• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL AKSELERASI PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI Banda Aceh, 4 s.d. 5 November 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING SEMINAR NASIONAL AKSELERASI PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI Banda Aceh, 4 s.d. 5 November 2020"

Copied!
275
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

AKSELERASI PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI

Banda Aceh, 4 s.d. 5 November 2020

Penanggung Jawab

Ketua STKIP Bina Bangsa Getsempena Dr. Lili Kasmini, S.Si., M.Si.

Penasehat Dr. Musdiani, M.Pd. Mik Salmina, M.Mat Ully Muzakir, M.T. Cut Marlini, M.Pd.

Fitriati, M.Ed.

Ketua Penyunting

Ketua LPPM STKIP Bina Bangsa Getsempena Intan Kemala Sari, M.Pd.

Editorial Assistant

Yusrawati JR Simatupang, M.Pd. Achyar Munandar, S.Kom.

Yuni Afrizal

Alamat Redaksi

Kampus STKIP Bina Bangsa Getsempena

Jalan Tanggul Krueng Aceh No. 34, Desa Rukoh – Banda Aceh Laman: www.stkipgetsempena.ac.id/

Surel: lemlit@bbg.ac.id

Penerbit:

(3)

ii

Prosiding Seminar Nasional

Tema

: Akselerasi Pembelajaran Di Masa Pandemi

Judul

:Perhatian Dunia Akademik Tentang Pentingnya Penggunaan

Berbagai Strategi Pembelajaran Di Tengah-Tengah

Pandemic

Covid 19

Steering Comittee

Intan Kemala Sari, M.Pd. (The Chair)

Yusrawati JR Simatupang, M.Pd. (The Secretary)

Opening Speaker

Dr. Lili Kasmini, S.Si., M.Si.

Keynote Speaker

Prof. Dr. M. Syarif Sumantri

Reviewers

Dr. Musdiani, M.Pd. Dr. Maulizan, M.Pd. Dr Isthifa Kemal, M.Pd. Dr. Syarfuni M.Pd. Mik Salmina, M.Mat Ully Muzakir, M.T. Cut Marlini, M.Pd. Fitriati, M.Ed. Rika Kustina, M.Pd. Zaki Al Fuad, M.Pd. Fitriah Hayati, M.Ed. Sri Wahyuni, M.Pd. Ahmad Nasriadi, M.Pd. Zikrurrahmat, M.Pd. Didi Yudha Pranata, M.Pd.

Editor

Intan Kemala Sari, M.Pd.

Publisher

NATURAL ACEH

Jalan Tgk. Adee II, No. 8. Gp. Doy, Kec. Ulee Kareng, Kota Banda Aceh 23117

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang terus mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, serta dengan izin-Nya Seminar Nasional Pendidikan Tahun 2020 dengan tema “Akselerasi Pembelajaran di Masa Pandemi” telah terlaksana dengan baik. Tema tersebut dipilih dengan alasan memperkuat judul “Perhatian Dunia Akademik Tentang Pentingnya Penggunaan Berbagai Strategi Pembelajaran Di Tengah-Tengah Pandemic Covid 19”.

Seminar Nasional Pendidikan ini diikuti oleh peneliti-peneliti dari berbagai bidang ilmu yang telah membahas berbagai bidang kajian dalam bidang pendidikan. Para peneliti/ pemakalah berasal dari berbagai instansi. Kegiatan ini dilaksanakan secara virtual dengan menggunakan aplikasi Zoom Meeting. Para peneliti mempresentasikan hasil penelitian secara virtual yang berlangsung selama 2 hari. Hasil seminar tersebut kemudian didokumentasikan dalam prosiding ini.

Seminar Nasional Pendidikan ini dapat terlaksana dengan sukses atas bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu kami ucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu terselenggaranya kegiatan ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan prosiding Seminar Nasional Pendidikan ini sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan. Semoga prosiding ini bermanfaat bagi para pembaca dan pihak yang memerlukan.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh, Pemakalah, Peserta, Panitia, dan Sponsor yang telah berupaya menyukseskan Seminar Nasional Pendidikan ini. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa meridhoi semua usaha baik kita.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Banda Aceh, Oktober 2020

(5)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

Dewan Redaksi i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Haris Munandar 1

Pengembangan Instrumen Penilaian Psikomotorik Berbasis Peer Assessment Untuk Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa Program Studi PGSD

Pada Kegiatan Praktikum IPA

Zaki Al Fuad 21

Pembelajaran Daring Dalam Perspektif Orang Tua

(Survei Terhadap Orang Tua Siswa SD Di Kota Banda Aceh Dan Aceh Besar)

Mulyadi Syahputra dan Salwa Chaira 38

Strategi Guru Dalam Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pembelajaran Bahasa Inggris Melalui Asian Parliamentary Debate System

Dellysa Fachriani, Intan Kemala Sari, dan Ahmad Nasriadi 50

Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri 3 Banda Aceh

Yusrawati JR Simatupang 66

Analisis Persepsi Siswa SMP Di Banda Aceh Tentang Kegiatan Literasi

Cut Marlini 80

Analisis Kebutuhan Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Menulis

Permulaan Menggunakan Pendekatan Proses Siswa Kelas I SDN Kajhu Aceh Besar

Lina Ameliadan Fitriah Hayati 89

Pengembangan Modul “Belajar Dari Rumah” Dalam Mendampingi Pembelajaran Anak Usia Dini Dimasa Pandemi Covid 19 Di Kota Banda Aceh

Nanda Saputradan Syarifah Rahmi 96

Penerapan Model NHT Berbantu Video Stop Motion Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MIN 5 Pidie

Fitriati dan Satria Prayudi 107

Analisis Persepsi Dan Praktik Pembelajaran Pendidik Guru Matematika Yang Berorientasi Pada Kecakapan Abad 21

(6)

v

Iqbaldan Desi Riska Susanti 121

Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Dan Think Pair Shared Terhadap Hasil Belajar IPA Di Kelas IV SD Di Tinjau Dari Motivasi Belajar Siswa

Fitriani 130

Pendidikan Kearifan Lokal Untuk Anak Usia Dini Melalui Tari Ranup Lampuan Pada Anak Di TK Al Wasliyah Kota Banda Aceh

Yunita Panca Putri dan Rahmawati 146

Penggunaan Aplikasi Edmodo Dalam Pembelajarandi MTs Nurul Hidayah Gandus Palembang

Rika Kustina 157

Bentuk Pergeseran Bahasa

Munzir, Irfandi, dan Zikrur Rahmat 167

Pengembangan Model Bahan Ajar Dalam Permainan Bola Basket Untuk Meningkatkan Keterampilan Para Siswa SMP Negeri 18 Kota Banda Aceh

Rahmattullah 184

Kajian Pemahaman Mahasiswa STKIP BBG Tentang Dampak Social Distancing Terhadap Pemulihan Ekonomi Masa New Normal Pandemi Covid 19

Rismawati 192

Nasionalisme Dan Digitalisasi Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Mardhatillah,Siti Mayang Sari, Herman Dwi Surjono, danAli Muhtadi 205 Validitas Silabus Model Pembelajaran Tematik Berbasis Gender Dan Kebhinekaan Terintegrasi ICT Di Sekolah Dasar

Didi Yudha Pranata 213

Olahraga Bersepeda Masyarakat Kota Banda Aceh Pada Masa Pandemi Covid-19

Ayi Teiri Nurtiani 221

Perencananaan Pembelajaran Paud Di Masa Pandemi Covid 19

Teuku Mahmud 233

Efektivitas Model Pembelajaran Quantum Learning Terhadap Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas X Sma Inshafuddin Banda Aceh

Hendra Kasmi 249

Pendidikan Karakter Pada Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk Siswa SMP Kelas X

Helnita 257

(7)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Tahun 2020

Akselerasi Pembelajaran Di Masa Pandemi STKIP Bina Bangsa Getsempena, Banda Aceh

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTORIK BERBASIS PEER ASSESSMENT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PGSD

PADA KEGIATAN PRAKTIKUM IPA Haris Munandar*1

1STKIP Bina Bangsa Getsempena Abstrak

Kegiatan penilaian merupakan proses untuk mendapatkan umpan balik terhadap keberhasilan suatu tindakan. Salah satu bentuk penilaian adalah penilaian aspek keterampilan atau aspek psikomotorik. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrument penilaian psikomotorik berbasis peer assessment yang bisa digunakan pada kegiatan praktikum IPA. Desain penelitian yang digunakan disini adalah penelitian pengembangan dengan model 4D yaitu Define, Design, Develope dan Disseminate. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang dilakukan pada tahap define diperoleh informasi bahwa Instrumen penilaian psikomotorik sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum IPA. Pada tahap design akan dilakukan sebuah perancangan draft awal lembar instrument penilaian disesuaikan dengan tahapan-tahapan yang terdapat dalam kegiatan praktikum IPA. Pada tahap development akan dilakukan tahap pengembangan lembar instrumen melalui kegiatan validasi para ahli dan uji coba lapangan terbatas. Tahap disseminate yang merupakan tahap terakhir, yaitu dilakukan penyebarluasan produk pada sampel yang lebih banyak. Hasil respon yang diperoleh dari peserta didik menunjukkan bahwa seluruh peserta didik yang dilibatkan merasa lebih mudah dalam melaksanakan proses penilaian dengan berbasis peer assessment. Mereka dapat memanfaatkan waktu dengan baik dalam proses penilaian sehingga kegiatan praktikum IPA dapat berjalan maksimal. Setiap peserta didik yang berperan sebagai praktikan juga terlihat bersemangat melakukan kegiatan praktikum karena mengetahui bahwa mereka sedang dinilai secara langsung, sehingga proses penilaian menjadi lebih objektif.

Kata Kunci: Instrumen, Aspek Psikomotorik, Peer Assessment, Praktikum IPA Abstract

Assessment activity is a process to get feedback on the success of an action. One form of assessment is the assessment of skills or psychomotor aspects. This study aims to develop a peer assessment based psychomotor assessment instrument that can be used in science practicum activities. The research design used here is development research with the 4D model, namely Define, Design, Develop and Disseminate. Based on the results of the needs analysis carried out at the define stage, information is obtained that psychomotor assessment instruments are needed in the implementation of science practicum activities. At the design stage, an initial draft of the assessment instrument sheet will be designed according to the stages contained in the science practicum *correspondence Addres

(8)

activity. At the development stage, the instrument sheet development stage will be carried out through expert validation activities and limited field trials. The disseminate stage, which is the last stage, which is to distribute the product to more samples. The results of the responses obtained from students showed that all students involved felt it was easier to carry out the assessment process based on peer assessment. They can make good use of their time in the assessment process so that science practicum activities can run optimally. Each student who acts as a practitioner also looks eager to carry out practicum activities because they know that they are being assessed directly, so the assessment process becomes more objective.

Keywords: Instruments, Psychomotor Aspects, Peer Assessment, Science Practicum PENDAHULUAN

Proses evaluasi merupakan salah satu bagian penting dalam dunia pendidikan. Evaluasi merupakan upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang objektif dalam pengambilan keputusan. Penilaian kelas dilakukan dengan melalui berbagai teknik seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian tertulis (paper and pencil test) atau lisan, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil karya (portofolio) dan penilaian diri. Untuk mengukur aspek psikomotorik siswa dapat dilakukan dengan penilaian unjuk kerja (Budi, 2014).

Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Mata pelajaran IPA mengajak langsung siswa untuk mengenal langsung alam sekitar melalui beberapa pendekatan yang bisa membangun konstruksi pemikiran peserta didik tentang alam. Kegiatan praktikum merupakan salah satu kegiatan yang bisa dilakukan untuk membangun pemahaman mahasiswa dalam penerapan konsep-konsep IPA.

(9)

Permasalahan yang muncul adalah kesulitan yang dialami oleh pendidik dalam melakukan proses penilaian psikomotorik pada kegiatan praktikum yang diikuti oleh para peserta didik dalam jumlah yang banyak, baik dari segi efisiensi waktu dan juga objektivitas dari proses penilaian tersebut. Oleh karena itu diperlukan strategi penilaian kinerja peserta didik yang memungkinkan dilakukan oleh setiap peserta didik. Salah satu strategi yang dapat membantu pendidik dalam menilai kinerja peserta didik pada kegiatan praktikum yaitu dengan menggunakan teknik peer assessment (penilaian teman sejawat). Peer assessment merupakan penilaian antar peserta didik dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi.

Menurut Muslich (2014) salah satu aspek penting dari implementasi praktikum di sekolah saat ini adalah tentang penilaian. Penilaian hasil praktikum peserta didik yang hanya dilakukan oleh pendidik memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan tersebut diantaranya adalah kesulitan yang dialami oleh pendidik untuk memperhatikan secara teliti terhadap evaluasi hasil praktikum pada masing-masing peserta didiknya. Hal ini menyebabkan luputnya perhatian pendidik terhadap penilaian hasil produk praktikum pada sebagian peserta didik. Jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas menyebabkan guru hanya mampu menilai kemampuan kinerja siswa secara berkelompok. Oleh karena itu diperlukan strategi penilaian kinerja siswa yang memungkinkan dilakukan terhadap individu siswa. Salah satu strategi yang dapat membantu guru dalam menilai kinerja siswa pada kegiatan praktikum yaitu dengan teknik peer assessment. Peer assessment atau penilaian antar teman adalah proses dimana siswa dilibatkan dalam penilaian kinerja siswa lain yang tingkatannya sama.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, diperlukan solusi dari permasalahan yang terkait dengan instrumen penilaian aspek psikomotorik dalam pelaksanaan kegiatan praktikum. Penelitian ini mencoba mencari solusi dengan mengembangkan instrumen yang akan digunakan dalam penilaian aspek psikomotorik berbasis peer assessment. Perumusan masalah dalam penelitian ini terkait dengan bagaimana tahapan pengembangan instrumen penilaian psikomotorik berbasis peer assessment pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pelaksanaan penelitian ini digunakan untuk dapat diaplikasikan pada saat pelaksaan kegiatan praktikum mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar khususnya pada kegiatan praktikum IPA.

(10)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and Develoment yang bertujuan untuk mengembangkan dan mendesain instumen evaluasi psikomotorik pada kegiatan praktikum IPA. Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiono (2010) bahwa metode penelitian pengembangan atau Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan suatu produk yang dihasilkan. Desain Penelitian pengembangan ini dilaksanakan dengan mengadaptasi model 4-D yaitu define, design, development dan disseminate.

Desain Penelitian pengembangan ini dilaksanakan dengan mengadaptasi model 4-D yaitu define, design, development dan disseminate. Model ini dikembangkan oleh S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel dan Melvyn I. Semmel merupakan model terdiri atas 4 tahap utama yang secara garis besar dijelaskan sebagai berikut: (1) Tahap pendifinisian (define), tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran yang diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 4 langkah pokok, yaitu; (a) analisis awal-akhir, (b) analisis peserta didik, (d) analisis materi dan (d) perumusan tujuan pembelajaran. (2) Tahap perencanaan (design), tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari tiga langkah yaitu; (a) pemilihan media yang sesuai tujuan pembelajaran, (b) pemilihan format, dilakukan dengan mengkaji format-format perangkat yang sudah ada dan yang dikembangkan di negara-negara yang lebih maju, (c) rancangan awal berupa prototipe berisi indikator-indikator yang akan dikembangkan (3) Tahap pengembangan (development), tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari para pakar. Tahap ini meliputi; (a) validasi produk oleh para pakar serta diikuti dengan revisi, (b) uji coba lapangan terbatas terhadap sampel kecil, yaitu peserta didik yang sesungguhnya serta simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana penilaian pada kegiatan praktikum IPA. (4) Tahap penyebaran (disseminate), tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya pada kegiatan pembelajaran di kelas yang lain dan juga digunakan oleh pendidik yang lain. Tujuan lain dari tahapan ini adalah untuk menguji efektivitas penggunaan produk yang dikembangkan pada setiap kegiatan pembelajaran. Tahapan dari penelitian pengembangan model 4-D dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

(11)

(Sumber: Thiagarajan dan Semmel, 1974 Dalam Sugiono, 2012: 407) Gambar 1. Model Pengembangan 4-D

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh yang mengambil mata kuliah Konsep Dasar IPA pada semester tiga dan mata kuliah pembelajaran IPA SD pada semester empat. Mata kuliah Konsep Dasar IPA merupakan mata kuliah prasyarat untuk untuk mengambil mata kuliah pembelajaran IPA SD pada semester selanjutnya. Salah satu kegiatan dari proses pembelajaran pada kedua mata kuliah tersebut adalah peningkatan keterampilan mahasiswa pada kegiatan praktikum IPA, sehingga peneliti bisa memaksimalkan instrumen yang akan dikembangkan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil yang diperoleh pada tiap-tiap fase pengembangan penilaian psikomotorik berbasis peer assessment pada kegiatan praktikum IPA adalah sebagai berikut:

(12)

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Pada tahapan Define dilakukan sejumlah analisis untuk melihat permasalahan pada pelaksanaan kegiatan praktikum IPA serta kriteria-kriteria yang dijadikan acuan pengembangan penilaian psikomotorik berbasis peer assessment. Adapun beberapa tahap yang dilakukan yaitu (1) Melakukan analisis awal-akhir. (2) Melakukan analisis terhadap peserta didik, dalam hal ini mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh. (3) Melakukan analisis materi, dilakukan dengan mengkaji literatur-literatur mengenai materi-materi IPA yang diajarkan pada mata kuliah konsep dasar IPA SD dan juga pembelajaran IPA SD pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. (4) Melakukan perumusan terhadap tujuan pembelajaran yang diharapkan. Tahap ini adalah tahap awal yang harus dimulai sebelum merancang lembar penilaian psikomotorik berbasis peer assessment. Berikut penjelasan hasil yang diperoleh secara rinci.

a. Analisis Awal-Akhir

Analisis awal-akhir yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang sering dihadapi oleh pendidik dalam proses pembelajaran IPA di ruang kelas, terkait dengan persiapan pelaksanaan pembelajaran dan kesesuaiannya dengan hasil belajar yang telah dilakukan. Analisis awal-akhir ini akan memberi informasi kepada peneliti tentang hal-hal yang dilakukan oleh pendidik dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran, misalnya ketersediaan perangkat pembelajaran dan juga persiapan kegiatan penilaian yang digunakan dalam melihat ketercapaian kegiatan pembelajaran.

b. Analisis Peserta Didik

Analisis peserta didik yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui informasi yang berkaitan dengan karakteristik peserta didik agar nantinya dapat disesuaikan dengan lembar instrumen yang akan dikembangkan. Karakteristik peserta didik dalama hal ini mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh yang dianalisis meliputi kemampuan akademis dan perkembangan kognitif peserta didik selama mengikuti kegiatan pembelajaran khususnya pada mata kuliah konsep dasar IPA SD dan pembelajaran IPA SD. Berdasarkan hasil analisis peserta didik yang dilakukan, maka diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik sudah pernah mengikuti kegiatan praktikum di laboratorium dan sebagian besar peserta didik juga sudah memahami teknik-teknik

(13)

dasar mengikuti kegiatan pembelajaran di laboratorium, seperti proses responsi dan penyiapan laporan praktikum, hanya saja proses penilaian biasanya dilakukan secara menyeluruh dalam setiap kelompok praktikum. Informasi tersebut memberi masukan kepada peneliti tentang skenario-skenario yang akan dipersiapkan pada saat pelaksanaan penelitian.

c. Analisis Materi

Kegiatan analisis materi yang dilakukan pada tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci, dan menyusun secara sistematis materi-materi utama yang dipelajari peserta didik pada mata kuliah konsep dasar IPA SD dan pembelajaran IPA SD. Informasi yang diperoleh nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mengembangkan instrumen penilaian psikomotorik. Berdasarkan hasil analisis materi yang dilakukan, maka diperoleh informasi bahwa ada 10 materi yang diajarkan yang melibatkan kegiatan praktikum, yaitu 8 materi pada mata kuliah konsep dasar IPA SD dan 2 materi pada mata kuliah pembelajaran IPA SD.

Perumusan Tujuan Pembelajaran

Tahapan ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi terkait tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tujuan pembelajaran dengan rencana evaluasi yang akan dilakukan pada mata kuliah konsep dasar IPA SD dan juga pembelajaran IPA SD. Tujuan pembelajaran juga tertera pada draf RPS dan Sillabus dari kedua mata kuliah tersebut. Tujuan pembelajaran tersebut dapat memberikan kita informasi tentang kebutuhan pendidik terhadap lembar instrumen penilaian psikomotorik yang akan dikembangkan. Tujuan pembelajaran menunjukkan arah pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang diharapkan, misalnya keterlaksanaan kegiatan praktikum IPA di laboratorium dan juga tingkat pemahaman mahasiswa pada saat pelaksanaan kegiatan praktikum IPA.

2. Tahap Perancangan (Design)

Pada tahapan perancangan (Design) dilaksanakan beberapa tahapan perancangan instrumen. Tahapan ini terdiri dua langkah, yaitu: (1) Pemilihan media yang cocok digunakan sebagai penunjang pada proses pembelajaran. (2) Pemilihan format yang cocok untuk digunakan pada proses penilaian yang efisien. (3) Rancangan awal lembar penilaian psikomotorik berbasis peer assessment. Pada tahap ini dihasilkan sebuah rancangan awal berupa prototipe yang berisikan indikator-indikator

(14)

yang nantinya akan dikembangkan menjadi lembar instrumen penilaian psikomotorik berbasis peer assessment, berikut penjelasan setiap tahapannya secara lebih rinci. Pemilihan Media

Tahapan pemilihan media ini disesuaikan dengan hasil dari analisis materi yang telah dilakukan pada tahap define dan disesuaikan juga dengan karakteristik peserta didik. Media yang digunakan pada tahap ini adalah sebuah draf LKPD yang akan digunakan pada kegiatan praktikum IPA. Peneliti menyiapkan sebuah LKPD yang betuliskan alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan pada kegiatan praktikum IPA, beberapa peralatan yang tertulis di LKPD seperti sebuah cutter, sebuah penggaris dan sebuah isolatipe yang nantinya digunakan pada kegiatan praktikum dengan judul mengamati bagian-bagian bunga. Materi tersebut sesuai dengan materi yang telah dipersiapkan pada tahap analisis materi. Para pesserta didik yang terlibat pada kegiatan praktikum tersebut nantinya akan dievaluasi menggunakan suatu lembar penilaian yang akan dikembangkan. Peneliti juga menyiapkan skenario penilaian dengan melibatkan sesama peserta didik yang lain untuk saling menilai, proses penilaian teman sejawat ini dinamakan teknik peer assessment.

a. Pemilihan format

Tahapan pemilihan format disini bertujuan untuk memilih desain dan rancangan yang cocok dalam mengembangkan lembar instrumen penilaian psikomotorik berbasis peer assessment. Format lembar instrumen harus efisien dan mudah dipahami oleh setiap penilai, karena teknik penilaian yang digunakan adalah penilaian teman sejawat yang tentunya melibatkan banyak penilai. Pada tahap ini dilakukan juga peninjauan terhadap beberapa referensi yang dapat mendukung format lembar instrumen. Referensi-referensi ini dikumpulkan dari beberapa penelitian yang sudah pernah dilaksanakan dan juga dari juknis penilaian psikomotorik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2018.

b. Rancangan awal

Tahapan perancangan awal bertujuan untuk menyiapkan sebuah draf lembar instrumen yang akan divalidasi dan dinilai oleh para pakar pada tahapan selanjutnya. Draf tersebut berupa prototipe yang berisikan indikator-indikator beserta beberapa pernyataan yang mengarah kepada pengembangan dari indiaktor-indikator tersebut. Pada tahapan ini juga lembar instrumen yang berupa prototipe hasil rancangan awal ini

(15)

sudah memuat beberapa aspek yang akan dinilai. Bentuk rancangan awal dari lembar instrumen ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Rancangan Awal Lembar Instrumen

No Aspek Penilaian No Indikator

Persiapan Praktikum 1 Rencana

pelaksanaan praktikum

1 Keterampilan menyiapkan alat yang diperlukan 2 Keterampilan menyiapkan bahan yang diperlukan 3 Keterampilan menggunakan prosedur kerja sesuai

dengan yang akan dipraktikumkan Pelaksanaan selama Praktikum 2 Kinerja diri dalam

melaksanakan praktikum

4 Keterampilan menggunakan alat-alat praktikum 5 Keterampilan menggunakan bahan-bahan

praktikum

6 Keterampilan dalam melengkapi data gambar dari hasil pengamatan

7 Keterampilan mencatat hasil pengamatan pada tabel yang tersedia

8 Keterampilan mengamati, dan fokus pada kegiatan praktikum

3 Manajemen waktu selama kegiatan praktikum

9 Keterampilan memanfaatkan waktu selama kegiatan praktikum

10 Keterampilan menyelesaikan tahapan-tahapan kegiatan praktikum secara teratur

4 Menafsirkan hasil praktikum

11 Keterampilan dalam membuat pembahasan data hasil pengamatan

12 Keterampilan dalam membuat kesimpulan hasil pengamatan

Kegiatan Akhir Praktikum 5 Kontribusi setelah

kegiatan

13 Keterampilan dalam membersihkan tempat dan alat-alat praktikum yang telah digunakan

14 Keterampilan dalam menyimpan kembali segala peralatan yang telah dipakai

(Dimodifikasi dari Ditha Rahmalia, 2014 dan Juknis Penilaian Psikomotorik, 2018) 3. Tahap Pengembangan (Development)

Pada tahap pengembangan (development), dilakukan pengembangan draft awal lembar instrumen evaluasi psikomotorik dalam hal tampilan dan substansi dari lembar instrumen. Tahap pengembangan teridiri atas penilaian validator ahli dan uji coba lapangan terbatas. Produk yang telah divalidasi melalui tahap revisi kemudian diuji cobakan kepada sampel kecil. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pengembangan adalah sebagai berikut:

(16)

a. Validasi Pakar

Instumen penilaian psikomotorik berbasis peer assessment ini akan divalidasi oleh pakar ahli yang meliputi validasi desain lembar instrumen dan validasi substansi lembar instrumen. Hasil validasi oleh para pakar pada tahapan pengembangan lembar instrumen ini dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Daftar Item Validasi Pakar Bidang Desain Produk

No Kriteria penilaian Saran dan Masukan dari Validator

1 Tata letak arahan cara menggunakan instrumen

Arahan penggunaan Instrumen harus diletakkan bada bagian atas pada halaman depan instrumen berikut dengan arahan cara memberi nilai.

2 Tampilan setiap halaman dari lembar instrumen

Lembar Instrumen sebaiknya dibuat dengan format landscape agar dapat memuat penuh tabelnya dalam satu halaman

3 Penggunaan tabel yang efisien Tabel yang digunakan harus memuat langsung rentang nilai sehingga penilai mudah dalam memberikan nilai

4 Urutan item-item pengamatan yang sesuai

Urutan tahapan pengamatan sebaiknya disesuaikan dengan tahapan yang ada di LKPD atau penuntun praktikum yang akan digunakan

5 Tata letak arahan penskoran Disesuaikan dengan desain tabel

6 Bentuk huruf yang digunakan Bentuk huruf harus mudah dibaca dan yang umum digunakan pada karya ilmiah

7 Ukuran huruf yang digunakan Ukuran huruf harus mudah dibaca dan yang umum digunakan pada karya ilmiah

8 Petunjuk penskoran Harus disesuaikan dengan menggunakan skala ukur, sehingga rentang nilai yang akan dipilih tertulis jelas

9 Penggunaan kertas yang sesuai

Harus mudah dan tidak mudah rusak 10 Kesesuaian warna yang

digunakan

Warna yang digunakan harus membuat lembar instrumen terlihat lebih menarik 11 Penggunaan layout yang

sesuai

Disesuaikan dengan konten dan tabel yang akan digunakan

12 Penggunaan margin yang sesuai

Sesuai dengan kebutuhan 13 Teknik penomoran yang

digunakan

Teknik penomoran harus runtut antara penggunaan angka dan huruf

14 Tingkat efisiensi instrumen Instrumen sebaiknya didesain yang simple dan sederhana sehingga mudah dibawa dan digunakan oleh siapapun

(17)

dipahami

Tahapan validasi pakar bidang desain produk meliputi 15 item penilaian, proses validasi desain tersebut bertujuan agar lembar penilaian psikomotorik berbasis peer assessment tersebut mempunyai tampilan yang menarik dan efisien untuk digunakan oleh siapapun yang ingin menilai. Berdasarkan Hasil validasi pakar bidang desain produk diperoleh informasi bahwa tampilan yang digunakan sudah menarik untuk digunakan, meskipun ada beberapa saran dan masukan yang diberikan terkait desain tabel dan efisiensi produk. Hal tersebut dikarenakan lembar evaluasi ini dalam penerapannya akan digunakan oleh beberapa orang peneliti untuk menilai sejawatnya, sehingga aspek efisiensi menjadi penting. Berikutnya berkenaan dengan urutan item-item pengamatan yang digunakan juga sudah sesuai dengan urutan pada LKPD dan yang akan digunakan pada kegiatan praktikum IPA.

Penggunaan bahasa pada rancangan awal lembar instrumen sudah sesuai dengan dengan draft instrumen berdasarkan referensi-referensi yang telah dikumpulkan. Selanjutnya dilakukan revisi berdasarkan saran dan masukan yang telah diberikan, sehingga rancangan yang akan dikembangkan akan menghasilkan produk lembar penilaian psikomotorik berbasis peer assessment sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Nani (2017) yaitu Instrumen yang dikembangkan harus menyajikan prosedur kerja dalam pembelajaran dengan metode praktikum. Prosedur kerja yang disusun digunakan untuk mengarahkan peserta didik dalam melaksanakan rangkaian proses belajar menggunakan metode praktikum. Praktikum yang dilakukan, bertujuan agar peserta didik mengetahui dan memiliki keterampilan dalam menjalankan kegiatan pembelajaran. Sedangkan instrumen penilaian yang dikembangkan digunakan sebagai instrumen untuk menilai keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik selama paraktikum dilaksanakan.

Langkah berikutnya adalah pelaksanaan tahapan validasi pakar bidang substansi produk yang berisikan 12 item penilaian. Tahapan ini bertujuan agar diperoleh instrumen penilaian psikomotorik yang sesuai dengan apa yang akan dinilai, artinya ada kesesuaian antara apa yang dinilai dengan tujuan yang diharapkan. Konten yang dinilai meliputi kedalaman isi, maupun tingkat kompetensi peserta didik yang akan dinilai. Selanjutnya pada tahap ini juga terdapat konten yang mengarahkan proses penilaian

(18)

agar dilakuan dengan teknik peer assessment. Hasil validasi pakar pada bagian substansi produk dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Daftar Item Validasi Pakar Bidang Substansi Produk No Kriteria penilaian Saran dan Masukan dari Validator

1 Pemilihan kata yang digunakan

Kata-kata yang digunakan harus

memenuhi unsur EYD dan sesuai dengan tata penulisan ilmiah

2 Penggunaan bahasa asing Penggunaan bahasa asing lebih baik diminimalisir, karena lembar penilaian akan dipergunakan oleh banyak penilai dengan latar belakang yang berbeda-beda 3 Bahasa yang mudah dipahami Bahasa yang digunakan harus mudah

dipahami dan menggunakan tata bahasa yang memenuhi unsur EYD

4 Penggunaan bahasa yang ilmiah

Disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan tujuan penelitian

5 Tingkat ke dalaman bahasa yang digunakan

Sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik yang akan menggunakan lembar Instrumen

6 Kesesuaian tingkat

kompetensi yang digunakan

Disesuaikan dengan ranah kognitif dan ranah psikomotorik dari subjek yang terlibat

7 Penggunaan skala ukur yang sesuai

Bisa menggunakan skala ukur dengan rentang 1-3, 1-4, atau 1-5, dengan option yang memungkinkan penilai tidak

mengisi secara sembarangan 8 Kesesuaian indikator yang

digunakan

Disesuaikan dengan indikator yang terdapat pada draf RPS

9 Kesesuaian tujuan yang diharapkan

Disesuaikan dengan indikator yang terdapat pada draf RPS dan tujuan dari pelaksanaan penelitian

10 Tingkat konsistensi isi dengan tujuan yang diharapkan

Disesuaikan dengan indikator yang terdapat pada draf RPS

11 Penggunaan konten yang mengarahkan ke penilaian antar teman sejawat

Terdapat beberapa konten yang belum mengarahkan peserta didik untuk

melakukan teknik penilaian antar teman sejawat (peer assessment), sehingga proses penilaian masih terkesan hanya dilakukan oleh seorang pendidik 12 Tahapan-tahapan penilaian

teman sejawat

Harus diperjelas arahan melakukan teknik penilaian teman sejawat (peer assessment) pada setiap tahapan-tahapan penilaian.

Validasi yang dilakukan oleh pakar bidang substansi produk lembar penilaian psikomotorik berbasis peer assessment meliputi pemilihan konten-konten yang sesuai,

(19)

baik dari segi kompetensi peserta didik maupun indikator yang yang dikembangkan. Kompetensi yang diharapkan dari pelaksanaan validasi pakar bidang substansi produk adalah tercapainya kesesuaian antara indikator dan tujuan dari setiap item yang dinilai, serta terlaksananya teknik penilaian antara teman sejawat pada saat pelaksanaan penilaian kegiatan praktikum IPA.

Berdasarkan hasil validasi pakar bidang substansi produk diperoleh informasi tentang perbaikan pada beberapa bagian lembar instrumen. Setiap saran dan masukan tentang substansi produk lembar Instrumen penilaian psikomorik berbasis peer assessment akan ditinjak lanjuti dengan beberapa tahapan revisi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Salah satu masukan penting yang diberikan oleh validator terkait dengan arahan untuk pelaksanaan penilaian dengan menggunakan teknik peer assessment.

Arahan tersebut menjadi penting karena teknik peer assessment menjadi salah satu fokus dalam penelitian ini, teknik ini dapat membantu penilai memberikan dalam melakukan penilaian denagn jumlah peserta didik yang banyak karena proses penilaiannya dilakukan secara bersama-sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyuni S. dan Syukur (2012), yang menyatakan bahwa teknik peer assessment memiliki banyak manfaat, di antaranya model ini dapat memberikan dorongan pada peserta didik untuk selalu belajar agar ia dapat melakukan penilaian dengan baik. Teknik ini juga dapat meningkatkan kepercayaan peserta didik karena ia diberi wewenang untuk melakukan penilaian tanpa ada perbedaan dengan teman yang lain.

b. Uji Coba Lapangan Terbatas

Setelah pelaksanaan tahapan validasi pakar beserta tahapan revisi, selanjutnya adalah melakukan uji coba lapangan terbatas yang melibatkan 10 orang responden. Pada tahapan ini para responden dalam hal ini mahasiswa-mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh yang sudah pernah mengambil mata kuliah konsep dasar IPA dan juga mata kuliah Pembelajaran IPA SD, akan dilibatkan dalam sebuah skenario praktikum IPA. Pada tahap pertama, lima orang peserta didik berperan sebagai praktikan dalam melakukan praktikum IPA sesuai dengan LKPD yang diberikan, sedangkan lima orang peserta didik yang lain berperan sebagai penilai dalam menilai rekan mereka yang melakukan praktikum IPA. Pada tahap kedua, setiap lima orang mahasiswa yang sebelumnya menjadi praktikan berganti peran sebagai penilai, sedangkan lima orang mahasiswa yang sebelumnya

(20)

menjadi penilai kini juga berganti peran menjadi praktikan. Setiap tahapan dilaksanakan sesuai arahan yang tertera pada lembar penilaian psikomotorik menggunakan teknik peer assessment. Pada tahap ketiga, atau tahap terakhir, seluruh peserta didik yang berjumlah 10 orang akan diberikan angket untuk melihat respon mereka terhadap teknik penilaian yang baru saja dilaksanakan.

Hasil respon yang diperoleh dari para peserta didik menunjukkan bahwa seluruh peserta didik yang dilibatkan merasa lebih mudah dalam melaksanakan proses penilaian dengan teknik peer assessment. Mereka dapat memanfaatkan waktu dengan baik dalam proses penilaian sehingga kegiatan praktikum IPA dapat berjalan maksimal. Setiap peserta didik yang berperan sebagai praktikan juga terlihat bersemangat melakukan kegiatan praktikum karena mengetahui bahwa kegiatan mereka sedang dinilai langsung oleh penilai, sehingga proses penilaian menjadi lebih objektif. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Anggereni (2014) yaitu keunggulan dalam penggunaan penilaian kinerja di dalam kelas membuat pendidik lebih percaya diri dan menyukai kualitas penilaian kinerja. Selain itu, penilaian kinerja lebih fair, lebih adil dan dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk terlibat secara langsung aktif dalam proses pembelajaran. Penilaian kinerja juga berguna bagi pendidik untuk memandang proses penilaian sebagai bagian dari proses belajar mengajar bukan sekedar nilai akhir.

4. Tahap Penyebarluasan (Disseminate)

Tahapan terakhir adalah tahap penyebarluasan (disseminate), pada tahap ini akan dilakukan penyebarluasan terhadap instrumen yang telah dikembangkan. Tahapan ini dilakukan dengan menyebarluaskan produk Instrumen yang telah dikembangkan, dalam hal ini adalah pada kegiatan praktikum IPA dengan jumlah sampel yang lebih banyak. Subjek dalam tahapan ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh yang mengambil mata kuliah pembelajaran IPA SD pada semester IV. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada tahapan ini adalah teknik purposive sampling dengan jumlah sampel yang digunakan berjumlah 60 orang mahasiswa yang terbagi kepada kelas A dan kelas B. Pembagian kelas tersebut dilakukan berdasarkan nomor induk mahasiswa, di mana masing-masing kelas terdapat 30 orang mahasiswa.

Tahapan ini dilaksanakan pada kegiatan praktikum IPA, di mana kegiatan praktikum IPA merupakan salah satu topik yang dipelajari pada mata kuliah pembelajaran IPA SD. Mahasiswa terlebih dahulu mempelajari konsep-konsep yang

(21)

akan dipraktikumkan, kemudian mereka akan melaksanakan kegitan praktikum di ruang laboratorium sesuai dengan konsep-konsep yang telah dipelajari. Peneliti akan memberikan instruksi tentang teknik penilaian yang akan digunakan pada saat kegiatan praktikum, yaitu menggunakan teknik peer assessment. Seluruh mahasiswa dibagi kepada 4 kelompok praktikum, masing-masing kelompok beranggotakan 8 orang mahasiswa. Pada pelaksanaannya, setiap 4 orang dari masing-masing kelompok akan melakukan praktikum terlebih dahulu dan akan dinilai oleh 4 orang lainnya. Setelah mereka selesai melakukan praktikum, maka mereka akan bergantian menjadi penilai terhadap rekan-rekan mereka yang sebelumnya menilai mereka. Bentuk alur penerapan peer assessment berdasarkan penelitian Sriyati (2016) adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Alur Penerapan Peer Assessment

Setiap mahasiswa akan menilai seorang temannya yang lain sesuai giliran yang telah ditentukan. Alur pelaksanaan teknik peer assessment adalah: A menilai F, E menilai A, B menilai G, F menilai B, C menilai H, G menilai C, D menilai E, H menilai D. Untuk melihat efektifitas dari proses penilaian psikomotorik mahasiswa menggunakan teknik peer assessment. Setelah kegiatan praktikum selesai, seluruh mahasiswa juga diberikan lembar angket untuk mengetahui respon mereka terhadap penggunaan teknik peer assessment pada proses penilaian psikomotorik. Hasil respon mahasiswa terhadap pelaksanaan penilaian psikomotorik berbasis peer assessment dengan menggunakan angket selanjutnya dijumlahkan keseluruhan skor yang diperoleh serta dihitung persentase nya. Hasil yang diperoleh kemudian dikonversi dengan skor penilaian seperti pada Tabel 4 di bawah ini sehingga kita dapat mengetahui keefektifan dari penggunaan teknik penilian psikomotorik berbasis peer assessment pada kegiatan

A

C

E

D

F

G

H

B

E

Ket: Menilai

A

C

E

D

F

G

H

B

E

Ket: Menilai

(22)

praktikum IPA. Berikut tabel rating scale sebagaimana dikutip dari Sugiyono (2009) dalam Setiawan (2014).

Tabel 4. Kriteria Penilaian Responden

Skor Persentase (%) Interpretasi

0 - 24,99 Tidak Baik

25 - 49,99 Kurang Baik

50 - 74,99 Baik

75 - 100 Sangat Baik

Pelaksanaan penilaian pada kegiatan praktikum IPA difokuskan pada 5 aspek penilaian dengan 14 indikator, mulai dari tahap persiapan pelaksanaan praktikum hingga ke tahap kontribusi setelah pelaksanaan kegiatan praktikum. Materi yang dipraktikumkan adalah tentang bunga lengkap dan bunga sempurna. Setiap kegiatan praktikum disesuaikan dengan tahapan-tahapan yang terdapat pada modul praktikum dan penilaiannya dilaksanakan secara peer assessment sesuai dengan indikator-indikator yang telah dikembangkan.

Hasil penelitian pada proses penilaian psikomotorik berbasis peer assessment pada kegiatan praktikum IPA yang disajikan melalui hasil penelitian yang dilaksanakan pada dua kelas meliputi hasil penilaian psikomotorik pada saat pelaksanaan praktikum dan juga respon mahasiswa setelah pelaksanaan praktikum. Pelaksanaan penilaian psikomotorik pada saat kegitan praktikum dilakukan dengan teknik peer assessment, di mana setiap mahasiswa menilai kinerja rekan mereka dalam satu kelompok praktikum dan setiap mahasiswa akan menilai 1 orang rekan kerja mereka secara paralel. Hasil penilaian yang telah dilakukan oleh para mahasiswa peneliti pada saat pelaksanaan praktikum mencakup pada 5 aspek penilaian, yaitu: rencana pelaksanaan praktikum, kinerja diri dalam melaksanakan praktikum, manajemen waktu selama kegiatan praktikum, menafsirkan hasil praktikum dan kontribusi setelah kegiatan praktikum.

Tahapan berikutnya adalah menganalisis hasil angket respon mahasiswa, tahapan ini bertujuan untuk melihat tanggapan-tanggapan dari mahasiswa dalam hal efektifitas dalam menggunakan lembar penilaian dan melaksanakan proses penilian diantara mereka. Hal tersebut dapat diketahui dari sikap beberapa mahasiswa yang merasa penilaian praktikum yang melibatkan jumlah praktikan yang banyak akan tidak efektif, sehingga proses penilaian akan terkesan subjektif. Berdasarkan hasil analisis data angket respon mahasiswa yang melaksanakan kegiatan penilaian psikomotorik

(23)

berbasis peer assessment pada kegiatan praktikum IPA maka diperoleh informasi bahwa jumlah skor yang diperoleh adalah 2312 dengan skor idealnya adalah 2400, sehingga hasil persentase respon mahasiswa setelah menggunakan lembar penilaian psikomotorik berbasis peer assessment mencapai 96,33%. Hasil tersebut diinterpretasikan pada tabel kriteria penilaian responden, sehingga diperoleh kriteria sangat baik.

Hasil tersebut menunjukkan pentingnya pelaksanaan proses penilaian psikomotorik berbasis peer assessment. Penilaian sejawat bertujuan untuk menggambarkan proses penilaian yang mendorong pembelajaran di masa depan dan mengurangi kesulitan yang mungkin terjadi. Hal ini juga bertujuan untuk mengubah siswa dari sekadar penerima pengetahuan dari guru menjadi menghafal dan mengingat kembali tes sehingga menjadi peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran dan evaluasi, berinteraksi, mencari dan mengeksplorasi, dan menjangkau hubungan antara objek untuk menghasilkan pengetahuan baru yang ditandai dengan pemikiran kritis dan kreativitas. Menurut Viscione (2017) proses pengamatan psikomotor tidak hanya memberikan ukuran kinerja, tetapi menganalisis kompleksitas pada setiap aspek terkait dalam pandangan multidisiplin serta dalam perspektif yang dinamis. Pengamatan psikomotor memerlukan tindakan terkoordinasi antara setiap pihak, pendekatan dan metodologi yang ditetapkan dalam bidang motorik harus sesuai dengan tradisi dan kendala dalam penelitian pendidikan.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan yang dipaparkan oleh Rochmiyati, (2013) yaitu Penggunaan teknik peer assessment dapat menekankan penggunaan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan juga dapat mengembangkan kemampuan sosial serta menciptakan rasa tanggung jawab dan pemberdayaan pribadi siswa. Hakekat peer assessment adalah suatu teknik assessment dengan meminta informasi mengenai unjuk kerja (performance) siswa dari siswa. Karakteristik peer assessment antara lain, peer assessment adalah suatu proses di mana anggota dari suatu tim saling melakukan assess (menilai), maka goal setting harus dipahami siswa dengan baik. Peer assessment sebagai assessment alternative memberi kebebasan kepada siswa mengemukakan pendapat. Peer assessment berbasis unjuk kerja (performance-based assessment), sehingga didalam peer assessment juga terjadi proses pembelajaran, siswa dapat mengembangkan kecakapan kognitif dan kecakapan sosial.

(24)

Labih lanjut lagi Alcarria (2018) menambahkan bahwa pencapaian tujuan pembelajaran pada tingkat pemahaman yang tinggi (dirinci dalam taksonomi Bloom sebagai pembelajaran, aplikasi, kreasi, dll.) Menyajikan evaluasi yang kompleks pada situasi dengan jumlah siswa yang banyak, di mana alat evaluasi yang digunakan secara umum dan kolaboratif. Penilaian kinerja akan meningkatkan subyektivitas tertentu di pihak rekan kerja sehingga harus memiliki rubrik tertentu untuk melakukan koreksi. Evaluasi kinerja dan koreksi dikondisikan oleh profil pemeriksa yang dapat memberi tuntutan yang baik atau memberikan umpan balik yang berguna kepada siswa lain.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Pelaksanaan praktikum IPA bagi peserta didik menuntut aspek keterampilan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum. Jumlah peserta didik yang banyak dalam satu kelas menyebabkan pendidik hanya mampu menilai kemampuan kinerja peserta didik secara berkelompok. Salah satu strategi yang dapat membantu pendidik dalam menilai kinerja peserta didik pada kegiatan praktikum IPA yaitu dengan teknik peer assessment (penilaian teman sejawat). Hasil respon yang diperoleh dari para peserta didik menunjukkan bahwa seluruh peserta didik yang dilibatkan merasa lebih mudah dalam melaksanakan proses penilaian dengan teknik peer assessment. Setiap peserta didik yang dinilai juga terlihat bersemangat melakukan kegiatan praktikum karena mengetahui bahwa mereka sedang dinilai langsung, sehingga proses penilaian menjadi lebih objektif. Penggunaan teknik peer assessment dalam proses penilaian praktikum dapat memberikan kemudahan bagi para guru dalam melaksanakan penilaian secara komprehensif.

Saran

Produk lembar instrumen penilaian psikomotorik berbasis peer assessment dapat digunakan pada studi lanjutan dengan melakukan penerapan pada kegiatan praktikum IPA pada konsep yang berbeda-beda dan melibatkan sampel yang lebih banyak. Hal ini dapat melengkapi tahapan pengembangan 4-D yaitu pada tahap penyebarluasan produk pada sampel yang lebih banyak.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Alcarria, R. Borja Bordel, Diego Martín de Andrés, Tomás Robles (2018). Enhanced Peer Assessment in MOOC Evaluation Through Assignment and Review Analysis. Universidad Politécnica de Madrid, Spain. iJET. Vol. 13. (1): 206-219

Anggereni, Santih. (2014). Mengembangkan Asesmen Kinerja Melalui Pembelajaran Berbasis Laboratorium. Makassar: Alauddin University Press.

Arikunto, Suharsimi, (2009), Prosedur Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta

Budi, Y, dkk, (2014), Pengembangan Instrumen Penilaian Psikomotorik pada Pelaksanaan Praktikum Fisika Peserta didik Kelas X SMA Negeri 5 Purworejo Tahun Pelajaran 2013/2014, Radiasi, Vol.5, No.1.

Basuki, I. dan Hariyanto. (2014). Asesmen Pembelajaran. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, (2017), Panduan Pengelolaan Dan Pemanfaatan Laboratorium IPA Cetakan ke-3, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

Dudung, Agus. 2018. Penilaian Psikomotor. Karima: Bojongsari, Depok

Johnson, D.W. & Johnson, R. (1987). Learning together and alone: Cooperative, competitive, and individualistic learning (2nd ed.). New Jersey: Prentice-Hall, Inc, Englewood Cliffs

Juknis Penilaian Psikomotorik. 2018. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Mania, Sitti. (2014). Asesmen Autentik untuk Pembelajaran Aktif dan Kreatif Implementasi Kurikulum 2013. Makassar: Alauddin University Press.

Nani, A, dkk, (2017), Pengembangan Instrumen Penilaian Psikomotor Peserta didik Sma Pada Praktikum Materi Protista , Seminar Nasional Pendidikan Sains, Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21, Universitas Sebelas Maret: Surakarta.

Paul, P, dkk, (2017), Deskripsi Kemampuan Psikomotorik Peserta didik Praktikum Kelarutan Dan Hasil Kelarutan (KSP) Kelas XI IPA, Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN.

Pranjoto, M, (2009), Pengelolaan Praktikum Di Laboratorium Kimia SMA/MA, Makalah Pengabdian Pada Masyarakat , Kegiatan PPM Kerjasama yang berjudul Pelatihan Pengelolaan Laboratorium Kimia Bagi Pendidik/Pengelola Laboratorium SMA/MA Kabupaten Bantul: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

(26)

Rahmalia, Ditha. 2014. Penetapan Asestmen formatif Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Mengungkap Kemampuan Self Regulation Peserta didik SMA Pada Materi Kingdom Animalia. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu. Rochmiyati, (2013). Model Peer Assessment Pada Pembelajaran Kolaboratif Elaborasi

IPS Terpadu di Sekolah Menengah Pertama FKIP Universitas Lampung. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Vol.17, Nomor 2: 333-346

Saputra, Aji, Sri Wahyuni, dkk, (2016) Pengembangan Modul IPA Berbasis Kearifan Lokal Daerah Pesisir Pada Pokok Bahasan Sistem Transportasi di SMP, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 5, No. 2.

Siswaningsih, W. (2013). Penerapan Peer Assessment Dan Self Assessment Pada Tes Formatif Hidrokarbon Untuk Feedback Siswa SMA Kelas X. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 18, Nomor 1, April 2013, hlm. 107-115

Sri, M, dkk, (2015), Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotorik Pada Peserta Didik, Jurnal Biotek, Vol. 3, No 1.

Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara, 2011 Sugiono, (2010), Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitattif dan R&D,

Bandung: Alfabeta.

Viscione, I. Francesca D’Elia, Rodolfo Vastola, dan Maurizio Sibilio. (2017). Psychomotor Assessment in Teaching and Educational Research. University of Salerno, Italy. Athens Journal of Education. Vol 4. (2): 169-178

Wahyuni, Sri dan Syukur Ibrahim. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung: Refika Aditama.

(27)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Tahun 2020

Akselerasi Pembelajaran Di Masa Pandemi STKIP Bina Bangsa Getsempena, Banda Aceh

PEMBELAJARAN DARING DALAM PERSPEKTIF ORANG TUA

(Survei Terhadap Orang Tua Siswa SD di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar) Zaki Al Fuad*1

1STKIP Bina Bangsa Getsempena

Abstrak

Akhir tahun 2019 dunia dikejutkan dengan munculnya virus mematikan. Virus ini kemudian dikenal dengan nama Novel Coronavirus Disease 19 (COVID 19). Sejak kemunculannya virus ini telah menjangkiti lebih dari 4.200.00 orang dan menelan korban jiwa hampir 300.000 orang di seluruh dunia. Untuk memutus mata rantai penyebarannya, pemerintah Indonesia menelurkan kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB). Salah satunya ombasnya ialah menghentikan aktivitas belajr di sekolah, yang diganti dengan elajar di rumah secara daring. Kebijakan ini tertuang dalam Surat Edaran Kemendikbud nomor 15 tahun 2020 menyebutkan bahwa “tujuan pelaksanaan belajar di rumah adalah memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat Covid 19. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana respon orang tua siswa SD di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar terhadap proses belajar di rumah selama pandemi Covid 19? Sedangkan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah guna mengetahui respon oramg tua siswa SD di Kota Banda Aceh terhadap proses belajar di rumah selama pandemi Covid 19. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitattif, metode penelitian yang digunakan ialah metode survei. Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa selama pembelajaran daring, guru lebih banyak menggunakan aplikasi WhatsApp untuk belajar, dan sedikit yang melakukan video conference dengan siswa, namun demikian sebagian guru tetap mendampingi siswa belajar daring, dan juga memberi instruksi kerja yang jelas kepada siswa, meski jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan guru yang tidak mendampingi siswa belajar. Hasil lainnya didapati orang tua siswa mengalami banyak kendala, seperti kuota internet yang tidak mencukupi, memiliki lebih dari satu anak yang mengikuti pembelajaran daring, waktu yang terbatas untuk mendampingi anak untuk belajar, serta lebih dari 50% orang tua siswa SD di kota Banda Aceh dan Aceh Besar tidak setuju dengan proses pembelajaran daring, karena menurut mereka pembelajaran daring lebih efektif untuk jenjang yang lebih tinggi. Kata Kuci: Pembelajaran Daring, Orang Tua

Abstract

At the end of 2019, the world was shocked by the emergence of a deadly virus. This virus became known as the Novel Coronavirus Disease 19 (COVID 19). Since its emergence, the virus has infected more than 4,200,000 people and killed nearly 300,000 people worldwide. To break the chain of distribution, the Indonesian government issued a policy *correspondence Addres

(28)

set out in Government Regulation (PP) Number 21 of 2020 concerning Large Scale Social Restrictions (PSBB). One of the effects is to stop learning activities at school, which is replaced by learning at home online. This policy is stated in the Ministry of Education and Culture Circular Letter number 15 of 2020 states that "the aim of implementing learning at home is to ensure the fulfillment of students' rights to get educational services during the Covid 19 emergency. The formulation of the problem in this study is how the response of parents of elementary school students in Banda City. Aceh and Aceh Besar regarding the learning process at home during the Covid 19 pandemic? meanwhile, the purpose of this study was to determine the response of parents of elementary school students in Banda Aceh to the learning process at home during the Covid 19 pandemic. This study used a qualitative approach, the research method used was a survey method. The results of this study indicate that during online learning, teachers use the WhatsApp application more for learning, and less do video conferencing with students, however, some teachers still accompany students to learn online, and also provide clear work instructions to students, despite the number. smaller than teachers who do not accompany students to learn. Other results found that parents of students experienced many obstacles, such as insufficient internet quota, having more than one child participating in online learning, limited time to accompany children to study, and more than 50% of parents of elementary school students in the city of Banda Aceh and Aceh Besar does not agree with the online learning process, because according to the online learning is more effective for higher levels.

Keywords: E-Learning, Parents PENDAHULUAN

Akhir tahun 2019 dunia dikejutkan dengan munculnya virus mematikan. Virus ini kemudian dikenal dengan nama Novel Coronavirus Disease 19 (COVID 19). Sejak kemunculannya virus ini telah menjangkiti lebih dari 4.200.00 orang dan menelan korban jiwa hampir 300.000 orang di seluruh dunia (TribunManado, 2020). Indonesia salah satu negara dengan jumlah korban terbanyak setelah Italia dan Amerika. Dikutip dari Merdeka.com satu bulan setelah kasus pertama, jumlah kasus positif di Indonesia mencapai 1.677, jumlah pasien sembuh 103 dan 157 meninggal dunia (2020). Seiring berjalannya waktu, jumlah korban atau pasien positif terus bertambah, pun begitu korban meninggal dunia.

Tingginya angka kematian dan pasien positif, membuat pemerintah menelurkan kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB) guna menekan penyebaran virus tersebut. Peraturan Pemerintah tersebut berdampak langsung terhadap proses belajar mengajar di sekolah, hal ini tertuang dalam pasal 4 ayat 1 yang berbunyi “Pembatasan Sosial Berskala Besar paling sedikit meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja,

(29)

pembatasan kegiatan keagamaan, dan/ atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum”.

Sejak dikeluarkan PP nomor 21 tahun 2020, semua aktivitas di sekolah mulai diliburkan. Sebagai gantinya, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat skenario belajar di rumah secara daring selama masa pandemi Covid 19. Surat Edaran nomor 15 tahun 2020 menyebutkan bahwa “tujuan pelaksanaan belajar di rumah adalah memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat Covid 19, mencegah penyebaran dan penularan Covid 19 di satuan pendidikan dan memastikan pemenuhan dukungan bagi pendidik, peserta didik, dan orang tua”. Selanjutnya staf ahli Kemendikbud Chatarina menyampaikan kegiatan belajar di rumah untuk memberikan pengalaman bagi peserta didik tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum serta difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup.

Proses belajar di rumah menuai beragam respon komentar dari orang tua siswa, baik positif maupun negatif. Salah satu aspek yang menjadi sorotan ialah orang tua kesulitan dalam memantau proses belajar anak hingga kualitas pendidik (guru), serta kedisiplinan sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu orang tua siswa dari Makasar bahwa kebanyakan sekolah mengembalikan proses belajar mengajar kepada orang tua di rumah, padahal orang tua juga disibukkan dengan work from home. Kejadian seperti ini diyakini tidak hanya terjadi di Makasar, namun juga di daerah-daerah lain, seperti kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Berangkat dari fenomena tersebut, kiranya perlu dilakukan penelitian guna mengetahui proses belajar di rumah siswa SD serta respon dari orang tua siswa, dengan judul Pembelajaran Daring dalam Perspektif Orang tua (Survei terhadap orang tua siswa SD Kota Banda Aceh dan Aceh Besar). Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah Bagaimana respon orang tua siswa SD di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar terhadap proses belajar di rumah selama pandemi Covid 19? Sedangkan yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah guna mengetahui respon oramg tua siswa SD di Kota Banda Aceh terhadap proses belajar di rumah selama pandemi Covid 19.

Hakikat Belajar

Belajar merupakan sebuah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku seseorang atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Belajar juga difenisikan sebagai aktivitas psikis yang dilakukan oleh individu

(30)

sehingga tingkah lakunya berbeda antara sebelum dan sesudah belajar. Perubahan tingkah laku tersebut terjadi karena adanya pengalaman baru, memiliki kepandaian/ ilmu setelah belajar, dan aktivitas berlatih.

Para ahli sepakat bahwa belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada individu yang disebabkan oleh latihan-latihan. Seperti Hilgard, yang menyatakan bahwa seseorag dikatakan belajar apabila ia bisa melakukan sesuatu dengan latihan sehingga ia menjadi berubah (Riyanto, 2009). Selaras dengan Hlgard, Walker dan Cornbach berpendapat belajar adalah perubahan dalam pelakasanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Adapaun Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan.

Perubahan yang dimaksud dalam pengertian belajar sebagaimana dikutip dari Slameto (2016) ialah:

a. Perubahan secara sadar, dimana seseorang menyadari telah terjadinya suatu perubahan dalam dirinya, seperti bertambahnya pengetahuan dan keterampilan. b. Perubahan yang bersifat kontinu dan fungsional. Perubahan dalam diri seseorang

terjadi secara berkesinambungan, dan perubahan tersebut akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar selanjutnya. Seperti anak yang belajar menulis. Keterampilan menulis akan bermanfaat bagi anak, karena dengan keterampilan menulis ia akan memperoleh kecakapan lainnya.

c. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan tersebut akan senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelunya. d. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang terjadi pada

seseorang yang diakibatkan dari proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku dan pola pikir, juga perubahan secara menyeluruh dalam siap, keterampilan dan pengetahuan.

Proses belajar yang dialami oleh tiap individu tidak serta merta terjadi begitu saja, melainkan terjadi dalam beberapa tahap, diantaranya inkompetensi bawah sadar, yaitu tidak sadar bahwa ia tidak tahu. Inkompetensi sadar, yaitu sadar bahwa ia tidak tahu. Kompetensi sadar, yaitu sadar bahwa ia tahu dan kompetensi bawah sadar, yaitu tidak sadar bahwa ia tahu. Selain dari menghadirkan perubahan tingkah laku pada diri manusia/individu, belajar jua memiliki beberapa tujuan. Berikut ini beberapa tujuan belajar yang dikemukakan oleh Sadirman (2008), yaitu:

(31)

a. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak bisa dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan. Sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan ialah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembanganya di dalam kegiatan belajar.

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan itu memang dapat di didik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan.

c. Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi peserta didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatanya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh.

Teori Belajar

a. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan teori belajar yang berpendapat bahwa peserta didik dapat mengkonstruk atau membangun sendiri pengetahuan melalui pengamatan atau pengalaman. Prinsip penting dalam teori ini adalah guru tidak dapat sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan juga siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pendekatan konstruktivisme dalam belajar lebih menekankan pada sistem top down, yaitu siswa memulainya dari hal yang kompleks untuk dipecahkan, selanjutnya menemukan keterampilan dasar yang diperlukan.

Teori belajar konstruktivisme memiliki beberapa tujuan yang ingin diwujudkan (Riyanto, 2009)

1) Memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri;

2) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan memberi pendapat;

3) Membantu siswa mengembangkan pemahaman konsep secara lengkap. dan 4) Mengembangkan siswa menjadi pemikir yang mandiri.

(32)

b. Kognitif

Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang memfokuskan pada hasil pengetahuan. Berbeda dengan behaviorisme yang mengedepankan perubahan tingkah laku. Tokoh yang sangat populer pada teori ini ialah Jean Piaget. Dalam teorinya Piaget berpendpat bahwa sejatinya proses belajar terdiri dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (Riyanto, 2009). Mengingat teori belajar ini berfokus pada pengetahuan, Piaget mengemukan teori tahapan belajar pada anak dimulai dari sensori motorik, pra operasional, operasional konkret, dan opreasional formal. Selain Piaget, terdapat beberapa ahli lainnya yang ada pada barisan teori belajar kognitif, diantaranya Gestalt, Kohler, Bruner,David Ausubel, dan lain-lain.

c. Behaviorisme

Teori ini berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi akibat adanya stimulus dan respon. Dalam teori connectionism Edward Thorndike dijabarkan hakikat belajar ialah asosiasi antara kesan an pancaindera dan impuls untuk bertindak. Namun berbeda dengan Thorndike, Watson memiliki pendapat jika stimulus dan respon haruslah berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (Riyanto, 2009).

Masih menurut Thorndike, dalam proses belajar terdapat dua hukum yang saling melengkapi, yaitu hukum primer dan hukum sekunder. Hukum primer terdari dari law of readiness yaitu kesiapan untuk bertindak yang timbul karena proses penyesuaian diri dengan sekitarnya. Law of exercise and repetation, yaitu sesuatu akan kuat bila sering dilakukan atau diulang-ulang. Selanjutnya law of effect, yaitu perubahan yang diikuti dengan dampak yang memuaskan dan cenderung ingin diulang kembali.

Sedangkan hukum sekunder terdiri dari law of multiple response, yaitu sesuatu yang dilakukan dengan berbagai macam uji coba dalam menghadapi keadaan tertentu. Law of Assimilation, yaitu orang yang mudah menyesuaikan diri dengan situasi baru, jika siatuasi tersebut memiliki kesamaan dengan keadaan sebelumnya. Law of partial activity, yaitu seseorang dapat beraksi secara selektif terhadap kemungkina yang ada pada situasi tertentu.

(33)

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitattif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menjabarkan fenomena atau aktivitas sosial, baik secara individu maupun kelompok. Penelitian kualitatif biasanya menggunakan latar alamiah guna menafsirkan fenomena yang terjadi dengan melibatkan berbagai metode yang ada. Adapun metode penelitian yang digunakan ialah metode survei. Penelitian survei merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden dalam berbentuk sample dari sebuah populasi. Surwartono (2014) mengungkapkan bahwa penelitian survei dapat melibatkan subjek yang banyak, bisa sebagian, bisa pula seluruh populasi. Penelitian ini betujuan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan semua hasil temuan di lokasi penelitian berupa perspektif orang tua siswa SD di kota Banda Aceh dan Aceh Besar terhadap proses pembelajaran daring selama masa pandemi Covid 19.

Pengumpulan Data Angket Reduksi Data Display Data Fokus Masalah Sumber Data Lokasi Penelitian Laporan Hasil Responden

(34)

Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan objek yang dikenakan dalam penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah populasi. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah orang tua siswa sekolah dasar (SD) yang ada di kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Penentuan sampel dilakukan dengan cara probability sampling, yaitu semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Adapun teknik yang sampling yang digunakan ialah snowball sampling, dimana semakin lama jumlah sampel atau subjek menjadi lebih besar, tergantung dari data yang dibutuhkan.

1. Teknik Pengumpulan & Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan ialah survey atau angket. Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dalam bentuk tertulis kepada responden atau sampel dalam penelitian (Sugiyono, 2019). Angket yang digunakan ialah angket tertutup. Kuesioner atau angket diberikan kepada orang tua siswa, untuk mengumpulkan data berupa efektvitas belajar di rumah serta respon orang tua terhadap proses belajar daring.

Analisis data data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis yang dikemukakan oleh Miles and Huberman, yaitu aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan dilakukan secara terus menerus sampai tuntas (Sugiyono, 2019). Dalam penelitian ini teknik analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu reduksi data, data display, dan conclusion/verification. Model interaktif dalam analisis data tampak pada gambar berikut:

a) Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih dan memilah hal-hal pokok memfokuskan padaa hal-hal yang penting dan menentukan polanya. Pada tahap ini

Gambar

Tabel 1. Rancangan Awal Lembar Instrumen
Tabel 3. Daftar Item Validasi Pakar Bidang Substansi Produk  No  Kriteria penilaian  Saran dan Masukan dari Validator
Tabel 4. Kriteria Penilaian Responden
Diagram 1. Alur Pelaksanaan Model Debat didalam Kelas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengamatan yang dilakukan terhadap hari muncul kalus, menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi NaCl maka kalus semakin lambat muncul., data hasil hari

50.000.000 lima puluh juta rupiah sebagai dana talangan melalui pembicaraan telepon terdakwa berjanji akan mengembalikan uang tersebut selama 1 satu bulan dan uang tersebut

Dalam politik hukum pembentukan undang-undang, pembuat undang-undang (legislator) harus mengacu pada prinsip konstitusionalisme dalam setiap tahapan proses pembuatan

Peningkatan bobot badan yang terjadi pada kelompok tikus perlakuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Astuti (1999) yang melaporkan bahwa terjadi

Ikatan dan hubungan masyarakat Brunei dengan Kota Mekah ini berterusan sehingga ke hari ini, di mana umat Islam di Negara Brunei Darussalam yang berkemampuan akan

setelah selesai belajar. Proses pembelajaran hendaknya didesain sedemikian rupa agar dapat memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk

Konsep tersebut menjelaskan bahwa kualitas pembelajaran dapat diukur berdasarkan aktivitas yang berlangsung dalam proses pembelajaran diiringi dengan keterampilan

Data waktu hidup yang diperoleh dapat berupa data lengkap (semua object dicatat daya tahan hidupnya sampai semua mati) atau data tersensor (diamati sampai waktu yang ditentukan