• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1Model Problem Solving Learning

2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran Model Problem Solving Learning

Istilah Problem Solving Learning ada pada berbagai profesi dan disiplin ilmu, dan memiliki pengertian yang berbeda-berbeda. Lester (1980:-) mengemukakan bahwa problem solving learning adalah situasi dimana seseorang individu atau kelompok diharuskan melakukan suatu tugas dan tindakan ada suatu algoritma yang bisa dengan mudah diakses untuk menentukan penyelesa iannya. Sedangkan menurut Buchana (1987:- ) problem solving learning adalah problem matematika sebagai soal non rutin yang membutuhkan lebih dari prosedur atau algoritma yang mudah diperoleh dalam proses penyelesaiannya. Imansjah Alpendie (1984:105) berpendapat bahwa model problem solving learning yaitu mengajar yang dilakukan dengan cara melatih para peserta didik menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.

Hanlie Murray, Alwyn Oliver dan Piet Human (1998:169) menjelaskan bahwa problem solving learning merupakan salah satu dasar teoritis dari berbagai setrategi pembelajaran yang menjadikan masalah (problem) sebagai isu utamanya, termasuk juga PBL dan PPL. Akan tetapi, dalam praktiknya problem solving learning lebih banyak diterapkan untuk pembelajaran matematika. Pembelajaran muncul ketika siswa bergumul dengan masalah- masalah yang tidak ada metode rutin untuk menyelesaikannya. Masalah harus disajikan pertama kali sebelum metode solusinya diajarkan. Inti dari problem solving learning adalah praktik. Semakin sering melakukan praktik semakin siswa mudah menyelesaikan masalah. Jadi problem solving learning dapat diartikan sebagai proses berpikir secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahap tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

(2)

6

2.1.1.2 Langkah-langkah Model Problem Solving Learning

Menurut Berinderjeet (2008) langkah- langkah pembelajaran menggunakan metode problem solving learning:

(a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan dan memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. (b) Guru mengelompokkan siswa. (c) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (...) secara kelompok. (d) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan diskusi untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. (e) Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyampaikan hasil diskusi. (f) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

David Jhonson mengemukakan ada 5 langkah model problem solving learning yaitu:

(a)Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, sehingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu- isu hangat yang menarik untuk dipecahkan. (b) Mendiagonis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor, baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam disk usi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan. (c) Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan mela lui diskusi kelas. pada tahap ini siswa didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan. (d) Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan. (e) Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan, sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan. http:muhafid.com/tahap-tahap problem solving. Minggu,13 April 2014 Pukul 13.14) .

(3)

7

Menurut Deb Russell, langkah-langkah model problem solving learning yaitu: (http:// math.abaut.com/od/1/a/problemsolv.htm)

Tahap 1: Clues

a) Bacalah masalah dengan hati – hati

b) Garis bawahi isyarat – isyarat yang menjadi masalah

c) Mintalah siswa untuk menemukan masalah pada isyarat – isyarat yang digaris bawahi.

d) Mintalah siswa untuk merencanakan apa yang akan dilakukan untuk masalah tersebut.

e) Mintalah siswa untuk menentukan fakta – fakta yang mendasari masalah tersebut.

f) Mintalah siswa untuk mengemukakan apa yang perlu mereka temukan

Tahap 2: Game Plan

a) Buatlah rencana permainan untuk menyelesaikan masalah

b) Mintalah siswa untuk menyesuaikan permainan tersebut dengan masalah yang baru disajikan.

c) Mintalah siswa untuk mengidentifikasi apa yang telah mereka lakukan

d) Mintalah siswa untuk menjelaskan strategi yang akan mereka gunakan untuk menyelesaikan masalah.

e) Mintalah siswa untuk menguji coba strategi – strategi.

f) Jika strategi yang mereka gunakan tidak bekerja, mintalah mereka untuk memikirkan ulang strategi tersebut.

Tahap 3: solve

Mintalah siswa untuk menggunakan strategi – strategi dalam menyelesaikan masalah awal.

Tahap 4: reflect

a) Mintalah siswa untuk melihat kembali solusi yang digunakan b) Mintalah siswa untuk berdiskusi tentang kemungkinan

menggunakan strategi tersebut dimasa mendatang.

c) Periksalah apakah strategi mereka benar – benar bisa menjawab masalah yang diajukan.

d) Pastikan strategi itu benar – benar aplikatif dan solutif untuk masalah yang sama/mirip pembelajaran saat itu.

Maka dapat disimpulkan langkah-langkah model problem solving learning adalah sebagai berikut:

a) Ada masalah yang jelasuntukdipecahkan,

masalahinitumbuhdarisiswasesuaidengantarafkemampuannyaataupundari guru.

b) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, bertanya dan berdiskusi.

(4)

8

c) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua diatas.

d) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan mdel- model lainya seperti demonstrasi, tugas dan diskusi.

e) Menarik kesimpulan artinya siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

2.1.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Solving Learning

Imansjah (2000:106-107) mengemukakan kelebihan dan kelemahan problem solving learning yaitu:

Kelebihan problem solving learning meliputi (a) Situasi hasil belajar yang lebih aktif. (b) Penguasaan peserta didik terhadap bahan pelajaran lebih mendalam, juga melatih murid berpikir ilmiah. (c) menumbuhkan sikap objektif, percaya diri, bersungguh-sungguh, berani serta bertanggung jawab. Kekurangan model problem solving learning meliputi (a) sulit menentukan alternatif permasalahan yang tepat untuk diajukan sesuai kemampuan anak. (b) apabila problem yang diajukan terlalu berat, akan mengandung banyak resiko. (c) guru akan mengalami kesulitan dalam mengevaluasi secara cepat proses pemecahan masalah yang dilakukan murid.

2.1.2 Hasil Belajar

2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Nana Sudjana (2010:22) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Setiap proses belajar mengajar, keberhasilan dapat diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Udin S. Winataputra (2007:1.10) mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai siswa dimana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas”. Hamalik (2002:146) mengemukakan bahwa “hasil belajar itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”.

(5)

9

Dimyati dan Mudjiono (2009:20) menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajaran, hasil belajar tersebut terjadi terutama evaluasi dari guru”. Tri Anni (2004: 4) menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar”.Dimyati (2002:3) menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tidak belajar dan mengajar”. Dari sisi guru, tidak mengajar diakhir dengan proses evaluasi belajar yang merupakan tindak lanjut atau cara yang dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga dengan evaluasi pendidikan juga dapat mengukur tentang perubahan perilaku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai tujuan pengajaran.

Mulyani Sumantri (1999:215) menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahap pencapaian pengalaman belajar dalam kompetensi dasar”. Arifin (1999:78) menyatakan bahwa “kemampuan, keterampilan, sikap seseorang dalam menyelesaikan sesuatu. Sedangkan dalam Depdiknas (2002) disebutkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh anak dalam periode tertentu. Proses pembelajaran mengandung dua unsur penting yaitu proses belajar dan hasil belajar. Proses belajar adalah kegiatan yang dilaksanakan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah berupa kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.

Nana Sudjana (2004:22) menyatakan bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

(a) keterampilandankebiasaan; (b) pengetahuandanpengertian;

(c) sikapdancita-cita, yang

masing-masinggolongandapatdiisidenganbahan yang adapadakurikulumsekolah. Setiapkegiatanbelajar yang bertujuanuntukmenghasilkansuatuperubahandiperolehdaripeng alamanhasilbelajar yangdasarnyamerupakanhasilbelajar yang berupaperilaku.Sasarankegiatanbelajar yang merupakanhasilbelajarberupaperilakuterjadisete lah proses pembelajaranberlangsung.

(6)

10

Berdasarkan uraian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahap pencapaian pembelajaran dengan pengalaman belajar baik berupa pengetahuan, sikap, perilaku maupun tindakan.

2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar.

Susianha (2009:-) menyatakan bahwa hasil belajar ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh oleh siswa yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor kemampuan siswa sangat besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Menurut Badarudin (2007:19) faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah (a) faktor internal yaitu faktor yang terdapat dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. (b) faktor eksternal faktor yang berada diluar individu diantaranya lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Kartono (1995:5) menyatakan bahwa “lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak terutama anak-anak yang sebayanya”. Apabila anak-anak yang sebayanya merupakan anak yang rajin belajar, maka anak-anak akan mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak disekitarnya merupakan kumpulan anak nakal yang berkeliaran tidak menentu maka anak akan terpengaruh pula.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hal- hal yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal melip uti faktor fisiologis dan psikologis. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

2.1.2.3 Pengertian Pembelajaran Matematika

Hamzah (2002:60) menyatakan bahwa “matematika merupakan pembelajaran yang memerlukan pemusatan pikiran untuk mengingat dan mengenal kembali semua aturan-aturan yang ada dan harus dipenuhi untuk menguasai materi yang dipelajari”. Karso (1994: 40) berpendapat bahwa “belajar matematika merupakan belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam

(7)

bahan-11

bahan yang sedang dipelajari, serta mencari hubungan diantara konsep dan struktur tersebut”. Belajar matematika merupakan proses psikologi, yaitu berupa kegiatan aktif dalam upaya memahami dan menguasai konsep matematika. Kegiatan aktif dimaksud adalah pengalaman belajar matematika yang diperoleh siswa melalui interaksi dengan matematika dalam konteks belajar mengajar dilembaga pendidikan.

Menurut Muhsetyo (2008:-) pembelajaran matematika adalah “proses pemberian belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari”.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini sudah dilakukan oleh Wiwin Nofa Resmanti (2012) dengan judul „Upaya Penggunaan Metode Problem Solving untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SD Negeri 1 Trimulyo Wadaslintang Wonosobo semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012‟. Penelitian yang digunakan menggunakan metode yang sama tetapi kelas yang digunakan untuk penelitian berbeda. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari jumlah siswa yang pada kondisi awal hanya 11(78,6%) siswa menjadi 3 (21,4%)siswa pada siklus pertama dan mencapai 14 siswa (100%) pada siklus 2.

Penelitian dilakukan oleh Ibnu Porwanto (2012) dengan judul “peningkatan hasil belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Problem Solving Bagi Siswa Kelas V Semester SD Negeri Ronggo 01 Kecamatan Jaken Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian yang digunakan menggunakan model yang sama tetapi kelas yang digunakan berbeda yaitu kelas V. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penigkatan dari jumlah 60,33% meningkat menjadi 81,33% ini dikatakan berhasil karena siswa yang tuntas s udah lebih dari 80%.

Penelitian dilakukan oleh Arifudin (2012) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS tentang Sumber Daya Alam dengan Pendekatan Problem Solvingpada kelas 4 MI Sullamul Ulum Loa Bakung Samarinda Tahun Pelajaran 2011/2012. Pelaksanaan dalam penelitian ini berkategori baik dan rata-rata nilai

(8)

12

akhir dari setiap siklusnya terjadi peningkatan sehingga persentase sekor rata-rata siswa secara klaksikal yang mencapai skor ≥ 65 mencapai 85% hal ini sesuai dengan Setandar Ketuntasan Minimum MI Sullamul Ulum Loa bakung Samarinda.

Penelitian dilakukan oleh Erwin Putera Permana (2011) yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Problem Solving Learning dalam Pembelajaran IPS Kelas 4 SDN Kotes 01 Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penigkatan dari siklus I 64%dan pada siklus 2 97%, ini dikatakan berhasil karena siswa yang tuntas sudah lebih dari 80%.

2.3 Kerangka Pikir

Model pembelajaran teacher center dianggap biasa cenderung membuat siswa merasa bosan dan kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Model problem solving learning ini yang akan digunakan untuk melakukan penelitian dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika. Hal ini dikarenakan karena memiliki keunggulan dapat membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, siswa lebih banyak berpartisipasi aktif mengembangkan kemampuan bertanya jawab dan siswa berkesempatan untuk mengembangkan pengetahuannya.

Kondisi awal pembelajaran belum menggunakan model pembelajaran yang sesuai keadaan siswa menjadi pasif dan kurang antusias sehingga hasil belajar matematika rendah. Tindakan yang dilakukan dalam pembelajan matematika menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah menggunakan model problem solving learning. Kondisi akhir pembelajaran matematika menggunakan model problem solving learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD Negeri Ketundan 2.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkankajian teori dan kerangka piker yang telah diuraikan diatas, dapatdiajukan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah diduga dengan penerapan model problem solving learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika dengan alasan mengapa pe nerapan model problem solving learning

(9)

13

dapat meningkatkan hasil belajar matematika diduga karena kelebihan yang ada pada model problem solving learning dapat meningkatkan pemahaman siswa sehingga hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SDNegeriKetundan 2 Kec. Pakis Kab Magelang semester II tahun pelajaran 2013/2014.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) masyarakat Baduy yang selalu melakukan tebang-bakar hutan untuk membuat ladang (huma), tidak terjadi bencana kebakaran hutan atau tanah longsor

Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam menghitung kebutuhan alat kesehatan yang dibutuhkan oleh puskesmas Tareran berdasarkan pada keadaan dan ketersediaan alat

Dengan demikian X 2 hitung lebih besar dari pada X 2 tabel, sehingga dapat dikatakan bahwa luas lahan yang dikelola mempunyai hubungan nyata dengan tingkat

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 7 Bandar Lampung, yang merupakan salah satu institusi pendidikan yang tentunya memiliki tujuan yang tidak berbeda dengan

"adakah sedikit saja, untukku," mungkin ilusi, bagi lelaki, seperti ditatap, pada penghujung cerita dibangun dari coretan, goresan, pada usia mungkin namamu, mungkin

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis kayu alternatif pengganti kayu pokhout sebagai bantalan poros propeller, dengan proses impre!:,rnasi untuk

 Tampilkan mata kuliah yang disediakan oleh prodi Ilmu Komputer pada semester genap.  Tampilkan mata kuliah wajib yang