• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kritik Teori Atas Teor

Dalam dokumen MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI (Halaman 55-57)

Teori Kultivasi: Dalam Sebuah Esa

III. Kritik Teori Atas Teor

Teori adalah tujuan akhir dari ilmu pengeta- huan. Berangkat dari teorilah seperangkat sistem dapat dilaksanakan. Teori merupakan pernyataan umum yang merangkum pemahaman kita tentang cara dunia bekerja. Hanya saja teori tidak boleh dibiarkan begitu saja menguasai pemikiran tanpa berupaya untuk mengeritiknya. Jadi, teori tidak ke- bal kritik. Kebenaran otoritas teori bisa diterima dan dipertahankan jika kritik telah dilakukan atasnya. Teori kritis difahami sebagai ‘teori sosial yang dikonsepsikan dengan intense praktis’, merupakan buah pikiran yang muncul dari refleksi yang luas tentang hakikat pengetahuan, struktur dari penelitian sosial, dasar normatif interaksi sosial dan tendensi- tendensi politik, ekonomis dan sosio-kultural. Teori

kritik sosial mengamanatkan bahwa penelitian sosial seharusnya memadukan kutub-kutub filsafat dan ilmu-ilmu sosial, yang dipadukan diantaranya pemahaman dan penjelasan, dan terstruktur, serta keteraturan dan normativitas. Hal inilah yang san- gat ditekankan oleh teori kritik, bahwa pemecahan masalah sosial harus dikaji secara komprehensif integral dari ilmu-ilmu sosial, seperti filsafat, so- siologi, antropologi, psikologi, sejarah, geografi, politik, hukum, dan komunikasi.

Berkaitan dengan teori kultivasi, sebuah teori dari psikologi sosial yang diusung Albert Bandura sangat berguna dalam mempelajari dampak media massa adalah ‘Teori Pembelajaran Sosial’. Teori ini menyatakan bahwa terjadi banyak pembelajaran melalui pengamatan pada perilaku orang lain. Teori sangat berharga dalam menganalisis kemungkinan dampak kekerasan yang ditayangkan televisi, na- mun teori ini juga merupakan teori pembelajaran umum yang dapat diaplikasikan pada bidang-bidang berdampak media massa lain. Dalam teori ini ter- ungkap sebenarnya manusia memiliki kemampuan untuk menyadari dan berpikir bahwa mereka dapat mengambil manfaat dari pengamatan dan pengala- man. Artinya, banyak pembelajaran yang diperoleh manusia dengan menyaksikan orang lain menampil- kan perilaku beraneka ragam. Karenanya, menurut teori ini, teori kultivasi tidak sepenuhnya benar.

Dalam perkembangan lebih lanjut, Gerbner dengan teori kultivasinya kemudian dikritik karena terlalu menyederhanakan permasalahan. Apalagi dengan mengatakan perilaku manusia sesungguhnya dipengaruhi oleh televisi, akan tetapi sebaliknya Hawkins dan Pingree, tidak menemukan kesimpulan yang mengindikasikan hubungan antara menonton televisi dengan gagasan realitas sosial penontonnya. Kritik terhadap teori kultivasi dilakukan juga oleh Robert Coles, pakar psikiatri dari Universitas Har- vard. Ia menunjukkan bahwa mempermasalahkan tayangan televisi tidak cukup begitu saja tanpa mempertimbangkan kualitas kehidupan keluarga. Kehidupan berkeluarga berkualitas ia artikan sebagai adanya pegangan nilai etik moral dalam keluarga yang sepenuhnya dijunjung tinggi.

Sedangkan Miller sendiri, tampaknya mer- agukan teori kultivasi ini. Menurutnya, teori kultiva- si tidak dikembangkan untuk mempelajari efek yang ditargetkan dan spesifik (misalnya, bahwa menon- ton Superman akan mengarahkan anak-anak untuk mencoba terbang dengan melompat keluar jendela)

SINERGI

Jurnal Ilmiah

melainkan dalam hal akumulasi dan dampak televisi secara menyeluruh, yaitu bagaimana masyarakat melihat dunia dimana mereka hidup.

Selain itu, Morrisan , mengingatkan bahwa berdasarkan observai yang terukur dan independen, pengaruh televisi terhadap individu dan budaya tern- yata relatif kecil. Meski begitu, pengaruh itu tetap ada dan signifikan. Karena itulah, Gerbner menyata- kan bahwa menonton televisi pada umumnya akan menghasilkan pengaruh yang bersifat kumulatif dan luas dalam hal bagaimana kita memandang dunia.

Begitulah, teori kultivasi bila ditelusuri lebih mendalam terlalu mengabaikan faktor-faktor interak- si seperti; pengalaman menonton, pengetahuan, jenis kelamim, suasan menonton, sikap dan kondisi sosial ekonomi keluarga, padahal ini semua merupakan elemen-elemen yang sangat dominan mempengaruhi interpretasi yang dilakuka pemirsa terhadap siaran televisi.

VI. Epilog

Terlepas dari pro-kontra masalah dampak me- dia massa terhadap penonton, dalam konteks penera- pan teori kultivasi, sesungguhnya, diperlukan peneli- tian lebih banyak dalam konteks Indonesia. Apalagi, penelitian-penelitian yang selama ini dilakukan lebih banyak di Amerika Serikat dan Eropa.

Lepas dari kelebihan dan kekurang teori kultivasi, sesungguhnya teori ini sangat layak un- tuk diketahui oleh masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya. Sebab, kedua kelompok ini merupakan subyek-subyek penikmat televisi, terlepas dari lamanya waktu yang mereka gunakan atau seberapa jauh pengaruh yang mereka rasakan. Dalam hal ini, memahami teori kultivasi dapat digunakan sebagai bekal untuk waspada terhadap budaya-budaya yang sering diusung oleh media. Apalagi televisi, menurut Jalaluddin Rakhmat adalah mesin ideologi yang paling ideal.

Sebagaimana teori pada umumnya, teori kultivasi yang digagas oleh Gerbner ini pun memiliki banyak kelemahan, di samping kelebihannya yang berupa pengetahuan yang diakui oleh orang banyak. Sekali lagi, teori kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu (penonton berat/heavy viewers) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bah- wa “dunia itu sangat menakutkan” . Hal tersebut dis- ebabkan keyakinan mereka bahwa “apa yang mereka lihat di televisi” yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah “apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan sehari-hari”.

Kultivasi, memang, banyak mendapat kritikan karena melihat penonton secara pasif: yang menganggap bahwa setiap penonton melihat semua pesan dengan

cara yang sama. Sebenarnya, penonton mengintepre- tasikan perbedaan program dengan cara yang berbeda. Perbedaan program yang ditonton dapat “mengikat” kita pada tingkat level yang berbeda, dan terkadang kita hanya menyaksiakan apa yang sedang popular saja saat ini. Penonton yang menyaksikan bagian pesan tertentu akan menginterpretasikan pesan tersebut dengan berbagai macam cara.

Teori kultivasi sebenarnya menawarkan kasus yang sangat masuk akal, khususnya dalam tekannya pada kepentingan televisi sebagai media dan fungsi simbolik di dalam konteks budaya. Akan tetapi, teori ini tidak lepas dari sasaran kritik. Gerbner telah dikritik karena terlalu menyederhanakan permasala- han. Perilaku kita boleh jadi tidak hanya dipengaruhi oleh televisi, tetapi oleh banyak media yang lain, pengalaman langsung, orang lain yang berhubungan dengan kita dan sebagainya.

Akan tetapi, kalau dicermati secara men- dalam, salah satu kekurangan penting teori ini adalah tidak mampu menjawab bagaimana seharusnya pecandu televisi melepaskan diri dari cengkeraman pengaruh televisi. Teori kultivasi memang menekan- kan pembahasan mengenai pengaruh-pengaruh tel- evisi. Namun, dalam teori ini tidak dibahas langkah apa yang harus ditempuh untuk menghindarkan diri dari sikap negatif yang akan muncul setelah terkulti- vasi.

Daftar Pustaka

Kholil, Syukur. 2007. Komunikasi Islami. Bandung: Cita- pustaka Media.

McQuail, Dennis. 1987. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Miller, Katherine. 2002. Communication Theories, Perspek- tives, Proceses, And Contexts. New York: The McGraw-Hill Companies Inc.

Morrisan, Andy C.W & Farid H.U. (2010). Teori Komuni- kasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Malang: Cespur. Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi). Bandung : Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Severin, Werner J., James W. Tankard Jr. 2011. Teori Ko- munikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Kencana.

Tjahyadi, Lindung. Teori Kritis Jurgen Habermas: Asumsi- asumsi Dasar Menuju Metodologi Kritik Sosial, dalam Jurnal Fakultas Filsafat UGM. Yogya: Agustus 2003, Jilid 34, Nomor 2.

Yuliati, Nova. Televisi dan Fenomena Kekerasan Perspektif Teori Kultivasi, Mediator, Vol. 6 No. 1 Juni 2005.

Zandi, Sakhira. 2011. Teori Komunikasi Massa. Dalam Sy- ukur Kholil (Ed). Teori Komunikasi Massa: 98-101. Band- ung: Citapustaka Media Perintis.

SINERGI

Dalam dokumen MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI (Halaman 55-57)

Dokumen terkait