• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

5 A. Darah

1. Pengertian Darah

Darah merupakan bagian penting dari system transport yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. Prosentase ini pada pria lebih besar dibanding wanita karena pengaruh hormon androgen. Darah juga merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari dua bagian besar yaitu plasma darah yang merupakan bagian cair dan bagian korpuskuli yakni benda-benda darah yang terdiri dari sel darah putih atau lekosit, sel darah merah atau eritrosit dan sel pembeku darah atau trombosit (Atulmetha dan Hoffbrand, 2006).

Empat puluh lima sampai enam puluh persen darah terdiri atas sel-sel darah terutama eritrosit. Lekosit dan trombosit walaupun secara fungsional sangat esensial, hanya merupakan sebagian kecil saja dari darah secara keseluruhan (Atulmetha dan Hoffbrand, 2006).

Sel darah merah atau eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam darah. Sel-sel ini mampu mengangkut oksigen secara efektif tanpa meninggalkan pembuluh darah serta cabang-cabangnya. Leukosit melaksanakan fungsinya didalam jaringan, sedangkan keberadaannya dalam darah hanya melintas saja. Trombosit melakukan fungsinya pada

(2)

dinding pembuluh darah, sedangkan trombosit yang ada dalam sirkulasi tidak mempunyai fungsi khusus (Atulmetha dan Hoffbrand, 2006). 2. Fungsi Sel-Sel Darah

Darah dalam keseluruhannya mempunyai banyak fungsi. Fungsi-fungsi yang paling penting dari darah adalah sebagai berikut (Bakri, dkk., 2000):

1. Fungsi yang berhubungan dengan pernafasan

Fungsi pernafasan adalah darah membawa oksigen dari paru-paru kejaringan-jaringan membawa karbon dioksida dari jaringan-jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan.

2. Fungsi yang berhubungan dengan nutrisi

Darah mengangkut zat-zat makanan yang diabsorbsi dari usus atau dibuat dalam tubuh ke sel-sel yang menggunakannya atau menyimpannya.

3. Fungsi yang berhubungan dengan ekskresi

Darah mengangkut ampas-ampas metabolisme ke alat-alat ekskresi di mana zat-zat tersebut dikeluarkan.

4. Fungsi yang berhubungan dengan kekebalan

Darah mentransfort lekosit, antibodi dan substansi protektif lainnya. 5. Fungsi yang berhubungan dengan hormon

(3)

6. Fungsi yang berhubungan dengan keseimbangan air dalam tubuh. Darah mengatur keseimbangan air dalam tubuh yaitu dari satu organ ke organ lainnya dan ke alat-alat pembuangan, misalnya ginjal dan paru-paru.

7. Fungsi yang berhubungan dengan pengaturan suhu Darah memainkan peranan melalui beberapa jalan yaitu : a. Darah mengandung sejumlah panas

b. Darah mengalir dengan cepat dan mendistribusikan panas tersebut dengan konsekwensi meratanya panas pada seluruh tubuh.

c. Mengatur panas ke permukaan tubuh, dimana panas itu di eliminir dengan penguapan atau iradiasi.

d. Mensuplai air guna penguapan pada kulit dan paru-paru. 8. Fungsi yang berhubungan dengan pengaturan tekanan osmotik 9. Fungsi yang berhubungan dengan pengaturan keseimbangan asam 10. Fungsi yang berhubungan dengan pengaturan keseimbangan ion-ion 11. Fungsi yang berhubungan dengan pengaturan tekanan darah

3. Pembentukan sel darah atau eritropoiesis

Eritropoesis pada orang dewasa dalam keadaan normal terutama terjadi didalam sumsum tulang di mana sistem eritrosit mencapai 20-30% bagian jaringan sumsum tulang yang aktif membentuk sel darah. Apabila tidak ada gangguan eritropoesis, 20% sel sumsum tulang yang berinti adalah sel darah seri eritrosit yang berinti. Sel darah merah berinti

(4)

dalam sumsum tulang terdapat di dalam stroma sumsum tulang di luar jaringan sinusoid (Lefever, 2008). Perkembangan sel darah dalam sumsum tulang melalui berbagai tahap yaitu mula-mula besar dan berisi nukleus tapi tidak ada hemoglobin, kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya dan baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah (Anderson, 2002).

Sel eritrosit yang paling awal dapat dikenal dalam sumsum tulang adalah pronormoblas yang pada pewarnaan Romanowsky merupakan sel besar dengan sitoplasma biru tua, nukleus ditengah dengan nukleoli dan kromatin yang sedikit mengelompok.

Pronormoblas berkembang menjadi normoblas basofil yang mulai

mensintesis hemoglobin yang selanjutnya menjadi normoblas polikromatoid. Inti sel selanjutnya menyusut sedang hemoglobin dibentuk dalam jumlah yang lebih banyak dan sel menjadi normoblas

asidofil. Sitoplasma pada normoblas asidofil telah berisi dengan

hemoglobin, inti menjadi sangat kecil dan dibuang, kemudian retikulum endoplasma direabsorbsi. Sel pada stadium ini dinamakan retikulosit (Sacher dan Mcpherson, 2004).

Retikulosit adalah sel muda eritrosit yang telah kehilangan sifat melekatnya pada masa sumsum tulang lainnya sehingga dengan mudah dapat masuk ke dalam sinusoid dan selanjutnya turut dengan aliran darah ke dalam pembuluh darah. Sel ini memakan waktu 1-2 hari dalam sumsum tulang dan beredar dalam darah tepi selama 1-2 hari sebelum

(5)

matang, terutama dalam limpa, ketika RNA hilang sempurna dan terbentuk eritrosit matang yang berwarna merah jambu, yang merupakan cakram bikonkaf tanpa nukleus (Hoffbrand, 2000).

Perubahan morfologi sel yang terjadi selama proses diferensiasi sel pronormoblas sampai eritrosit matang dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok :

a. Ukuran sel makin mengecil akibat mengecilnya inti sel.

b. Inti sel menjadi makin padat dan akhirnya dikeluarkan pada tingkatan eritroblas asidofilik.

c. Dalam sitoplasma dibentuk hemoglobin yang diikuti dengan hilangnya RNA dari dalam sitoplasma sel (Lefever, 2008).

B. Hemoglobin

Hemoglobin adalah bahan yang terdiri dari besi yang disebut hem dan protein globin dalam setiap sel darah merah mengandung 300 molekul hemoglobin.setiap molekul hemoglobin memiliki empat tempat pengikatan untuk oksigen .Tugas akhir hemoglobin adalah menyerap karbonddioksida dan ion hidrogen serta membawanya ke paru tempat zat-zat tersebut dilepaskan dari hemoglobin (Arisman, 2002)

Hemoglobin adalah komplek protein-pigmen yang menggandung zat besi. Komplek tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit .Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang menggandung besi fero dan empat rantai globin (Arisman, 2002)

(6)

Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang (Rahardjo, 2006)

Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi. Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan kemampuan bekerja. Pada anak sekolah berdampak pada peningkatan absen sekolah dan penurunan prestasi belajar (Wikipedia, 2007)

(7)

Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran (Rahardjo, 1996)

Menghitung Kadar Hemoglobin dengan cara yang paling sederhana adalah dengan metoda sahli .Cara ini kurang teliti karena membandingkan Warna standar dengan warna yang terbentuk dengan menggunakan mata telanjang maka subjektivitas sangat berpengaruh. Cara otomatik memungkinkan Kadar Hb yang dihitung lebih teliti. Kadar Hb orang dewasa wanita 12 g/100 ml, pria 13 g/100 ml Dengan pertimbangan di atas, maka penelitian untuk pemeriksaan Hb digunakan metode otomatik

Penurunan kadar Hb dijumpai pada anemia, perdarahan ,Radiasi dan terapi obat-obatan cenderung menurunkan kadar Hb sedangan kadar Hb tinggi dijumpai pada polisitemia vera.

(8)

C. Eritrosit

Eritrosit berasal dari sel induk pluripotensial yang kemudian melalui sel induk mieloit multipotensial membentuk sel eritroit pelopor. Eritrosit dibentuk melalui suatu proses pematangan yang terdiri atas beberapa tahap, yaitu pembelahan dan perubahan-perubahan morfologi sel-sel berinti mulai dari proeritroblas sampai ortokromatik eritroblas, disusul kemudian oleh pembentukan eritrosit tidak berinti yang disebut retikulosit dan akhirnya menjadi eritrosit (Boedina, 2001).

Aktifitas eritropoietik diatur oleh hormon eritropoitin, yang dihasilkan oleh gabungan faktor ginjal dengan protein plasma Rangsangan untuk produksi eritropoietin adalah tekanan O2 dalam jaringan ginjal . Kadar oksigen dalam jaringan ditentukan oleh aliran darah, kadar hemoglobin, saturasi oksigen hemoglobin dan afisitas oksigen terhadap hemoglobin (Hoffbrand, 2006).

Segala keadaan yang menurunkan oksigenasi ginjal, misalnya kadar hemoglobin yang rendah, gangguan penglepasan oksigen oleh hemoglobin, gangguan pertukaran oksigen pada pernapasan dan hambatan aliran darah dapat meningkatkan kadar eritropoietin apabila fungsi ginjal adekuat (Boedina SK 2001).

Jumlah eritrosit baru yang diproduksi setiap hari sangat banyak, maka sumsum tulang memerlukan banyak prekursor untuk mensintesis dalam jumlah banyak. Golongan zat berikut dibutuhkan untuk eritropoiesis (Hoffbrand, 2006 )

(9)

1. Logam : besi, mangan, kobalt

2. Vitamin : B12, folat, C, E, B6, tiamin, riboflavin, asam pantotenat 3. Asam amino

4. Hormon : eritropoietin, androgen, tiroksin

Fungsi utama eritrosit yaitu membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan transfer karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Transfer oksigen berlangsung melalui hemoglobin yang terdapat dalam eritrosit. Eritrosit yang mengandung hemoglobin merupakan komponen hematologi utama dari transpor oksigen, transpor gas, mempertahankan integritas dan fleksibilitas membran (Isbister, 1999).

Morfologi eritrosit dapat diamati pada sediaan apus yang dicat dengan pulasan Wright, Giemsa atau menggunakan zat warna lain. Eritrosit normal berbentuk bikonkav dengan diameter 7-9 µm. Gambaran sediaan apus yang menunjukkan sebagian besar eritrosit berdiameter < 7 µm disebut dengan istilah mikrositosis. Keadaan ini dijumpai pada anemia defisiensi besi, thalasemia. Eritrosit berdiameter > 9 µm disebut makrositosis menunjukkan eritrosit lebih besar daripada normal banyak dijumpai pada anemia megaloblastik. Gambaran yang menunjukkan berbagai ukuran sel disebut anisositosis. Eritrosit dengan zona tengah yang lebih pucat dan lebar disebut hipokrom, merupakan petunjuk bahwa kadar hemoglobin eritrosit itu rendah (Boedina, 2001)

Menghitung jumlah eritrosit dengan cara manual menggunakan volume darah yang sangat kecil dengan pengenceran yang tinggi. Cara ini

(10)

memakan waktu dan kuarang teliti, cara otomatik memungkinkan jumlah eritrosit dihitung lebih teliti.( Villanova, 2000 ) .Jumlah eritrosit pada orang dewasa wanita 4.8 ± 0.6 juta/mm3, pria 5.4 ± 0,8 juta/mm3 (Wallach, 2002 ) Peningkatan jumlah eritrosit dijumpai pada polisitemia vera, dehidarsi, hipoksia. Sedangkan penurunan jumlah ertrosit dijumpai pada anemia, perdarahan, hemolisis, malnutrisi (Uthman, 2002 ).

D. Retikulosit

Retikulosit merupakan eritrosit muda yang telah kehilangan inti sel dan masih mengandung sisa RNA serta masih tetap mensintesis hemoglobin yang selanjutnya mengalami pematangan selama 1-2 hari dalam darah tepi untuk menjadi eritrosit dewasa. Ukurannya 8-9 mikron diameternya dan didalam sitoplasmanya terdapat sisa-sisa inti yang tersusun secara retikulair. Retikulosit mudah dikenal karena didalam sitoplasmanya masih terdapat sisa RNA. Polikromatofilia yang menunjukkan warna yang kebiru-biruan dan bintik-bintik basofil pada eritrosit, sebenarnya disebabkan oleh bahan ribosom ini. Retikulum tersebut hanya dapat tercatat dalam retikulosit. Banyak retikulum tergantung pada umur retikulosit yaitu makin muda makin banyak, makin tua makin kurang retikulumnya. Retikulosit dapat dibedakan dari eritrosit matang dengan pewarnaan Wright karena berukuran lebih besar dan berwarna lebih biru dari pada eritrosit (Widman, 2000).

Sel normal beredar sebagai retikulosit selama 1-2 hari dan sebagai eritrosit matang selama 120 hari. Darah dengan kadar hemoglobin yang

(11)

normal terdapat 0,5-2,5% retikulosit menunjukkan sumsum tulang yang normal (Widman, 2000).

Jumlah retikulosit yang normal dicapai kembali setelah kadar hemoglobin stabil, biasanya setelah 30 hari. Retikulositosis yang menetap atau peningkatan retikulosit untuk kedua kali menandakan perdarahan yang berlanjut atau berulang. Pada defisiensi besi, terutama defisiensi akibat perdarahan kronik, pengobatan dengan preparat besi meningkatkan jumlah retikulosit dalam waktu tiga hari. Jumlah retikulosit harus tetap tinggi sampai tercapai kadar hemoglobin yang normal (Widman, 2000).

Tubuh yang kehilangan darah secara spontan, peningkatan jumlah retikulosit menandakan bahwa sumsum tulang bereaksi secara normal. Perdarahan yang cukup banyak biasanya menyebabkan retikulositosis yaitu jumlah retikulosit meningkat dari nilai normal karena banyaknya produksi sel muda dari sumsum tulang yang telah mengalami pematangan menjadi retikulosit, dimana retikulosit adalah sel muda yang terdapat dalam darah tepi. Retikulositosis terjadi dalam 1-2 hari dan mencapai puncaknya pada hari ke-4 sampai ke-7 (Widman, 2000).

Hitung retikulosit adalah tes yang mengukur seberapa besar sel darah merah muda yang disebut retikulosit diproduksi sumsum tulang dan kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah. Pemeriksaan retikulosit merupkan alat diagnostik penting. Jumlah retikulosit yang terdapat dalam darah tepi merupakan refleksi akurat adanya peningkatan eritropoesis (Brown, 2001).

(12)

Retikulosit beredar dalam aliran darah kira-kira dua hari sebelum menjadi sel darah merah matang. Sepuluh persen dari eritrosit didalam darah perifer adalah retikulosit. Hal ini berarti bahwa hanya satu persen dari jumlah jangka hidup eritrosit adalah retikulosit (Bakri, dkk, 200).

Cara hitung retikulosit dapat dilakukan dengan metode manual menggunakan mikroskop yaitu metode basah dan kering dengan sediaan kering dan Metode otomatik dapat menggunakan zat warna fluorezen pada automatic analyzer. Tes hitung retikulosit cara otomatik akurasinya jauh lebih baik, waktu lebih cepat dibandingkan penghitungan cara manual. Namun mempunyai keterbatasan bila ada pembekuan tidak dapat dihitung oleh alat sehingga hasil perhitungan akan menurun dan harga pemeriksaan jauh lebih mahal.

Hasil yang lebih tinggi didapat pada erithroblastosis fetalis, anemia hemolitik, perdarahan dan penyakit ginjal dengan peningkatan produksi eritropoetin (Gandasubrata, 2000).

Hasil yang lebih rendah didapat pada kegagalan sumsum tulang, pembengkakan hati, defisiensi folat, defisiensi besi, defisiensi vitamin B12, terapi dengan radiasi dan penyakit ginjal dengan penurunan produksi eritropoetin.

Nilai normal pada perhitungan manual 0,5-2% (Osgood-Wilhelm). Jumlah retikulosit merupakan cermin bagi aktifitas eritrositik, artinya dengan menunjukkan baik tidaknya fungsi eritropoetik dalam keadaan tertentu. Bila oleh suatu keadaan patologi, misalnya anemia hemolitik,

(13)

jumlah retikulosit Sangat meningkat mencapai 30-50% maka keadaan ini disebut crisis retikulosit. Sebenarnya banyaknya retikulosit yang ada dalam darah perifer menunjukkan jumlah eritrosis yang harus diganti setiap harinya, yang mengalami destruksi secara fisiologis oleh karena telah mencapai umurnya

E. Pengaruh Bahan Pemeriksaan, Alat, Reagen, dan Pemeriksa Terhadap Pemeriksaan Kadar Hemogobin Jumlah Eritrosit Dan Retikulosit 1. Bahan Pemeriksaan

Pemeriksaan kadar Hb, jumlah eritrosit dan retikulosit dapat menggunakan darah vena maupun darah kapiler. Pemeriksaan dengan darah kapiler memberikan hasil lebih rendah dibandingkan darah vena (Thompson, 2003 )

2. Alat

Alat pemeriksaan bila tidak dilakukan perawatan secara rutin maupun kalibrasi maka akan mempengaruhi hasil pemeriksaan kadar Hb, jumlah eritrosit dan retikulosit menjadi rendah atau lebih tinggi.

Dengan demikian perlu dilakukan perawatan alat secara rutin dengan melakukan perawatan harian yaitu auto clean untuk menghilangkan kotoran dan fibrin, membersihkan jarum clossed

sampler, perawatan mingguan dengan membersihkan sher valve,

perawatan bulanan membersihkan fan filter, dan melakukan kalibrasi dengan menggunakan kalibrator komersial. Kalibrasi hendaknya

(14)

diperiksa secara teratur dengan menggunakan program pemantapan mutu yang biasa dilakukan dilaboratorium, sesuai dengan persyaratan laboratorium yang mencakup quality control harian pada setiap pagi dan pada setiap perubahan nomor lot reagen. Alat yang digunakan untuk penelitian ini sudah dilakukan pemeliharaan secara rutin dan terkalibrasi.( Thompson CB, 2003 )

3. Reagen

Reagen harus diperlakukan sesuai aturan yang diberikan pabrik pembuatnya termasuk cara penyimpanan, penggunaan dan expirednya.

Pemakaian reagen yang sudah rusak oleh karena sudah expired maupun salah dalam suhu simpan akan menyebabkan penurunan kadar Hb, jumlah eritrosit danretikulosit. Hal ini dapat diatasi dengan pemakai reagen yang tidak expired dan menyimpan reagen pada suhu yang telah ditentukan pabrik pembuatnya yaitu pada suhu 15-300C. ( Thompson CB, 2003 )

4. Pemeriksa

Faktor pemeriksa juga dapat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan kadar Hb, jumlah eritrosit dan retikulosit, bila sampel tidak dicampur dengan benar sebelum sampel diperiksa atau pada saat sampel dihisap oleh penghisap sampel tidak sampai dasar tabung maka hasil pemeriksaan kadar Hb, jumlah eritrosit menjadi lebih rendah. Hal ini memerlukan pemeriksa yang berpengalaman dan terlatih demikian juga dalam pemeriksaan jumlah retikulosit (Thompson CB, 2003)

(15)

F. Donor Darah

Suatu tindakan pengambilan darah dengan volume tertentu melalui pembuluh darah vena (Bakri, dkk, 200).

1. Seleksi donor dimaksudkan untuk menjamin keselamatan donor maupun resipien.

2. Syarat donor darah

a. Berat badan minimal 45-50 kg b. Dalam keadaan sehat

c. Sukarela tidak dibayar d. Umur antara 18-60 tahun

e. Tekanan darah antara 110-160/70-100 mmHg f. Kadar Hb minimal 12 gr%

g. Jumlah donor biasanya dua atau tiga kali dalam setahun

h. Tidak berpenyakit jantung, paru-paru, kencing manis, penyakit pendarahan, kanker, penyakit kulit kronis

i. Tidak hamil, menyusui, menstruasi (bagi wanita) j. Kulit lengan donor sehat

k. Tidak menerima transfusi darah/komponen darah 6 bulan terakhir l. Tidak menderita penyakit infeksi, malaria, hepatitis, HIV/AIDS m. Bukan pecandu alkohol/narkoba

n. Tidak mendapat imunisasi dalam 2-4 minggu terakhir dan tidak demam

(16)

o. Tidak digigit binatang yang menderita rabies dalam satu tahun (Contreras Marcela, 2003).

3. Pemeriksaan dan uji saring darah a. Pemeriksaan kadar hemoglobin b. Pemeriksaan golongan darah ABO c. Pemeriksaan golongan darah Rhesus d. Pemeriksaan syphilis

e. Pemeriksaan HbS Ag f. Pemeriksaan anti HIV

g. Pemeriksaan HCV (Contreras Marcela, 2003) G. Respon eritropoesis terhadap donor

Reaksi pertama setelah pengambilan darah adalah timbulnya

simtomatologi hipovolumia dan hipoksemi sehingga menimbulkan

mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri. Mekanisme kompensasi tubuh bekerja melalui peningkatan curah jantung dan pernafasan, meningkatkan pelepasan oksigen oleh hemoglobin, mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan dan redistribusi aliran darah ke organ-organ vital (Sylvia Anderson, 2001).

Kehilangan 750 ml darah secara cepat mengakibatkan penurunan yang cukup berarti dari tekanan vena pusat, turunnya curah jantung dan tekanan darah. Hilangnya 1,5-2 liter darah secara akut mengakibatkan gangguan berat pada sirkulasi (Sylvia A Anderson, 2001).

(17)

Segera setelah terjadi perdarahan akut konsentrasi Hb masih tetap normal. Menurunnya volume darah secara akut diperbaiki dengan meningkatnya volume plasma. Masuknya cairan ekstravaskuler ke dalam sirkulasi menyebabkan pengenceran sel-sel darah sehingga indeks eritrosit turun (Sylvia A Anderson, 2001).

Tubuh dengan pengambilan darah akan menimbulkan rangsangan eritropoetin dalam enam jam. Menurut Hoffbrand pada tahun 2000, peningkatan jumlah retikulosit akan mencapai maksimum 10 hari dan tetap tinggi sampai hemoglobin kembali ke kadar normal.

(18)

H. Kerangka Teori Gambar .1 Kerangka teori Normoblas basofilik Pronormoblas Normoblas polikromatik Hemoglobinisasi sutoplasma & normoblas ortokromatik Retikulosit Eritrosit Eritropoesis Sistem sumsum tulang Perifer (darah tepi)

Sebelum donor Setelah 7 hari donor

Kadar Hb, Jumlah eritrosit dan retikulosit Umur

Jenis kelamin Keadaan gizi Konsumsi tablet besi pasca donor

(19)

I. Kerangka Konsep

Gambar 1.2 Kerangka konsep

J. Hipotesis

1. Ada perbedaan yang bermakna antara kadar Hb sebelum dan setelah tujuh hari melakukan donor darah

2. Ada perbedaan yang bermakna antara jumlah eritrosit sebelum dan setelah tujuh hari melakukan donor darah

3. Ada perbedaan yang bermakna antara jumlah retikulosit sebelum dan setelah tujuh hari melakukan donor darah.

Sampel darah sebelum donor darah

Kadar Hb, jumlah eritrosit dan retikulosit Sampel darah 7 hari

Gambar

Gambar 1.2  Kerangka konsep

Referensi

Dokumen terkait

Selama demam rematik akut dengan keterlibatan jantung berat, gagal jantung kongestif paling sering disebabkan oleh gabungan pengaruh mekanik insufisiensi mitral berat bersama

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi tepung kulit bawang putih sebanyak 30 ppm dan mineral organik sebanyak 41,8 ppm pada pakan basal tidak

Merumuskan arahan peningkatan pelayanan kereta komuter Surabaya-Lamongan dari segi pelayanan internal dan eksternal berdasarkan preferensi pengguna dengan

Pencemaran udara oleh debu yang timbul pada proses pengolahan atau hasil industry mebel tersebut mencemari udara dan lingkungannya sehingga pekerja industri mebel

Karpeg, Karis/Karsu dan Kartu Taspen yang terintegrasi dapat meningkatkan efisiensi kerja dan memudahkan Bidang Informasi dan Kesejahteraan Pegawai dalam melakukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan dengan menggunakan rasio Non Performing Loan Ratio (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital

Kawasan hutan ini merupakan tipe hutan karst level diversitas rendah, struktur terbuka, spesies pioneer dan rumput melimpah (Cannon et al., 2005). Kurangnya

Misi dari Manager Career, yaitu memastikan terselenggaranya fungsi Career Development dan Job Management, dalam rangka memenuhi produktivitas dan kepuasan karyawan serta