• Tidak ada hasil yang ditemukan

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, 07/01/64/Th.XIX, 4 Januari 2016 1 No. 07/01/64/Th.XIX, 4 Januari 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI KALIMANTAN UTARA

SEPTEMBER TAHUN 2015

RINGKASAN

 Jumlah penduduk miskin (penduduk di bawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan Utara pada September 2015 sebanyak 40,93 ribu (6,32 persen). Pada Maret 2015 penduduk miskin berjumlah 39,69 ribu (6,24 persen), berarti jumlah penduduk miskin bertambah 1,24 ribu orang (0,08 persen).

 Selama periode Maret 2015 – September 2015, penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 0,27 ribu orang dan di daerah perdesaan naik sebanyak 0,97 ribu orang.

 Pada September 2015, jumlah penduduk miskin yang tinggal di daerah perdesaan sebanyak 27,61 ribu orang (9,67 persen), lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang tinggal di perkotaan sebanyak 13,32 ribu orang (3,68 persen).

 Selama Maret 2015 – September 2015, Garis Kemiskinan (GK) naik sebesar 3,67 persen, yaitu dari Rp. 475.620,- per kapita per bulan pada Maret 2015 menjadi Rp. 493.086,- per kapita per bulan pada September 2015. Pada periode yang sama GK Nasional sebesar Rp. 330.776,- perkapita per bulan (Maret 2015) dan naik menjadi Rp. 344.809,- perkapita per bulan (September 2015).

 Pada periode Maret 2015 – September 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari

0,790 pada keadaan Maret 2015 menjadi 0,703 pada keadaaan September 2015. Demikian juga Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,177 menjadi 0,168 pada periode yang sama.

(2)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, 07/01/64/Th.XIX, 4 Januari 2016 2

Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Utara, Maret 2015 – September 2015

Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Utara pada September 2015 sebesar 40,93 ribu (6,32 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2015 sebesar 39,69 ribu orang (6,24 persen), berarti jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak 1,24 ribu orang (0,08 persen).

Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan maupun pedesaan secara persentase maupun absolut mengalami kenaikan. Selama periode Maret 2015 – September 2015, penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 0,27 ribu orang (0,01 persen) dan di daerah perdesaan naik sebanyak 0,97 ribu orang (0,18 persen).

Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan masih lebih besar dibanding di daerah perkotaan. Persentase penduduk miskin yang berada di daerah perdesaan pada bulan Maret 2015 dan September 2015 masing-masing sebesar 9,49 persen dan 9,67 persen. Sedangkan di daerah perkotaan sebesar 3,67 persen pada bulan Maret 2015 dan 3,68 persen pada bulan September 2015.

Tabel 1.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kalimantan Utara Menurut Daerah, Maret 2015 – September 2015

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin (ribu) Persentase Penduduk Miskin

Perkotaan Perdesaan Perkotaan +

Perdesaan Perkotaan Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan Maret 2015 13,05 26,64 39,69 3,67 9,49 6,24

September 2015 13,32 27,61 40,93 3,68 9,67 6,32 Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2015 dan September 2015

Perubahan Garis Kemiskinan September 2014 – Maret 2015

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.

Selama Maret 2015 – September 2015, Garis Kemiskinan naik sebesar 3,67 persen, yaitu dari Rp. 475.620,- per kapita per bulan pada Maret 2015 menjadi Rp. 493.086,- per kapita per bulan pada September 2015. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan

(3)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, 07/01/64/Th.XIX, 4 Januari 2016 3 (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan September 2015, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 71,70 persen.

Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih besar dibandingkan di daerah perdesaan, pada bulan September 2015 garis kemiskinan di daerah perkotaan sebesar Rp 505.262,- sedangkan di daerah perdesaan sebesar Rp 477.645,-. Hal ini menggambarkan bahwa pemenuhan kebutuhan hidup di daerah perkotaan lebih mahal dibandingkan dengan daerah perdesaan.

Tabel 2.

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Maret 2015 – September 2015

Daerah/Tahun

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah penduduk miskin (ribu)

Persentase penduduk miskin Makanan Non Makanan Total

Perkotaan Maret 2015 342.729 146.400 489.129 13,05 3,67 September 2015 355.117 150.144 505.262 13,32 3,68 Perdesaan Maret 2015 339.904 118.587 458.490 26,64 9,49 September 2015 351.534 126.110 477.645 27,61 9,67 Kalimantan Utara Maret 2015 341.484 134.137 475.620 39,69 6,24 September 2015 353.538 139.548 493.086 40,93 6,32 Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2015 dan September 2015

Komoditi Penyumbang Garis Kemiskinan Terbesar

Komoditi makanan yang mempunyai andil terbesar dalam pembentuk garis kemiskinan makanan di Kalimantan Utara pada bulan September 2015 antara daerah perkotaan dan perdesaan terdapat perbedaan pola. Berikut adalah jenis komoditi penyusun garis kemiskinan makanan untuk daerah perkotaan secara berturut-turut adalah beras, rokok kretek filter, telur

(4)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, 07/01/64/Th.XIX, 4 Januari 2016 4 ayam ras, mie instant dan bandeng. Sedangkan di daerah perdesaan adalah beras, gula pasir, rokok kretek filter, bandeng dan telur ayam ras. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.

Persentase Komoditi Makanan terhadap Garis Kemiskinan Makanan Menurut Daerah, September 2015

No Perkotaan Perdesaan

Komoditi % Komoditi %

1 Beras 28.64 Beras 38.91

2 Rokok kretek filter 8.69 Gula pasir 7.02 3 Telur ayam ras 6.25 Rokok kretek filter 6.26

4 Mie instan 4.81 Bandeng 5.37

5 Bandeng 4.79 Telur ayam ras 4.73

6 Gula pasir 4.59 Mie instan 4.62

7 Tempe 3.55 Daging babi 2.85

8 Susu bubuk 3.16 Daun ketela pohon 2.84 9

Kue kering/biskuit 3.16 Kopi bubuk & kopi instan (sachet)

2.72

10 Kue basah 2.82 Mujair 2.58

11 Tahu 2.47 Bawang merah 2.22

12

Roti 2.24 Ketela

pohon/singkong

2.17

13

Bayam 2.08 Teh bubuk & teh celup (sachet)

1.69

14 Tongkol/tuna/cakalang 1.94 Cabe rawit 1.61

15 Cabe rawit 1.84 Bayam 1.52

Sumber: Diolah dari data Susenas September 2015

Penyumbang terbesar untuk garis kemiskinan non makanan urutan pertama baik di daerah perkotaan maupun perdesaan yaitu perumahan, namun urutan selanjutnya terdapat perbedaan pola antara daerah perkotaan dan perdesaan. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

(5)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, 07/01/64/Th.XIX, 4 Januari 2016 5

Tabel 4.

Persentase Komoditi Non Makanan terhadap Garis Kemiskinan Non Makanan Menurut Daerah, September 2015

No Perkotaan Perdesaan

Komoditi % Komoditi %

1 Perumahan 34.21 Perumahan 35.32

2 Listrik 15.09 Bensin 15.98

3 Bensin 8.08 Listrik 10.57

4 Pendidikan 6.92 Perlengkapan mandi 4.34

5 Air 4.64 Pendidikan 4.07

6 Perlengkapan mandi 4.49 Barang kecantikan 3.59

7 Minyak tanah 3.36 Kayu bakar 3.53

8 Pakaian jadi anak-anak 2.83 Pakaian jadi laki-laki dewasa 3.21 9

Barang kecantikan 2.17 Obat nyamuk, korek api, baterai, aki, dsb

2.50

10 Pakaian jadi perempuan dewasa 2.05 Pakaian jadi perempuan dewasa 2.27 11

Perawatan kulit, muka, kuku, tambut

1.96 Sabun cuci 2.26

12 Angkutan 1.89 Minyak tanah 2.22

13 Pajak kendaraan bermotor 1.72 Perawatan kulit, muka, kuku, tambut

1.98

14 Pakaian jadi laki-laki dewasa 1.62 Pakaian jadi anak-anak 1.72

15 Sabun cuci 1.49 Pajak kendaraan bermotor 1.15

Sumber: Diolah dari data Susenas September 2015

Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk berkaitan dengan miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan pengentasan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Pada periode Maret 2015 – September 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan

Indeks Keparahan Kemiskinan` (P2) menunjukkan kecenderungan mengalami penurunan.

Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 0,790 pada keadaan Maret 2015 menjadi 0,703 pada keadaaan September 2015. Demikian juga Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,177 menjadi 0,168 pada periode yang sama.

Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di

(6)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, 07/01/64/Th.XIX, 4 Januari 2016 6 Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 0,408 sementara di daerah perdesaan

mencapai 1,076. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan hanya 0,091

sementara di daerah perdesaan mencapai 0,266. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih parah daripada daerah perkotaan.

Tabel 5

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di

Kalimantan Utara Menurut Daerah, Maret 2015 – September 2015

Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2015 0,515 1,139 0,790

September 2015 0,408 1,076 0,703

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2015 0,141 0,222 0,177

September 2015 0,091 0,266 0,168

(7)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, 07/01/64/Th.XIX, 4 Januari 2016 7

Penjelasan Teknis dan Sumber Data

1. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. 2. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari

dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.

3. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).

4. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.

5. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan Maret 2015 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) pada Bulan Maret 2015. Dan untuk kemiskinan September 2015 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) pada Bulan September 2015

6. Pada tahun 2015 terjadi pergeseran sampel besar dari Susenas September ke Susenas Maret, sehingga hasil Susenas Maret 2015 (termasuk angka kemiskinan) dapat mewakili sampai level kabupaten/kota, sedangkan Susenas September 2015 hanya sampai level provinsi.

(8)

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur, 07/01/64/Th.XIX, 4 Januari 2016 8

BPS PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Informasi lebih lanjut hubungi :

Ir. Aden Gultom, M.M

(Kepala BPS Provinsi Kalimantan Utara) UB. Ahmad Muhammad Saleh, SE

(Kepala Bidang Statistik Sosial)

Telp: (0541) 732793, Fax: (0541) 201121 e-mail: sosial6400@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat dikatakan latihan ini sangat baik sekali digunakan dalam latihan dalam permainan bola voli guna untuk meningkatkan lompat yaitu daya ledak otot tungkai dari

Namun proses dari metode latihan yang dapat memberikan stimulus lebih baik pada sistem saraf pusat, saraf sensorik hingga respon saraf motorik yang akan mengaktifkan

Hasil penentuan parameter-parameter gempa dari peta percepatan batuan dasar, kondisi tanah dan faktor keutamaan gedung diperoleh bahwa bangunan ini masuk dalam kategori desain seismic

lembaran lepas yang diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan, atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempel, dilekatkan, dipasang, digantung

Waktu yang sangat terbatas dengan jumlah yang cukup banyak yaitu 20 UKM masih kurang sehingga Pendampingan yang kami lakukan ke masing – masing UKM untuk lebih mengerti dalam

Skripsi yang berjudul: Analisis Kesulitan Siswa Meenyeelesaikan Sooal Turuan Fungsi Aljabar Pada Kelas XI IPS Madrassah Aliyah Negeri 1 Banjarmasin Tahun Ajaran

Secara keseluruhan untuk jumlah siswa dalam kategori baik telah mencapai indikator keberhasilan yaitu  15 siswa, dengan demikian kemampuan berpikir kritis matematis

Java adalah turunan dari C, sehingga Java memiliki sifat C yaitu Case sensitive, yaitu membedakan antara huruf besar dan kecil Dalam sebuah file program di