TAYANGAN
KEYNOTE SPEECH MENRISTEKDIKTI
PADA
SEMINAR NASIONAL “MENCARI TEROBOSAN UNTUK PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL”
JAKARTA, 14 NOVEMBER 2016
BACKGROUND
q Undang-Undang Nomor 18 tahun 2002 Pasal 19 menyatakan bahwa
untuk
mendukung Menteri
(dalam hal ini Menteri Riset, Teknologi dan PendidikanTinggi) dalam merumuskan arah, prioritas utama, dan kerangka kebijakan pemerintah di bidang penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pemerintah membentuk Dewan Riset Nasional (DRN) yang beranggotakan masyarakat dari unsur kelembagaan Iptek, yang terdiri dari perguruan tinggi, lembaga litbang, badan usaha, dan lembaga penunjang.
q Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2005 tentang Dewan Riset Nasional, Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa DRN adalah Lembaga Non Struktural yang dibentuk oleh
pemerintah untuk menggali pemikiran dan pandangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Selanjutnya, Pasal 4 menyatakan bahwa DRN mempunyai tugas :
[1] membantu Menteri dalam merumuskan arah dan prioritas utama pembangunan iptek;
[2] memberikan berbagai pertimbangan kepada Menteri dalam penyusunan kebijakan strategis nasional ilmu pengetahuan dan teknologi.
DRN diharapkan dapat berperan sebagai :
gudang pakar (
brain trust
)
. DRN dapat secara aktif
mengkaji berbagai aspek perkembangan Iptek yang
diperlukan untuk mengatasi berbagai permasalahan
pembangunan nasional;
kelompok penjajakan (
sounding group
).
DRN
dapat memberikan second opinion terhadap berbagai
kebijakan Iptek serta kebijakan-kebijakan pembangunan
lainnya yang dirumuskan oleh pemerintah.
pendukung moral (
moral supporter
).
DRN dapat
berperan sebagai katalis agar gagasan pemerintah
atau pihak-pihak lain yang penting bagi perkembangan
Iptek mendapatkan perhatian masyarakat.
SUMBER: Kementrian ESDM, 2014
BACKGROUND
ARAH DAN PRIORITAS UTAMA KEMENRISTEKDIKTI DALAM MENDORONG DAN MENINGKATKAN DAYA SAING BANGSA ADALAH DENGAN MENYEDIAKAN TENAGA TRAMPIL DAN
HILIRISASI
. DALAM KONTEKSPENGUATAN RISET DAN INOVASI TERMINOLOGI HILIRISASI MASIH MENJADI SESUATU YANG PERLU DIBEDAH OLEH PARA PAKAR YANG TELAH MAPAN. SUDAH SETAHUN LEBIH TERM INI BERGULIR, NAMUN BELUM JUGA MENJADI DOKUMEN RUJUKAN TERTULIS SEBAGAI RUJUKAN PARA BIROKRAT DAN STAKEHOLDER RISTEKDIKTI. BIROKRATNYA LEBIH DISIBUKKAN UNTUK MENYELESAIKAN BERBAGAI HAL YANG TIDAK MEMUNGKINKAN UNTUK DITINGGALKAN UNTUK SEKEDAR MENJAGA AGAR SISTEM RISTEKDIKTI BERJALAN....BELUM DENGAN SENTUHAN PERCEPATAN YANG SIGNIFIKAN...
PADAHAL KITA TAHU BAHWA HILIRIUSASI MENJADI SALAH SATU KATA KUNCI....DISINILAH BANTUAN PERAN DRN SANGAT DIPERLUKAN...
Sumber: WEF 2015 & 2016 page 28
COMPETITIVENESS 2015-2016 37 (4,5) COMPETITIVENESS 2016-2017 41 (4,5)
Pillar/Sub Pillar Rank Score Pillar/Sub Pillar Rank Score
12th Innovation 30 3,9 Innovation 31 4,0
Capacity for Innovation 30 4,7 Capacity for Innovation 32 4,7
Quality of scientific research
institutions 41 4,3 Quality of scientific research institutions 41 4,4 Company spending on R&D 24 4,2 Company spending on R&D 26 4,4
University-industry collaboration in
R&D 30 4,5 University-industry collaboration in R&D 28 4,4
Gov’t procurement of advanced
tech products. 13 4,2 Gov’t procurement of advanced tech products. 12 4,3
Availability of scientists and
engineers 34 4,6 Availability of scientists and engineers 38 4,5
PCT patents, applications/million
pop.* 102 0,1 PCT patents, applications/million pop.* 99 0,1
Switzerland 1(5,76) à1(5,81); Singapor 2(5,68) à2(5,72); Malaysia 18 (5,23) à 25(5,16); Thailand 32 (4,64) à 34(4,64); Indonesia 37 (4,52) à 41(4,52); Philipines 47 (4,39) à 57(4,36); Vietnam 56 (4,30) à60(4,31);
Proof of Concept in TTOs Mentorship IP Protection Business Planning Industry Insight Team Construction
TTO PoC Support
Market Failure? 50% Commercialised 9/14/2016
6
Pu
b
lic
S
e
c
to
r
Pr
iva
te
S
e
c
to
r
General unavailability of private investments
High transaction costs High risk
Difficult to evaluate opportunity
HASIL R&D
TRL 7
PUSAT RISET PENGEMBANGAN
DINAMIKA LINGSTRA
58%
INOVASI LUAR56%
NO UNIT R&D59%
NO KERMA R&D0,2%
PER GDP 75% DARI APBN2%
PROD PENELITI KOREA 18%1.071
SDM PENELITI KOREA 8.00016,7%
MFP KOREA 60%5,02%
ECONOMY GROWTHMOST
LOW TECHNOLOGYMEA
ERA ASEANTRUMP
USA PRESIDENTETC
DUNIA LUAR MAJU PESATREGULASI R&D - INOVASI
PMK
106/2016
PERM 69/2016
PERM 42/2016
ETC
UU 13/2016
PP 45/2016
SELESAI
RIRN
RPERPRES
54/2010
PERM NEG LIST
ReUU 18/2002
etc
OGP
Hi
lir
isas
i??
Pe
n
g
ua
ta
n
In
o
va
si
Pe
n
d
a
n
a
a
n
St
a
rt
U
p
Mo
b
ilit
y
CAPAIAN ANTARA
2.101
PRODI A (JULI 2016)2
WCU (UI &ITB)
2.816
APK (TARGET)7.463
PUBLIKASI TARGET 6.229 MALAY 18.8119.160
PATEN MENINGKAT THN LALU 8.676ETC
8.363
PRODI B (JULI 2016)620
POLTEK –PERLU BANYAK LAGI -Country 2011 2016 Malaysia 46 79 Thailand 26 26 Philippines 13 22 Indonesia 8 25 SCOPUS 25 DOAJ 200Jurnal Terindeks SCOPUS
Pola Pertumbihan Publikasi Internasional
Terideks Scopus
PUSAT RISET PENGEMBANGAN
PUSAT RISET PENGEMBANGAN
KEDEPAN KITA HARUS MEMANDANG DAN MENEMPATKAN R&D
SEBAGAI INVESTASI, BUKAN SEKEDAR MELIHATNYA SEBAGAI BELANJA.
TENTU DALAM MENDORONG R&D SEBAGAI INVESTASI JANGKA
PANJANG TERSEBUT, KITA JUGA HARUS BERPIKIRAN BAHWA IPTEK
HARUS KEMBALI PADA MARWAHNYA MENJADI SESUATU ATAU
BAHKAN FAKTOR UTAMA DALAM MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN
EKONOMI NASIONAL, BUKAN SEPERTI SEKARANG INI, IPTEK
MENDAPATKAN TEMPAT YANG BELUM PADA
MAQOMNYA….SEHINGGA BUKAN HANYA ANGGARAN YANG TIDAK
DIPRIORITASKAN, TETAPI JUGA LIRIKAN KEBIJAKANNYA PUN MASIH
PUSAT RISET PENGEMBANGAN
Salah satu penyebab kenapa banyak Birokrat kita berpandangan seperti
itu, karena antara lain sedikitnya jumlah teknologi yang masuk ke pasar
dan dimanfaatkan oleh pengguna, adalah teknologi yang dikembangkan
tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna (industri, pemerintah,
masyarakat).
Hal itu dapat disebabkan oleh: 1) pengembang teknologi (inventor) tidak
melibatkan atau berinteraksi dengan calon pengguna sejak riset
dilakukan, sehingga hasilnya tidak sesuai harapan pengguna, dan 2)
teknologi yang dikembangkan belum optimal (tidak lebih : produktif,
lebih murah, lebih efisien), karena keterbatasan kapasitas, kompetensi
peneliti serta infrastruktur sarana penelitian.
Untuk mengatasi persoalan ini,
sinergi riset yang melibatkan antar
lembaga litbang dan pengguna (industri) menjadi hal yang penting
dan harus kita lakukan.
PUSAT RISET PENGEMBANGAN
Kemenristekdikti telah dan terus mendorong dan memfasilitasi pembentukan konsorsium riset dan inovasi melalui Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan. Pada tahun 2012 telah dibentuk 9 konsorsium riset, dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 26 konsorsium riset, yang tersebar dalam 7 bidang fokus (pangan, kesehatan-obat, energi, transportasi, TIK, hankam, dan material maju). Kemenristedikti juga mendorong pengembangan konsorsium inovasi melalui Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi yang akan mempercepat terwujudnya komersialisasi atau hilirisasi hasil riset PT dan lembaga litbang ke pasar. Ada yang menarik bahwa pada tahun 2016, share Industri dalam riset yang diselenggarakan oleg Ditjen Risbang mencapai 43% dari anggaran riset.
Melalui sinergi pengembang dan pengguna teknologi, saya berharap hasil riset dan teknologi dapat menjawab persoalan pada 7 bidang fokus atau sektor. Di bidang pangan, teknologi yang dikembangkan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas pangan, sehingga kita lebih mandiri dan mengurangi impor. Di bidang energi, teknologi energi yang dikembangkan dapat menjawab kekurangan pasokan energi, khususnya melalui pengembangan energi baru dan terbarukan. Demikian juga untuk bidang kesehatan dan obat, hankam, TIK, dan transportasi.