• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK BUAH APEL AFKIR DI DAERAH TUMPANG KABUPATEN MALANG SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSPEK BUAH APEL AFKIR DI DAERAH TUMPANG KABUPATEN MALANG SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

B - 211

PROSPEK BUAH APEL AFKIR DI DAERAH TUMPANG KABUPATEN MALANG SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN

PROSPECTS CULLED APPLES IN TUMPANG REGION AN ALTERNATIVE RENEWABLE ENERGY

Rini Kartika Dewi, Evy Hendriarianti, Boediyanto Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Nasional Malang Jl. Bendungan Sigura-gura no. 2 Malang Telp. 0341 551431

Email : rinikd@yahoo.co.id

Abstrak. Daerah Poncokusumo Tumpang Kabupaten Malang, merupakan salah satu potensi besar penghasil apel

selain Kota Batu. Dengan adanya curah hujan yang tinggi dan perubahan musim yang tidak menentu menjadikan apel yang dihasilkan tidak sesuai dengan kualitas yang diinginkan.. Peneliti mencoba menngunakan apel afkir ini untuk diproses menjadi sumber energi alternatif bahan bakar terbarukan dengan proses Reaksi Simultan Sakarifikasi dan Fermentasi (SSF) yang selanjutnya dilakukan proses destilasi. Waktu dalam Proses Fermentasi yang dilaksanakan selama 7 hari dengan kondisi temperatur 30oC dan pH 4-4.5 sedangkan temperatur destilasi yang digunakan mulai dari 50, 60, 70, 80 oC. Analisa yang dilakukan adalah analisa etanol dengan menggunakan Gas Kromatografi. Dari hasil didapatkan konsentrasi etanol tertinggi adalah sebanyak 30.066 % dengan temperatur 80 oC.

Kata kunci : Apel, Destilasi, Energi Terbarukan

Abstract. Tumpang region is one of great potential producer apples another Batu city. High rainfall and seasonal

changes that make the apples produced does not match the expected quality. Researches used salvage for processing apples into alternative energy renewable fuels with Sacarification Simultan of Reaction process and Fermentation, distillation process is the performed. Fermentation process carried out for 7 days with temperature 30 oC and pH 4-4.5, while the distillation temperature used ranging from 50, 60, 70 and 80 oC. Analysis was performed using analysis of ethanol by Gas Cromatography. Result obtained the highest ethanol concentration was 30.066% with temperature 80 oC.

Keyword : Apples, Distillation, renewable energy

PENDAHULUAN

Kebutuhan bahan bakar minyak bumi semakin terus meningkat, sedangkan

persediaannya terbatas. Oleh karena itu, kita sebagai peneliti perlu adanya upaya atau inovasi untuk mendapatkan sumber energi yang dapat diperbaruhi (renewable) sebagai

(2)

B - 212

alternatif pengganti bahan bakar minyak.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka

penelitian mengenai energi terbarukan harus

selalu terus dikembangkan untuk

mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak maupun untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan. Pada saat ini produk energi alternatif yang berpeluang untuk dikembangkan adalah bioethanol dengan menggunakan bahan biomassa.

Tumpang merupakan daerah potensi

penghasil apel yang terbesar selain batu, karena dengan adanya curah hujan yang tinggi akan menyebabkan merusaknya bunga yang akan menjadi buah, kerusakan yang terjadi sekitar 60 % dari sistem tanaman yang dilakukan oleh petani. Hal ini menyebabkan penurunan hasil panen yang sangat drastis, serta buah dihasilkan memiliki tekstur yang tidak baik, ukuran

yang tidak standar, sehingga sangat

merugikan petani. Selain itu kerusakan apel dapet juga disebabkan hama, sehingga mempengaruhi tampilan dan warna kulit dari apel.

Pada penelitian ini peneliti mencoba memberikan solusi dari permasalahan diatas, dengan metode reaksi Simultan Sakarifikasi dan Fermentasi (SSF) menggunakan bahan baku dari buah apel afkir menjadi bahan bakar alternatif.

BAHAN DN METODE PENELITIAN Alat

Beberapa peralatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah fermentor atau bioreaktor, pH meter, timbangan digital, gelas ukur, beaker glass, autoclave, pipet ukur, corong, blender, magnetic hot plate stirerr, spektrofotometer, Gas Kromatografi.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah apel afkir, aquadest, HCl, beaker yeast, NaOH, Asam sitrat, Na3PO4 pa, Etanol pa, larutan Luff school, KI, glukosa.

Prosedur Penelitian A. Sterilisasi Peralatan

Peralatan yang digunakan disterilkan terlebih dahulu menggunakan proses sterilisasi kering. Sterilisasi dilakukan

dengan Hot Air Oven pada suhu 180 oC

selama 2 jam.

B. Tahap Penelitian

- Mencuci buah apel sampai bersih dan

menimbang sebanyak 500 gram.

- Dipotong kecil-kecil dan ditambah

dengan aqudest sebanyak 800 ml

kemudian dihaluskan dengan

(3)

B - 213

- Dilakukan penyaringan dan filtratnya

dimasukkan ke dalam alat fermentor.

- Menambahkan HCl sampai kondisi pH

larutan berkisar 1 – 2 dengan temperatur

110 oC selama 1 jam.

- Setelah 1 jam diambil sedikit sampel

untuk dialukan analisa glukosa.

- Temperatur kemudian diturunkan

menjadi 30 oC. Setelah temperatur

larutan telah tercapai di cek kembali pHnya. pH yang dibutuhkan untuk proses fermentasi adalah 4 – 4,5 sehingga untuk mencapai pH tersebut ditambahkan HCl atau H2SO4.

- Kemudian ditambahkan nutrisi dan yeast

beaker.

- Selama proses fermentasi kondisi adalah

anaerob. Waktu proses fermentasi adalah selama 7 hari. Dimana sampel diambil setiap hari untuk dilakukan analisa

etanol dengan menggunakan gas

kromatografi.

- Setelah proses fermentasi dilanjutkan ke

proses destilasi dengan temperatur yang bervariasi.

- Kemudian hasil destilatnya dilakukan

analisa etanolnya.

Analisa Glukosa

1. Persiapan kurva standard

- Siapkan larutan glukosa standard (1

mg glukosa anhidrat / ml).

- Encerkan larutan standard tersebut

dalam labu ukur 50 ml, sehingga diperoleh larutan standard dengan kadar glukosa : 2, 4, 6, dan 8 mg/ 100 ml.

- Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih,

masing-masing diisi sengan 2 ml larutan standard tersebut diatas. Satu tabung diisi 2 ml air suling sebagai blanko.

- Masukkan tabung-tabung tersebut

dalam pemanas air yang suhunya dijaga konstan pada 30 oC selama 5 menit.

- Kemudian ke dalam tabung

ditambahkan 1 ml larutan “glocose

test”, catatlah wwktu saat

penambahan larutan tersebut. Untuk ketepatan waktu dianjurkan selang waktu antara penambahan larutan “glocose test” pada satu tabung dengan tabung berikutnya dibuat waktunya sama misalnya 30 detik. Jadi mula-mula tabung pertama, 30 detik kemudian tabung kedua dan seterusnya.

- Tabung-tabung tetap berada pada

pemanas air selama 30 menit (inkubasi).

(4)

B - 214

- Setelah 30 menit sejak saat

penambahan larutan “glocose test”,

reaksi dihentikan dengan

menambahkan 10 ml larutan H2SO4

(1+3). Selang waktu penambahan larutan asam sulfat pada satu tabung dengan tabung berikutnya juga

dibuat sama seperti pada

penambahan larutan “glocose test” di atas, sehingga lamanya inkubasi pada setiap tabung adalah sama yaitu 30 menit.

- Bilas sampai homogen dan

didinginkan sampai mmencapai suhu ruangan.

- Teralah “optical density” (OD)

larutan-larutan tersebut

menggunakan tabung kuvet 1 cm pada panjang gelombang 540 nm.

- Buatlah kurva standard yang

menunjukkan hubungan antara

konsentrasi glukosa dan OD. 2. Penentuan glukosa pada sampel

- Siapkan larutan contoh yang

mempunyai kadar glukosa sekitar 2,5-7,5 mg / 100 ml. Perlu diperhatikan bahwa larutan contoh ini harus jernih, karena itu bila dijumpai larutan contoh yang keruh atau berwarna, maka perlu dilakukan penjernihan terlebih dahulu dengan

menggunakan Pb-asetat atau bubur Aluminium hidroksida.

- Pipetlah 2 ml larutan contoh yang

jernih tersebut ke dalam tabung reaksi yang bersih.

- Masukkan tabung tersebut dalam

pemanas air yang suhunya dijaga konstan pada 30oC selama 5 menit dan selanjutnya diperlakukan sama

seperti pada penyiapan kurva

standard diatas.

- Jumlah glukosa dapat ditentukan

berdasarkan OD larutan contoh dan kurva standard larutan glukosa.

Analisa Etanol

Dengan menggunakan gas kromatografi. Yang terlebih dahulu dilakukan pembuatan kurva standar etanol.

Pembuatan kurva standar menggunakan etanol merck dengan berbagai konsentrasi (% berat).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di

Laboratorium Mikrobiologi Industri dan Teknik Kimia ITN Malang.

Dari penelitian ini, proses awal yang kami lakukan adalah analisa karbohidrat untuk mengetahui kadar karbohidrat dalam buah apel. Hasil yang didapatkan ternyata kandungan karbohidrat yang ada di buah

(5)

B - 215

apel adalah sekitar 38,69%. Selanjutnya proses kami lanjutkan ke proses hidrolisa dengan menggunakan asam HCl.

Tabel 1.Data Hasil Glukosa Dari Proses Hidrolisa

Sampel Perbandingan Konsentrasi

asam Kadar glukosa

1 1:9 1% 80,256 3% 85,099 5% 86,386 7% 87,212 9% 87,212 2 1:10 1% 86,212 3% 80,256 5% 82,445 7% 84,512 9% 82,445 3 1:12 1% 77,792 3% 87,212 5% 86,386 7% 88,228 9% 89,845

Dari hasil penelitian yang kami lakukan, dapat diketahui bahwa dengan semakin banyak jumlah pelarut air (rasio

perbandingan bahan dan air) yang

digunakan dalam proses hidrolisa (proses

dimana terjadi penguraian karbohidrat

menjadi maltose dan glukosa) maka jumlah glukosa yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan dengan jumlah pelarut air yang semakin banyak akan menjadikan

proses ekstraksi karbohidrat yang

terkandung dalam buah apel afkir semakin

cepat. Karbohidrat tersebut apabila

dilakukan proses hidrolisa akan terurai menghasilkan glukosa.

Proses penguraian karbohidrat dalam buah apel afkir dapat dihidrolisa membentuk glukosa, dimana proses tersebut dapat sangat

lambat sekali prosesnya apabila tanpa

perlakuan apapun. Sehingga untuk

mempercepat terjadinya reaksi selain

pengaruh jumlah pelarut yang ditambahkan seperti yang sudah dijelaskan diatas maka

adanya penambahan katalisator juga

merupakan faktor yang mempengaruhi proses hidrolisa. Katalisator yang kami gunakan pada penelitian ini adalah berupa larutan asam HCl, HCl merupakan asam yang bersifat paling kuat sehingga lebih

mudah terionisasi dalam H2O selain itu HCl

juga mempunyai sifat elektronegatifannya lebih besar, sehingga lebih memudahkan terlepasnya ion hidrogen. Karena mudah tidak terlepasnya H+ dipengaruhi oleh sifat keelektronegatifan suatu bahan. Dilihat dari konsentrasi asam yang dipergunakan, maka dari hasil penelitian terlihat semakin tinggi

konsentrasi asam yang ditambahkan

semakin tinggi pula glukosa yang

dihasilkan, hal ini dikarenakan dengan konsentrasi asam yang semakin tinggi akan mempercepat terjadinya reaksi, sehingga menyebabkan konversi karbohidrat menjadi glukosa semakin baik. Selain itu dengan bertambahnya konsentrasi asam sebagai katalis akan menyebabkan tumbukan antara molekul-molekul air dan molekul pati

(6)

B - 216

mengakibatkan energy aktivasi reaksi turun sehingga laju reaksinya semakin cepat.

Tabel. 2. Data Pengamatan Kadar Etanol Hasil Fermentasi

Rasio Bahan :Air

HCl 1 % 3% 5% 7% 9%

Jam Kadar Ethanol (%)

1:9 24 1,102 1,624 3,450 2,340 2,340 48 1,825 2,246 4,567 4,125 4,125 72 2,123 3,562 5,215 5,606 5,606 120 2,561 3,684 5,653 7,237 7,237 148 3,455 4,565 7,235 8,656 8,656 1:10 24 2,240 1,102 1,143 2,300 1,143 48 4,100 1,825 2,105 4,123 2,105 72 5,622 2,123 3,566 5,602 3,566 120 7,453 2,561 4,218 7,384 4,218 148 8,623 3,455 4,402 8,202 4,402 1:12 24 1,250 2,240 2,340 3,800 3,854 48 1,886 4,100 4,125 5,202 5,503 72 1,886 5,622 5,606 7,804 8,022 120 2,105 7,453 7,237 9,125 10,502 148 2,456 8,623 8,656 10,480 11,602

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa

semakin besar jumlah glukosa yang

dihasilkan didapatkan kadar ethanol yang

besar pula. Sehingga bisa dikatakan

konsentrasi asam meruapakan salah satu

faktor yang mempengaruhi perubahan

karbohidrat menjadi glukosa yang diproses lebih lanjut menjadi ethanol. Dilihat dari waktu fermentasi maka semakin lama semakin besar ethanol yang dihasilkan, hal ini dikarenakan mikroorganisme atau beaker yeast yang ditambahkan berkembang biak dengan baik dan mampu merombak glukosa yang ada dalam sampel menghasilkan

produk ethanol. Di dalam proses fermentasi ethanol selain jenis mikroorganisme juga dipengaruhi oleh suhu, pH, waktu reaksi, nutrisi yang ada dalam bahan. Pada penelitian ini kondisi proses fermentasi dijaga pada suhu 30 oC dan pH 4,5 dengan kondisi anaerobik

Jumlah beaker yeast yang ditambahkan dalam penelitian ini adalah 4,5 gram. Dikarenakan apabila jumlah beaker yeast yang ditambahkan terlalu sedikit, maka hanya sedikit glukosa yang dapat dirubah menjadi ethanol atau bisa juga substrat yang

ada masih banyak sehingga produk

ethanolnya kecil. Begitu juga apabila jumlah beaker yeast yang ditambahkan terlalu banyak tidak akan dihasilkan ethanol yang tinggi, karena akan menghambat perubahan glukosa menjadi ethanol. Sehingga jumlah beaker yeast yang ditambahkan pada penelitian sudah cukup yaitu apabila mikroorganisme yang ditambahkan tidak melebihi dari jumlah substrat yang ada maka hasil fermentasi akan terus meningkat hingga pada suatu titik optimum (jumlah mikroorganisme sama dengan substrat), karena kemudian hasil fermentasi akan turun setelah terjadi fase stasioner atau konstan yang kemudian fase kematian, hal ini sesuai dengan kurva pertumbuhan mikrrorganisme.

(7)

B - 217

Reaksi yang terjadi dalam proses fermentasi adalah :

C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2

Pada penelitian ini hasil ethanol tertinggi yang didapatkan adalah 11,602 %.

Dari hasil fermentasi yang tinggi kemudian dilanjutkan ke proses destilasi dengan

berbagai variasi temperatur, ternyata

didapatkan hasil yang paling optimal adalah

pada 80 oC yaitu sebesar 30,066 %.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa :

1. Perbandingan antara bahan dan air

(jumlah pelarut) juga berpengaruh

terhadap glukosa, hasil glukosa yang tinggi didapatkan pada perbandingan 1:12.

2. Konsetrasi asam juga mempengaruhi

hasil glukosa, semakin tinggi konsentrasi asam maka semakin tinggi pula glukosa

yang dihasilkan. Glukosa tertinggi

didapatkan pada konsentrasi asam 9%.

3. Pada proses fermentasi waktu fermentasi

mempengaruhi hasil ethanol yang

didapatkan..

4. Pada proses destilasi temperature juga mempengaruhi etanol yang dihasilkan.

UCAPAN TERIMA KASIH

- Kami sangat bersyukur dengan adanya

dana hibah desentralisasi 2014 dari DIKTI maka kami dapat melaksanakan penelitian ini.

- Kepada Institut Teknologi Nasional

(ITN) Malang

- Kepada Jurusan Teknik Kimia ITN dan

teman-teman Dosen

- Serta Mahasiswa/I yang membantu

kelancaran penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. D. Endah Retno, K.A. Enny, Fadilah,

2009, Studi Awal Reaksi Simultan

Sakarifikasi dan Fermentasi Tepung Sorgum ( Sorghum Bicolor L. Moench) Dengan Katalis Enzim Glocoamylase dan Yeast (Saccharomyces cereviseae),

Seminar Nasional Teknik Kimia

Indonesia – SNTKI, Bandung

2. Dewi, R.K., 2008, Kinetika Dehidrasi

Ethanol Untuk Ethanol Sebagai Energi

Alternatif Bahan Bakar, Seminar

Nasional Universitas Diponegoro

3. Permatasari, Shella. 2011.

Pemanfaatan Kulit Singkong sebagai

Bahan Baku Pembuatan Sodium

Karboksimetil Selulosa”. Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol. 11, No. 3, 2012, 124-131

(8)

B - 218

4. Samsuri M. dkk, 2007, Pemanfaatan

Sellulose Bagas Untuk Produksi Ethanol melalui Sakarifikasi Dan Fermentasi Serentak Dengan Enzim Xylanase, Makara Teknologi vol 11 No. 1.

5. T. Neelakandan, G. Usharani, C. Sekar,

2010, Bioethanol Production From

Cashew Juice Using Saccharomyces cerevisiae, International Journal of Current Research, vol.11, ISSN 0975-833X

Gambar

Tabel 1.Data Hasil Glukosa Dari Proses Hidrolisa

Referensi

Dokumen terkait

Dari persamaan regresi di atas diketahui bahwa nilai konstanta adalah - 8,257, jika hasil penelitian ini diterjemahkan secara kuantitatif, dapat diartikan bahwa

Artikel ini mengkaji tentang nasionalisme dan digitalisasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Nasionalisme yang dimaksudkan dalam penelitian ini terkait dengan bentuk

Pemilu Tahun 2014 untuk masing-masing Partai Politik pada 7 (tujuh) daerah pemilihan dalam susunan Daftar Calon Tetap Anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya pada Pemilu

Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi pada struktur sel epidermis, stomata, densitas dan kerapatan stomata pada 12 kultivar Brokoli (Brassica oleracea L.)

Konsumsi RAM server saat idle adalah 54 MB, sedangkan konsumsi RAM untuk satu proses aplikasi server setelah melayani permintaan untuk halaman peta dan

bahwa sehubungan dengan kebijakan pemerintah terhadap harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disesuaikan perkembangan situasi harga minyak bumi internasional yang

8.2.1 : Dipilih dan diisi prosedur penetapan bentuk evaluasi lembaga sesuai dengan jawaban yang telah tersedia & lampirkan bukti. 8.2.2 : Dipilih dan diisi prosedur