• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

SINERGI

ESA HILANG DUA TERBILANG

M E D I A P E M E R I N TA H K O TA T E B I N G T I N G G I

SINERGI

R E F E R E N S I T E B I N G T I N G G I D E L I

0 0 1 4 7

771979 8 0 0 8 8 5

9

Edisi No : 147 | Tahun XIII

Maret 2015

(2)

SINERGI

Dari Redaksi

Pimpinan Redaksi Drs.BAMBANG SUDARYONO

Pembaca budiman…

T

anpa terasa tiga bu-lan sudah hari-hari di tahun 215 ber-jalan tanpa kom-promi. Hari-hari itu seolah berjalan menggilas siapa saja yang terlena. Seperti pedang yang tajam, waktu akan memeng-gal siapa saja yang terlena. Seperti silet, w a k t u a k a n memotong nadi kehidupan kita tanpa rasa kasihan, sehingga b a g i mereka yang lalai, tanpa sadar dirinya su-dah berada di ujung kehidupan.

Edisi Sinergi di bulan ketiga 2015 ini, memfokuskan ka-jian utamanya pada persoalan aset Pemko Tebing Tinggi yang selama ini cenderung menjadi pembic-araan tanpa ujung. Telah mencapai empat tahun Ranperda soal pen-gelolaan aset Pemko Tebing Tinggi terpendam di DPRD, tanpa ada niat untuk membahasnya. Parahnya, keengganan untuk membahas Ran-perda itu didasari oleh asumsi poli-tik yang salah dari DPRD sendiri. Ranperda itu tidak dibahas, ka-rena diasumsikan, menjadi upaya Pemko Tebing Tinggi menghapus sejumlah aset yang ada selama ini.

Selain itu, tidak dibahas dan disahkannya Ranperda aset itu, menjadikan persoalan aset tumbuh seperti duri dalam daging Pemko Tebing Tinggi. Hal itu terbukti, ketika 2011, Pemko Tebing Tinggi harus menerima catatan disclaimer dari BPK RI, karena ketidak jela-san pengelolaan aset dimaksud. Lebih parah dari itu, cacat yang tak disengaja itu pun kemudian, diar-ahkan menjadi senjata bagi public untuk melakukan tekanan terha-dap kinerja Pemko Tebing Tinggi. Hingga kini, dugaaan yang dilansir sebuah LSM Jakarta bahwa Tebing Tinggi kota terkorup, menjadi in-gatan public yang susah untuk dihilangkan. Padahal, dugaan itu terjadi karena kesalahan yang se-benarnya tak ada kaitannya dengan moral para birokrat kota ini. Kami pun mengajukan sejumlah tulisan dalam upaya memahami apa dan bagaimana aset itu sebenarnya, kemudian bagaimana pengelolaan-nya dan apa pula dasar hukumpengelolaan-nya.

Pembaca sekalian…

Selain itu, dalam edisi ini sejumlah rubric juga ami tampil-kan meski dengan ritme kerja yang terkesan tergesa-gesa. Ada rubric pendidikan, ada pula rubric kes-ehatan, tak lupa pula rubric ling-kungan hidup, wanita, hukum, par-lementaria, agama maupun sosial.

Untuk rubric pendidikan, ada cerita tentang upaya SMAN 2 membangun masjid megah di kom-plek sekolah mereka. Upaya itu dilakukan dengan gotong royong sebagai wujud kepedulian warga sekolah meningkatkn semangat spiritualitas. Pada rubric ekonomi, kami masih emfokuskan mata pada persoalan mendasar masyarakat kecil, yakni gas 3kg yang terus saja bergejolak dalam penyediaannya di tengah masyarakat kecil. Per-mainan gas itu, telah meningkat-kan ketidak percayaan masyarakat atas p e n g e l o l a a n n e g e r i ini.

Persoalan gas 3kg ini di-hubungkan dengan kian beratnya

tanggung jawab wanita terhadap kehidupan rumah tangga mereka, setelah berbagai bahan pokok naik, akibat fluktuasi dunia. Begitu pula di halaman parlementaria, terjadi proses sulit dalam penempatan pedagang kaki 5 di berbagai loka-si inti kota. Sejak lama,memang persoalan pedagang kaki 5 men-jadi pembahasan di kalangan legislative, karena banyak tarik menarik dalam berbagai kepent-ingan antara satu dengan lain-nya. DPRD memang memfokus-kan pembahasan dalam masalah pedagang ini, karena persoalan-nya memang sudah berlarut-larut. Selain itu, pada rubrik lain, kami juga menyuguhkan sejum-lah rubrik yang kami nilai pent-ing, misalnya dalam rubrik hukum yang membahas komitmen Ko-ramil 13 dalam rangka pelestarian Balai Kerapatan Kerajaan Negeri Padang yang kini menjadi mar-kas mereka. Koramil 13 berjanji akan terus melestarikan bangunan itu, karena bangunan itu merupa-kan identitas kota Tebing Tinggi yang masih tersisa hingga kini.

(3)

SINERGI DUA TERBILANG

KETUA PENGARAH

Ir.Umar Zunaidi Hasibuan, MM ( WaliKota Tebing Tinggi )

WAKIL KETUA PENGARAH

Ir.H.OKI DONI SIREGAR ( Wakil WaliKota Tebing Tinggi )

PENGENDALI

H. Johan Samose Harahap, SH, MSP (Sekdako Tebing Tinggi Deli )

PENANGGUNG JAWAB

Ir. H. Zainul Halim

(Asisten Administrasi Umum )

PIMPINAN REDAKSI

Drs. Bambang Sudaryono (Kabag Adm. Humas PP)

WAKIL PIMPINAN REDAKSI

Maslina Dalimunthe.SE (Kasubag Adm. Humas PP)

BENDAHARA :

Zulhadin, SH

KOORDINATOR LIPUTAN

Drs Abdul Khalik, MAP

SEKRETARIS REDAKSI

Dian Astuti

REDAKSI

Rizal Syam, Khairul Hakim, Juanda, Ulfa Andriani,S.Sos

LAYOUT DESAIN GRAFIS

Aswin Nasution, ST

FOTOGRAFER :

Sulaiman Tejo, Agung Purnomo

KOORDINATOR DISTRIBUSI

Edi Suardi, S.Sos Ridwan Tomy Erlangga

LIPUTAN DAN REPORTER

Wartawan Unit Pemko Tebing Tinggi

Redaksi menerima tulis,photo juga surat berisi saran penyempurnaan dari pembaca dengan melampirkan tanda pengenal (KTP, SIM, Paspor) dan Redaksi berhak mengubah tulisan

sepan-jang tidak mengubah isi dan maknanya. Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Protokol Sekreariat Daerah Kota Tebing Tinggi Jl,Dr Sutomo No : 14 Kota Tebing Tinggi Eimail :

sinergi@tebingtinggikota.go.id

Facebook :

majalah_sinergi@tebingtinggikota.go.id

TERBIT SEJAK 16 Juli 2002 SK WALIKOTA TEBING TINGGI

NO.480.05/ 286 TAHUN 2002

SINERGI

Wakil Pimpinan Redaksi MASLINA DALIMUNTHE,SE

ESA HILANG DUA TERBILANG

J A J A R A N R E D A K S I TA H U N 2 0 1 5

REFERENSI TEBING TINGGI DELI

D A F T A R I S I

Mengelola Aset Daerah

UTAMA

Mengenal Aset Pemko Tebing Tinggi Menertibkan Aset Negara

Penertiban Aset-Aset Negara/Daerah Optimalisasi Pengelolaan Aset Daerah

PENDIDIKAN

SMAN 2 Tebing Tinggi Bangun Masjid Megah

EKONOMI

Balada BBM Dan GAS 3 Kg Di Tebing Tinggiomi

Di Tebing Tinggi Terdapat 12 Jenis Pangan Turun, 7 Naik

KESEHATAN

Sebagian Besar Jajanan Di SMP T.Tinggi Tak Penuhi Syarat

HUKUM

Siap Lestarikan Balai Kerapatan Negeri Padang Tebing Tinggi

LINGKUNGAN HIDUP WANITA

LENSA PEMKO PEMKO KITA PARLEMENTARIA IKLAN OVOP GRATIS TEPIAN Layout Desain Grafis

ASWIN NAST,ST

Foto Grafer Sinergi SULAIMAN Foto Grafer Sinergi

AGUNG PURNOMO Distributor

(4)

SINERGI

M o m e n t u m

(5)
(6)

SINERGI

Sinergitas

B

arang milik daerah atau aset daerah, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pemerintahan dae-rah. Adanya aset daerah dikare-nakan adanya anggaran belanja daerah atau barang yang talah dihibahkan untuk daerah. Aset daerah adalah kekayaan daerah yang harus dijaga dan dikelola dengan baik.

Barang Milik Daerah berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2004 adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang didapat secara sah. Selanjutnya pengertian Barang Milik Daerah berdasarkan PP Nomor 6 Tahun 2006, adalah sebagai berikut: 1. Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD. 2. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, meliputi: a. Barang yang diper-oleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis. b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian /kontrak. c. Barang yang diperoleh berdasarkan ke-tentuan undang-undang, atau d. Barang yang diperoleh berdasar-kan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Sedangkan aset dae-rah, sebagaimana dikutip dari Modul Diklat Teknis Manajemen Aset Daerah, LAN-2007, sep-erti berikut ini: Asset atau Aset ( dengan satu ‘s’) yang telah di Indonesiakan secara umum adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai: 1. Nilai ekonomi (economic value), 2. Nilai komersial (commercial value) atau 3. Nilai tukar

(ex-change value); yang dimiliki oleh instansi, organisasi, badan usaha ataupun individu perorangan. Dengan demikian, aset adalah barang, yang dalam pengertian hukum disebut benda, yang terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak, baik yang ber-wujud (tangible) maupun yang tidak berwujud (Intangible), yang tercakup dalam aktiva/kekayaan atau harta kekayaan dari suatu instansi, organisasi, badan usaha atau individu perorangan.

Sedangkan pengertian Aset sebagaimana disebut dalam Buletin Teknis, Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sum-ber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Pengelolaan aset daerah me-jadi kewajiban dari kita semua. Pemerintah dan masyarakat harus bersinergi menjaga keberadaan aset daerah tersebut. Karena itu penelolaan yang diperlukan adalah meliputi: 1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran; 2. Pengadaan; 3. Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran; 4. Penggunaan; 5. Penatausahaan; 6. Pemanfaatan; 7. Pengamanan dan pemeliharaan; 8. Penilaian; 9. Penghapusan 10. Pemindahtanga-nan; 11. Pembinaan, pengawasan

dan pengendalian; 12. Pembi-ayaan; 13. Tuntutan ganti rugi.

Kendatian demikian, pengelolaan Barang Milik Daerah atau aset daerah sebagai bagian dari Pengelolaan Keuangan Daerah yang dilaksanakan secara terpisah dari Pengelolaan Barang Milik Negara.

Pelaksanaan pengelolalaan ini harus berdasarkan pada be-berapa asas:

1. Azas fungsional, yaitu pengam-bilan keputusan dan pemecahan masalah di bidang pengelolaan BMD yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, peng-guna barang, pengelola barang dan Kepala Daerah sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing;2. Azas kepastian hukum, yaitu pengelolaan BMD harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan;3. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelo-laan BMD harus transparan terha-dap hak masyarakat dalam mem-peroleh informasi yang benar; 4. Azas efisiensi, yaitu pengelo -laan BMD diarahkan agar BMD digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diper-lukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal; 5. Azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan BMD harus dapat dipertanggung-jawabkan kepada rakyat; 6. Azas kepastian nilai, yaitu pengelolaan BMD harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pe-manfaatan dan pemindahtanganan BMD serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah.

(Khairul Hakim)

(7)

SINERGI

Utama

D

alam sebuah dialog yang dilakukan wartawan dengan mantan wali kota Tebing Tinggi Drs. H. Amiruddin Lubis, di kediamannya sekira 2013 lalu, terungkap kisah bahwa Drs. H. Amiruddin Lubis kala memimpin (1975-1985) giat melakukan pembangunan fisik di kota Tebing Tinggi. Pembangunan fisik itu terkait dengan program Instruksi Presiden (Inpres) dengan fokus pada sektor pendidikan dan kesehatan, selain sektor ekonomi.

Diakui mantan wali kota Tebing Tinggi itu, saat memban-gun sekolah maupun pusat kes-ehatan masyarakat (Puskesmas), banyak lahan yang diberikan oleh masyarakat secara cuma-cuma alias tanpa dibayar. Luas lahan yang diberikan untuk pertapakan sekolah dan puskesmas itu,

terka-dang bisa mencapai 1 hektar lebih. Lahan pemberian secara gratis itu tersebar di berbagai kampung dan hingga kini lahan dan bangu-nan sekolah dan puskesmas terus digunakan oleh pemerintah kota. Ada belasan komplek sekolah yang kini masih terus beroperasi, demikian pula dengan puskesmas.

Namun, seiring dengan waktu, lahan yang dihibah-kan masyarakat kepada Pemko Tebing Tinggi di masa wali kota Drs. H. Amiruddin Lubis, mulai dipermasalahkan ahli waris. Dari sejumlah kabar, ada ahli waris yang menyerahkan lahan sekolah kepada Pemko Tebing Tinggi mulai mempertanyakan lahan itu, bahkan ada yang sudah menggu-gatnya. Malangnya, Pemko Tebing Tinggi sendiri tidak memiliki arsip terkait dengan hibah lahan untuk bangunan sekolah dan puskesmas

itu. Akhirnya, ada di antara lahan itu, kemudian harus ‘kembali’ kepada ahli waris, karena alas hak atas lahan sekolah itu tak dimiliki Pemko Tebing Tinggi.

Aset Pemko Tebing Ting-gi, tidak hanya di masa mantan Wali Kota Drs.H Amiruddin Lubis saja, tapi sebelum beliau, banyak aset Pemko Tebing Tinggi yang disumbangkan oleh para wali kota yang pernah memimpin kota Tebing Tinggi. Sebut saja, misalnya Kantor Tarigan, berupa lahan SMAN 1 dan SMAN 3 (eks SPG) kota Tebing Tinggi. Atau lahan GOR Marah Halim di Jalan Thamrin yang merupakan aset Pemko Tebing Tinggi di masa mantan walikota H. Sanggup Ketaren. Sedangkan lahan perlu-asan yang diperoleh mantan wali kota Hj. Rohani Darus Daniel. SH seluas 48 hektar, di Kel. Tanjung

Mengenal Aset Pemko Tebing Tinggi

(8)

SINERGI

Utama

Marulak, Kec. Rambutan, faktanya kini banyak yang telah beralih kepada berbagai kalangan dengan proses yang juga harus dipertan-yakan.

Potensi adanya guga-tan terhadap aset Pemko Tebing Tinggi, ke depan akan semakin meninggi, mengingat kebutuhan lahan yang semakin besar, se-hingga godaan untuk mengambi kembali aset yang dihibahkan kepada Pemko Tebing Tinggi akan berlanjut. Apalagi potensi itu sendiri dipicu oleh sikap acuh tak acuh atau paling tidak lamban dari Pemko Tebing Tinggi terhadap pendataan dan pendaya gunaan aset. Salah satu di antara potensi hilangnya aset, adalah terjadinya regrouping terhadap sejumlah SD di kota Tebing Tinggi. Dari banyak regrouping itu, ada lahan yang akhirnya terlantar atau diberikan kepada instansi lain, dengan alas hak hibah yang juga dipertanya-kan.

Kepala Badan Kesatuan Bang sa Politik dan Perlind-ungan Masyarakat (Kesbangpol Linmas) Amas Muda, SH, dalam perbincangan dengn SINERGI, mengakui adanya potensi akan hilangnya aset Pemko Tebing Tinggi, jika tidak dilakukan penda-taan dan pengesahan aset Pemko Tebing Tinggi, khususnya terhadap lahan sekolah dan puskesmas yang awalnya hibah masyarakat. Meski diakui Pemko Tebing Tinggi mela-lui Bagian Barang Daerah sudah mulai melakukan pendataan dan pengesahan aset. Bahkan, diakui sejumlah aset sudah didirikan plank untuk menyatakan status lahan dan banguna sebagai milik Pemko Tebing Tinggi.

“Kita sekarang sedang berlomba dengan waktu, memper-tahankan aset atau malah kehilan-gan aset,” tegas Kaban Kesbang-pol dan Linmas Amas Muda, SH. Alasannya, dari banyak aset Pemko Tebing Tinggi, ada lahan yang kepemilikannya belum jelas, padahal di atas lahan itu terdapat bangunan milik Pemko Tebing Tinggi.

Tak hanya itu, selain pen-dataan aset yang lamban, banyak pula di antara aset yang terdaftar justru tak pernah dihapus. Aki-batnya, aset bergerak yang sudah puluhan tahun, bahkan ‘bangkain-ya’ pun sudah tak ada, tetap ter-daftar sebagai aset. Menurut Amas Muda, SH, ada banyak aset berger-ak mulai dari kenderaan hingga kepada alata-alat kantor semisal kursi, meja dan lain sebagainya, masih terdaftar dalam buku aset, padahal bangkai dari aset itu saja pun sudah tak ada lagi. Tidak mengherankan jika kemudian, aset itu tetap dihargai dalam audit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI. “Setahu saya inilah pangkal masalah terjadinya tudingan dari LSM, bahwa ada korupsi di Pemko Tebing Tinggi, karena data aset ada, tapi fakta aset itu sendiri tak ada,” ungkap Amas Muda, dalam perbincangan di ruang kerjanya. Akibat lain, adalah terjadinya disclaimer atas laporang keuangan Pemko Tebing Tinggi pada 2012 lalu, karena banyak di antara aset itu tak terlihat lagi wujudnya.

Kondisi anomali aset itu, parahnya berbuntut panjang ketika DPRD kota Tebing Tinggi sendiri tak mau mengesahkan penghilan-gan aset Pemko Tebing Tinggi yang memang sudah tak ada. Justru ketidak mauan itu, berlatar belakang pada kecurigaan ke mana larinya aset di maksud. Padahal, aset yang dicurigai itu, adalah aset bergerak yang lazimnya merupa-kan aset habis pakai, semacam kenderaan bermotor, alat-alat tulis dan alat-alat penunjang peker-jaaan. Anggota DPRD kota Tebing Tinggi Ogamota Hulu, SH, MH, melansir bahwa Ranperda Aset yang diajukan Pemko Tebing Tinggi, telah ‘ngangkrak’ tak diba-has selama empat tahun. Akhirnya, Ranperda aset itu dikembalikan kepada Pemko Tebing Tinggi un-tuk diperbaiki, setelah empat tahun tak dibahas Dewan.

Melihat kondisi demikian, sudah seharusnya ada upaya dari Pemko Tebing Tinggi untuk mn-goptimalkan kinerja dalam rangka

menyelamatkan aset Pemko Tebing Tinggi yang awalnya sebagian besar merupakan hibah masyarakat untuk pembangunan kota ke depan. Akan sangat riskan, jika pegorbanan masyarakat yang menghibahkan lahannya untuk pembangunan justru belakangan statusnya menjadi tak jelas, bah-kan bisa hilang. Demikian pula dengan aset bergerak yang banyak diparsoalkan masyarakat yang tidak mendapat informasi ten-tang aset Pemko Tebing Tinggi, sehingga menjad cerita miring yang merusak citra Pemko Tebing Tinggi.

Ada beberapa hal yang harus segera dilaksanakan oleh Pemko Tebing Tinggi, yakni mey-akinkan DPRD bahwa Ranperda itu penting untuk menjadi dasar hukum dalam menghilangkan aset yang memang sebenarnya sudah tidak ada lagi, karena berba-gai faktor, khususnya pada aset bergerak. Dasar hukum itu, akan menjadi modal bagi Pemko Tebing Tinggi dan DPRD, dalam rangka penataan kembali aset-aset yang ada saat ini, sebelum persoalan yang ada berkepanjangan, se-hingga memakan energi birokrasi yang bersifat percuma. Sedangkan aset tak bergerak, seperti tanah dan bangunan sudah saatnya diperce-pat pendataannya dan pendaftaran-nya ke BPN untuk memperjelas status hukum aset itu.

Sinergisitas antara Pemko dan DPRD kota Tebing Tinggi sangat diperlukan, dalam bentuk kesepahaman dan saling percaya terhadap keberadaan aset bergarak maupun tak bergerak. Sebab, jika pembahasan Ranperda Aset di mu-lai dari sikap tidak mempercayai mitra kerja, sama saja dengan me-munculkan potensi kegagalan yang besar, sehingga Ranperda aset yang tak dibahas akan menjadi beban sejarah di masa mendatang. Membuang sikap tidak percaya terhadap mitra kerja, adalah salah satu saran terpenting agar kunci masalah aset ini bisa dibuka dan persoalan bisa diurai secara baik. Wallahu a’lamu bi ash shawab.

(9)

SINERGI

Utama

D

i media cetak dan

elektronik diberita-kan, dalam penerti-ban aset sering ter-jadi keributan atau penolakan seperti dalam pengo-songan atau penertiban rumah di-nas, tanah, atau bangunan milik negara. Bahkan, baru-baru ini se-orang mantan petinggi TNI juga mempunyai masalah hukum yang berkaitan dengan aset negara. Ini menandakan ada permasalahan dalam pengelolaan aset negara.

Peraturan Pemerintah No-mor 6 Tahun 2006 tentang Pengelo-laan Barang Milik Negara/Daerah menegaskan, pengelolaan aset ne-gara ditangani Menteri Keuangan selaku bendahara umum negara, sedangkan pimpinan kementerian/ lembaga negara merupakan peng-guna barang milik negara. Para-digma dalam pengelolaan aset ini

perlu disosialisasikan ke berbagai instansi K e m e n t e r i a n / l e m b a g a ataupun terhadap masyarakat yang mendapat manfaat dalam peng-gunaan barang milik negara. Aset negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara atau yang berasal dari per-olehan lainnya yang sah, seperti hibah/sumbangan, pelaksanaan dari perjanjian/kontrak, keten-tuan undang-undang, atau putu-san pengadilan yang telah mem-peroleh kekuatan hukum tetap. Agar tugas dan fungsi pen-gelolaan aset dapat berjalan den-gan baik perlu ada dukunden-gan bu-kan hanya dari internal pengelola, seperti sikap profesional dalam mengelola aset, prosedur kerja dan kebijakan yang baik, tetapi juga dukungan berbagai lembaga atau instansi pengguna, mulai proses

inventarisasi sampai dengan per-tanggungjawabannya. Untuk terca-painya upaya ini perlu kerja keras mengingat problematika pengelo-laan aset negara sangat kompleks Basis data

Penertiban barang milik negara meliputi kegiatan inven-tarisasi, penilaian, dan sertifikasi seluruh aset negara agar tercapai pengelolaan yang tertib, efektif (berdaya guna), efisien (berhasil guna), dan akuntabel. Tujuannya untuk melakukan pemutakhiran pembukuan barang milik negara pada sistem aplikasi, mewujud-kan penatausahaan di seluruh satuan kerja instansi pemerintah pusat, menyajikan koreksi nilai aset tetap, dan melakukan tindak lanjut penatausahaan dan pengelo-laan yang tertib dan optimal. Apa-bila hal ini telah terlaksana akan diperoleh basis data yang baik.

Menertibkan Aset Negara

Photo SINERGI/ist

(10)

SINERGI

Utama

Dengan basis data yang baik akan dapat diketahui aset apa saja yang (masih) dimiliki/ dikuasai dan di mana keberadaan barang milik negara tersebut. Pen-gelola akan mengetahui siapa yang bertanggung jawab atau yang me-manfaatkannya dan berapa nilai aset yang dimiliki/dikuasai. Selan-jutnya, bagaimana pemanfaatan dari setiap aset yang dimiliki/ dikuasainya, yang kemudian di-lakukan pengamanan administratif yang didukung dengan penga-manan fisik dan yuridis yang baik. Apabila basis data baik, pe-manfaatannya harus memberi nilai tambah bagi kepentingan ekonomi nasional dan bagi kemakmuran rakyat. Institusi pengelola aset se-lanjutnya dituntut dapat melakukan prinsip pemanfaatan yang optimal, sehingga aset yang telah didata dan dinilai seperti rumah dinas, tanah, bangunan, stadion, jembat-an, irigasi, mercusuar, atau stasiun pemancar, tidak menjadi modal sia-sia yang tidak bermanfaat.

Penertiban aset bukan seka-dar tindakan administratif mengin-ventarisasi dan menilai aset, tetapi untuk mengetahui nilai aset ne-gara secara keseluruhan dan jum-lah serta nilai aset yang idle. Hal itu harus dilakukan dengan benar, yaitu inventarisasi dan penilaian dilakukan sesuai dengan standar metodologi, dan lengkap, yaitu menyeluruh terhadap aset negara di semua instansi pemerintah ter-masuk unit vertikal di bawahnya. Kontribusi pengelolaan aset negara yang baik akan diperoleh, penghe-matan belanja modal dan belanja pemeliharaan, memberikan kon-tribusi peningkatan penerimaan negara bukan pajak (apabila aset dapat memberi manfaat ekonomi dan sosial) dan sebagai pendukung pembiayaan anggaran pendapatan dan belanja negara melalui

jami-nan aset (underlying asset). Untuk mencapai hal tersebut perlu ren-cana strategis yang jelas, karena perencanaan strategis ini men-yangkut keputusan sekarang un-tuk kepentingan masa mendatang.

Peran Masyarakat

Dalam penertiban aset ne-gara, penjelasan kepada peman-gku kepentingan perlu dilakukan terus-menerus agar dapat diper-oleh pemahaman yang baik dan persepsi yang sama mengenai pengelolaan aset negara. Rasa ikut memiliki masyarakat terha-dap aset negara juga perlu ditum-buhkan yang diwujudkan dalam bentuk keterlibatan masyarakat dalam merawat dan mengaman-kan aset negara dengan baik, se-hingga meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengamanan dan pemeliharaan aset negara.

Selama ini, ada pandan-gan sebagian anggota masyarakat, barang milik negara adalah mi-lik rakyat secara bersama, yang diwujudkan adanya usaha untuk memanfaatkan dan memiliki/ menguasai tanpa memperhati-kan kaidah-kaidah hukum yang

berlaku, seperti penguasaan ru-m a h d i n a s , p e n y e r o b o t a n d a n penjarahan tanah-tanah negara.

Hakikat dari penertiban diharapkan dapat menciptakan keadaan yang lebih baik dalam pengelolaan aset negara dan adan-ya tertib administrasi pengelo-laan aset dapat mencegah asset laundering, yaitu beralihnya aset negara melalui penyelundupan hukum tanpa disadari pengelola aset. Untuk itu, diperlukan kebera-nian dan terobosan dalam men-goptimalkan aset negara sehingga memberi manfaat dari aspek pen-erimaan dan dari sisi pengelolaan administrasi. Tanpa hal itu, kita hanya akan mengulang pola lama yang tidak menghasilkan sesuatu yang baru dalam pengelolaan aset negara, padahal di satu sisi, upaya ini menghabiskan energi, wak-tu, dan biaya yang tidak sedikit. Apabila fungsi pengelolaan aset dapat berjalan dengan baik maka upaya mewujudkan pengelo-laan aset negara yang profesional, sehat, dan modern dapat tercapai. Untuk itu, mari benahi aset ne-gara. Kalau bukan sekarang ka-pan lagi. Tredi Hadiansyah, Opini Pikiran Rakyat, 22 Februari 2010.

(11)

SINERGI

Utama

Penertiban Aset-Aset Negara/Daerah;

Tanggung Jawab Siapa?

Sarana dan prasarana fisik

tersebut antara lain berupa pen-gadaan tanah, pembangunan jalan, jembatan, gedung, pelabuhan, bandar udara, saluran irigasi, pembangkit tenaga listrik, alat angkut baik angku-tan darat maupun angkuangku-tan udara, teknologi informasi dan lain-lain disediakan oleh pemerintah den-gan menggunakan dana yang diper-oleh dari masyarakat dan disalur-kan melalui APBN/APBD. Semua barang-barang yang dibeli dengan menggunakan APBN atau perolehan lainnya yang sah menjadi kekayaan negara atau barang milik negara.

Barang milik negara yang be-rasal dari APBN atau perolehan lain-nya yang sah berada di bawah pengu-rusan atau penguasaan kementerian/ lembaga negara, lembaga pemerin-tah non kementerian, serta unit-unit dalam lingkungannya yang terdapat baik di dalam maupun di luar negeri. Dengan jangkauan yang tersebar dan luas serta jumlah yang sangat banyak maka kekayaan negara harus dikelola/ dilaksanakan dengan memperhati-kan asas-asas sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Ba-rang Milik Negara/Daerah (BMN/D)

dengan menganut asas fungsion-al, kepastian hukum, transparansi

(keterbukaan), efisiensi akunta -bilitas publik, dan kepastian nilai.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, dan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pe-manfaatan, Penghapusan, dan pemin-dahtanganan Barang Milik Negara, dikatakan bahwa proses pengelolaan BMN seperti halnya siklus logistik diawali dari Perencanaan kebutuhan dan penganggaran, Pengadaan, Peng-gunaan, Pemanfaatan, Pengamanan dan Pemeliharaan, Penilaian, Penghapusan, Pemindahtanganan, Penatausahaan, Pengawasan dan gendalian BMN, dimana dalam pen-gelolaannya harus terorganisir dengan baik sejak dari perencanaan kebutu-han sampai pengawasan dan pengen-dalian sehingga dapat terlihat dengan jelas siapa-siapa yang bertanggung jawab atas keberadaan dan peng-gunaan kekayaan negara tersebut. Berdasarkan PP No. 6 Ta-hun 2006 akan terlihat juga tugas dan tanggungjawab pengelola/pengguna BMN, Pejabat pengelolaan barang milik negara, Penyelenggara

kegia-tan, kewenangan dan tanggung jawab pejabat pengelola BMN serta ruang lingkup pengelolaan BMN. Dalam prakteknya, berdasarkan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) masih ditemukan bahwa pengelolaan kekayaan negara belum sesuai den-gan yang diharapkan, banyaknya per-masalahan yang dihadapi karena pen-gelolaannya atau administrasinya yang tidak tertib, yaitu dengan banyaknya kejadian dimana aset/milik negara/ daerah tidak dapat dikuasai negara/ pemerintah daerah dan bisa lepas dari kepemilikan negara/daerah, seperti terjadinya penyerobotan BMN, aset-aset yang tidak memiliki bukti kepe-milikan lengkap sehingga berpotensi menyebabkan sengketa, terungkapnya dugaan korupsi penjualan lahan milik negara oleh pegawai bersangkutan.

Dengan banyaknya kasus-kasus yang terjadi dalam pengelolaan BMN seperti tersebut di atas mem-buktikan tidak becusnya pengelolaan BMN oleh pejabat/pengguna BMN, sehingga perlu adanya pemahaman tentang penatausahaan yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelapo-ran BMN dengan tujuan agar terwujud tertib administrasi dan sekaligus akan mendukung tertib pengelolaan BMN.

Latar Belakang

Setiap

tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) se-lalu ada belanja modalnya. Belanja modal dimaksud adalah belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 bu-lan untuk digunakan dalam kegiatan pemer-intahan. Belanja modal tersebut terus ber-tambah dari tahun ke tahun dan menjadi kekayaan negara/daerah atau aset negara/dae-rah. Dengan dana yang tersedia setiap tahun, Pemerintah telah banyak membangun

ber-bagai sarana dan prasarana fisik untuk men -ingkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

** kh

(12)

SINERGI

Utama

Optimalisasi Pengelolaan Aset Daerah

Aset atau barang daerah merupakan potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah. Potensi

ekonomi bermakna adanya manfaat finansial dan ekonomi yang bisa diperoleh pada masa

yang akan datang, yang bisa menunjang peran dan fungsi pemerintah daerah sebagai pemberi pelayanan publik kepada masyarakat. Pemahaman akan aset bisa berbeda antara ilmu

perencanaan, manajemen keuangan, dan akuntansi.

Sumber Aset Daerah

Aset daerah diperoleh dari dua sumber, yakni dari APBD dan dari luar APBD. Secara singkat, berikut pengertian dan implikasi kedua sumber aset ini:

1. Aset yang bersumber dari pelaksanaan APBD meru-pakan output/outcome dari terealisasinya belanja modal dalam satu tahun anggaran. Namun, pengakuan besarnya nilai aset tidak sama dengan besaran anggaran belanja modal. Penafsiran atas Per-mendagri No.13/2006memang

memungkinkan kita meny-ataan bahwa besaran belanja modal sama dengan besaran penambahan aset di neraca. Hal ini kurang pas jika neraca dipandang dari konsep akun-tansi, karena penilaian suatu aset haruslah sebesar nilai perolehannya (konsep full cost). Artinya, seluruh biaya yang dikeluarkan sampai aset tersebut siap digunakan (ready to use) haruslah dihitung sebagai kos aset bersangku-tan. Dalam konsep anggaran kinerja, biaya yang dikelu-arkan adalam semua biaya

yang menjadi masukan (input) dalam pelaksanaan kegiatan yang menghasilkan aset ini. Dengan demikian, termasuk di dalamnya belanja pegawai dan belanja barang & jasa, selain dari belanja modal tentunya. Jadi, kos untuk aset adalah seluruh pengeluaran untuk mencapai outcome.

(13)

SINERGI

Utama

belanaj pegawai dan belanja ba-rang & jasa. Pemda sering men-erima aset dari pihak lain, seperti lembaga donor dan masyarakat. Saat ini, beberapa daerah me-nerima penambahan aset yang cukup signifikan dari pihak lain, seperti di Aceh, Sumut, dan DIY. Di Aceh, ALGAP dan LGSP memberikan sumbangan peralatan kerja seperti komputer jinjing, jar-ingan internet, dan printer. Belum lagi pembangunan gedung untuk perkantoran dari NGO asing.

Pengelolaan Aset

Pengelolaan aset daerah diatur dalam PP No.6/2006 ten-tang Pengelolaan Barang Milik Daerah, yang kemudian ditin-daklanjuti dengan Permendagri No.17/2007 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. Lingkup pengelolaan aset di-maksud meliputi (1) perencanaan kebutuhan dan penganggaran, (2) pengadaan, (3) penggunaan, (4) pemanfaatan, (5) pengamanan dan pemeliharaan, (6) penilaian, (7) penghapusan, (8) pemindahtanga-nan, (9) penatausahaan, dan (10) pembinaan, pengawasan, dan pen-gendalian. Sepertinya sudah diatur dengan sangat lengkap, mulai dari hulu sampai hilir. Tapi, mengapa di daerah tetap terjadi masalah?

Beberapa Isu Penting terkait Aset Daerah

1. Perencanaan dan pengang-garan. Pada praktiknya, di daerah sering dianggarkan sesuatu yang tidak dibutuhkan, sedangkan yang dibutuhkan tidak dianggarkan. Hal ini bisa terjadi karena adanya kepentingan-kepentingan tertentu, seperti rente, yang diterima oleh aparatur daerah sebelum pengadaan barang di-laksanakan. Di sebuah daerah, ketika kami diminta menyu-sun APBD-nya, ternyata ada beberapa aset yang sudah diterima dan dipakai, padahal dianggarkan saja belum. Pihak supplier (fihak ketiga) biasan -ya cuma bilang: ambil saja

dulu, masalah pembayaran kan bisa diatur dalam APBD.

2. Pengadaan. Tahapan ini paling sulit. Selain rawan dengan praktik korupsi, “ancaman” menjadi tersangka (lalu men-jadi terpidana) cukup besar. Oleh karena itu, masalaha yang paling sering muncul adalah: mekanisme pen-gadaannya penunjukan lang-sung, pemilihan langlang-sung, atau tender bebas? Yang unik, banyak aparatur daerah yang tidak mau menjadi panitia pengadaan karean takut ter-jerat kasus korupsi. Akibatnya, jikapun ikut ujian sertifikasi (sebagai syarat menjadi panitia pengadaan barang dan jasa sesuai Keppres No.80/2003), umumnya sengaja tidak me-luluskan diri. Artinya, mend-ingan ndak lulus daripada menjadi panitia lelang. Wah!

3. Pemeliharaan. Setiap pemeli-haraan terkait dengan ang-garan untuk pemeliharaan. Belanja pemeliharaan ternyata salah satu objek belanja yang paling sering difiktifkan pertanggungjawabannya. Jika dicermati dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA), atau dalam Perhitungan APBD, biasanya anggaran be-lanja pemeliharaan terealisasi

100%. Habis tak bersisa. Yang menarik, berdasarkan peneli-tian di negara-negara berkem-bang, terutama di Afrika dan Amerika Latin (IMF, 2007; World Bank, 2008) fenomena ghost expenditures merupa-kan hal yang biasa. Artinya, alokasi untuk pemeliharaan selalu dianggarkan secara incremental meskipun banyak aset yang sudah tidak berfung-si atau hilang. hal ini terjadi karena tidak adanya transpar-ansi dalam penghapusan dan pemidahtanganan aset-aset pemerintah.

4. Penghapusan. Penghapusan aset bermakna tidak ada lagi nilai suatu aset yang akan di-cantumkan di neraca. Pengha-pusan dari buku besar dilaku-kan setelah kepemilidilaku-kan aset tersebut tidak lagi di daerah, tetapi di pihak lain atau dimus-nahkan atau dibuang. Dalam persepktif akuntansi, pengha-pusan dilakukan dengan cara membuat jurnal, misalnya: mendebit rekening Ekuitas Dana-Diinvestasikan dalam Aset Tetap dan mengkredit Aset Tetap. Syukriy Abdullah, www.syukry.wordpress.com, 21/3/2015.

(Dikutip kh Untuk Sinergi).

(14)

SINERGI

Pendidikan

SMAN 2 Tebing Tinggi Ba

ngun Masjid

Megah, Harapkan Perha

tian Alumni

SMAN 2

kota Tebing Tinggi di Jalan Yos Sudarso, Kel. Rantau Laban, Kec. Rambutan, saat ini sedang membangun masjid megah di komplek se-kolah itu. Pembangunan itu dilakukan sebagai upaya peningkatan kegiatan iman dan taqwa di sekolah yang umumnya punya guru dan siswa mayoritas muslim.

Kepala SMAN 2 kota Tebing Tinggi Drs. Sa-riono didampingi Ketua Panitia Pembangunan Fais-al, ST dan Wakilnya SM Herlambang, SPd, Senin (23/3), mengatakan pembangunan masjid di komplek SMAN 2, sudah sejak lama diupayakan, mengingat saat ini saja rasio siswa dan guru, total mencapai 1.057 orang, sedangkan 690 di antaranya beragama Islam. “Mushalla yang selama ini menampung kegia-tan keagamaan sudah tak memenuhi kebutuhan, jadi kita upayakan bangunan masjid,” terang Drs. Sariono.

Diharapkan, pembangunan masjid akan mampu meningkatkan semangat beragama di kalangan guru dan siswa, misalnya melalui sho-lat zhuhur berjamaah serta sebagai sarana dakwah bagi pembinaan mental siswa, dalam mendukung program Pemko Tebing Tinggi, sebagai kota re-ligius. “Kita juga berharap masjid nantinya bisa digunakan masyarakat sekitar,” imbuh Sariono.

Ketua Panitia Faisal, ST, mengatakan pemban-gunan masjid SMAN 2 ini akan menelan dana sekira Rp450 juta. Bangunan masjid nantinya berukuran 10 x 10 meter dengan penambahan teras kiri, kanan dan depan selebar masing-masing 3 meter. “Artinya total keseluruhan bangunan masjid mencapai 16 x 16 meter dengan tinggi bangunan 4 meter,” kata Faisal. Selain itu akan dibangun juga kamar marbot masjid dan gudang.

Menurut Faisal, ST, pembangunan masjid itu merupakan swadaya guru dan siswa SMAN 2 melalui infak yang bergulir di antara siswa, sebe-lum jam pelajaran. Di mana, infak itu tidak hanya melibatkan siswa, tapi juga seluruh guru yang ada. Namun, diakui mengandalkan infak guru dan siswa saja tidak cukup, sehingga panitia juga mengedar-kan permohonan kepada Pemko Tebing Tinggi, BUMN dan BUMD di sekitar sekolah, perusahaan swasta, juga dari masyarakat muslim umumnya.

(15)

SINERGI

Ekonomi

PASCA

penurunan har-ga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin dan solar beberapa hari lalu, hampir seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di kota Tebing Tinggi diserbu masyarakat. Bahkan, tidak hanya pemilik kenderaan yang antri mengisi kenderaan, puluhan pengecer terlihat mengantri BBM dengan menggunakan jerigen. Pantauan di salah satu SPBU di kawasan Jalan KL. Yos Su-darso Kota Tebing Tinggi, antrian panjang sejumlah kenderaan bersamaan dengan antrian jerigen milik pengecer untuk membeli BBM jenis bensin. Saat dikon-firmasi, pihak Humas SPBU No 14.206.162 Jalan KL Yos Sudarso Kampung Lalang Tebing Tinggi, Panggabean mengaku pihaknya tetap memprioritaskan pemilik kenderaan bermotor dari pada pembeli dengan menggunakan jerigen.

Terkait langkanya BBM khususnya jenis bensin di sejum-lah SPBU di kota itu, Pangga-bean mengaku kondisi itu akibat tersendatnya angkutan transportasi BBM dari Pertamina ke SPBU. “Sudah dua hari ini pasokan BBM ke SPBU kami tersendat karena masalah angkutan dari Pertamina. Kemarin hanya 16 KL (kiloliter) yang masuk sedangkan hari ini, baru-baru ini, hanya 18 KL yang masuk, kami masih menunggu hingga pukul 24.00 Wib orderan sebanyak 40 KL yang sampai saat ini belum masuk juga, coba tanya-kan saja ke Pertamina ya,” tambah dia.

Pasca pengumuman penu-runan harga BBM yang disesuai-kan dengan harga minyak dunia serta harga-harga kebutuhan lain-nya oleh Presiden Jokowi, hampir

seluruh SPBU mengalami kelang-kaan stock BBM. Banyak pemilik kenderaan bermotor, mengaku ter-paksa membeli BBM ke pengecer dengan harga Rp 7.500 hingga Rp 8.000 per liter. “Sudah dua hari ini mau beli bensin tidak ada di SPBU, terpaksa beli di galon kecil (pengecer) dari pada sepeda motor tidak bisa jalan yah terpaksa beli ketengan lah,” kata Dermawan, warga Kelurahan Lalang Kecama-tan RambuKecama-tan Tebing Tinggi.

Akibatnya turunnya harga minyak dunia tersebut, BBM jenis premium resmi tu-run dari Rp 7.600 menjadi Rp 6.600 per liter dan solar turun dari Rp 7.250 per liter Rp 6.400 per liter mulai Senin, 19 Januari 2015 pukul 00.00 WIB. Penu-runan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan penurunan harga minyak dunia. Menurut Menteri ESDM Sudirman Said, harga baru premium dan solar baru berlaku mulai Senin, 19 Januari 2015 agar para pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tidak mengalami kerugian.

Antrian Terus Berlangsung Sementara itu, antrian gas 3 kg juga terus berlangsung di kota Tebing Tinggi. Pemandangan itu terus terlihat, terutama di distributor dan pengecer bahan bakar yang banyak di konsumsi

masyarakat menengah ke bawah itu. Harganya pun variatif, namun selalu dalam kondisi harga tak sta-bil dari berada di atas harga eceran tertinggi.

Dari pantauan, satu bulan belakangan, masyarakat harus antri untuk membeli gas 3 kg sejak pagi di berbagai lokasi penjua-lan gas, mulai dari distributor hingga ke pengecer. Seperti di Jalan Sudirman, Kel. Tj. Marulak, Kec. Rambutan, PT Deli Alam Jaya Lestari, setiap hari diserbu masyarakat untuk mendapatkan gas. Mereka datang pagi kemudian antri, dengan menyusun tabung pengganti di depan ruko distribu-tor gas itu.

Hal sama terlihat pula, misalnya di Jalan Cemara, Kel. Rambung, Kec. T.Tinggi Kota, di mana setiap pagi pengecer yang menjual gas harus bersitegang dengan pembeli. Pasalnya, pengec-er gas, tidak bisa menjual gas kepada masyarakat, karena paso-kan gas yang diperolehnya sudah dipesan lebih dulu oleh pelanggan lain, padahal pasokan terbatas. “Masak pengecer bilang, gas itu sudah ada yang pesan, dia bilang pemesannya orang-orang khusus,” ungkap Dewok, warga Kel. Bage-len, Kec. Padang Hilir.

Tak hanya antri,

masyarakat juga dikeluhkan den-gan harga gas yang variatif dan cenderung suka-suka pengecer. Untuk gas 3 kg harga di pengecer umumnya mencapai Rp20ribu hingga Rp25 ribu. Bahkan, pada wilayah-wilayah pinggiran kota, ditemukan harga gas mencapai Rp28 ribu/tabung. “Cemana lah di rumah mau masak juga, ter-paksalah dibeli,” ujar Sumarni, warga Desa Kuta Pinang, Kec. Tebing Syahbandar, Sergai, Senin (8/12).

Balada BBM Dan GAS 3 Kg

Di Tebing Tinggi

Walaupun antrian jeregen cukup panjang saat penurunan harga BBM kemarin, tapi kami tetap memprioritaskan pemilik

kenderaan, karena tidak mungkin kami mengusir pembeli meskipun mereka

(16)

SINERGI

Ekonomi

Namun, pasokan gas 3 kg yang terbatas serta harganya yang berada jauh di atas HET, bukan tanpa pasal. Salah seorang pengecer sempat mengeluh, karena pengguna gas 3 kg bukan hanya rumah tangga, tapi kini sudah digunakan pengusaha-pengusaha, seperti rumah makan dan usaha-usaha lainnya. “Mereka beralih ke gas 3 kg, karena gas 12 kg harganya mahal. Bayangkan kini mencapai Rp145 ribu,” cetus pengecer yang minta namanya tak dimuat.

Sebelumnya, agen resmi gas elpiji PT Deli Jaya Alam Le-stari Tebing Tinggi, Mincu men-gaku pihaknya tidak bisa menolak pembelian gas yang dilakukan oleh pengecer karena tidak ada peraturan pemerintah yang mela-rangnya. “Setiap hari saat mem-buka toko sudah ratusan warga (pengecer) yang mengantri beli gas, hanya dua jam saja semua gas elpiji 3 Kg ludes terjual, kami tidak bisa larang karena tidak ada peraturan yang melarang mereka beli disini”, tandas dia.

Gas 3Kg Terus Langka Dan Ma-hal

Masyarakat yang menjadi konsumen gas 3kg di kota Tebing Tinggi terus menjerit, karena kesulitan mencari bahan bakar untuk warga kurang mampu itu. Tak hanya sulit, gas 3kg yang merupakan konversi dari minyak tanah itu menjadi komoditi mahal, karena satu tabung harganya bisa mencapai Rp30 ribu.

Pantauan, di salah satu pangkalan gas 3kg di Jalan Gatot Subroto, kemarin, warga harus rela antri berjam-jam hanya untuk men-dapatkan gas. Namun, karena pasokan terbatas, banyak d antara pengantri yang tidak mendapat-kan gas, sehingga pulang dengan tangan hampa. Tabung gas yang dipasok terbatas, langsung diburu warga, sehingga kurang dari se-jam tabung gas itu amblas.

Salah seorang warga pen-gantri Yogi, menyatakan kecewa terhadap persediaan gas di kota Tebing Tinggi. “Ampun lah, mo-hon sama pemerintah agar bijak-sana menangani kelangkaan ini,”

ujar warga. Menurut Yogi, dulu pemerintah melakukan konversi dari minyak tanah ke gas, mak-sudnya supaya masyarakat tidak susah. Kini, justru sebaliknya masyarakat kian menderita, ka-rena keadaannya lebih parah dari sebelumnya.

Diterangkan, akibat gas langka, harga gas 3kg di pangka-lan hanya Rp18 ribu. Tapi, begitu sampai di pengecer harga gas bisa melejit hingga Rp30 ribu/ tabung. “Kalau sudah seperti ini, masyarakat kecil yang akan han-cur, harusnya pemerintah bertang-gung jawab,” keluh dia.

Sementara pemilik pangkalan Togu Sirait, mengaku tidak bisa melayani permintaan pembelian gas dari warga, karena pasokan yang diterimanya terbatas. Menu-rut Togi, jarah pasokan untuk pangkalannya hanya 80 tabung, sedangkan warga yang antri bisa mencapai 200 orang. “Kalau sudah macam gini siapa yang mau disalahkan,” bilang Togu.

Selain itu, dari banyak tabung yang dimiliki warga, ban-yak pula di antaranya tabung yang sudah kadaluarsa. Kondisi tabung demikian jelas membahayakan bagi pemiliknya. “Tadi ada ban-yak tabung yang statusnya kada-luarsa, jadi terpaksa ditolak,” ujar pemilik pangkalan.

Kelangkaan tabung gas 3kg sudah berlangsung di kota Tebing Tinggi beberapa bulan belakangan, meski pun sejumlah agen pasokannya ditambah. Bahkan, keagenan juga melakukan operasi pasar, namun seolah-olah tak punya arti. “Kalau selisih harga antara gas 3kg dan gas 12 kg seperti sekarang wajar jadi langka, karena gas untuk war-ga miskin itu dioplos,” ujar Les-mana Andika, aktifis masyarakat di Kelurahan Lubuk Baru.

Asw MASYARAKAT Tebing Tinggi yang harus natri mendapatkan GAS 3

(17)

SINERGI

Ekonomi

Selama Februari-Maret, Di Tebing Tinggi

Terdapat 12 Jenis Pangan Turun, 7 Naik

DALAM dua bulan terakhir, Feb-ruari dan Maret, terdapat 12 jenis bahan pangan pokok strategis yang mengalami penurunan dan tujuh jenis lainnya mengala-mi kenaikan di pasar kota Tebing Tinggi. Bahan pangan yang cenderung menurun terdapat pada jenis kebutuhan penunjang seperti sayur-sayuran, sedangkan yang naik pada jenis lauk pauk.

Hal itu berdasarkan laporan Kantor Ketahanan Pangan Pemko Tebing Tinggi, selama Fabruari-Maret yang diperoleh, Senin pekan ketiga Maret, dalam rangka rapat Tim Pemantau Harga Daerah (TPHD) kota Tebing Tinggi.

Ke 12 bahan pangan yang naik, yaitu, jagung pupil dari Rp4.500 menjadi Rp5.000/kg, kacang tanah dari Rp18.000 menjadi Rp19.000/kg, bawang merah dari Rp20.000 menjadi Rp24.000/kg, sedangkan

bawang putih stabil. Kemudian untuk jenis daging, terdapat kenaikan daging ayam ras dari Rp16.500 menjadi Rp17.000/kg. Ikan merupakan komiditi yang cenderung naik, misalnya ikan tongkol dari Rp26.000 naik menjadi Rp28.000/kg, ikan gembung Rp35.000 menjadi Rp42.000/kg, dan ikan dencis dari Rp25.000 menjadi Rp26.000/kaleng. Sedangkan jenis sayuran yang turun, yakni sawi dari Rp6.000 menjadi Rp8.000/ikat.

Barang-barang komoditi yang turun menun-jukkan jenis pangan beragam. Khusus untuk beras, semua jenis stabil selama Februari-Maret. Sedan-gkan bahan pangan yang turun, meliputi kacang kedele dari Rp10.000 menjadi Rp9.000/kg, ubi kayu dari Rp2.500 menjadi Rp2.000/kg, ubi jalar dari Rp5.000 menjadi Rp4.000/kg.

Selanjutnya, semua jenis cabe mengalami penurunan, misalnya cabe merah dari Rp20.000 turun menjadi Rp14.000, cabe hijau dari Rp11.000 menjadi Rp10.000/kg, sedangkan cabe kecil turun dari Rp23.000 menjadi Rp18.000/kg. Untuk jenis telur terdapat penurunan, misalnya telur ayam ras dari Rp1.200 menjadi Rp1.100/butir, telur itik dari Rp2.000 mejadi Rp1.700/butir.

Selain itu, terjadi juga penurunan pada komoditi tomat dari Rp6.000 menjadi Rp4.000/kg, kol dari Rp3.000 menjadi Rp2.500/kg, kacang panjang harg-anya stabil Rp6.000/ikat, sedangkan terong ungu dan kecil mengalami penurunan dari Rp7.000 menjadi Rp6.000/kg.

Kakan Ketahanan Pangan Pemko Tebing Tinggi Sabaruddin, S.Sos, MM, mengatakan kenai-kan pada sejumlah komoditi pangan, erat kaitannya dengan musim panen pada sentra-sentra produksi, misalnya di Karo dan Simalungun. Sedangkan kenai-kan harga pada jenis ikenai-kan, bersifat fluktuatif sesuai dengan dinamika nelayan di sekitar kota Tebing Tinggi, misalnya Pagurawan dan Bedagai. “Tapi secara umum, harga komoditi di kota Tebing Tinggi mengalami penurunan,” tegas Sabaruddin, di ruang kerjanya.

Sementara itu, sejumlah komoditi non pan-gan, yakni gas 3 kg dalam kondisi langka. Aki-batnya, harga normal di pangkalan sesuai ketentuan pemerintah, yakni Rp18.000/tabung menjadi liar dan tak stabil. Hingga di pengecer harga gas 3 kg bisa mencapai Rp30.000/tabung. Sedangkan gas 12 kg mencapai Rp136 ribu/tabung.

(18)

SINERGI

Kesehatan

BALAI

Besar Penga-was Obat dan Makanan di Medan, dalam laporan tertulisnya me-nyimpulkan dari enam SMP di kota Tebing Tinggi jadi sampel penelitian, sebagian besar pan-gan jajanan anak sekolah (PJAS) tidak memenuhi syarat. Hanya se-bagian kecil pangan jajanan anak sekolah yang memenuhi syarat.

Hal itu disampaikan Bal-ai POM di Medan, melalui surat No. HM.03.01.82.825.03.15.3141 tanggal 16 maret 2015, perihal laporan hasil Pelaksanaan KIE Keamanan P J A S dan Pengu-jian in Sito, kepada Dinas Pen-didikan kota Tebing Tinggi.

Adapun sekolah yang jadi sampel penelitian, yakni SMPN 1, SMPN 2, SMPN 4, SMPN 9, SMP Ir. H. Djuanda dan SMP Dipon-egoro. Sedangkan produk jajanan yang diteliti meliputi, roti bakar, es lengkong, bakso rebus, risol, bakso goreng, es doger, es timun, teh manis, bakso dan bakso/tahu.

Dari hasil pemeriksaan pada laboratorium mobil Balai POM, dua jenis makanan di SMPN

1, yakni roti bakar dan es leng-kong, disimpulkan terdapat mikro-biologi coliform di dalam makanan roti bakar, sehingga panganan itu tidak memenuhi syarat (TMS). Sedangkan pada es lengkong ter-dapat mikrobiologi TPC, sehingga disimpulkan minuman itu TMS.

Di SMPN 4, dilakukan pe-nelitian terhadap bakso rebus dan risol, di mana hasilnya bakso rebus mengandung mikrobiologi TPC, Coliform dan E . C o l i , sehingga dinyatakan TMS. Sedangkan pan-ganan risol dinyatakan memenuhi syarat (MS). Kemudian, hasil pe-nelitian sampel di SMPN 9, ter-hadap panganan bakso goreng, es doger dan es timun, diperoleh data bakso goreng mengandung mikro-biologi TPC, Coliform dan E. Coli, sehingga dinyatakan TMS. Se-dangkan pada minuman es doger, mengandung mikrobiologi yang sama, dan dikategorikan TMS. Namun pada minuman es timun, dinyatakan memenuhi syarat.

Pada SMP swasta Ir. H. Djuanda, dilakukan penelitian sampel terhadap teh manis dan

bakso. Diperoleh hasil teh manis mengandung mikrobiologi TPC, Coliform dan E.Coli, sehingga din-yatakan TMS, sedangkan pada jenis makanan bakso dinyatakan me-menuhi syarat. Lalu, pada SMPN 2 dengan sampel penelitian bakso/ tahu, ditemukan juga jenis mikro-biologi TPC dan Coliform, sehing-ga pansehing-ganan itu dinyatakan TMS.

Pun demikian di seluruh sekolah yang dijadikan sampel, ada hal positif yang ditemukan dari hasil penelitian itu. Di mana zat-zat makanan berbahaya, se-jenis formalin dan boraks, tidak ditemukan seluruhnya pada ma-kanan yang diteliti. Demikian pula pada jenis bahan kimia lain semi-sal M. Yellow dan rhodamin B. Boraks dan formalin meru-pakan zat kimia yang bila dikon-sumsi terus menerus akan men-imbulkan kanker. Demikian pula dengan M. Yellow dan rhodamin B. Namun, mikrobiologi TPC, Col-iform dan E.Coli bisa menjadi pe-nyebab manusia mengalami diare.

**.Kh

Hasil Penelitian, Sebagian

Besar Jajanan Di SMP T.Tinggi

Tak Penuhi Syarat

(19)

SINERGI

Hukum

Koramil 13, Siap Lestarikan Balai

Kerapatan Negeri Padang Tebing Tinggi

K O M A N D O Rayon Militer (Koramil) 13 kota Tebing Tinggi, menyatakan kesiapan un-tuk menjaga dan melestarikan Balai Kerapatan Kerajaan Neg-eri Padng Tebing Tinggi. Kesia-pan itu sebagai bentuk pembi-naan territorial (Binter) terhadap berbagai aset sejarah yang membutuhkan penyelamatan.

Hal itu ditegaskan Dan-ramil 13 Kapten Inf. Solehan, saat menerima silaturrahmi peman-gku adat Kerajaan Negeri Padang Tebing Tinggi di ruang kerjanya, Markas Koramil 13 di Jalan KF Tandean, Kamis (19/3). Pemangku adat Negeri Padang yang bersil-aturrahmi, Khuzamri Amar, SE, Juanda, Drs. Abdul Khalik, MAP, M.I.Kom dan Tengku Machmud.

Diungkapkan, sebagai aset sejarah Balai Kerapatan ini sangat penting artinya, karena menyang-kut identitas kota Tebing Tinggi. Jika Balai Kerapatan yang dulunya menjadi kantor Zelfbestuur Padang hilang, maka sejarah kota Tebing Tinggi di masa lalu turut hilang. Atas dasar itu, ujar Kapten Inf.

Sole-han, Koramil 13 yang menempati Balai Kerapatan itu siap melestari-kan dan melindungi bangunan itu. Diakui Danramil, bela-kangan ini banyak kalangan yang mencoba untuk menguasai Balai Kerapatan itu. Bahkan, telah ada pula oknum yang mengukur areal Balai Kerapatan yang kini masih menjadi Markas Koramil 13. Na-mun, upaya itu ditentang, karena Koramil 13 tahu asal usul balai kerapatan itu. “Kita tidak izinkan mereka mengukur areal ini,” te-gas Solehan. Danramil juga men-yatakan siap bekerjasama dengan pemangku adat Kerajaan Negeri Padang dalam melindungi aset sejarah kota Tebing Tinggi itu.

Kapten Inf. Solehan, juga membeberkan ada sejumlah lahan yang berada dalam pengawasan TNI, misalnya areal perumahan Batalyon di Jalan Imam Bonjol, Kel. Satria, Kec. Padang Hilir dan perumahan TNI di Kel. Persiakan, Kec. Pd. Hulu dan lahan di Jalan Sudirman yang mulai diklaim se-jumlah kalangan. “Malah di kom-plek batalyon sudah ada yang

di-jual. Kita sedang perjuangkan agar dikembalikan,” terang Danramil.

Pemangku adat Negeri Pa-dang diwakili Khuzamri Amar, SE, menyampaikan maksud silaturrah-mi, selain dalam upaya mempererat hubungan, juga menginformasi-kan keberadaan pemangku adat. Pemangku adat Negeri Padang Tebing Tinggi berharap dukun-gan dari Koramil 13 dalam pelak-sanaan kegiatan adat nantinya. “Dalam waktu dekat akan dilak-sanakan pelantikan penghulu adat, program itu membutuhkan dukun-gan Koramil 13,” harap Khuzamri Amar gelar Datuk Mufti Kerajaan Negeri Padang Tebing Tinggi.

D a l a m p e r t e m u a n i t u disepakati, pemangku adat dan Koramil 13 akan bertemu den-gan Wali Kota Tebing Tinggi Ir. H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM, dalam rangka pelestaian Balai Kerapatan Kerajaan Negeri Pa-dang Tebing Tinggi itu. “Kita akan sampaikan maksud ini kepada wali kota,” tandas Khuzamri Amar.

DANRAMIL 13 kota Tebing Tinggi Kapten Inf. Solehan bersama pemangku adat Kerajaan Negeri Padang Tebing Tinggi meninjau bangunan bersejarah Balai Kerapatan yang juga markas Koramil 13. Sinergi/A. Khalik

(20)

SINERGI

Lingkungan Hidup

Masyarakat Diajak

Tanam Dan Kembangkan

Aneka Pohon

TANAM POHON “Walikota Tebing Tinggi Ir.H.Umar Zunaidi Hasibuan. MM saat melakukan penanaman bibit pohon Tualang di areal SMKN 4 yang meru-pakan bantuan BPDAS Wampu Ular”.

Kegiatan yang diseleng-garakan atas kerjasama Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Wampu Ular dengan Dinas Pertanian Kota Tebing Tinggi itu dihadiri Kepala BPDAS Wampu Ular Muhammad Sofyan SE MSi, Kadis Pertanian Marim-bun Marpaung, para pimpinan SKPD Pemko Tebing Tinggi serta Danramil 13 Kapten Inf Solehan.

Walikota melanjutkan, se-jak lama kearifan lokal yang ada di masyarakat telah mengajarkan kepada kita tentang keaneka raga-man hayati. Para pendahulu kita, selalu memberi nama kampung dengan menggunakan nama-nama tumbuhan yang banyak terdapat di kawasan itu. Misalnya, kampung tualang, kampung durian, kam-pung jati, kamkam-pung nenas, atau kampung bulian. “Semua nama kampung itu diambil dari nama

pepohonan, selain nama etnis. Di Tebing Tinggi hal demikian juga banyak kita temukan,” ungkap Umar Zunaidi.

Dengan demikian, tambah Walikota, gerakan penanaman hutan kota melalui tanaman arbo-terum (aneka pohon) merupakan momentum membangun kembali kearifan lokal dari orang tua kita di masa lalu. “Tidak hanya SMKN 4 sebagai sekolah adiwiyata, kita minta semua sekolah dan SKPD melakukan kegiatan yang sama,” pinta Walikota.

Kadis Pertanian Marimbun Marpaung SP MSi mengatakan, kegiatan gerakan penanaman hutan kota melalui penanaman po-hon arboterum bekerjasama den-gan BPDAS Wampu Ular. Kota Tebing Tinggi melalui SMKN 4 menerima bantuan 7.500 bibit

pohon aneka jenis dan spesies ter-pilih, secara bertahap. “Pada tahap pertama diberikan 2.500 bibit po-hon mapo-honi dan 5.000 bibit popo-hon berbagai spesies”, jelasnya.

Sedangkan melalui SMKN 4 yang menjadi sekolah pembina untuk sekolah adiwiyata lain, akan disalurkan pula 500 bibit pohon arboterum. Selain itu akan diberikan bantuan alat-alat pem-buatan biopori, untuk 15 sekolah adiwiyata binaan SMKN 4.

Kepala BPDAS Wampu Ular M Sofyan SE MSi menga-takan, akan menyalurkan pula bantuan bibit pohon penghijauan berupa 20 ribu bibit pohon sen-gon, 5 ribu bibit pohon aren dan 5 ribu bibit pohon mangga. “Semua kita berikan bantuan mendukung gerakan penanaman arboterum ini,” ujarnya **.Tim Sinergi

WALIKOTA

Tebing Tinggi Ir. H. Umar Zunadi Ha-sibuan, MM mengingatkan, saat ini pola penanaman yang cend-erung homogen atau satu jenis pohon tertentu, belum mampu meminimalisir dampak pemana-san global, sehingga penganeka ragaman tanaman harus jadi program bersama.

(21)

SINERGI

Wanita

Selama

saya memasak ma-sakan untuk dirumah dan untuk jualan memakai kompor menggunakan gas elpiji sangat praktis, tidak seperti be-berapa tahun sebelumnya kami mem-pergunakan kompor minyak lampu, sangat repot sekali, selesai masak saya terpaksa membersihkan kompor dan alat dapur lainnya hitam dan jorok yang dipergunakan untuk masak, ya maklum namanya jualan lontong.

Hal ini diungkapkan Aniyah ( 45 ) didampingi suaminya Azuar di ( 47 ) sehari – hari sebagai peng-endara bettor, yang beralamat diling-kungan V Kelurahan Bandar Sakti Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi. Ketika ditemui penulis di tempat usahanya jualan lontong, di-pojok seputaran komplek Pajak Mini Jalan Sudirman Kota Tebing Tinggi. “ Saya Jualan lontong juga jual kopi dan teh manis kata Anisyah kepada penulis sambil meladeni pembeli.

Selanjutnya dikatakan, per-tama jualan lontong ini pada 16 ta-hun yang lalu, kami mempergunakan kompor minyak lampu. Kemudian dapat bantuan dari Pemerintah 1 buah kompor mempergunakan gas inilah yang dipergunakan hingga saat seka-rang ini, belum dapat diganti dengan kompor gas yang baru, karena hasil usaha lontong ini sehari – hari pas – pasan saja, belum lagi untuk bi-aya anak kuliah dan sekolah SMA. Itupun sudah dibantu oleh ayah anak –

anak ini dengan usaha tambahan pengendara bet-tor (Beca bermo-tor). “ Sebenarn-ya selama Sebenarn-yang d i p e rg u n a k a n . Belakangan ini s a n g a t k u r a n g a d a p e n j u a l a n g a s d i k e d a i maupun dipang-kalan, kalaupun ada tetapi harg-anya berpariasi dari Rp. 20.000,- h i n g g a Rp. 23.000,- bahkan ada mencapai lebih dari itu, pada hal sebelumnya hanya seki-tar Rp. 13.000, sampai Rp. 15.000,- kata suami Anisyah menimpali.

Seperti kami ini yang ter-golong masyarakat menengah ke-bawah, berjualan lontong satu piring harganya Rp. 3000,- berapalah un-tungnya lagi, jika harga elpiji yang 3 kg harganya begitu tinggi. Itupun barangnya payah dicari dikota ini, ka-dang hamper setengah hari baru dapat 1 tabung, yah tidak masalah dengan har-ga yang tinggi, tetapi hendaknya har-gas elpiji pada dijual pada pangkalan atau pada pengecer, lanjut Anisyah kesal.

Selnjutnya diungkapkan An-isyah sedikit air mata berlinang aki-bat kendala yang dihadapinya sehari – hari, jualan lontong dan dibantu oleh suami sebagai pengendara Betor, hasilnya dikumpul sedikit - sedikit untuk biaya kuliah anak di pergu-ruan tinggi UNIVA Medan, biaya kuliahnya Rp. 2,5 juta pertahun, dan biaya lainnya tidak kurang dari Rp. 620.000,- perbulan, saat ini anaknya nomor 2 dari 4 orang bersaudara, kuli-ahnya telah masuk tingkat semester 4.

Sedangkan anaknya nomor 3 masih duduk dibangku sekolah ke-las 1 SMA Negeri 1 Tebing Tinggi, juga memerlukan biaya sekitar Rp. 480.000,- perbulan, sejumlah itu-lah yang harus dicelengkan paling sedikit Rp. 50.000,- perhari untuk mereka berdua, dan yang paling

ke-cil juga masih sekolah di TK Swasta. Anaknya nomor 1 lelaki tau diun-tung dengan nasib orang tuanya, bekerja makan gaji di Kalimantan. “Untunglah kami bertempat tinggal nompang dirumah orang tua sendi-ri, yang sekaligus mengurus orang tua yang sudah tua” kata suaminya.

Kata Azuardi pengemudi Be-tor sambil membantu istrinya jualan lontong, sangat sulitnya untuk mem-beli gas elpiji dikota ini karena para konsumen pedagang eceran yang dating ke kota Tebing Tinggi mem-beli dan memborong gas elpiji, berani membeli dengan harga yang tinggi sekitar Rp. 20.000,- dipangkalan, kemudian mereka jual didesa luar kota dengan harga yang tinggi seki-tar Rp. 24.000,- pertabung isinya 3 kh, kata Azuardi yang selalu keliling membeli gas elpiji disuruh istrinya.

Lain lagi keluhan Ibu Heny warga jalan Mandailing Kelurahan Bandarsono kepada penulis, ketika memasak gulai lemak, tiba – tiba gas elpiji dalam tabungnya habis, sedan-gkan gulai belum sempurna masak. Terpaksa minta tolong kepada teman-nya untuk membelikan gas, setelah keliling mencari gas satu tabung, da-patnya disebuah desa perbatasan Kota Tebing Tinggi. Dengan harga tidak sesuai lagi Rp. 23.000,- per kg. se-mentara teman saya pergi mencari gas, terpaksa meminjam kompor memper-gunakan minyak lampu untuk me-neruskan memasak masakan lainnya, ujar Heny kepada Penulis kesal sekali.

Ditambah oleh Anisyah yang alumni dari SMEA Kota Tebing Tinggi mengatakan, seandainya paso-kan gas elpiji yang disalurpaso-kan oleh Pertamina ke daerah Kota Tebing Tinggi kepangkalan yang ada, hanya untuk warga Kota Tebing Tinggi gas itu cukup dan tidak sempat langka. Disamping itu juga diharapkan ke-pada Pemerintah agar dituliskan ke-pada tabung gas Harga Eceran Terendah (HET), kemudian agar tidak diperjual belikan kepada warga dari luar Kota Tebing Tinggi, semoga harapan kami dari wong cilik didengar oleh yang berkompeten di Kota Tebing Tinggi.

Lebih Baik Memakai Kompor Gas,

Asal Elpiji Tidak Langka

(22)

SINERGI

ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PROSEDUR KENAIKAN

PANGKAT DAN PERSAYARATANYA

ACARA PEMBUKAAN MTQ KE- 47 KECAMATAN PADANG HILIR

DI HALAMAN KANTOR CAMAT PADANG HILIR

(23)

SINERGI

PELATIKAN PENGURUS DAERAH WANITA ISLAM

(MUSLIM WOMEN ASSOCIATION)

PENYERAHAN BANTUAN BUKU TABUNGAN CSR OLEH BANK SUMUT

KEPADA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

(24)

SINERGI

Lensa Pemko

(25)

SINERGI

Lensa Pemko

PERAYAAN IMLEK BERSAMA MASYARAKAT DAN PEMKO TEBING TINGGI

(26)

SINERGI

Lensa Pemko

SOSIALISASI PERATURAN PENGADAAN TANAH UNTUK

KEPENTINGAN UMUM TAHUN 2015

(27)

SINERGI

Lensa Pemko

PEMBUKAAN PEKAN RAYA SUMATERA UTARA KE-44 TAHUN 2015

(28)

SINERGI

Pemko kita

Musrenbang Kota Tebin Tinggi 2015,

Tolok Ukur Hadapi Masyarakat Ekonomi Asean (Mea)

Walikota

Tebing Tinggi Ir.H.Umar Zunaidi Ha-sibuan MM mengatakan, Musya-warah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kota Tebing Tinggi 2016 sangat strategis, karena hasil Musrenbang ini nantinya akan menjadi tolok ukur bagi pengembangan kota mengha-dapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Disamping itu, Kota Tebing Tinggi juga akan menggelar Pilkada di 2016, di mana dana yang dianggarkan untuk perhelatan akbar demokrasi itu sangat besar, sehingga mem-butuhkan pemikiran yang matang. Namun demikian, Walikota meng-ingatkan agar PNS tidak terlibat dalam kancah politik di Pilkada 2016 nantinya.

“Kita berharap Mus-renbang ini akan menghasilkan

keputusan strategis yang mampu melanjutkan pembangunan kota di masa mendatang,” harapan itu disampaikan Walikota Tebing Tinggi pada kegiatan Musrenbang kota Tebing Tinggi, Rabu (11/3), di gedung Balai Kartini Jalan Imam Bonjol kota setempat.

Gubsu diwakili Asisten Kesejahteraan Sosial Pemprovsu H. Zulkarnain SH, M.Si dalam sambutannya mengatakan, Pemer-intah Provinsi Sumatera Utara menargetkan pada 2016, penda-patan domestik regional bruto (PDRB) rakyat Sumut mencapai Rp 40,96 juta per kapita. Selain itu ditargetkan pula penciptaan wirausaha baru di Sumut se-banyak 12 ribu wirausaha baru, dukungan terhadap pembangunan ruang kelas baru mencapai 9.000 ruang kelas.

Ditambahkan, Pemprovsu

mengharapkan agar kabupaten/kota di Sumut mendukung prioritas pembangu-nan Sumut ini, dengan mensinkronkan antara program provinsi den-gan kabupaten/kota. “Langkah-langkah strategis perencanaan pembangunan dengan dasar PDRB tidak lagi memakai sembi-lan sektor, tapi telah dirubah menjadi 17 kategori, hal ini agar selalu bersama BPS kabupaten/kota,” ujar Gubsu.

Sebelumnya Kepala Bappeda Kota Tebing Tinggi Gul Bakhri Sireagr SIP M.Si melaporkan, kegiatan Musren-bang dilaksanakan 11-12 Maret 2015, menyerta-kan forum kmunikasi pimpinan daerah, DPRD, Kepala SKPD, Kadin, LSM, KPM, kelompok masyarakat, dewan pendidikan, organisasi asosiasi profesi, para lurah dan kelompok lain yang terkait.

Musrenbang, lanjut Gul Bakhri, akan membahas ran-cangan RKPD 2016 mencakup indikasi rencana program pri-oritas pembangunan tahun 2016 disesuaikan dengan kemampuan pendanaan. “Capaian indikator kinerja daerah, komitmen bersama antara pemangku kepentingan untuk mempedomani prioritas pembangunan 2016 yang diseler-askan dengan prioritas nasional (Nawa Cita), prioritas provinsi dan prioritas kota”, jelasnya.

**.Ina

(29)

SINERGI

Pemko kita

107 Warga Kurang Mampu Di Tebing Tinggi

Terima RTLH

Sebanyak

107 Kepala Keluarga (KK) Kurang mampu menerima bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dari Pemer-intah Kota Tebing Tinggi melalui Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) di Balai Kartini Jalan Imam Bonjol, Selasa sore (17/3).

Walikota Tebing Tinggi yang diwakilkan oleh Asisten I Bi-dang Pemerintahan,Drs. Agusalim Purba mengatakan bahwa Pemer-intah Kota Tebing Tinggi beru-paya semaksimal mungkin untuk mengentaskan permasalah rumah tidak layak huni di Kota Tebing Tinggi. “Tahun ini, anggaran kita hanya bisa menampung 107 warga kurang mampu,”jelasnya.

Menurutnya, kepada warga yang menerima bantuan stimulan RTLH diharapkan agar segera

membangun rumahnya. Ini semua dilakukan Pemko Tebing Tinggi dalam upaya untuk mengentaskan bidang kemiskinan dan perbaikan ekonomi warga.

Anggota DPRD Komisi III, Murli Purba menjelaskan bahwa masyarakat yang belum menerima bantuan RTLH diharap-kan bersabar. Memang masih ban-yak warga belum menerima RTLH dikarena persayaratan seperti surat tanah dengan sertifikat Camat belum dimiliki. “Tahun depan, DPRD Tebing Tinggi akan beru-saha lebih menambah jumlahnya,” terangnya.

Sementara itu, Kadis Sosnaker, H. Syaiful Fahri MSI menjelaskan pada tahun 2105 ini tercatat sebanyak 107 warga kurang mampu menerima bantuan RTLH bagi warga kurang mampu. Bantuan yang diberikan kepada

penerima RTLH yaitu berupa dana Rp15 juta untuk pembelian bahan bangunan dan Rp3 juta untuk upah tukang setelah dipotong pajak sebesar 6 persen.

Lima kecamatan yang ada, Kecamatan Rambutan sebanyak 25 rumah, Kecamatan Bajenis 23 rumah, Kecamatan Padang Hulu 24 rumah, Kecamatan Padang Hilir 21 rumah dan Kecamatan Tebing Tinggi Kota sebanyak 14 rumah.

Margono (45) warga Kecama-tan RambuKecama-tan sangat berterimah kasih kepada Pemko Tebing Tinggi melalui Dinsosnaker yang telah memberikan bantuan RTLH atau Atap, Lantai dan Dinding (Aladin) kepada warga kurang mampu. “Kami akan membangun-nya dalam waktu dekat ini,” kata Margono.

**.Ina BERIKAN "Asiseten I Bidang Pemerintahan, Drs. Agussalim Purba didampingi Kadis Sosnaker,

(30)
(31)
(32)

SINERGI

Pemko kita

Arah Pembangunan Menuju Pusat

Jasa Dan Perdagangan

WALIKOTA

Tebing Tinggi Ir. H. Umar Zunaidi Ha-sibuan, MM mengatakan, fokus dan arah pembangunan di kota itu mengacu pada Perda No. 3 tahun 2012 tentang Rencana Pemban-gunan Jangka Menengah Dae-rah (RPJMD) tahun 2011-2016 yang memasuki tahun ke lima, sekaligus merupakan tahun ketiga RPJMD Provinsi Sumut tahun 2013-2018 dan persia-pan untuk menyongsong tahun kedua RPJMN tahun 2015-2019. “Tahap pembangunan 2016 Kota Tebing Tinggi terutama diar-ahkan untuk mendukung tercapa-inya Tebing Tinggi sebagai Kota Jasa dan Perdagangan serta Indus-tri yang maju dan modern. Perlu kami tekankan bahwa partisipasi aktif warga masyarakat dalam me-melihara hasil pembangunan san-gat diharapkan”, demikian pointer

arahan walikota diwakili Sekdako Tebing Tinggi Johan Samose Hara-hap, SH, MSP pada penutupan Musrenbang tahun 2016, Kamis sore (12/3) di gedung Balai Perte-muan Kartini kota Tebing Tinggi. Disebutkan bahwa tahap pembangunan kota 2016 meru-pakan tahapan perwujudan Kota Tebing Tinggi sebagai kota jasa yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera. “Pada tahap pembangunan ini, Kota Tebing Tinggi menjadi pusat jasa dan perdagangan yang maju dan mod-ern serta pusat seni dan budaya yang berkembang”, ujar walikota.

Menurut Walikota, usu-lan kegiatan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan APBD Provinsi Sumatera Utara akan disampaikan ke provinsi pada tanggal 20 Maret 2015 dan akan dibahas dalam forum Musrenbang

SKPD Provinsi Sumut, sedangkan khusus APBN tahun 2016 selam-bat-lambatnya tanggal 13 maret 2016 disampaikan ke Bappeda Kota Tebing Tinggi dengan dileng-kapi studi kelayakan (FS), Detail Engineering Design (DED) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB). “Khusus untuk dana DAK agar usulannya dibawa langsung oleh SKPD yang mengusulkan dana dimaksud ke kementerian atau lembaga terkait, dan harus su-dah disampaikan pada bulan Ma-ret 2015 sebelum Musrenbangnas, sedangkan usulan kegiatan yang merupakan hasil sinkronisasi dan kompilasi forum gabungan SKPD yang dihasilkan pada Desk Pri-oritas Pembangunan tahun 2016 merupakan bahan rancangan akhir RKPD tahun 2016 untuk ditetap-kan sebagai dokumen RKPD tahun 2016”, tandas walikota. **ay.

Hasil Musrenbang Kota

Tebing Tinggi 2016

(33)

SINERGI

Pemko kita

Bank Sumut Syari'ah Tebing Tinggi

Salurkan CSR Pendidikan

P T B a n k S u m u t

menyerahkan dana corporate so-sial responsibility (CSR) untuk penyediaan sarana pendidikan ke-pada empat institusi pendidikan di Kota Tebing Tinggi, masing-masing MIS Tarbiyah Islamiyah Tebing Tinggi, MAS Al Washli-yah Tebing Tinggi, STIT Al Hik-mah Tebing Tinggi dan Yayasan Dipanegara Kota Tebing Tinggi.

Dana CSR berupa satu set proyektor beserta layar un-tuk menunjang kegiatan pendidi-kan di empat institusi pendidipendidi-kan tersebut disalurkan oleh Bank Sumut Cabang Syariah Tebing Tinggi secara simbolis oleh Wa-likota Tebing Tinggi Ir.H.Umar Zunaidi Hasibuan, MM bersama Kapolres AKBP Drs. H. Enggar Pareanom S.Sos. SIK dan Pem-impin Bank Sumut Cabang Sya-riah Tebing Tinggi Fahmi Ichwan Siregar SH pada kegiatan Sa-fari Subuh Pemko Tebing Tinggi di Masjid Al Inayah Kampung Wetan, Jumat (27/2) kemarin.

Pemimpin Bank Sumut Cabang Syariah Tebing Tinggi Fahmi Ichwan Siregar, SH dalam siaran persnya kepada warta-wan, Sabtu (28/2) menyampai-kan, dana CSR yang disalurkan adalah bagian dari laba (keuntun-gan) Bank Sumut yang dibagikan pada tahun 2014. “Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah, setiap perusahaan yang berstatus BUMN atau BUMD wajib un-tuk menyisihkan sebagian laba atau keuntungan tahunan untuk kepedulian sosial di wilayah ker-janya masing-masing”, terangnya. Menurutnya, pemberian dana CSR itu merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusa-haan kepada masyarakat sehingga masyarakat juga merasakan man-faat keberadaan Bank Sumut Syari-ah di Tebing Tinggi. DitambSyari-ahkan bahwa penyaluran program dana CSR ini tidak hanya terbatas pada bidang pendidikan tetapi juga bisa pada bidang-bidang sosial lainnya.

Pada kesempatan itu, Wa-likota Tebing Tinggi Ir.H.Umar

Zunaidi Hasibuan, MM menyam-paikan ucapan terima kasih atas program CSR yang disalurkan oleh Bank Sumut Cabang Sya-riah Tebing Tinggi dan berharap agar Bank Sumut Syariah Tebing Tinggi bisa memberikan kon-tribusi yang lebih bagi perkem-bangan ekonomi masyarakat terutama untuk menghindarkan masyarakat dari praktek-praktek pembiayaan yang tidak sehat khu-susnya di Kota Tebing Tinggi.

Sedangkan kepada pihak institusi pendidikan penerima ban-tuan dana CSR Bank Sumut itu, walikota berpesan agar menjaga dan merawat serta memanfaatkan bantuan sarana pendidikan terse-but dengan sebaik-baiknya, untuk kemajuan dunia pendidikan di Kota Tebing Tinggi, “Manfaat-kanlah bantuan sarana pendidikan ini dengan sebaik-baiknya dan jangan disia-siakan, sebab masih banyak yang membutuhkan-nya tapi belum saatmembutuhkan-nya menerima bantuan seperti ini”, pesan Umar Zunaidi Hasibuan. **ay.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan guna mencari tahu bagaimana pengaruh kadar air terhadap penurunan pada uji konsolidasi menggunakan tanah lempung khususnya tanah yang ada di

Dalam sebuah studi meta analisis antropometri ibu hamil dengan berat bayi lahir, disepakati bahwa berat badan sebelum hamil dapat memprediksi BBLR dengan baik, di

Berdasarkan perhitungan persen konversi xilitol terhadap sampel awal didapatkan bahwa perlakuan substrat dengan detoksifikasi menghasilkan persen konversi xilitol yang paling

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat memberikan dan hidayahnya-Nya, serta memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Sehingga untuk menurunkan tingkat workplace deviant behavior yang terjadi pada organisasi, dianggap tidak hanya berasal dari ethical climate yang positif.. Ethical

- Jika posisi gigi-gigi terhadap masing-masing rahangnya normal maka relasi gigi-gigi bawah terhadap gigi-gigi atas distoklusi karena gigi-gigi tersebut terletak pada rahang

Bütün bu gelişmelerin ortaya çıkardığı kitap ve risâlelerde düşmanı öldürmek, malını mülkünü yok etmek, servet ele geçirmek, birinin

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kedelai, isolat protein kedelai, kedelai yang ditambahkan dekstrin, serta dua puluh produk minuman bubuk komersial berbasis