• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Kasar - UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PERMAINAN JEMBATAN BUAYA PADA ANAK KELOMPOK A TK BA AISYIYAH KALIKABONG KECAMATAN KALIMANAH KABUPATEN PUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1I KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Kasar - UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PERMAINAN JEMBATAN BUAYA PADA ANAK KELOMPOK A TK BA AISYIYAH KALIKABONG KECAMATAN KALIMANAH KABUPATEN PUR"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Kasar

Menurut Yudha M. Saputra dan Rudyanto (2005: 117) motorik kasar adalah kemampuan anak beraktifitas dengan menggunakan otot-ototbesarnya. Kemampuan gerak motorik anak dibagi menjadi tiga yaitu : Pertama, kemampuan lokomoror yaitu kemampuan yang digunakan untuk

memindahkan tubuh dari suatu tempat ketempat lain dan untuk mengangkat tubuhnya keatas. Kedua, kemampuan non lokomotor kegiatan yang dilakukan ditempat tanpa ada ruang gerak yang memadai. Gerakan seperti meregang, menarik, melipat dan lain – lain. Ketiga, kemampuan manipulative yaitu kemampuan yang lebih banyak melibatkan kemampuan tangan dan kaki, tetapi bagian tubuh yang lain dapat digunakan. Gerakannya seperti melempar, menangkap, menendang, memukul, dan lain – lain.

(2)

Motorik kasar adalah kemampuan anak beraktifitas dengan menggunakan otot-otot besar. Kemampuan ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup anak, kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga kategori, yaitu ; kemampuan lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif. Kemampuan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu ketempat lain atau untuk mengangkat tubuh seperti, melompat dan meloncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping, melompat, meluncur dan lari seperti kuda berlari. Kemampuan non-lokomotor dilakukan ditempat, tanpa ada ruang gerak yang memadai. Kemampuan non-lokomotor terdiri dari menekuk dan meregang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar,mengocok, melingkar, melambungkan, dan lain-lain.

(3)

Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen dan Whiteneyer (Monks, 19996: 111). Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik kasar anak harus mempersiapkan sesuatu dilingkungannya yang memotifasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka untuk bergerak. Kartini Kartono (2000: 44) menjelaskan bahwa perkembangan motorik adalah perkembanagan dari kegiatan-kegiatan seperti menjangkau, merenggut, menggenggam, merangkak danberjalan.

Pada prinsipnya, motorik kasar merupakan gerakan otot-otot besar. Yakni gerakan yang dihasilkan otot-otot besar seperti otot tungkai dan lengan. Adapun jenis perkembangan motorik kasar pada anak adalah : mampu menangkap sesuatu, mampu meraih sebuah benda, mampu berjalan, mampu melompat, mampu melempar benda, mampu berlari, mampu menendang, mampu naik dan turuntangga, mampu merangkak, mampu memukul mengayunkan tangan, mampu berguling kekanan dan kekiri.

(4)

Perkembanagan keterampilan motorik kasar ini sangat tepat dilakukan dengan permainan jembatan buayakarena pada usia ini anak masih senang bermain dinama anak melakukan bermain jembatan buaya anak berlomba-lomba membuat jembatan dengan kardus berbentuk buaya dan menyusunnya secara lurus kemudian anak melewati kardus yang telah disusun seperti jembatan, tetapi dalam melewati jembatan anak tidak boleh keluar dari kardus yang telah disusunya ( menginjak tanah)permainan jembatan buaya ini sangat berfungsi untuk melatih organ-organ jasmaninya dan rohaninya terutama yang berkaitan dengan keterampilan motorik kasar dimasa depan seperti : mampu menangkap sesuatu, mampu meraih sebuah benda, mampu berjalan, mampu melompat, mampu melempar benda, mampu berlari, mampu menendang, mampu naik dan turuntangga, mampu merangkak, mampu memukul mengayunkan tangan, mampu berguling kekanan dan kekiri.

2. Arti Penting Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan.

(5)

dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independen, anak dapat bergerak dari satu tempat ketempat yang lain dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya, kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah, pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah bisa dilatih, menulis, menggambar, melukis dan baris-berbaris. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan anak yang tidak normal akan menghambat anak untukdapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang fringer ( terpinggirkan ). Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-concept atau kepribadian anak.

(6)

3. Tahap Perkembangan Kognitif Yang Berkaitan Dengan Perkembangan Motorik

Menurut Piaget ada empat tahap perkembarangan kognitif yang berkaitan dengan perkembambangan motorik padaanak yaitu; tahap sensomotorik, tahap praoperasional, konkret operasional, formal operasional.

Sensorimotorik : Lahir s/d 2 tahun Praoperasional : 2 tahun s/d 8 tahun Konkret operasional : 8 tahun s/d 11 tahun Formal operasional : 11 tahun s/d 12 tahun

a. Tahap Sensorimotorik dan Perkembangan Motorik Anak

Pada tahap sensorimotor Piaget mengambarkan seperti “ berfikir melalui gerak tubuh”. Kemampuan untuk belajar dan

meningkatkan kemampuan intelektual berkembang sebagai suatu hasil dari suatu gerak dan konsekuensinya. Menurut Piaget, gerak selalu berhubungan dengan proses berfikir pada tahap sensorimotor, pengetahuan dan berfikir muncul sebagai hasil dari perilaku yang terjadi melalui gerak tubuh.

b. Tahap Operasional dan Perkembangan Motorik Anak

(7)

c. Tahap Kongkret Operasional dan Perkembangan Motorik Anak

Bertambahnya kemampuan dalam menyelesaikan masalah, kemampuan ini dapat mengetahui perkembangan motorik anak. Dari segi perkembangan motorik, anak berada dalam periode transisi dalam aspek motorik. Adapun motorik yang dapat dikembangangkan pada periode ini sudah mengarah pada peningkatan keterampilan gerak yang lebih kompleks.

d. Tahap Formal Operasional dan Perkembangan Motorik Anak

Tahap ini merupakan kemampuan untuk mempertimbangan kan ide-ide yang tidak didasarkan pada realita. Anak sudah mampu berfikir yang bersifat abstrak.

Kegiatan fisik yang dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas olahraga bisa dipelajaridan dilatih dimasa-masa awal perkembangan. Sangat penting untuk mempelajari keterampilan ini dengan suasana yang menyenangkan, tidak terkompetisi agar anak-anak mempelajari olahraga dengan senang dan merasa nyaman untuk ikut berpartisipasi.

4. Tahap Perkembangan Motorik Kasar

(8)

Menurut Gallahue (dalam Sumantri, 2005: 106) terdapat lima tingkat dalam belajar motorik yaitu :

a. Tinggkat penjelajahan (exploration), anak mempelajari sesuatu dengan mencoba mencari apa yang ingin dia kerjakan.

b. Tingkat penemuan (discovery), merupakan lanjutan dari tingkat penjelajahan, anak dapat menemukan cara yang tepat untuk melakukan suatu gerakan.

c. Tingkat gabungan (coordination), merupakan gabungan antara penjelajahan dengan penemuan.

d. Tingkat pemilihan (selection), tingkat ini baru diberikan pada pemilihan suatu olahraga , tingkat sekolah dasar sampai menengah pertama.

e. Tingkat penghalusan (refine), tahap dalam melanjutkan latihan atau aktifitas gerak yang sudah diajarkan sebelumnya.

(9)

berupakan tahap terakhir dalam belajar gerak. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana anak mampu melakukan kegiatan keterampilan secara otomatis dengan baik dan benar.

Menurut Benyamin Bloom (dalam Fridani, Wulan, Pujiastuti, 2008: 2.25) penguasaan gerak anak usia dini ditunjukan oleh gerakan yang kaku sampai gerakan yang lancar atau luwes. Menurut Dave (dalam Fridani, Wulan, Pujiastuti, 2008: 2.25) mengklasifikasi gerak motorik yang dikuasai oleh pada anak usia dinikedalam lima katagori dari tingkatan yang paling rendah sampai tingkatan yang paling tinggi sebagai berikut :

(10)

suatu keterampilan untuk merangkai bermacam-macam gerakan secara berkeseimbangan membutuhkan keterampilan dengan membuat urutan tempat dan sesuai dengan apa yang dihrapkan. Kelima, Naturalization (Pengalamiahan) yaitu suatu keterampilan untuk melakukan gerak secara wajar. Gerakan paling sedikit mengeluarkan energi baik fisik maupun psikis.

Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa keterampilan motorik kasar yang dilakukan anak usia dini pada dasarnya memiliki ciri khas yaitu dari proses peniruan, penggunaan konsep, ketelitian, perangkaian, sampai penguasaan gerak yang trampil dan membutuhkan keterampilan yang berbeda.

5. Tujuan Pengembangan Motorik Kasar

Menurut Yudha M Saputra dan Rudyanto (2005 : 115) tujuan dari pengembangan motorik kasar pada anak usia dini dibagi menjadi lima yaitu; Mampu meningkatkan keterampilan gerak, mampu memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, mampu menanamkan sikap percaya diri, mampu bekerja sama, mampu berprilaku disiplin, jujur, dan sportif.

Menurut Samsudin (2008: 11) Penguasan keterampilan harus tergambar dalam kemampuan menyelesaikan tugas motorik tertentu, sejauh mana anak tersebut mampu menyelesaikan tugas motorik yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu.

(11)

kesehatannya melalui berolah tubuh. Pembelajran tercapai juka anak mengalami pertumbuhan dan kesehatan menjadi lebih baik. Sementara menurut Ernawulan ( 2005: 31) keterampilan motorik sebaiknya dikuasai anak pada masa kanak-kanak, supaya pada anak tersebut rasa percaya diri , memiliki sifat mandiri dan mendapatkan penerimaan dari teman-teman sebayanya.

Dari beberapa pendapat diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa tujuan pengembangan motorik kasar pada anak usia dini adalah untuk meningkatkan kemampuan gerak anak dalam menyelesaikan tugas motorik dengan benar, menjadi kesehatan dan juga untuk menanamkan sikap percaya diri,mandiri, disiplin, jujur dan sportif.

Menurut Yudha M Saputra dan Rudiyanto (2005: 115) Fungsi pengembangan motorik kasar pada anak usia dibagi menjadi enam yaitu; Sebagai alat pemacu pertumbuhan dan pengembagan jasmani, rohani, dan kesehatan untuk anak. Sebagai alat untuk membentuk, membangun serta memperkuat tubuh anak. Untuk melatih keterampilan dan ketangkasan gerak juga daya pikir anak. Sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan emosial.Sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan social. Sebagai alat untuk menumbuhkan perasaan senang dan memahami manfaat kesehatan pribadi.

(12)

kemandiriannya dan untuk membantu anak mendapatkan penerimaan sosialnya.

Menurut Hurloch ( dalam Fridani, Wulan, Pujiastuti, 2008: 24) fungsi perkembangan dibagi menjadi beberapa tahap diantaranya, yaitu; Melalui keterampilanmotorik, anak dapat mengibur dirinya dan memperoleh peranan senang. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya ( helplessness) pada bulan- bulan pertama hidupnya, kekondisi yang bebas, tidak tergantung (independendence). Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah (school adjusment). Melalui keterampilan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal anak menghambat anak untuk bergaul dengan teman sebayanya. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak ( self concept).

Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa fungsi pengembangan motorik kasar pada anak usia dini adalah sebagai alat untuk memacu pertumbuhan dan perkembanagn jasmani, kesehatan dan juga menanamkan sikap mandiri serta menumbuhkan perasaan senang.

6. Fungsi Perkembangan Motorik Kasar

(13)

a. Sebagai alat pemacu dan perkembangan jasmani rohani, dan kesehatan untuk anak.

b. Sebagai alat untuk membentuk, membangun serta memperkuat tubun anak.

c. Untuk melatih keterampilan dan ketangkasan gerak juga daya pikir anak.

d. Sebagai alat untuk meningkatkan perkembanagan emosional. e. Sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan sosial.

f. Sebagai alat untuk menumbuhkan perasaan senang dan memahami manfaat kesehatan pribadi.

Menurut Ernawulan (2005: 31) keterampilan motorik itu mempunyai dua fungsi yaitu: pertama, membantu anak untuk memperoleh kemandiriannya. Kedua, untuk membantu anak mendapatkan penerimaan sosialnya.

Menurut Hurlock (dalam Fridani 2008: 2.4) fungsi keterampilan motorik bagi perkembangan anak yaitu: Melalui keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya memperoleh perasaan senang. Melalui keterampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya (helplessnes) pada bulan pertama kehidupannya, kekondisi yang bebas, tidak tergantung(independence). Melalui keterampilan motorik anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah ( school ajustment).

(14)

alat untuk memacu pertumbuhan dan perkembanagan jasmani, kesehatan dan juga menanamkan serta menumbuhkan perasaan senang.

7. Evaluasi Pengembangan Motorik Kasar a. Pedoman Evaluasi

Menurut Samsudin (2008: 65) penilaian atau evaluasi adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan sebagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran. Alat evaluasi dapat digunakan untuk memperoleh gambaran perkembangan kemampuan motorik kasar adalah dengan cara obseravi. Observasi adalah cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan pengamatan langsung terhadap sikap atau perilaku anak. Agar observasi lebih terarah maka digunakan lembar observasi yang mengacu pada indikator yang akan dicapai.

Menurut Departemen Agama Republik Indonesia (2004: 50)cara pencatatan hasil penilaian harian dicatat dengan menggunakan simbol-simbol yaitu sebagai berikut:

(15)

2) Anak yang perilakunya sedang berada pada tahap proses menuju yang diharapkan (belum stabil) maka pada kolom tersebut ditulis nama anak dan diberi kode dengan tanda( √ )

3) Anak yang perilakunya lebih dari yang diharapkan dan sudah dapat menyelesaikan tugas melebihi yang direncanakan guru, maka pada kolom tersebut dituliskan mana anak dan diberi tanda lingkaran berisi penuh (●)

Menurut Anita Yus ( 2005 : 69 ) memberikan evaluasi dengan skala penilaian atau evaluasi berbentuk bilangan, terdiri dari pertanyaan dan disebelahnya disediakan bilangan tertentu yaitu angka 1 – 5, yang berarti (1) sangat rendah, (2) rendah, (3) sedang, (4) tinggi dan (5) sangar tinggi. Peneliti tinggal memberi tanda ( √ ) pada kolom

evaluasi dengan melihat kemampuan gerak motorik kasar yang dilakukan dengan indikator yang akan dicapai.

(16)

Untuk pedoman evaluasi peneliti menggunakan tanda bintang() untuk mendapatkan informasi tentang perekembangan

motorik kasar anak. Untuk mempermudah melakukan observasi peneliti menggunakan lembar observasi atau pedoman observasi. Peneliti tinggal memberi tanda cek (√) pada kolom penelitian.

B. Bermain Jembatan Buaya 1. Pengertian Bermain

Dunia anak adalah dunia bermain dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktifitas bermain. Anak-anak akan lebih mudah mengembangkan keterampilan motorik kasarnya melalui kegiatan bermain. Bermain dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Istilah bermain dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan dengan mempergunakan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian, memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan dapat mengembalikan imajinasi anak.

Menurut Soegeng ( dalam Anita Yus, 2005: 23) bermain adalah suatu kegiatan atau tingkah laku yang dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat atau tidak untuk mencapai tujuan tertentu.

(17)

atau tekanan dari pihak lain. Kegiatan bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin untuk memperoleh kesenangan.

Menurut Tadkiroatun (2005: 6) bermain memiliki ciri-ciri yang khas, yang membedakannya dari kegiatan yang lain yaitu

a. Bermain selalu menyenangkan dan menikmatkan atau mengembirakan.

b. Bermain tidak bertujuan ektrinsik,motifasi bermain adalah motifasi intrinsik.

c. Bermain bersifat spontan dan sukarela

d. Bermain melibatkan peran aktif semua peserta

e. Bermain juga bersifat nonliteral, pura-pura, atau tidak nyata f. Bermai tidak memiliki kaidah ektrinsik.

g. Bermain bersifat aktif h. Bermain bersifat fleksibel

Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa bermain merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan bebas dan sukarela, dengan aturan yang bebas, tanpa memikirkan hasil akhir, tujuannya adalah untuk memperolehkesenangan. Dengan demikian kegiatan belajar ditaman kanak-kanak lebih banayak dilakukan dengan bermain.

(18)

2. Tahapan Bermain Anak Usia Dini

Dalam mayke S. Tedjasaputra ( 2001: 21) membagi bentuk kegiatan bermain kedalam enam bentuk yaitu:

a. Unoccupied play (tidak bermain), sebenarnya anak tidak benar-benar terlibat dalam kegiatan kegiatan bermain, melainkan hanya mengamati kejadian disekitarnya yang menarik perhatiannya.

b. Solitary play (bermain sendiri), terjadi pada usia awal, anak sibuk main sendiri dan tidak memperhatikan kehadiran teman lainnya.

c. Onlooker play (pengmatan) yaitu kegiatan bermain dengan mengamati anak-anak lain melakukan kegiata bermain, dan ada niat untuk ikut bermain bersama teman yang diamati.

d. Paralel play (bermain parallel) jika dua anak atau lebih bermain dengan jenis alat permainan yang sama dan melakukan gerakan yang sama, tetapi bila diperhatikan mereka tidak ada interaksi diantara mereka.

e. Assosiatif play (bermain asosiatif) ditandai dengan adanya ineraksi anatara anak yang bermain, saling tukar alat permainan, tetapi sebenarnya mereka tidak terlibat kerjasama

f. Cooperatif play (bermain bersama) ditandai dengan adanya kerjasama atau pembagian tugas dan pembagian peran anatara anak-anak yang terlibat dalam permainan untuk memcapai suatu tuhuan tertentu

(19)

apa yang dapat dilakukan benda atau alat tersebut. Kedua, tahap alat permainan ( toy stage), pengamatan dilakukan dengan seksama terhadap benda atau alat permainan, tetapi masih berlangsung mencari kemungkinan-kemungkinan cara melakukannya. Ketiga, tahap bermain ( play stage), anak sudah tahu berbagai jenispermainan bersama maupun sendiri dengan alat permainan. Keempat, tahap melamun ( daydrem stage), anak sudah merasa besar dan tidak cocok lagi untuk bermain

mobil-mobilan atau bermain dengan boneka, mereka suka berdiam diri dikamar sambil menghayal dan melamun.

Menurut Jean Piaget (dalam Montolalu dkk, 2009: 2.17) mengemukakan tahap-tahap perkembangan bermain sejalan dengan perkembangan kogitif anak yaitu sensory motor play, sosial play game with rules ( permainan game dengan aturan yang berhubungan perilaku sosial) serta games dengan aturan olahraga.

Dari pendapat beberapa diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa tahapan bermain merupakan kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh anak sebelum melakukan suatu permainan, anak melakukan beberapa tahap yaitu dengan cara melihat, mengamati, mereka bermain sendiri, dan kemudian mereka bermain secara kelompok.

3. Metode Pembelajaran Taman Kanak-Kanak

(20)

pertama, bercerita adalah bertuturkata atau memberi penjelasan secara lisan. Kedua, bercakap-cakap berupa kegiatan tanya jawab. Ketiga, tanya jawab berupa memberi pertanyaan pada anak. Keempat, karyawisata menggunjungi objek. Kelima, memperagakan suatu keterampilan. Keenam, bermain peran memberikan pengalaman melalui bermain peran.

Ketujuh, eksperimen mengamati sesuatu. Kedelapan, proyek memberi kesempatan pada anak untuk menggunakan alam sekitar sebagai bahan pembahasan memlalui berbagai kegiatan. Kesembilan, memberi tugas dan anak diminta untuk mengerjakan tugas.

(21)

karyawisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih daluku oleh pendidik untuk meninjau tempat atau objek yang lain. Kelima, metode proyek yaitu pembelajaran yang memberikan kesempatan pada anak untuk menggunakan alam sekitar dan kegiatan sehari-hari sebagai bahan pembahasan melalui bermain kegiatan.

(22)

Dari pendapat beberapa diatas, peneliti menyimpulkan bahwa untuk mengajarkan kemampuan motorik kasar pada anak, dapat mengunakan metode bermain karena bermain merupakan metode pokok ditaman kanak-kanak, dengan bermain anak menjadi senang dan juga bisa merangsang tumbuh kembang disemua aspek.

4. Manfaat Bermain Bagi Anak Usia Dini

Menurut Montolalu dkk (2009: 1.18) manfaat bermain bagi anak usia dini antara lain:

a. Bermain memicu kreatifitas.

b. Bermain bermanfaat mencerdaskan otak. c. Bermain bermanfaat menanggulangi konflik. d. Bermain bermanfaat melatih empati.

e. Bermain bermanfaat mengasah panca indra. f. Bermain sebagai media terapi.

g. Bermain itu melakukan penemuan.

Menurut Tadkiroatun (2005: 15) arti penting bermain bagi anak antaralain:

a. Bermain membantu anak membangun konsep dan pengetahuan, karna anak tidak membangun konsep atau pengetahuan dalam kondisi terisolasi tetapi melalui interaksi dengan orang lain.

(23)

c. Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah.

d. Bermain mendorong anak untuk kreatif.

e. Bermain membantu anak mengekpresikan dan mengurangi rasa takut. f. Bermain membantu anak menguasai konflik dan trauma sosial. g. Bermain meningkatkan kopetensi sosial anak.

h. Bermain membantu anak mengenali diri mereka sendiri. i. Bermain membantu anak mengontrol gerak motorik.

j. Bermain membantu anak meningkatkan kemampuan berkomunikasi. k. Bermain menyedikan konteks yang aman dan memotifasi anak belajar

bahasa kedua.

Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa manfaat bermain meningkatkan kemampuan motorik, kreativitas, melatih empati, tanggungjawab, kemandirian dan sosial anak.

5. Pengertian Bermain Jembatan Buaya Bagi Anak Usia Dini a. Bermain jembatan buaya

(24)

boleh keluar dari kardus atau kaki tidak boleh sampai menyentuh tanah. Permainan jembatan buaya adalah permainan yang membuat anak senang dan merasa tetantang, anak harus menyusun kardus satu persatu dengan rapih, lurus, dan kaki tidak boleh sampai menyentuh tanah. Permainan jembatan buaya ini dilakukan secara kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 anak, dalam permainan jembatan buaya dibutuhkan kerjasama yang baik. Dimana kerjasama yang baik akan sangat membantu berlangsungnya bermainan ini. Menurut Montolalu dkk (2009: 4.22) keterampilan lokomotor merupakan kemampuan gerak tubuh yang berpindah tempat, seperti berjalan, melompat, bersepeda, berlari dan lain-lain. Semuat itu bertujuan untuk mengembangakan kesadaran anak akan tumbuhnya dalam ruang. Kesadaraan semacam ini disebut kesadaran persepsi motorik yang meliputi kesadaran akan tumbuh sendiri, waktu, konsep arah, pendengaran. Kesaran seperti ini terlihat dari usaha anak meniru gerakan-gerakan anak lain atau gurunya.

(25)

kesempurnaan gerak anak. Permainana ini dilakukan secara berkelompok dan membutuhkan kerjasama team yang baik.

b. Langkah-Langkah Bermain Jembatan Buayan

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk bermain jembatan buaya adalah :

1. Pada permulaan adalah membagi kelompok, karena permaianan jembatan buaya membutuhkan kerjasama team maka anak dibentuk kelompok dan perkelompok terdiri dari 3 anak.

2. Menyiapkan alat dan bahan yaitu 21 kardus bergambar buaya (perkemlompok 7 kardus).

3. Menyiapkan 3 karton tebal berukuran 60x50 cm.

4. Menyiapan 3 kursi kecil (jengkok), 3 kursi anak (kursi anak diTK). 5. Menyiapkan 3 tempat sampah.

6. Menyiapkan 3 pipa panjang 1 ½ m.

7. Menyiapkan Bola plastik warna 15 ukuran bola tenis

8. Kemudian langkah pertama 3 papan teriplek yang berukuran 60x50 cm diletakan ditanah lalu setiap teriplek diisi 7 kardus bergambar buaya.

9. Seletah triplek dan kardus sudah diletakan menjadi 3 kelompok guru memangil 3 kelompok yang akan bermain, setiap kelompok terdiri dari 3 anak.

(26)

11. Kemudian setelah anak berdiri diatas triplek anak bersiap-siap mendengarkan aba-aba yang akan dipeluitkan.

12. Seletah peluit berbunyi anak mulai menyusun jembatan kardus tersebut satu persatu dengan rapi, lurus, dan kaki tidak boleh sampai ketanah.

13. Setelah anak sampai kegaris finis anak pada urutan pertama mengambil bola dan berlali untuk menaiki tingkatan kursi kemudian memasukannya kedalam keranjang tempat sampah yang berada diatas tiang.

14. Kemudian anak yang dibelakangnyapun mengikuti berlari memasukan bola kedalam ember yang diatas tiang.

15. Kegiatan akan berakhir dan ditentukan pemenangnya jika bola sudah habis dan anak tidak menyentuh tanah saat membuat jembatan tersebut.

(27)

C. Manfaat Bermain Jembatan Buaya

Menurut Montolalu dkk (2009: 4.22) keterampilan lokomotor merupakan gerak tubuh yang berpindah tempat, seperti berjalan, melompat, berlari dan lain-lain. Dengan permainan jembatan buaya kita dapat mengoptimalkan anak yang mengalami kesulitan dalam melakukan gerak motorik kasar seperti berjalan lurus dengan seimbang, belum mamapu menendang dengan tepat dan cepat, dan dalam memukul suatu benda (bola) masih sangat lemah. Dengan permainan jembatan buaya tidak hanya melatih kemampuan motorik kasar saja pada anak tetapi dalam permainan jembatan buaya kita juga dapat melatih kemampuan motorik halus yang ada dalam permainan tersebut. Manfaat dalam permainan jembatan buaya kita dapat melatih kekuatan-kekuatan otot kaki dan tangan, dimana dalam permainan jembatan buaya anak diminta untuk melompati buaya satu kebuaya yang ada didepannya dengan cara melompat. Melatih ketangkasan dan keseimbangan anak dalam menata jembatan buaya dan melompati jembatan anak tidak boleh sampai menyentuh tananh.

D.Tujuan Permainan Jembatan Buaya

(28)

beberapa erkembangan anak yang dapat distimulasi dengan permainan jembatan buaya:

1. Motorik kasar

Melalukan permainan jembatan buaya merupakan permainan dimana anak diminta untuk menyusun kardus bergambar buaya dan diletakan ditanah kemudian anak diminta melompati kardus demi kardus yang telah disusunnya permainan ini dapat menunjang perkembangan motorik kasar anak.

2. Emosi

Untuk melakukan suatu lompatan tentu dibutuhkan keberanian dari anak. Berarti, secara emosional anak dituntut untuk membuat keputusan besar, yaitu mau melakukan tindakan melompat atau tidak.

3. Sosialisasi

Untuk bermain jembatan buaya yang dilakukan secara kelompok, anak membutuhkan teman yang berarti memberi kesempatannya untuk bersosialisasi. Dia dapat belajar berempati, bergiliran, mentaati aturan, dan lainnya.

E. Penilaian Hasil Belajar 1. Pedoman Penilaian

(29)

dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran. Alat evaluasi yang dapat diperoleh untuk mendapatkan gambaran perkembangan kemampuan motorik kasar adalah dengan cara observasi. Observasi adalah cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan pengamatan langsung terhadap sikap atau perilaku anak. Agar observasi lebih terarah maka digunakan lembar observasi yang mengacu pada indikator yang akan dicapai.

Menurut Blewer (dalam Patmonodewo, 2003: 138) penelitian adalah penggunaan system evaluasi yang bersifat komprehensif (menyeluruh) untuk menentukan kualitas dari suatu program atau kemajuan dari seorang anak.

Menurut Sukristanto (2010: 4) penilaian terdiri dari proses belajar mencangkup serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk mendapatkan informasi tentang perilaku belajar anak didik, tentang proses pembelajaran, dan tentang suasana kelas. Penilaian hasil belajar adalah proses pengumulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahap kemajuan belajar sehingga didapatkan protret/ profil kemampuan anak didik sesuai dengan daftar kopetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.

(30)

kemampuan gerak motorik kasar yang dilakukan dengan indikator yang akan dicapai.

Lebih lanjut menurut Kemendiknas (2010: 11) hasil penelitian perkembangan anak dicantumkan pada kolom penilaian. Tanda satu bintang () digunakan untuk menilai anak yang belum berekembang (BB) sesuai indikator, tanda bintang () digunakan untuk menilai untuk anak yang sudah mukai berkembang (MB) sesuai indikator, tanda tiga bintang () digunakan untuk menilai anak yang sudah mulai berkembang sesuai harapan (BSH) sedangkan tanda empat bintang () digunakan untuk menilai anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator yang diharapkan.

Untuk pedoman evaluasi peneliti menggunakan tanda bintang ()

untuk mendapatkan informasi tentang perekembangan motorik kasar anak. Untuk mempermudah melakukan observasi peneliti menggunakan lembar observasi atau pedoman observasi. Peneliti tinggal memberi tanda cek (√) pada kolom penelitian.

2. Indikator Keberhasilan

(31)

bersama-sama kedepan dan kebelakang, berlari meloncat, melempar dan menangkap kantong biji (Depdiknas , 2003: 149).

Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengadaptasi dan kemudian menyusun indikator yang diharapkan dalam kemampuan motorik kasar pada anak Taman Kanak-Kanak sebagai berikut

Table 2.1 Indikator Kemampuan Motorik Kasar Aspek Perkembangan INDIKATOR

Fisik Motorik Kasar Memutar dan mengayunkan lengan Meliukan tubuh

Membungkukan badan

Berjalan keberbagai arah misal: berjalan maju lurus, berjalan diatas papan titian berjalan kedepan dengan jinjit berjalan mundur.

Melompat keberbagai arah dengan satu atau dua kaki

Menyambungkan berbagai objek dengan brbagai bentuk dan ukuran dengan satu atau dua tangan Melemparkan objek kebeberapa arah dengan tangan kiri atau kanan

Melemparkan objek kesasaran dengan tangan kanan atau kiri

Melakukan koordinasi gerak mata dan tangan Merayap dan merangkak dengan berbagai fariasi. Melompat dengan ketingian 30-40cm

(32)

Dari indikator diatas maka saya mengambil beberapa indikator untuk mengembangkan permainan jembatan buaya yaitu :

No. Indikator

1. Membungkukan badan

2. Menyambungkan kardus berbentuk buaya dengan satu atau dua tangan

3. Melemparkan 5 bola kearah sasaran dengan tangan kanan atau kiri

4. Naik dan turun kursi

Rubrik penilaian untuk masing-masing indikator perkembangan kemampuan motorik kasar anak:

Indikator 1 : Anak mampu membungkukan badan

Anak belum mampu atau tidak mau melakukan gerakan membungkukan badan.



Anak mampu melaukan gerakan membungkukan badan namun anak dalam menyusun kardus belum bisa membungkukan badan secara sempurna tetapi hanya sekedar berjongkok.



Anak sudah mampu membungkukan badan dengan sempurna kaki tegak, badan membungkuk sempurna, tangan menjulur kebawah dengan lurus.



Anak sudah mampu membungkukan badan dengan sempurna gerakan cepat, tepat dan tanpa hambatan.

Indikator 2 :

Menyambungkan kardus menjadi jembatan buaya dengan satu atau dua tangan. 

Anak belum mampu menyambungkan kardus menjadi jembatan buaya, dalam meletakan kardus anak masih belum tahu arah atau posisi dimana seharusnya kepala buaya berada diatas dan posisi ekor buaya dibawah.



(33)



Anak mampu menyambungkan kardus menjadi jembatan buaya dengan lurus kedepan dan menggunakan satu tangan.



Anak mampu menyambungkan kardus menjadi jembatan dengat tepat dan trampil.

Indikator 3 : Melemparkan 5 bola kesasaran dengan tangan kanan atau kiri.

Anak belum mampu melempar bola tepat sasaran dari 5 bola yang anak lempar anak tidak bisa memasukan semua bola atau anak hanya bisa memasukan 1 bola.



Anak mampu melempar bola tepat sasaran dimana dari 5 bola anak mampu memasukan 2 bola atau 3 bola.



Anak sudah mampu melempar 5 bola tepat sasaran. 

Anak mampu melempar lebih dari 5 bola dengan tepat sasaran.

Indikator 4 : Naik turun kursi

Anak belum mampu atau tidak mau melakukan gerakan naik dan turun kursi. 

Anak mampu naik atau turun dari kursi, anak sudah mulai berani tetapi masih dibantu.



Anak sudah mampu naik dan turun dari kursi 

(34)

Tabel 2.2 kriteria penilaian kemampuan motorik kasar anak No Kriteria pencapaian Keterangan

1  Anak mencapai  pada ke 4 indikator Anak mencapai  pada 3 dari 4 indikator 2  Anak mencapai  pada ke 4 indikator

Anak mencapai pada 3 dari 4 indikator 3  Anak mencapai  pada ke 4 indikator

Anak mencapai  pada 3 dari ke 4 indikator 4  Anak mencapai  pada ke 4 indikator

Anak mencapai  pada 3 dari ke 4 indikator

Anak mencapai  pada 2 indikator dan  pada indikator lainnya.

F. Kerangka Berfikir

Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui gerakan yang terkoodinir antara susunan saraf, otot-otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang mengunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.

(35)

bebas bagi anak. Anak diberi kesempatan untuk melakukan gerakan motorik kasar akan berekpresi dengan bebas dan secara maksimal dan mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya.

Pada kondisi awal, kekampuan motorik kasar anak didik pada kelompok A TK Aisyiyah Kalikabong masih rendah ditandai dengan kondisiseperti anak belum mampu berjalan lurus dengan seimbang, belum mamapu menendang dengan tepat dan cepat, dan dalam memukul suatu benda (bola) masih sangat lemah. Hal ini disebabkan karena pembelajarn di TK masih sangat monoton guru hanya mengunakan alat-alat sederhana, anak hanya disuruh bermain dengan alat permainan prosotan, jungkat-jungki, papant titian, dan ayunan.

Untuk memperbaiki kondisi ini peneiti melaksanakan tindakan penelitian melalui kegiatan bermain jembatan buaya untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.

(36)

Apabila dengan dilakukan siklus I kemampuan motorik belum berkembang perlu dilakukannya siklus ke II untuk mematangkan kemampuan motorik anak yang belum berkembang apabila penelitian siklus I berjalan dengan baik dan lancar tidak perlu adanya siklus II.

Kondisi awal

perkembangan motorik kasar anak belum penelitian belum berkembang secara optimal dikarenakan 5 dari 22 anak masih mengalami kesulitan melakukan gerak motorik kasar seperti berjalan lurus dengan seimbang, belum mamapu

menendang dengan tepat dan cepat, dan dalam memukul suatu benda (bola) masih sangat lemah.

-Kemampuan anak dalam motorik kasar anak masih rendah.

-Dlam melakukan gerakan seperti melompat,

melempar, dan berjalan lurus masih rendah.

Dilakukan upaya perbaikan dengan penelitian tindakan kelas Kondisi kemampuan motorik kasar anak sudah meningkat, ada perbaikan tapi belum maksimal

-Kemampuan motorik kasar anak

(37)

Berdasarkan bagan kriteria berfikir peneliti tindakan kelas diatas, penelitiberasumsi bahwa untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak dapat dilakukan melalui latihan bermain jembatan buaya pada anak didik kelompok A TK Aisyiyah Kalikabong

Terjadi peningkatan yang maksimal pada kemampuan motorik kasar anak

-Kemampuan motorik kasar anak maksimal -Pembelajaran tidak monoton

Siklus II

Setelah diadakan penelitian Siklus I

Gambar

Table 2.1 Indikator Kemampuan Motorik Kasar
Tabel 2.2 kriteria penilaian kemampuan motorik kasar anak

Referensi

Dokumen terkait

Belum adanya web yang memberikan informasi nama wisata, alamat wisata, tiket masuk, keterangan, gambar dari wisata dan letak geografis lokasi wisata yang

Puji syukur yang sebesar-besarnya Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas anugerahnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Dalam hal ini model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu : (1) Rasional teoritik yang logis disusun oleh

Pada penelitian Md Kamrul Islam Dan Sudipta Chawdhury dengan judul “Permintaan dan Analisis parkir ( Studi Kasus Probortak, Chittagong )” Metode yang di gunakan adalah

Penelitian ini dibuat untuk merancang sebuah sistem informasi pendukung keputusan dalam menentukan usulan kegiatan yang akan digunakan sebagai masukan utama

Melihat permasalahan yang terjadi, maka dalam penelitian ini dirancang sistem informasi manajemen keuangan rumah sakit berbasis web dengan harapan dapat memberikan

Sepanjang penelusuran penulis, penelitian tentang efek analgesik dan antiinflamasi dari jus buah pepaya ( Carica papaya L.) pada mencit betina belum pernah dilakukan..

Soaking process in white pepper processing is also one of the important factors to get good quality of pepper. I t need plenty of clean running water to get