• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan - SISTEM PENAMAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN SEMANTIK) - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan - SISTEM PENAMAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN SEMANTIK) - repository perpustakaan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang berjudul “Sistem Penamaan Tempat Pemakaman Umum di Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik)” ini berbeda dengan penelitian-penelitian sejenis. Untuk membuktikannya, Peneliti membandingkan dengan dua hasil penelitian terdahulu, yaitu skripsi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yakni: 1. Skripsi Nofiyanti (2013) yang berjudul “Kajian Semantik Pada Nama-Nama

Tempat Kos di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas”.

2. Skripsi Apriliani (2016) yang berjudul “Analisis semantik nama-nama hotel di

lokawisata Baturaden kabupaten Banyumas

Diantara penelitian ini dengan dua penelitian tersebut di atas terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan yang paling mendasar yaitu sama-sama meneliti tentang penamaan dengan menggunakan kajian semantik dalam analisisnya. Perbedaan antara dua referensi penelitian sebelumnya dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nofiyanti (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Kajian Semantik Pada Nama-Nama Tempat Kos di Desa Dukuhwaluh Kecamatan

Kembaran Kabupaten Banyumas” membahas mengenai latar belakang, tujuan, jenis,

dan makna dari nama-nama tempat kos. Penelitian yang dilakukan oleh Apriliani (2016) dengan judul “Analisis semantik nama-nama hotel di lokawisata Baturaden

kabupaten Banyumas” membahas tentang jenis penamaan umum dan jenis penamaan

(2)

7

penelitian ini dengan dua penelitian sebelumnya. Data penelitian yang telah dilakukan adalah nama-nama tempat kos dan nama-nama hotel sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa nama-nama tempat pemakaman umum di Kabupaten Purbalingga. Penelitian mengenai sistem penamaan tempat pemakaman umum di Kabupaten Purbalingga juga belum pernah dilakukan oleh mahasiswa atau pun peneliti lain, sehingga perlu dilakukan penelitian.

Dalam hal ini peneliti memfokuskan penelitian ini pada bidang semantik karena menurut pendapat Kambertel dan Verhaar (dalam pateda, 2010:7), semantik adalah studi tentang makna atau teori makna. Selain itu, bahasa merupakan kesatuan bentuk dan makna. Sebagaimana diketahui bahasa merupakan sistem lambang yang berwujud bunyi atau bunyi ujar. Sebagai lambang tentu ada yang dilambangkan. Dengan demikian, yang dilambangkan adalah suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi. Karena lambang-lambang mengacu pada sesuatu konsep, ide atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa mempunyai makna. Jadi, dalam hal ini kata-kata yang digunakan sebagai nama-nama tempat pemakaman umum merupakan lambang suatu konsep, ide, atau pikiran dari si pemberi nama.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Semantik

(3)

8

yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis dan leksikon (Djajasudarma, 2009:1). Menurut Depdiknas (2007:1025), pengertian semantik terbagi menjadi dua, yaitu: (1) ilmu tentang makna kata dan kalimat, (2) bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan atau struktur makna suatu wicara. Sejalan dengan pendapat di atas, Kridalaknasa (2008:201) mengemukakan bahwa pengertian semantik meliputi (1) bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan struktur makna suatu wicara dan (2) sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya.

Pendapat yang berbunyi “semantik adalah studi tentang makna” juga

dikemukakan oleh Kambartel (dalam Pateda, 2010:7). Menurutnya, semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia. Verhaar (dalam Pateda, 2010:7) mengatakan “semantik berarti teori makna atau teori arti. Di dalam Ensiklopedi Britanika dirumuskan, semantik adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda lingusitik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktivitas bicara (Pateda, 2010:7). Dari beberapa pengertian dan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semantik adalah ilmu yang mengkaji mengenai makna. Makna yang dimaksud identik dengan komponen signifie “yang diartikan”, sebagaimana dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure (dalam Chaer : 2013), semantik itu sendiri merupakan bagian dari struktur bahasa.

2. Nama dan Penamaan

(4)

9

dilihat dan hasil pencarian alam pikiran manusia tentang bentuk kebahasaan yang dapat mengekspresikan apa yang telah dipersepsikannya itu. Nama merupakan kata-kata yang menjadi label setiap makhluk benda, aktivitas, dan peristiwa di dunia ini (Djajasudarma, 2009: 47). Menurut Depdiknas (2007:773), nama adalah kata untuk menyebut tempat, barang, binatang, serta nama untuk menyebut atau memanggil orang. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa nama merupakan satu wujud bahasa dalam kehidupan dan merupakan hasil persepsi manusia untuk menyebutkan tempat, barang, binatang, serta nama untuk menyebut atau memanggil orang.

Menurut Chaer (2013: 43), penamaan adalah pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada suatu referen yang berada di luar bahasa. Menurut Djajasudarma (2009: 47-49), penamaan tidak lepas dari bahasa, dan studi bahasa pada dasarnya adalah peristiwa budaya. Jika dalam suatu wilayah terdapat budaya yang beraneka ragam, maka bahasa yang muncul akibat peristiwa budaya juga akan beraneka ragam, termasuk di dalamnya ada penamaan dan pemaknaan. Maka dapat disimpulkan bahwa penamaan adalah perlambangan suatu konsep yang mengacu kepada suatu referen yang berada di luar bahasa yang didasarkan pada peristiwa budaya. Contoh penamaan dalam bahasa Indonesia manis, bahasa Sunda amis, bahasa Jawa legi. Jadi penaman adalah proses perlambangan suatu benda, proses gejala, aktivitas, serta sifat.

3. Jenis Penamaan

(5)

10

mendasari penggolongan penamaan menjadi jenis-jenis tertentu. Jenis-jenis penamaan dapat diuraikan sebagai berikut:

Menurut Chaer (2013: 44-51), jenis penamaan dibagi menjadi 9, yaitu: penamaan berdasarkan (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penemu dan pembuat, (5) tempat asal, (6) bahan, (7) keserupaan, (8) pemendekan, (9) penamaan baru. Sedangkan menurut Sudaryat (2009: 59-60) ada 10 jenis penamaan, yaitu: penamaan berdasarkan (1) peniruan bunyi, (2) penyebutan bagian, (3) penyebutan sifat khas, (4) penyebutan apelativa, (5) penyebutan tempat asal, (6) penyebutan bahan, (7) penyebutan keserupaan, (8) penyebutan pemendekan, (9) penyebutan penemuan baru, (10) pengistilahan. Penelitian ini menggunakan jenis penamaan sesuai dengan klasifikasi data, yaitu penamaan berdasarkan: (1) penyebutan bagian, (2) penyebutan sifat khas, (3) penyebutan tempat asal, (4) penyebutan keserupaan, (5) penyebutan pemendekan, (6) penyebutan penamaan baru

a. Penamaan Berdasarkan Penyebutan Bagian (Pars Prototo)

(6)

11

yang sudah diseduh dengan air panas, diberi gula, dan ditempatkan dalam cangkir atau wadah lain.

b. Penamaan Berdasarkan Penyebutan Sifat Khas

Penamaan suatu benda berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda itu. Gejala ini merupakan peristiwa semantik karena dalam peristiwa itu terjadi transposisi makna dalam pemakaian, yaitu perubahan dari kata sifat menjadi kata benda. Di sini terjadi perkembangan, yaitu berupa ciri makna yang disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya yang sangat menonjol, sehingga kata sifatnya itulah yang menjadi nama bendanya (Chaer, 2013: 46). Menurut Sudaryat (2009:59), bahwa penyebutan sifat khas yakni penamaan suatu benda dengan berdasarkan sifat yang khas yang ada pada benda itu. Kesimpulannya, penamaan berdasarkan sifat khas, yaitu penamaan suatu benda berdasarkan sifat khas atau ciri paling dominan yang ada pada benda itu. Misalnya, orang yang sangat kikir lazim disebut si kikir atau si bakhil. Anak yang tidak dapat tumbuh menjadi besar, tetap saja kecil, disebut si kerdil.

c. Penamaan Berdasar Tempat Asal

(7)

12

d. Penamaan Berdasarkan Keserupaan

Dalam praktik berbahasa banyak kata yang digunakan secara metaforis. Arti kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu (Chaer, 2013: 50). Dalam pemakaian bahasa sekarang, banyak nama benda dibuat berdasarkan kesamaan sifat atau ciri dari makna leksikal kata itu. Menurut Sudaryat (2009: 60), penyebutan keserupaan adalah suatu benda berdasarkan keserupaan sesuatu dengan benda lain. Kesimpulannya, penamaan berdasarkan keserupaan adalah kata yang digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu. Misalnya kata kaki ada frasa kaki meja, kaki gunung, dan kaki kursi. Di sini kata kaki mempunyai kesamaan makna dengan salah satu ciri makna dari kata kaki itu yaitu “alat penopang berdirinya tubuh”.

e. Penamaan Berdasarkan Pemendekan (Abreviasi)

(8)

13

1) Singkatan

Singkatan adalah salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak dieja huruf demi huruf (Kridalaksana, 2010:162). Bentuk singkatan terjadi karena proses-proses (1) pengekalan huruf pertama tiap komponen, misalnya A = agama, (2) pengekalan huruf pertama dengan pelepasan konjungsi, preposisi, reduplikasi dan preposisi, artikulasi dan kata, misalnya ABJK = Akademi Bahasa dan Kebudayaan Jepang, (3) pengekalan dua huruf pertama dari kata:As = asisten, (4) pengekalan huruf pertanadan huruf terakhir kata, misalnya Ir = insinyur, (5) pengekalan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kata kedua dari suku kata, misalnya dgn = de ngan.

2) Penggalan

Menurut Kridalaksana (2010:162) penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem. Penggalan mempunyai sub-klasifikasi yaitu: (1) penggalan suku kata pertama dari suatu kata, misalnya Dok = dokter, (2) pengekalan suku terakhir suatu kata, milsanya Pak = bapak, (3) pengekalan tiga huruf pertama dari suatu kata, misalnya Bag = bagian, (4) pengekalan empat huruf pertama dari suatu kata, misalnya Prof = profesor, dan (5) pengekalan kata terakhir dari suatu frase, misalnya harian → surat kabar harian.

3) Akronim dan Kontraksi

(9)

14

sebagai kata yang wajar dan memenuhi kaidah fonotatif Indonesia. Bila seluruh kependekan itu dilafalkan sebagai kata yang wajar, kependekan itu merupakan akronim, misalnya ABRI, IKIP, pemilu, iptek. Kontraksi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem. Kontraksi mempunyai sun – klasifikasi yaitu: (1) pengekalan suku pertama dari tiap komponen, misalnya Orba = orde baru , (2) pengekalan suku kata terakhir dari tiap komponen, misal Lisin = ahli mesin, (3) pengekalan huruf pertama tiap komponen, misalnya KONI = Komite Olahraga Nasional Indonesia, (4) pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen, misalnya Komwil = komando wilayah, (5) pengekalan tiga huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan huruf pertama komponen kedua, misalnya Nasakom = Nasionalis, Agama, Komunis.

4) Lambang Huruf

Lambang huruf adalah proses pemendekan yang menghasilkan suatu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur. Huruf lambang tidak diberi titik dibelakangnya (Kridalaksana, 2010:163). Contoh: cm (sentimeter), m (meter), g (gram). Bentuk ini disebut lambang karena dalam perkembangannya tidak dirasakan lagi asosiasi linguistik dengan kepanjangannya. Lambang-lambang tersebut sudah menjadi kesepakatan dalam konsep dasar ilmiah.

(10)

15

f. Penamaan Berdasarkan Penamaan Baru Yang Ditemukan

Dalam penelitian ini, tidak semua data termasuk dalam delapan jenis penamaan yang sudah ada dalam teori semantik, sehingga peneliti membuat argumentasi terkait jenis penamaan berdasarkan pola baru sesuai dengan data yang diteliti dan sesuai dengan daya pikir peneliti. Hal ini sejalan dengan pendapat Chaer (2013:51) bahwa dewasa ini banyak kata atau istilah yang dibentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada.

4. Pengertian Makna

Menurut Depdiknas (2007:703), pengertian makna terbagi menjadi dua yaitu: (1) arti mengandung maksud dan tujuan, juga merupakan konsep yang mencakup makna dan pengertian tentang sesuatu, (2) maksud dari pembicaraan atau penulis, pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Menurut Kridalaksana (2008:148), pengertian makna dibagi menjadi empat antara lain: (1) maksud pembicaraan agar mudah dimengerti oleh lawan bicara, (2) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau prilaku manusia atau kelompok manusia, (3) hubingan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkan, (4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

(11)

16

mengungkapkan pula bahwa berpikir tentang bahasa, sebenarnya sekaligus melibatkan makna. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti.

Menurut Aminudin (2011:52-53), makna adalah hubungan antara bahasa dengan dunia di luar bahasa yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti. Dari batasan pengertian ini dapat diketahui tiga unsur pokok yang tercakup di dalamnya, yaitu (1) makna adalah hasil hubungan antara bahasa dengan alam di luar bahasa, (2) penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai bahasa, serta (3) perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling mengerti.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa makna adalah arti yang mengandung maksud dan tujuan. Makna juga merupakan konsep, ide, arti, pikiran yang diungkapkan melalui bahasa, maka dapat dikatakan bahwa bahasa mempunyai makna. Semua hal yang ditunjuk oleh para pemakai bahasa mengandung makna sehingga mereka dapat saling mengerti akan maksud dan ujaran tersebut.

5. Jenis Makna

(12)

17

gramatikal, (3) makna referensial, (4) makna non referensial, (5) makna denotatif, (6) makna konotatif, (7) makna kata, (8) makna istilah, (9) makna konseptual, (10) makna asosiatif, (11) makna idiomatik, (12) makna pribahasa, (13) makna kias, (14) makna kolusi, (15) makna ilokusi, (16) makna perlokusi.

Menurut Pateda (2010: 96-132) terdapat 29 jenis makna, yaitu: (1) makna afektif, (2) makna denotatif, (3) makna deskriptif, (4) makna ekstensi, (5) makna emotif, (6) makna gereflekter, (7) makna gramatikal, (8) makna ideasial, (9) makna itensi, (10) makna khusus, (11) makna kiasan, (12) makna kognitif, (13) makna kolokasi, (14) makna konotatif, (15) makna konseptual, (16) makna konstruksi, (17) makna kontekstual, (18) makna leksikal, (19) makna lokusi, (20) makna luas, (21) makna piktoral, (22) makna proposional, (23) makna pusat, (24) makna referensial, (25) makna sempit, (26) makna stilistika, (27) makna tekstual, (28) makna tematis, (29) makna umum. Dari pendapat di atas, peneliti perlu membatasi jenis makna yang akan digunakan dalam penelitian ini. Batasan-batasan yang digunakan disesuaikan dengan hasil klasifikasi data-data yang ada. Peneliti menggunakan beberapa jenis makna, yaitu (1) makna denotatif, (2) makna asosiatif, (3) makna konotatif, dan (4) makna referensial.

a. Makna Denotatif

(13)

18

pada makna asli atau makna sebenarnya dari sebuah kata. Misalnya, kata uang yang mengandung makna „ benda kertas‟ atau „logam‟ yang digunakan dalam transaksi jual

beli. Kita memaknakan kata uang tanpa mengasosiasikannya dengan hal-hal lain. Makna yang terkandung dalam kata uang tidak dihubungkan dengan hal-hal lain, tidak ditafsirkan dalam kaitannya dengan benda atau peristiwa yang lain.

b. Makna Asosiatif

Menurut Chaer (2013:72) makna asosiatif yaitu makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Makna asosiatif ini sebenarnya sama dengan perlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain yang mempunyai kemiripan dengan sifat, keadaan atau ciri yang ada pada konsep asal kata atau leksem tersebut. Contoh: kata kursi berasosiasi dengan „kekuasaan‟; kata amplop berasosiasi dengan „uang suap‟.

c. Makna Konotatif

(14)

19

mengandung nili rasa atau makna yang muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata yang dilafalkan atau kata yang didengarkan. Misalnya kata perempuan dan wanita. Walaupun kata perempuan dan wanita mempunyai makna denotasi yang sama tetapi kedua kata itu mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata perempuan memiliki nilai rasa yang „rendah‟ sedangkat kata wanita mempunyai nilai rasa yang „tinggi‟.

d. Makna Referensial

Menurut Pateda (2010:125), makna referensial adalah makna yang langsung berhubugan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata. Referen dapat berupa benda, peristiwa, proses, atau kenyataan. Djajasudarma (2013:14) mengemukakan bahwa makna referensial yaitu makna yang berhubungan langsung dengan kenyatan atau referent (acuan). Menurut Chaer (2013: 63-64), sebuah kata dapat bermakna referensial apabila kata tersebut mengacu pada sesuatu di luar bahasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau sesuatu yang ditunjuk oleh suatu kata. Sesuatu itu dapat berupa benda, peristiwa, atau kenyataan. Contoh: kata biru termasuk kata bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata, yaitu warna biru seperti langit.

6. Peta Konsep

(15)

20

jenis makna nama tempat pemakaman umum di Kabupaten Purbalingga. Berikut ini bagan Peta Konsep.

Nama Tempat Pemakaman Umum

Penamaan Makna

Jenis Penamaan a. Penyebutan Bagian b. Sifat Khas

c. Tempat Asal d. Keserupaan e. Singkatan

f. Penamaan Baru Yang Ditemukan 1. Tujuan dan Harapan

2. Inspirasi

Jenis Makna a. Makna Denotatif b. Makna Asosiatif c. Makna Konotatif d. Makna Referensial Sistem Penamaan Tempat Pemakaman Umum Di

Kabupaten Purbalingga (Kajian Semantik)

Referensi

Dokumen terkait

Pemilukada secara langsung dipilih oleh rakyat mempunyai dampak positif diantaranya adalah dapat memutus oligarki yang dilakukan sekelompok elit dalam penentuan

yang dinyatakan dalam Y.. Variabel bebas yaitu variabel yang mendahului atau mempengaruhi.. variabel terikat. Variabel bebas

Aktivitas antimikroba bumbu rendang tumis yang mengalami pemanasan lanjut menjadi lebih baik dalam menghambat pertumbuhan total mikroba dan S1. aureus dengan nilai

Manajemen Penerbitan Memastikan Proses Submission Naskah sampai Publish secara elektronik Editor @ Section Editor Reviewer Copy Editor Layout Proofreader 1.. Editor

Penanganan run off dengan secepat cepatnya cenderung hanya menyelesaikan masalah pada sub DAS tersebut dalam jangka pendek dan akan memberikan resiko banjir

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memahami resiliensi ekonomi rumah tangga petani dalam pengelolaan Ume Talang di Desa Lebung Gajah Kecamatan Tulung

Tujuan dan Manfaat dari penelitian ini adalah menerapkan sistem penilaian ujian essay secara otomatis berbasis web secara online menggunakan metode GLSA, menghasilkan