• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POSISI MENERAN PADA IBU BERSALIN NORMAL DENGAN RUPTUR PERINEUM DI BPM TRI ERI BOYOLALI PERIODE JANUARI APRIL TAHUN 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN POSISI MENERAN PADA IBU BERSALIN NORMAL DENGAN RUPTUR PERINEUM DI BPM TRI ERI BOYOLALI PERIODE JANUARI APRIL TAHUN 2012."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Posisi Meneran pada Ibu Bersa lin Normal

dengan Ruptur Perineum (A. Dewi L dan Suwinah) 37 HUBUNGAN POSISI MENERAN PADA IBU BERSALIN NORMAL

DENGAN RUPTUR PERINEUM DI BPM TRI ERI BOYOLALI PERIODE JANUARI – APRIL

TAHUN 2012 Oleh

Anita Dewi L1) dan Suwinah 2)

1)

Dosen Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta ABSTRAK

Latar belakang : Ruptur perineum merupakan robekan yang terjadi sewaktu persalinan dan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain posisi persalinan, cara meneran, pimpinan persalinan dan berat badan bayi baru lahir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan posisi meneran pada ibu bersalin normal dengan ruptur perineum di BPM Tri Eri Boyolali periode Januari-April tahun 2012.

Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan retrospektif.Subyek penelitian adalah semua ibu bersalin normal yang mengalami ruptur perineum sejumlah 35 responden. Alat ukur dengan rekam medis. Analisa data menggunakan uji statistik chi square.

Hasil penelitian menunjukkan posisi meneran dengan posisi miring kiri sebanyak 18 responden (51,4%) dan setengah duduk banyaknya 17 responden (48,6%). Kejadian ruptur perineum derajat 1 sebanyak 13 responden (37,1%), derajat 2 sebanyak 16 responden (45,7%), derajat 3 dan 4 masing-masing sebanyak 3 responden (8,6%). Hasil uji chi square diperoleh nilai ρ = 0,012 sehingga ρ < 0,05) dan hasil X2 adalah 10,878. Kesimpulannya ada hubungan signifikan antara posisi meneran pada ibu bersalin normal dengan ruptur perineum di BPM Tri Eri Boyolali.

Kata kunci: Posisi Meneran, Ruptur Perineum, Ibu bersalin normal. PENDAHULUAN

1. Latar BelakangMasalah

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2005, bahwa setiap tahunnya wanita yang bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari 500.000 orang.1 Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2010 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 228 per 100.000 Kelahiran Hidup. sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 32 per 1000 Kelahiran Hidup.2

AKI di Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2007 terdapat 116 per 100.000 Kelahiran Hidup. Adapun faktor penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan 40-60%, preeklamsi dan eklamsi 30%, infeksi 20-30°,%.3

(2)

Hubungan Posisi Meneran pada Ibu Bersa lin Normal

dengan Ruptur Perineum (A. Dewi L dan Suwinah) 38 Kematian pada ibu dapat terjadi saat hamil, bersalin, maupun nifas. Penyebab kematian pada ibu bersalin karena perdarahan, diantaranya disebabkan oleh atonia uteri, retensio plasenta, inversio uteri dan ruptur perineum. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan servik atau vagina.3

Untuk angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Boyolali saat ini masih tinggi. Dari data yang terkumpul hingga tahun 2011, tercatat angka kematian ibu (AKI) sebanyak 19 kasus dari 15.844 kelahiran atau 119,91 per 100.000 kelahiran hidup.4

Ruptur perineum terjadi hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang pada persalinan berikutnya faktor penyebabnya dapat karena posisi meneran saat persalinan, cara meneran, pimpinan persalinan dan berat badan bayi baru lahir.5

Posisi meneran itu sendiri merupakan posisi yang nyaman bagi ibu bersalin. Ibu bersalin dapat berganti posisi secara teratur selama persalinan kala II karena hal ini seringkali mempercepat kemajuan persalinan dan ibu mungkin dapat meneran secara efektif pada posisi tertentu yang dianggap nyaman bagi ibu. 5

Berkaitan dengan evidence based management pada persalinan kala II, masih diperlukan penelitian-penelitian untuk memperjelas parameter-parameter keamanan pada persalinan kala II, termasuk lama masing-masing fase, instruksi yang sesuai untuk memimpin ibu mengejan, serta posisi yang memfasilitasi kemajuan mencegah trauma.21

Sedangkan kebiasaan di masyarakat jika mengalami atau dalam proses persalinan, sering kali menggunakan posisi setengah duduk. Karena posisi-posisi lainnya dianggap tidak pantas atau tidak wajar dan aneh-aneh. Selain itu sudah menjadi kebiasaan di masyarakat jika melahirkan dengan posisi setengah duduk. Padahal posisi-posisi ibu bersalin saat meneran juga memiliki keuntungan masing-masing, sedangkan untuk posisi terlentang pada saat ibu bersalin meneran itu sendiri tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya ruptur perineum semakin besar.3

Hal ini berbeda dengan posisi meneran ibu bersalin miring ke kiri dan posisi setengah duduk, karena dapat mengurangi resiko terjadinya ruptur perineum. Hal yang membedakan dari kedua posisi ini adalah untuk posisi miring ke kiri lebih menekankan pada keuntungan dapat membantu penurunan kepala janin lebih dalam ke panggul. Sedangkan pada posisi setengah duduk ibu bersalin, terbantu dengan gaya gravitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya.6

Hasil studi pendahuluan di BPM TRI ERI Boyolali pada bulan November-Desember tahun 2011 diperoleh data ibu bersalin normal sejumlah 19 persalinan normal. Dari 19 ibu bersalin tersebut yang mengalami ruptur perineum 64% dan 36% sisanya tidak mengalami ruptur perineum, dengan posisi meneran saat bersalin berbeda-beda.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang “Hubungan Posisi Meneran Pada Ibu Bersalin dengan Ruptur Perineum di BPM TRI ERI Boyolali Periode Januari- April Tahun 2012”.

(3)

Hubungan Posisi Meneran pada Ibu Bersa lin Normal

dengan Ruptur Perineum (A. Dewi L dan Suwinah) 39 2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat diidentifikasi permasalah sebagai berikut ”Adakah Hubungan Posisi Meneran Pada Ibu Bersalin dengan Ruptur Perineum di BPM TRI ERI Boyolali Periode Januari- April Tahun 2012?”.

3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan posisi meneran pada ibu bersalin dengan ruptur perineum di BPM TRI ERI Boyolali Periode Januari- April Tahun 2012. Sedangkan Tujuan khususnya adalah : a) Untuk mengetahui posisi meneran ibu bersalin di BPM TRI ERI Boyolali Periode Januari- April Tahun 2012. b) Untuk mengetahui ruptur perineum pada ibu bersalin di BPM TRI ERI Boyolali Periode Januari- April Tahun 2012. c) Untuk menganalisa hubungan posisi meneran pada ibu bersalin dengan ruptur perineum di BPM TRI ERI Boyolali Periode Januari- April Tahun 2012.

METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan retrospektif. Penelitian analitik adalah penelitian yang menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaannya. Kemudian data yang dikumpulkan pada penelitian ini dipakai untuk melakukan penelitian analitik, dimana peneliti mencoba mencari hubungan antar variabel10. Dengan menggunakan pendekatan retrospektif yaitu efek pada saat ini kemudian faktor resiko diidentifikasi pada waktu yang lalu. 11

2. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang di gunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang di miliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu.11 Variabel dalam penelitian ini yaitu: Variabel Independen yang diteliti atau Bebas sering disebut juga variabel prediktor, stimulus, input, antencedent atau variabel yang mempengaruhi. Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen ( terikat ). Sehingga variabel independen dapat dikatakan sebagai variabel yang mempengaruhi. 19 Variabel Independen dalam penelitian ini adalah posisi meneran pada ibu bersalin. Variabel Dependen atau Terikat sering juga disebut variabel kriteria, respon dan output ( hasil ). Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen ( bebas ). 19 Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ruptur perineum.

(4)

Hubungan Posisi Meneran pada Ibu Bersa lin Normal

dengan Ruptur Perineum (A. Dewi L dan Suwinah) 40 3. Hubungan antar Variabel

Diagram 3.1. Hubungan antar variabel 4. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisakan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional (12).

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi

Operasional

Kategori Skala Alat

ukur

1 Variabel

bebas: Posisi meneran

Posisi ibu bersalin saat kelahiran bayi dari mulai kepala membuka jalan lahir

sampai bayi lahir

seluruhnya. 1. Setengah duduk 2. Miring ke kiri Nominal Rekam Medis 2 Variabel terikat: Ruptur perineum

robekan jalan lahir

(perineum) secara tidak di sengaja karena persalinan

1. Derajat 1 2. Derajat 2 3. Derajat 3 4. Derajat 4 Ordinal Rekam Medis

5. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah seluruh dari obyek penelitian atau yang akan diteliti.11 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu bersalin normal yang mengalami ruptur perineum di BPM TRI ERI Boyolali pada bulan Januari sampai bulan April tahun 2012 sebanyak 35 orang.

Sampel adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan obyek yang di teliti dan di anggap mewakili seluruh.11 Apabila subyek <100, lebih baik di ambil semua. Tetapi, jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 15-20%.11

Semua populasi dijadikan sampel penelitian yang disebut subyek penelitian. Subyek penelitian ini yaitu semua Ibu bersalin normal yang mengalami ruptur perineum di BPM TRI ERI Boyolali pada bulan Januari- April Tahun 2012.

Variabel independen Variabel Dependen

Ruptur Perineum Posisi meneran pada

(5)

Hubungan Posisi Meneran pada Ibu Bersa lin Normal

dengan Ruptur Perineum (A. Dewi L dan Suwinah) 41 6. Alat dan Metode Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.11 Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rekam medis dalam buku partus, sedangkan alat penunjangnya berupa alat tulis, register ibu, komputer, dan kalkulator.

Metode pengumpulan data adalah cara atau metode yang digunakan untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu mengambil data sekunder dengan study dokumentasi. Study dokumentasi diperoleh dari bagian rekam medis di BPM TRI ERI Boyolali periode Januari- April Tahun 2012.

7. Metode Pengolahan dan Analisis Data 7.1Metode pengolahan data

Setelah semua data terkumpul yang dapat dilihat dalam lampiran, data tersebut diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk persen dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Memeriksa data yang sudah terkumpul untuk meneliti kelengkapan pengisian lembar observasi. Apakah ada kesesuaian antara semua item yang ada dengan pengisian.

2. Coding

Memberikan kode angka pada data yang telah diperoleh untuk memudahkan dalam analisa data.

3. Tabulasi Data

Memasukkan data dalam tabel sesuai dengan skor kemudian dimasukkan dalam master tabel yang telah disiapkan. 7.2Analisa Data

Analisis data dilaksanakan melalui 2 tahapan, yaitu: 1. Analisis Univariat

Analisis ini untuk menjelaskan atau mendeskripsikan angka atau nilai jumlah masing-masing variabel dengan proporsi atau presentase. Dengan perhitungan rumus, penentuan besarnya persentase sebagai berikut.

P = 100%  F Keterangan : P : Persentase F : Frekuensi kejadian N : Jumlah sampel

Pada umumnya, dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dari tiap variabel, belum melihat adanya hubungan.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang di duga berhubungan atau berkolerasi.11 Untuk mengetahui kuatnya hubungan antar variabel dikonsultasikan

(6)

Hubungan Posisi Meneran pada Ibu Bersa lin Normal

dengan Ruptur Perineum (A. Dewi L dan Suwinah) 42 dengan Contingency Coefficient (untuk variabel dengan data nominal) yaitu hubungan antara variabel bebas (posisi meneran) dan variabel terikat (ruptur perineum)maka dilakukan analisa bivariat dengan menggunakan uji statistik chi square dengan pengolahan program SPSS Versi 16. 19

Rumus chi square: X2 = ∑( fo – fh )2

Fh Keterangan: X2 = chi squere

Fo = frekuensi yang di observasi Fh = frekuensi yang diharapkan

Dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%. Bila ρ < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti ada hubungan dan bila ρ >0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti tidak ada hubungan. Analisa data ini menggunakan tabulasi silang antara dua variabel tersebut dengan Tabel Contingency. Nilai diperoleh dari pengolahan program SPSS Versi 16.19

Tabel 3.2 Tabel Contingency

Posisi meneran

Ruptur perineum

Total Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4

Setengah duduk A B C D A+B+C+D

Miring kekiri E F G H E+F+G+H

Total A+E B+F C+G D+H 35

8. Etika Penelitian

Kode etika adalah norma yang perlu diperhatikan dalam menulis Karya Tulis Ilmiah, berkaitan dengan pengutipan dan perujukan, perijinan di BPM terhadap bahan yang digunakan, dan penyebutan sumber serta informen.11

Peneliti tidak diperkenankan melakukan kecurangan atau plagiat. Dalam menulis proposal karya tulis Ilmiah, merujuk atau mengutip merupakan kegiatan yang dianjurkan karena perujukan dan pengutipan akan membantu perkembangan ilmu.11

Peneliti dalam memulai penelitian ini maka untuk menjaga kerahasiaan dan memberikan rasa aman pada responden maka peneliti menggunakan nama inisial atau anonymity confidentiality.11 Manfaat dalam penelitian ini mengetahui posisi meneran pada ibu bersalin normal dengan rupture perineum yang terjadi baik derajat 1, 2, 3, maupun 4.

(7)

Hubungan Posisi Meneran pada Ibu Bersa lin Normal

dengan Ruptur Perineum (A. Dewi L dan Suwinah) 43 9. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah BPM TRI ERI Boyolali, yang beralamat di Kampung Bhayangkara Rt 03 Rw 15 Siswodipuran, Boyolali. Waktu penelitian pada bulan Juni Tahun 2012.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Penelitian mengenai hubunan posisi meneran dengan ruptur perineum ini dilakukan di BPM TRI ERI Boyolali pada bulan Juni-Juli Tahun 2012, yang beralamat di Kampung Bhayangkara Rt 03 Rw 15 Siswodipuran, Boyolali.

BPM TRI ERI Boyolali melayani pemeriksaan kehamilan, KIA dan KB. Dalam sehari pasien yang berkunjung ke BPM TRI ERI Boyolali rata-rata 15–25 pasien. Untuk pelayanan pertolongan persalinan dalam 1 bulan rata-rata 8-12 ibu bersalin. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu bersalin normal yang mengalami rupture perineum di BPM TRI ERI Boyolali pada bulan Januari sampai bulan April tahun 2012 sebanyak 35 orang.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Posisi Meneran Ibu Bersalin di BPM TRI ERI Boyolali Periode Januari-April Tahun 2012

Posisi Meneran Frekuensi Persentase Setengah Duduk Miring ke kiri 17 18 48,6 % 51,4 % Total 35 100 %

Sumber : Data Primer 2012.

Berdasarkan tabel 4.1 Menunjukkan bahwa sebagian besar pertolongan persalinan responden dengan posisi Miring ke kiri sebanyak 18 responden (51,4 %). Dan sebagian kecil pertolongan persalinan responden dengan posisi meneran setengah duduk sebanyak 17 responden (48,6%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Ruptur Perineum pada Ibu Bersalin di BPM TRI ERI Boyolali Periode Januari-April Tahun 2012

Kejadian Rupture Perineum Frekuensi Persentase Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4 13 16 3 3 37,1 % 45,7 % 8,6 % 8,6 % Total 35 100 %

(8)

Hubungan Posisi Meneran pada Ibu Bersa lin Normal

dengan Ruptur Perineum (A. Dewi L dan Suwinah) 44 Pada tabel 4.2 Menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin di BPM TRI ERI Boyolali Periode Januari-April Tahun 2012 mengalami ruptur derajat 2 sebanyak 16 responden (45,7 %), sebagian kecil mengalami ruptur derajat 3 dan derajat 4 masing-masing sebanyak 3 responden (8,6%).

Tabel 4.3 Hubungan Posisi Meneran pada Ibu Bersalin dengan Ruptur Perineum di BPM TRI ERI Boyolali Periode Januari-April Tahun 2012 Posisi

meneran

Kejadian ruptur perineum X2

P value Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4 ∑ % Setengah Duduk 11 4 1 1 17 100 10,878 0,012 Miring ke Kiri 2 12 2 2 18 100 Total 13 16 3 3 35

Sumber: Data Primer 2012.

Analisa bivariat disini adalah mengamati tentang ada tidaknya hubungan antara variabel bebas (posisi meneran) dan variabel terikat (ruptur perineum) di BPM TRI ERI Boyolali Periode Januari-April Tahun 2012.

Pada tabel 4.3, Sebagian ibu bersalin dengan posisi meneran miring ke kiri sebanyak 18 responden, dan yang mengalami rupture perineum derajat 2 sebanyak 12 responden, sedangkan untuk derajat 3 dan 4 masing-masing sebanyak 2 responden, sisanya yang mengalami ruptur perineum derajat 1 sebanyak 2 responden. Ibu bersalin dengan posisi meneran setengah duduk sebanyak 17 responden, yang mengalami ruptur perineum paling banyak adalah derajat 1 sebanyak 11 responden, derajat 2 sebanyak 4 responden dan untuk derajat 3 dan 4 masing-masing sebanyak 1 responden.

Tabel 4.4 Hasil chi square

Dari hasil uji statistic dengan Chi Square Test diperoleh hasil nilai X2 hitung 10,878dan ρ 0,012 (ρ <0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara posisi meneran dengan kejadian ruptur perineum.

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 10.878a 3 .012 Likelihood Ratio 11.696 3 .008 Linear-by-Linear Association 5.180 1 .023 N of Valid Cases 35

a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.46.

(9)

Hubungan Posisi Meneran pada Ibu Bersa lin Normal

dengan Ruptur Perineum (A. Dewi L dan Suwinah) 45 4.2 Pembahasan

4.2.1 Posisi Meneran Ibu Bersalin

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar pertolongan persalinan responden dengan posisi Miring ke kiri sebanyak 18 responden (51,4 %). Dan sebagian kecil pertolongan persalinan responden dengan posisi meneran setengah duduk sebanyak 17 responden (48,6%).

Sesuai tinjauan teori sebelumnya, posisi meneran pada saat persalinan, pertama posisi merangkak atau berbaring miring ke kiri, dengan posisi ini beberapa ibu merasa bahwa merangkak atau berbaring miring ke kiri membuat mereka lebih nyaman dan efektif untuk meneran. 6

Posisi tersebut juga akan membantu perbaikan posisi oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior dan dapat membantu penurunan kepala janin lebih dalam ke panggul. Posisi merangkak seringkali membantu ibu mengurangi nyeri punggung saat persalinan. Posisi berbaring ke kiri memudahkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi jika ibu mengalami kelelahan dan juga dapat mengurangi risiko terjadinya laserasi perineum serta meningkatkan oksigenasi bagi bayi. 6

Kedua, posisi duduk atau setengah duduk. Posisi ini dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu dan memberikan kemudahan baginya untuk beristirahat di antara kontraksi. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah adanya gaya grafitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya. 6

4.2.2 Rupture Perineum pada Ibu Bersalin

Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin di BPM TRI ERI Boyolali Periode Januari-April Tahun 2012 mengalami ruptur derajat 2 sebanyak 16 responden (45,7 %), sebagian kecil mengalami ruptur derajat 3 dan derajat 4 masing-masing sebanyak 3 responden (8,6%).

Kejadian rupture perineum pada ibu bersalin pada persalinan primipara sesuai dengan teori bahwa rupture perineum lebih sering terjadi pada primipara dan kadang multipara disebabkan karena peregangan perineum yang berlebihan pada persalinan sungsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi vakum dan anak besar. 6

Rupture perineum juga sering terjadi karena kepala janin terlalu cepat lahir, pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, sebelumnya terdapat banyak jaringan parut pada perineum dan persalinan dengan distosia bahu.9

4.2.3 Hubungan Posisi Meneran dengan Ruptur Perineum

Hasil penelitian diketahui bahwa Pada tabel 4.5, menunjukkan bahwa Ibu bersalin dengan posisi meneran setengah duduk sebanyak 17 responden, yang mengalami ruptur perineum paling banyak adalah derajat 1 sebanyak 11 responden,

(10)

Hubungan Posisi Meneran pada Ibu Bersa lin Normal

dengan Ruptur Perineum (A. Dewi L dan Suwinah) 46 Sedangkan ibu bersalin dengan posisi meneran miring ke kiri sebanyak 18 responden, dan sebagian besar mengalami rupture perineum derajat 2 sebanyak 12 responden.

Hal ini dapat disebabkan karena posisi miring ke kiri menyulitkan penolong (Bidan) untuk membantu proses persalinan karena letak kepala bayi susah dimonitor, dipegang maupun diarahkan. Penolongpun akan mengalami kesulitan saat melakukan tindakan. 20 Sedangkan untuk posisi setengah duduk peregangan perineum tidak berlebihan. Penolong yang sabar dan terampil serta ibu yang bisa diajak kerjasama atau diarahkan dapat mengurangi bahkan mencegah kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin. 20

Dari uji statistik chi square diperoleh X2 hitung =10,878 > X2 tabel =7,815 ρ= 0,012 < 0,05 sehingga ada hubungan antara posisi

meneran pada ibu bersalin normal dengan rupture perineum di BPM TRI ERI Boyolali Periode Januari-April Tahun 2012.

Pada lokasi penelitian BPM TRI ERI Boyolali kejadian ruptur lebih banyak dialami oleh ibu bersalin dengan posisi meneran miring ke kiri dibandingkan dengan ibu bersalin dengan posisi meneran setengah duduk. Hal ini dapat dilihat juga pada teori, yaitu posisi meneran saat melahirkan dapat menyulitkan penolong (Bidan) untuk membantu proses persalinan atau dapat membantu memperlancar proses persalinan. 20

Evaluasi outcome persalinan pada beberapa penelitian yang membandingkan posisi tegak (duduk, tegak, jongkok, berlutut, berdiri) dengan posisi konvensional (lateral atau berbaring, litotomi atau dorsal recumbent) menunjukkan bahwa posisi tegak memiliki pengaruh yang positif pada beberapa indikator outcome persalinan, antara lain penurunan tingkat ruptur perineum.22

Pada penelitian terdapat 2 responden yang posisi menerannya miring ke kiri, akan tetapi 2 orang tersebut mengalami ruptur perineum derajat 1, hal ini disebabkan karena perineumnya elastis. Didapat juga keadaan 2 orang ibu yang posisi menerannya setengah duduk tetapi terjadi ruptur derajat 3 dan 4, hal ini disebabkan karena 1 orang perineumnya tidak elastis, 1 orang karena bayinya besar. Sedangkan untuk posisi miring ke kiri jumlah yang mengalami ruptur drajat 3 dan 4 semakin banyak yaitu 4 orang.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa penyebab ruptur perineum adalah kepala janin terlalu cepat lahir, pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, sebelumnya terdapat banyak jaringan parut pada perineum dan persalinan dengan distosia bahu.9

Penyebab robekan perineum pada persalinan normal ada beberapa macam diantaranya : pertama, Partus Presipitatus jarang disertai dengan komplikasi maternal yagn serius jika serviks mengadakan penipisan serta dilatasi dengan mudah, vagina sebelumnya sudah teregang dan perineum dalam keadaan lemas (relaksasi). Namun demikian, kontraksi uterus yang kuat disertai

(11)

Hubungan Posisi Meneran pada Ibu Bersa lin Normal

dengan Ruptur Perineum (A. Dewi L dan Suwinah) 47 serviks yang panjang serta kaku, dan vagina, vulva atau perineum yang tidak teregang dapat menimbulkan rupture uteri atau laserasi yang luas pada serviks, vagina, vulva atau perineum.6

Kedua, Elastisitas perineum (banyak jaringan parut atau perineum kaku). Daerah perineum bersifat elastik, tapi dapat juga ditemukan perineum yang kaku, terutama pada nullipara yang baru mengalami kehamilan pertama (primigravida).6

PENUTUP 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan posisi meneran pada ibu bersalin normal dengan rupture perineum di BPM TRI ERI Boyolali Periode Januari- April Tahun 2012, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden berdasarkan umur terdapat sebagian besar responden berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 28 responden (80 %). Hal ini karena pada usia tersebut merupakan usia reproduksi sehat.

2. Karakteristik responden berdasarkan paritas sebagian besar responden termasuk primipara sebanyak 29 responden (82,9 %). Dan sisanya yang termasuk multipara sebanyak 6 responden (17,1%).

3. Posisi meneran ibu bersalin di BPM TRI ERI Boyolali antara posisi meneran miring ke kiri sebanyak 18 orang dengan setengah duduk banyaknya 17 orang.

4. Ruptur perineum pada BPM TRI ERI Boyolali banyak terjadi pada ibu bersalin dengan posisi miring ke kiri yaitu sebanyak 18 responden yang mengalami rupture perineum derajat 1 sebanyak 2 orang, derajat 2 sebanyak 12 orang, sedangkan untuk derajat 3 dan 4 masing-masing sebanyak 2 orang. Hal ini mungkn disebabkan karena posisi meneran yang digunakan responden. Selain iyu faktor lainnya dapat dikarenakan Elastisitas perineum responden, kepala janin terlalu cepat lahir, pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya dan lain sebagainya.

5. Hasil analisis menunjukkan bahwa posisi bersalin ibu berhubungan signifikan dengan ruptur perineum pada ibu bersalin. Hal ini ditunjukkan

hasil uji chi square diperoleh X2 hitung = 10,878 > X2 tabel = 7,815 ρ = 0,012 < 0,05.

5.2 Saran

Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Berikan informasi yang sebenarnya pada ibu hamil tentang macam-macam posisi bersalin, keuntungan dan kerugiannya dari berbagai posisi untuk menghindari ruptur perineum pada saat persalinan. Tenaga kesehatan juga harus mengetahui beberapa faktor yang menyebabkan ruptur perineum.

(12)

Hubungan Posisi Meneran pada Ibu Bersa lin Normal

dengan Ruptur Perineum (A. Dewi L dan Suwinah) 48 Sehingga dapat mengantisipasi dan meminimaliskan kejadian ruptur perineum.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

Untuk penelitian berikutnya perlu diteliti lebih lanjut tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ruptur perineum pada saat persalinan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjoasastro, 2005.Ilmu Kandungan, YBPSP, Jakarta.

2. Anonim.2012. Kematian Ibu Melahirkan di Indonesia Masih Tinggi. 3. Muhyasir.2011. Angka Kematian Ibu, Bayi, dan Balita Indonesia 2011.

https://muhyasir.wordpress.com. Diunduh pada Tanggal 9-4-12 jam 12.00 WIB

4. Anonim.2009. Angka kematian ibu dan bayi di Boyolali masih tinggi.

http://www.solopos.com. Diunduh pada tanggal 9 April 2012 jam 12.30 WIB

5. Saifudin A.B, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 6. Wiknjosastro H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Prawirohardjo. h : 171-2, 186-200.

7. Cunningham. 2002. Obstetri Williams, Jakarta: EGC. 8. Sarwono. 2007. ilmu kandungan.Jakarta:Tpdasa printer;

9. Saifudin,AB. 2007.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBPSP.

10. Sastroasmoro, S. Ismail, S. 2002 Dasar – dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi kedua. Jakarta: CV Sagung Seto

11. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

12. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi dan Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba medika

13. Lestari, 2007. Hubungan Paritas dengan Derajad Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di Puskesmas Mergansan Yogyakarta tahun 2007, KTI, yogyakarta: Poltekkes Yogyakarta Jurusan Kebidanan.

(13)

Hubungan Posisi Meneran pada Ibu Bersa lin Normal

dengan Ruptur Perineum (A. Dewi L dan Suwinah) 49 14. Sumarah, Widyastuti Y, Wiyati N. 2008. Perawatan Ibu Bersalin.

Yogyakarta: Fitramaya; p. 3-44.

15. Varney H, Kriebs JM, Gegor CL. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC; p. 192-697.

16. Manuaba IGB. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC; P. 13-165.

17. Bobak I. 2004. Keperawatan maternitas. Jakarta: EGC; p. 245-249.

18. Oxorn H. 2003. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta: Yayasan Escentia Medica;

19. Riwidikdo. 2007. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: mitra Cendikia Press 20. Diah.2012. Macam posisi meneran/mengejan saat melahirkan dan cara

meneran yang benar. http:jurnalbidandiah.blogspot.com. Di unduh tanggal 22-5-2012 jam 10.00WIB

21. Robert, J.E. 2003. A New Understanding of the Second Stage of Labor : Implications for Nursing Care. J Obstet gynecol Neonatal Nurs. Dalam Nawangsih, UHE, Dasuki, D, Siswishanto, R. 2007. Efektivitas Jongkok terhadap lama Persalinan Kala II Pada Primipara. Yogyakarta : Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol. 3 No. 1

22. Kleine-Tebbe, A., David, M., Farkic, M. 1996. Upright birthing position – more birth canal injuries results of a retrospective comparative study. Zentralbl Gynakol. Dalam Nawangsih, UHE, Dasuki, D, Siswishanto, R. 2007. Efektivitas Jongkok terhadap lama Persalinan Kala II Pada Primipara. Yogyakarta : Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol. 3 No. 1

23. Depkes RI. 2008. Pelatihan Klinik : Asuhan Persalinan Normal : Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : Depkes RI

24. Liu, David T.Y. 2007. Manual Persalinan Edisi 3. Alih bahasa : Eny Meiliya. Jakarta : EGC

Gambar

Diagram 3.1.  Hubungan antar variabel  4.  Definisi Operasional
Tabel 3.2 Tabel Contingency
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Posisi Meneran Ibu Bersalin di BPM TRI ERI  Boyolali Periode Januari-April Tahun 2012
Tabel 4.4   Hasil chi square

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu, Raka Joni (2007) lebih jauh lagi menyatakan bahwa kekisruhan konseptual-akademis dalam penetapan bingkai pikir penyelenggaraan pendidikan profesional

kejahatan. c) Orang yang menyuruh melakukan kejahatan. d) Orang yang membujuk orang lain untuk melakukan kejahatan. e) Orang yang membantu untuk melakukan kejahatan.

Judul yang penulis ajukan adalah pengaruh struktur kepemilikan terhadap profitabilitas pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di bursa efek Indonesia.. Dalam penyusunan

Pengaruh tingkat inflasi, Tingkat suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, Indeks Dow Jones, dan Indeks KLSE terhadap indeks harga saham

Komunitas Karya Bunda sebagai proses lanjutan dalam pengelolaan sampah dari Bank Sampah Desa Paseban dengan mendaur ulang sampah plastik yang tidak dapat dijual

Pada tugas akhir ini, akan diperoleh hasil berupa alur pelayanan aktual yang umum terjadi (frequent behavior) maupun alur pelayanan lain (infrequent behavior) yang dijalani

Berdasarkan dalam hal ini pengasuh dapat memberikan sanksi kepada santri yang mengulangi perilaku bully yang dilakukannya kepada santri lain, sehingga pengasuh

appear in the students ' dictation papers mostl y consist. of meaning