• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 4. Hasil dan Pembahasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 4. Hasil dan Pembahasan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Hasil dan Pembahasan

4.1 Profil Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap 60 anak usia prasekolah, yaitu anak-anak yang berusia 3-6 tahun sebagai batasan usia. Penelitian dilakukan terhadap dua populasi, yaitu 30 anak-anak yang mengikuti aktivitas terstruktur balet dan 30 anak-anak yang hanya bermain bebas. Populasi sampel untuk anak-anak prasekolah yang mengikuti balet diambil dari murid-murid balet Mainstream School of Art level beginner, yang berlokasi di gunung sahari (Jakarta Pusat), sunter (Jakarta Utara), dan MT. Haryono (Jakarta Timur). Dan untuk populasi sampel anak-anak yang hanya bermain bebas diambil dari sekolah swasta di daerah Jakarta Timur. Sebagai kontrol untuk keseragaman, populasi sampel seluruhnya adalah murid-murid sekolah swasta. Berikut ini data populasi sampel, pengelompokan usia, dan jenis kelamin.

Tabel 4.1 Gambaran Populasi Sampel Anak-anak Pra-sekolah yang Mengikuti Balet

Pengelompokan Usia Jenis Kelamin Total Persentase Laki-laki Perempuan

(2)

4 tahun – 4 tahun 11 bulan 0 16 16 53.3%

5 tahun – 6 tahun 0 bulan 0 8 8 26.7%

Total Jumlah 0 30 30 100%

Sumber: Data Penelitian 2011

Tabel 4.2 Gambaran Populasi Sampel Anak-anak Pra-sekolah yang Bermain Bebas

Pengelompokan Usia Jenis Kelamin Total Persentase Laki-laki Perempuan

3 tahun – 3 tahun 11 bulan 2 4 6 20%

4 tahun – 4 tahun 11 bulan 5 3 8 26.7%

5 tahun – 6 tahun 0 bulan 6 10 16 53.3%

Total Jumlah 13 17 30 100%

Sumber: Data Penelitian 2011

Dari kedua tabel di atas dapat dijelaskan bahwa populasi dari anak-anak pra-sekolah yang mengikuti balet 100% adalah perempuan. Dan untuk anak-anak pra-sekolah yang bermain bebas 43.3% adalah laki-laki dan 56.7% adalah perempuan.

(3)

Dalam pengelompokkan usia untuk anak-anak pra-sekolah yang mengikuti balet terdiri dari 20% berusia 3 tahun – 3 tahun 11 bulan; 53.3%

berusia 4 tahun – 4 tahun 11 bulan; dan 26.7% berusia 5 tahun – 6 tahun 0

bulan. Untuk anak-anak pra-sekolah yang tidak mengikuti balet dan hanya bermain bebas terdiri dari 20% berusia 3 tahun – 3 tahun 11 bulan; 26.7%

berusia 4 tahun – 4 tahun 11 bulan; dan 53.3% berusia 5 tahun – 6 tahun 0

bulan.

4.2 Deskripsi Skor Tes Motorik Kasar

Dalam Tes Motorik Kasar yang digunakan untuk menilai atau mengobservasi anak-anak pra-sekolah, terdapat beberapa dimensi yang mencakup di dalam motorik kasar. Di antaranya adalah lokomotor, manipulasi benda, dan manipulasi badan. Berikut gambaran rentang skor dari tiap-tiap dimensi Tes Motorik Kasar beserta skor minimum dan maksimum yang diperoleh.

Tabel 4. 3 Gambaran Penyebaran Skor Berdasarkan Dimensi Perilaku Dimensi Jumlah Indikator Perilaku Rentang Skor yang Mungkin Diperoleh Skor Minimum Skor Maksimum Lokomotor 5 0 - 10 1 10 Manipulasi Objek 3 0 - 6 0 6

(4)

Manipulasi Benda 2 0 - 4 1 4

Sumber: Data Penelitian 2011

Di lihat dari tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa pada dimensi lokomotor, rentang skor yang mungkin diperoleh antara 0 sampai 10, dan dari hasil penilaian skor minimum yang dicapai oleh subyek penelitian sebesar 1 dan skor maksimum sebesar 10. Untuk dimensi manipulasi objek, rentang skor yang mungkin diperoleh antara 0 sampai 6, dan hasil penilaian diperoleh skor minimum subyek sebesar 0 dan skor maksimum sebesar 6. Dan untuk dimensi manipulasi benda rentang skor yang mungkin diperoleh antara 0 sampai 4, dengan skor minimum sebesar 1 dan skor maksimum sebesar 4. Dari nilai-nilai skor yang diperoleh dapat dilihat bahwa skor yang diperoleh sangat bervariasi. Berikut ini gambaran penyebaran skor dibagi dalam dua kelompok.

Tabel 4.4 Gambaran Penyebaran Skor Total Anak-anak Balet

Kelompok Usia Rentang Skor Total yang Diperoleh

3 tahun – 3 tahun 11 bulan 9-13

4 tahun – 4 tahun 11 bulan 13-18

5 tahun – 6 tahun 0 bulan 12-20

(5)

Tabel 4.5 Gambaran Penyebaran Skor Total Anak-anak yang Bermain Bebas

Kelompok Usia Rentang Skor Total yang Diperoleh

3 tahun – 3 tahun 11 bulan 2-11

4 tahun – 4 tahun 11 bulan 5-12

5 tahun – 6 tahun 0 bulan 7-16

Sumber: Data Penelitian 2011

4.3 Hasil Pengolahan Data atau Uji Hipotesis

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji-T Sampel Bebas. Uji-T Sampel Bebas dilakukan untuk membandingkan perkembangan motorik kasar antara anak-anak pra-sekolah yang mengikuti balet dan yang hanya bermain bebas. Tetapi sebelum Uji-T Sampel Bebas dilakukan, perlu dilakukan uji asumsi sebagai prasyarat.

Uji asumsi terdiri dari tiga asumsi yang harus dipenuhi sebelum melakukan Uji-T sampel bebas untuk menguji hipotesis. Pertama pengamatan dalam setiap sampel harus independen, selanjutnya masing-masing populasi

(6)

sampel harus berdistribusi normal, dan terakhir masing-masing populasi harus memiliki varians yang sama. (Gravetter & Wallnau, 2008).

4.3.1 Uji Asumsi

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak (Priyatno, 2011). Untuk uji normalitas digunakan SPSS dengan analisa deskripsi statistik dan melihat hasil signifikansi Kolmogorov-Smirnov. Kolmogorov-Smirnov membandingkan distribusi teoritik dan distribusi empirik (observasi) berdasakan frekuensi kumulatif. Teknik ini digunakan untuk melihat apakah penyebaran dari sampel penelitian normal atau tidak. Karena jika penyebaran tidak normal maka hasil penelitian yang diperoleh dapat tidak sesui karena adanya bias. Jika nilai signifikansi (p) > 0.05 artinya populasi berdistribusi normal. Jika signifikansi (p) < 0.05 artinya populasi berditsribusi tidak normal. Hasil SPSS Kolmogorov-Smirnov dari skor total dari anak-anak balet 0.138 > 0.05 dan skor total anak-anak yang bermain bebas 0.069 > 0.05. Artinya populasi sampel dari penelitian ini berdistribusi normal. Kedua populasi memiliki variasi sampel yang sama, tidak berbeda dalam hal karakteristik.

Untuk melihat apakah kedua populasi memiliki variasi yang sama maka dilihat hasil SPSS dari signifikansi Levenes Test for Equality Variance. Jika hasil

p > 0.05 artinya kedua populasi memiliki variasi yang sama, jika hasil p < 0.05 artinya kedua populasi memiliki variasi yang berbeda. Populasi dari sampel

(7)

penelitian ini memiliki hasil signifikansi 0.471 > 0.05, yang artinya kedua populasi dari sampel memiliki variasi yang sama.

4.3.2 Hasil Uji-T Sampel Bebas

Tabel 4.6 Gambaran Grup Statistik

Aktivitas Skor Maksimum Skor Minimum Mean Standar Deviasi Standart Error Mean Balet 20 9 14.67 3.066 0.560 Bermain Bebas 16 2 9.40 3.500 0.639

Sumber: Data Penelitian 2011

Setelah memenuhi uji asumsi sebagai syarat untuk melakukan Uji-T Sampel Bebas, barulah pengolahan data SPSS dengan Uji-T Sampel Bebas dilakukan. Sampel Bebas dilakukan untuk membandingkan skor motorik kasar antara anak-anak pra-sekolah yang mengikuti balet dan yang hanya bermain bebas. Skor maksimum yang dapat diperoleh dari tes motorik kasar adalah 20 poin dan hasil minimum adalah 0. Dari hasil observasi yang sudah dilakukan skor terbesar yang diperoleh oleh responden adalah 20 poin dan skor minimum yang diperoleh 2 poin. Ada perbedaan yang signifikan dalam skor untuk anak-anak pra-sekolah yang mengikuti balet (M = 14.67, SD = 3.066) dan yang hanya bermain bebas (M = 9.40, SD = 3.500) kondisi; t (58) = 6.200, p = 0.000.

(8)

Tabel 4.7 Gambaran Uji Sampel Bebas

Levene's Test for Equality of Variances

Uji-T untuk Kesetaraan Mean

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Perbedaa n Mean Std. Error Difference Variasi diasumsikan sama .526 .471 6.200 58 .000 5.267 .850 Variasi diasumsikan tidak sama 6.200 57.015 .000 5.267 .850

Sumber: Data Penelitian 2011

Hasil dari Uji-T dari Sampel bebas ini didapati perbedaan mean antara populasi anak-anak balet dan anak-anak yang hanya bermain bebas. Anak-anak yang mengikuti balet mendapatkan mean sebesar 14.67 dan mean untuk anak-anak yang hanya bermain bebas sebesar 9.40. Jadi perbedaan mean yang diperoleh sebesar 5.267. Hasil dari t-test for equaliy mean dengan signifikansi

(9)

two-tail 0.00 < 0.05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua populasi sampel. Berikut hasil Uji-T dari skor total dari kedua populasi.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil pengolahan dengan SPSS, dengan melakukan Uji-T Sampel Bebas didapati bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kedua populasi sampel, yaitu anak-anak sekolah yang mengikuti balet dan anak-anak sekolah yang hanya bermain bebas. Hasil yang diperoleh adalah anak-anak pra-sekolah yang mengikuti balet memiliki skor dengan mean 14.67, lebih besar dari skor mean yang diperoleh anak-anak yang hanya bermain bebas, yaitu 9.40. Dari hasil uji hipotesis yang diperoleh jika signifikansi > 0.05 artinya H0 diterima dan jika signifikansi < 0.05 artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Dan hasil yang diperoleh dari penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan antara keduanya yaitu p < 0.05. Maka hasil ini membuktikan bahwa anak-anak pra-sekolah yang mengikuti aktivitas terstruktur yang dalam hal ini adalah balet memiliki kemampuan untuk melakukan gerakan motorik kasar dengan lebih baik daripada anak-anak pra-sekolah yang melakukan aktivitas tidak terstruktur dan hanya bermain bebas. Seperti halnya berlari, melompat, manaiki dan menuruni tangga, melempar bola, menangkap bola, memukul bola, serta menjaga keseimbangan badan, dapat dilakukan dengan lebih tepat dan tidak ragu-ragu. Sebagai contoh dari item tes, yaitu melakukan skipping dengan kaki kanan dan kiri secara bergantian, anak-anak yang mengikuti aktivitas balet rata-rata dapat melakukan gerakan dengan tepat dan tidak ragu-ragu, sedangkan anak-anak yang bermain bebas rata-rata bingung dalam pergantian antara kaki kanan dan kiri, serta lompatan yang tidak tinggi karena ragu-ragu. Contoh lainnya, yaitu ketika

(10)

melakukan gerakan menaiki dan menuruni tangan, anak-anak yang mengikuti balet seluruhnya dapat melakukan dengan tepat dan tidak ragu-ragu, sedangkan untuk anak-anak yang bermain bebas masih ada beberapa subjek yang ragu-ragu dalam melakukannya.

Jika hal di atas dikaitkan dengan teori Santrock (2011), dimana pada usia 4 tahun, anak-anak telah mampu menaiki tangga dengan kaki bergantian untuk beberapa waktu, tetapi mereka baru saja mulai untuk dapat turun tangga dengan cara yang sama. Anak-anak yang mengikuti aktivitas balet dapat melakukan lebih baik daripada anak-anak pada umumnya seperti yang dikatakan Santrock. Anak-anak umur 4 tahun yang mengikuti balet bukan hanya dapat menaiki tangga dengan kaki bergantian, tetapi juga sudah dapat menuruni tangga dengan kaki bergantian dan tanpa memegang pinggiran tangga.

Hasil di atas dapat terjadi karena balet merupakan tarian yang memiliki banyak aturan dan perlu melakukan pengulangan-pengulangan untuk dapat melakukan gerakan yang benar (Rinaldi, 2010). Gerakan-gerakan dalam balet menuntut seseorang untuk melatih keseimbangan, keluwesan, keteraturan, hubungan spasial, dan manipulasi. Sedangkan dalam kegiatan bermain bebas tidak ada aturan sedikitpun, anak-anak bergerak sesuka hati mereka tanpa melatih dengan baik. Anak-anak pra-sekolah belum mengetahui mana yang salah ketika mereka jatuh, mereka membutuhkan pelatih untuk mengarahkan mana gerakan yang benar.

Jadi, balet dengan segala peraturan-peraturan yang ada di dalamnya memiliki dampak dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Namun hasil perlu diinterpretasikan dengan lebih hati-hati karena dampak ini belum tentu hubungan sebab akibat. Hubungan sebab akibat maksudnya ketika anak

(11)

mengikuti aktivitas balet maka kemampuan motorik kasarnya pasti meningkat. Hal ini belum dapat dipastikan sepenuhnya, bahwa balet meningkatkan kemampuan motorik anak, bisa jadi anak yang memiliki kemampuan motorik kasar yang baik cenderung diikutsertakan dalam aktivitas balet oleh orangtuanya.

Gambar

Tabel 4.1  Gambaran  Populasi  Sampel  Anak-anak  Pra-sekolah  yang Mengikuti Balet
Tabel 4.2  Gambaran  Populasi  Sampel  Anak-anak  Pra-sekolah  yang Bermain Bebas
Tabel 4. 3  Gambaran  Penyebaran  Skor  Berdasarkan  Dimensi  Perilaku  Dimensi  Jumlah Indikator Perilaku  Rentang  Skor yang  Mungkin  Diperoleh  Skor  Minimum  Skor  Maksimum  Lokomotor  5  0 - 10  1  10  Manipulasi Objek  3  0 - 6  0  6
Tabel 4.4  Gambaran Penyebaran Skor Total Anak-anak Balet
+4

Referensi

Dokumen terkait

Jika rate tersebut sama dengan set point masukan maka mikrokonroler tidak akan memberikan sinyal PWM ke motor, jika rate infus tidak sama dengan set point maka

Apakah anda mempunyai komitmen Program Bantuan Langsung Benih Unggul yang kuat untuk ikut mensukseskan BLBU yang diberikan pemerintah ini menurut kebijakan program bantuan Kami

Dasar Ilmu Pen an Proses Baha Juli 2012 bel coaxial RF buatan Ea elektrikal se Input AC Supply Power Fact Efficiency Output DC Output DC Output Gambar 9. BIRD Direc Gambar

jaringan dalam alamat IP, subnet, subnet mask ﹡ Melakukan subneting terhadap IP Address dan VLSM ﹡ IP Address ﹡ Kelas Jaringan.. ﹡ Subnet dan Subnet Mask ﹡ Proses Subneting

Tinggi badan merupakan antropometri $ang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan. Tinggi badan relative kurang sensitive

Dari judul penelitian ini yaitu : “Fungsi Promosi Media Online Instagram Dalam Meningkatkan Minat Konsumen Wikkie Koffie Bandung.” Dalam. penelitian ini peneliti

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948, tentang pendaftaran dan pemberian izin kepemilikan senjata api pada Pasal 9 dinyatakan, bahwa setiap orang yang bukan anggota

Secara garis besar sistem transmisi otomatis adalah sama dengan sistem transmisi manual, yaitu Secara garis besar sistem transmisi otomatis adalah sama dengan sistem transmisi