• Tidak ada hasil yang ditemukan

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

97 BAB V

KESIMPULAN

Secara keseluruhan, upaya kelima negara – China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Korea Utara – dalam meningkatkan kekuatan pertahanannya dilakukan untuk memberikan daya gentar terhadap lawannya, dikarenakan adanya dilema keamanan di kawasan. Dilema keamanan tersebut bersumber dari kekhawatiran, rasa takut, dan sikap saling curiga antara satu negara dengan lainnya, yang diperburuk oleh lemahnya regionalisme di kawasan, sehingga mendorong kelima negara untuk memperkuat pertahanan dengan memperlemah pertahanan negara lainnya. Untuk itulah mengapa kelima negara secara konsisten meningkatkan kekuatan militernya.

Baik China, Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, dan Taiwan, kelimanya meningkatkan kekuatan militernya, baik militer konvensional maupun militer non-konvensionalnya. Kekuatan militer non-konvensional yang dikembangkan oleh kelima negara adalah membangun kemampuan dalam menggelar peperangan senjata pemusnah massal. Sementara pada kekuatan militer konvensionalnya dikembangkan dengan meningkatkan kemampuan angkatan laut dan angkatan udaranya.

Dalam meningkatkan kekuatan militer non-konvensional, Baik China, Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, dan Taiwan, mengembangkan kemampuan peperangan senjata pemusnah massal, dengan meningkatkan kekuatan persenjataan rudal balistik, senjata nuklir, dan sistem pertahanan anti-rudal. Terkait pengembangan kemampuan senjata pemusnah massal, China dan Korea Utara mengembangkan rudal balistik dan senjata nuklir, yang memiliki nilai strategis berupa kemampuan ofensif sebagai alat untuk memberikan daya gentar terhadap lawan-lawannya di kawasan, dimana Korea Utara menggunakannya untuk memberikan daya gentar terhadap Korea Selatan dan Jepang, melalui serangkaian tindakan provokatif yang dilakukannya. Sementara China menggunakannya sebagai instrumen untuk menunjukan daya gentar terhadap Jepang dan Taiwan, melalui beberapa tindakan provokatif serupa.

Upaya Korea Utara dalam mengembangkan dan mengujicoba senjata pemusnah massalnya memicu kekhawatiran dari Jepang dan Korea Selatan, yang memaksa kedua negara tersebut untuk membangun sistem pertahanan anti-rudal untuk melemahkannya. Tindakan tersebut dilakukan sebagai alat untuk memastikan dan menjaga eksistensi serta kedaulatannya, untuk menggertak Jepang dan Korea Selatan supaya tidak mengganggu kedaulatannya, terutama

(2)

98 dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan remiliterisasi yang dijalankan oleh Jepang. Berdasarkan argumen tersebut, pengembangan dan ujicoba senjata pemusnah massal yang dilakukan oleh Korea Utara merupakan sumber dilema keamanan di kawasan dikarenakan dampaknya yang menimbulkan kekhawatiran bagi Jepang dan Korea Selatan.

Selain Korea Utara, China merupakan negara lainnya yang mengembangkan kemampuan serupa untuk memberikan daya gentar terhadap lawan-lawannya di kawasan, khususnya Jepang dan Taiwan, untuk tidak mengganggu kedaulatannya dan mengganggu keutuhan akan kesatuan China. Tindakan tersebut dilakukan sebagai respon China dalam menghadapi perselisihannya dengan Jepang, berupa sengketa territorial, perselisihan seputar isu historis, dan upaya remiliterisasi yang dilakukannya, sementara daya gentar yang ditujukan terhadap Taiwan dilakukan supaya Taiwan tidak berupaya mengganggu keutuhan China, dengan membuat kebijakan yang berseberangan, atau memisahkan diri. Kebijakan China tersebut menjadi salah satu sumber dilema keamanan dikarenakan upaya tersebut mengundang kekhawatiran dari Jepang dan Taiwan dengan membangun sistem pertahanan anti-rudal untuk mengantisipasi ancaman tersebut, sekaligus sebagai bagian dari program remiliterisasi bagi Jepang, dan reformasi militer bagi Taiwan.

Kebijakan China dan Korea Utara dalam mengembangkan dan mengujicoba senjata pemusnah massalnya sebagai tindakan provokatif untuk memberikan daya gentar, menjadi sumber dilema keamanan dikarenakan mengundangn kekhawatiran Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan, akan ancaman terhadap keamanan dan kedaulatannya. Tindakan tersebut mendorong Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan, melalui aliansi dan kerjasama pertahanan ketiga negara tersebut dengan AS, untuk membangun sistem pertahanan anti-rudal untuk melemahkan potensi dan kekuatan dari persenjataan rudal balistik dan senjata nulir China dan Korea Utara. Upaya yang dilakukan oleh Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan tersebut merupakan salah satu bentuk dilema keamanan yang terdapat di kawasan Asia Timur, mengingat tindakan tersebut dilakukan untuk memperkuat pertahanannya sendiri di satu sisi, sekaligus memperlemah potensi dari kekuatan pertahanan lawannya di sisi lain.

Secara keseluruhan, upaya yang dijalankan oleh kelima negara dalam mengembangkan kekuatan militer non-konvensionalnya merupakan bentuk dan sumber dilema keamanan yang terdapat di kawasan Asia Timur. Upaya China dan Korea Utara dalam mengembangkan dan

(3)

99 mengujicoba persenjataan rudal balistik dan senjata nuklirnya melalui serangkaian tindakan provokatif sebagai instrumen untuk memberikan daya gentar menjadi sumber dilema keamanan di kawasan dikarenakan mengundang kekhawatiran dari Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan. Sementara upaya Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan membangun sistem pertahanan anti-rudal menjadi salah satu bentuk dilema keamanan di kawasan dikarenakan upaya tersebut dilakukan sebagai bagian dari peningkatan kekuatan pertahanannya sekaligus memperlemah kekuatan pertahanan China dan Korea Utara di sisi lain.

Terkait kekuatan militer konvensional, kelima negara di kawasan, China, Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, dan Taiwan, meningkatkan kekuatan laut dan udaranya sebagai bagian untuk memberikan daya gentar sekaligus melemahkan kekuatan pertahanan lawan-lawannya di kawasan. Dalam hal peningkatan kekuatan lautnya, kelima negara meningkatkan kekuatan armada kapal selam dan kemampuan peperangan anti-kapal selam dalam menghadapi ancaman dari lawan-lawannya di kawasan. Sementara dalam hal peningkatan kekuatan udara kelima negara mengembangkan berbagai jenis persenjataan jenis mutakhir, seperti jet tempur siluman dan pesawat nirawak, baik dengan mengembangkan dan memproduksi secara mandiri, maupun melalui kerjasama pertahanan dengan membelinya dari negara lain.

Sebagaimana kebijakannya dalam mengembangkan senjata pemusnah massal, Korea Utara mengoptimalkan angkatan lautnya, dengan mengandalkan armada kapal selam dan kapal penebar ranjaunya yang berjumlah besar, untuk mengacaukan jalur komunikasi, SLOC, dan rute perdagangan lawan-lawannya di kawasan, khususnya Jepang dan Korea Selatan. Tindakan tersebut mengundang kekhawatiran dari Jepang dan Korea Selatan, dimana kepentingan maritim kedua negara tersebut terancam, sehingga memaksa keduanya untuk mengembangkan kemampuan peperangan anti-kapal selam. Upaya yang dilakukan oleh Korea Utara dalam mengoptimalkan potensi dari persenjataan angkatan lautnya menjadi salah satu sumber dilema keamanan di kawasan, mengingat upaya tersebut mengundang kekhawatiran dan dampak terhadap Jepang dan Korea Selatan.

Sementara China meningkatkan kekuatan lautnya untuk memberikan daya gentar terhadap negara-negara tetangganya di kawasan, khususnya Jepang, Taiwan, dan dalam taraf tertentu, Korea Selatan, dengan meningkatkan kekuatan kapal selam dan produksi jenis persenjataan terbarunya, yaitu kapal induk. Produksi kapal induk tersebut ditujukan untuk menyaingi Jepang dan Korea Selatan dalam perebutan pengaruh di perairan internasional dalam

(4)

100 mengembangkan proyek blue water navy dan mengancam rute perdagangan Jepang serta Taiwan dengan kaal selamnya. Kebijakan tersebut menjadi salah satu sumber dilema keamanan di kawasan, dikarenakan mengundang kekhawatiran Taiwan, yang mendorongnya untuk mengembangkan kemampuan peperangan anti-kapal selam, serta Jepang dan Korea Selatan, yang terpicu untuk mengembangkan kemampuan serupa dan membangun kemampuan blue water navy.

Untuk menghadapi ancaman armada kapal selam China dan Korea Utara, ketiga negara, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, mengembangkan kemampuan peperangan anti-kapal selam untuk menghadapinya. Kemampuan tersebut dijalankan oleh Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan, untuk menetralisir ancaman armada kapal selam China dan Korea Utara, untuk mengatasi rasa kekhawatiran ketiga negara tersebut. Upaya yang dilakukan oleh Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang dalam mengembangkan kemampuan peperangan anti-kapal selam, merupakan salah satu bentu dilema keamanan di kawasan, mengingat upaya tersebut dilakukan sebagai bagian dalam memperkuat pertahanan ketiga negara di laut dengan memperlemah kemampuan kekuatan laut China dan Korea Utara di sisi lain.

Adapun ancaman dari armada kapal penebar ranjau Korea Utara dan kapal induk China mendorong Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan, untuk mengembangkan kekuatan lautnya, dengan memproduksi berbagai kapal perang jenis terbaru, sebagai respon terhadap ancaman tersebut. Kebijakan Jepang dalam memproduksi kapal perusak dan kapal selam, Korea Selatan yang memproduksi kapal perusak jeis aegis, dan Taiwan yang memasang rudal anti-kapal pada kapal-kapal perangnya, menunjukan bahwa ketiga negara melakukan hal tersebut sebagai bentuk kekhawatiran akan ancaman armada kapal perang Korea Utara dan China, terutama dalam melindungi jalur komersial dan komunikasinya. Berbagai upaya tersebut menunjukan adanya dilema keamanan di kawasan, dimana upaya ketiga negara tersebut menunjukan bahwa ketiganya memperkuat kekuatan lautnya dengan melemahkan potensi yang dimiliki kekuatan laut China dan Korea Utara.

Dalam hal persaingan kelima negara meningkatkan kekuatan udaranya untuk mengatasi dilema keamanannya, sebagai bagian untuk memberikan daya gentar terhadap lawan-lawannya, sebagaimana terlah disinggung, ditujukan dengan kepemilikan jenis persenjataan termutakhir dalam peperangan di udara, seperti pesawat nirawak dan jet tempur siluman. Tindakan China yang telah memproduksi jet tempur siluman dalam negeri, J-20, menjadi salah satu sumber

(5)

101 keamanan di kawasan, dimana kepemilikan tersebut mengundang kekhawatiran tetangganya, khususnya Jepang, dengan melakukan hal serupa. Jepang merespon hal tersebut dengan mengembangkan jet tempur siluman ATD-X, yang direncanakan akan diproduksi pada tahun 2015 mendatang, untuk mengimbangi kekuatan China di udara.

Persaingan antara China dan Jepang dalam meningkatkan kekuatan udaranya mengundang kekhawatiran Korea Selatan dan Taiwan, sehingga keduanya merespon untuk memperkuat kekuatan udaranya, dengan membeli armada jet tempur siluman F-35 dari AS. Upaya tersebut secara tidak langsung memicu reaksi dari Korea Utara, yang meningkatkan kekuatan udaranya dengan mengembangkan pesawat nirawak, sebagai respon terhadap peningkatan kekuatan udara Korea Selatan. Persaingan kekuatan udara tersebut menunjukan adanya dilema keamanan di kawasan, dimana peningkatan kekuatan udara satu negara dalam hal kepemilikan jenis persenjataan tertentu memicu kekhawatiran negara-negara tetangganya, sehingga mendorong negara-negara lainnya di kawasan untuk memperkuat pertahanannya dengan melakukan hal serupa, yaitu meningkatkan kekuatan udaranya.

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR NOMINATIF TENAGA HONORER KATEGORI II Instansi : Pemerintah Kab... Instansi

Tujuan dari penelitian ini, Untuk mengidentifikasi dan mendeteksi kerusakan bantalan akibat korosi pada pompa sentrifugal dengan kondisi yang telah ditentukan melalui

terdapat dalam jaringan kripik tempe yaitu produsen, pemasok bahan mentah, agen, konsumen dengan adanya jaringan sosial kripik tempe sido gurih ini terbentuk karena

Mengingat pentingnya pencegahan, penanggulangan dan pemberantasan demam berdarah ini serta relevansi dengan penelitian sebelumnya yaitu tentang Perkembangan Pelayanan

Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut, apabila sama sekali tidak ada individu yang puas terhadap layanan maka tidaklah berarti dalam populasi tidak ada sama sekali tingkat

Interaksi antara macam pupuk dengan macam varietas menunjukkan tidak berpengaruh terhadap peningkatan tinggi tanaman, jumlah daun, saat berbunga, berat kering

Hasil penelitian ini yaitu (1) Manajemen Aset dan Kinerja Keuangan berdasarkan uji Simultan menyatakan bahwa secara bersama-sama atau serempak berpengaruh positif dan signifikan

Bagaimana perbandingan nilai average delay yang dihasilkan oleh algoritma penjadwalan mmSIR dan mSIR pada jaringan wimax untuk kelas layanan rtPS.. Bagaimana performansi