• Tidak ada hasil yang ditemukan

RACHMA ZSAFIRA BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RACHMA ZSAFIRA BAB II"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Konsep Dasar Pre-eklampsia

1.

Definisi

Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda khas tekanan

darah tinggi (hipertensi), pembengkakan jaringan (edema), dan

ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang timbul karena

kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan,

tetapi dapat juga terjadi pada trimester kedua kehamilan. Pre-eklampsia

berasal dari dua kata yaitu “

p

re” artinya sebelum dan perkataan

“eklampsia” berasal dari Yunani yang berarti “halilintar” karena gejala

eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat

dalam kebidanan. Dikemukakan beberapa teori yang dapat menerangkan

kejadian pre-eklampsia dan eklampsi sehingga dapat menetapkan upaya

promotif dan preventif (Wibowo, 2006).

Pre-eklampsia adalah masalah kesehatan yang terjadi setelah 20

minggu kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi dan proteinuria

(Rachma, 2008). Pre-eklampsia merupakan keadaan dimana tekanan darah

>140/90 mmhg di sertai dengan protein dalam urine pada usia kehamilan

di atas 20 minggu, pada wanita yang tidak memiliki riwayat hipertensi

sebelumnya. Tidak semua kasus pre-eklampsia ditemukan bersamaan

(2)

eklampsi merupakan kesatuan penyakit, yakni yang langsung disebabkan

oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal ini terjadi, istilah

kesatuan penyakit diartikan bahwa kedua peristiwa dasarnya sama karena

eklampsia merupakan peningkatan dari pre-eklampsia yang lebih berat da

berbahaya dengan tambahan gejala-gejala tertentu (Wibowo, 2006).

Pre-eklampsia/ eklampsi merupakan kesatuan penyakit yang

langsung disebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia tidak semata-mata

terjadi pada wanita muda pada kehamilan pertamanya. Pre-eklampsia ini

paling sering terjadi selama trimester terakhir kehamilan (Wibowo, 2006).

2.

Klasifikasi Pre-eklampsia

Pembagian pre-eklampsia sendiri dibagi dalam golongan ringan

dan berat. Menurut Rachma (2008) penggolongan pre-eklampsia yaitu :

a.

Pre-eklampsia ringan

Dikatakan pre-eklampsia ringan bila :

1)

Tekanan darah sistolik antara sistolik antara 140-160 mmHg dan

tekanan darh diastolik 90-110 mmHg

2)

Proteinuria minimal (< 2g/L/24 jam)

3)

Tidak disertai gangguan fungsi organ

b.

Pre-eklampsia berat

Dikatakan pre-eklampsia berat bila :

1)

Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik >

(3)

2)

Proteinuria (> 5 g/L/ 24 jam) atau positif 3 atau 4 pada

pemeriksaan kuantitatif

Pre-eklampsia berat dapat juga disertai dengan oliguria (urine < 400

ml/jam), adanya keluhan serebral, gangguan penglihatan, nyeri

abdomen pada kuadran kanan atas atau daerah epigastirum, gangguan

fungsi hati ditandai dengan hiperbilirubinemia, edema pulmonal,

sianosis, gangguan perkembangan intrauterine, dan microangiopathic

hemolytic anemia, trombositopenia

3.

Etiologi

Penyebab pre-eklampsia/eklampsi sampai sekarang belum diketahui

secara pasti. Banyak teori yang menerangkan namun belum dapat memberi

jawaban yang memuaskan. Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan

adalah iskemia plasenta. Namun teori ini tidak dapat menerangkan semua

hal yang berkaitan dengan kondisi ini. Hal ini disebabkan karena

banyaknya faktor yang menyebabkan terjadinya pre-eklampsia/eklampsi

(Wibowo, 2006).

4.

Manifestasi Klinik dan Gejala

a.

Manifestasi

Pada pre-eklampsia/eklampsi terjadi vasokonsentrasi sehingga

menimbulkan gangguan metabolisme endorgan dan secara umum

terjadi perubahan patologi-anatomi (nekrosis, perdarahan, edema).

(4)

organ vital akan menambah beratnya manifestasi klinis dari

masing-masing organ vital (Manuaba, 2012).

Pre-eklampsia/eklampsi dapat mengganggu banyak sistem

organ, derajat keparahannya tergantung faktor medis atau obstetri.

Gangguan organ pada pre-eklampsia/eklampsi meliputi (Wibowo,

2006):

1)

Perubahan pada plasenta dan uterus

Menurunnya aliran darah ke plasenta dapat mengakibatkan

solutio plasenta. Pada hipertensi yang lama akan terjadi gangguan

pertumbuhan janin. Pada hipertensi yang terjadi lebih pendek bisa

menimbulkan gawat janin sampai kematian janin, dikarenakan

kurang oksigenasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan tanpa

perangsangan sering didapatkan pada pre-eklampsia/eklampsi,

sehingga mudah terjadi partus prematurus.

2)

Perubahan pada ginjal

Perubahan ini disebabkan oleh karena aliran darah ke dalam

ginjal menurun, sehingga filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan

ginjal berhubungan dengan terjadinya proteinuria dan retensi

garam serta air. Pada kehamilan normal penyerapan meningkat

sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi

akibat spasme arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium

menurun yang menyebabkan retensi garam dan juga terjadi retensi

(5)

50% dari normal sehingga menyebabkan diuresis turun. Pada

keadaan yang lanjut dapat terjadi oliguria sampai anuria.

3)

Perubahan pada retina

Tampak edema retina, spasme setempat atau menyeluruh

pada satu atau beberapa arteri, jarang terjadi perdarahan atau

eksudat atau spasme. Retinopati arteriosklerotika pada

pre-eklampsia akan terlihat bilamana didasari penyakit hipertensi yang

menahun. Spamus arteri retina yang nyata menunjukkan adanya

pre-eklampsia berat. Pada pre-eklampsia pelepasan retina oleh

karena edema intraokuler merupakan indikasi untuk pengakhiran

kehamilan segera. Biasanya retina akan melekat kembali dalam

dua hari sampai dua bulan setelah persalinan. Gangguan

penglihatan secara tetap jarang ditemui. Skotoma, diplopia dan

ambliopia pada pre-eklampsiaa merupakan gejalan yang menjurus

akan terjadinya eklampsi. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan

aliran darah didalam pusat penglihatan di kortex cerebri atau dalam

retina.

4)

Perubahan pada paru-paru

Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita

pre-eklampsia/eklampsi. Komplikasi biasanya disebabkan oleh

(6)

5)

Perubahan pada otak

Resistensi pembuluuh darah dalam otak pada hipertensi

dalam kehamilan lebih meninggi, terutama pada pre-eklampsia.

6)

Metabolisme air dan elektrolit

7)

Hemokonsntrasi yang menyertai pre-eklampsia dan eklampsi tidak

diketahui sebabnya.

Terjadi pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke ruang

intersisial, diikuti oleh kenaikan hematokrit, protein serum

meningkat dan bertambahnya edema menyebabkan volume darah

berkurang, viskositas darah meningkat, waktu peredaran tepi lebih

lama. Aliran darah diberbagai aliran tubuh mengurang dan

berakibat hipoksia. Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi

berkurang sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai

ukuran tentang perbaikan keadaan penyakit dan tentang

berhasilnya pengobatan. Jumlah air dan natrium pada penderita

pre-eklampsia lebih banyak daripada wanita hamil biasa. Kadar

kreatinin dan ureum pada pre-eklampsia tidak meningkat kecuali

jika terjadi oliguria atau anuria. Protein sreum total, perbandingan

albumin globulin dan tekanan osmotik plasma menurun pada

pre-eklampsia, kecuali pada penyakit berat dengan hemokonsentrasi.

b.

Gejala

Menurut Wibowo (2006) Pre-eklampsia merupakan

(7)

Biasanya tanda-tanda pre-eklampsia timbul dalam urutan :

pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi,

dan akhirnya proteinuria. Pada pre-eklampsia ringan tidak ditemukan

gejala-gejala subyektif.

Pada pre-eklampsiaberat gejala-gejalanya adalah tekanan darah

>160/110 mmHg, adanya peningkatan kadar enzim hati/ikterus, nilai

trombosit < 100.000/mm

3

, oliguria < 400 ml/24 jam, proteinuria > 3

g/liter, nyeri epigastrium, skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri

frontal yang berat, perdarahan retina, edema pulmonum dan yang

lebih parah adalah mengalami koma.

5.

Patofisiologi

Pre-eklampsia dapat terjadi dari spasme pembuluh darah disertai

dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat

arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian

sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika

semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan

naik, sebagai usaha-usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar

oksigenasi jaringan dapat dicukupi, sedangkan kenaikan berat badan dan

oedema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam

ruangan intersisial belum dikatahui sebabnya, mungkin karena retensi air

dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga

(8)

Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan

angiotensin, renin, dan aldosteron, sebagai kompensasi sehingga peredaran

darah dan metabolisme dapat berlangsung. Pada pre-eklampsia dan

eklampsi, terjadi penurunan angiotensin, renin dan aldosteron, tetapi

dijumpai edema, hipertensi, dan proteinuria. Berdasarkan teori iskemia

implantasi plasenta, bahan trofoblas akan diserap ke dalam sirkulasi, yang

dapat meningkatkan sensitivitas terhadap angiotensin II, renin, dan

aldosteron, spasme pembuluh darah arteriol dan tertahannya garam dan air

(Robson, 2012).

Teori Iskemia daerah implantasi plasenta, didukung kenyataan

menurut Robson (2012)adalah sebagai berikut :

a.

Pre-eklampsia dan eklampsi lebih banyak terjadi pada primigravida,

hamil ganda, dan mola hidatitosa.

b.

Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya umur kehamilan

c.

Gejala penyakitnya bekurang bila terjadi kematian janin

Dampak terhadap janin, pada pre-eklampsia terjadi vasospasmus

yang menyeluruh termasuk spasmus dari arteriol spiralis decidue dengan

akibat menurunnya aliran darah ke plasenta. Dengan demikian terjadi

gangguan sirkulasi fetoplacentair yang berfungsi baik sebagai nutritive

maupun oksigenasi. Pada gangguan yang kronis akan menyebabkan

gangguan pertumbuhan janin didalam kandungan disebabkan oeh

mengurangnya pemberian karbohidrat, protein, dan faktor-faktor

(9)

6.

Faktor-faktor Kejadian Pre-eklampsia

Pre-eklampsia

berhubungan

dengan

kehamilan

pertama

(primigravida), umur kehamilan yang makin tua, primigravida usia muda,

umur lebih dari 35 tahun, sosial ekonomi, usia kehamilan lebih dari 28

minggu, serta kehamilan ganda, dan hipertensi kronik. Kehamilan dan

persalinan yang terjadi pada usia remaja berisiko komplikasi (partus mass,

pre-eklampsia) 20%. Pre-eklampsia dapat bermula pada masa antenatal,

intrapartum, dan postnatal (Robson, 2012).

Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat

menunjang pre-eklampsia dan eklampsi. Faktor-faktor tersebut antara lain,

gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim. Faktor risiko

terjadinya pre-eklampsia, umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama

kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan padawanita di atas usia 35

tahun. Faktor risiko lainnya adalah riwayat pre-eklampsia sebelumnya,

riwayat pre-eklampsia pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan,

mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan

ginjal, lupus, atau rematoid arthritis (Robson, 2012).

Faktor risiko pre-eklampsia adalah paritas, usia, kehamilan ganda,

riwayat pre-eklampsia, riwayat pre-eklampsia dalam keluarga, riwayat

(10)

Berbagai faktor risiko pre-eklampsiamenurut

American Family

Physician

(2004):

a.

Faktor yang berhubungan dengan kehamilan

Faktor yang berhubungan dengan kehamilan antara lain adanya

kelainan kromosom, mola hydatidosa, hydrops fetalis, kehamilan

multifetus, inseminasi donor atau donor oosit, dan kelainan struktur

kongenital.

b.

Faktor spesifik maternal

Secara spesifik, faktor resiko pre-eklampsia antara lain

primigravida, usia > 35 tahun atau kurang dari < 20 tahun, ras kulit

hitam, riwayat pre-eklampsia pada keluarga, multipara, pre-eklampsia

pada kehamilan sebelumnya, kondisi medis khusus (diabetes

gestational, diabetes tipe I, obesitas, hipertensi kronis, penyakit ginjal,

trombofilia) dan stres.

Selain itu, faktor-faktor pre-eklampsia dapat di pengaruhi oleh

beberapa hal berikut, yaitu :

a.

Umur

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2014

menyatakan bahwa umur merupakan lama waktu hidup atau ada (sejak

dilahirkan atau di adakan). Pre-eklampsia sering mengenai wanita

muda dan multipara, sedangkan wanita yang lebih tua lebih beresiko

mengalami hipertensi kronis yang bertumbang tindih dengan

(11)

b.

Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai

batas viabilitas dan telah dilahirkan. Faktor paritas merupakan salah

satu faktor resiko pre-eklampsia (Kusmiati, 2009).

c.

Jarak Kehamilan

Selama kehamilan sumber biologis dalam tubuh ibu secara

sistematis terpakai dan untuk kehamilan berikutnya di butuhkan waktu

2-4 tahun agar kondisi tubuh ibu kembali seperti sebelumnya. Apabila

terjadi kehamilan sebelum 2 tahun, kesehatan ibu akan mundur secara

progresif. Jarak yang aman bagi wanita untuk melahirkan kembali

paling sedikit 2 tahun.

d.

Pengetahuan

Pengetahuan adalah apa yang di ketahui oleh manusia atau

pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu milik atau isi pikiran

dari manusia yang merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk

tahu (Notoatmojo, 2007).

e.

Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan cara termudah untuk

memperkirakan obesitas serta berkolerasi tinggi dengan massa lemak

tubuh. Hubungan antara berat badan ibu dan resiko pre-eklampsia

(12)

f.

Antenatal Care (ANC)

Antenatal Care

adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

tenaga kesehatan untuk ibu selama kehamilannya dan di lakukan

sesuai dengan standar pelayanan yang di tetapkan dalam Standar

Opersional Prosedur (SOP). Pelayanan ANC yang diberikan sesuai

dengan SOP dapat berpengaruh terhadap kondisi ibu dan janin, baik

pada saat kehamilan, maupun masa nifas 42 hari) dan neonatus

(0-28 hari). Faktor risiko juga dapat terdeteksi sehingga penanganan dan

rujukan dapat di lakukan sedini mungkin (Robson, 2012).

g.

Riwayat Penyakit

Jido T.A (2013) dalam

Annals of African Medicine Journal

mengatakan bahwa keadaan kesehatan seseorang menjadi faktor risiko

yang mempengaruhi kejadian pre-eklampsia diantaranya yaitu

obesitas, diabetes, kelainan sistem vaskular, hipertensi kronis, dan

riwayat

pre-eklampsia/eklampsi

sebelumnya,

serta

penyakit

trombophylia.

h.

Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan manusia dengan tujuan

tertentu, dan pekerjaan sering dianggap dengan profesi seseorang.

Aktivitas pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi kerja otot dan

peredaran darah, begitu juga bila terjadi pada ibu hamil akan

mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan

(13)

i.

Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur

hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi

pendidikan seorang makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi makan akan

cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun

dari media massa. Semakin banyak informasi maka semakin banyak

pula informasi yang di dapat tentang kesehatan. Oleh karena itu,

pendidikan sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang.

Pengetahuan seseorang tentang suatu ibjek mengandung dua aspek

positif dan negatif. Kedua aspek ilmiah yang akan menentukan sikap

lah dan perilaku seseorang (Sulistiyani, 2013).

Pendidikan

seseorang

berhubungan

kesempatan

dalam

menyerap informasi mengenai pencegahan dan faktor-faktor risiko

pre-eklampsia. Tetapi pendidikan ini akan dipengaruhi oleh seberapa

besar motivasi, atau dukungan lingkungan seseorang untuk

menerapkan pencegahan dan faktor-faktor pre-eklampsia (Djannah,

2010).

j.

Aktivitas Fisik

Menurut Kurniasih (2012) gaya hidup seperti pola makan dan

kurang berolahraga dapat meningkatkan risiko pre-eklampsia.

(14)

untuk memelihara stamina tubuh dan dapat membantu menguatkan

jantung ibu dan bayi yang dikandungnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Muhammad tahun 2014

menunjukkan bahwa ada penurunan tekanan darah pada ibu hamil

primigavida sesudah melakukan jalan kaki sepuluh menit. Seperti yang

diketahui bahwa tekanan darah yang tinggi dapat mengindikasikan

pre-eklampsia. Upaya ini dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan dini

yang aman dilakukan oleh ibu hamil.

Menurut Wolf (2014) ibu hamil yang tidak melakukan aktivitas

setidaknya 30 menit dalam sehari lebih berisiko mengalami

komplikasi kehamilan seperti pre-eklampsia, sedangkan ibu hamil

yang aktivitas fisiknya dilakukan secara konsisten selama waktu

senggang/ ditentukan dapat mengurangi resiko pre-eklampsia. Dalam

penelitian ini menunjukkan setidaknya dengan melakukan aktivitas

fisik 25 kali per bulan atau lebih dari 4 jam per minggu dapat

menurunkan risiko pre-eklampsia. Akan tetapi, aktivitas fisik tidak

menjadi satu-satunya penyebab pre-eklampsia, sehingga harus objektif

dalam menentukan kejadian pre-eklampsia.

7.

Penanganan Pre-eklampsia

Menurut Cunningham (2013), tujuan dasar penatalaksanaan untuk

setiap kehamilan dengan penyulit pre-eklampsia adalah :

a.

Lahirnya bayi yang kemudian dapat berkembang

(15)

c.

Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan

janinnya.

Penanganan pre-eklampsi/eklampsi menurut Saifudin (2007)yaitu :

a.

Pre-eklamsi ringan

1)

Kehamilan kurang dari 37 minggu

a)

Pantau tekanan darah, urine (untuk proteinuria), reflex dan

kondisi janin

b)

Konseling pasien dengan keluarganya tentang tanda bahaya

pre-eklampsia dan eklampsi

c)

Lebih banyak istirahat

d)

Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam)

2)

Kehamilan lebih dari 37 minggu

a)

Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan

b)

Dengan oksitosin atau prostaglandin

c)

Jika serviks belum matang, lakukan pematangan dengan

prostaglandin atau kateter folley atau lakukan sectio caesaria.

b.

Pre-eklampsia berat dan eklampsia

Penanganan pre-eklampsia berat dan eklampsi adalah sama,

kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah

timbulnya kejang pada eklampsia. Semua kasus pre-eklampsia berat

harus ditangani secara aktif. Penanganan konservatif dan gangguan

(16)

B.

Aktivitas Fisik

1.

Pengertian

Aktivitas fisik atau disebut aktivitas eksternal ialah suatu rangkaian

gerak tubuh yang menggunakan tenaga atau energi. Jenis aktivitas fisik

yang sehari-hari dilakukan antara lain berjalan, berlari, olahraga,

mengangkat dan memindahkan benda, mengayuh sepeda,dan lain-lain.

Setiap kegiatan fisik menentukan energi yang berbeda menurut lamanya

intensitas dan sifat kerja otot (Almatsier, 2010).

Aktivitas fisik menentukan kondisi kesehatan seseorang. Kelebihan

energi karena rendahnya aktivifitas fisik dapat meningkatkan risiko

kegemukan atau obesitas. Oleh karena itu, angka kebutuhan energi

individu disesuaikan dengan aktivitas fisik. Aktivitas fisik dan

metabolisme basal (AMB) atau

Basal Metabolic Rate

(BMR) merupakan

komponen utama yang menentukan kebutuhan energi. AMB dipengaruhi

oleh umur, jeniskelamin, BB, dan TB (Almatsier, 2010).

Ibu hamil yang sehat dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari

dengan memperhatikan kondisi ibu dan keamanan janin yang

dikandungnya. Suami membantu istrinya yang sedang hamil untuk

melakukan pekerjaan sehari-hari.Ikuti senam ibu hamil sesuai dengan

(17)

2.

Manfaat Aktifitas Fisik dan Latihan Fisik Ringan

Adapun manfaat aktivitas fisik dan latihan fisik ringan menurut

(Kemenkes, Panduan Teknik Latihan Fisik Selama Kehamilan dan Nifas,

2010) adalah sebagai berikut:

a.

Bagi Ibu

1)

Mempertahankan kemampuan fisik yang menurun selama

kehamilan.

2)

Memperkuat otot untuk menyangga tubuh dan memperbaiki postur

tubuh.

3)

Mengurangi risiko terjadinya tekanan darah tinggi pada kehamilan.

4)

Mengurangi risiko terjadinya kencing manis pada kehamilan.

5)

Mengurangi keluhan nyeri pinggang.

6)

Membantu melancarkan pencernaan.

7)

Membantu mengurangi sembelit.

8)

Membuat lebih rileks.

9)

Mencegah timbulnya stress, depresi, dan kecemasan.

10)

Meningkatkan kekuatan dan kelenturan otoo-otot panggul untuk

proses persalinan.

11)

Mengurangi gelambir di perut setelah persalinan.

12)

Mempercepat proses pemulihan setelah persalinan.

b.

Bagi Janin

Latihan fisik sejak awal kehamilan akan meningkatkan

(18)

3.

Prinsip-prinsip Aktivitas Fisik

Menurut Kemenkes RI dalam Panduan Teknik Latihan Fisik

Selama Kehamilan dan Nifas (2010) bahwa prinsip-prinsip aktivitas fisik

selama kehamilan adalah:

a.

Ibu hamil yang sehat diharapkan tetap melakukan aktivitas fisik

sehari-hari dengan memperhatikan keamanan.

b.

Ibu rumah tangga yang sehat dianjurkan tetap melakukan aktivitas

fisik sehari-hari seperti pekerjaan rumah tangga (menyapu, mencuci,

menyiram tanaman, membersihkan perabot rumah tangga, dan

lain-lain), sebaliknya tetap dilakukan setiap hari secara teratur sesuai

dengan kemampuan dan kondisi kehamilan.

c.

Ibu yang bekerja sehat dianjurkan tetap aktif bekerja selama masa

kehamilan dengan memperhatikan keamanan agar tidak mengganggu

kesehatan ibu maupun janinnya.

4.

Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik Selama Kehamilan

Selama kehamilan tidak diharapkan menghentikan akitivitas fisik

seperti mengurus hal-hal rumah tangga, berjalan pagi-sore hari dan lain

sebagainya.Selama kehamilan dibutuhkan untuk membuat rencana

program latihan dan aktivitas fisik lebih terencana dan terprogram.

Beberapa penelitian dua hal yang dibutuhkan oleh wanita selama proses

kehamilan yang bertujuan untuk mengurangi dan mengatasi gangguan

selama proses kehamilan baik secara fisik dan psikologis yaitu latihan dan

(19)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik selama

kehamilan (Monika Guzskowska, 2014) adalah sebagai berikut:

a.

Kurangnya edukasi

Kurangnya edukasi mengenai kehamilan merupakan salah satu

faktor yang menyebabkan tingginya resiko gangguan selama

kehamilan seperti yang telah dibahas sebelumnya dengan resiko paling

berbahaya adalah kematian bagi ibu janin dan terganggunya kesehatan

janin untuk masa yang akandatang seperti mewariskan diabetes tipe II

pada keturunan.

b.

Mitos

Mitos yang beredar di masyarakat mengenai larangan-larangan

selama kehamilan untuk membatasi gerak dan aktivitas semakin

mempertinggi resiko dan gangguan selama kehamilan.

c.

Obesitas

Yang paling mengkhawatirkan ialah gangguan-gangguan selama

kehamilan dinggap hal yang biasa terjadi pada semua ibu hamil

sehingga saat ini tidak jarang ditemukan bayi lahir dalam kondisi

obesitas dikarenakan obesitas selama kehamilan menjadi tren dan

gayahidup sebagai indikasi kecukupan nutrisi bagi ibu dan janin.

5.

Jenis Aktifitas Fisik Yang Dapat Dilakukan Oleh Ibu Hamil

Dr. Artal, seorang dokter ginekologi mengatakan bahwa latihan

aerobik terdiri dari gerakan ritmis yang berkesinambungan yang dapat

(20)

atau olahraga pilihan untuk ibu hamil. Latihan angkat beban ringan dengan

repetisi sedang juga aman dilakukan oleh wanita hamil.Latihan angkat

beban ringan ini dapat membantu mempertahankan fleksibilitas, dan

meminimalkan risiko cedera (Artal R, 2010).

Wanita hamil yang berolahraga secara teratur mengalami kenaikan

berat dan lemak tubuhyang lebih sedikit dibandingkan wanita yang kurang

aktif.Berat badan tetap naik dengan normaldan bayi tetap dalam kondisi

kesehatan yang prima. Selain itu, kehamilan dan proses persalinanwanita

aktif cenderung tidak bermasalah. Apabila kehamilan mempengaruhi

keseimbangan tubuh, maka jalan kaki adalah olahraga yang paling tepat

bagi seorang wanita hamil.Pada waktu hamil olahraga dapat menguatkan

otot dan melindungi persendian serta tulang belakang. Dengan

berolahraga, tuntutan masa kehamilan pada tubuh dapat terpenuhi dengan

baik (Kusmiati, 2009).

a.

Latihan fisik selama masa kehamilan

1)

Berjalan, setengah jam per hari untuk merangsang sirkulasi darah

dan meningkatkan kapasitas pernapasan anda.

2)

Berenang, khususnya gaya punggung, untuk mengatasi nyeri

pinggang dan ketegangan.

3)

Yoga, untuk relaksasi dan meningkatkan kapasitas pernapasan.

Namun, perlu diketahui bahwa posisi dan jenis yoga tertentu tidak

dianjurkan selama kehamilan. Berlatihlah dengan seorang

(21)

4)

Fitness ringan, lakukan di bawah pengawasan seorang profesional

yang direkomendasikan untuk ibu hamil.

5)

Bersepeda dengan kecepatan sedang dan di medan yang datar,

sampai sekitar bulan kelima kehamilan.

Sport A (2010) merekomendasikan bahwa setiap orang harus

berolahraga setidaknya 30 menit, dalam beberapa hari (tidak harus

setiap hari). Hal ini juga berlaku untuk ibu hamil.

Prinsipnya, setiap aktivitas bisa dilakukanselama kehamilan asal

tidak membahayakan janin.Anda sebaiknya menghindari aktivitas

yangberisikomeningkatkan kemungkinan trauma pada perut.

b.

Durasi dan Intensitas Sesi Latihan

Bagi wanita yang kurang terbiasa dengan olahraga, 20 sampai

30 menit merupakan waktu yang aman untuk melakukan latihan. Dan

untuk wanita yang terbiasa berolahraga, dan tidak ada komplikasi

medis dapat melakukan olahraga atau latihan seperti biasanya (dengan

repetisi yang sedang). Masa kehamilan bukanlah waktu yang tepat

untuk memaksimalkan latihan.

Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa 80%

orang-orang yang berolahraga tidak mengalami efek samping yang buruk

pada detak jantung mereka, tetapi berlatih dengan repetisi sedang akan

jauh lebih aman bagi wanita hamil. Mulailah dengan pemanasan dan

(22)

Aktivitas ibu hamil pada setiap trimester tidak dibatasi, dalam

hal ini selama masih dalam batas tidak membahayakan ibu dan janin

aktivitas fisik masih diperbolehkan. Hal ini sesuai dengan tujuan

aktivitas fisik yang dapat membantu memperlancar saat persalinan.

Penelitian yang dilakukan Lisa Chasan (2007) mengenai

pengembangan dan validasi kuesioner aktvitas fisik pada ibu hamil

meneliti pada 54 wanita hamil dalam perawatan prenatal menyatakan

bahwa wanita yang lebih aktif selama kehamilan setidaknya

mengurangi risiko diabetes gestasional, hipertensi, dan kelahiran

prematur. Pengembangan dan validasi kuesioner yang dilakukan

membagi instrumen untuk pengukuran durasi, frekuensi, dan intensitas

dari aktivitas total (rumah tangga/ pengasuhan, kerja, olahraga/latihan).

Penelitian yang dilakukan membagi intensitas kegiatan menjadi 4 yaitu

intensitas konsisten (< 1.5 METs), intensitas ringan(1.5 - < 3.0 METs),

intensitas sedang(3.0 - < 6.0 METs), dan intensitas berat(> 6.0 METs).

Setiap aktivitas fisik ibu hamil dapat dilihat nilai METsnya pada

Compendium Aktivitas Fisik. Penelitian menunjukkan bahwa

berdasarkan intensitas masing-masing nilai koefisien korelasi untuk

intesitas konsisten, ringan, sedang dan berat adalah 0,79;0,78;0,82 dan

0,82. Selain itu dianjurkan selama satu minggu setidaknya ibu hamil

melakukan aktivitas fisik total (rumah tangga/pengasuhan, kerja, dan

(23)

dalam sehari dan secara akurat kuesioner dapat mengambarkan

keseluruhan jenis aktivitas fisik ibu selama hamil.

Oleh karena itu, penting untuk ibu hamil mengetahui kegiatan

fisik apa yang dilakukan selama kehamilan untuk mengetahui nilai

(24)

C.

Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Wibowo (2006), Kusmiati (2009), Almatsier (2010), Guszkowska

(2013)

Aktivitas Fisik

Selama

Kehamilan

KEJADIAN

PRE-EKLAMPSIA

Ibu Hamil

Pre-eklampsia

Faktor Resiko Pre-eklampsia:

a.

Umur

b.

Paritas

c.

Jarak Kehamilan

d.

Pengetahuan

e.

Indeks Massa Tubuh

f.

Antenatal Care (ANC)

g.

Riwayat Penyakit

h.

Pekerjaan

i.

Pendidikan

j.

Aktivitas Fisik

Faktor resiko pre-eklampsia

yang berhubungan dengan

kehamilan:

a.

Kelainan kromosom

b.

Mola hydatidosa

c.

Hydrops fetalis

d.

Kehamilan multifetus

e.

Inseminasi donor atau

donor oosit

f.

Kelainan

struktur

(25)

D.

Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran yang memberikan

penjelasan tentang dugaan yang tercantum dalam hipotesa (Saryono, 2010).

Gamber 2.2 Kerangka Konsep

E.

Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang kebenarannya

perlu diteliti lebih lanjut (Notoatmodjo, 2012). Hipotesis penelitian ini adalah:

H

0

: Tidak ada hubungan aktivitas fisik selama kehamilan dengan kejadian

pre-eklampsia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok

Kabupaten Banyumas.

H

a

: Ada hubungan aktivitas fisik selama kehamilan dengan kejadian

pre-eklampsia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok

Kabupaten Banyumas.

VARIABEL BEBAS Aktivitas Fisik Selama Kehamilan

VARIABEL TERIKAT Kejadian Pre-Eklampsia

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

adalah proses kompilasi pikiran alam ke dalam pikiran manusia yang akan terungkap kembali saat kita berdialog dengan alam. • Berdialog dengan alam tidak

Sistem pondasi yang digunakan pada Rumah Inti Tumbuh (R1T) dan pengembangannya dalam hal ini Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) ini adalah sistem pondasi setempat dari

Teknik analisis SEM untuk menguji 9 ( Sembilan ) hipotesis dengan α = 0,05.Nilai Loading Factor P (Regression Weights) pengujian hipotesis dari 9 hipotesis

The thesis entitled, “ THE COMPARATIVE STUDY BETWEEN STUDENTS ACHIEVEMENT IN LEARNING ENGLISH SPEAKING WITH AUDIO LINGUAL METHOD AND DIRECT METHOD AT MTsN CIREBON 1 ”

penyewa untuk sepenuhnya dinikmati. Penikmatan berlangsung untuk jangka waktu tertentu dengan pembayaran sejumlah harga sewa yang tertentu pula. Perjanjian sewa-menyewa

Potongan yang berasal dari bagian tengah pinggang sapi ini mempunyai tekstur yang empuk dengan lemak yang sedikit.. Potongan tenderloin paling nikmat jika dipanggang dalam

Buku ini terdiri dari 6.000 lebih ayat, dan setiap ayatnya merupakan keajaiban yang ada di dunia ini karena tidak ada satu orang pun yang dapat membuat satu ayat saja

Trigliserida rantai medium akan langsung diproses oleh liver untuk dikonversi menjadi energi serta meningkatkan laju metabolisme (Schardt, 2012) sehingga keju subtitusi