• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL MARYAM KARYA OKKY MADASARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL MARYAM KARYA OKKY MADASARI"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL MARYAM

KARYA OKKY MADASARI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

Sebastianus G. Duminggu 121224083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(2)

i

KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL MARYAM KARYA OKKY

MADASARI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

Sebastianus Geradus Duminggu 121224083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Tuhan Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

2. Kedua orang tua saya Bapak Godelfridus Powo, S. Pd.,SD, dan Ibu Theresia Yanti Priska Da Poa, S. Pd.,SD, yang telah mencurahkan seluruh semangat, tenaga, motivasi serta doa.

3. Kedua adik saya Agnes Fridolin, S. Kep., dan Theresia Fransiska. 4. Keluarga besar Yoseph Duminggu dan keluarga besar Geradus

(6)

v MOTO

“Saya adalah seorang anak Renaisans. Karenanya, saya percaya kebaikan dan keadilan. Saya adalah manusia yang baik karena saya menginginkannya, bukan karena agama, undang-undang, atau paksaan. Itu adalah pengertian yang humanis. Saya ingin dianggap manusia baik karena keinginan saya, karena nurani saya, bukan

karena sesuatu dari luar” (Pramoedya Ananta Toer)

“Kemanusiaan merupakan nurani dan logika, dimana keduanya harus berdampingan dan melengkapi. Ketika Manusia hanya memilih salah satu

dari keduanya, ia tidak bisa hidup di Bumi Manusia” (Penulis)

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

Duminggu, Sebastianus Geradus. 2019. Konflik Sosial Dalam Novel Maryam

Karya Okky Madasari. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini memaparkan mengenai bentuk konflik sosial dan alur dalam novel Maryam karya Okky Madasari. Sumber data primer dalam penelitian ini

adalah buku novel Maryam karya Okky Madasari, sedangkan sumber data sekunder

adalah data-data yang bersumber dari buku-buku acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Data penelitian berupa konflik sosial dan alur yang muncul dalam novel Maryam karya Okky Madasari. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik baca dan teknik catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan tiga tahap, yaitu: tahap identifikasi, tahap klasifikasi, tahap deskripsi.

Hasil penelitian ini peneliti menemukan bentuk alur dalam novel Maryam

karya Okky Madasari, yaitu alur campuran (maju-mundur). Cerita awalnya adalah kisah hidup Maryam di masa lalu (flashback) sebelum ia meninggalkan rumah dan keluarganya. Lalu alur berganti maju saat penulis menceritakan kehidupan Maryam setelah kembali di tengah keluarganya dan menjalani hidup yang tidak terduga. Alur yang mucul dalam novel ini kemudian dideskripsikan dengan menggunakan pola bagan tahapan alur pada alur campuran sebagai berikut: tahap pengenalan(alur mundur)-tahap pemunculan konflik(alur mundur)-tahap peningkatan konflik(alur maju)-tahap klimaks(alur maju)-tahap pemecahan masalah(alur maju)-tahap penyelesaian(alur maju). Bagan pola alur dalam novel Maryam di atas kemudian dijelaskan dan dibuktikan dengan kutipan dalam novel oleh peneliti.

Bentuk-bentuk konflik sosial yang terjadi dalam novel Maryam karya Okky Madasari, peneliti menggunakan teori konflik sosial oleh Soerjono Soekanto. Teori konflik dari Soerjono Soekanto, kemudian diperkuat dengan tahapan alur yang terdapat dalam novel, dimulai dari tahapan Pemunculan Konflik (masalah), tahapan Peningkatan Konflik, tahapan Klimaks, Tahapan Pemecahan Masalah, hingga tahapan Penyelesaian. Di dalam tahapan-tahapan tersebut terdapat berbagai rangkaian bentuk konflik yang terjadi. Rangkaian bentuk konflik yang terjadi dalam tahapan alur dalam novel kemudian dikaji peneliti menggunakan teori konflik sosial Soerjono Soekanto, untuk menetukan bentuk konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam karya Okky Madasari. Dari teori konflik sosial oleh Soerjono Soekanto. Peneliti menyimpulkan hanya ada 3 jenis konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam yaitu: (1) konflik karena perbedaan orang-perorangan, (2) konflik karena perbedaan kebudayaan, (3) konflik karena perubahan-perubahan sosial.

(10)

ix ABSTRACT

Duminggu, Sebastianus Geradus. 2019. Social Conflict in Novel Maryam written by Okky Madasari. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Sanata Dharma University.

This research described the forms of social conflict and plot in the novel

Maryam written by Okky Madasari. The source of primary data was the novel

Maryam by Okky Madasari, while the source of secondary data was data collected from reference books related to main problems which were the object of research. Research data were social conflict and plot appearing in the novel Maryam by Okky Madasari. The type of this research was descriptive qualitative. Data was collected using reading techniques and note-taking techniques. Data analysis techniques were carried out using three stages, there were identification stage, classification stage, description stage.

The results showed that the researcher found the form of plot in the novel

Maryam by Okky Madasari was a mixed plot. The original story was the story of Maryam's life in the past (flashback) before she left her home and family. Then the plot changed forward as the writer narrated Maryam's life after returning to her family and living an unexpected life. The plot appeared in this novel was described using mixed plot patterns as follows: the introduction stage (regression plot) - the arising conflict stage (regression plot)-the increasing conflict stage (progressive plot)-the climax stage (progressive plot)-he problem-solving stage (progressive plot)-the completion stage (progressive plot). The plot patterns were explained and proven by researchers based on quotes written in the novel.

The form of social conflict that appeared in the novel Maryam by Okky Madasari was analyzed by the researcher using a theory of social conflict by Soerjono Soekanto. After that, it was strengthened by the plot stages contained in the novel, started from the Arising Conflict Stage (problem), the Increasing Conflict Stage, the Climax Stage, the Problem-Solving Stage, and the Completion Stage. Within these stages, there were various forms of conflict formed. The forms of conflict that appeared in this novel were analyzed by the researcher using a theory of social conflict by Soerjono Soekanto to determine the forms of social conflict in the novel Maryam by Okky Madasari. Based on that theory, the researcher concluded that there were only 3 types of social conflicts that appeared in the novel Maryam, there were : (1) conflict due to individual differences, (2) conflict due to cultural differences, (3) conflict due to social changes.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Allah Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-Nya yang membuat mental penulis selalu terjaga untuk tetap menyelesaikan skripsi ini. Puji dan syukur penulis haturkan pula kepada para ahli di bidang sastra dan pendidikan khususnya bahasa Indonesia yang telah menulis berbagai buku sehingga menambah pengetahuan penulis dan membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul Konflik Sosial Dalam Novel Mariam Karya Okky Madasari Dan Implementasinya Dalam Pemebelajaran di SMA Kelas XII

dengan baik. Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu dan meraih gelar sarjana pendidikan sesuai dengan kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

Penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Allah Yang Maha Esa.

2. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., Selaku Ketua Program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia sekaligus sebagai dosen pembimbing

(12)

xi

pertama yang dengan penuh kesabaran, kasih dan sayang mendukung penulis, membimbing, memberi solusi, inspirasi, semangat, ilmu pengetahuan akademis selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Septina Krismawati, S.S., M.A., selaku dosen pembimbing ke dua , atas integritas, kesabaran, beliau bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi solusi, inspirasi, semangat, ilmu pengetahuan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Para dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah mengajarkan banyak ilmu bahasa Indonesia serta kata-kata yang menginspirasi penulis sehingga menjadi acuan penulis dalam bersikap dan menyelesaikan skripsi ini.

6. Theresia Rusmiati, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma yang telah mebantu memberikan berbagai layanan administrasi kepada penulis.

7. Kedua orang tua saya Bapak Godelfridus Powo, S.Pd.,SD., dan Ibu Theresia Yanti Priska Da Poa, S.Pd.,SD., yang telah mencurahkan seluruh semangat, tenaga, motivasi serta doa demi kelacaran penyusunan skripsi.

8. Kedua adik saya tercinta, Agnes Fridolin, S.Kep., dan Theresia Fransiska yang telah mebantu dalam penyusunan skripsi.

(13)

xii

9. Kekasih hati tercinta Klaudia Intan Kusumaningtyas yang telah meberikan semangat, tenaga, motivasi serta doa demi kelacaran penyusunan skripsi. 10. Keluarga besar Yoseph Duminggu dan keluarga besar Geradus Kadja , yang

telah mempercayai dan mendukung.

11. Sahabat-sahabat karib di Program study PBSI yaitu, Muhamad Fauzy Lestari, S.Pd., Hendrianus Ndori, S.Pd., Sebastianus Darwis Primasetia D, S.Pd., yang sudah membantu penulis menyelesaikan skripsi.

12. Keluarga besar program Studi PBSI angkatan 2012, 2013, 2014, 2015, 2016, 2017, 2018.

13. Keluarga besar Kos Putra VIP 51 yaitu, Pascal Anggi Yoda Kore, Arif Saefudin S.Pd.,Gr., Vinsenso Mario Strambi Bada, S.T., Denni Hadiwijoyo. 14. Keluarga besar Flores CB Bikers yaitu, Vinsensius Donaldo Mathias Kuki,

Ade Gusti, S.Kom., Agustinus Mboy Ware, S.ARs., Carolus Bernado Kartiko Putro, Yusak Ronaldy Leo.

(14)
(15)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN....………1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.4 Manfaat Penelitian ... 6 1.5 Batasan Istilah ... 7 1.6 Sistematika Penulisan... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA....………..9

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan...9

2.2 Landasan Teori...12

2.2.1 Alur ... 12

2.2.2 Konflik Sosial ... 15

2.3 Kerangka Berpikir ... 23

(16)

xv

3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Objek Penelitian ... 27

3.3 Data dan Sumber Data ... 28

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.5 Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....……….31

4.1 Hasil Penelitian dan pembahasan ... 31

4.1.1 Alur ... 31 4.1.2 Konflik Sosial ... 42 BAB V....………..62 5.1 Kesimpulan ... 62 5.2 Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA ... 65 BIODATA PENULIS ... 67

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan cerminan kehidupan masyarakat. Menurut Abrams (dalam Endraswara, 2013: 89), karya sastra sebagai cerminan kehidupan masyarakat merupakan sebuah proses yang hidup, yang sebenarnya tidak hanya mencerminkan realitas, melainkan dapat juga memberikan sebuah refleksi realitas yang lebih besar, lebih lengkap, lebih hidup, dan lebih dinamis yang mungkin melampaui pemahaman. Istilah cermin dalam karya sastra diungkap oleh Vicomte de Donald, (dalam Endraswara 2013: 88), sebagai suatu istilah yang merujuk pada berbagai perubahan dalam masyarakat. Oleh sebab itu, karya sastra dalam hal ini merupakan cerminan kehidupan masyarakat yang dipantulkan secara nyata oleh pengarang tentang keadaan masyarakat maupun berbagai perubahan dalam masyarakat.

Karya sastra novel merupakan pengejawantahan kehidupan hasil pengamatan sastrawan atas kehidupan sosial sekitarnya. Sastra lahir, dari cara pandang pengarang terhadap fakta-fakta sosial di lingkungan sekitarnya. Fakta-fakta sosial tersebut berupa masalah manusia dan kemanusiaan, kemudian digambarkan lewat tulisan. Melalui penggambaran tersebut pembaca dapat menangkap gambaran seseorang pengarang mengenai dunia

(18)

sekitarnya, apakah itu sudah sesuai dengan hati nuraninya atau belum (Pradopo, 2002: 26).

Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang dapat merefleksikan kenyataan di sekitar kehidupan manusia dengan ruang lingkup yang lebih luas. Nilai-nilai hidup yang direfelksikan dalam novel dapat berupa nilai moral, nilai psikologi, nilai religius, dan masih banyak lagi nilai-nilai lain yang tentunya bermanfaat bagi penikmat karya sastra. Berpijak dari pendapat tersebut, maka kajian tentang karya sastra seakan mengalami perluasan yang tidak hanya mencakup tentang unsur-unsur ekstrinsiknya saja, melainkan pada unsur-unsur intrinsiknya yaitu dengan mengacu pada konflik sosial yang terdapat dalam novel dengan melihat unsur intriksik yaitu alur.

Alur adalah peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat, Kenny (dalam Nurgiantoro, 2007: 113). Alur berkaitan dengan masalah bagaimana peristiwa, tokoh, dan segala sesuatu digerakkan, dikisahkan sehingga menjadi sebuah rangkaian cerita yang padu dan menarik. Pengarang sebagai seorang makhluk individu memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengisahkan setiap peristiwa. Perbedaan cara yang digunakan pengarang, menimbulkan berbagai jenis alur yang biasa digunakan dalam karya sastra. Menurut Nurgiyantoro (2007: 237)

(19)

mengemukakan ada tiga jenis alur yang dapat dijumpai dalam karya sastra yaitu, alur maju, alur mundur, dan alur campuran (maju-mundur).

Di dalam karya sastra terdapat berbagai jenis konflik yang menjadi sorotan publik. Konflik-konflik tersebut cenderung digemari para pembaca. Untuk memahami konflik yang ada dalam karya sastra, pembaca harus mampu mencerna dan memahami isi dalam karya sastra tersebut. Konflik dalam sebuah karya sastra sangatlah penting. Konflik dalam sebuah karya sastra memiliki efek yang menimbulkan pembaca tersebut menjadi lebih tertarik dan ingin selalu membaca karya sastra tersebut. Begitupun sebaliknya, apabila dalam sebuah karya sastra tidak memiliki konflik, akan membuat pembaca bosan dan tidak berminat membaca karya sastra tersebut.

Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dengan adanya konflik. Sifat dan karakter manusia yang berbeda-beda menimbulkan banyaknya persaingan. Setiap manusia memiliki kepribadian dan impiannya masing-masing. Sikap manusia yang selalu berusaha untuk mencapai keinginannya membuat mereka rela melakukan segala hal agar dapat mewujudkan keinginannya. Hal-hal tersebut sering menimbulkan beragam konflik, baik itu konflik dengan diri sendiri, orang lain, maupun dengan masyarakat yang memiliki hasrat yang sama untuk mencapai keinginannya tersebut.

Konflik yang dialami manusia dapat dilihat di lingkungan sekitar, Baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Penyebab

(20)

terjadinya konflik di masyarakat pun beragam. Adapun konflik sosial yang terjadi di masyarakat adalah perbedaan individu, kebudayaan, kepentingan, dan sosial (Soekanto, 2012: 91). Keberadaan konflik-konflik yang terjadi di masyarakat tersebut, oleh sebagian penulis atau sastrawan dijadikan sumber ide dalam pembuatan sebuah karya sastra. Daya imajinasi yang dimiliki oleh sastrawan menjadikan konflik-konflik yang terjadi, dijadikan ide-ide untuk membuat sebuah karya sastra agar terlihat lebih natural.

Alasan penulis memilih novel Maryam menjadi objek dalam

penelitian skripsi ini karena novel tersebut menampilkan refleksi tentang konflik-konflik kehidupan individu dan masyarakat yang langsung terjadi di masyarakat. Novel Maryam menceritakan tentang kehidupan seorang tokoh bernama Maryam, terlahir sebagai seorang Ahmadiyah, yang selama ini dipandang sebagai aliran sesat oleh masyarakat. Menjalani hidup dengan pandangan sebelah mata masyarakat tidaklah mudah. Hidup penuh kejadian tidak menyenangkan hingga segala bentuk penghinaan, pernah Maryam rasakan. Maryam menjalani hari-harinya dengan berat, meskipun akhirnya ia berusaha tegar menghadapinya dan menerima dirinya sebagai seorang Ahmadiyah.

Konflik sosial dapat ditemukan secara langsung pada tokoh Maryam bersama tokoh lain dalam novel Maryam. Banyak pertentangan tokoh satu dan yang lainnya sehingga menimbulkan konflik. Misalnya saja, konflik yang terjadi antara tokoh utama Maryam dan tokoh Gamal. Pada

(21)

awalnya, hubungan yang terjadi antara tokoh, harmonis. Konflik terjadi ketika tokoh Gamal mulai berubah pikiran saat selesai menyelesaikan magang. Ia menyatakan bahwa Ahmadiyah itu sesat. Hal tersebut membuat tokoh Maryam dan keluarganya terpukul, sehingga hubungan awal yang harmonis berubah menjadi konflik.

Konflik sosial adalah konflik antara orang-orang atau seorang dengan masyarakat. Wujud konflik tersebut biasanya berkaitan dengan masalah-masalah sosial yang kompleks. Tujuan peneneliti meneliti konflik sosial agar mencari akar permasalahan yang terjadi didalam masyarakat dengan tujuan mencari jalan keluar untuk menghasilkan solusi dari konflik yang diteliti. Konflik timbul dari sikap individu terhadap individu lain, atau individu terhadap lingkungan sosial yang mencakup berbagai masalah, misalnya pertentangan ideologi, pemerkosaan hak dan lain-lain.

Melalui penelitian ini, penulis akan meneliti atau menganalisis konflik yang terdapat pada novel Maryam.

1.2 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah struktur alur yang terdapat dalam Novel

Maryam” karya Okky Madasari?

2. Bagaimanakah konflik sosial yang muncul dalam Novel

(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan:

1. Mendeskripsikan struktur alur yang terdapat dalam Novel

“Maryam” karya Okky Madasari?

2. Mendeskripsikan analisis konflik sosial yang muncul dalam

Novel “Maryam” karya Okky Madasari.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis berharap ada manfaat yang bisa diambil bagi semua pihak, baik manfaat secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat yang bisa diambil adalah sebagai berikut.

a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan berguna bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dalam penelitian yang

berhubungan dengan masalah konflik sosial dalam karya sastra khususnya novel.

b. Manfaat Praktis

Bagi peneliti sendiri, dapat menambah pemahaman peneliti terhadap penelitian dengan menerapkan analisis konflik sosial dalam novel, dan bagi peneliti lain penelitian ini diharapkan dapat membantu dan menjadi acuan dalam meneliti konflik sosial dalam novel.

(23)

1.5 Batasan istilah

Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini tidak lepas dari teori-teori yang mendukung penelitian ini, peneliti memberikan batasan istilah sebagai berikut.

1. Alur

Alur adalah peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun

peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat

(Nurgiantoro, 2007: 113). 2. Konflik sosial

Menurut Soekanto (2012: 94), konflik merupakan dilema sosial ketika orang-perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.

1.6 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah pendahuluan, pada bab ini, peneliti menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II merupakan landasan teori, pada bab ini peneliti menguraikan mengenai penelitian terdahulu yang relevan, kajian teori yang berisi uraian tentang alur dan teori konflik sosial menurut Soerjono Soekanto, kerangka berpikir. Bab III berisi metodologi penelitian, pada bab

(24)

ini peneliti akan menguraikan tentang jenis penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV berisi hasil penelitian, pada bab ini, terdiri dari pembahasan mengenai jenis alur yang muncul dalam novel dan analisis konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam karya Okky Madasari berdasarkan teori konflik sosial Soerjono Soekanto. Bab V merupakan bab terakhir atau penutup dari penelitian ini, pada bab ini berisi simpulan dan saran yang bermanfaat bagi pihak yang terkait dengan penelitian ini.

(25)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian terdahulu yang relevan

Penelitian tentang konflik sosial dalam novel memang sudah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Meskipun demikian, kajian pada penelitian mengenai konflik dalam novel sangat beragam sesuai dengan permasalahan yang dianalisis dan sumber data yang digunakan. Peneliti menemukan ada dua penelitian yaitu: Peneliti Ahmad Bahtiar dan Adenarsy Avereus Rahman (2018) dan Nurbaiti (2018). Penelitian yang telah dilakukan oleh mereka terkait dengan konflik dalam novel. Berikut ini adalah paparan singkat penelitian-penelitian tersebut.

Ahmad Bahtiar dan Adenarsy Avereus Rahman pada tahun (2018)

melakukan penelitian yang berjudul Konflik Agama dalam novel Maryam

karya Okky Madasari. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Bahtiar dan Adenarsy Avereus Rahman (2018) bertujuan untuk mengetahui berbagai hal tentang konflik agama dalam novel Maryam yang berkaitan dengan pola-pola, proses, tahapan, dan resolusi dari konflik agama. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif serta teori Sosiologi Sastra, disimpulkan bahwa dalam novel Maryam konflik agama tidak hanya disebabkan persoalan agama tetapi sebagian disebabkan faktor di luar agama.

(26)

Pola konflik tersebut adalah konflik dalam satu agama karena dianggap sesat. Akibatnya, konflik menyebabkan hancurnya rumah dan tempat ibadah Ahmadi serta terusirnya mereka dari tetapi dari kampungnya. Konflik itu semakin meningkatkan solidaritas para Ahmadi, sedangkan resolusi konflik dalam novel tersebut menghasilkan keputusan yang tidak memuaskan untuk semua golongan.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Bahtiar dan Adenarsy Avereus Rahman (2018) yang berjudul Konflik Agama dalam novel Maryam karya Okky Madasari dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada unsur kajian konflik. Peneliti, Ahmad Bahtiar dan Adenarsy Avereus Rahman (2018) sama-sama menganalisis konflik

pada tokoh Maryam dalam Novel Maryam sebagai unsur utama

penelitian. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Bahtiar dan Adenarsy Avereus Rahman (2018) dapat dilihat dari jenis konflik yang dikaji. Penulis menggunakan analisis konflik sosial dari teori konflik sosial Soerjono Soekanto untuk menemukan bentuk konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam, sedangkan Ahmad Bahtiar dan Adenarsy Avereus Rahman (2018), menggunakan menggunakan analisis Konflik Agama dari teori sosiologi satra dalam novel Maryam karya Okky Madasari

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nurbaiti (2018) dengan judul

konflik sosial yang terjadi dalam novel Gadis Bimakarya Arif Rahman: Suatu kajian Sosiologi Sastra Wellek & Werren. Penelitian ini bertujuan

(27)

mendeskripsikan konflik sosial yang terjadi antar-tokoh yang berhubungan dengan aspek sosial yang terdapat di Bima. Hasil peneitian ini menunjukan bahwa, adanya konflik sosial pada tokoh dalam novel

Gadis Bima karya Arif Rahman. Wujud konflik sosial dalam novel Gadis Bima adalah bersitegang dan pertengkaran mulut. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa penyebab konflik sosial dikarenakan; adannya perjodohan, kesalahpahaman, kekecewaan, dan kecurigaan antar tokoh. Penyelesaian konflik sosial yang berupa bersitegang dan pertengkaran adalah Ibu mengikuti saran dari Mbok Mi memilihkan jodoh yang baik untuk La Hila. Adik mendukung keputusan La Hila untuk melanjutkan sekolah, mengakui kesalahannya terhadapa La Hila. La Hila menyesal telah mengecewakan Ibunya. La Hila menyerahkan kembali keputusan kepada para nelayan setelah diadakannya musyawarah bersama para nelayan. Daeng Beso menengahi perselihan pendapat antara para nelayan dengan La Hila dan Ifan. La Hila memohon ampun pada Ibunya.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Nurbaiti (2018) dengan judul konflik sosial yang terjadi dalam novel Gadis Bimakarya Arif Rahman: Suatu kajian Sosiologi Sastra Wellek & Werren dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada unsur kajian konflik sosial. Peneliti menganalisis konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam, sedangkan Nurbaiti (2018) mendeskripsikan konflik sosial yang terjadi antar tokoh, berhubungan dengan aspek sosial yang terdapat

(28)

di Bima dengan menganalisis novel Gadis Bimakarya Arif Rahman. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurbaiti (2018) dapat dilihat dari tujuan penelitian. Penelitian dilakukan penulis bertujuan mendeskripsikan analisis konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam karya Okky Madasari, sedangkan Nurbaiti (2018) bertujuan mendeskripsikan konflik sosial yang terjadi antar tokoh berhubungan dengan aspek sosial yang terdapat di Bima dalam novel

Gadis Bimakarya Arif Rahman.

Dari kedua Penelitian tersebut dapat memberikan relevansi bagi penelitian ini yaitu sebagai bahan acuan dan pertimbangan mengenai masalah-masalah yang dikaji serta penggunaan pendekatan dalam penelitian tersebut. Selain itu, penelitian tersebut juga digunakan untuk melihat seberapa jauh perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian ini. Setelah mencari penelitian relevan, penulis dapat mengetahui bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan oleh orang lain sehingga penelitian ini murni hasil kerja peneliti.

2.2 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kajian mengenai alur dan kajian konflik sosial menurut teori konflik sosial oleh Soerjono Soekanto.

2.2.1 Alur

Alur berkaitan dengan masalah bagaimana peristiwa, tokoh, dan segala sesuatu digerakkan, dikisahkan sehingga menjadi sebuah

(29)

rangkaian cerita yang padu dan menarik. Pengarang sebagai seorang makhluk individu memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengisahkan setiap peristiwa. Perbedaan cara yang digunakan pengarang, menimbulkan berbagai jenis alur biasa digunakan dalam karya sastra (Nurgiyantoro, 2007:113).

Menurut Nurgiyantoro (2007: 237) mengemukakan ada tiga jenis alur yang dapat dijumpai dalam karya sastra yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran (maju-mundur).

A. Alur Maju

Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang diceritakan mulai awal sampai akhir cerita. Jenis alur ini adalah jenis alur yang lazim ditemui dalam sebuah cerita. Dalam alur ini, cerita diawali dengan pengenalan awal, terdiri dari pengenalan toko beserta wataknya, pengenalan latar tempat, waktu, dan peristiwa, serta latar suasana yang hendak di bangun dalam suatu cerita. Setelah semua itu diperkenalkan, permasalahan pun tiba-tiba muncul dalam sebuah cerita. Masalah atau konflik tersebut ditandai dengan pertikaian dua tokoh di dalam cerita atau munculnya ketegangan di dalam suatu cerita.

Masalah yang muncul itu pun berkembang dan semakin rumit. Tahap merumitnya suatu permasalahan disebut dengan tahap konflik meningkat atau klimaks. Setelah konflik kian

(30)

merumit atau klimaks, si tokoh pun pelahan-lahan bangkit dan menemukan solusi atas konflik yang dia hadapi. Ditemukannya solusi atas konflik yang dialami sang tokoh biasa disebut sebagai antiklimaks.

Setelah solusi ditemukan, masalah atau konflik pun akhirnya terselesaikan, cerita pun telah sampai di tahapan penyelesaian. Jika tahapan alur ini dibentuk ke dalam sebuah pola, maka pola tahapan alur pada alur maju atau progersif akan berbentuk seperti di bawah ini.

B. Alur Mundur

Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang dijelaskan secara mundur. Alur mundur ini adalah kebalikan dari alur maju. Di dalam alur ini, cerita justru diawali oleh tahapan

penyelesaian, kemudian terus mundur ke tahapan

antiklimaks, klimaks, kemunculan konflik, dan berakhir ke tahap pengenalan. Cerita yang menggunakan alur ini biasanya berisi cerita kilas balik seorang tokoh dalam menjalani kehidupannya. Jika dibentuk ke dalam pola, maka pola tahapan alur pada jenis alur ini adalah sebagai berikut ini.

Tahapan Pengenalan Tahapan Kemunculan Konflik

Tahapan Konflik Memuncak Tahapan Konflik

(31)

C. Alur Campuran

Alur campuran adalah pengisahan suatu peristiwa yang diacak atau tidak beraturan, tetapi bila dirangkai akan menjadi suatu cerita yang padu. Alur campuran ini sangat membutuhkan konsentrasi tinggi pembaca dalam memahami cerita. Pada alur ini, ceritanya dimulai dari tahap klimaks. tahap klimaks yang telah dipaparkan di awal cerita kemudian dimundurkan ke tahap pengenalan masalah, hal itu bertujuan agar pembaca atau penonton bisa tahu asal mula dari adanya konflik di cerita tersebut. Agar lebih memahami lagi permasalahan atau klimaks tersebut, alur cerita pada jenis alur ini dimundurkan kembali ke tahap pengenalan. Setelah itu, baru dinaikkan ke tahap antiklimaks dan berakhir di tahap penyelesaian. Bila dibentuk pola, tahapan alur pada alur campuran adalah sebagai berikut ini.

2.2.2 Konflik Sosial

Konflik merupakan sesuatu proses sosial individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan.

Konflik Memuncak atau klimaks Kemunculan

Konflik Pengenalan.

Klimaks atau Puncak Konflik Klimaks atau Puncak

Konflik Pengenalan Antiklimaks atau Konflik

(32)

Koflik sosial terjadi karena memiliki Sebab musabab atau akar-akar. Penyebab konflik sosial tersebut kemudian dikaji membentuk permasalahan untuk menemukan konflik didalam kehidupan sosial.

Konflik sosial merupakan suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih ketika pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Latar belakang adanya konflik adalah adanya perbedaan yang sulit ditemukan kesamaannya atau didamaikan baik itu perbedaan kepandaian, ciri fisik, pengetahuan, keyakinan, dan adat istiadat.

Menurut Soekanto (2012: 94), konflik merupakan dilema sosial ketika orang-perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan. Soekanto memandang konflik terjadi pada perilaku pribadi-pribadi maupun kelompok-kelompok manusia yang menyadari adanya perbedaan- perbedaan yang dapat mengakibatkan perbedaan tersebut menjadi suatu pertentangan atau pertikaian atau kita juga sering menyebutnya sebagai konflik. Perasaan memegang peranan yang penting dalam mempertajam perbedaan- perbedaan sedemikian rupa, sehingga masing-masing pihak berusaha untuk saling menghancurkan. Perasaan tersebut biasanya berwujud amarah dan rasa benci yang menyebabkan dorongan-dorongan untuk melukai atau menyerang

(33)

pihak lain, atau untuk menekan dan menghancurkan orang perorangan atau kelompok manusia yang menjadi lawan (Soekanto, 2012: 94).

Walaupun konflik merupakan suatu proses yang disosiatif, akan tetapi konflik sebagai salah satu bentuk proses sosial mempunyai fungsinya bagi masyarakat. Dalam artian, mempunyai akibat yang positif. Apakah suatu konflik membawa akibat-akibat yang positif atau negatif, tergantung dari persoalan yang dipertentangkan dan juga dari struktur sosial di mana konflik menyangkut suatu tujuan, nilai-nilai atau kepentingan-kepentingan. Salah satu faktor yang dapat membatasi akibat-akibat negatif dari suatu konflik adalah sikap toleransi yang institutionalized. Dalam kelompok-kelompok di mana warga- warganya dalam frekuensi yang tinggi mengadakan interaksi sosial kemungkinan terjadinya konflik dapat ditekan (Soekanto, 2012: 95).

Soekanto (2012: 91) mengemukakan bahwa akar penyebab permasalahannya sehingga menimbulkan pribadi-pribadi ataupun kelompok-kelompok menjadi pecah dan menimbulkan konflik akibat adanya perbedaan-perbedaan yang terdiri dari: (1) konflik karena perbedaan orang-perorangan, (2) konflik karena perbedaan kebudayaan, (3) konflik karena perbedaan kepentingan, dan (4) konflik karena perubahan-perubahan sosial. Sebab musebab konflik tersebut dikaji menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.

(34)

1. konflik karena perbedaan orang-perorangan

Perbedaan orang-perorangan merupakan perbedaan pendirian dan perasaan yang akan setiap orang biasanya menjadi pemicu utama dalam konflik soisal. Sebab dalam menjalin hubungan sosial yang baik, seseorang tidaklah selalu sejalan dengan kelompoknya. Perbedaan ini mampu menimbulkan konflik sosial (Soekanto, 2012: 94).

Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, paling penting adalah rekasi, entah yang berwujud pujian atau celaan yang kemudian merupakan dorongan bagi tindakan-tindakan selanjutnya dalam memberikan rekasi

tersebut ada suatu kecenderungan manusia untuk

memberikan keserasian dengan tindakan-tindakan orang-orang lain (Soekanto, 2012: 110).

Suatu konflik mungkin terjadi karena persaingan untuk mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama, atau terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan itu. Suatu contoh adalah hubungan antara mayoritas dengan minoritas. Reaksi individu minoritas cenderung dalam bentuk sikap tidak bisa menerima, agresif, menghindar.

2. Konflik karena perbedaan kebudayaan

Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta

(35)

“buddhi” yang berarti budi dan akal. Dengan demikian, kebudayaan dapat diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal.” Dengan kata lain, kebudayaan mencakup kesemuanya, kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perikelakuan normatif, yaitu mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak (Soekanto, 2012: 166-167).

Perbedaan kepribadian dari orang perorangan

bergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi

latar belakang pembentukan serta perkembangan

kepribadian tersebut. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang sama. Apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat. Misalnya orang Jawa dengan orang Papua yang memiliki budaya berbeda, jelas akan membentuk pola pikir dan kepribadian yang berbeda pula. Jika di dalam banyaknya perbedaan yang ada dimasyarakat, tak ada suatu hal yang dapat mempersatukan, maka berakibat timbulnya konflik sosial.

Konflik perbedaan kebudayaan adalah perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang

(36)

pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut. Seorang secara sadar maupun tidak sadar, sedikit banyaknya akan terpengaruh oleh pola-pola pemikiran dan pola-pola pendirian dari kelompoknya (Soekanto, 2012: 94).

Perubahan dari kepribadian orang-perorangan yang berlangsung di dalam kelompok atau antar kelompok, tentu selalu ada orang yang menaruh simpati kepada kedua belah pihak. Ada pribadi-pribadi tahan untuk menghadapi situasi demikian, akan tetapi banyak pula merasa dirinya tertekan,

sehingga mengakibatkan suatu penyiksaan terhadap

mentalnya (Soekanto, 2012: 99). Pembagian perbedaan kebudayaan tersebut akan dibagi menjadi: kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan dan kebudayaan khusus atas dasar agama, dan kebudayaan khusus kelas sosial. 3. Konflik karena perbedaan kepentingan

Bentrokan-bentrokan kepentingan individu-individu

maupun kelompok- kelompok manusia merupakan sumber lain dari pertentangan. Kepentingan tersebut dapat bermacam-macam perwujudannya, misalnya kepentingan dalam bidang ekonomi, politik, dan lain sebagainya (Soekanto, 2012: 94).

Perbedaan bentrokan kepentingan inilah disebabkan

(37)

menyebabkan perbedaan kepentingan dari kedua belah pihak. Kekuasaan merupakan setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat (Soekanto, 2012: 260).

Adanya kekuasaan cenderung tergantung dari hubungan antara yang berkuasa dan dikuasai, atau dengan kata lain, antara pihak yang memiliki kemampuan untuk melancarkan pengaruh dari pihak lain yang menerima pengaruh ini dengan rela atau karena terpaksa (Soekanto, 2012: 259-260). Adanya wewenang dapat menjadi efektif bila didukung dengan kekuasaan yang nyata. Sering kali terjadi letaknya wewenang yang diakui oleh masyarakat dan letaknya kekuasaan nyata, tidak berada tetap di satu tempat atau dalam satu tangan. Dalam masyarakat kecil dan susunannya sederhana, pada umumnya kekuasaan yang dipegang oleh seseorang atau kelompok meliputi bermacam bidang, sehingga terdapat gejala kuat, bahwa kekuasaan itu lambat laun diidentifikasikan dengan orang yang memegangnya (Soekanto, 2012: 260).

Adanya kekuasaan dan wewenang pada setiap masyarakat, merupakan gejala yang wajar, walaupun

(38)

wujudnya kadang-kadang tidak disukai oleh masyarakat itu sendiri, oleh karena sifatnya mungkin abnormal menurut pandangan masyarakat bersangkutan. Setiap masyarakat memerlukan suatu faktor pengikat atau pemersatu, terwujud dalam diri seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kekuasaan dan wewenang, sekaligus mempertahankan integritas masyarakat (Soekanto, 2012: 262).

4. Konflik karena perubahan-perubahan sosial

Perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam

masyarakat, untuk sementara waktu merubah nilai-nilai dalam masyarakat dan menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang berbeda dari pendiriannya mengenai reorganisasi dari sistem nilai-nilai, sebagai akibat

perubahan-perubahan sosial menyebabkan suatu

disorganisasi dalam masyarakat (Soekanto, 2012: 95). Perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perikelakuan, organisasi, susunan lembaga- lembaga

kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat,

kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan lain sebagainya (Soekanto, 2012: 304).

Perubahan-perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu, namun dewasa ini

(39)

perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepat, sehingga seolah-olah membingungkan manusia yang menghadapinya, sehingga dalam masyarakat-masyarakat di dunia ini sering terjadi perubahan- perubahan atau suatu keadaan ketika perubahan-perubahan tersebut berjalan secara konstan (Soekanto 2012: 305).

Jadi, penulis menyimpulkan bahwa penyebab konflik karena perubahan sosial adalah konflik yang terjadi berkaitan dengan hal-hal mengenai perbedaan prinsip dan latar belakang kehidupan tiap kelompok. Penyebab konflik tersebut dapat menimbulkan konflik yang besar dan tidak jarang dapat melibatkan banyak individu atau masyarakat. 2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian mengenai ‘Konflik Sosial dan Alur dalam Novel Maryam

karya Okky Madasari’ didasari dengan kerangka berpikir. Kerangka berpikir merupakan skema dari proses penelitian yang akan dilakukan. Tujuan dari kerangka berpikir adalah mempermudah peneliti dalam menguraikan jalannya penelitian.

Karya sastra merupakan cerminan kehidupan masyarakat. Karya sastra sebagai cerminan kehidupan masyarakat merupakan sebuah proses hidup, yang sebenarnya tidak hanya mencerminkan realitas, melainkan dapat juga memberikan sebuah refleksi realitas lebih besar, lebih lengkap, lebih hidup, dan lebih dinamis yang mungkin melampaui pemahaman.

(40)

Dalam karya sastra, ada jenis karya sastra oleh pengarangnya lebih mengedepankan unsur relitas kehidupan sehari untuk menghasilkan karya sastra tersebut. Karya sastra yang dimaksud adalah novel. Novel merupakan pengejawantahan kehidupan hasil pengamatan sastrawan atas kehidupan sosial sekitarnya. Sastra lahir, dari cara pandang pengarang terhadap fakta-fakta sosial di lingkungan sekitarnya, hal tersebut mewakili kenyataan bahwa, novel merupakan karya sastra paling sering dihasilkan dari tiruan fakta kehidupan sosial sehari-hari. Fakta-fakta sosial tersebut berupa masalah manusia dan kemanusiaan, kemudian digambarkan lewat tulisan. Melalui penggambaran tersebut pembaca dapat menangkap gambaran seseorang pengarang mengenai dunia sekitarnya. Dari latar belakang masalah diatas, penulis kemudian merangkai bentuk penelitian yaitu, menemukan jenis alur dan konflik sosial dalam novel Maryam Karya Okky Madasari.

Penelitian ini akan dijelaskan dengan menggunakan konsep, teori, dan metode penelitian yang ada kaitannya dengan masalah penelitian serta untuk membantu menjawab permasalahan utama dalam penelitian. Teori alur digunakan sebagai bekal menganalisis dan menemukan jenis alur yang muncul dalam novel Maryam, sedangkan untuk menemukan bentuk konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam, penulis menggunakan teori konflik sosial oleh Soerjono Soekanto. Alur yang ditemukan dalam novel kemudian menjadi dasar peneliti untuk menemukan bentuk konflik sosial dalam novel.

(41)

Adapun penjelasan mengenai penelitian ‘Konflik Sosial dalam Novel

Maryam karya Okky Madasari’ dijelaskan menggunakan bagan kerangka berpikir sebagai berikut:

Konflik Sosial dan Alur dalam Novel Maryam karya Okky Madasari

Teori

Alur teori konflik sosial oleh

Soerjono Soekanto

Metode penelitian: deskriptif kualitatif

Teknik pengumpulan data: teknik baca dan teknik catat

Teknik analisis data: tahap identifikasi, tahap klasifikasi,

tahap deskripsi

Hasil penelitian

Jenis alur dan bentuk konflik sosial yang muncul dalam novel

(42)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan data, mencatat data, baik primer maupun sekunder, dapat dipergunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian menganalisis dampak lingkungan dituju dan respon emosi dengan pemberian impulsif yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan. Sugiyono (2010: 2) mengemukakan bahwa “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Pengertian metode deskriptif dikemukakan oleh Sugiyono (2010: 29)

bahwa Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk

menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan lebih luas. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah metode penelitian yang menjabarkan hasil penelitian lebih luas dan tidak terikat oleh jumlah angka atau bilangan.

Menurut Sugiyono (2010: 14), Metode penelitian kualitatif adalah metode berdasarkan pada filsafat postpositivisme, sedangkan untuk meneliti pada objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara triangulasi (gabungan). Analisis data

(43)

bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang dilakukan secara utuh kepada subjek penelitian dimana terdapat sebuah peristiwa ketika peneliti menjadi instrumen kunci dalam penelitian, kemudian hasil pendekatan tersebut diuraikan dalam bentuk kata-kata tertulis, data empiris yang telah diperoleh, dan dalam pendekatan ini pun lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Berdasarkan paparan di atas sangat jelas bahwa jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif karena pada penelitian ini, peneliti mendeskripsikan alur dan hasil analisis bentuk konflik sosial yang muncul dalam novel Maryam karya Okky Madasari. 3.2 Objek Penelitian

Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan yang diteliti. Jangan sampai terjadi membuat rancangan penelitian dilakukan di belakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di objek penelitian (Sugiyono, 2010: 41). Dalam melakukan penelitian terlebih dahulu harus menentukan objek penelitian, dimana objek penelitian ini merupakan alat yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam suatu penelitian.

Berdasarkan penjelasan di atas, objek penelitian ini adalah konflik sosial

(44)

3.3 Data dan Sumber Data a. Data

Data dalam penelitian ini yaitu data kualitatif. Data kualitatif berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka (Aminuddin, 1990: 16). Berdasarkan pernyataan tersebut, data penelitian ini berupa kata, kalimat, paragraf, wacana yang mengandung unsur konflik sosial dalam novel “Maryam” karya Okky Madasary.

b. Sumber Data

1) Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber utama penelitian yang diperoleh tanpa lewat perantara (Siswantoro, 2004: 140). Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul “Maryam

Karya Okky Madasari yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 2012.

2) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data kedua (Siswantoro, 2004: 140). Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu data-data bersumber dari buku-buku acuan berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian.

(45)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah teknik membaca dan teknik mencatat.

1. Teknik baca

Pada teknik ini, peneliti terlebih dahulu membaca novel “Maryam” secara keseluruhan dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang karya sastra yang dibaca khususnya konflik sosial yang akan dicari dalam novel tersebut sebelum menganalisisnya secara mendalam. 2. Teknik catat

Setelah membaca novel berjudul “Maryam” karya Okky Madasari, peneliti akan mengidentifikasi, kemudian mencatat atau merangkum hasil temuan tersebut untuk diklasifikasikan konflik sosialnya. Tujuan dari teknik catat adalah untuk mendeskripsikan hasil analisis konflik sosial novel.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti merujuk pada kajian analisis deskriptif.Analisis deskriptif yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010: 29) bahwa Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan lebih luas. Untuk menggambarkan atau menganalisis penelitian ini, dilakukan dengan cara mengidentifikasi,

(46)

mengklasifikasi, dan memaparkan masalah penelitian tersebut. Kemudian peneliti mengaitkan deskripsi masalah tersebut ke dalam suatu bentuk kalimat, sehingga penelitian ini benar-benar jelas. Terdapat tiga langkah teknik analisis data dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Identifikasi

Dalam tahap identifikasi, data-data yang telah terkumpul

diidentifikasi dengan mengkaji konflik sosial dan alur dalam novel

“Maryam”.

2. Tahap klasifikasi

Dalam tahap klasifikasi, data diklasifikasikan atau dikelompokan berdasarkan temuan jenis alur dan tokoh yang mengalami konflik sosial didalam novel “Maryam”.

3. Tahap deskripsi

Dalam tahap deskripsi, peneliti akan memaparkan data-data yang telah dikaji dan disertai dengan bukti kutipan yang memperkuat hasil analisis.

(47)

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian dan pembahasan

Hasil penelitian dikaji dari novel Marryam karya Okky Madasari terdiri dari dua pokok permasalahan yang meliputi deskripsi alur yang muncul dalam Novel Maryam karya Okky Madasari, deskripsi hasil analisis bentuk konflik sosial yang muncul, dalam novel Maryam karya Okky. Hasil penelitian yang sudah dikaji kemudian langsung dibahas peneliti dalam bentuk penjelasan rinci.

4.1.1. Alur

Alur berkaitan dengan masalah bagaimana peristiwa, tokoh, dan segala sesuatu digerakkan, dikisahkan sehingga menjadi sebuah rangkaian

cerita yang padu dan menarik. Alur yang digunakan pada

novel Maryam adalah alur campuran (maju-mundur) Cerita awalnya adalah kisah hidup Maryam di masa lalu (flashback ) sebelum ia meninggalkan rumah dan keluarganya. Lalu alur berganti maju saat penulis menceritakan kehidupan Maryam setelah kembali di tengah keluarganya dan menjalani hidup yang tidak terduga. Alur yang mucul dalam novel ini kemudian di deskripsikan dan dijelaskan dengan menggunakan pola bagan tahapan alur pada alur campuran sebagai berikut:

(48)

Bagan berupa pola alur dalam novel Maryam

Bagan pola alur dalam novel Maryam di atas akan dijelaskan dan dibuktikan dengan kutipan dalam novel sebagai berikut ini.

a. Tahap Pengenalan (alur mundur)

Pengenalan pada novel Maryam dimulai dari perjalanan kembalinya Maryam ke kampung halamannya untuk menemui keluarganya setelah lima tahun berpisah. Perceraian dengan Alam yang akhirnya membuatnya kembali dan mengingat keluarga yang akan selalu menerimanya. Ingatan-ingatan masa lalu muncul dalam benak Maryam,

Tahap Pemunculan Konflik (Alur

Mundur)

Tahap Pemecahan Masalah (Alur Maju) Tahap Peningkatan

Konflik (Alur Maju)

Pengenalan (Alur Mundur) Tahap Klimaks (Alur Maju) Tahap Penyelesaian (Alur Mundur

(49)

mulai dari saat ia bersekolah SMA dan akhirnya melanjutkan pendidikan ke Universitas Airlangga, Surabaya. Ingatan masalalu ini membuktikan adanya alur mudur dalam novel Maryam. Bukti kutipan dalam novel terkait hal tersebut adalah sebagai berikut ini.

(1) “Januari 2005, apa yang diharapkan orang yaang terbuang pada sebuah kepulangan? Ucapan maaf, uangkapan kerinduan, atau tangis kebehagiaan?” (Madasari 2012:13).

(2) “perkawinan yang umurnya belum genap lima tahun itu karam. Maryam memilih keluar. Ia sendiri heran, bagaimana bisa selama itu bertahan. Berusaha membangun kebahagiaan ditengah kecurigaan dan kepalsuan” (Madasari 2012:15).

(3) “Lulus SMA pada tahun 1993, Maryam benrangkat ke Surabaya. Mengikuti ijian masuk ke perguruan tinggi negeri” (Madasari 2012:21).

b. Tahap Pemunculan Konflik (alur mudur)

Setelah pengenalan cerita, maka pada tahap pemunculan konflik digambarkan saat Maryam berkuliah dan tinggal jauh dari orangtuanya. Ia tinggal di Surabaya bersama Pak Zul dan Bu Zul. Perkenalan dengan pemuda Ahmadi bernama Gamal membuat Maryam gembira, tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Sikap Gamal mulai berubah dan berpaling dari Ahmadi yang dianggap sesat. Gamal tentu juga berpaling dari Maryam. Kesedihan dalam hati Maryam membuatnya sedikit menutup diri. Hingga ia bertemu dengan Alam Syah yang akhirnya mampu membuat hidupnya bangkit lagi dan ia berhasil melupakan Gamal.

Dari penjelasan diatas, membuktikan alur masih bersifat mundur, hal tersebut dikarekan Maryam masih memikirkan masa lalunya dari

(50)

berkuliah di Surabaya, bertemu kekasih nya Gamal, Gamal yang meninggalkan Ahmadi dan dirinya (keadaan ini kemudian peneliti sebut sebagai pertanda munculnya konflik), hingga ia bertemu Alam sebagai pengobat luka sakit hatinya karena ditinggal Gamal. Pada tahap pemunculan konflik inilah, membantu peneliti untuk menemukan bentuk konflik sosial yang terjadi novel. Penetuan bentuk konflik sosial yang muncul juga terdapat pada tahap peningkatan konflik dan tahap klimaks hingga tahap peleraian. Bukti kutipan dalam novel terkait hal tersebut adalah sebagai berikut ini.

(4) “Maryam tinggal bersama keluarga yang suda seperti saudara, kenalan orangtua nya, sama-sama Ahmadi. Pak dan Bu Zuzuli, yang kemudian biasa dipanggil Maryam dengan sebutan Pak dan Bu zul” (Madasari 2012: 21).

(5) “Sering usai pengajian seperti ini, orangtua-orangtua itu menggoda yang muda-muda, menjodohkan mereka satu sama lain. Ada satu pemuda yang selalu mereka sebut-sebut akan cocok dengan Maryam, namanya Gamal, empat tahun lebih tua dari pada Maryam. Maryam tak menolak dijodoh-jodohkan seperti itu. Diam-diam ia malah mengharapkan. Suda lama ia ingin punya pacar” (Madasari 2012: 23-24).

(6) “Dari pertemuan seminggu sakali di pengajian, kini mereka mulai mengatur pertemuan-pertemuandengan berbagai alsan. Pernah beberapa kali Bu Zulmembuat berbagai alsan agar Gamal dan Maryam keluar berdua. Kadang-kadang Gamal menjemput Maryam ke kampus, mereka pulang bersama dan Bu Zul menyambut mereka dengan gembira. Kabar hubungan Gamal dan Maryam sudah menyebar ke seluruh anggota pengajian. Orangtua itu semakin menggoda. Bapak dan ibu Gamal pun tak kalah semangat. Sambil bercanda mereka mengatakan hanya tinggal tunggu Gamal minta di lamarkan” (Madasari 2012: 24-25).

(7) “Saat itu bulan-bulan terakhir tahun 1995, Gamal suda sampai bagian terakhir skripsi nya. Mryam merasakan ada yang berbeda

(51)

pada Gamal sekarang. Tepat nya sejak ia pulang dari Banten, dalam melakukan penelitian.Gamal menjadi lebih pendiam sejak pulang dari penelitian” (Madasari 2012: 25-26)

(8) “Dengan suara lebih tinggi ia menyalah bapak dan ibunya. Ia menyebut segala yang mereka yakini sesat. Gamal tak lagi kembali sampai saat ini.Gamal memang benar-benar tak pulang. Bapak-ibunya telah putus asa mencari” (Madasari 2012: 28-29). (9) “Maryam merindukan Gamal dengan ragu.tak tahu apakah ras

seperti ini masih boleh di pelihara sementara Gamal sendiri entah dimana. Maryam tak pernah mendapat jawaban dari segala kerisauan nya. Sebagaimana ia juga selalu gagal menyingkirkan rasa rindunya pada Gamal” (Madasari 2012: 31).

(10) “bayangan Gamal masih tetap mengiringinya. Bahkan ketika ia berhasil mendapat pekerjaan di sebuah bank besar di Jakarta. Baru kemudian, ketika Alam datang,Maryam kembali merasakan apa yang dahulu dirasakannya saat mulai dekat dengan Gamal. Maryam jatuh cinta” (Madasari 2012: 32).

c. Tahap Peningkatan Konflik (alur maju)

Maryam akhirnya menikah dengan Alam melalui seorang wali nikah. Pernikahan itu tidak direstui orang tua Maryam, karena akhirnya Maryam memutuskan untuk keluar dari ajaran Ahmadi dan mengikuti keyakinan Alam.

Pernikahan itu akhirnya tumbang. Maryam kembali menyusuri kampung halamannya, mencari keberadaan keluarganya, hingga ia mengetahui kejadian buruk yang menimpa keluarganya saat ia meninggalkan mereka. Rasa bersalah menggelayuti hati Maryam. Ia lalu mendatangi rumah keluarganya yang baru dengan penuh ketakutan.

Keadaan di atas, membuktikan bahwa, konflik sudah mulai muncul. Tidak hanya satu konflik yang muncul pada tahap ini, tetapi sudah mulai

(52)

kompleks dan banyak. Berawal dari pernikahan yang tidak direstui oleh orangtua Maryam, hingga perbedaan pendapat antara tokoh Maryam, Ibu Alam, dan Alam sehingga menimbulkan perceraian antara Maryam dan Alam. Konflik mulai bermunculan lagi, hingga menjadi kompleks, ketika Maryam pulang ke kampung halamannya. Ia menemukan rumah milik Ayahnya yang sudah tidak ditempati, hal tersebut terjadi karena pengusiran dilakukan oleh warga Gerupuk terhadap orang yang menganut kepercayaan Ahmadi.

Pada tahap ini, alur mulai berjalan maju, hal ini dibuktikan dengan perceraian Maryam dengan Alam, kemudian membawa Maryam pulang ke kampung asalnya untuk bertemu orang tua dan memulai hidup yang baru. Bukti kutipan novel terkait hal tersebut adalah sebagai berikut ini.

(11) “kata-kata Alam kemudian diulang Maryam di depan kedua orangtua nya. Bahwa perbedaan itu tak perlu dijadikan permasalahan. Orangtuanya tak mau mengerti. Maryam punya dua pilihan: menjadikan Alamseorang Ahmadi atau Meninggalkan Alam selamanya. Maryam menolak keduanya. Ia memilih pergi. Masing-masing menyimpan amarah. Maryam menikah dengan Alam tanpa memberitahu arangtuanya lagi. Semuanya cukup jelas, pikirnya” (Madasari 2012: 40).

(12) “Pada akhir tahun 2000, seorang wali nikah dari KantorUrusan Agama menikahkan mereka. Maryam sah menjadi isri Alam. Ia jadikan Alam sebagai satu-satunya imam dan panutan. Ditinggalkannya semua yang dulu ia yakini” (Madasari 2012: 40).

(13) “Maryam berontak, menagih segala ikrar yang mereka buat di Bali waktu itu. Alam merasa diserang. Ia juga merasa Maryam tidak mau mengerti. Hari-hari mereka sejak itu hanya dipenuhi pertengkaran. Kalaupun tak bertengkar keduanya diam penuh keteganga, menyampaikan kecewa dan kesal tanpa harus lewat

(53)

kata-kata. Yang ia ingat, selama berbulan-bulan terakhir sebelum mereka akhirnya ke pengadilan, Maryam sibuk mencuri-curi waktu di sela-sela jam kerja, membaca artikel-artikel di internet tetang perceraian” (Madasari 2012: 127).

(14) “Hingga akhirnya hari ini ia benar-benar kembali pulang. Gerupuk hanyalah kampung kecil di sudut Timur pesisir selatan Lombok. Nyaris tak dikenal. Peta-peta wisata menggambarkan hanya Kuta sebagai satu-satu nama tempat di sepanjang garis pantai itu” (Madasari 2012: 41).

(15) “Pak Khairudin dan keluarganya pergi dan tak pernah kembali lagi ke Gerupuk. Semua diawali sekitar seminggu sebelumnya. Saat ribut-ribut besar terjadi di sebuah desa, sepuluh kilometer dari arah Gerupuk ke arah timur Utara. Tanpa ada yang bisa menejelaskan asal mulanya, tiba-tiba semua orang di desa itu menjadi beringas, mengangkat cangkul dan parang, membawa batu-batu besar menuju rumah orang-orang yang mereka anggap berbeda dari kebanyakan orang. Maryam menangis. Cerita Jamil tergambar jelas dalam pikirannya” (Madasari 2012: 51-52).

d. Tahap Klimaks (alur maju)

Pernikahan Maryam dan Umar akhirnya terlaksana. Pernikahan untuk membahagiakan orang tua mereka lalu berubah menjadi pernikahan yang penuh cinta. Hingga Maryam mengandung buah cintanya dengan Umar. Saat mereka menggelar pengajian empat bulanan kehamilan Maryam, rumah mereka diserbu oleh warga yang melempar batu dari kejauhan. Kerusuhan akhirnya pecah dan semua pengikut Ahmadi yang datang akhirnya mengungsi. Dengan terpaksa mereka harus tinggal di Gedung Transito. Usaha untuk meminta perhatian dari Gubernur dan Dinas Sosial sia-sia. Mereka tidak melakukan apapun, hanya mengirimkan pasokan makanan setiap bulannya.

(54)

Fatimah lalu menikah dengan seorang lelaki yang bukan Ahmadi dengan Umar sebagai walinya. Beberapa saat kemudian, Maryam dan seluruh pengikut Ahmadi menerima kabar meninggalnya Pak Khairuddin dalam sebuah kecelakaan. Pemakamannya ditolak oleh warga, hingga mereka harus memakamkan di tempat lain.

Pada penejelasan ini, membuktikan bahwa, konflik yang pada tahap sebelumnya mulai muncul, kini memuncak menjadi klimaks. Hal tersebut dibuktikan dengan pengusiran lanjutan warga Lombok terhadap penganut Ahmadi. Klimaks juga terjadi karena ada bentuk konflik yang benar-benar terjadi yaitu, penyerangan warga saat Maryam dan keluarga penganut Ahmadi sedang mengadakan Syukuran lima bulan kehamilan. Konflik tersebut memakan korban, tidak hanya nyawa, tetapi juga rumah-rumah penganut Ahmadi dibakar, mereka dilarang untuk kembali ke rumahnya, pemerintah Lombok tidak bisa berbuat banyak hal, mereka hanya menyediakan gedung transito untuk penginapan pada penganut Ahmadi.

Konflik muncul lagi dalam keadaan yang genting. Pak khairuddin harus sakit hati untuk kedua kalinya karena, mendengar berita bahwa anak keduanya Fatima, mengingikan untuk menikah dengan pemuda yang bukan penganut Ahmadi. konflik, tidak hanya sampai disitu saja, konflik mulai mengarah lagi pada klimaks, hal ini dibuktikan ketika

(55)

kematian Ayahanda Maryam. Masyarakat Gerupuk lagi-lagi menolak, almahrum Ayahanda Maryam untuk di kebumikan di pekuburan umum milik warga Gerupuk, dikarekan Almahrum menganut aliran sesat. Mereka berpendapat kalausaja membawa dampak buruk bagi Gerupuk.

Alur pada tahap ini adalah alur maju, hal tersebut dikarenakan permasalah yang diceritakan penulis terus maju ke tahap selanjutnya, hal tersebut di buktikan dengan kehidupan Maryam yang suda mulai membaik, menikah dengan Umar, hingga muncul konflik yang besar. Bukti kutipan novel terkait hal tersebut adalah sebagai berikut ini.

(16) “sebagaimana biasanya saat mereka meenggelar pengajian rutin. Setelah beberapa surta dibaca bersama, biasanya sang ustaz akan langsung memberi ceramah. Tapi tidak hari ini. Acara disambung dengan ijab Kabul antara Umar dan Maryam. Sang ustaz menjadi sang penghulu. Zulkhair, ketua organisasi, menjadi saksi dari pihak Maryam. Umar memberikan alat salat dan Al Quran sebagai mas kawin. Saat suara ‘sah’ di ucapkan berkali-kali, air mata Maryam mengalir” (Madasari 2012: 163).

(17) “Juli 2005 Maryam hamil satu bulan. Kabar mengejutkan sekaligus menggembirakan. Ibu Umar dan orangtua Maryam tak berhenti-hentinya mengucap syukur dengan mata yang berbinar. Umar tak mengucapkan apa-apa, tapi gerka tubuhnya menunjukan ia sedang bahagia” (Madasari 2012: 213).

(18) “Jam empat sore semua orang sudah duduk di tempat yang disediakan. Perempuan didalam rumah, laki-laki diteras dan halaman yang sudah dialasi tikar. Bapak Maryam membuka acara. Pembukaan singkat yang intinyaadalah pengharapn agar bayi yang dikandung Maryam sehat, lancar dalam proses kelahiran, dan nantinya tumbuh jadi anak yang saleh dan berbakti pada orangtua (Madasari 2012: 221).

(19) “saat menunggu ustaz mulai memimpin pengajian, suara dari masjid terdengar jelas. Orang itu sedang bicara soal kelompok aliran sesat. Nama Ahmadiyah berkali-kali disebut. Semua yang ada dirumah Pak Khairuddin mulai tak tenang. Uztad mengambil

Referensi

Dokumen terkait

Kumpulan Perundang-undangan undang-Und ang no.25 Tahun 2004 tentang Sistem perencanaan pembangunai Nasionat (sppN).. Bandung:

[r]

SEM-EDX didasarkan pada analisis spektral radiasi sinar-X karakteristik yang dipancarkan dari atom sampel pada iradiasi dengan berkas elektron yang difokuskan dari

Basis data arus dan pasang surut di Indonesia di desain untuk menyimpan dan mengolah data arus dan pasang surut, baik hasil dari pengamatan lapangan, katalog yang telah ada,

Bertahun-tahun lamanya Laut Tengah menjadi pusat perdagangan internasional antara para pedagang dari Barat/Eropa dan Timur. Salah satu kota pusat perdagangan itu yang

Media Visual yang akan diterapkan dalam perancangan adalah visual komik strip yang bercerita tentang Semarang dengan pengangkatan tokoh Ngesti Pandowo

Penulisan Hukum ini membahas tentang bentuk pertanggungjawaban pidana korporasi lembaga perbankan (Bank Century) dan bentuk perlindungan hukum yang diberikan

Basis data terdiri atas semua fakta yang diperlukan, dimana fakta tersebut digunakan untuk memenuhi kondisi kaidah-kaidah dalam sistem.. Basis data menyimpan semua fakta, baik