• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Medis A. Kehamilan - Galih Tri Williyanti BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Medis A. Kehamilan - Galih Tri Williyanti BAB II"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

I. Tinjauan Teori Medis

A. Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambungan

dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi

dan pertumbuhan zigot, niadsi (implantasi) pada uterus,

pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi

sampai aterm (Manuaba, 2010; h. 75).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertiilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu

atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional

(Prawirohardjo, 2010; h. 213).

2. Tanda-tanda kehamilan terbagi menjadi 3 yaitu :

a. Tanda Dugaan Kehamilan menurut (Manuaba, 2010;h.

107-108) :

1) Amenorea (terlambat datang bulan)

2) Mual dan muntah (emesis)

3) Ngidam

4) Sinkope atau pingsan

(2)

6) Sering miksi

7) Konstipasi atau obstipasi

8) Pigmentasi kulit

9) Epulis

10) Varises atau penampakan pembuluh darah vena.

b. Tanda Tidak Pasti Kehamilan menurut (Manuaba, 2010; h.

108) :

1) Rahim Membesar

2) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda hegar, tanda

Chdwick, tanda Piscaseck, kontraksi Braxton Hicks, dan

teraba ballottement.

3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.

c. Tanda Pasti Kehamilan menurut (Manuaba, 2010; h. 109) :

1) Gerakan Janin dalam rahim

2) Terlihat / teraba gerakan janin

3) Denyut Jantung Janin.

3. Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester menurut (Prawirohardjo,

2010; h. 213) yaitu :

a. Trimester 1 berlangsung dalam 12 minggu

b. Trimester 2 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27)

(3)

4. Perubahan fisiologis pada ibu hamil

a. Uterus

1) Ukuran. Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus

adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4.000

cc. Jika penambahan ukuran TFU per tiga jari, dapat

dicermati dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.1 TFU penambahan per tiga jari Usia Kehamilan

(Minggu)

Tinggi Fundus Uteri (TFU)

12 3 jari di atas simfisis 16 Pertengahan pusat-simfisis 20 3 jari di bawah pusat

24 Setinggi pusat

28 3 jari di atas pusat

32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px) 36 3 jari di bawah proseus xiphoideus (px) 40 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus

(px) Sumber:Sulistyawati, 2011; h. 60

2) Berat. Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram

menjadi 1.000 gram pada akhir bulan.

Tabel 2.2 Bentuk Uterus Berdasarkan Usia Kehamilan Usia

Kehamilan

Bentuk dan Konsistensi Uterus

Bulan Pertama Seperti buah alpukat

Isthmus rahim menjadi hipertropi dan bertambah panjang sehingga bila di raba tersa lebih lunak, keadaan ini yang disebut dengan tanda hegar

2 bulan Sebesar telur bebek 3 bulan Sebesar telur angsa 4 bulan Berbentuk bulat

5 bulan Rahim teraba seperti berisi cairan ketuban, rahim terasa tipis itulah sebabnya mengapa bagian-bagian janin ini dapat dirasakan melalui perabaan dinding perut.

Sumber: Sulistyawati, 2011; h. 60

b. Sistem respirasi

(4)

desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar

pada usia kehamilan 32 minggu (Manuaba, 2010; h. 93).

c. Traktus urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing

tertekan sehingga sering timbul kencing. Keadaan ini hilang

dengan tuanya kehamilan bila uterus gravidarus keluar dari

rongga panggul (Kusmiyati, 2009; h.57).

d. Metabolisme

Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh

mengalami perubahan yang mendasar, di mana kebutuhan

nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan

memberikan ASI (Manuaba, 2010; h. 94).

5. Perubahan psikologi pada ibu hamil

a. Trimester Pertama

Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa

penetuan. Penentuan untuk membuktikan bahwa wanita

dalam keadaan hamil. Pada saat inilah tugas psikologis

pertama sebagai calon ibu untuk dapat menerima kenyataan

akan kehamilannya.

Dia akan merenungkan keadaan dirinya, dari munculnya

kebingungan tentang kehamilannya dengan pengalaman

buruk yang pernah dialaminya sebelum kehamilan, tanggung

jawab baru tentang kemampuan dirinya untuk menjadi

(5)

Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari

tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang

hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan

selalu diperhatikan dengan seksama.

Bertambahnya berat badan adalah bagian yang signifikan

pada wanita selama trimester pertama. Ini menjadi bagian uji

nyata yang dilakukan wanita seperti yang terlihat pada

tubuhnya jelas bahwa ia hamil.

Hasrat untuk melakukan hubungan seks, pada trimester

pertama berbeda-beda. Walaupun beberpa wanita mengalami

gairah seks yang lebih tinggi, kebantakan mereka mengalami

penurunan libido selama periode ini.

Keadaan ini menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi

secara terbuka dan jujur dengan suami. Banyak wanita

merasa butuh untuk dicinati dan merasakan kuat untuk

mencintai namun tanpa berhubungan seks (Kusmiyati, 2009;

h.69).

b. Trimester Kedua (Periode Kesehatan Yang Baik) menurut

(Sulistyawati, 2011; h. 76) yaitu:

1) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar

hormon yang tinggi

2) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.

3) Merasakan gerakan anak.

(6)

5) Libido meningkat.

6) Menuntut perhatian dan cinta.

7) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan

bagian dari dirinya.

8) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya

atau pada orang lain yang baru menjadi ibu.

9) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan,

kelahiran, dan persiapan untuk peran baru.

c. Trimester ketiga

Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan

penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai

menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah

sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi.

Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia

memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan

muncul. Periode ini juga merupakan waktu persiapan yang

aktif terlihat dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang

tua.

Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita

mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan

kehidupannya sendiri seperti apakah nanti bayinya akan lahir

abnormal, terkait persalinan dan kelahiran (nyeri, kehilangan

kendali, hal-hal lain yang tidak diketahui), apakh ia akan

(7)

keluar karena perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah

organ vitalnya akan mengalami cedera akibat tendangan.

Pada periode ini, wanita juga mengalami proses duka lain

ketika ia mengantisipasi hilangnya perhatian dan hak sitimewa

khusus lain selama ia hamil, perpisahan antara ia dan bayinya

yang tidak dapat dihindari, dan persaan kehilangan karena

uterusnya yang penuh secara tiba-tiba akan mengempis.

Depresi ringan merupakan hal yang umum terjadi dan wanita

dapat menjadi lebih bergantung pada orang lain lebih lanjut

dan lebih menutup diri.

Perasaan ketidaknyamanan fisik semakin kuat menjelang

akhir kehamilan, merasa canggung, jelek, berantakan, dan

memerlukn dukungan yang sangat besar dan konsisten dari

pasangan. Pada pertengahan trimester sebelumnya akan

menghilang karena abdomennya yang semakin besar menjadi

halangan (Varney, 2007; h. 503).

6. Fisiologi pertumbuhan janin

a. Minggu ke-12

Uterus biasanya teraba tepat di atas simfisis pubis, dan

panjang kepala bokong janin adalah 6 hingga 7 cm. Pusat

penulangan telah timbul pada sebagian besar tulang janin, jari

tangan dan kaki juga telah berdiferensiasi. Kulit dan kuku

telah berkembang dan muncul tunas-tunas rambut yang

(8)

pasti jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Janin mulai

melakukan pergerakan spontan.

b. Minggu ke-16

Panjang kepala-bokong janin adalah 12 cm, dan berat

janin 110 gram. Jenis kelamin telah dapat ditentukan oleh

pengamat yang berpengalaman dengan cara inspeksi

genitalia eksterna pada minggu ke-14.

c. Minggu ke-20

Merupakan titik pertengahan kehamilan menurut usia

yang diperkirakan dari awal menstruasi terakhir. Janin

sekarang memiliki berat lebih dari 300 gram, dan berat ini

mulai bertambah secara linear. Sejak, titik ini janin bergerak

kurang lebih setiap menit dan aktif sekitar 10-30 persen total

waktu. Kulit janin telah menjadi kurang transparan, lanugo

seperti beledu menutupi seluruh tubuh janin, dan telah

terbentuk sebagian rambut di kulit kepala.

d. Minggu ke-24

Janin sekarang memiliki berat sekitar 630 gram. Kulit

secara khas tampak keriput, dan penimbunan lemak dimuali.

Kepala masih relatif besar, alias mata dan bulu mata biasanya

dapat dikenali. Periode perkembangan paru-paru, saat

membesarnya bronkus dan bronkiolus serta berkembangnya

duktus alveolaris, hampir selesai. Janin yang dilahirkan pada

(9)

akhirnya meninggal karena akus terminalis, yang diperlukan

untuk pertukaran gas, belum terbentuk.

e. Minggu ke-28

Panjang kepala-bokong sekitar 25 cm, dan berat janin

sekitar 1100 gram. Kulit janin yang tipis berwarna merah dan

di tutupi oleh verniks kaseosa. Membran pupil baru saja

menghilang dari mata. Neonatus normal yang dilahirkan pada

usia ini memiliki 90% kemungkinan untuk bertahan hidup

tanpa fisik atau neurologis.

f. Minggu ke-32

Janin telah mencapai panjang kepala-bokong 28 cm dan

berat sekitar 1800 gram. Kulit permukaan masih merah dan

keriput.

g. Minggu ke-36

Panjang rerata kepala-bokong pada janin usia ini adalah

sekitar 32 cm, dan berat reratanya sekitar 2500 gram. Karena

penimbunan lemak subkutan, tubuh menjadi lebih bulat, serta

gambaran keriput pada wajah telah menghilang.

h. Minggu ke-40

Merupakan periode saat janin dianggap aterm menurut

usia yang dihitung dari awitan periode menstruasi terakhir.

Janin telah berkembang sempurna. Panjang rerata

kepala-bokong adalah sekitar 36 cm, dan berat kira-kira 3400 gram

(10)

7. Ketidaknyamanan selama kehamilan

a. Nausea

Nausea, dengan atau tanpa disertai muntah-muntah,

ditafsirkan keliru sebagai morning sickness, tetapi paling

sering terjadi pada siang atau sore hari atau bahkan

sepanjang hari. Nausea lebih kerap terjadi pada saat perut

kosong sehingga biasanya lebih parah di pagi hari. Gejala

tersebut saat menginjak usia kehamilan 14 minggu dan 90%

diantaranya pada usia kehamilan 22 minggu.

b. Ptialisme (Salivasi Berlebihan)

Ptialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang dapat

disebabkan oleh peningkatan keasaman di dalam mulut. Para

wanita yang mengalami ptialisme biasanya juga mengalami

mual. Kondisi mereka berlangsung terus menerus dan

menjadi suatu siklus karena bukan saja saliva yang berlebihan

ini membuat rasa mual semakin kuat.

c. Keletihan

Keletihan dialami pada trimester pertama, namun

alasannya belum diketahui. Salah satu dugaan adalah bahwa

keletihan diakibatkan oleh penurunan drastis laju metabolisme

dasar pada awal kehamilan. Dugaan lain adalah bahwa

(11)

d. Nyeri punggung bagian atas

Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester

pertama akibat peningkatan ukuran payudara, yang membuat

payudara menjadi berat. Pembesaran ini dapat

mengakibatkan tarikan otot jika payudara tidak disokong

adekuat.

e. Leukorea

Leukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar,

dengan konsistensi kental atau cair yang dimulai pada

trimester pertama.

f. Peningkatan frekuensi berkemih

Peningkatan frekuensi berkemih sebagai

ketidaknyamanan nonpatologis pada kehamilan sering terjadi

pada dua kesempatan yang berbeda selama periode

anterpartum. Frekuensi berkemih selama trimester pertama

menjadi akibat peningkatan berat pada fundus uterus.

Frekuensi berkemih pada trimester ke tiga paling sering

dialami oleh wanita primigravida setelah lightening terjadi.

Efek lightening adalah bagian presentasi akan menurun

masuk ke dalam panggul dan menimbulkan tekanan langsung

(12)

g. Nyeri ulu hati

Nyeri ulu hati ketidaknyamanan yang muali timbul

menjelang akhir trimester ke dua dan bertahan hingga

trimester ke tiga.

h. Konstipasi

Wanita yang sebelumnya tidak mengalami konstipasi

dapat memiliki masalah ini pada trimester ke dua atau ke tiga.

Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis yang

disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi

peningkatan jumlah progesteron.

i. Hemoroid

Hemoroid sering didahului oleh konstipasi. Oleh karena

itu, semua penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan

hemoroid.

j. Kram tungkai

Kram tungkai disebabkan oleh gangguan asupan kalsium

atau asupan kalsium yang adekuat atau ketidakseimbangan

rasio kalsium dan fosfor dalam tubuh.

k. Edema

Edema pada kaki timbul akibat gangguan sirkulasi vena

dan peningkatan tekanan vena pada eksteremitas bagian

bawah. Gangguan sirkulasi ini disebabkan oleh tekanan

(13)

tersebut duduk atau berdiri dan pada vena kava inferior saat

ia berada dalam posisi terlentang.

l. Varises

Sejumlah faktor turut memengaruhi perkembangan

varises selama kehamilan. Varises dapat diakibatkan oleh

gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada

ekstremitas bagian bawah. Perubahan ini diakibatkan

penekanan uterus yang membesar pada vena panggul saat

wanita tersebut duduk atau berdiri dan penekanan pada vena

kava inferior saat ia berbaring. Varises yang terjadi selama

kehamilan paling menonjol pada area kaki dan atau vulva

(Varney, 2007; h.536-540).

8. Kunjungan ANC menurut (Pantikawati, 2012; h. 8)

Dilakukan minimal 4x selama kehamilan :

a. Kunjungan trimester I sebelum usia kehamilan 14 minggu

b. Kunjungan trimester II usia kehamilan 14-28 minggu.

c. Kunjungan trimester III usia kehamilan 28-36 minggu dan

(14)

Pada setiap kali kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan

informasi yang sangat penting.

Tabel 2.3 ASUHAN TIAP KUNJUNGAN

KUNJUNGAN WAKTU INFORMASI PENTING

Trimester Pertama Sebelum minggu ke 14 Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. Mendeteksi masalah dan menanganinya.

Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat, dan sebagainya).

Trimester kedua Sebelum minggu ke 28 Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklampsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria). Trimester ketiga Antara minggu 28-36 Sama seperti di atas,

ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda. Trimester ketiga Setelah 36 minggu Sama seprti diatas, ditambah

deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

Sumber: Saifudin, 2010; h. N-2

9. Standar pelayanan Antenatal Care ANC ada standar minimal 10

T menurut (Sakti Gita, 2015) yaitu:

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

(15)

c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

d. Pemeriksaan Tinggi fundus uteri (puncak rahim)

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

f. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi

Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.

g. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama

kehamilan.

h. Test laboratorium (rutin dan khusus).

i. Tatalaksana kasus

j. Temu wicara (bimbingan konseling), termasuk juga

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

serta KB pasca persalinan.

10. Frekuensi Kunjungan ANC menurut (Pantikawati, 2012; h. 9)

Frekuensi dari pemeriksaan antenatal :

a. Minimal 1 kali pada trimester I

b. Minimal 1 kali pada trimester II

c. Minimal 2 kali pada trimester III

11. Pengukuran tinggi fundus uteri

Tabel 2.4 Pengukuran tinggi fundus uteri NO Tinggi Fundus Uteri

(cm)

Umur Kehamilan Dalam Minggu

1 12 cm 12

2 16 cm 16

3 20 cm 20

4 24 cm 24

5 28 cm 28

6 32 cm 32

7 36 cm 36

8 40 cm 40

(16)

12. Pemberian imunisasi TT

Tujuan pemberian TT adalh untuk melindungi janin dari tetanus

neonatarum

Tabel 2.5 pemberian imunisasi TT

Imunisasi Interval % Perlindungan Masa Perlindungan TT 1 Pada kunjungan

ANC pertama

0% Tidak ada

TT 2 4 minggu setelah TT 1

80% 3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2

95% 5 tahun

TT 4 1 tahun setelah TT 3

99% 10 tahun

TT 5 1 tahun setelah TT 4

99% 25 tahun / seumur hidup Sumber:Pantikawati, 2012; h. 12

13. Faktor resiko pada seorang ibuhamil sebagai masalah

kesehatan.

Suatu keadaan atau ciri tertentu pada seseorang atau suatu

kelompok ibu hamil yang dapat menyebabkan risiko atau bahay

kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan.

Berdasarkan kapan ditemukan cara pengenalan, dan sifat

risikonya, faktor risiko dikelompokan dalam 3 kelompok menurut

(Prawirohardjo, 2010; h. 29-30) :

a. Kelompok faktor resiko pertama yaitu Ada potensi gawat

obstetrik dengan 7 terlalu dan 3 pernah. Tujuh terlalu adalah

primi muda, primi tua, primi tua sekunder,umur ≥ 35 tahun,

grande multi, anak terkecil umur < 2 tahun, tinggi badan

rendah ≤ 145 cm dan 3 pernah adalah riwayat obstetri jelek,

(17)

dengan infus atau transfusi,uri manual, tindakan pervaginam,

bekas operasi sesar.

b. Kelompok faktor resiko kedua yaitu Ada gawat obstetrik

meliputi penyakit ibu, preeklampsia ringan, hamil kembar,

hidramnion,hamil serotinus, IUFD, letak sungsang, dan letak

lintang ibu.

c. Kelompok faktor resiko ketiga yaitu Ada gawat darurat

obstetrik meliputi perdarahan antepartum dan preeklampsia

berat.

Ukuran risiko diberi nilai dituangkan dalamangka yang disebut

skor. Skor merupakan bobot dari risiko akan kemungkinan

komplikasi dalam persalinan. Sistem skoring berdasarkan

analisis statistik epidemiologik didapatkan skor 2 sebanyak

skor awal untuk semua umur dan paritas. Skor 8 untuk bekas

operasi sesar, letak sungsang, letak linntang, preeklampsia

berat atau eklampsia, perdarahan antepartum, sedangkan

skor 4 untuk faktor resiko lain :

a. Kehamilan resiko rendah jumlah skor 2 dengan kode

warna hijau, selama hamil tanpa faktor resiko.

b. Kehamilan risiko tinggi jumlah skor 6-10 dengan kode

warna kuning dapat dengan faktor resiko tunggal atau

kelompok.

c. Kehamilan risiko sangat tinggi ibu dengan jumlah skor ≥

(18)

14. Tanda bahaya selama kehamilan menurut (Prawirohardjo, 2010;

h. 281-284) :

a. Perdarahan

Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan di

bawah 20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran.

Penyebab yang sama dan menimbulkan gejala perdarahan

pada kehamilan muda dan uukuran pembesaran uterus yang

di atas normal, pada umumnya disebabkan oleh

molahidatidosa. Perdarahan pada kehamilan muda dengan uji

kehamilan yang tidak jelas, pembesaran uterus yang tidak

sesuai (lebih kecil) dari usia kehamilan, dan adanya massa

biasanya di sebabkan oleh kehamilan ektopik. Perdarahan

pada kehamilan lanjut atau di atas 20 minggu pada umumnya

disebabkan oleh plasenta previa.

b. Preeklampsia

Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan di atas

20 minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah di atas

normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia. Gejala dan

tanda alin dari preeklampsia seperti gangguan penglihatan

(pandangan kabur dan berkunang-kunang), nyeri epigastrik,

tekanan darah sistolik 20-30 mmHg dan diastolik 10-20 mmHg

(19)

c. Nyeri hebat di daerah abdominopelvikum

Bila terjadi pada kehamilan trimester kedua atau ketiga

dan disertai dengan riwayat dan tanda-tanda seperti

preeklampsia, tinggi fundus uteri lebih besar dari usia

kehamilan, uterus tegang dan nyeri, janin mati dalam rahim

maka diagnosisnya mengarah pada solusio plasenta, baik dari

jenis yang disertai perdarahan (revealed) maupun

tersembunyi (concealed).

d. Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan

e. Menggigil atau demam

f. Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya

g. Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang

sesungguhnya.

15. Kegawatdaruratan pada kehamilan

a. Abortus

1) Pengertian

Abortus adalah Ancaman atau pengeluaran hasil

konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan

(Prawirohardjo, 2010; h. 460).

2) Macam-macam Abortus

a) Abortus imminens

Adalah Abortus tingkat permulaan dan merupakan

ancaman terjadinya Abortus, ditandai perdarahan

(20)

konsepsi masih baik dalam kandungan (Prawirohardjo,

2010; h. 467).

b) Abortus insipiens

Abortus Insipiens adalah Abortus yang sedang

mengancam yang ditandai dengan serviks telah

mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi

hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam

proses pengeluaran (Prawirohardjo, 2010; h. 469).

c) Abortus Inkomplet

Adalah Abortus yang tidak lengkap atau sebagian

konsepsi masih tersisa dalam rahim yang dapat

menimbulkan penyulit (Manuaba, 2010; h. 288).

d) Abortus komplit

Adalah semua hasil konsepsi telah keluar dari kavum

uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat

janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2010; h.

469).

b. Anemia

1) Pengertian

Anemia pada kehamilan adalah Anemia karena

kekurangan zat besi, dan merupakan jenis Anemia yang

pengobatannya relatif mudah, bahkan murah (Manuaba,

(21)

2) Pengobatan Anemia dalam kehamilan

Untuk menghindari terjadinya Anemia sebaiknya ibu

hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga

dapat diketahui data-data dasar kesehatan umum calon ibu

tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan disertai

pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan feses

sehingga diketahui adanya infeksi parasit. Pengobatan

infeksi untuk cacing relatif mudah dan murah pemerintah

telah menyediakan praparat besi untuk dibagikan kepada

masyarakat sampai ke posyandu. Contoh preparat Fe

diantaranya barralat, biosanbe, iberet, vitonal dan

hemaviton. Semua preparat tersebut dapat dibeli dengan

bebas (Manuaba, 2010; h. 240).

c. Plasenta Previa

1) Pengertian

Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di

sekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi

sebagian atau seluruh Ostium Uteri Internum (OUI)

(Manuaba, 2010; h. 248).

2) Penatalaksanaan

Bentuk pertolongan pada plasenta previa (Manuaba, 2010;

(22)

a) Segera melakukan operasi persalinan untuk bisa

menyelamatkan ibu dan anak atau untuk mengurangi

kesakitan dan kematian.

b) Memecah ketuban diatas meja operasi selanjutnya

pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih

lanjut.

c) Bidan yang menghadapi palsenta previa dapat

mengambil sikap melakukan rujukan ke tempat

pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.

d. Solusio Plasenta

1) Pengertian

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum

waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan

triemester ke 3 (Manuaba, 2010; h. 254).

2) Penatalaksanaan

Menurut Manuaba (2010; h. 258) solusio plasenta ringan

dengan tanda perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu

banyak, keadaan janin masih baik, dapat dilakukan

penanganan secara konservatif. Bila perdarahan

berlangsung terus, ketegangan makin meningkat, dengan

janin yang masih baik dilakukan seksio sesaria.

Penanganan perdarahan yang berhenti dan keadaan yang

baik pada kehamilan premature dilakukan di rumah sakit.

(23)

dilakukan di rumah sakit karena dapat membahayakan jiwa

penderita. Tatalaksana adalah pemasangan infuse dan

transfuse darah, memecah ketuban, induksi persalinan

atau seksio sesaria.

e. Kehamilan Ektopik

1) Pengertian

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi bila sel

telur dibuahi berimplamentasi dan tumbuh di luar

endometrium kavum uteri (Rukiyah, 2010; h. 163)

2) Penanganan

Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah

laparatomi. Dalam tindakan demikian, beberapa hal harus

diperhatikan dan dipertimbangkan kondisi penderita pada

saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya.

Lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomik rongga pelvis.

Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan

syok, lebih baik dilakukan salpingektomi.

f. Mola Hidatidosa

1) Pengertian

Mola Hidatidosa adalah kehamilan yang merupaka

proliferasi abnormal dari vili khorialis (Saifuddin, 2010; h.

(24)

2) Penanganan

Penanganan pada mola hidatidosa yaitu dengan cara

pengosongan kavum uteri dengan Aspirasi Vakum Manual

(AVM). Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan

sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10

unit oksitosin dalam 500 ml cairan I.V. (NaCl atau Ringer

Laktat) dengan kecepatan 40-60 tetes per menit sebagai

tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan

efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara

cepat (Saifuddin, 2010; h. M-17).

B. Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar

kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan

bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010;

h. 164).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plsenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi padda usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai adanya penyulit (JNPK-KR, 2008; h. 39).

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan

(25)

kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks,

dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2007; h. 672).

2. Tanda dan gejala menjelang persalinan (Varney, 2007; h.

672-674) :

a. Lightening

b. Perubahan serviks

c. Persalinan palsu

d. Ketuban pecah dini

e. Bloody Show

f. Lonjakan energi

g. Gangguan saluran cerna

3. Tanda-tanda persalian menurut (Mochtar, 2012; h. 70) :

a. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering,

dan teratur.

b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak

karena robekan-robekan kecil pada serviks.

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya,

d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada

(26)

4. Teori kemungkinan terjadinya proses persalinan menurut

Tabel 2.6 Teori kemungkinan terjadinya proses persalinan

Teori Uraian

Teori keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.

Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai. Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kotraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.

Teori penurunan progesteron

Proses penuaan plasenta terjadi saat usia kehamilan 28 minggu, karena terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.

Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.

Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks.

Dengan menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat mulai.

Teori prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.

Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.

Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.

(27)

Teori Uraian Teori

hipotalamus-hipofisis dan glandula suprarenalis

Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturitas janin, induksi (mulainya) persalinan. Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus-hipofisis dengan mulainya persalinan.

Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.

Sumber: Manuaba, 2010; h. 168

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan menurut (Hidayat,

2010; h.12-18) :

a. Power (Tenaga yang mendorong anak)

1) His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan :

a) His persalinan yang menyebabkan pendataran dan

pembukaan serviks.

b) Terdiri dari His pembukaan, his pengeluaran dan his

pelepasa uri

c) His pendahuluan tidak berpengaruh terhadap

serviks.

2) Tenaga mengejan :

a) Kontraksi otot-otot dinding perut.

b) Kepala di dasar panggul merangsang mengejan

c) Paling efektif saat kontraksi / his

b. Passage / Panggul

1) Bagian-bagian tulang panggul

(28)

2) Bagian-bagian pelvis minor

a) Pintu Atas Panggul / PAP

b) Cavum pelvis

c) Pintu Bawah Panggul / PBP

3) Bidang panggul

a) Pintu Atas Panggul

b) Bidang Luas Panggul

c) Pintu Bawah Panggul

d) Bidang Sempit Panggul

c. Passager / Fetus

1) Djj mulai terdengar minggu 18 / 10

2) Panjang rata-rata janin cukup bulan 50 cm

3) Berat rata-rata janin laki 3400 gr/perempuan 3150 gr.

6. Tahap-tahap persalinan

a. Kala I

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada

permulaan His, kala pembukaan berlangsung tidak begitu

kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan.

Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam

sedangkan multigravida sekitar 8 jam.

b. Kala II

1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit,

(29)

2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai

dengan pengeluaran cairan secara mendadak.

3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap

diikuti keinginan mengejan, karena tertekannya pleksus

Frankenhauser.

4) Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong

kepala bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu,

subolsiput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut

lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, dan

kepala seluruhnya.

5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar,

yaitu penyesuaian kepala terhadap punggung.

6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan

bayi ditolong dengan jalan: kepala dipegang pada os

oksiput dan di bawah dagu, ditarik curam ke bawah

untuk melahirkan bahu depan, dan curam ke atas untuk

melahirkan bahu belakang, setelah kedua bahu lahir,

ketika dikait untuk melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir

diikuti oleh sisa air ketuban.

7) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan

multigravida 30 menit.

c. Kala III

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10

(30)

plasenta. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan

dengan memperhatikan tanda-tanda uterus menjadi bundar,

uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen

bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi

perdarahan.

d. Kala IV

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan obesrvasi karena

perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam

pertama. Observasi yang dilakukan meliputi tingkat

kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital:

tekanan darah, nadi dan pernapasan, kontraksi uterus,

terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal

bila jumlahnya tidak melebihi 400 samapai 500 cc

(Manuaba, 2010; h.173-174).

7. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan

aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya

pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan,

hipotermi, dan asfiksia bayi baru lahir yang akan mengurangi

kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir (Prawirohardjo,

2010; h. 334).

Ada 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal menurut (JNPK-KR,

2008; h. 18) :

(31)

1) Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda Kala

Dua:

a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran

b) Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada

rektum dan vagina.

c) Perineum tampak menonjol.

d) Vulva dan sfinger ani membuka

b. Menyiapkan pertolongan persalinan

2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan

esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana

komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia

tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan

kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh

bayi.

a) Menggelar kain di atas perut ibu, tempat resusitasi dan

ganjal bahu bayi.

b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali

pakai di dalam partus set.

3) Pakai celemek plastik

4) Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci

tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian

keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang

bersih dan kering.

(32)

6) Masukkan oksitosinke dalam tabung suntik (gunakan

tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril

(pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik

c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan

hati-hati dari depan ke balakang dengan menggunakan

kapas yang dibasahi air DTT.

a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi

tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke

belakang.

b) Buang kapas atau ksa pembersih (terkontaminasi)

dalam wadah yang tersedia.

c) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,

lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%)

8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan

lengkap

a) Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan

sudah lengkap maka lakukan amniotomi.

9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam

larutan clorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam

keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci

(33)

10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah

kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa

DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)

d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses

bimbingan meneran.

11) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi

yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran

(bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang

kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain

yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).

13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu mersa

ada dorongan kuat untuk meneran.

14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan

untuk meneran dalam 60 menit.

e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi.

15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di

perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan

diameter 5-6 cm

16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah

(34)

17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali

kelengkapan alat dan bahan.

18) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

f. Persiapan pertolongan kelahiran bayi.

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm

membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu

tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.

Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan

posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan

ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas cepat dan

dangkal.

20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil

tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera

lanjutkan proses kelahiran bayi.

21) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang

secara biperental. Anjurkan ibu untuk meneran saat

kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah

bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah

arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal

untuk melahirkan bahu belakang.

23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah

(35)

sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri

dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas

berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang

kedua mata kaki (masukkan telinjuk diantara kaki dan

pegang masing-masing mata kai dengan ibu jari dan

jari-jari lainnya)

g. Penanganan Bayi Baru Lahir

25) Lakukan penilaian (selintas)

26) Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu.

27) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi

lain dalam uterus.

28) Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikan

oksitosin (agar uterus berkontraksi baik).

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin

10 unit (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal

lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30) Dengan menggunakan kelm, jepit potong tali pusat (dua

menit setelah bayi lahir)pada sekitar 3 cm dari pusar

(umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali

pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua

pada 2 cm distal dari klem pertama.

(36)

32) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit

bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.

Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan

baik di dinding dada-perut ibu, usahakan kepala bayi

berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah

dari puting payudara ibu.

33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi

di kepala bayi.

h. Penatalaksanaan aktif kala tiga.

34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm

dari vulva

35) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi

atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain

menegangkan tali pusat.

36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah

bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah

belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk

mencegah inversio uteri.

Mengeluarkan Plasenta

37) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga

plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong

menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan

kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap

(37)

38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan

plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian

lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah

disediakan.

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,

lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus

dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan

lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba).

i. Menilai perdarahan

40) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi

dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.

Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat

khusus.

41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dari

perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan

perdarahan.

j. Melakukan asuhan pascapersalinan

42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

43) Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi

(di dada ibu paling sedikit 1 jam).

44) Lakukan penimbangan / pengukuran bayi, beri tetes mata

(38)

paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak kulit

ibu-bayi.

45) Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam

pemberian Vitamin K1) di paha kanan anterolateral.

Evaluasi

46) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah

perdarahan pervaginam.

47) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi.

48) Evaluasi dan estimasi jmlah kehilangan darah.

49) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap

15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan

setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.

50) Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa

bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu

tubuh normal (36,5-37,5).

Kebersihan dan Keamanan

51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan

klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan

bilas peralatan setelah didekontaminasi.

52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat

(39)

53) Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihakn

sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai

pakaian yang bersih dan kering.

54) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan

makanan yang diinginkannya.

55) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin

0,5%

56) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin

0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

57) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi

yang kering dan bersih.

58) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang),

periksa tanda vital dan asuhan kala IV.

8. Kegawatdaruratan pada persalinan

a. Atonia Uteri

1) Definisi Atonia Uteri

Suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat

berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar

dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak

(40)

2) Penatalaksanaan Atonia Uteri

a) Segera lakukan kompresi bimanual internal.

b) Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol

600-1000 mcg per rektal. Jangan berikan ergometrin

kepada ibu dengan hipertensi karena ergometrin

dapat menaikan tekanan darah.

c) Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau

18), pasang infus dan berikan 500 cc larutan Ringer

Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin.

d) Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat

tinggi dan ulangi KBI.

e) Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai

2 menit, segera rujuk ibu.

f) Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan

tindakan KBI dan infus cairan hingga ibu tiba di

tempat rujukan (JNPK-KR, 2008; h.109-110).

b. Retensio Plasenta

1) Definisi Retensio Plasenta

Terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam

setelah kelahiran bayi (Rukiyah, 2010; h. 296).

2) Penatalaksanaan Retensio Plasenta

Dalam melakukan penatalaksanaan pada retensio

(41)

sikap dalam menghadapi kejadian Retensio Plasenta

yaitu:

a) Sikap umum bidan: melakukan pengkajian data

secara subyektif dan obyektif antara lain keadaan

umum penderita, apakah ibu anemis, bagaiman

jumlah perdarahannya, keadaan umum penderita,

keadaan fundus uteri, mengetahui tes plasenta

lepas dengan metode kustner, metode klein,

metode starsman, metode manuaba, memasang

infus dan memberikan cairan pengganti.

b) Sikap khusus bidan: pada kejadian retensip

plasenta atau palsenta tidak keluar dalam waktu 30

menit bidan dapat melakukan tindakan manual

palsenta yaitu tindakan untuk mengeluarkan atau

melepas plasenta secara manual (menggunakan

tangan) dari tempat implantasinya dan kemudian

melahirkannya keluar dari kavumuteri (Rukiyah,

2010; h. 302).

c. Emboli Air Ketuban

1) Pengertian

Emboli air ketuban adalah merupakan salah satu

penyebab syok yang disebabkan karena perdarahan.

Masuknya air ketuban yang mengandung rambut lanugo,

(42)

ibu yang akan menyumbat pembuluh-pembuluh kapiler

dalam paru-paru ibu (Rukiyah, 2010; h. 309).

2) Penanganan

Diberikan Morphin secara subcutan atau Atropis secara

IV, pasang torniket pada lengan dan tungkai untuk

meringankan sisi kanan jantung, kembangkan antara

tekanan sistolik dan diastolik (Rukiyah, 2010; h.309).

d. Inversia Uteri

1) Pengertian

Uterus dikatakan mengalami inversi jika bagian dalam

menjadi di luar saat melahirkan plasenta (Saifudin, 2010;

h. M-31).

2) Penatalaksanaan

a) Jika ibu sangat kesakitan berikan petidin 1 mg/kg BB

secara IM atau IV secara perlahan atau berikan morfin

0,1 mg/kg BB IM.

b) Jika perdarahan berlanjut lakukan uji pembekuan

darah dengan menggunakan uji pembekuan darah

sederhana.

c) Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal setelah

mereposisi uterus yaitu ampisilin 2 g IV ditambah

metronidazol 500 mg IV atau sefazolin 1 g IV ditambah

(43)

9. Penapisan

a. Indikasi-indikasi untuk Melakukan Tindakann dan atau

Rujukan Segera Selama Kala Satu Persalinan

Tabel 2.7 Indikasi-indikasi untuk Melakukan Tindakann dan atau Rujukan Segera Selama Kala Satu Persalinan

Temuan-temuan anamnesis dan atau pemeriksaan

Rencana untuk Asuhan atau Perawatan

Riwayat bedah sesar 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai kemampuan untuk melakukan bedah sesar.

2. Dampingi ibu ke temapt rujukan. Berikan dukungan dan semangat. Perdarahan per vaginam selain lendir

bercampur darah (show)

Jangan melakukan pemeriksaan dalam

1. Baringkan ibu ke sisi kiri

2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau garam fisiologi (NS). 3. Segera rujuk ke fasilitas yang

memilki kemampuan untuk melakukan bedah sesar.

4. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Kurang dari 37 minggu (persalinan

kurang bulan)

1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir. 2. Dampingi ibu ke tempat rujukan.

Berikan dukungan dan semangat. Ketuban pecah disertai dengan

keluarnya mekonium kental

1. Baringkan ibu miring ke kiri 2. Dengarkan DJJ

3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan menegeringkan dan menyelimuti bayi untuk mengantisipasi jika ibu melahirkan di perjalanan. Ketuban pecah dan air ketuban

bercampur dengan sedikit mekonium disertai tanda-tanda gawat janin

1. Dengarkan DJJ, jika ada tanda-tanda gawat janin laksanakan asuhan yang sesuai.

Ketuban pecah (lebih dari 24 jam) atau ketuban pecahpada kehamilan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari37 minggu)

1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memilki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri.

(44)

Temuan-temuan anamnesis dan atau pemeriksaan

Rencana untuk Asuhan atau perawatan

Tanda- tanda atau gejala-gejala infeksi :

1. Temperatur > 38 ºC 2. Menggigill

3. Nyeri abdomen 4. Cairan ketuban berbau

1. Baringkan ibu miring ke kiri 2. Pasang infus menggunakan jarum

berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam. 3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang

memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir 4. Dampingi ibu ke tempat

rujukan.beri dukungandan semangat.

Tekanan darah lebih dari 160/110 dan atau terdapat protein dalam urin (pre-eklampsia berat)

1. Baringkan ibu miring ke kiri 2. Pasang infus menggunakan jarum

berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau garam fisiologis (NS)

3. Berikan dosis awal 4 gr MgSO4 20 % IV selama 20 menit

4. Suntikan 10 gr MgSO4 50 % (5 gr IM pada bokong kiri dan kanan) 5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang

memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 6. Dampingi ibu ke tempat rujukan.

Berikan dukungan dan semngat Tinggi fundus 40 cm ataulebih

(makrosomia, polihidramnion, kehamilan ganda)

1. Segera rujuk ibu ke fasilitasyang memilki kemampuan untuk melakukan bedah sesar

2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semngat. Alasan : jika diagnosisnya adalah polihidramnion, mungkin ada masalah-masalah lain dengan janinya. Makrosomia dapat menyebabkan distosiabahu dan risiko tinggi untuk perdarahan pascapersalinan.

DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5 menit (gawat janin)

1. Baringkan ibu miring ke kiri dan anjurkan untuk bernapas secara teratur

(45)

Temuan-temuan anamnesis dan atau pemeriksaan

Rencana untuk Asuhan atau perawatan

3. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir

4. Dampingi ibu ke tempat rujukan.beri dukungandan semangat.

Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan kepala janin 5/5

1. Baringkan ibu miring ke kiri 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang

memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar

3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan semngat Presentasi bukan belakang (sungsang,

letak lintang, dll)

1. Baringkan ibu miring ke kiri

2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 3. Dampingi ibu ke tempat

rujukan.beri dukungandan semangat.

Tali pusat menumbung (jika tali pusat masih berdenyut)

1. Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi,letakkan satu tangan di vagina dan jauhkan kepala janin dari tali pusatyang menumbung. Tanganlain mendorong bayi melaluidinding abdomen agarbagian terbawah janin tidak menekan tali pusatnya (minta keluarga ikut membantu)

2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir. 3. Dampingi ibu ke tempat

rujukan.beri dukungandan semangat.

Tanda dan gejala syok :

1. Nadi cepat lemah (lebih dari 110 x/menit)

2. Tekanan darah menurun (sistolik kurang dari 90 mmHg)

3. Pucat

4. Berkeringat atau kulit lembab, dingin

5. Napas cepat (lebih dari 30x per menit)

6. Cemas, bingung atau tidak sadar 7. Produksi urin sedikit (kurang dari

30 ml/jam)

1. Baringkan ibu miring kekiri

2. Jika mungkin naikan keduakaki ibuuntuk meningkatkan aliran darahkejantung

3. Pasang infusmenggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) danberikan Ringer Laktat ataugaram fisiologis(NS). Infuskan 1 ltdalam waktu 15-20 menit, dilanjutkan dengan 2 lt dalam satujam

(46)

Temuan-temuan anamnesis dan atau pemeriksaan

Rencana untuk Asuhan atau perawatan

4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemmpuan penatalaksanaangawatdaruratobst etri danbayi barulahir.

5. Dampingi ibu ketempatrujukan. Berikan dukungan dan semangat. Tanda dan gejala belum inpartu :

1. Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 20 detik

2. Tidak ada perubahan pada serviks dalam waktu 1 hingga 2 jam

1. Anjurkan ibu untuk minum dan makan

2. Anjurkan ibu untuk beregrak bebas 3. Jika kontraksiberhenti dan atau tidak ada perubahan serviks, evaluasi DJJ, jika tidak ada tanda-tanda kegawatan pada ibu dan janin, persilahkan ibu pulang dengan nasehat untuk :

a. Menjaga cukup makan dan minum

b. Datang untuk mendapatkan asuhan jikaterjadi penigkatan frekuensi dan lama kontraksi Tanda dan gejala partus lama :

1. Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (partograf)

2. Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam

3. Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik

1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir

2. Dampingi ibu

ketempatrujukan.berikan dukungan dan semangat.

Sumber : JNPK-KR, 2008; h. 48-51

b. Indikasi untuk Tindakan dan atau Rujukan Segera Selama

Persalinan kala dua

Tabel 2.8 Indikasi untuk Tindakan dan atau Rujukan Segera Selama Persalinan kala dua

Penilaian Temuan dari Penilaian dan Pemeriksaan

Tanda atau gejala syok : 1. Nadi cepat, lemah (110

5. Nafascepat (lebih dari 30 x/menit

6. Cemas, bingung atau tidak sadar

1. Baringkan miring ke kiri

2. Naikan kedua kaki untuk meningkatkan aliran darah ke jantung

3. Pasang infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18)dan dalam 15 sampai 20 menit, jika satu jam pertama kemudian turunkan ke 125 cc/jam

(47)

Penilaian Temuan dari Penilaian dan Pemeriksaan

Rencana Asuahan atau Perawatan 7. Produksi urin sedikit

(kurang dari 30 cc/jam)

5. Dampingi ibu ke tempat rujukan 1. Nadi

2. Urin

Tanda atau gejala dehidrasi: 1. Perubahan nadi (100

x/menit atau lebih) 2. Urin pekat

3. Produksi urin sedikit (kurang dari 30 cc/jam)

1. Anjurkan untuk minum

2. Nilai ulang setiap 30 menit (menurut pedoman di partograf). Jika kondisinya tidak membaik dalam waktu satu jam, pasang infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18)dan berikan RL atau NS 125 cc/jam. 3. Segera rujuk ke fasilitas yang

memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir. 4. Dampingi ibu ke tempat rujukan 1. Nadi

Tanda atau gejala infeksi: 1. Nadi cepat (110 x/menit

1. Baringkan miring kekiri

2. Pasang infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS 125 cc/jam.

3. Berikan ampisilin 2 gr atau amoksilin 2 gr per oral

4. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir. 5. Dampingi ibu ke tempat rujukan. 1. Tekanan

2. Proteinura hingga 2+

1. Nilai ulang tekanan darah setiap 15 menit (saat diantara kontraksi atau meneran)

2. Baringkan miring ke kiri dan cukup istirahat

3. Bila gejala bertambah berat maka tatalaksana sebagai preeklampsia berat.

1. Kejang Tanda atau gejala preeklampsia berat atau eklampsia :

1. Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih 2. Tekanan darah diastolik

90 mmHg atau lebih dengan kejang

3. Nyeri kepala

4. Gangguan penglihatan 5. Kejang (eklampsia)

1. Baringkan miring ke kiri

2. Pasang infus dengan menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS 125 cc/jam. 3. Berikan dosis awal 4 G MgSO4

40% IV dengan kecepatan 1 G/menit

4. Berikan dosis pemeliharaan MgSO4 40%, 6G dalam 6 jam. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan gawatdarurat obstetri dan bayi barulahir

5. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Kontraksi Tanda-tanda inersia uteri :

1. Kurang dari 3 kontraksi dalam waktu 10 menit, lama kontraksi kurang dari 40 detik

1. Anjurkan untuk mengubah posisi dan berjalan-jalan

2. Anjurkan untukminum

(48)

Penilaian Temuan dari Penilaian dan Pemeriksaan

Rencana Asuahan atau Perawatan

Kocher DTT) selaput ketuban

4. Stimulasi puting susu

5. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya

6. Jika bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran (primigravida) atau 1 jam (multigravida) segera rujuk ke fasilitas kesehatan rujukan

7. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Denyut

Jantung Janin

Tanda gawat janin :

1. DJJ kurang dari 120 atau lebih dari 160 x/menit mulai waspada tanda awal gawat janin 2. DJJ kurang dari 100

atau lebih dari 180 x/menit

1. Baringkan miring ke kiri, anjurkan ibu untuk menarik nafas panjang perlahan-lahan dan berhenti meneran.

2. Nilai ulang DJJ setelah 5 menit : a. Jika DJJ normal, minta ibu

kembali meneran dan pantau DJJ setelah setiap kontraksi. Pastikan ibu tidak berbaring terlentang dan tidak menahan nafasnya saat meneran b. Jika DJJ abnormal, rujuk ibu ke

fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir

c. Dampingi ibu ke tempat rujukan.

Penurunan kepala bayi

Kepala bayi tidak turun 1. Anjurkan untuk meneran sambil jongkok atau berdiri

2. Jika grafik penurunan kepala pada partograf melewati garis waspada sedangkan pembukaan servik dan kontraksi cukup memuaskan maka segera rujuk pasien ke fasilitas rujukan.

3. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Lahirnya

bahu

Tanda-tanda distosia bahu : 1. Kepala bayi tidak

melakukan putaran paksi luar

2. Kepala bayi keluar kemudian tertarik kembali ke dalam vagina

(kepala “kura-kura”) 3. Bahu bayi tidak lahir

Lakukan tindakan dan upaya lanjut (tergantung hasil tindakan yang dilakukan) :

1. Perasat Mc Robert

2. Prone Mc Robert (Menungging) 3. Anterior dysimpact

4. Perasat Cork-screw dari Wood 5. Perasat Schwartz-Dixon Cairan

Ketuban

Tanda-tanda cairan ketuban bercampur mekonium : DJJ setelah setiap kontraksi. Pastikan ibu tidak berbaring terlentang dan tidak menahan nafasnya saat meneran.

b. Jika DJJ tidak normal, tangani sebagai gawat janin

(49)

Penilaian Temuan dari Penilaian bernapas maka hisap lendir di mulut kemudian hidung bayi dengan penghisap lendir DeLee (DTT/steril) atau bola karet penghisap (baru dan bersih). Lakukan tindakan lanjutan sesuai dengan hasil penilaian. Tali Pusat Tanda-tanda lilitan tali pusat

menumbung :

1. Tali pusat teraba atau terlihat saat periksa dalam

1. Nilai DJJ, jika ada :

a. Segera rujuk ke fasilitas kesehatan rujukan

b. Dampingi ibu ke tempat rujukan c. Baringkan miring ke kiri dengan pinggul agak naik. Dengan memakai di dalam vagina untuk menahan kepala bayi agar tidak menekan talipusat dan tangan lain di abdomen untuk menahan bayi pada posisinya (keluarga dapat membantu melakukannya) ATAU

a. Ganjal bokong ibu agar lebih tinggi dari kepalanya. Dengan mengenakan sarung tangan DTT/steril, masukkan menahan keapal bayi agar tak menekan

Tanda-tanda lilitan tali pusat:

1. Tali pusat melilit leher bayi

1. Jika tali pusat melilit longgar di leher bayi, lepaskan melewati kepala bayi.

2. Jika tali pusat melilit erat di leher bayi lakukan penjepitan tali pusat dengan klem di dua tempat kemudian potong diantaranya, kemudian lahirkan bayi dengan segera

Untuk kehamilan kembar tak terdeteksi

Kehamilan kembar tak terdeteksi

1. Nilai DJJ

2. Jika bayi kedua dengan presentasi kepala dan kepala segera turun,biarkan kelahiran berlangsung seperti bai pertama. 3. Jika kondisi-kondisi tersebut tidak

terpenuhi, baringkan ibu miring ke kiri.

4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir

(50)

c. Indikasi-indikasi untuk tindakan dan atau Rujukan Segera

Selama Persalinan Kala Tiga dan Empat

Tabel 2.9 Indikasi-indikasi untuk tindakan dan atau Rujukan Segera Selama Persalinan Kala Tiga dan Empat

Penilaian Temuan dari Penilaian dan Pemeriksaan

Rencana Asuhan atau Perawatan Plasenta Tanda atau gejala Retensio

plasenta :

Adalah normal jika plasenta lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir

1. Jika plasenta terlihat,lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan 2. Plasenta tidak lahir

1. Palpasi uterus untuk menilai kontraksi, minta ibu meneran pada setiap kontraksi. 2. Saat plasenta terlepas,

lakukan periksa dalam (hati-hati). Jika menit, tangani sebagai retensio plasenta 1. Plasehta

2. Perdarahan pervaginam

Tanda atau gejala bagian plasenta yang tertahan : 1. Bagian permukaan

plasenta yang menempel pada ibu hilang

2. Bagian selaput ketuban hilang / robek

3. Perdarahan pascapersalinan 4. Uterus berkontraksi

(51)

Penilaian Temuan dari Penilaian

Tanda atau gejala atonia uteri :

1. Perdarahan pasca persalinan 2. Vagina, perineum,

serviks

Tanda atau gejala robekan vagina, perineum atau serviks :

1. Perdarahan pascapersalinan 2. Plasenta lengkap 3. Uterus berkontraksi

1. Lakukan pemeriksaan secara hati-hati derajat tiga atau empat robekan serviks :

Tanda atau gejala syok : 1. nadi cepat,lemah (110 menurun atau tidak sadar 7. produksi urin sedikit

(kurang dari 30 cc/jam)

1. baringkan miring kekiri 2. jika mungkin, naikkan turunkan ke 125 cc/jam 4. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan

gawatdarurat ibstetri dan bayi baru lahir 5. Dampingi ibu ke

(52)

Penilaian Temuan dari Penilaian

Tanda atau gejala dehidrasi : 1. Meningkatnya nadi (100 (kurang dari 30 cc/jam)

1. Anjurkan ibu untuk minum

2. Nilaiulang ibu setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam asuhan untuk infeksi 5. Segera rujuk ke

fasilitas yang memiliki kemampuan asuhan

Tanda atau gejala infeksi : 1. Nadi cepat (110 kali/menit

1. Baringkanmiring ke kiri 2. Pasang infus

atau amoksilin 2 gr per oral

4. Segera rujuk ke fasilitas yang memilki kemampuan asuhan darahsetiap 15 menit 9pada saat istirahat di antara kontraksi dan meneran) 3. Baringkan miring kekiri 4. Lihat penatalaksanaan

(53)

Penilaian Temuan dari Penilaian dan Pemeriksaan

Rencana Asuhan atau Perawatan Tekanan darah Tanda atau gejala

preeklampsia berat atau eklampsia :

1. Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih 2. Tekanan darah diastolik

90 mmHg atau lebih 3. Kejang

1. Baringkan miring ke kiri 2. Pasang infus dengan

menggunakan jarumbesar(ukuran 16atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau fasilitas yang memiliki kemampuan asuhan

2. Tinggi fundus di atas pusat 3. Uterus terdorong atau

condong ke satu sisi

1. Bantu ibu untuk

1. Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6

minggu (Saifudin, 2010; h. N-23).

Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan

(54)

kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil

(Varney, 2007; h. 958).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas menurut (Sulistyawati, 2009; h. 2):

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu

dan bayi.

b. Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi

pada ibu.

c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu

d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta

memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya

dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus.

e. Imunisasi ibu terhadap tetanus

f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang

pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan

hubungan yang baik antara ibu dan anak.

3. Frekuensi kunjungan masa nifas

Tabel 2.10 Frekuensi kunjungan masa nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8 jam setelah persalinan

1) Mencegah perdarahan masa nifas. 2) Mendeteksi dan merawat penyebab

lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarag bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

4) Pemberian ASI awal

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia

Gambar

Tabel 2.1 TFU penambahan per tiga jari
Tabel 2.3 ASUHAN TIAP KUNJUNGAN
Tabel 2.4 Pengukuran tinggi fundus uteri
Tabel 2.5 pemberian imunisasi TT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Kedudukan Dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Perumusan Isu Strategis Analisis lingkungan internal Analisis lingkungan eksternal Perumusan Tujuan, Sasaran, Strategi,

14 Analis Penanaman Modal S1 Ekonomi manajemen / Hukum / Administrasi Negara III/a 5 2 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Jateng Park merupakan wahana rekreasi dan edukasi yang difungsikan untuk memberikan hiburan serta edukasi tentang segala informasi mengenai anjungan Jawa Tengah

Bagian dari Statistika yang berhubungan dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, pembuatan tabel, grafik atau diagram disebut statistika deskriptif..

Hakikat dari kegiatan pemuliaan tanaman ialah pengembangan suatu metode yang secara sistematis memanfaatkan keragaman genetik plasma nutfah untuk menghasilkan varietas baru yang

Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Minahasa Menurut Jenis Pendapatan (juta rupiah), 2012-2015. Sumber: Kabupaten Minahasa Dalam Angka

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan