• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahasiswa Program studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mahasiswa Program studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

EKONOMI MORAL DALAM JARINGAN SOSIAL PADA USAHA MIKRO (Studi: Jaringan Sosial Usaha Kripik Tempe Sido Gurih di Jorong Padang Bintungan Nagari Sialang Gaung Kecamatan Koto Baru Kabupaten

Dharmasraya)

Iin Indrayati1, Marleni2, Ariesta2

1Mahasiswa Program studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

IinIndrayati865@yahoo.com

ABSTRACT

This background of the study is human activity in the field of productive sector economy material to be unfinished more valuable comodity for sale, this identic industrial activitties withproduction process. The researcher uses this theory by Max Weber about measure social theory. This reseach uses qualitative appoarch with descriptive type. This selection using purposive sampling technique with the number of informants 8 people. The type of the data used is primary data and secondary data. The data selection of techniques werw conducted by observasition (non-participant), in-depth interview and document study. The unit of analysis is individual. the data analysis using an interactive model that was analyzed using milles and huberman techniques.The results of this study indicate the axistence 1. Network (social) micro between producers and supliers established a fairly intimate relationship because, they uphold the value os social, religious and cultural norms 2. Meso network fount in this research is the axistence of rationalness that is an economy action which is social and embedded in the social network of personal that is going on between the actor (fellow tempeh chips industry owner).

Key words : Moral Economy, Social Network, Micro business

PENDAHULUAN

Kegiatan industri merupakan aktivitas manusia dibidang ekonomi produktif untuk mengelola bahan mentah menjadi barang yang lebih bernilai untuk dijual. Sebagai bagian dari sistem perekonomian, kegiatan

industri identik dengan proses

produksi. Menurut Hendro (dalam Putra, 2003: 63),

Jumlah tenaga kerja yang terlibat di dalamnya adalah 5-19 orang dengan investasi untuk mesin dan peralatan di bawah Rp 70 juta, investasi per tenaga kerja kurang dari Rp 625 ribu. Termasuk didalamnya

(2)

adalah industri kerajinan yaitu suatu bentuk usaha pembuatan barang yang lebih banyak menggunakan keterampilan tangan meskipun sering dibantu dengan peralatan menurut Sugiarto (dalam Putra, 2003: 64).

Begitu juga pada masing-masing daerah memiliki industri kecil, dimana industri ini banyak yang dominan dalam membuat makanan khas yang berbeda-beda mulai dari Kota Padang yang

terkenal dengan masakan

Minangkabau yaitu rendang, Kota

Bukittinggi yang terkenal

denganmakanan ciri khas kripik

balado (sanjai), juga daerah

Dharmsraya makanan khas yaitu kripik tempe yang terletak di Jorong Padang Bintungan, Nagari Sialang

Gaung, Kecamatan Koto Baru

Kabupaten Dharmasraya. Dimana kripik tempe diolah industri kecil rumahan, yang dahulunya hanya dikenal oleh masyarakat Jorong Padang Bintungan, dan kripik tempe dianggap makanan biasa, tetapi sekarang kripik tempe menjadi makanan khas. Dimana industri kecil ini didukung oleh jaringan sosial

Tempe adalah salah satu makanan tradisional yang berasal dari indonesia, tempe terbuat dari

kacang kedelai yang telah

mengalami fermentasi. Tempe

memiliki rasa yang lezat dan disukai oleh banyak golongan masyarakat. Selain itu, tempe juga memiliki harga yang relatif murah sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Olahan berbahan dasar tempe yang sering kita temui, yaitu seperti tempe goreng, tempe mendoan, tempe bacem, tempe tumis, martabak tempe dan juga kripik tempe. Berbagai olahan tersebut menggunakan teknik pemasakan yang berbeda-beda. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap

nilai gizi terhadap tempe

(Muchtadi, 2010).

Untuk mendirikan usaha

harus memiliki modal awal baik berupa biaya ataupun bahan mentah

yang akan digunakan untuk

memproduksi kripik tempe. Untuk memproduksi suatu barang mentah

yang didapat melalui pemasok

kemudian akan diolah menjadi kripik

tempe oleh industri tersebut.

Biasanya dalam sebuah industri baik besar maupun kecil adanya karyawan

(3)

sebagai pekerja untuk memproduksi barang mentah menjadi barang jadi, serta ada agen yang mendistribusikan barang jadi ke penjual kemudian barang tersebut sampai ketangan konsumen

Berdasarkan observasi awal, Berawal dari usaha Bapak Muridi yang menekuni kegiatan dalam

industri kripik tempe yang

menggunakan waktu, tenaga, usaha, dana dan sumber lainnya. Dimana

home industri kripik tempe ini berdiri

sejak tahun 1986, sebelum

mendirikan usaha industri Bapak Muridi mengikuti binaan yang dibina oleh Koperindang sekali sebulan,

setelah mengikuti binaan oleh

Koperindang, maka Bapak Muridi mulai membuka usaha home industri yang diberi nama home industri kripik tempe Sido Gurih yang terletak di Jorong Padang Bintungan Nagari Sialang Gaung Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya.

Selain usaha Sido Gurih dan Matahari ada juga usaha Dua Saudara yang didirikan oleh Ibu Solihah yang berdiri pada tahun 2001, sebelum mendirikan usaha

tersebut, sebelumnya Ibu Solihah dahulunya pernah menjadi anggota Sido Gurih, lalu Ibu Solihah memilih untuk mendirikan usaha sendiri di rumahnya yang terletak di Jorong Padang Bintungan dan mempunyai 3

orang karyawan tetap, dalam

produksi kripik tempe kurang lebih

30 kilogram. Dengan adanya

jaringan sosial maka di Jorong Padang Bintungan terdapat 3 industri kripik tempe. Dengan adanya usaha tersebut terdapat beberapa jaringan sosial dari karyawan yang pernah menjadi angota dan kini mampu membuka mendirikan usaha sendiri,

tidak hanya bekerja sendiri

melainkan juga memiliki karyawan tetap

Bahan-bahan penunjang

untuk proses pembuatan kripik tempe di dapat dari pemasok, pemasok datang mengantar bahan mentah seperti kedelai langsung ke rumah produksi tersebut. Bahan lain

seperti bumbu, kartas untuk

pembungkusan kripik didapat dari warung, produsen yang membeli

langsung kewarung. Proses

pembuatan kripik tempe mulai dari perebusan kedelai setelah kedelai

(4)

direbus dibiarkan sehari, lalu pagi harinya kedelai tersebut direbus kembali dan diletakkan di baskom-baskom biarkan sampai kedelai

dingin, lanjut ke proses

pembungkusan tempe basah tempe yang dibungkus memakai kertas nasi yang ditumpuk-tumpuk hingga 20

tumpukan diatasnya ditumpuk

dengan tumpukan buku agar tempe menjadi padat agar bisa dipotong-potong sesuai ukuran kripik tempe. Pagi harinya tempe bisa digoreng

dan diberi label siap untuk

dipasarkan sehingga sampai

ketangan konsumen.

Jaringan yang terbentuk

dalam produksi kripik tempe mulai dari pemasok barang mentah ke pengusaha atau produksi kripik

tempe pemasok menghantarkan

kedelai dengan jumlah yang

diperlukan oleh produksi, produksi perlu 200 kilogram maka pemasok harus menyediakan barang mentah seperti kedelai, sistem pembayaran bahan mentah ini diansur atau bayar setengah, setelah produksi habis maka uang yang kurangan bahan

mentah dilunasi oleh produksi.

Begitu juga antara produsen dengan

agen, agen mengambil kripik tempe yang sudah siap dipasarkan lalu agen memberikan uang setengah, setelah kripik habis dioper ke penjual sampai ke tangan konsumen, maka agen melunasi kurangan uang yang diberikan kepada produsen.

METODOLOGI PENELITIAN 1.Pendekatan dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dan

Menggunakan metode observasi

wawancara serta dokumen.

Pendekatan kualitatif dimaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian. Menurut Bodgen dan Taylor (dalam Maleong, 2013: 4). Tipe penelitian deskriptif ini dapat

mendeskripsikan atau

mengambarkan tentang suatu

keadaan atau peristiwa mengenai jaringan sosial usaha kripik tempe.

Pemilihan informan penelitian

diambil dengan cara purposive

sampling Adapun kriteria informan

dalam penelitian jaringan sosial usaha kripik tempe di Jorong Padang Bintungan, Kecamatan Koto Baru,

(5)

Kabupaten Dharmasraya. sebagai berikut:

1. Pemasok yang memiliki bahan mentah berupa kedelai

2. produsen sekaligus pemilik

industri yang memproduksi

barang mentah (kedelai) menjadi barang jadi berupa kripik tempe. 3. Agen yang menyalurkan barang

produksi ketoko-toko untuk

dijual.

Informan penelitian berjumlah 8 orang diantaranya adalah: pemilik industri, karyawan, pemasok bahan mentah, agen serta konsumen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.Aktor yang Terlibat dalam

Jaringan Sosial Usaha Kripik Tempe Sido Gurih

Aktor merupakan individu

yang terlibat dalam suatu interaksi

dengan individu-individu atau

beberapa (sekelompok) individu

lainnya, dalam artian aktor tidak

hanya dapat dikatakan dengan

individu tapi dapat juga dikatakan dengan kelompok (Damsar, 2009: 38). Aktor tidak dapat bertindak menurut kepentingan mereka sendiri,

melainkan menurut kepentingan

bersama. Keduannya dapat dianggap

sebagai aktor karena mereka

“mengendalikan sumber-sumber

daya dan peristiwa-peristiwa,

berminat pada sumber-sumber daya

dan peristiwa-peristiwa, dan

mempunyai kecakapan mengambil

tindakan-tindakan untuk

mewujudkan

kepentingan-kepentingan melalui pengendalian itu.

Adapun aktor-aktor yang

terdapat dalam jaringan kripik tempe yaitu produsen, pemasok bahan mentah, agen, konsumen dengan adanya jaringan sosial kripik tempe sido gurih ini terbentuk karena adanya kebuhan dari masing-masing individu yang saling membutuhkan antara satu sama lain, industri mengiginkan bahan mentah dari

pemasok, sedangkan pemasok

menyediakan kebutuhan dari industri

kripik tempe tersebut. Dengan

adanya keterlibatan antara pemasok dengan pemilik industri adanya pertukaran barang dengan uang, pemasok menyediakan bahan mentah dalam waktu produksi butuhkan

minimal 3 kali dalam1 kali

(6)

pembayaran setengah. Hubungan

antara pemilik industri dengan

karyawan terjalin cukup bagus

dilihat dari karyawan yang bekerja di industri cukup lama sekitar 5 tahunan dengan kepercayaan pemilik industri

kepada karyawannya ketika

karyawan sedang memerlukan uang dan meminjam kepada pemilik

industri maka, pemilik industri

meminjamkan uang tersebut dengan syarat waktu penerimaan gaji uang tersebut dipotong sesuai dengan yang

dipinjam oleh karyawannya.

Peristiwa tersebut tidak sekali dua kali ditemukan oleh pemilik industri, melainkan sering karyawan tersebut meminjam uang sebelum gajian diterima. Adapun aktor-aktor yang terlibat dalam jaringan sosial kripik tempe sido gurih yaitu:

1. Produsen Sekaligus Pemilik Industri Kripik Tempe

Produsen yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah orang yang membuat makanan produksi kripik tempe di Jorong Padang Bintungan, Nagari Sialang Gaung, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya orang yang mempunyai

keterampilan dalam pembuatan

kripik tempe agar rasa dan bahan-bahan tersebut lancar dipasarkan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Produsen merupakan aktor

terpenting dalam kelangsungan

hubungan yang terbina dalam

kegiatan industri (aktifitas) produsen

kripik tempe. Tanpa adanya

produsen untuk mengolah makanan kripik tempe tidak mungkin terjadi, sehingga dalam penelitian ini peneliti melihat aktor-aktor terpenting dalam kegiatan industri rumahan kripik tempe tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari keluarga pemilik industri kripik tempe yang berada di Jorong Padang Bintungan, Nagari Sialang Gaung, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya. Bermata pencarian sebagai petani juga pensiunan guru SD. Jika hanya pekerjaan itu yang diandalkan oleh produsen industri kripik tempe tidak akan mencukupi

kebuhannya sehari-hari dengan

keterbatasan lahan pertanian yang

dimiliki dan sulitnya lapangan

pekerjaan, memicu mereka untuk mendirikan industri rumahan juga untuk mengisi waktu luang mereka

(7)

dengan kegiatan industri pembuatan kripik tempe

Industri Kripik Tempe Sido Gurih berdiri pada tahun 1986 yang dibangun oleh Bapak Muridi dan Ibu Suyatmi. Dengan berdirinya industri kripik tempe sido gurih ini, pemilik industri dapat memiliki pemasukan

yang lebih, serta dapat

mengembangkan usaha kecil

menengah (UKM) di Jorong Padang Bintungan, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dhrmasraya. Hubungan yang terjalin antara industri lain, dengan pemasok juga agen memiliki hubungan yang baik.

Dengan adanya kepercayaan (trust) dengan pihak-pihak yang terlibat hubungan antara kedua belah pihak atau lebih yang mengandung

harapan-harapan yang

menguntungkan salah satu pihak atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial. Menjadi aktor dalam jaringan kripik tempe maka akan semakin bagus hubungan yang dibina antara pemasok dengan produsen, pemilik industri dengan agen. Adanya saling percaya dan bekerja sama untuk

mendapatkan suatu yang ingin

dicapai oleh aktor-aktor tersebut.

Pembuatan kripik tempe ini

tidak terlalu sulit hanya

membutuhkan kesabaran dalam

pembuatan kripik tempe. dalam pembuatan tempe memerlukan waktu

2 hari agar dapat diproduksi

sekaligus langsung dipasarkan begitu juga seterusnya, apabila ada waktu untuk pergi bertani pemilik industri ini mencari tenaga karyawan untuk proses pembungkusan kripik tempe dan pemilik industri ini pergi untuk bertani. Tenaga kerja (karyawan) dijemput pas pembuatan kripik tempe saja tidak datang setiap hari.

2. Pemasok Bahan Mentah

Pemasok adalah orang yang menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh individu (kelompok) atau orang yang memasukkan bahan baku atau bahan mentah kepada industri kripik tempe, pemasok merupakan bagian penting dari proses produksi maupun proses operasional perusahaan. Pemasok merupakan sumber bahan baku, bahan pembantu, bahan pendukung lainnya serta jasa pelayanan.

Konsep resiprositas yang

(8)

kelompok dengan kelompok yang saling berhubungan timbal balik antar individu dengan individu,

individu dengan kelompok,

kelompok dengan kelompok yang sering dilakukan. Hubungan ini bersifat simetris yang terjadi apabila hubungan antara berbagai pihak (individu-individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok) memiliki posisi dan peranan yang relatif sama dalam proses pertukaran. Seperti yang dilakukan oleh pemasok bahan mentah dengan pemilik industri,

apabila bahan yang digunakan

pembuatan kripik tempe seperti kedelai maka tidak akan menjadi kripik tempe yang diproduksi yang dijual kepada konsumen.

Pada aktifitas tersebut. Pihak yang terlibat resiprositas memiliki posisi sosial yang sama, meskipun diantara mereka mempunyai derajat harta kekayaan yang sama. Dalam hubungan resiprositas merupakan kewajiban membayar atau membalas kembali kepada orang atau kelompok lain atas apa yang mereka berikan. (Damsar, 2009: 104-105). Seperti

hubungan antara pemasok dengan pemilik industri ketika berinteraksi memesan bahan yang diperlukan dan sistem pembayaran menggunakan sistem bayar separo maka itu bisa

dikatakan dengan adanya

tindakan resiprositas dalam aktifitas pemasok dengan pemilik industri dengan adanya barang yang dibutuhkan oleh pemilik industri dan

pemasok menyediakan bahan

tersebut maka bisa dikatakan dengan

hubungan timbal balik pemilik

industri membayar dengan uang sedangkan pemasok memberikan

bahan mentah kedelai untuk

diproduksi oleh industri kripik sido gurih.

3.Agen

Dalam buku pemasaran kelompok

bisnis dan majemen, Agen

merupakan perantara yang tidak

memiliki barang-barang yang

diperdagangkan, tetapi semata-mata

sebagai penghubung. (Ating

Tejasutisna: 2002: 156) dari

pengertian tersebut agen hanya bertugas sebagai penghubung atau perantara. Dan dari agen akan disalurkan ke pada sub- sub agen

(9)

disini adalah pedagang-pedangang warung yang nantinya ada konsumen yang akan membeli produk tersebut.

Sistem bayar antara agen dan pemilik industri itu bayar separo, biasanya kalo barang tersebut tidak habis dan agen harus melunasi uang

kepada pemilik industri, agen

meminta waktu kepada industri bawasanya barang yang di antarkan tidak habis maka pemilik industri memaklumi agen tersebut. Dengan adanya saling kerja sama antara agen dan produksi tempe maka kegiatan industri tersebut berjalan lancar sampai saat ini.

4. Konsumen

Konsumen adalah masyarakat yang cenderung diorganisasikan di

seputar konsumsi ketimbang

produksi barang dan jasa (Suyanto, 2013: 128). Sedangkan (dalam buku Damsar, 2009: 113-114) konsumsi adalah bagaimana manusia dan aktor

sosial dengan kebutuhan yang

dimilikinya berhubungan dengan

sesuatu yang dapat memuaskan

mereka. Berhubungan dengan

sesuatu yang dapat memuaskan mereka dapat dilakukan dengan

berbagai cara seperti menikmati, menonton, melihat, menghabiskan,

mendengar, memperhatikan, dan

lainnya. Menurut (Damsar, 2005: 109) .

pengunjung adalah mereka yang

datang ke lokasi pasar tanpa

mempunyai tujuan untuk melakukan pembelian terhadap suatu barang atau jasa. Mereka ini adalah orang-orang yang menghabiskan waktu luangnya dilokasi pasar. Konsumen

adalah pemakai atau yang

memanfaatkan barang atau jasa yang dijual.

Dengan adanya komunikasi

yang baik antara konsumen dengan pemilik industri otomatis konsumen akan melakukan pembelian secara

berulang-ulang. Sehingga dalam

kegiatan yang dilakukan ketiga komponen yang saling membutuhkan dan saling terikat baik pemilik industri dengan pemasok, pemilik

industri dengan agen, pemilik

industri dengan para konsumen.

A. Jaringan Sosial Usaha Kripik

Tempe Di Jorong Padang

(10)

Pada penelitian ini ditemukan jaringan sosial mikro antara pemilik

industri kripik tempe dengan

pemasok barang mentah. Ketika pemilik industri kripik tempe dan pemasok barang mentah berinteraksi dalam suatu transaksi bisnis dan berahir dengan jual beli maka hal tersebut bisa menjadi simpul bagi terbentuknya ikatan pelanggan antara mereka berdua.

Dengan adanya keterlibatan antara pemasok dengan pemilik industri adanya pertukaran barang dengan uang, pemasok menyediakan bahan mentah dalam waktu produksi butuhkan minimal 3 kali dalam 1 kali

pemasokan, dengan sistem

pembayaran setengah. Pemasok

menghantarkan bahan mentah

kedelai kepada industri kripik tempe sido gurih ini dalam waktu 2 minggu sekali dengan jumlah 1 kwuintal, dengan harga per kilonya Rp 10.000

rupiah dan pembayaran separo

sekitar Rp 500.000 dan Pelunasan bahan mentah kepada pemasok dibayar setelah pemasok menghantar kan pesenan kepada pemilik industri

lalu pemilik industri tersebut

menunasi kurangan uang kepada pemasok bahan mentah.

hubungan yang mereka bina cukup bagus ketika agen mengambil produksi tempe dalam seminggu

sekali ketika agen mengambil

produksi tersebut tidak habis maka agen datang langsung ke produksi

tersebut dan memberikannya.

Perhitungan antara agen dan pemilik indusrti ini agen mengambil kripik tempe sebanyak 40 pack apabila kripik tersebut tidak habis maka di berikan lagi ke pemilik industri

tersebut. Pemilik industri pun

menjual sisa dari agen serta tepung-tepung jelek atau sotirannya dari tempe yang telah diambil oleh agen yang bagus ke pasar. Hal itu dilakukan oleh pemilik industri

dalam seminggu sekali untuk

memperdagangkan hasil industrinya kripik tempe.

Adapun peta konsep dalam jaringan sosial usaha kripik tempe di Jorong Padang Bintungan Nagari Sialang Gaung Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya.

(11)

Gambar 5.1 Peta Konsep Jaringan

Sosial Kripik Tempe.

Pembentukan ikatan pelanggan dapat diperkasai oleh kedua belah pihak, baik pemilik industri maupun pemasok. Kedua belah pihak akan

melakukan pembentukan ikatan

pelanggan dengan

mempertimbangkan tingkat

kepercayaan yang dimiliki selama ini

dan tingkat keuntungan yang

mungkin akan diperoleh oleh pemilik industri kripik tempe. hal ini mereka lakukan karena adanya tujuan yang

ingin mereka capai, misalnya

hubungan antara pemilik industri kripik tempe yang berada di Jorong Padang Bintungan. Dengan hal itu hubungan yang terjadi antara pemilik industri dengan pemasok harus

terjalin dengan baik karena mereka saling membutuhkan untuk saling

bertukar informasi sehubungan

dengan bahan mentah kedelai. Usaha industri kripik tempe sido gurih ini termasuk kedalam usaha mikro dimana usaha mikro disini adalah usaha produktif milik orang

perorangan atau badan usaha

perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang (Nitisusastro, 2012: 268). Omset penjualan tahunan mencapai 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Memiliki penjualan tahunan mencapai lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Industri tersebut sudah memiliki izin dari pemerintah SITU, TDI, SIUP, TDP, PIRT

LP.POM-MUI 13100010140815.

Biaya yang dikeluarkan untuk

mengurus perizinan pada awal

kurang lebih Rp.1.336.000 rupiah. Hasil industri tersebut sudah bisa di

(12)

pasarkan keluar kota dengan adanya izin dari pemerintah.

Dalam konteks sosiologi

ekonomi kepercayaan (trust)

merupakan hubungan antara kedua

belah pihak atau lebih yang

mengandung harapan yang

menguntungkan salah satu pihak atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial (Lawang, 2004: 189). Konsep utama Antara pemasok dengan pemilik industri kripik tempe sido gurih memiliki kesepakatan bahwasannya, kedelai yang dipesan kepada pemasok bahan mentah yang diambil oleh pemilik industri sistem pembayaran dibayar separo dengan kesepakatan tersebut, maka pemilik industri akan tetap berlangganan kepada pemasok kedelai Bapak Mamat.

Pada aktivitas tersebut, berbagai pihak yang terlibat resiprositas

memiliki posisi yang sama,

meskipun di antara mereka memiliki

derajat harta kekayaan dan

fungsionaris adat yang berbeda-beda. Hubungan seperti ini terjadi apabila hubungan berbagai pihak (antara individu dan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok

dengan kelompok) bersifat intim dan akrab. Dengan kata lain, mereka

yang terlibat dalam aktifitas

resiprositas saling kenal antara satu sama lain.

Dari pengamatan yang sudah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 27 Maret 2017 bahwa diantara pemilik industri dan pemasok terlihat adanya keterlekatan relasional yang merupakan tindakan ekonomi yang

disituasikan secara sosial dan

melekat (embedded) karena terjadi suatu kepercayaan yang baik antara pemilik industri dengan pemasok bahan mentah hal ini dibuktikan

dengan adanya tindakan saling

mempercayai dan jujur dalam

bertransaksi jual beli. Walaupun diantara mereka yang kadang terjadi perselisihan paham tetapi itu hanya bersifat sementara.

Dalam hubungan pelanggan terjadi hubungan interpersonal antara penjual dan pembeli yang melibatkan

berbagai aspek sosial, budaya,

agama, dan politik dalam kehidupan mereka berdua. Proses ini terus berlangsung terus-menerus sampai ada kepastian dan kepercayaan dari kedua belah pihak bahwa berbagai

(13)

informasi telah terjadi dan telah menguntungkan kedua belah pihak.

Menurut Weber, tindakan sosial jika dilihat dari kasus pemilik industri tempe dengan pemasok tergolong dalam tindakan rasional instrumental. Dimana tindakan yang mereka lakukan ditentukan oleh

harapan-harapan yang memiliki

tujuan yang ingin mereka capai. Adapun harapan-harapan dari para pemilik industri kripik tempe kepada pemasok adalah agar bahan mentah tetap lancar dan kripik tersebut laku dipasarkan.

B. Jaringan Meso Antara Pemiliik Industri Sido Gurih dengan Industri Lainnya

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan, jaringan sosial yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu adanya keterlekatan relasional yang merupakan tindakan ekonomi yang

disituasikan secara sosial dan

melekat (embedded) dalam jaringan

sosial personal yang sedang

berlangsung diantara para aktor (sesama pemilik industri kripik tempe). Hubungan antara sesama pemilik industri terjadi hubungan interpersonal yang melibatkan aspek

sosial, budaya, agama dan politik dalam kehidupan mereka.

Pada aspek sosialnya

contohnya pemilik industri kripik tempe saling berinteraksi dan saling tolong menolong dalam menjual barang produksinya apabila barang yang diinginkan konsumen tidak adaditempatnya.Merekasaling

mempromosikan industri tempe

lainnya. Ketika salah satu dari ke 3 produksi mengalami masalah tentang kripik yang kurang bagus cara pembuatannya, maka salah satu dari industri misal industri matahari yang mengalami masalah tempe yang dibungkus kurang bagus maka, industri matahari bertanya kepada industri sido gurih. Bagaimana cara pembuatan tempe basah ketika tempe

tersebut hitam dalam waktu

semalam. Hubungan antara ketiga produksi memiliki hubungan yang bagus saling memberikan informasi antara sama lain. kripik tersebut Kripik tempe produksi sido gurih

habis dan konsumen memiliki

keinginan untuk membeli produk sido gurih maka, pemilik industri

menawarkan kepada konsumen

(14)

matahari ada kalau tidak mau menunggu waktu produksi tempe berikutnya.

Ulasan dari teori yang

dikemukakan oleh Weber seseorang yang berasumsi dalam bertindak tidak hanya sekedar melaksanakan, tetapi juga menempatkan diri dalam lingkungan berpikir dan perilaku orang lain. Menurut Weber untuk

memahami motif dan makna

tindakan manusia itu terkait dengan tujuan. Dengan begitu, tindakan

individu adalah suatu tindakan

subjektif yang merujuk pada suatu motif tujuan (in onder to motive) yang sebelumnya mengalami proses intersubjektif berupa hubungan tatap muka, atau face to face relationship antar person yang bersifat unik. Tindakan rasional seperti itu adalah suatu tindakan yang bertujuan atas dasar rasional nilai yang berlaku dan bersifat afektual, yaitu tindakan yang

terkait dengan kemampuan

intelektual dan emosi, serta

berdasarkan atas pemahamaN makna subjektif dari para aktor itu sendiri.

Hal tersebut mencerminkan bahwa mereka telah menjunjung tinggi nilai etika dan agama, sebab di

dalam pergaulan didalam masyarakat telah ada tuntutan agar kita harus bergaul dengan tetangga kita dengan penuh sopan santun. Begitu juga di dalam agama yang telah menuntun kita agar saling tolong-menolong antara sesama makhluk sosial.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan di Jorong Padang Bintungan, Nagari Sialang Gaung, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten

Dharmasraya mengenai jaringan

sosial usaha kripik tempe dapat disimpulkan bahwa, pada penelitian ini ditemukan ada jaringan sosial pada usaha kripik tempe sebagai berikut:

1. Jaringan Mikro

Pada penelitian ini ditemukan

jaringan mikro antara pemilik

industri kripik tempe dengan

pemasok bahan mentah. Ketika pemilik industri dengan pemasok berinteraksi dalam suatu transaksi bisnis dan berahir dengan jual beli maka hal tersebut bisa menjadi simpul bagi terbentuknya ikatan pelanggan antara mereka berdua. 2. Jaringan Meso

(15)

Pada penelitian ini ditemukan jaringan meso yaitu antara produsen

sekaligus pemilik industri satu

dengan yang lainnya. Fungsi pelicin dalam jaringan sosial pada tingkat meso dapat dilihat dari berbagai kemudahan yang diperoleh para

anggota kelompok produsen

sekaligus pemilik industri kripik tempe.

DAFTAR PUSTAKA

Astamoen, Moko. 2008.

Entrepreneurship dalam

Perspektif Kondisi Bangsa

Indonesia. Bandung:

Alfabeta.

Bungin. 2001. Metodologi

Penelitian Sosial. Bandung:

Erlangga University Press.

Damsar dan Indrayani. 2009.

Pengantar Sosiologi

Ekonomi. Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group.

Muchtadi, T.R. et al. 2010.

Teknologi Proses

Pengolahan Pangan.

Bogor: Alfabeta, CV. IPB.

Nitisusastro, Mulyadi. 2012.

Kewirausahaan Dan

Manajemen Usaha Kecil.

Bandung: Alfabeta.

Sulistyowati, A. 1999. Membuat

Kripik Buah Dan Sayur.

Cetakan 1. Jakarta: Puspa Swara.

Putra, Heddy Shri Ahimsa. 2003.

Ekonomi Moral, Rasional, Politik Dalam Industri Kecil Di Jawa: Yayasan Adikarya

Ikapi Dan Ford Fundation.

Wirawan. 2012. Teori-Teori Sosial

Dalam Tiga Paradigma.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Gambar

Gambar  5.1  Peta  Konsep  Jaringan  Sosial Kripik Tempe.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini dilakukan penentuan hubungan antara konsentrasi kalkon dengan arus puncak terhadap larutan standar Co(II) 10 μg/L dan Ni(II) 50 μg/L dengan potensial

 Elemen Utama Kawasan yang akan dikembangkan, misal : Koridor (jalan, sungai dll), Ruang Terbuka (Open space, RTH dll), Persimpangan (Intersection) dll sesuai

Pengalaman hidup baik yang positif maupun yang negatif dapat mempengaruhi sistem spiritualitas seseorang. Sebaliknya dapat dipengaruhi juga oleh bagaimana seseorang mengartikan

Berdasarkan permasalahan terhadap diazepam tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji ketersediaan diazepam nasional untuk kebutuhan medis serta mengetahui faktor

Kompetensi kepribadian yang harus guru Pendidikan kewarganegaraan berbasis penguatan pendidikan karakter yaitu memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan norma agama,

Jumlah rumah tangga usaha pertanian kelompok umur antara 15-24 tahun dengan kepala rumah tangga laki-laki tercatat sebesar 4,57 ribu rumah tangga, lebih tinggi daripada kepala

Harvested area, production and average of wetland paddy production by village in Nanggulan Subdistrict 2008 Nama Desa Villages Luas Panen Harvested area (Ha) Produksi

[r]