

Ijarah dimasukkan dalam kaidah sewa menyewa, dimana

melibatkan orang yang menyewaatau orang yang memberi

upah(mu‟jir) dan orang yang menyewakan atau orang yang menerima

upah(mus‟tajir). Pengusaha dianggap sebagai pihak yang menyewa

sedangkan pekerja dianggap sebagai pihak yang menyewakan. Hal ini

bisa dilihat antara pengusaha dan karyawan yang menyepakati

perjanjian kerja (Rasyid, 19960:303). Lafaz ijarah mempunyai

pengertian umum yang meliputi upah atas pemanfaatan suatu benda

atau imbalan suatu kegiatan, atau upah karena melakukan suatu

aktifitas (Karim, 1997:29).

Para ulama berbeda-beda pendapat dalam mendefinisikan

(37)

24

Menurut Hanafiyah bahwa ijarah ialah “Akad untuk

membolehkan kepemilikan manfaat yang diketahui dan disengaja dari

suatu zat yang disewa dengan imbalan.” Sedangkan menurut

Syafi‟iyah, ijarah adalah “Transaksi terhadap manfaat yang dituju,

tertentu, bersifat dapat dimanfaatkan dengan suatu imbalan tertentu.”

Sedangkan menurut fuqaha Malikiyah dan Hanabilah bahwa ijarah

ialah “Pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu

tertentu dengan suatu imbalan” (Suhendi, 2013:11). Sedangkan

menurut Syaikh Syihab Al-Din dan Syaikh Umairah bahwa yang

dimaksud dengan ijarah ialah “Akad atas manfaat yang diketahui dan

disengaja dan membolehkan dengan memberikan imbalan yang

diketahui seketika itu” (Sabiq, 1987:7).

Selain itu, ada juga menurut Muhammad Al-Syarbini

al-Khatib bahwa yang dimaksud dengan ijarah adalah: “Pemilikan

manfaat dengan adanya imbalan dan syarat-syarat”. Menurut Hasbi

Ash-Shiddiqie bahwa ijarah ialah: “Akad yang objeknya ialah

penukaran manfaat untuk masa tertentu, yaitu pemilikan harta dengan

imbalan, sama dengan menjual manfaat”. Menurut Idris Ahmad bahwa

upah hanya mengambil manfaat tenaga orang lain dengan jalan

memberi ganti menurut syarat-syarat tertentu (Al Jaziri, 1994:166).

Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa

ijarah adalah suatu imbalan yang akan dibayarkan oleh seseorang yang

(38)

25

telah memberikan manfaat, sesuai dengan apa yang telah disepakati di

dalam perjanjian kerja.

2. Dasar Hukum Ijarah

Sumber hukum dalam Islam yang dipakai dalam menyelesaikan

berbagai permasalahan yang terjadi adalah dengan menggunakan

Al-Qur‟an dan hadis Nabi, disamping masih banyak lagi sumber hukum yang

dapat digunakan. Al- Qur‟an sebagai sumber hukum dasar yang menjadi

pijakannya. Adapun sumber atau dasar hukum pembayaran upah menurut

hukum Islam, adalah sebagai berikut:

a.Dasar Hukum Al-Qur’an

1)Surat Al Baqarah (2) ayat 233:

اَم ْمُتْمَّلَس اَذِإ ْمُكْيَلَع َحاَنُج َلََف ْمُكَد َلاْوَأ اوُعِضْرَ تْسَت ْنَأ ُْتُْدَرَأ ْنِإَو

ِفوُرْعَمْلاِبْمُتْيَ تآ

“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”

Maksud ayat di atas adalah memberikan upah kepada

yang menyusui, upah ini diberikan karena sebab menyusui tidak

karena susunya, tetapi hal mengerjakannya. Ayat ini yang menjadi

dasar hukum adanya ijarah. Setiap orang boleh menyewa jasa

orang lain untuk menyusukan anaknya atau orang yang memiliki

(39)

26

anaknya. Secara umum, menyewa jasa orang lain hukumnya boleh

(Suwiknyo, 2010:108-109).

2)Surat Al-Qashash (28) ayat 26-27 :

َم َرْ يَخ َّنِإ ُهْرِجْأَتْسا ِتَبَأ اَي اَُهُاَدْحِإ ْتَلاَق

ُيِمَْلأا ُّيِوَقْلا َتْرَجْأَتْسا ِن

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".

َتْمَْتَْأ ْنِإَف ٍجَجِح َ ِنِّاََثَ ِنَِّرُجْأَت ْنَأ ٰىَلَع ِْيَ تاَى ََّتََنْ با ىَدْحِإ َكَحِكْنُأ ْنَأ ُديِرُأ ينِِّإ َلاَق

اًرْشَع

َيِِلِاَّصلا َنِم ُوَّللا َءاَش ْنِإ ِنُِّدِجَتَس َكْيَلَع َّقُشَأ ْنَأ ُديِرُأ اَمَو َكِدْنِع ْنِمَف

Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik".

Di dalam kitab “Tafsir Al-Misbah”, Quraish Shihab menjelaskan maksud dari ayat-ayat diatas adalah bahwa upah dalam konsep Islam adalah menekankan pada dua aspek, yaitu dunia dan akherat. Tetapi hal yang paling penting, adalah bahwa penekanan kepada akherat itu lebih penting daripada penekanan terhadap kehidupan dunia (dalam hal ini adalah materi). Ayat di

atas juga menerangkan bahwaijarah telah disyariatkan oleh Islam,

(40)

27 Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Maksud dari ayat diatas adalah jika sudah mengetahui

hak dan kewajiban para karyawan-karyawannya, maka perlu

diketahui hak dan kewajiban para pengusaha. Adapun hak dari dari

seorang pengusaha yaitu memperoleh keuntungan dari usahanya

baik yang berupa material maupun non material. Sedangkan

kewajiban bagi pengusaha terhadap para karyawan-karyawannya

yaitu membayar upah, karena upah merupakan salah satu

kesejahteraan yang harus diterima oleh para karyawan dan

merupakan kewajiban bagi pengusaha terhadap para

karyawan-karyawannya (At-Tamimi, 1995:115).

4)Surat An-Nahl (16) ayat 97 :

َرْجَأ ْمُهَّ نَ يِزْجَنَلَو ًةَبييَط ًةاَيَح ُوَّنَ يِيْحُنَلَ ف ٌنِمْؤُم َوُىَو ٰىَثْ نُأ ْوَأ ٍرَكَذ ْنِم اًِلِاَص َلِمَع ْنَم

ْمُى

(41)

28

kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

Di dalam kitab “Tafsir Al-Misbah”, Quraish Shihab menjelaskan bahwa maksud dari ayat diatas adalah ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman. Dalam ayat ini juga dikatakan bahwa tidak adanya diskriminasi upah dalam Islam, jika mereka mengerjakan pekerjaan yang sama dan Allah akan memberikan imbalan (pahala)kepada mereka yang melakukannya dan setimpal dengan amalan yang mereka lakukan dan akan lebih besar dengan apa yang mereka lakukan (Shihab, 2002:238).

5)Surat Al-Ahqaf (46) ayat 19 :

َنوُمَلْظُي َلا ْمُىَو ْمَُلَاَمْعَأ ْمُهَ يي فَوُ يِلَو اوُلِمَع اَِّمِ ٌتاَجَرَد ٍّلُكِلَو

“Danbagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.”

Maksud dari ayat diatas adalah sebelum suatu pekerjaan dimulai hendaklah pemberi kerja untuk menentukan terlebih dahulu bentuk dan jenis pekerjaan, sekaligus menentukan siapa pekerja yang akan melakukan pekerjaan, kepada pekerja tersebut, hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting. Karena hal tersebut agar dapat diketahui seberapa besar kadar pengorbanan atau tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja untuk menyelesaikanpekerjaan (Yusanto, dkk. 2002:194).

6)Surat An- Nahl (16) ayat 90 :

ْلاَو ِرَكْنُمْلاَو ِءاَشْحَفْلا ِنَع ٰىَهْ نَ يَو َٰبَْرُقْلا يِذ ِءاَتيِإَو ِناَسْحِْلإاَو ِلْدَعْلاِب ُرُمْأَي َوَّللا َّنِإ

ِيْغَ ب

(42)

29

“Allah memerintahkan berbuat adil, melakukan kebaikan, dan dermawan terhadap kerabat. Ia melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan penindasan. Ia mengingatkan kamu supaya mengambil pelajaran.”

Apabila ayat tersebut dikaitkan dengan perjanjian kerja, maka dapat dikemukakan bahwa Allah memerintahkan kepada para pemberi pekerjaan (pengusaha) untuk berlaku adil, berbuatbaik, dan dermawan kepada para karyawannya. Kata

“kerabat” dalam ayat tersebut dapat diartikan “tenaga kerja”, sebab

para karyawan tersebut sudah merupakan bagian dari perusahaan, dan jika bukan dari jerih payah karyawan tidak mungkin usaha pengusaha dapat berhasil. Selain itu, dari ayat tersebut dapat ditarik pengertian bahwa pemberi kerja dilarang oleh Allahberbuat keji dan melakukan penindasan (seperti menganiaya). Pengusaha harus ingat, jika bukan dari jerih payah karyawan tidak mungkin usahannya dapat berhasil.

7)Surat Al-Kahfi (18) ayat 30:

َ إ

ًلََمَع َنَسْحَأ ْنَم َرْجَأ ُعيِضُن َلا اَّنِإ ِتاَِلِاَّصلا اوُلِمَعَو اوُنَمآ َنيِذَّلا َّن

“Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.”

Menurut Quraish Shihab menjelaskan dalam kitab “Tafsir

(43)

30

pekerjaan yang telah dilakukan manusia, pasti Allah balas dengan adil (Shihab, 2002:239).

b.Dasar Hukum Hadis

Adapun hadis Rasulullah tentang ijarah adalah sebagai

berikut:

1)Upah kerja

ُوُقَرَع َّفَِيَ ْنَأ َلْبَ ق ُهَرْجَأ َيرِجَلأا اوُطْعَأ

"Berikanlah kepada pekerja upahnya sebelum mengering keringatnya" (Riwayat Ibnu Majahno.718).

ٌمْلُظ يِنَِغْلا ُلْطَم

Menunda penunaian kewajiban (bagi yang mampu) adalah

kezaliman” (HR. Al-Bukhari & Muslim)

Maksud dari hadis ini adalah bersegeralah menunaikan

hak karyawan setelah selesainya pekerjaan, dan janganlah

nunda pembayaran upah karyawan, karena

menunda-nunda pembayaran upah karyawan, bagi pengusaha yang mampu

adalah suatu kezaliman (Syafei, 2001:124). Dalam hadis ini

Rasulullah mendorong para pengusah untuk membayarkan upah

para karyawan-karyawannya ketika mereka telah usai menunaikan

tugasnya dan janganlah menangguhkannya, karena itu termasuk

suatu kezaliman (Hakim, 2012:201).

Selain itu, hadis diatas juga mempunyai maksud,jika

mempekerjaan seorang karyawan hendaklah dijelaskan terlebih

(44)

31

hak karyawan setelah menyelesaikan pekerjaan, atau (begitu juga

bisa dimaksud apabila telah ada kesepakatan pembayaran upah

setiap hari, setiap minggu atau setiap bulannya). Ketentuan tersebut

untuk menghilangkan keraguan maupun kekhawatiran karyawan

mengenai upah yang akan mereka terima, atau akan mengalami

keterlambatan tanpa adanya alasan yang jelas. Sehingga kedua

belah pihak sama-sama mengerti atau tidak merasa akan dirugikan

(Effendi, 2003:21). Allah: ada tiga yang menjadi musuh Saya di hari kiamat, 1. Orang yang berjanji pada-Ku kemudian ia melanggarnya 2. Orang yang menjual orang merdeka lalu ia memakan hasil penjualannya 3. Orang yang mempekerjakan orang lain yang diminta menyelesaikan tugasnya, lalu ia tidak membayar upahnya”( Al- Bukharino. 860).

(45)

32

c. Dasar Hukum Ijma’

Adapun dasar hukum Ijarah dalam Al-Ijma‟ adalah sebagai

berikut: “Umat islam pada masa sahabat telah berijma‟ bahwa ijarah

dibolehkan sebab bermanfaat bagi manusia. (Diriwayatkan oleh

Ahmad, Abu Dawud dan Nasa‟i dari Said Ibn Bi Waqash). Sedangkan

dalam bukunya Hendi Suhendi diambil dari Fiqh As-Sunnah bahwa

landasan ijma‟ ialah semua umat bersepakat, tidak ada seorang

ulamapun yang membantah kesepakatan ijma‟ ini, sekalipun ada

beberapa orang diantara mereka yang berbeda pendapat, tetapi hal itu

tidak dianggap (Syafei, 2001:124).

3. Rukun dan Syarat Ijarah

a.Rukun Ijarah

Berkaitan dengan rukun ijarah sebagai suatu transaksi adalah

akad atau perjanjian kedua belah pihak, yang menunjukkan bahwa

transaksi itu telah berjalan secara suka sama suka (Syarifuddin, 2003:

217-218).

Adapun unsur yang terlibat dalam transaksi Ijarah itu

adalah:

1)Orang yang menggunakan jasa, baik dalam bentuk tenaga atau

benda yang kemudian memberikan upah atas jasa tenaga atau sewa

dari jasa benda yang digunakan, disebut pengguna jasa (mūjir).

2)Orang yang memberikan, baik dengan tenaganya atau dengan alat

(46)

33

atau sewa dari benda yang dimilikinya, disebut pemberi jasa

(musta‟jir).

3)Objek transaksi yaitu jasa, baik dalam bentuk tenaga atau benda

yang digunakan disebut (ma‟jur).

4)Imbalan atau jasa yang diberikan disebut upah atau sewa (ujrah).

Sedangkan menurut ulama mazhab Hanafi rukun Ijarah

hanya ada satu, yaitu ijab dan kabul dengan lafaz ijarah atau isti‟jar

(ungkapan menyerahkan dan persetujuansewa-menyewa).(Hasan,

2003: 231). Selain itu, jumhur ulama berpendapat, bahwa rukun ijarah

itu ada tiga, yaitu sebagai berikut:

1)„Aqid(orang yang berakad)

„Aqid adalah orang yang melakukan perjanjian atau transaksi (para

pihak yang melakukan akad upah-mengupah), yaitu orang yang

memberi upah(Mu‟jir)dan orang yang menerima upah atas sesuatau

pekerjaan yang telah diselesaikan (Musta‟jir).

2) Sigat akad

Sighat akad adalah pernyataan yang menunjukkan kerelaan atau

kesepakatan kedua belah pihak yang melakukan perjanjian kerja

atau transaksi, yang terdiri dari ijab dan Kabul.

3) Ujrah (upah)

Ujrah adalah memberiimbalansebagai bayaran kepada seseorang

(47)

34

dan imbalan itu diberikan menurut perjanjian yang telah disepakati

bersama, yang terdiri dari upah dan manfaat (Djuwaini, 2010: 51).

Adapun menegenai rukun Ijarah Fatwa DSN MUI No.

09/DSN-MUI/IV/2000 menetapkan sebagai berikut :

1)Sighatijarah yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua

belah pihak yang berakad baik secara verba maupun dalam bentuk

lain.

2)Pihak-pihak yang berakad, terdiri atas pemberi sewa atau pemberi

jasa dan peneyewaatau pengguna jasa.

3)Objek akad Ijarah, yang dapat berupa manfaat barang dan sewa

atau, manfaat jasa dan upah (Mustofa, 2016: 105).

b.Syarat Ijarah

Supaya transaksi Ijarah itu bisa dianggap sah, maka ada

beberapa syarat yang mengiringi beberapa rukun yang harus dipenuhi.

Syarat-syarat tersebut meliputi:

1)Syarat In‟iqad, yaitu dua pihak yang berakad (aqidain) haruslah

memenuhi syarat :

a) Baligh (telah berumur (tujuh) 7 tahun (mumayyiz)

b) Berakal (tidak gila, dan mabuk)

c) Tidak ada paksaan (ridha)

2) SyaratIjarah

Syarat-syarat ijarahyang harus dipenuhi adalah sebagai

(48)

35

a)Upah hendaknya jelas dengan bukti dan ciri yang bisa

menghilangkan ketidakjelasan, maksudnya besar kecilnya upah

dan bentuk upah disebutkan.

b)Upah harus dibayarkan sesegera mungkin atau sesuai dengan

waktu yang ditentukan dalam akad.

c)Upah tersebut bisa dimanfaatkan oleh pekerja untuk memenuhi

kebutuhan kehidupan dan keluarganya (baik dalam bentuk uang

atau barang dan jasa) (An Nabhani, 2009:102).

Syarat-syarat ijarahdalam ekonomi Islam, adalah sebagai

berikut:

a)Upah harus dilakukan dengan cara-cara musyawarah dan

konsultasi terbuka, sehingga dapat terwujudkan di dalam diri

setiap individu pelaku ekonomi, rasa kewajiban moral yang

tinggi dan dedikasi yang loyal terhadap kepentingan umum

(Salim, 1999: 99-100).

b)Upah harus berupa mal mutaqawwim dan upah tersebut harus

dinyatakan secara jelas. Konkrit atau dengan menyebutkan

kriteria-kriteria. Karena upah merupakan pembayaran atas nilai

manfaat, nilai tersebut disyaratkan harus diketahui dengan

jelas. Memperkejakan orang dengan upah makan, merupakan

contoh upah yang tidak jelas karena mengandung unsur jahalah

(ketidak pastian).Ijarah seperti ini menurut jumhur fuqaha‟,

(49)

36

keabsahan ijarah tersebut sepanjang ukuran upah yang

dimaksudkan dan dapat diketahui berdasarkan adat kebiasaan

(Ghufran, 2002: 186).

c)Upah harus berbeda dengan jenis obyeknya. Membayar upah

suatu pekerjaan dengan pekerjaan yang serupa, merupakan

contoh yang tidak memenuhi persyaratan ini. Karena itu

hukumnya tidak sah, karena dapat mengantarkan pada praktek

riba (Ghufran, 2002: 186). Contohnya: memperkerjakan kuli

untuk membangun rumah dan upahnya berupa bahan bangunan

atau rumah.

d)Upah perjanjian persewaan hendaknya tidak berupa manfaat dari

jenis sesuatu yang dijadikan perjanjian. Dan tidak sah

membantu seseorang dengan upah membantu orang lain.

Masalah tersebut tidak sah karena persamaan jenis manfaat.

Maka masing-masing itu berkewajiban mengeluarkan upah

atau ongkos sepantasnya setelah menggunakan tenaga

seseorang tersebut (Al-Jaziri,1994: 180).

4. Hubungan Kerja Dalam Islam

Dalam Islam untuk menciptakan hubungan kerja perlu adanya

pemenuhan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagipengusaha dan

karyawan. Hak dan kewajiban merupakan suatu tuntutan dan keinginan

(50)

37

kewajiban adalah para pihak, disebut prestasi. Adapun hak-hak dan

kewajiban-kewajiban bagipengusaha dan karyawan adalah sebagai berikut:

a. HakKaryawan kepada Perusahaan

1) Hak atas pekerjaan

Merupakan suatu hak asasi manusia. Maka sebagaimana halnya

tubuh dan kehidupan merupakan salah satu hak asasi manusia,

kerja pun merupakan salah satu hak asasi manusia. Ia melekat pada

manusia sebagai manusia sejak lahir dan tak seorangpun dapat

merampasnya.

2) Hak atas upah yang adil

Merupakan hak legal yang diterima dan dituntut seseorang sejak ia

mengikat diri untuk bekerja disuatu perusahaan, yang kemudian

untuk mendapatkan upah yang adil.

3) Hak untuk berserikat dan berkumpul

Mereka harus dijamin haknya untuk membentuk serikat pekerja

dengan tujuan bersatu memperjuangkan hak dan kepentingan

semua anggota mereka, hak berserikat dan berkumpul merupakan

salah satu syarat penting untuk bisa menjamin hak atas upah yang

adil.

4) Hak untuk diproses hukum secara sah.

Hak ini terutama berlaku ketika seseorang karyawan dituduh dan

diancam dengan hukuman tertentu karena diduga melakukan

(51)

38

5) Hak untuk diperlakukan secara sama

Hak ini ditegaskan bahwa semua karyawan pada prinsipnyaharus

diperlakukan secara sama, artinya tidak oleh ada diskriminasi

dalam perusahaan entah berdasarkan warna kulit, jenis kelamin,

etnis agama, dan semacamnya baik dalam sikap dan perlakuan,

upah, maupun peluang untuk jabatan, pelatihan atau pendidikan

labih lanjut.

6) Hak atas perlindungan keselamatan dan kesehatan.

Keselamatan kerja termasuk dalam perlindungan teknis, yaitu

perlindungan terhadap karyawan agar selamat dari bahaya yang di

timbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Kesehatan

kerja termasuk jenis perlindungan sosial karena ketentuan

mengenai kesehatan kerja ini berkaitan dengan sosial

kemasyarakatan, yaitu aturan-aturan yang bermaksud mengadakan

pembatasan terhadap kekuasaan pengusaha untuk memperlakukan

karyawan seacara sama tanpa memperhatikan norma-norma yang

berlaku, dengan memandang karyawannnya sebagai makhluk

(52)

39

b. KewajibanKaryawan kepada Perusahaan

1) Memahami, mengetahui dan mematuhi aturan dan prinsip-prinsip

dalam bekerja termasuk mengenai kesehatan dan keselamatan

kerja, berpartisipasi dalam pelatihan, dan lain-lain.

2) Melakukan pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan prinsip-prinsip

ketenagakerjaan termasuk kesehatan dan keselamatan kerja.

3) Memberitahukan kepada pengawas di tempat kerja ketika melihat

kecelakaan kerja atau bahaya terhadap kehidupan atau kesehatan

karyawan.

c. Hak Perusahaan kepada Karyawan

1) Berhak sepenuhnya atas hasil kerja karyawan

2) Berhak atas di taatinya aturan kerja oleh karyawan, termasuk

pemberian sanksi.

3) Berhak melaksanakan tata tertib kerja yang telah dibuat oleh

pengusaha.

d. Kewajiban Pengusaha kepada Karyawan

1) Memberikan izin kepada buruh untuk beristirahat, menjalankan

kewajiban menurut agamanya.

2) Dilarang memperkerjakan buruh lebih dari 7 jam sehari dan 40 jam

seminggu, kecuali ada izin penyimpangan.

3) Tidak boleh mengadakan diskriminasi upah laki-laki dan

(53)

40

4) Bagi perusahaan yang mempekerjakan (dua puluh lima) 25 orang

buruh atau lebih wajib membuat peratutran perusahaan.

5) Wajib membayar upah karyawan pada saat istirahat atau libur

pada hari libur resmi.

6) Wajib memberikan tunjangan hari raya (THR) kepada karyawan

yang telah mempunyai masa kerja 3 bulan secara terus menerus

atau lebih.

7) Wajib mengikut sertakan dalam program Jamsostek (Tim

Kompendium :46).

5. Sistem Penetapann Ijarah

Menyangkut penentuan upah kerja, syari‟at Islam tidak

memberikan ketentuan rinci secara tekstual baik ketentuandalam

Al-Qur‟an maupun Sunnah Rasul. Secara umum sistem penetapan

upahmenurut hukum Islam dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Upah Disebutkan Sebelum Pekerjaan Dimulai

Ketentuan akad dalam perjanjian kerja harus jelas berapa

besarnyaupah yang akan diberikan oleh pengusaha kepada

karyawannya. Keharusan adanya kejelasan dalam akad perjanjiaan

kerjaterkait dengan besaran upah yang akandibayarkan adalah

(54)

41

Rasulullah Saw,bersabda :

ُوْمِلْعُ يْلَ فَرْ يِجَأَرَجْأَتْسا ِنَم

َ أ

ُهَرْج

“Barang siapa yang mempekerjakan seseorang hendaklah ia memberitahukan upahnya” (HR. Al-Baihaqi dan Ibn Syaibah).

Dalam hadis tersebut Rasulullah Saw, telah memberikan

petunjuk, supaya majikan terlebih dahulu memberitahukan tentang

besarnya upah yang akan diterima oleh pekerja sebelum ia mulai

melakukan pekerjaannya. Dengan adanya pemberitahuan besaranya

upah yang diterima, diharapkan dapat memberikan dorongan semangat

untuk bekerja serta memberikan kenyamanan dalam pekerjaan.

Karyawan akan menjalankan pekerjaan sesuai dengan perjanjian kerja

yang telah disepakati dengan atasannya.

b. Membayar Upah Sebelum Keringatnya Kering

Dalam hadis Rasulullah Saw, terdapat perintah bagi

seorang atasan untuk membayarkan upah kepada

karyawannyayang telah melakukan dan menyelesaikan pekerjaan.

Rasulullah SAW bersabda :

ََأ

Referensi

Dokumen terkait

In additio n, it can be used to improve the students’ listening skill and to increase their motivation in learning English, to introduce the model of electronic learning

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA DALAM PENJUALAN OBAT GENERIK YANG KADALUARSA DAN GANTIRUGI KEPADA KONSUMEN MENURUT UNDANG-UNDANG^ N0.8 TAHUN 1999.. TENTANG

Bentuk dari penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Rahma Nurvidiana dkk (2015) “Pengaruh Word Of Mouth Terhadap Minat Beli Serta Dampaknya Pada

Sistem dinding perkuatan dengan blok beton bersegmen terdiri dari blok beton pracetak yang disusun untuk membentuk penutup dinding, dengan tanah timbunan dibelakangnya yang

membahas secara dalam vektor posisi yang menunjukkan lokasi suatu titik pada lokasi suatu titik pada ruang 3D. • Orientasi dalam ruang 3D yang dinyatakan dalam

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut: Peran Unit Pelaksana Teknis

UD Rimba juga telah memiliki Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) yang di terbitkan oleh Dinas Kehutanan, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Surat

[r]