BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Sikap Keuangan
Sikap keuangan merupakan suatu pola kedisiplinan bagaimana seseorang mengelola uangnya. Untuk itu sikap keuangan yang bagus menandakan pengendalian diri yang bagus pula. Demi menjamin terciptanya sikap keuangan yang bagus, kita perlu mendedikasikan kedisiplinan diri dalam mengelola uang seperti setelah membuat rencana keuangan maka ketaatan dalam melaksanakannya sangat penting. Selain itu juga, sikap keuangan akan memberikan suatu pandangan yang benar tentang bagaimana merespon suatu stimuli untuk mengeluarkan uang (Sina, 2016: 59).
Sikap atau attitude oleh Kreitner dan Kinicki (2010:160) didefinisikan sebagai suatu kecenderungan yang dipelajari untuk merespon dengan cara menyenangkan atau tidak menyenangkan secara konsisten berkenaan dengan objek tertentu. Apabila kita mempunyai sikap positif tentang pekerjaan kita, maka kita akan bekerja lebih lama dan lebih keras. Sikap mendorong kita untuk bertindak dengan cara spesifik dalam konteks spesifik. Artinya, sikap mempengaruhi perilaku pada berbagai tingkat yang berbeda. Berbeda dengan nilai-nilai yang menunjukan keyakinan menyeluruh bahwa mempengaruhi perilaku di semua situasi.
Minimol dan Harikumar (2013) menyatakan bahwa sikap keuangan dapat diukur dari kemampuan investor mengelola keuangannya, keinginan untuk menambah wawasan keuangan, dan lain-lain. Sikap keuangan juga merupakan pernyataan evaluatif, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan, tentang objek, orang atau kejadian.
2. Pengetahuan Keuangan
sangat diperlukan agar individu dapat mengambil keputusan keuangan dengan bijak (Toelle, 2017).
Teori keagenan Jensen dan Meckling pada tahun 1976, teori ini merupakan hubungan keagenan yaitu hubungan antara atasan (principal) dangan bawahan (agen atau karyawan) yang diberi kekuasaan untuk membuat keputusan. Menurut teori keagenan, konflik antara principal dan agen dapat dikurangi dengan mensejahterakan kepentingan antara principal dan agen. Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional merupakan dua mekanisme yang mengendalikan terjadinya masalah keagenan.
Menurut Setiawan dkk, (2016) berasusmsi bahwa manusia berperilaku secara sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang dimiliki untuk menentukan niat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dalam hal ini pengetahuan merupakan sumber informasi yang akan menentukan niat tersebut. Peningkatan dalam pengetahuan keuangan cenderung menyebabkan semakin baik atau efektifnya perilaku keuangan serta pengambilan keputusan keuangan.
Tingkat pengetahuan keuangan yang dimiliki oleh seseorang dapat dilihat melalui:
a. Sebijak apa orang tersebut mampu memberdayakan gunakan sumber daya keuangan. Dalam hal ini, seseorang yang memiliki pengetahuan keuangan yang baik akan mampu menggunakan sumber daya keuangannya dengan baik dan maksimal pula.
b. Menentukan sumber pembelanjaan. Orang dengan pengetahuan yang baik dapat menentukan dari mana sumber pembelanjaan yang dimiliknya.
c. Mengelola risiko jiwa. Sebaik apa seseorang dalam mengelola risiko jiwanya dapat dilihat dari seberapa baik pengetahuan keuangan yang dimilikinya.
d. Mengelola asset yang dimilikinya. Asset merupakan hal yang sangat penting yang tidak hanya harus dijaga, tetapi juga harus dikelola. Pengelolaan asset yang baik akan menunjukkan sebaik apa pula tingkat pengetahuan keuangan yang dimiliki seseorang (Margaretha & Sari, 2015).
3. Pengalaman Positif dengan Penyedia Utang
kewirausahaan. Hal tersebut terkait dengan pengetahuan dan pengalaman yang selama ini mereka alami atau orang lain alami. Pengalaman hidup menyediakan akses informasi yang baru dan membantu dalam menemukan peluang ketika individu melakukan kewirausahaan. Individu dengan pengalaman hidup dan pekerjaan yang banyak akan memiliki akses dalam pengalaman yang beranekaragaman (Zusmelia, 2015: 155).
Pengalaman pribadi sebelumnya dengan pilihan pembiayaan dan perilaku penyedia dana/pinjaman (berdasarkan kondisi kredit, ketersediaan kredit, atau perilaku lembaga keuangan yang umum) cenderung menentukan keyakinan tentang perilaku masa depan penyedia keuangan dan dengan demikian membentuk sikap pemilik atau manajer keuangan (Koropp, et al. 2013).
Pengembangan sikap adalah hasil dari pengalaman langsung individu, misalnya, karena sekedar paparan. Namun, penelitian ini telah menunjukkan bahwa pembangunan sikap (pembentukan atau perubahan ) dapat dikenakan stimuli kontekstual atau peran sosial (Koropp dkk, 2013). Dengan demikian, sikap juga terbentuk melalui pengalaman langsung yang diperoleh dari kelompok referensi individu (Pangeran, 2016), misalnya, keluarga.
berpengalaman memiliki kecenderungan untuk menjadi semakin dihubungkan oleh masalah yang membuat sulit bagi mereka untuk mengenali wawasan baru dan perubahan situasional (Koropp dkk, 2013). Dengan demikian, pengalaman pribadi sebelumnya dengan pilihan pembiayaan dan perilaku pemasok (misalnya, berdasarkan ketersediaan kredit, kondisi kredit, dan perilaku lembaga keuangan umum) adalah kemungkinan untuk menentukan keyakinan tentang masa depan perilaku penyedia keuangan dan sikap keuangan manajer/pemilik.
4. Orientasi Tujuan Ekonomi
Orientasi tujuan adalah cara dimana orang termotivasi bekerja untuk memenuhi berbagai tujuan. Satu sisi ekstrem dari kontinum orientasi tujuan adalah perilaku tujuan agresif. Orang yang melakukan perilaku tujuan agresif cenderung menempatkan penghargaan yang tinggi terhadap kepemilikan materi, uang, dan aktualisasi diri. Di lain pihak, orang yang mengadopsi perilaku tujuan pasif menempatkan suatu nilai yang tinggi terhadap hubungan sosial, kualitas kehidupan, dan perhatian terhadap orang lain (Griffin, 2004: 149).
Menurut teori normatif oleh (Myers dan Majluf, 1984), manajer memilih sumber keuangan perusahaan berdasarkan biaya modal dengan demikian perilaku keuangan mereka ditentukan oleh motivasi ekonomi murni, semua didedikasikan untuk tujuan tunggal: peningkatan nilai pemegang saham. Persepsi dan evaluasi selanjutnya tentang karakteristik lingkungan dan dengan demikian pembentukan sikap dipengaruhi oleh orientasi tujuan individu (Pangeran, 2016). Oleh karena itu, orientasi tujuan manajer atau pemilik perusahaan keluarga dapat berfungsi sebagai kerangka tertentu.
mempertahankan nilai emosional pribadi bisnis) lebih mungkin untuk melupakan peluang pertumbuhan yang tidak dapat dibiayai oleh dana internal. Penelitian menunjukkan bahwa tujuan ekonomi pemilik atau manajer perusahaan keluarga berpengaruh positif terhadap perolehan utang (Pangeran, 2016), karena perolehan utang sebagai alat pembiayaan bertujuan untuk meningkatkan kinerja (misalnya, dengan memfasilitasi proyek-proyek pertumbuhan) (Koropp dkk, 2013). Dengan demikian, tingginya tingkat orientasi tujuan ekonomi akan mempengaruhi secara positif sikap keuangan pemilik atau manajer pada utang.
dan pemanfaatan dana keluarga sebagai pengganti utang kepada penyedia utang eksternal.
5. Komitmen Keluarga
Menurut hasil dari penelitian yang telah dilakukan di PT Continental, diketahui bahwa PT Continental telah mengeksplor komitmen keluarga dimana setiap anggota keluarga telah memiliki komitmen yaitu saling percaya, saling menghargai dan saling mendukung, tanpa adanya komitmen maka rasa saling mencurigai antara saudara akan muncul dan pasti akan berdampak pada perusahaan keluarga. Mengeksplor komitmen keluarga menjadi isu penting sebagai kedewasaan keluarga dan anggota keluarga yang baru masuk dalam perusahaan. Dengan adanya perluasan keluarga menyebabkan hal ini berguna untuk bekerja bersama, dimana seluruh anggota keluaraga termasuk saudara ipar dan generasi selanjutnya dapat menghargai apa yang menjadi komitmen keluarga yang ada dalam bisnis (Winarwan dkk, 2016).
dengan identifikasi pribadi dengan perusahaan (Pangeran 2016), yang merupakan bentuk keterlibatan psikologis. Dengan demikian, komitmen keluarga yang tinggi dapat menghasilkan sikap positif pada anggota keluarga terhadap perusahaan. Oleh karena itu, komitmen keluarga cenderung meningkatkan minat dan partisipasi aktif dalam bisnis. Komitmen keluarga yang lebih tinggi karena dapat menyebabkan peningkatan interaksi sosial antara keluarga dan pemilik-manajer perusahaan keluarga yang mempengaruhi pengambilan keputusan.
B. Penelitian Terdahulu
Dari penelitian terdahulu yang telah dijelaskan, dapat disajikan ke tabel sebagai berikut ini:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Variabel Metode Hasil
1 Koropp, Grichnik, dan Kellermanns (2013)
Attitudes in family
firms: the
moderating role of family
commitment Jurnal of Small Business
Management 51, no. 1 (2013): 114-137
Pengetahuan keuangan,
pengalaman positif dengan penyedia utang, orientasi ekonomi, komitmen keluarga, sikap keuangan
Survey Pengetahuan keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap
keuangan. Pengalaman
positif penyedia utang berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap
keuangan. Orientasi
ekonomi berpengaruh
negatif terhadap sikap keuangan.
2 Pangeran P (2016)
Sikap keuangan pada perusahaan keluarga: peran moderasi
komitmen keluarga Jurnal Manajemen 20, no. 1 (2016): 82-101
Pengetahuan keuangan,
pengalaman positif dengan penyedia utang, orientasi ekonomi, komitmen keluarga, sikap keuangan
Survey Koefisien interaksi pengalaman positif dengan
penyedia utang dan
komitmen keluarga
terhadap bisnis adalah positif dan signifikan, Koefisien interaksi orientasi
tujuan ekonomi dan
No Nama Judul Variabel Metode Hasil
terhadap binis adalah negatif dan tidak signifikan,
Koefisien interaksi
pengetahuan keuangan
keluarga terhadap bisnis adalah positif dan tidak signifikan.
3 Andrew dan Linawati (2014)
Hubungan faktor
demografi dan
pengetahuan keuangan dengan perilaku keuangan karyawan swasta di Surabaya Finesta 2, no. 2 (2014): 35-39
Faktor demografi, pengetahuan
keuangan dan
perilaku keuangan
Survey Terdapat hubungan yang signifikan antara factor demografi dengan perilaku keuangan karyawan swasta di Surabaya. Terdapat hubungan yang signifikan
antara pengetahuan
keuangan dengan perilaku keuangan karyawan swasta di Surabaya.
4 Hatak, Kautonen,
Fink, dan
Kansikas (2015)
Innovativeness and family-firm performance: The moderating effect
of family
commitment Technological forecasting and social change 102 (2016): 120-131
Kinerja perusahaan, inovasi perusahaan, kewirausahaan, komitmen keluarga
Survey Inovasi perusahaan
keluarga secara positif
mempengaruhi kinerja
perusahaan, Komitmen
keluarga membuat
hubungan antara inovasi dan kinerja perusahaan sehingga pengaruh inovasi terhadap kinerja perusahaan akan semakin kuat bila tingkat komitmen keluarga tinggi, Komitmen keluarga membuat hubungan antara
inovasi dan kinerja
perusahaan sehingga
pengaruh inovasi terhadap kinerja perusahaan akan semakin kuat bila tingkat komitmen keluarga rendah. 5 Setiawan,
Wahyudi, dan Mawardi (2016)
Pengaruh sosial demografi,
Pengetahuan
keuangan dan
Sikap keuangan terhadap Perilaku investasi keuangan individu
Studi Kasus Pada Karyawan Swasta
di Kabupaten
Kudus. PhD diss., Diponegoro Univesity, 2016
Perilaku investasi, sosial demografi, pengetahuan
keuangan, sikap keuangan
Survey Terdapat pengaruh
signifikan positif antara variabel sosial demografi terhadap perilaku investasi
keuangan individu,
Terdapat pengaruh positif antara variabel pengetahuan keuangan terhadap perilaku investasi keuangan individu pada tingkat signifikan,
Terdapat pengaruh
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini mengungkapkan beberapa faktor yang diduga berpengaruh pada sikap keuangan, antara lain: Pengetahuan Keuangan, Pengalaman Positif Dengan Penyedia Utang, Orientasi Ekonomi, Komitmen Keluarga, Sikap Keuangan.
1. Pengetahuan keuangan berpengaruh terhadap peran moderasi
komitmen keluarga dan sikap keuangan
Tingkat pengetahuan keuangan adalah hal yang paling penting, karena memungkinkan individu untuk memahami pengelola keuangan keluarga serta memiliki perilaku penghematan. Kurangnya pengetahuan keuangan mungkin kurang diperlukan, jika individu bergantung pada bantuan orang lain untuk membuat keputusan pengelola keuangan maupun perencanaan investasi (Yulianti dan silvy, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Pangeran (2016) menunjukkan bahwa secara parsial komitmen keluarga yang tinggi pada bisnis akan melemahkan efek positif dari pengetahuan keuangan manajer atau pemilik pada sikap keuangan pemilik atau manajer terhadap utang. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian Koropp (2013).
2. Pengalaman positif dengan penyedia utang berpengaruh terhadap
peran moderasi komitmen keluarga dan sikap keuangan
peranan penting dalam menjelaskan proses pembentukkan sikap (Koropp et al, 2013). Sumber pendanaan alternatif (seperti dana keluarga) cenderung akan tersedia atau dianggap sebagai pendanaan alternative yang diinginkan, dan pemberi pinjaman mungkin tidak dianggap sebagai hambatan bagi kontrol keluarga dan kekayaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Pangeran (2016) menunjukkan bahwa secara parsial komitmen keluarga yang tinggi pada bisnis akan memperkuat pengaruh positif manajer atau pemilik dengan penyedia utang terhadap sikap keuangan pemilik atau manajer pada utang. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Koropp (2013).
3. Orientasi tujuan ekonomi berpengaruh terhadap peran moderasi
komitmen keluarga dan sikap keuangan
H4 H5 H1 +
H3
-H6
pengganti utang kepada penyedia utang luar. Sikap menurun terhadap utang seharusnya terjadi pada komitmen yang tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Pangeran (2016) menunjukkan secara parsial komitmen keluarga yang tinggi dengan bisnis akan melemahkan pengaruh positif dari orientasi tujuan ekonomi manajer atau pemilik terhadap sikap keuangan pemilik atau manajer pada utang. Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian Koropp (2013).
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah disusun sebelumnya, maka kerangka pemikiran yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Hipotesis
Pengetahuan Keuangan
Pengalaman positif dengan penyedia utang
Orientasi Tujuan Ekonomi
Sikap Keuangan pada Utang
Komitmen Keluarga Pada Bisnis
D. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara dan masih harus dibuktikan kebenarannya (Sugiyono, 2009:64). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibuatlah hipotesis sebagai berikut :
H1 : pengetahuan keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap sikap keuangan pada utang.
H2 : pengalaman positif dengan penyedia utang berpengaruh positif signifikan terhadap sikap keuangan pada utang.
H3 : orientasi tujuan ekonomi berpengaruh negatif signifikan terhadap sikap keuangan pada utang.
H4 : komitmen keluarga memoderasi hubungan antara pengetahuan keuangan terhadap sikap keuangan pada utang.
H5 : komitmen keluarga memoderasi hubungan antara pengalaman positif dengan penyedia utang terhadap sikap keuangan pada utang.