IMPLIKASI RITEL MODERN DAN REVITALISASI KOPERASI INDONESIA Randi Dwi Anggriawan
Universitas Brawijaya Malang
Abstract
Capitalist economic system is a threat to the Indonesian people as opposed to economic system of Pancasila. Capitalist system in Indonesia is one example of an emerging franchises like Indomaret and Alfamart that meets all areas including rural areas. In practice this franchise system can be deadly micro economic sector, so the presence of modern retailers should be governed by the policies that are not one-sided so that the spread of modern retailers can be regulated and micro-economic welfare can be increased. One example of the solution is to promote cooperative economic system that has the purpose of public welfare.
Key Words : Capitalist system, Micro economic, Retailers
Kemiskinan di Indonesia masih belum dapat teratasi, sebagai negara berkembang
kemajuan adalah tujuan utama. Namun kemajuan yang seperti apakah yang diharapkan?
Kemajuan yang memodernisasi diri ataukah mengembangkan ekonomi yang berpihak pada
masyarakat terutama masyarakat kelas menengah ke bawah? Pertanyaan ini masih terasa
ambigu dan masih belum ada jawaban yang pasti.
Fakta dilapangan mengatakan bahwa hingga saat ini Indonesia mengalami
perkembangan yang sangat pesat terutama di bidang pembangunan, namun tidak diimbangi
dengan perkembangan tingkat pendapatan rakyat kelas menengah ke bawah. Banyak
bangunan-bangunan yang kini telah memenuhi hampir semua area perkotaan bahkan tak
jarang juga ditemui di area perdesaan, contohnya seperti pembangunan gerai-gerai
minimarket yang katanya mendatangkan modernisasi di kalangan rakyat menengah ke
bawah. Namun apa yang terjadi? Pembangunannya tidak diimbangi dengan kemajuan
perekonomian rakyat disekitarnya. Banyak rakyat yang mengeluh akan hadirnya gerai-gerai
minimarket seperti Alfamart dan Indomart dikarenakan mematikan roda perekonomian rakyat
kecil menengah. Justru inilah yang mengakibatkan kemunduran tingkat perekonomian suatu
Indomaret dan Alfamart mulai menjamur sejak 2006 hingga sekarang. Pertumbuhan
Alfamart luar biasa, saat ini sudah mencapai lebih dari 2.779 gerai, seperti hendak
mengimbangi pertumbuhan jumlah gerai Indomaret pesaing utamanya yang juga tumbuh
pesat. Saat ini Alfamart telah berkembang di sepanjang pulau jawa dan Lampung dari total
jumlah tokonya yang telah mencapai 2.505 (Juni 2008), 532 toko diantaranya merupakan
toko waralaba. Hingga Mei 2010, jumlah gerai Alfa sebanyak 4.000 gerai.
Toko-toko waralaba tersebut telah dimiliki oleh masyarakat, yang terdiri atas
individu, organisasi sosial, BUMN, Universitas, Pondok Pesantren, dan masih banyak lagi.
Pesatnya pertumbuhan usaha ritel modern melalui jejaring waralaba di Metropolis
dikhawatirkan bakal mematikan usaha pedagang ritel tradisional. Oleh karena itu, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) harus memberikan perlindungan kepada pengusaha kecil
tersebut.
Alasan mengapa pedagang tradisional perlu diproteksi ialah jika usaha waralaba tersebut
dibiarkan menjamur, dikhawatirkan lambat laun pedagang ritel tradisional akan habis
tergusur akibat tidak mampu bersaing dengan ritel modern. Bisa menimbulkan masalah baru,
pengangguran.
Sebagai acuan untuk membuat aturan tersebut, pemerintah bisa menggunakan
perangkat hukum yang ada yaitu Peraturan Presiden Nomor : 112/Tahun 2007 tentang Pasar
Modern. Kemudian Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53 Tahun 2008 tentang
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Dalam Permendag Nomor 53/2008 tersebut ditegaskan tentang aturan pengenaan
potongan harga reguler, potongan harga tetap, potongan harga khusus, potongan harga
promosi, dan biaya promosi. Permendag jelas akan membatasi gerak ritel modern yang
sering melakukan banting harga sehingga merugikan kelangsungan hidup pasar tradisional.
Meningkatnya jumlah pengangguran pun bisa berdampak pada naiknya angka
kriminalitas di suatu daerah. Oleh karena itu perlu ada koridor untuk usaha ritel modern.
Maksudnya, ada daerah tertentu yang tidak boleh dimasuki atau dibangun ritel modern dan hanya diperuntukkan bagi ritel tradisional seperti daerah pelosok atau perkampungan. “Jadi di daerah tersebut ritel modern jangan masuk, sehingga ritel tradisional dapat terus hidup dan
Menjamurnya gerai-gerai Alfamart dan Indomart di wilayah perdesaan semakin
menyesakkan perekonomian rakyat menengah kebawah terutama yang memilki ritel-ritel
tradisional. Konsumen akan lebih menyukai Alfamart ataupun Indomart lantaran seringnya
membanting harga jauh di bawah harga yang dipatok oleh ritel-ritel tradisional. Jika hal ini
dibiarkan terus-menerus maka tak dapat dihindari akan banyaknya warung-warung bangkrut
dan akhirnya gulung tikar. Selanjutnya dapat mengakibatkan peningkatan jumlah
pengangguran di daerah perdesaan.
Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di
daerah perdesaan masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan, sama seperti
Maret 2011. Pada Maret 2012, nilai Indeks Kedalaman kemiskinan (P1) untuk perkotaan
hanya 1,40 sementara di daerah perdesaan mencapai 2,36. Nilai Kedalaman Kemiskinan (P2)
untuk perkotaan hanya 0,36 sementara di daerah perdesaan mencapai 0,59. Dapat
disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih buruk dari daerah
perkotaan.
Inilah praktek monopoli yang semakin berkembang di Indonesia, tidak ada proteksi
terhadap ancaman kemelorotan tingkat perekonomian masyarakat karena dalam prakteknya
ritel-ritel modern mengkumandangkan jargon-jargon perbaikan sistem ekonomi indonesia.
Padahal sebenarnya justru menjadi ancaman cita-cita yang diharapkan oleh bangsa indonesia
menuju sistem perekonomian kerakyatan.
Kapitalisme telah mendominasi perekonomian indonesa dan pengaruhnya yang begitu
himpitan ekonomi. Kapitalisme hanya berpihak pada ego individu, sedangkan Negara
Indonesia menganut sistem ekonomi kerakyatan yang artinya kesejahteraan bagi semua
kalangan tak terkecuali masyarakat miskin. Hal ini juga tak sesuai dengan pedoman falsafah yang sudah lama dianut yaitu pancasila sila “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Seperti dikutip dalam sebuah penelitian oleh seorang mahasiswa pascasarjana
Universitas Pembangunan Nasional, Djoko Susanto, Preskom PT Sumber Alfaria Trijaya
(SAT) pengelola jaringan ritel minimarket Alfamart berkata “Jangan bermain di supermarket, apalagi hypermarket. Persaingannya sangat ketat, jaringan mereka sudah berskala internasional dan bargaining power-nya sangat kuat”. Apakah kondisi seperti ini yang diharapkan oleh masyarakat Indonesia? Tidak, terutama bagi masyarakat
perdesaan. Kehadirannya bukan malah menambah tingkat pendapatan, namun memperparah
kondisi ekonomi suatu wilayah karena matinya kehidupan ritel-ritel tradisional.
Lalu bagaimana mengatasi persoalan yang menyangkut hajat hidup orang banyak ini?
Salah satunya kembali pada kebijakan pemerintah dalam menetapkan aturan-aturan operasi
usaha modern. Perlunya kajian ulang mengenai sistem usaha modern yang dapat berdampak
buruk bagi sistem perekonomian sosial kemasyarakatan, yaitu sistem ekonomi kapitalis.
Sistem ini tak boleh menguasai pasar Indonesia karena tidak sesuai dengan sistem ekonomi
dan kebudayaan bangsa.
Peran serta ego dalam penguasaan pasar baik pasar modern maupun pasar tradisional
akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat serta mudah terciptanya konflik antar
pedagang. Kapitalisme menimbulkan sikap saling membunuh antar pedagang.
Sistem kapitalis yang diberikan memang memilki keuntungan yang besar bagi
penganutnya, namun sistem ini justru bertolak belakang dengan makna kerja sama, tolong
menolong, serta gotong royong dalam pengembangan tingkat perekonomian yang dilakukan
secara bersama oleh semua sektor ekonomi.
Solusi yang dapat dilakukan adalah penataan ulang Undang-Undang bagi ritel
modern, hal ini untuk melindungi pasar tradisional dan produk dalam negeri. Ketua Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Tadjuddin Noer, Senin (9/7) mengatakan, ada banyak
hal yang perlu diatur dalam ritel modern agar perekonomian berjalan seimbang. Menurutnya,
kemunduran pasar rakyat. “Ritel modern itu usaha jasa, kalau pasar tradisional itu perdagangan,” ujarnya. Selain penegakan kembali pondasi ekonomi kerakyatan negara ini juga perlu mendapat perhatian lebih terutama merevitalisasi koperasi yang ada saat ini.
Hadirnya koperasi ditengah-tengah era kapitalisme yang mulai tumbuh di
perekonomian Indonesia saat ini tentunya membutuhkan perhatian khusus oleh semua
kalangan terutama pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Koperasi merupakan gerakan
ekonomi rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
melandaskan kegiataannya pada prinsip-prinsip Koperasi. Sebagai gerakan, Koperasi
menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan kerja sama antar anggotanya yang
sangat diperlukan untuk mewujudkan tujuan utamanya, yaitu meningkatkan
kesejahteraan para anggotanya dan kemakmuran masyarakat. Hal ini juga tertuang dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 mengenai Perkoperasian Bahwa
Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berperan serta
untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Hal ini juga tertuang
dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian
bahwa koperasi baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berperan
serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh koperasi berdasarkan undang-undang no 25
tahun 1991 tentang perkoperasian ialah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian Nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945.
Ekonomi rakyat pada umumnya usaha mikro yang merupakan sektor ekonomi yang
digeluti oleh rakyat kebanyakan seperti anggota koperasi primer, pedagang kaki-lima, penjual
sayur, petani kecil, dan usaha rumah tengga sebagai usaha mikro. Mengingat pentingnya
sektor usaha mikro yang telah tergabung dalam koperasi, maka gerakan koperasi harus
menjadi prioritas pembinaan dan pengembangan usahanya, karena usaha demikian dapat
kalau sektor mikro yang tergabung dalam koperasi mendapatkan perhatian untuk lebih
dikembangkan sehingga benar-benar dapat menjadi penyangga utama perekonomian
nasional.
Kondisi koperasi saat ini jauh dari nampak akibat pergeseran kapitalisme yang mulai
tumbuh dan menguasai pasar Indonesia. Padahal keberadaannya sangat diperlukan untuk
kemajuan ekonomi di sektor ekonomi mikro, karena koperasi berprinsip pada keseimbangan
antara ekonomi kelas atas dan ekonomi kelas bawah. Fakta dilapangan menunjukkan koperasi
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, namun hal ini tidak diimbangi dengan tumbuh
pesatnya jaringan-jaringan warlaba yang justru mengalahkan dan mengurangi minat
masyarkat untuk bersosialisasi dengan koperasi dengan alasan banyaknya tawaran yang
menggiurkan yang diberikan oleh jaringan waralaba. Salah satunya mengenai kenyamanan
dan hemat dalam berbelanja yang ditawarkan oleh 2 ritel modern seperti Indomaret dan
Alfamart.
Beberapa hal perlu diperbaiki dalam penataan ulang kebijakan mengenai pendirian
ritel-ritel modern yang kini terus menjamur yaitu salah satunya dengan menggalakkan sistem
ekonomi koperasi. Kebijakan pengaturan koperasi untuk memulihkan keadaan yang mulai
menyimpang dari tujuan sistem ekonomi pancasila yang sejak lama di dambakan oleh
Indonesia demi terciptanya perekonomian yang maju dan seimbang antar berbagai sektor.
Pemerintah sebagai penggerak utama dan penentu arah perekonomian harus lebih
mengedepankan prinsip sosial kemasyarakatan.
Berdasar perkembangan koperasi, permasalahan dan citra masyarakat terhadap
koperasi maka perlu reorientasi tentang koperasi yang dapat mengembangkan pengertian yang
benar tentang jati diri koperasi. Jati diri koperasi, artinya Koperasi dikembangkan berdasarkan
nilai-nilai dasar dan prinsip koperasi.
Untuk kembali ke jati diri koperasi adalah memperbaiki praktek Koperasi dengan
maksud untuk meningkatkan kemampun internalnya, pengembangan sistem manajemen
koperasi yang memungkinkan tumbuhnya profesionalisme,
pengembangan system pemodalan yang sesuai keperluan untuk menjalankan kegiatan koperasi
di sektor keuangan dan di sektor riil dan pengembangan Koperasi sekunder dan unit bisnis
koperasi yang mampu berperan dalam kehidupan perekonomian masyarakat disamping
menunjang koperasi primer yang menjadi anggotanya. Revitalisasi Koperasi mencakup
aspek kelembagan Organisasi, anggota maupun dari aspek usaha.
Revitalisasi harus dimulai dari tujuan, karena tujuan dapat membawa kepada
derivasinya, yaitu menetapkan misi, organisasi, rencana usaha, proses pengambilan keputusan,
langkah pelaksanaan, kepemimpinan, pengendalian dan penilaian kinerja organisasi. UU N0.
25 tentang perkoperasian telah menyebutkan tujuan koperasi untuk memajukan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasla dan UUD 1945 . Hanya dalam praktek terjadi ketidak-sesuaian antara rumusan tujuan dan kenyataan dalam prakteknya. Hal hal yang perlu dilakukan dalam
membangkitkan kembali koperasi dapat disebutkan sebagai berikut dengan mengurai lebih
lanjut dari strategi yang telah disebutkan di atas:
Pertama, Meningkatkan kemampuan inter nal. Strategi ini menjadi strategi utama agar lebih mampu memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi dan sosial aggota dan mampu berperan
sebagai kekuatan penyeimbang dalam ekonomi pasar. Faktor internal koperasi adalah SDM
yang mencakup, pengurus, anggota dan karyawan yang meyakini ideologi koperasi, semangat
kerjasama, serta mewujudkan visi koperasi, misi dan tujuan koperasi dan sasaran yang dicapai.
Kedua, Kelembagaan koperasi. Struktur kelembagan koperasi yang menunjukkan kesatuan kegiatan koperasi dan anggotanya. Sebagai organisasi bisnis merupakan usaha bersama, fungsi
kegiatan ekonomi individual diintegrasikan dan diserahkan penyelengggaran kepada
organisasi koperasi agar terjadi sinergi yang lebih baik dari kegiatan ekonomi secara
individual.
Ketiga, Partisipasi anggota sebagai pemilik maupun pelanggan menjadi kekuatan koperasi. Karena itu pembinaan koperasi tidak hanya d iarahkan kepada organisasi dan perusahaan
koperasinya saja, tetapi pembinaan harus dilakukan terhadap anggota dan atau calon anggota
karena merupakan langkah awal untuk meningkatkan anggota yang berkualitas yang mampu
Jadi perekonomian indonesia yang mengikuti falsafah pancasila harus tetap di
pertahanakan, bukan dengan cara mendukung sistem ekonomi kapitalis yang justru dapat
menyengsarakan rakyat kecil. Untuk itu permasalahan mengenai maraknya gerai-gerai
Indomaret dan Alfamart perlu di kaji ulang mengenai kebijakan pendirian dan penyebarannya
khususnya di wilayah perdesaan yang mayoritas penduduknya menopang perekonomiannya
di sektor ekonomi mikro. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan perlu memperhatikan
keberadaan ekonomi mikro sehingga tidak mati oleh adanya ritel-ritel modern yang memilki
beberapa kelebihan dibanding ritel-ritel tradisional. Pemerintah perlu menerapkan
pembatasan pembagunan serta penyebaran waralaba-waralaba pada wilayah tertentu sehingga
keseimbangan antar sektor perekonomian dapat tercipta serta kesejahteraan.
Daftar Pustaka
Berita Resmi Statistik. Badan Pusat Statistik. Profil Kemiskinan Di Indonesia Maret 2012. No. 45/07/Th. XV, 2 Juli 2012
Hukumonline.com. 2012. Indonesia Butuh UU Ritel Modern. Online. ( http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4ffa98d87abbc/indonesia-butuh-uu-ritel-modern. diakses 6 November 2012)
Modul 2. Membangkitkan Kembali Koperasi Sebagai Pilar Ekonomi Masyarakat. Online. ( http://tasrifin.dosen.narotama.ac.id/files/2011/05/Modul-KUMKM-2-Membangkitkan-Kembali-Koperasi-sebagai-Pilar-Ekonomi-Masyarakat.pdf. diakses tanggal 6 November 2012).
Rima. 2010. Ritel Modern Kepung Daerah, Pemerintah Diam Saja, Kapitalisme pun Merajalela, Rakyat Kecil Jadi Korbannya. Online. ( http://2js8ea.bay.rimanews.com/read/20100923/2920/ritel-modern-kepung-daerah-pemerintah-diam-saja-kapitalisme-pun-merajalela-rakyat. diakses tanggal 6 November 2012)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.
Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
(http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3mnpdf/204111033/bab4.pdf. diakses tanggal 6 November 2012)
BIODATA PRIBADI
NAMA LENGKAP Randi Dwi Anggriawan
TEMPAT/TANGGAL LAHIR Jember/01 Agustus 1991
ALAMAT Jalan Raya Raung RT/RW 2/16, Mayang - Jember
ASAL
INSTANSI/JURUSAN/ANGKATAN Universitas Brawijaya/MSP/2011
FAKULTAS/UNIVERSITAS Perikanan dan Ilmu Kelautan/Brawijaya Malang
NOMOR TELEPON/SELULER 0896 8080 4787
EMAIL dwirandi@gmail.com
JUDUL TULISAN
Implikasi Ritel Modern dan Revitalisasi Koperasi