• Tidak ada hasil yang ditemukan

tudio Serikat kompleks Petang di halaman studio. baru sore berhasil diterobos.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "tudio Serikat kompleks Petang di halaman studio. baru sore berhasil diterobos."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

 Sen

Har

Rad

par

  nin, 11 Septem   Intisar studio Sejak t Serikat jaga ke Juga d telekom kemun Petang Merdek Pada s gedung Itu alm menya pada ta studio. Pada s proklam Tapi tia berhas Denga Soekar ± 19.0 Waktu karena

ri Rad

dio, Sa

ra Peju

mber 2017 16 ri-Online.c Jakarta sa tersiarnya t pada tang eras oleh K ua gedung munikasi) d gkinan. g hari tangg ka Barat. saat Kenpe g siaran la arhum Sja ampaikan te anggal 17 siang hari b masi ke ge ap-tiap kali sil diterobos n ini pada rno-Hatta d 00 dapat di itu tidak m a kerasnya  

dio Na

alah S

uang

:30 WIB com – Pad angat tegan berita bahw ggal 14 Ag Kenpeitai. g studio lai dan di Prap gal 17 Agu Hati-hati ia eitai lengah ntas menu achrudin, w eks Prokla Agustus itu beberapa m edung siara i kepergok s. djam ± 19 di jalan Pe siarkan me mungkin me penjagaan

asiona

Satu P

Setela

a tanggal ng. wa Jepang gustus, ged nnya yaitu patan Gam

ustus itu jug a mendeka h, cepat-ce uju kamar s wartawan k amasi Kem u dijaga ke mahasiswa an. k tentara Je .00 teks P gangsaan elalui radio enggunaka n.

al: Pe

Perjua

ah Pro

17 Agustus g telah me dung siaran u di jalan M mbir telah s ga terlihat ati pagar te epat ia mem studio. kantor berit erdekaan eras dan tid

a telah me epang. Dan roklamasi Timur, ha o. an pemanc

rebut

angan

oklam

s 1945 sua nyerah tan n di jalan M Merdeka Se siap mengh seorang d embok bela manjat tem ta “Domei" kepada pe dak diperb ncoba men n baru sore yang pagi nya melalu car-peman

tan Pe

n Terb

masi

asana di ge npa syarat Medan Me elatan (tem hadapi seg di belakang akang. mbok, turun , yang data egawai-peg bolehkan ke nyampaika e hari itu p itu diucap ui pengera car siaran

emanc

berat

edung-ged kepada te rdeka Bara mpat gedun gala g kompleks n di halam ang gawai radio eluar masu an teks penjagaan kan oleh s suara pa dalam neg

car

dung ntara at di ng s tudio man o yang uk Jepang ada jam geri

(2)

Dan pemancar untuk siaran luar negeri di zaman Jepang telah digunakan oleh Markas Besar Balatentara Jepang untuk berhubungan dengan tentaranya yang tersebar di seluruh Indonesia dan memberikan instruksi-instruksi berhubung dengan kapitulasi.

Entah sampai dimana siaran pertama dari Jakarta tentang Proklamasi itu dapat didengar, sekalipun para pegawai teknik telah mencoba menyalurkan siaran itu melalui pemancar keluar negeri yang terletak di Bandung.

Siasat penggunaan pemancar oleh pegawai muda jawatan radio Jakarta segera diketahui oleh Jepang. Dua orang yang dianggap bertanggung jawab yaitu Bachtar Lubis dan Jusuf Ronodipuro, diminta pertanggunganjawaban

Timbul perdebatan sengit. Petugas Jepang tidak dapat menahan marahnya dan telah menghunus samurainya. Tinggal mengayunkan.

Untung tepat pada saat itu Tomobachi, Pemimpin Umum Radio Jepang di Jawa masuk kamar. Dia ini menginsjafi bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia telah menjadi kenyataan.

Berkat perantaraannya pertumpahan darah dapat dihindarkan.

Berita proklamasi segera sampai di daerah-daerah. Di Surabaya misalnya, Jumat jam 12.00 tanggal 17 Agustus itu juga harian “Suara Rakjat" telah dapat

menyerahkan bulletin istiniewa berisi naskah Proklamasi.

Tapi Kenpeitai yang tetap waspada berhasil menyitanya. Radio Surabaya diawasi agar tidak dapat menyiarkan naskah Proklamasi itu.

Namun pada malam harinya Raio Surabaya toh dapat menyiarkannya yaitu di dalam siaran berita bahasa Madura.

Di Semarang Proklamasi Kemerdekaan disiarkan pada hari Jumat siang hari dari masjid. Persiapan untuk siaran ini dapat berlangsung cukup aman karena disangka siaran rutin seperti pada hari-hari Jumat biasa.

Ketika tiba waktunya hubungan dengan masjid, semua pendengar terkejut yang pertama-tama keluar dari radio bukannya suara adzan ataupun kotbah tetapi “Proklamasi 17 Agustus".

Sebagai akibat kerasnya penjagaan Jepang, di beberapa kota lain datangnya berita proklamasi agak lambat.

Sebetulnya juga di situ kalangan radio telah mengadakan persiapan-persiapan untuk menguasai instalasi siaran, terutama sejak mereka melalui radio rahasia mendengar BBC dan Radio Amerika mulai tanggal 26 Juli 1945 sampai 11 Agustus berulang-ulang mengumumkan syarat-syarat penyerahan kepada Jepang.

(3)

Di Yogyakarta kristal-kristal pemancar diambil semua oleh Jepang, hingga siaran radio di kota itu lenyap dari udara.

Di Solo pada tanggal 18 Agustus kepala siaran Jepang memberitahukan kepada Maladi (kini Menteri Olahraga) dan Soetardi bahwa Jpang telah kalah.

Hari berikutnya tanggal 19 Agustus sudah ada perintah dari Hoso Kanrityoku Jakarta (Kepala Jawatan Radio) bahwa siaran-siaran harus dihentikan.

Perintah yang diberikan oleh Kepala Jawatan Radio Jepang di Jakarta itu berasal “dari Markas Besar Tentara Serikat di Timur Jauh”, — perintah yang ditanda tangani oleh Lord Louis Mountbatten.

Isinya: siaran-siaran radio semuanya harus dihentikan untuk sementara waktu – artinya menunggu perintah lebih lanjut dari kekuasaan Sekutu.

Nampak gawatnya situasi. Kita telah memproklamirkan kemerdekaan. Tapi tentara Jepang masih memegang senjata lengkap “untuk menjaga keamanan di Indonesia". Kemudian akan datang Inggris yang akan menduduki Indonesia atas nama Sekutu dan menyerahkannya kepada Belanda, yang merasa berhak atas Indonesia. Mengingat pentingnya radio antuk memelihara hubungan antara Pemerintah dan rakyat dalam perjuangan pejuang-pejuang kita segera bertindak.

Di Jakarta dengan dipelopori oleh “Pak Karbol” yaitu almarhum Dr. Abdulrachman Saleh (beliau kemudian gugur dalam kapal terbang bersama pahlawan Adisutjipto di Yogyakarta) mereka mempersiapkan pemancar-pemancar ilegal.

Tak lama kemudian “Radio Indonesia Merdeka” telah melayang di udara dari sebuah rumah di Gondangdia.

Dari tempat rahasia ini, yang dicari-cari oleh musuh, pemimpin-pemimpin kita menyampaikan pidato-pidatonya kepada rakyat Indonesia.

“Studio” lain terletak di Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sekarang. Dari tempat ini diadakan hubungan kawat dengan pemancar PTT di Bandung, alat yang terkuat pada waktu itu.

Berkat peralatan yang disiapkan secara mendadak ini “the Voice of Free Indonesia” dapat berkumandang di luar negeri.

Siaran-siaran “liar” ini diketahui oleh Kenpeitai Jepang. Tapi usaha mereka untuk menemukan pemancar-pemancarnya tak berhasil.

Juga di daeran-daerah telah bangkit kesadaran bahwa Pemerintah perlu segera menguasai radio.

(4)

Pada akhir bulan Agustus, Maladi, kepala jawatan radio di Solo mengirimkan surat-surat kepada pimpinan bangsa Indonesia di radio Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, dan Jakarta.

Maksudnya mengajak mengadakan rapat bersama di Jakarta, yang harus dihadiri oleh segenap perwakilan dari studio-studio di Jawa. Rapat akan diselenggarakan pada tanggal 11 September.

Setibanya di Jakarta wakil-wakil dari berbagai kota itu menuju ke tempat kediaman Mr. Utoyo.

Diputuskan untuk mencoba menghadap Presiden. Pagi-pagi tanggal 11 September mereka menuju Pegangsaan Timur. Usaha gagal karena Presiden kebetulan sangat sibuk dan tidak mungkin menerima.

Delegasi radio diberl nasehat untuk menghadap Sekretaris Negara A.G.

Pringgodigdo S.H. yang kebetelan pada sore hari tanggal 11 September itu juga akan mengadakan pertemuan dengan wakil-wakil organisasi publisitet di Pejambon, gedung Deparlu sekarang.

Dari Pegangsaan Timur 56 delegasi menuju ke Studio Jakarta. Pada waktu petugas-petugas radio itu sedang berunding di sana, datang panggilan dari Kepala Bagian Umum Jepang, Okonogi. Maladi diminta saat itu juga menghadap di kantornya. Okonogi marah-marah tanya, mengapa mereka berani datang di Jakarta dan

mengadakan pertemuan dengan semua orang dari daerah tanpa izin terlebih dahulu dari hosokyoku-tjo masing-masing.

Dijawab Maladi: Nasib bangsa Indonesia terletak di tangan bangsa Indonesia sendiri.

Pemerintah Jepang sudah tidak mungkin lagi membantu bangsa Indonesia. Pegawai radio perlu diatur kedudukannya dalam Pemerintah Republik Indonesia.

Inilah sebabnya maka mereka berkumpul di Jakarta, pusat Pemerintahan Republik. Para petugas-petugas radio tidak minta izin dulu untuk berkonferensi karena waktu mendesak.

Beberapa hari lagi tentara Inggris akan datang di Jakarta. Ditegaskan pula bahwa mereka akan membentuk Persatuan Republik Radio Indonesia dan persatuan ini akan menuntut supaya semua pemancar Hosokyoku di semua tempat diserahkan kepada persatuan itu.

Di luar dugaan Okinogi menjadi tenang dan menghargai maksud-maksud para petugas radio. Ia malahan memberikan uang Rp200 untuk keperluan konferensi itu. Tapi ia mengatakan bahwa sukar untuk menyanggupi penyerahan

pemancar-pemancar. Namun ia tambahkan, “Tetapi baiklah tuan-tuan nanti malam datang di rumah saya untuk bercakap-cakap lebih lanjut.”

(5)

Panggilan Okinogi ternyata tidak mempunyai akibat seperti yang mereka takutkan. Rencana konferensi dapat dipertahankan. Atas persetujuan semua yang hadir “Pak Karbol” diminta memimpin konferensi itu.

Jam 17.00 sore delegasi Radio menuju ke Pejambon, menemui Sekretaris Negara seperti telah mereka rencanakan pagi itu.

Atas nama kawan-kawan Dr. Abdulrachman Saleh menyampaikan rencana-rencana para petugas radio, untuk mempersembahkan Radio Republik Indonesia kepada Presiden dan Pemerintah RI guna perhubungan dengan rakyat dalam perjuangan yang akan datang.

RRI minta bantuan pemerintah sambil menunggu keputusan Pemerintah mengenai status jawatan radio. Pemerintah menerima baik rencana-rencana itu dan

menyanggupi segala bantuan.

Dari Pejambon delegasi menuju ke rumah Okinogi. Pembicaraan tidak membawa hasil sebab menurut petugas Jepang itu, “semua pemancar-pemancar dan alat-alat Hoso Kyoku sudah didaftar dan daftar itu sudah di tangan Komando Sekutu di Singapore.”

Jam 23.30 malam delegasi meninggalkan rumah Okinogi. Dia masih mengucapkan: Selamat Berjuang.

Rombongan petugas-petugas radio itu lalu menuju rumah Adang Kadarusman di Menteng Dalam. Tepat jam 24.00 tengah malam rapat dibuka oleh Dr.

Abdulrachman Saleh.

Hadir wakil-wakil dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Purwokerto. Tidak hadirnya Surabaya dan Malang mudah dipahami berhubung dengan situasi gawat di waktu itu dan kesukaran teknis surat-menyurat dan komunikasi.

Rapat berlangsung sampai jam 6.00 pagi. Semua sepakat bahwa tanggal 11 September ditetapkan sebagai berdirinya Radio Republik Indonesia.

Suasana revolusi dan kemungkinan terjadinya pertempuran-pertempuran dengan Jepang, Inggris, atau Belanda mengilhami bagian pertama dari Tri Prasetia yang dibuat pada hari itu, ialah “menyelamatkan segala alat siaran radio dari siapapun yang hendak menggunakan alat tersebut untuk menghancurkan Negara kita; dan membela alat itu dengan segala jiwa-raga dalam keadaan bagaimanapun dan dengan akibat apapun.”

Antara lain diputuskan bahwa setiap studio berkewajiban mengusahakan agar semua pemancar dan alat-alat Hoso Kyoku diserahkan kepada RRI, “Pertama dengan jalan berunding dan kedua dengan jalan lain”.

Dalam rangka perjuangan masing-masing studio harus “mencari tempat di luar kota untuk dijadikan tempat-tempat perjuangan selanjutnya. Tempat-tempat itu harus

(6)

“strategis”, dapat terhindar dari serangan-serangan musuh dan sebaiknya di pegunungan.”

Membacakeputusan-keputusan ini kita teringat kepada perebutan pemancar dan studio di beberapa kota. Antara lain dari tangan Jepang pada tanggal 27 September – jadi dua minggu sesudah rapat di Jakarta, di mana Surabaya tak dapat hadir. Dengan diantar 300 pegawai hosokyoku yang bersenjata bambu runcing, kelewang, dan aneka macam senjata rajam, Soekiman (kini Kepala Jawatan RRI dan TVRI seluruh Indonesia) memasuki ruangan Mormoto, Kepala jawatan radio Jepang di Surabaya.

Ia menyodorkan naskah serah-terima. Mula-mula Morimoto menolak, tapi karena merasa terancam, akhirnya ia menyerah juga. Sore hari jam 18.00 “Radio Republik Indonesia” di Surabaya telah mengumandang di udara.

Sesudah Sekutu mendarat datang lagi gangguan-gangguan. Pada suatu hari datang Rapwi, semacam barisan palang merah internasional dalam tentara Sekutu.

Mereka minta pemancar di jalan Embong Malang. Katanya untuk berhubungan dengan pangkalan udara Kemayoran Jakarta.

Segera ribuan orang menuju Embong Malang untuk menghalang-halangi tindakan Rapwi yang secara paksa telah mengeluarkan pemancar dari pintu gedung.

Menghadapi ribuan rakyat akhirnya Rapwi mundur. Dengan tegas RRI

menandaskan, boleh Rapwi mengambil pemancar, tapi harus minta izin dulu dari pemerintah RI.

Soekirman mengantarkan mereka ke tempat kediaman Pak Soedirman residen Surabaya waktu itu. Di jalan mampir di “Oranye Hotel” di jalan Tunjungan, karena Rapwi “mau memberitahukan dulu komandannya.”

Di Hotel seorang anggota Rapwi memperkenalkan diri sebagai Letnan de Balc. Dalam Rapwi ternyata ada militer-militer Belanda. Segera hal itu diberitahukan kepada Residen Surabaya.

Mendengar ini rakyat marah. Terjadi “peristiwa bendera”. Ribuan rakyat menyerbu Oranye Hotel, memanjat tiang bendera dan merobek lapisan terbawah dari bendera merah-putih-biru. Seorang Belanda Mr. Ploegman, tewas.

Untuk sementara keadaan tenang sampai tanggal 28 Oktober. Pada hari itu

serombongan tentara Gurkha mendatangi rumah Soekirman, kepala RRI Surabaya. Ia dipaksa mengikuti mereka ke studio di Simpang. Soekirman dipaksa

menyerahkan semua kunci-kunci studio. Alat-alat dimatikan. Semua pegawai disuruh pulang. Hanya Pak Soekirman ditahan.

(7)

Tapi sebelum peristiwa itu RRI telah melakukan tindakan-tindakan persiapan untuk menjamin siaran-siaran. Tanggal 28 Oktober jam 3 siang studio Simpang dikuasai Gurkha.

Dua jam kemudian jam 5 sore pemancar dan studio di Limbong Malang telah memancarkan suara RRI.

Tak lama kemudian studio di Simpang dibakar rakyat. Waktu api menjilat-jilat ke udara, nampak sebuah kapal terbang melayang-layang di atas kota.

Itu pesawat Presiden Soekarno yang datang di Surabaya untuk

memerintahkan cease-fire antara Sekutu dan rakyat, yang telah menjepit pos-pos terdepan tentara Inggris.

Penghentian tembak-menembak tidak lama berlangsung. Sekutu berkhianat. Tanggal 10 November mereka mengadakan serangan besar-besaran dari Tanjung Perak dengan kapal terbang dan meriam-meriam dari laut.

Perjuangan revolusi di Surabaya mulai menghebat. Pemancar diungsikan ke Patemon. Sepanjang Mojokerto, Bondowoso.

Mengenai RRI Jawa Timur pantas dicatat pemancar-pemancar gerilya yang dibawa dari gubug satu ke gubug lain di daerah pegunungan Wilis.

Masih banyak lagi pemancar-pemancar “liar” semacam itu di Jawa. Antara lain “Kyai Balong”, yaitu pemancar gerilya yang ditempatkan di sebuah rumah gedeg di

tengah-tengah rumpun-rumpun bambu di desa Balong, daerah gunung Lawu. Wakil pemerintah Belanda di PBB sekitar awal revolusi pernah berkata, bahwa Republik Indonesia hanya “Republik Mikrofon”.

Pernyataan ini menggambarkan betapa besarnya peranan Radio Republik Indonesia dalam menegakkan Republik yang pada tanggal 17 Agustus 1945 itu kita

proklamirkan.

(Artikel ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 1965)   

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan prinsip tata kelola ( corporate governance) relasi antara bank dan nasabah pada Bank Syariah Mandiri Cabang Ponorogo

Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing isolat aktinomisetes memiliki kemampuan berbeda-beda dalam menghasilkan metabolit sekunder yang bersifat antibakteri atau anti

Faktor penting dari fasilitas ruang publik yang mengakomodasi kegiatan masyarakat kota khususnya Malang adalah kemampuannya untuk dapat menyerap banyak fungsi dikarenakan luasan

Penelitian yang dilakukan oleh Wahab dan Dahlan (2006) menunjukkan bahwa perlakuan emaskulasi saat bunga jantan merekah memberikan hasil yang lebih tinggi secara

para koordionator kegiatan bersama-sama dengan Bagian Keuangan dan Pengadaan barang dan agar dapat memperbaiki kekurangan dalam hal pelaksanaan anggaran di tahun mendatang.

Yang tumbuh dalam media Nutrien Agar negatif (0%) sedangkan koloni selain Mycobacterium tuberculosis (MOTT) yang tumbuh pada Nutrien Agar sebanyak 3 sampel (1%)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) Perbedaan pengetahuan etika profesi akuntan berdasarkan jenis kelamin (mahasiswa akuntansi laki-laki dengan mahasiswa

hasil persamaan di atas menghasilkan x (optimal) yang dapat digunakan untuk * menghitung tingkat tangkapan dan upaya yang optimal. Dengan demikian maka dapat diketahui