BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Teori Struktur Modal
Teori struktur modal berkaitan dengan bagaimana modal dialokasikan
dalam aktivitas investasi aktiva riil perusahaan, yaitu dengan cara
menentukan struktur modal antara modal hutang dan modal sendiri. Biasanya
berkaitan dengan proyek proposal suatu investasi perusahaan dan tugas
manajemen keuangan adalah menentukan struktur modal optimal untuk
menentukan kegiatan investasi perusahaan. Keputusan pendanaan oleh
manajemen akan berpengaruh pada penilaian perusahaan yang tercermin pada
harga saham. Oleh karena itu, salah satu tugas manajer keuangan adalah
menentukan kebijakan pendanaan yang dapat memaksimalkan harga saham
yang menunjukkan nilai perusahaan (Harmono, 2011).
2.2.Teori Keagenan
Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai titik temu
hubungan keagenan antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen perusahaan sebagai agent. Hubungan ini muncul ketika satu orang atau lebih principal mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen
Konflik keagenan muncul dalam dua bentuk. Kedua bentuk tersebut
yaitu pemilik perusahaan (principal) dengan pihak manajemen (agent), dan antara pemegang saham dan pemegang obligasi. Tujuan normatif
pengambilan keputusan keuangan yang menyatakan bahwa keputusan diambil
untuk memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan hanya benar
apabila pengambilan keputusan keuangan yang dilakukan oleh manajer
adalah keputusan yang dutujukan untuk kepentingan para pemilik perusahaan.
Atmaja (2003) menyebutkan masalah keagenan (agency problem) dengan manajer potensial terjadi apabila manajemen tidak memiliki saham
mayoritas perusahaan. Pemegang saham tentu menginginkan manajer bekerja
dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, tetapi para
manajer lebih cenderung untuk memaksimumkan kemakmuran mereka
sendiri, maka terjadilah conflict of interest. Untuk meyakinkan bahwa manajer bekerja sunguh-sungguh untuk kepentingan pemegang saham,
pemegang saham harus mengeluarkan biaya yang disebut agency cost yang meliputi pengeluaran untuk memonitor kegiatan manajer, untuk membuat
suatu struktur organisasi yang meminimalkan tindakan-tindakan manajer
yang diinginkan, serta oportunity cost yang timbul akibat kondisi dimana manajer tidak dapat segera mengambil keputusan tanpa persetujuan
pemegang saham.
bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham, dan Residual Loss
yaitu biaya untuk mendorong manajer melakukan tidakan sesuai
kemampuannya untuk kepentingan pemegang saham.
Untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Manajer akan merasakan
langsung manfaat dari keputusan yang mereka lakukan dan apabila terjadi
kerugian merupakan konsekuensi dari kesalahan pengambilan keputusan.
Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan
kepentingan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976). Selain itu
penggunaan hutang dapat mengurangi agency cost. Utang dapat mengontrol manajer yang memiliki free cash flow yang berlebihan dan investasi yang tidak optimal.
2.3.Pengertian Investasi
Investasi pada hakekatnya didefinisikan sebagai penempatan sejumlah
dana pada masa sekarang dengan harapan memperoleh keuntungan dimasa
yang akan datang. Investasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu investasi pada
aset riil dan investasi pada aset finansial. Investasi pada aset riil dapat
berbentuk pembelian aset produktif, misalnya pendirian pabrik, pembukaan
pertambangan dan pembukaan perkebunan. Sedangkan investasi pada sektor
finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa saham, obligasi, waran
dan opsi (Halim, 2005). Investasi yaitu mengharapkan keuntungan dari
diharapkan memberikan keuntungan tersebut dialokasikan dalam bentuk aset
(Kaweny, 2007).
2.4.Kebijakan Investasi
Kebijakan investasi adalah kebijakan atau keputusan yang diambil
para manajer untuk menanamkan modal pada satu atau lebih aset untuk
mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Manajemen keuangan
berkewajiban untuk memutuskan pengalokasian dana yang diperoleh
perusahaan apakah akan ditanamkan pada aset tetap atau aset lancar (Murtini,
2008). Dapat disimpulkan bahwa keputusan investasi penting, sebab untuk
mencapai tujuan perusahaan tersebut hanya akan dihasilkan melalui kegiatan
investasi perusahaan. Perusahaan merupakan sebuah kombinasi antara aset
milik perusahaan dengan investasi di masa yang akan datang.
Kebijakan investasi berkaitan dengan pilihan-pilihan investasi di masa
yang akan datang ini kemudian dikenal dengan istilah Investment Oportunity Set (IOS). Kebijakan investasi diproksikan menggunakan Investment Oportunity Set (IOS). IOS menunjukkan nilai perusahaan tergantung pada pengeluaran perusahaan di masa yang akan datang atau dengan kata lain
prospek keuntungan yang akan didapat perusahaan dapat dilihat dari
Investment Oportunity Set. Lestari (2004) menyebutkan bahwa investment oportunity set menunjukkan investasi perusahaan atau opsi pertumbuhan. IOS memiliki definisi kombinasi antara aktiva yang dimiliki (asset in place) dengan pilihan investasi di masa yang akan datang dengan net present value
besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan
manajemen di masa yang akan datang, dimana pada saat ini merupakan
pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang
lebih besar (Hasnawati 2005).
Investment Opportunity Set dihitung dengan menggunakan Asset Growth yaitu pertumbuhan perusahaan dari satu tahun tertentu ke tahun berikutnya (Murtini, 2008). Pengukuran rasio ini bertujuan untuk mengetahui
pertumbuhan total aktiva dari tahun ke tahun dengan membandingkan selisih
antara total aktiva periode sekarang dengan periode sebelumnya. Jika
pertumbuhan total aktiva menunjukkan nilai positif berarti perusahaan
mengalami pertumbuhan yang tinggi, dengan meningkatnya pertumbuhan
total aktiva menunjukkan adanya aliran tambahan modal perusahaan
(Hartono: 1999).
2.5.Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial menunjukkan jumlah presentase lembar
saham yang dimiliki oleh pihak insider perusahaan (Wijaya dan Muwarni,
2011). Dapat diartikan bahwa kepemilikan manajerial merupakan situasi
dimana manajer perusahaan sekaligus sebagai pemegang saham. Menurut
Jensen dan Meckling (1976) istilah struktur kepemilikan digunakan untuk
menunjukan bahwa variabel-variabel yang penting dalam struktur modal
tidak hanya ditentukan oleh hutang dan ekuitas saja tetapi juga ditentukan
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa Agency Cost dapat dikurangi bila manajer mempunyai kepemilikan saham dalam perusahaan.
Hal ini perlu sebab akan terjadi penyebaran pengambilan keputusan dan
risiko. Para manajer umumnya cenderung untuk menggunakan kelebihan
keuntungan untuk konsumsi dan perilaku opurtinistik. Hal ini akan
menyebabkan beban hutang karena risiko kebangkrutan meningkat, sehingga
agency cost of debt meningkat dan gilirannya akan menyebabkan penurunan nilai perusahaan.
Christiawan dan Tarigan (2007) menyebutkan bahwa kepemilikan
manajerial dapat mengurangi konflik keagenan. Keputusan manajer akan
berbeda antara manajer yang memiliki saham dengan manajer yang tidak
memiliki saham. Dengan memiliki saham, para manajer akan menselaraskan
kepentingannya dengan pemegang saham lainnya. Manajer akan berhati-hati
dalam pengambilan keputusan serta dapat merasakan langsung manfaat dari
keputusan yang diambil.
2.6.Leverage
Penggunaan hutang untuk pembiayaan investasi dapat dikatakan
sebagai financial leverage (Liono, 2009). Dalam penelitian Aliahmed (2008) menyebutkan bahwa leverage adalah salah satu faktor yang digunakan oleh perusahaan untuk pertimbangan dalam menentukan tingkat investasinya.
Dang (2010) menyatakan bahwa leverage memberikan efek yang negatif terhadap investasi perusahaan. Myers (1997) dalam Lestari (2004)
cenderung untuk mengurangi tingkat hutangnya. Artinya semakin tinggi
tingkat leverage perusahaan maka akan semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan bangkrut.
Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Artinya berapa besar
beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Dalam arti luas dapat dikatakan bahwa leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Leverage yang baik adalah dibawah rata-rata industri yaitu 35 %. Adapun rumus yang dapat digunakan untuk mengukur
leverage yaitu (Kasmir, 2011) : 1. Debt to Asset Ratio
Debt to Asset Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.
Debt to Asset Ratio = Total Hutang
Total Aktiva
2. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.
Debt to Equity Ratio = Total Hutang
Ekuitas
3. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)
LTDtER merupakan rasio utang jangka panjang dengan modal sendiri.
LTDtER = Hutang Jangka Panjang
4. Time Interest Earned
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampua perusahaan untuk
membayar biaya bunga.
Time Interested Earned = EBIT
Biaya Bunga
5. Fixed Charge Coverage (FCC)
Rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang
atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa.
FCC = EBT +Biaya Bunga +Kewajiban Sewa
Biaya Bunga +Kewajiban Sewa
2.7.Profitabilitas
Munawir (1983), profitabilitas merupakan alat yang menunjukkan
kemampuan perusahaan unruk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Untuk menjadi perusahaan yang tumbuh, perusahaan harus dapat
menghasilkan return dari investasinya lebih besar daripada cost of capital. Hal yang pokok dari pertumbuhan perusahaan bukan pada ekspansi tetapi
pada keberadaan kesempatan investasi yang menguntungkan.
Myers (1977) dalam Lestari (2004) menggambarkan bahwa nilai
perusahaan sebagai kombinasi income generating assets inplace dan growth opportunities. Profitabilitas yang tinggi memberikan sinyal mengenai pertumbuhan perusahaan yang akan datang. Sebagian dari profitabilitas
tesebut akan ditanamkan lagi dalam bentuk investasi untuk meningkatkan
nilai perusahaan. Wijaya dan Murwani (2011) menyatakan bahwa
berbagai investasi yang menguntungkan perusahaan di masa yang akan
datang. Dengan profitabilitas yang tinggi maka diharapkan memberikan dana
yang cukup besar bagi perusahaan untuk melakukan investasi.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini memberikan ukuran tingkat
efektifitas manajemen suatu perusahaan. Profitabilitas yang baik yaitu berada
di atas rata-rata industri yaitu 30 %. Adapun rumus yang dapat digunakan
untuk mengukur profitabilitas yaitu (Kasmir, 2011) :
1. Profit Margin on Sales
Profit Margin on Sales merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.
Profit Margin on Sales = Penjualan Bersih −Harga Pokok Penjualan
Penjualan
2. Return on Asset (ROA)
Return on Asset merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.
ROA = Laba bersih setelah pajak
Total Aset
3. Return on Equity (ROE)
Return on Equity merupakan rasio utang jangka panjang dengan modal sendiri.
ROE = Laba bersih setelah pajak
2.8.Kerangka Pemikiran
Investasi merupakan suatu cara dalam memenuhi tujuan utama
perusahaan yaitu memaksimumkan kesejahteraan para pemiliknya. Lipson et al. (2009) dalam Wijaya dan Muwarni (2011) menyebutkan bahwa kebijakan investasi perusahaan dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan perusahaan. Para
investor menghendaki pertumbuhan perusahaan yang tinggi karena
pertumbuhan perusahaan yang tinggi menunjukkan seberapa tinggi
keuntungan yang akan diperoleh di masa depan yang artinya risiko investasi
pada perusahaan tersebut menjadi lebih kecil. Keputusan investasi yang tepat
akan berdampak pada nilai perusahaan dimasa yang akan datang.
Dalam pengambilan keputusan manajer akan cenderung melakukan
tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan keuntungan pribadi, hal ini
akan bertentangan dengan upaya untuk memaksimalkan kemakmuran para
pemegang saham. Manajer memiliki informasi tentang nilai proyek di masa
mendatang dan tindakan mereka tidak dapat diawasi oleh pemegang saham.
Sehingga biaya agensi antara manajer dengan pemegang saham akan
meningkat, pada perusahaan dengan kesempatan investasi yang tinggi.
Kemampuan suatu perusahaan untuk membuat mekanisme untuk
menjembatani kepentingan pemegang saham dengan pihak manajemen akan
memberikan dampak pada kesuksesan investasi perusahaan. Penelitian
Suranta dan Midiastuty (2003), Wahyudi dan Pawestri (2006), dan penelitian
Haruman (2008) mendapatkan hasil bahwa bahwa kepemilikan manajerial
Aivaizan et al. (2005) menyatakan bahwa hubungan leverage keuangan terhadap keputusan investasi sebuah perusahaan merupakan isu
sentral dalam keuangan perusahaan. Hutang merupakan satu komponen yang
penting dalam perusahaan. Kebijakan investasi perusahaan ditentukan dari
seberapa besar pendanaan perusahaan yang diperoleh dari hutang. Kebijakan
investasi membutuhkan dana yang berasal dari beberapa sumber alternatif
pendanaan perusahaan yaitu memilih hutang atau menerbitkan saham baru.
Wijaya dan Murwani (2011) menyebutkan bahwa investasi yang dibiayai
dengan dana internal lebih disukai manajer karena resikonya lebih kecil jika
dibandingkan dengan hutang. Apabila sebagian besar pendanaan perusahaan
diperoleh dari hutang maka manajer keuangan akan lebih cenderung untuk
mengurangi hutang perusahaan dibandingkan melakukan kegiatan investasi.
Lang dan Ofek (1996) menyebutkan terdapat hubungan negatif antara
leverage dan pertumbuhan masa depan perusahaan. Penelitian Liono et al
(2009) dan Wijaya dan Murwani (2011) menemukan bukti bahwa Leverage
berpengaruh terhadap kebijakan investasi perusahaan. Penelitian ini didukung
oleh penelitian Dewi (2007).
Tujuan didirikannya perusahaan salah satunya adalah memperoleh
keuntungan (profit). Profitabilitas merupakan cerminan laba yang diperoleh perusahaan untuk pendanaan investasi. Lestari (2004) menyatakan bahwa profitabilitas perusahaan dapat menunjukkan pertumbuhan perusahaan di
masa yang akan datang. Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari kegiatan
dengan investasi adalah jika perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi
maka kesempatan perusahaan tersebut untuk melakukan pengembangan
usahanya melalui investasi menjadi semakin tinggi. Susanto (2011)
menyebutkan bahwa profitabilitas digunakan untuk mengukur efektifitas
manajemen perusahaan. Efektivitas tersebut dapat dilihat dari hasil yang
dicapai melalui penjualan dan investasi perusahaan. Lestari (2004)
menemukan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap investasi
perusahaan. Didukung Penelitian Wijaya dan Murwani (2011) juga
menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap investasi perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Kartikasari (2007) berhasil membuktikan adanya
pengaruh positif tingkat profitabilitas terhadap investasi perusahaan. Anjani
(2007) menyebutkan profitabilitas berpengaruh positif terhadap investasi
perusahaan.
Dari penjelasan di atas digambarkan model penelitian sebagai berikut :
H1 H2
H3
H4
Gambar 2.1. Model Penelitian
Kebijakan Investasi Perusahaan
Kepemilikan Manajerial
Profitabilitas
2.9.Hipotesis
Dari kerangka pemikiran untuk penelitian ini, maka hipotesisnya adalah:
H1 : Kepemilikan Manajerial, Leverage, Profitabilitas secara simultan berpengaruh terhadap Kebijakan Investasi Perusahaan.
H2 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Kebijakan Investasi
Perusahaan.
H3 : Leverage berpengaruh terhadap penerimaan Kebijakan Investasi Perusahaan.