BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Percaya Diri
Mustari (2011: 62) menyatakan percaya diri adalah keyakinan
bahwa orang mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu untuk
mencapai tujuan tertentu. Percaya diri juga merupakan keyakinan orang
atas kemampuannya untuk menghasilkan level-level pelaksanaan yang
mempengaruhi kejadian-kejadian yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Percaya diri adalah keyakinan bahwa orang mempunyai kemampuan
untuk memutuskan jalannya suatu tindakan yang dituntut untuk
mengurusi situasi-situasi yang dihadapi.
Percaya diri berarti keyakinan pada diri. Erich Fromm dalam
Mustari (2011: 63) menyatakan bahwa untuk memiliki keyakinan
diperlukan keberanian, kemampuan untuk mengambil resiko, kesediaan
untuk menerima penderitaan dan kekecewaan. Hal ini berarti, sikap
percaya diri sangat dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Dengan sikap percaya diri yang dimiliki oleh setiap siswa, maka akan
terjadi komunikasi dua arah yang efektif dalam proses pembelajaran baik
dalam mengajukan pertanyaan maupun dalam menjawab pertanyaan dari
Percaya diri dalam hal pembelajaran berarti siswa percaya akan
dirinya sendiri baik dalam mengerjakan soal maupun dalam melakukan
suatu tindakan atau kegiatan. Percaya diri dalam mengerjakan soal dapat
dilihat melalui kegiatan siswa yaitu dengan tidak mencontek atau bertanya
jawaban soal kepada temannya. Selain itu, peserta didik berani dalam
menyampaikan atau mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas.
Peserta didik yang percaya diri akan memiliki keberanian dalam
melakukan suatu kegiatan didepan kelas seperti menyanyi, menggerakan
badan, dan bercerita didepan kelas.
2. Prestasi belajar
Prestasi belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam dunia
pendidikan. Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan
belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi adalah hasilyang
telah dicapai, sedangkan belajar menurut Slameto (2010: 2) yaitu suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar menurut Purwanto
(2010: 85) merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku seseorang.
Prestasi belajar menurut Hamalik (2010: 159) merupakan indikator
adanya perubahan tingkah laku peserta didik. Hasil prestasi belajar
menggambarkan kemajuan, kegagalan, dan kesulitan masing-masing
peserta didik setelah mengalami proses pembelajaran. Menurut Hamdani
siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang
diperoleh dalam proses belajar mengajar.
Dari pengertian prestasi dan belajar tersebut dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh peserta
didik dari kegiatan pembelajaran yang meliputi penguasaan pengetahuan
atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Prestasi
belajar merupakan suatu penilaian yang digunakan oleh guru untuk
mengkur seberapa besar kemampuan siswa dalam menerima materi yang
telah dipelajarinya.
3. Mata Pelajaran Matematika, IPA dan IPS
a. Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan
pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan,
aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk
menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif,
didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan
pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).
Peserta didik dibimbing secara bertahap melalui masalah kontekstual
untuk menguasai konsep matematika. Mata pelajaran Matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain utnuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
Materi yang diambil dalam penelitian ini yaitu :
1) Standar Kompetensi
3. Melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai 2 angka.
2) Kompetensi Dasar :
3.1 Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua
angka.
3.2 Melakukan pembagian bilangan dua angka.
3) Indikator
3.1.1 Mengenal arti perkalian sebagai penjumlahan berulang.
3.1.2 Mengingat fakta perkalian (sampai 5 x 10) dengan berbagai
cara
3.1.3 Menghitung secara cepat perkalian bilangan yang hasil
bilangannya dua angka.
3.2.1 Mengenal arti pembagian sebagai pengurangan berulang
sampai habis.
3.2.2 Mengubah bentuk perkalian ke bentuk pembagian dan
sebaliknya.
b. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehinga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan
pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat). Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri
ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,
bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai
aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di
SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan pengembangan ketrampilan proses dan
sikap ilmiah.
Dalam Permendiknas (2008) diungkapkan bahwa mata pelajaran
IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut :
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknlogi, dam masyarakat.
4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.
Materi yang diambil dalam penelitian ini yaitu :
1) Standar Kompetensi :
3. Mengenal berbagai sumber energi yang sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari dan kegunaannya.
2) Kompetensi Dasar
3.1 Mengidentifikasi sumber-sumber energi (panas, listrik,
cahaya, dan bunyi) yang ada di lingkungan sekitar.
3.2 Mengidentifikasi jenis energi yang paling sering digunakan di
lingkungan sekitar dan cara menghematnya.
3) Indikator
3.1.1 Mencari contoh alat-alat rumah tangga yang menghasilkan
3.1.2 Menunjukkan sumber energi yang menghasilkan panas,
bunyi, dan cahaya.
3.1.3 Mencari contoh alat rumah tangga yang menggunakan
listrik.
3.2.1 memberi contoh jenis-jenis energi yang sering digunakan
sehari-hari.
3.2.2 Memberi alasan mengapa suatu energi digunakan.
3.2.3 Menjelaskan cara menghemat energi
c. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI sampai SMP/MTS. IPS
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan denngan isu social. Melalui mata pelajaran IPS, peserta
didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta
damai.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan
terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan
keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Hal ini untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan
Adapun tujuan dari mata pelajaran IPS yang tercantum dalam
Permendiknas yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan :
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global.
Materi yang diambil dalam penelitian ini yaitu :
1) Standar Kompetensi
2. Memahami kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan
lingkungan tetangga.
2) Kompetensi Dasar
2.1Mendiskripsikan kedudukan dan peran anggota keluarga
2.2Menceritakan pengalamannya dalam melaksanakan peran
sebagai anggota keluarga.
3) Indikator
2.1.1 Menyebutkan anggota inti dan anggota bukan inti dalam
2.1.2 Mendeskripsikan kedudukan dan peran ayah dalam
keluarga.
2.1.3 Mendeskripsikan kedudukan dan peran ibu dalam keluarga.
2.1.4 Mendeskripsikan kedudukan dan peran anak dalam
keluarga.
2.1.5 Mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota keluarga
bukan inti dalam keluarga.
2.2.1 Menceritakan pengalaman dalam keluarga dalam
melaksanakan peran dan tugasnya.
2.2.2 Menceritakan pengalaman yang paling berkesan dalam
melaksanakan peran sebagai anggota keluarga.
4. Tematik
a. Pengertian dan Model Pembelajaran Terpadu
Menurut Raka Joni dalam Trianto (2011: 56) pembelajaran
terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan
siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara
holistik, bermakna dan autentik. Pembelajaran terpadu sebagai suatu
konsep dapat dikatakan suatu pendekatan belajar mengajar yang
melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman
bermakna kepada peserta didik. Dalam pembelajaran terpadu siswa
akan mempelajari materi ajar dan proses belajar dari beberapa bidang
Pengajaran terpadu perlu memilih materi beberapa mata
palajaran yang mungkin dan saling terkait. Pengajaran terpadu tidak
boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi
sebaliknya pembelajaran terpadu harus mendukung pencapaian tujuan
pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran
dapat dipadukan dalam satu tema dengan mempertimbangkan
karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan dan
pengetahuan awal. Materi pelajaran yang dipadukan tidak perlu
dipaksakan, yaitu apabila tidak mungkin dipadukan maka jangan
dipadukan.
Menurut Fogarty dalam Sa’ud (2006: 31) terdapat sepuluh
model pembelajaran terpadu yaitu :
1)Model Fragmented
Model ini memisahkan antara satu mata pelajaran dengan
mata pelajaran yang lain sepeeti matematika, sains, dan bahasa.
Model fragmented ini mengajarakan disiplin-disiplin ilmu secara
terpisah tanpa adanya usaha untuk mengkaitkan atau
memadukannya.
2) Model Connected
Model connected (keterhubungan) ini beranggapan bahwa
butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata
mengarang dapat dipayungkan dalam mata pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia.
3) Model Nested
Model ini merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan
konsep ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Model
nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep
ketrampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran dengan
mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis untuk
menunjukkan kemampuan ketrampilan tertentu.
4) Model Squenced
Model squenced merupakan model pemaduan topik-topik
antar mata pelajaran yang berbeda secara paralel dengan cara
mengajarkan materi yang memiliki kesamaan dan keterkaitan antar
keduanya dalam upaya mengutuhkan atau menyatukan
materi-materi tersebut.
5) Model Shared
Model ini merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat
adanya “overlapping” konsep atau ide pada dua mata pelajaran
atau lebih sehingga menjadi konsep yang utuh terhadap
konsep-konsep yang berserakan tersebut. Hal ini akan menuntun siswa
untuk membuka wawasan dan cara berpikir yang luas dan
mendalam melalui pemahaman terhadap konsep secara lintas
6) Model Webbed
Model webbed atau jaring laba-laba, merupakan model
pembelajaran yang kegiatan pembelajarannya memiliki keterkaitan
materi yang secara metodologis bisa dipadukan dengan memilih
tema/pokok bahasan yang kemudian tema/pokok bahasan tersebut
disebarkan ke dalam berbagai mata pelajaran.
7) Model Threaded
Model threaded atau model pembelajaran terpadu bergalur
merupakan pendekatan pembelajaran yang ditempuh dengan cara
mengembangkan gagasan pokok yang merupakan benang merah
yang berasal dari konsep yang terdapat dalam berbagai disiplin
ilmu.
8) Model Integrated
Model ini merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata
pelajaran yang berbeda tetapi esensinya sama dalam sebuah topik
tertentu sehinga perlu pengintegrasian multidisiplin yang dapat
ditinjau dari disiplin ilmu dalam pemecahan masalah.
9) Model Immersed
Model ini dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring
dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan
dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam model ini
keterpaduan terjadi secara internal yang dilakukan oleh siswa dan
pembelajaran harus sudah memiliki kemampuan sebagai seorang
ahli, sehingga dalam melihat sesuatu di pandang dari satu kaca
mata disiplin yang dimilikinya.
10)Model Networked
Model networked merupakan model pemaduan pembelajaran
yang mengendalikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk
pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru
setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi,
maupun konteks yang berbeda-beda.
b. Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari model
pembelajaran tepadu tipe “webbed” yaitu memadukan antar mata
pelajaran yang terdapat dalam kurikulum. Keterkaitan tersebut
disatukan dalam tema yang menarik sehingga dapat mendukung prinsip
pendidikan siswa seutuhnya yang melibatkan aspek sosial-emosi, fisik,
dan kognitif secara holistik (Kemendiknas, 2011: 15). Tema yang
menarik sangat berperan sebagai perekat berbagai materi dari berbagai
mata pelajaran yang ada.
Menurut Sudrajat (2008: 5 [online]) pembelajaran tematik adalah
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa. Menurut Rusman (2011: 254) pembelajaran
mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
dipahaminya. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada
keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung
dan terlatih untuk menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang
dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang telah dipahaminya. Model pembelajaran tematik
dalam Kemendiknas (2011: 17) memiliki beberapa catatan penting
diantaranya tema yang digunakan merupakan wadah berkreasi yang
PAKEM sehingga kompetensi dasar dapat dicapai dengan lebih mudah
dan mata pelajaran yang dipadukan tidak harus semua mata pelajaran,
tetapi melihat kompetensi dasar yang dapat dipadukan apabila tidak
dapat dipadukan maka tidak perlu dipaksakan.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep
belajar sambil melakukan sesuatu (Learning by doing). Hal ini berarti,
model pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa
dalam proses belajar atau mengarahkan siswa secara aktif terlibat dalam
proses pembelajaran, sedangkan guru hanya berperan sebagai
fasilitator. Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang
Pembelajaran tematik di kelas rendah sangat mendukung proses
pembelajaran yang efektif dan bermakna karena tujuan akan dicapai
melalui serangkaian proses yang utuh (holistik) dan sesuai dengan
hakikat perkembangan siswa seutuhnya.
c. Landasan Pembelajaran Tematik
Menurut Rusman (2011: 255) landasan pembelajaran tematik
meliputi :
1) Landasan filosofis
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat
dipengaruhi oleh tiga aliran yaitu aliran progresifisme,
konstruktivisme, dan humanisme. Aliran progresivisme memandang
proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan
kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah dan
memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat
pengalaman langsung siswa sebagai kunci dalam pembelajaran.
Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya,
potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
2) Landasan psikologis
Landasan psikologis berkaitan dengan psikologi
perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi
perkembangan dibutuhkan dalam menentukan materi pembelajaran
tematik yang akan disampaikan kepada siswa. Psikologi belajar
disampaikan kepada siswa dan bagaimana siswa harus
mempelajarinya.
3) Landasan yuridis
Landasan yuridis pembelajaran tematik yaitu UU No. 23
Tahun 2002 tentang perlindungan Anak yang menyatakan bahwa
setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakatnya. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada
setiap satuan pendidikan berhak mendapat pelayanan pendidikan
sesuai bakat, minat dan kemampuannya.
d. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran
tematik memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik pembelajaran
tematik menurut Rusman (2011: 258) yaitu :
1) Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat kepada siswa (student
centered), hal ini sesuai dengan pendekatan modern yang lebih
banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru
sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan
2) Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik memberikan pengalaman langsung
kepada siswa. Dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan
pada sesuatu yang nyata sebagai dasar memahami hal-hal yang
lebih abstrak.
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalan pembelajaran tematik fokus pembelajaran diarahkan
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat dan berkaitan
dengan kehidupan siswa. Sehingga pemisahan mata pelajarannya
tidak begitu jelas.
4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pealajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep dari berbagai mata
pelajaran. Hal ini akan membuat siswa mampu memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh serta mampu memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5) Bersifat fleksibel
Dalam pembelajaran tematik guru dapat mengaitkan bahan
ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain, bahkan
mengaitkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan
sekolah siswa.
6) Hasil belajar sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Siswa pada tahapan kelas rendah, merupakan usia bermain
sehingga melalui pembelajaran tematik ini siswa akan belajar
sambil bermain dan menyenangkan. Siswa tidak akan kehilangan
haknya dalam bermain hanya untuk belajar.
e. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
Rusman (2011: 261) menyatakan terdapat tujuh tahap dalam
mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran tematik, yaitu :
1) Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan.
2) Mempelajari kompetensi dasar dan indikator dari mata pelajaran
yang akan dipadukan.
3) Memilih dan menetapkan tema.
4) Membuat bagan hubungan kompetensi dasar dan tema (jaring-jaring
tema).
5) Menyusun silabus pembelajaran tematik.
6) Menyusun rencana pembelajaran tematik.
7) Pengelolaan kelas.
Menurut Sudrajat (2008: 12 [online]) pelaksanaan pembelajaran
tematik, dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan
atau tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penilaian
pembelajaran tematik. Tahap peencanaan atau persiapan pembelajaran
pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan
pelaksanaan pembelajaran.
Tahap pelaksanaan pembelajaran tematik dilakukan dengan tiga
tahapan yaitu kegiatan pembukaan/pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan dilakukan untuk menciptakan
suasana belajar yang dapat membuat siswa fokus dalam mengikuti
proses pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan penggalian pengalaman
anak tentang tema yang akan disajikan. Kegiatan yang dapat dilakukan
pada tahap ini adalah menyanyi, kegiatan fisik seperti
menggerak-gerakkan tangan dan kaki, bercerita atau mendongeeng.
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan. Kegiatan inti
dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan calistung
(baca, tulis, dan hitung) siswa. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini
dapat melalui berbagai strategi yang bervariasi dan dapat dilakukan
secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan. Menurut Rusman
(2011: 268) kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat, dan
perkembangan fisik dan psikologis siswa. Kegiatan inti dalam
pembelajaran tematik merupakan kgiatan yang menekankan pada
Kegiatan inti dalam pembelajaran tematik bersifat situasional, yaitu
disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat proses pembelajaran itu
berlangsung.
Kegiatan terakhir dalam tahap pelaksanaan pembelajaran tematik
adalah kegiatan penutup. kegiatan penutup yang dapat dilakukan adalah
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng,
membacakan cerita, pesan-pesan moral, musik ataupun menyanyi.
Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang bersifat untuk
menenangkan siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan membahas dan menyajikan materi dalam pembelajaran
tematik harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku
peserta didik. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan secara terpadu
melalui penghubungan konsep-konsep dari mata pelajaran satu dengan
konsep-konsep dari mata pelajaran yang lainnya. Kegiatan akhir dalam
pembelajaran tematik diantaranya yaitu siswa menyimpulkan kegiatan
pembelajaran dengan bimbingan guru, melaksanakan kegiatan penilaian
akhir, melaksanakan kegiatan tindak lanjut berupa pemberian tugas
rumah, menjelaskan kembali bahan ajar yang dianggap sulit oleh siswa,
menginformasikan tema atau topik yang akan dibahas pada pertemuan
yang akan datang, dan menutup kegiatan pembelajaran.
Tahap penilaian dilakukan untuk mengetahui proses dan hasil
dari perkembangan yang telah dicapai oleh peserta didik yang sudah
sebagai umpan balik untuk mengetahui hambatan yang terjadi dalam
pembelajaran serta sebagai acuan untuk menentukan tindak lanjut
dalam pembelajaran.
Tahap pelaksanaan pembelajaran tematik merupakan tahapan
yang saling berkesinambungan dan tidak dapat dipisahkan. Pelaksanaan
pembelajaran tematik harus direncanakan secara matang agar dapat
mencapai hasil yang optimal dan sesuai dengan karakter siswa dan
karakter mata pelajaran yang akan disampaikan.
B. Penelitian yang Relevan
Sarah (2010) “Pembelajran Tematik Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran IPS Dengan Tema Permainan di Kelas
III SD Negeri Karyabakti” dalam kesimpulannya menyatakan bahwa melalui
pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS kelas III SD Negeri Karyabakti Cianjur tahun ajaran
2009/2010.
Fujiastuty (2010) “Pembelajaran Tematik dalam Pembelajaran IPS
melalui Pendekatan Kooperatif di Kelas III SD Sirnamanah Kecamatan
Sukajadi Kota Bandung” dalam kesimpulannya menyatakan bahwa melalui
pembelajaran tematik dengan pendekatan kooperatif dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas III SD Sirnamanah
C. Kerangka Berpikir
Siswa SD khususnya siswa kelas rendah berada pada tahap berpikir
konkrit yang melihat segala sesuatunya dengan nyata. Pembelajaran kelas II
SD Negeri 1 Bojanegara masih menggunakan model pembelajaran yang
memisahkan satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain. Metode
pembelajaran yang kurang divariasikan dan tidak adanya keterpaduan antar
mata pelajaran, menjadikan pembelajaran kurang bermakna bagi siswa dan
rasa percaya diri siswa dalam mengikuti proses pembeljaran rendah. Hal ini
juga menyebabkan prestasi belajar siswa rendah.
Kerangka berpikir yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir Penelitian
KONDISI Matematika, IPA dan IPS siswa rendah
Pelaksanaan
prestasi belajar siswa pada mapel
D. Hipotesis Tindakan
Penggunaan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakter
siswa serta perencanaan pembelajaran yang matang, dapat mencapai tujuan
pembelajaran dengan optimal. Berdasarkan analisis teoritis dapat dirumuskan
hipotesis tidakan sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan rasa percaya
diri siswa kelas II SD Negeri 1 Bojanegara.
2. Penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa SD Negeri 1 Bojanegara pada mata pelajaran matematika
materi perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka.
3. Penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa SD Negeri 1 Bojanegara pada mata pelajaran IPA materi
energi dan perubahannya.
4. Penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa SD Negeri 1 Bojanegara pada mata pelajaran IPS materi