• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TAMAN KRIDA BUDAYA MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III TAMAN KRIDA BUDAYA MALANG"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Paparan Proyek

Taman Krida Budaya Malang adalah fasilitas pertunjukan sosial budaya yang berada di kota Malang. Terdiri dari kompleks bangunan dengan luas lahan 17.050 m2. Massa utama merupakan pendopo besar yang mengakomodasi kegiatan sosial budaya kota Malang. Deskripsi mengenai Taman Krida Budaya Malang adalah sebagai berikut:

Lokasi: jl Sukarno-Hatta Malang

Luas lahan: 17.050 m2

Luas bangunan: 4.103 m2

Jumlah massa: 1 massa utama (pendopo besar), 11 massa penunjang

Tahun perencanaan: 1995

Pemilik: Pemerintah Kota Malang

Fungsi yang diwadahi:

1. Pagelaran seni pertunjukan tradisional berkala 2. Pameran temporer & karnaval

3. Resepsi dan acara-acara seremonial pribadi & umum. 4. Rapat dan pertemuan budaya.

Berdasarkan Perda no.7 tahun 2001/ RTRW KOTA MALANG BAB IV pasal 16, pemanfaatan fasilitas sosial budaya skala kota Malang ini adalah:

“Peningkatan special event, yaitu dilakukan berbagai macam kegiatan seperti karnaval, berpameran/expo, dan special event untuk kegiatan budaya secara kontinu. Terkait dengan kegiatan ini Taman Krida Budaya diarahkan sebagai pusat event atraksi wisata budaya secara berkala.”

3.2. Letak Proyek

Letak geografis lokasi Taman Krida Budaya Malang kaitannya dengan lingkungan sekitar terdeskripsikan sebagai berikut:

Sisi utara : jalan raya Soekarno Hatta, jalan alternatif penghubung alur Surabaya Malang. Di sisi seberang jalan merupakan ruko Soekarno Hatta, kompleks fasilitas perdagangan dan jasa.

Sisi selatan: tanah kosong, lahan non produktif yang dikelilingi oleh lingkungan perumahan.

Sisi timur: kompleks kantor pemasaran perumahan Griyashanta Malang

(2)

+

Gambar 3.1 Lokasi Taman Krida di jalan Sukarno Hatta Malang.

Keterangan: tata guna lahan yang dominan pada wilayah ini adalah perumahan pada bagian belakang jalan utama namun masih banyak yang berupa tanah kosong belum dibangun. Sementara itu suasana yang ada menggambarkan pemakaian ruang yang hanya berlangsung pada waktu tertentu saja.

(3)

Gambar 3.2 Perpektif mata burung Taman Krida Budaya Malang.

Keterangan: beberapa fasilitas dan kelengkapan massa yang dapat dilihat pada lokasi Taman Krida Budaya Malang. .

Fasilitas-fasilitas yang ada pada Taman krida Budaya Malang ini antara lain dapat dijabarkan sebagai berikut:

Kantor pemasaran perumahan Griyashanta

Ruko Taman Niaga Malang

Jl Sukarno Hatta

perumahan Griyashanta Lahan kosong

Luas lahan Taman Krida Budaya Malang: 17.050 m2

Parkir kendaraan bermotor

Ruang

(4)

Fasilitas Ruang Fungsi Kegiatan Besaran Ruang

Parkir Kendaraan

Area parkir roda 2 dan roda 4, dialokasikan frontal di depan dan di sisi barat dan timur pendopo.

Parkir depan = 26mX60 m

= 1.560m2~ kapasitas 40 mobil

Parkir samping timur& barat = 2x (24mx40m)

= 192m2 ~kapasitas 56 mobil

Total kapasitas parkir untuk= 96 mobil.

Pos Keamanan Area penjagaan, berjumlah dua di sisi gerbang. fasilitas beratap tajug yang diletakkan di depan pintu gerbang Taman Krida Budaya Malang.

2x(5mx5m) = 50 m2

Ruang ganti

2 buah massa bangunan yang beratap tajug, terletak di samping depan barat dan timur bangunan pendopo. Digunakan sebagai area ganti atau aktifitas temporer yang berskala kecil.

2X(12mX12m) =144m2 x2 =288m2

Pendopo

Ruang kegiatan utama dari Taman Krida Budaya Malang (seremonial, seni pertunjukan dan resepsi)

35mx35m = 1.655 m2 Luasan 1 orang= 1m2 Sirkulasi 10% = 165,5 = 1655-165,5 = 1489,5 ~1500 Kapasitas = 1500 orang

(5)

Ruang rapat & pertemuan

Acara event khusus dan terbatas. Terletak dalam kompleks bagian belakang. Kompleks ini terdiri dari 9 massa berderet huruf “U” beratapkan tajug.

[2x (15mx42m)]+[17mx50m] = 1260 m2+850

= 2110 m2

Ruang pengelola dan administrasi.

Terletak dalam kompleks bagian belakang di posisi tengah. Kompleks ini terdiri dari 9 massa berderet huruf “U” beratapkan tajug.

12mx12m= 144m2

R Servis

Merupakan ruang utilitas, pantry dan musholla. Terletak dibagian bawah pendopo. Kondisi ini dikarenakan tapak yang menurun ke belakang.

15mx36m = 540 m2

Taman tengah/ patio

Taman rumput yang dikelilingi oleh kelompok 9 massa bangunan

35mx45m = 1575m2

Hasil dari pemetaan fasilitas-fasilitas yang ada tersebut akan bermanfaat dalam menentukan besaran ruang baru nantinya pada rancangan Taman Krida Budaya Malang. Analisa pemakaian ruang dan evaluasi fungsi dari rancangan yang lama akan menjadi tolok ukur dari kebutuhan ruang beserta kelengkapan fasilitas yang ada.

(6)

3.3. Analisis tata guna lahan Jl Soekarno hatta

Dari pemetaan ruas ujung jalan sukarno hatta hingga pangkal jalan tersebut didapat gambaran kondisi ruang yang mayoritas digunakan sebagai berikut:

1. Area perumahan & permukiman penduduk

2. Area lahan kosong, akibat banyaknya lahan yang dimiliki oleh developer namun tidak dibangun fasilitas hunian.

3. persawahan sebagai asal usul penggunaan utama lahan di wilayah ini, posisinya semakin menyempit ke periferi luar

4. Ruang terbuka hijau, mayoritas terdapat di boulevard perumahan sekaligus digunakan sebagai interaksi sosial warga di lingkungan perumahan.

5. Ruko-perniagaan, keberadaannya berkembang sangat pesat di tepi jalan utama Sukarno Hatta sehingga menyebabkan koridor utama jalan ini dipenuhi oleh Ruko-Ruko yang berderet sepanjang jalan.

6. Bengkel otomotif, jumlahnya tidak signifikan (8 unit) namun skala bangunan yang besar membuat keberadaannya mencolok di antara bangunan-bangunan lain.

7. Restoran, makanan cepat saji, fasilitas makan yang umumnya berupa alih fungsi dari rumah tinggal menjadi fasilitas komersial.

(7)

Gambar 3.3 blok figure ground jalan Sukarno Hatta Malang.

Keterangan: tata guna lahan yang dominan pada wilayah ini adalah perumahan pada bagian belakang jalan uama namun masih banyak yang berupa tanah kosong belum dibangun

Sementara itu pola aksesibilitas dan moda transportasi umum yang menunjukkan lokasi Taman Krida Budaya Malang berada di daerah pusat kota baru dapat dilihat pada gambar berikut ini.

(8)

Gambar 3.4 moda transportasi umum seputar jalan Sukarno Hatta Malang.

Keterangan: gambar ini menunjukkan pola transportasi umum yang menuju lokasi Taman Krida Budaya Malang. Aksesibilitas menuju lokasi dicapai hanya pada jalan utama di Jl Sukarno Hatta.

3.4. Evaluasi permasalahan dan perilaku pemakaian ruang kota

Aktifitas yang cenderung berlangsung secara periodik di luar dari kegiatan yang direncanakan pada Taman Krida Budaya Malang adalah aktifitas perdagangan dan sarana berkumpul di waktu pagi. Namun kegiatan tersebut berpusat di bahu jalan trotoar sementara Taman Krida Budaya sendiri kontras secara pemakaian. Bahkan diwaktu-waktu tertentu kegiatan pameran seringkali mengambil salah satu ruas jalan sehingga arus lalu lintas 2 arah harus diarakan pada satu jalur saja.

(9)

Gambar 3.5 Suasana periodik pada Taman Krida Budaya Malang.

Keterangan: Secara umum tidak ada kegiatan harian yang berarti pada fasilitas seluas 17.050 m2 ini. Aktifitas secara periodik justru terjadi saat pagi hari dan pada saat tertentu saja fasilitas ini ramai dikunjungi orang.

Dari pengamatan tersebut setidaknya ada beberapa kegiatan yang tidak terserap pada fasilitas ini:

1. Aktifitas ekonomi komersial. Fasilitas Taman Krida Budaya Malang tidak dipersiapkan bersanding dengan aktifitas komersial sehingga murni berfungsi tunggal. Saat aktifitas sekunder dan dadakan masuk mengintervensi, maka tidak ada ruang yang tersedia untuk mewadahi aktifitas tersebut.

Gambar 3.6

Aktifitas ekonomi dadakan yang tidak tertampung di Taman Krida Budaya Malang.

(10)

2. Aktifitas sosial rekreatif. Akhir pekan dan minggu pagi merupakan hari yang dipergunakan warga kota untuk beraktifitas rekreatif di ruang terbuka kota. Fasilitas ini sering digunakan untuk tujuan tersebut sekalipun tidak tersedia ruang yang memadai. Perkerasan dan tata hijau yang minim membuat pengunjung hanya beraktifitas selama waktu singkat saja.

3. Aktifitas temporer di luar pagelaran budaya (seperti pameran dan pertunjukan musik kontemporer). Aktifitas ini banyak mengambil tempat dijalan Sukarno hatta sehingga satu jalur jalan terputus. Aktifitas ini membebani jalur lalu lintas kota secara keseluruhan.

Gambar 3.8

Sketsa model pemakaian ruang hasil dari aktifitas pameran dan pertunjukkan yang mengambil jalan raya.

Gambar 3.7

(11)

4. Akses yang terblokir karena dengan luasan lahan 17.050, kontribusi lahan depan yang luas terhadap lingkungan di sekitar tidak diadakan. Hal ini terlihat pada pagar sebagai perlindungan serta area keluar masuk yang berada pada satu arah.

3.5. Tinjauan pengadaan fasilitas ruang publik di perkotaan

Faktor penting dari fasilitas ruang publik yang mengakomodasi kegiatan masyarakat kota khususnya Malang adalah kemampuannya untuk dapat menyerap banyak fungsi dikarenakan luasan lahan perkotaan yang semakin menyempit, selain itu juga pada setiap komunitas kecenderungan untuk berinteraksi sosial adalah hal yang sudah menjadi kebutuhan dasar dalam aktifitas. Oleh karenanya ruang publik yang mewadahi aktifitas skala kota hendaknya tidak bersifat homogen apalagi diakuisisi keberadaannya oleh beberapa aktifitas privat. Kehomogenan ini juga akan menyangkut keberlangsungan hidup dari fasilitas ruang tersebut mengingat bila hanya menyerap fungsi tertentu maka diluar aktifitas yang direncanakan fasilitas tersebut akan mati tidak berfungsi. Oleh karenanya kompleksitas fungsi haruslah mendukung keberlangsungan dari fasilitas ruang publik yang ada agar dapat bermanfaat sepanjang waktu.

Carmona et.all (2003) memaparkan beberapa kriteria keberhasilan ruang publik pada skala aktifitas kota antara lain merupakan kombinasi matriks dari 3 variabel utama yang membentuk makna sebuah tempat yakni:

1. aktifitas, aktif tidaknya sebuah perilaku aktifitas dalam penggunaan ruang publik.

2. kesan, simbol, memori kenangan, kesan dan asosiasi pada ruang publik yang ada.

Gambar 3.8

Area depan yang terprivatisasi terhalang bagi aktifitas warga kota yang hendak menggunakan wilayah ini sebagai ruang aktifitas publik

(12)

3. bentuk, skala, rasio bangunan penanda, pola spasial sebagai bentuk yang mewadahi aktifitas yang berlangsung.

Hasil dari matriks ketiga faktor tersebut adalah beberapa atribut keberhasilan sebuah ruang publik menjadi tempat yang bermakna yakni:

1. kenyamanan dan kesan, kenyamanan, atraktif, tata lansekap dan kebersihan yang diukur dari pengadaan sanitasi, pemeliharaan fasilitas bangunan dan evaluasi lingkungan secara berkala.

2. akses hubungan dan jaringan, pencapaian dan skala manusia yang diukur lewat pengadaan pedestrian, fasilitas transit, parkir dan moda transportasi.

3. nilai fungsi dan aktifitas, pengadaan perayaan, keunikan, kebermanfaatan yang diukur lewat pola tata guna lahan, fasilitas retail dan komersial, nilai properti. 4. nilai sosial, interaktif dan mengundang yang diukur lewat penggunaan aktifitas

di sepanjang waktu, komposisi pria wanita dan anak-anak dalam pemakaian.

3.6. Tinjauan keberadaan fasilitas sosial budaya skala kota.

Terdapat 2 jenis ruang sosial dalam masyarakat Jawa yakni Alun-alun dan Pendopo. Alun-alun merupakan center/pusat kawasan dalam sejarah perkembangan kota-kota di Jawa sedangkan Pendopo merupakan ruang sosial dalam skala kecil untuk komunitas lokal. Dalam sistem kehidupan masyarakat Jawa ruang sosial bukanlah ruang yang bebas tanpa kepemilikan karena hal demikian menyangkut otoritas kewenangan dalam mengatur suatu wilayah. Nampaknya setelah faham demokrasi yang mengusung liberalisme masuk, perkembangan sebuah ruang dalam aktifitas manusia dapat berdiri tunggal dan cenderung mengarah pada pluralisme, konsekuensinya adalah bertemunya kepentingan efisiensi dalam pemanfaatan lahan dengan prinsip kompleksitas.

Fasilitas sosial budaya layaknya ruang pertunjukan seni kota adalah salah satu contoh yang dapat ditarik pelajaran manakala berlokasi di perkotaan sementara pengadaan fasilitas hanya berorientasi pada kegiatan tertentu, terlebih pula jika memiliki luasan lahan yang besar namun kehidupan kesenian budaya hanya berlangsung secara temporal. Luasan yang besar pada skala perkotaan namun tidak menyumbangkan aktifitas yang berarti pada kelangsungan kehidupan perkotaan pastilah akan berakibat pada ruang yang in-efisien dan ambigu fungsi. Di satu sisi fasilitas besar tersebut mengakomodasi kegiatan sosial budaya namun disisi lain aktifitas di luar tersebut membutuhkan ruang yang tidak terserap di dalamnya.

(13)

Perbedaan dari fasilitas ruang sosial pada budaya Jawa adalah sistem pernaungan yang melindungi pola aktifitas dibawahnya. Sementara secara visual dan akses, fasilitas tersebut bersifat terbuka dari segala penjuru. Arlokasiktur yang terjadi bukanlah berorientasi pada fasad namun pada pengolahan ruang dan wadah aktifitas yang dinaungi kelak.

3.7. Fungsi baru Taman Krida Budaya Malang

Secara simulasi untuk tesis ini akan direncanakan fungsi baru yang mengakomodasi kebutuhan aktifitas warga kota Malang pada lokasi Taman Krida Budaya Malang. Asumsi proyek adalah milik Pemerintah Kota Malang. Kepentingan yang hendak diwadahi adalah fasilitas multi fungsi yang berbasiskan budaya Jawa kontemporer. Kekontemporeran desain ini adalah hasil pertemuan bentukan pendopo di masa lalu dengan kebutuhan desain masa kini untuk skala kota Malang. Keanekaragaman fungsi ini akan dihadirkan sebagai bentuk Taman Krida Budaya Malang yang baru. Selain fungsi lama yang menampung kegiatan seremonial dan ritual budaya tradisional, fungsi lain yang akan ditampung adalah fungsi rekreatif warga kota (taman, wisata jalan-jalan), pertunjukkan musik kontemporer, pameran industri kreatif dan otomotif serta ruang sosial tempat berinteraksinya warga kota Malang ( kampanye, upacara dan tabligh akbar)

Taman Krida Budaya Malang yang baru nantinya merupakan hasil perancangan ulang. Fasilitas dan program yang lama akan digabungkan dengan program-program ruang yang baru hasil dari tanggapan eksternal lokasi dan kebutuhan skala kota yang lebih jamak.

Kombinasi dari gabungan program lama dan baru tersebut menghasilkan fungsi baru dengan perincian sebagai berikut.:

1. Secara keseluruhan, Taman Krida Budaya Malang akan dirancang ulang agar didapat hasil transformasi yang optimal. Hal ini didasari oleh pertimbangan bahwa pendopo dan massa disekitarnya mempunyai keterkaitan, rancangan yang baru akan menunjukkan keterkaitan tersebut dalam wujud transformasi yang ideal.

2. Fungsi utama pada pendopo akan menempati lahan secara dominan, hal ini berpengaruh pada keberadaan fasilitas pendukung lainnya. Agar diperoleh fungsi pendukung yang optimal maka keberadaannya menyesuaikan dengan keberadaan pendopo yang dominan.

(14)

3. Fungsi-fungsi pendukung akan dipertahankan keberadaannya (kantor pengelola, ruang rapat dan saresehan) hanya saja akan menempati model rancangan yang baru agar terorganisasi dengan fungsi pendopo yang menjadi fokus transformasi.

4. fasilitas-fasilitas transportasi dan service akan dikelola sedemikian rupa agar luasan lahan tidak terbuang habis untuk parkir dan jalur transport. Hal ini akan membawa keuntungan pada ruang kota karena lahan yang sebelumnya digunakan untuk parkir akan menjadi ruang terbuka kota dengan aktifitas pejalan kaki. Aktifitas yang sebelumnya membebani jalan akan terserap masuk kedalam ruang terbuka ini.

5. Fungsi komersial akan dihadirkan dalam lokasi untuk menarik pengunjung yang datang. Fungsi ini bermanfaat sebagai daya tarik samping pada saat fasilitas ini tidak sedang digunakan untuk acara besar. Fungsi komersial yang dimaksud adalah (toko suvenir, kafetaria, kantin, gerai jajanan rakyat)

(15)

Fasilitas Fungsi lama Fungsi Kegiatan (lama+baru) Kebutuhan Ruang Estimasi Besaran Ruang Pendopo 1. Pertunjukan budaya 2. Pameran dan karnaval 3. Resepsi 4. Acara seremonial 1. Pagelaran musik 2. Pertunjukkan budaya 3. Pameran dan karnaval 4. Resepsi

5. Acara seremonial 6. Kampanye

7. Ruang sosial warga kota 8. Sarana rekreatif dan wisata

jalan-jalan

1. Ruang serba guna sepanjang waktu & terbuka

2. Auditorium

3. Ruang pameran khusus 4. Panggung pertunjukkan

Pendopo ruang terbuka

Kapasitas pengunjung 1000 orang 1 orang ~ 1m2, sirkulasi 10% = (1000x1m2)

= 1000x10% sirkulasi = 1100 m2 luasan total

Didistribusikan hasil luasan ke; auditorium, ruang pameran, panggung temporer.

Kantin/

kafetaria -- Wisata kuliner, jajanan warga kota 1. Ruang makan 2. Dapur saji 3. Dapur olah 4. Area cuci+servis 5. Area simpan 6. musholla Ruang makan Kapasitas 50 orang 1 orang ~1m2 sirkulasi 10% = 50x1m2 = n, nx10%+n = 55m2 luasan total

Dapur dan R servis = 6mx6m= 36m2 Musholla = 3mx3m2 = 9m2

Toko

souvenir -- Penjualan cindera mata, aksesoris budaya kota Malang

1. Area pajang 2. Gudang barang 3. Servis Kapasitas lahan: 30m2 Area pajang= 3mx4m =12m2 Gudang barang= 3mx3m2= 9m2 Servis= 3mx3m= 9m2 Kantor administrasi 1. mengelola pelaksanaan kegiatan 2. mengatur jadwal pemakaian ruang 3. perawatan dan pemeliharaan fasilitas secara keseluruhan

1. Fungsi lama tetap ada 2. Transit- tunggu & penerima

tamu VIP

3. Aktifitas simpan dan rekam dokumentasi

1. Ruang tamu penerima 2. Ruang VIP

3. Ruang administrasi 4. Ruang kepala kantor 5. Ruang staff 6. Pantry 7. Gudang 8. Musholla 9. R servis Kapasitas lahan ~,350m2 ruang penerima VIP 5x4 = 20m2 luasan ruang ~20m2

ruang staf = 6x3= 18m2 ruang kepala kantor= 3x3m2 pantry+gudang = 6x3= 18 m2 Musholla = 3mx3m2 = 9m2 Ruang servis= 3x2= 6m2

(16)

Fasilitas Fungsi lama Fungsi Kegiatan (lama+baru) Kebutuhan Ruang Besaran Ruang Gedung

sewa dan

UKM --

1. Fasilitas kantor sewa 2. Fasilitas interaksi seniman

kota Malang

3. Fasilitas saresehan dan pertemuan budaya kecil dan khusus internal

1. Unit kantor sewa 2. Ruang bersama 3. Ruang saresehan dan

rapat 4. Pantry 5. Musholla 6. R. servis

Kapasitas lahan ~,350m2 Modul unit kantor= 6x4= 24 m2

R saresehan dan budaya= kapasitas 20 orang 1 orang~1m2, sirkulasi 20% = 20x1+ 20x10% = 22m2 pantry+gudang = 6x3= 18 m2 Musholla = 3mx3m2 = 9m2 Ruang servis= 3x2= 6m2 Area Parkir Parkir kendaran roda 2 & 4

Parkir kendaraan roda 2&4 Jalur sirkulasi servis

1. Ruang parkir roda 2 2. Ruang parkir roda 4 3. Ruang drop off +transit

Kapasitas parkir (basemen) luasan ruang= 40x40m= 1600m2 1 mobil ~ 17m2, sirkulasi transit 50% 1motor ~2m2, sirkulasi dengan mobil = 1600/17m2 x50 %

= 47 mobil

~ 40 mobil +10 sepeda motor

Teras

1. Pedestrian 2. Tempat mangkal

PKL

1. Pedestrian

2. Fasilitas terbuka hijau 3. Fasilitas rekreatif warga

kota

4. Akses utama + transisi menuju Taman Krida Budaya Malang

5. tempat mangkal PKL agar tidak membebani bahu jalan

Ruang terbuka hijau+pedestrian

Koridor panjang jalan= 55 m Setback pedestrian= 5m Setback teras kota= 6m

Luasan diperoleh= (55x5)+(55x6) = 275 m2 + 330 m2

275 m2= area pedestrian dan laybay drop of pengunjung 330 m2 = ruang hijau kota

51

Tabel. 3.2

Gambar

Gambar 3.1 Lokasi Taman Krida  di jalan Sukarno Hatta Malang.
Gambar 3.2 Perpektif mata burung Taman Krida  Budaya Malang.
Gambar 3.3 blok figure ground jalan Sukarno Hatta Malang.
Gambar 3.4 moda transportasi umum seputar  jalan Sukarno Hatta Malang.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat diartikan bahwa taman rakyat adalah ruang umum ( public space ) yang selain memenuhi fungsi sebagai tempat ( places ) beraktivitas juga memiliki arti yang sangat

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan menurut Ormas Peralihan fungsi Ruang Terbuka Hijau Kota Malang ini memiliki dua point penting yang antara lain persepsi positif dan

Fungsi dan aktifitas ruang publik di Taman Ganesha Bandung dapat disimpulkan bahwa taman ini merupakan salah satu taman kota yang masih difungsikan sebagai ruang terbuka publik

Berdasarkan pengertian di atas, metode kuantitatif ini dilakukan dengan pendekatan spasial/keruangan yang bertujuan untuk memproses data berupa angka, yaitu luasan lahan

Fungsi lahan utama dalam kawasan prioritas PLPBK di Kelurahan Karatuang adalah lahan pertanian yang terdiri dari sawah dan kebun, permukiman, dan ruang terbuka hijau.. Analisis

Intervensi fisik yang dilakukan oleh institusi sebagai agen transformasi utama, dan masyarakat sebagai pengguna ruang publik pada kawasan alun-alun Malang telah berkontribusi

Dalam kaitannya dengan manusia,, hal paling penting dari pengaruh ruang terhadap perilaku manusia adalah fungsi atau pemakaian dari ruang tersebut.fungsi ruang ditentukan oleh

Identifikasi faktor resiko stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ardimulyo Desa Wonorejo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, didapatkan temuan penting penelitian yaitu: 1