• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dasar Hukum Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) Landasan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dasar Hukum Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) Landasan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Hukum Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) 2.1.1 Landasan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah

Landasan hukum dan undang-undang sampai keputusan menteri yang mengatur tentang pelaksanaan K3 adalah sebagai berikut :

1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang berisi mengenai penetapan kewajiban pengusaha, kewajiban dan hak tenaga kerja serta syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh organisasi.

2. UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2 “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”

3. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenaga kerjaan yang memuat mengenai keselamatan kerja yaitu :

 Pasal 86 menyebutkan bahwa setiap organisasi wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi tenaga kerja.

 Pasal 87 mewajibkan setiap organisasi melaksanakan Sistem Manajemen K3 yang terintregasi dengan manajemen organisasi lainnya.

4. UU No. 8 tahun 1998 tentang Perlindungan Konsumen antara lain:

 Pasal 2 menyebutkan bahwa perlindungan konsumen berdasarkan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

 Pasal 4 menyebutkan mengenai hak konsumen antara lain hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa.

(2)

 Pasal 23 yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertibnya penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

6. Keputusan Menetri Tenaga Kerja Nomor Kep.196/Men/1999 tentang penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja, bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu pada sektor jasa konstruksi.

7. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung memuat antara lain:

 Pasal 16 menyebutkan persyaratan keandalan bangunan gedung meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.

 Pasal 21 menyebutkan persyaratan bangunan gedung meliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan gedung.

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 09/Per/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

2.1.2 Kebijakan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)

Manajemen puncak harus menetapkan dan mensahkan Kebijakan organisasi dan memastikan bahwa dalam menetapkan lingkup Sistem Manajemen K3L harus sesuai kebijakan berikut :

1. Sesuai dengan sifat dan besarnya resiko dari organisasi K3L. 2. Mencakup komitmen untuk peningkatan yang berkelanjutan.

(3)

3. Termasuk komitmen dan sesuai dengan perundang-undangan K3 yang dapat diterapkan yang terkini dan dengan persyaratan-parsyaratan lain yang dianut organisasi yang berkaitan dengan bahaya K3L.

4. Memberikan kerangka untuk menetapkan dan meninjau ulang objektif K3L 5. Didokumentasikan, diimplementasikan dan dipelihara.

6. Dikomunikasikan kepada semua karyawan dengan maksud agar semua karyawan peduli akan kewajiban K3 masing-masing.

7. Tersedia bagi pihak-pihak yang terkait.

8. Ditinjau secara berkala untuk memastikan bahwa itu tetap relevan dan cocok untuk organisasi.

2.2 Manfaat dan Tujuan Penerapan Sistem Manajemen K3L Manfaat penerapan sistem manajemen K3L secara umum antara lain:

1. Perlindungan Karyawan.

Tujuan inti penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah memberi perlindungan kepada pekerja. Bagaimanapun, pekerja adalah aset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga keselamatannya. Pengaruh positif terbesar yang dapat diraih adalah mengurangi angka kecelakaan kerja. Karena karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatannya akan bekerja lebih optimal dibandingkan karyawan yang terancam K3-nya. Dengan adanya jaminan keselamatan, keamanan dan kesehatan selama bekerja, mereka tentu akan memberikan kepuasan dan meningkatkan loyalitas mereka terhadap perusahaan.

(4)

Banyak organisasi yang telah mematuhi peraturan menunjukkan eksistensinya dalam beberapa tahun. Bisa dilihat bagaimana pengaruh buruk yang didapat bagi perusahaan yang melakukan ketidakpedulian terhadap peraturan dan undang-undang, seperti citra yang buruk, tuntutan hukum dari badan pemerintah, seringnya menghadapi permasalahan dengan tenaga kerjanya, semua itu tentunya akan mengakibatkan kebangkrutan. Dengan menerapkan Sistem Manajemen K3L, setidaknya sebuah perusahaan telah menunjukkan itikad baiknya dalam mematuhi peraturan dan perundang-undangan sehingga mereka dapat beroperasi normal tanpa menghadapi kendala dari segi ketenagakerjaan. 3. Mengurangi biaya

Tidak berbeda dengan falsafah dasar sistem manajemen pada umumnya, Sistem Manajemen K3L juga melakukan pencegahan terhadap ketidaksesuaian. Dengan menerapkan sistem ini, kita dapat mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan atau sakit akibat kerja. Dengan demikian kita tidak perlu mengeluarkan biaya yang ditimbulkan akibat kejadian tersebut. Memang dalam jangka pendek kita akan mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam menerapkan sebuah Sistem Manajemen K3L. Akan tetapi jika penerapannya dilakukan dengan secara efektif dan penuh komitmen, nilai uang yang keluar tersebut jauh lebih kecil dibandingkan biaya yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja, sebab jika timbul kecelakaan maka banyak hal yang akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan seperti: biaya, produktivitas, waktu, mutu pekerjaan, sudut pandang public terhadap perusahaan.

4. Membuat sistem manajemen yang efektif

Banyak variabel yang ikut membantu pencapaian sebuah sistem manajemen yang efektif, salah satu bentuk nyata yang bisa kita lihat dari Sistem Manajemen

(5)

K3 adalah adanya prosedur terdokumentasi. Dengan adanya prosedur, maka segala aktivitas dan kegiatan yang terjadi akan terorganisir, terarah dan berada dalam koridor yang teratur. Rekaman-rekaman sebagai bukti penerapan sistem disimpan untuk memudahkan pembuktian dan identifikasi akar masalah ketidaksesuaian. Persyaratan perencanaan, evaluasi dan tindak lanjut merupakan bentuk bagaimana sistem manajemen yang efektif. Pengendalian dan pemantauan aspek penting menjadi penekanan dan ikut memberi nilai tambah bagi organisasi. Penerapan Sistem Manajemen K3L yang efektif akan mengurangi rapat-rapat yang membahas ketidaksesuaian. Dengan adanya sistem maka hal itu dapat dicegah sebelumnya disamping kompetensi personel yang semakin meningkat dalam mengetahui potensi ketidaksesuaian. Dengan demikian organisasi dapat berkonsentrasi melakukan peningkatan terhadap sistem manajemennya dibandingkan melakukan perbaikan terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi.

5. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan

Karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya akan bekerja lebih optimal dan ini tentu akan berdampak pada produk yang dihasilkan. Pada gilirannya ini akan meningkatkan kualitas produk dan jasa yang dihasilkan. Disamping itu dengan adanya pengakuan penerapan Sistem Manajemen K3L, citra organisasi terhadap kinerjanya akan semakin meningkatkan kepercayaan pelanggan.

2.2.1 Manfaat K3 bagi Kontraktor

Pada dasarnya antara K3 dengan laba memiliki keterkaitan sehingga kelihatannya seperti kurang manusiawi, namun perhatian terhadap K3 justru akan menguntungkan

(6)

kontraktor dan juga bagi tenaga kerja konstruksi, tenaga kerja yang cedera tentu akan menderita fisik dan menderita finansial. Kontraktor yang mengabaikan K3 juga akan menderita dari segi biaya langsung , misalnya waktu yang terbuang akibat kecelakaan, perbaikan peralatan, penyewaan akibat peralatan yang rusak dan masih banyak lagi kerugian tak terasuransikan yang ditanggung oleh kontraktor tersebut.

2.2.2 Manfaat K3 bagi Tenaga Kerja Konstruksi

Tenaga kerja konstruksi akan memperoleh haknya bila mengikuti program asuransi, namun jika tenaga kerja tersebut telah cacat, biasanya tidak mampu lagi menggunakan keterampilannya di lingkungan usaha jasa konstruksi, maka ia pun terpaksa beralih kegiatan dengan keterampilan yang lebih rendah dan ini berarti ia akan menerima upah yang lebih rendah dari yang diperoleh sebelum cacat.

2.2.3 Manfaat K3 bagi Pemberi Tugas/Konsumen

Pekerjaan yang serius dapat mengakibatkan penundaan yang tidak diatasi lagi. Bila hal itu terjadi, maka proyek produksi memerlukan revisi. Pemberi tugas kadang-kadang terpaksa untuk mendatangkan peralatan serta mesin-mesin baru untuk dipasang akibat penundaan, yang lebih lanjut mengakibatkan dampak berantai, yang betul-betul menciptakan penderitaan bagi pemberi kerja. Hal demikian tidak perlu terjadi dalam hal kontraktor dapat melaksanakan pekerjaannya secara efisien dan selamat, sehingga semua pihak mendapatkan keuntungan, dan secara khusus bagi pemberi kerja.

2.2.4 Tujuan Penerapan K3 di Bidang Konstruksi Tujuan tersebut antara lain:

(7)

1. Bekerja dan melaksanakan pekerjaan dengan benar, mengikuti ketentuan, batasan dan tahapan pelaksanaan yang disyaratkan sesuai dengan pedoman keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kegiatan konstruksi.

2. Menghindari setiap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dengan melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan, pengawasan dan inspeksi, untuk memenuhi keselamatan dan kesehatan kerja.

2.3 Syarat-syarat Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L) Syarat-syarat kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan (K3L) antara lain:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran 3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya

5. Memberi pertolongan kepada kecelakaan

6. Memberi alat pelindung diri (APD) pada para pekerja

7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas,hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.

8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, keracunan, infeksi dan penularan.

9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai 10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik 11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup 12. Memelihara kebersihan, kesehatan, ketertiban

(8)

13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan dan proses kerjanya

14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang

15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan penyimpanan barang

17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya kecelakaannya tinggi.

2.4 Keselamatan Kerja Pada Pekerjaan Konstruksi 2.4.1 Memasuki Lokasi Proyek

Ada beberapa kriteria dalam memasuki suatu lokasi pekerjaan proyek konstruksi antara lain adalah:

a. Lokasi proyek yang sedang dikerjakan dan di samping jalan raya harus dipagari. b. Orang yang tidak berwenang dilarang masuk.

c. Semua orang yang memasuki areal proyek harus memakai tanda pengenal yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan.

d. Khusus tamu harus mengenakan tanda pengenal tersendiri yang diberikan petugas satpam di pos jaga.

e. Karyawan dari kantor pusat / wilayah sebagai tamu di proyek harus menggunakan tanda pengenal yang berlaku di kantor pusat / wilayah.

(9)

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pertemuan pagi sebelum bekerja antara lain :

a. Pertemuan singkat (10-15 menit) yang dilakukan sebelum pekerjaan dimulai di pagi hari.

b. Pertemuan ini di hadiri semua orang yang akan bekerja atau melaksanakan pengawasan di lapangan, baik Mandor, Kepala Regu Kerja, Pelaksana, Site Manager dan Subkontraktor.

c. Pengenalan singkat oleh petugas K3 tentang keselamatan kerja secara umum maupun sesuai perkembangan di lapangan.

d. Memeriksa kelengkapan pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) dan kesiapan pekerja

2.4.3 Inspeksi K3

Selama melaksanakan pekerjaan maka harus dilakukan pengawasan/inspeksi :

a. Dilaksanakan secara periodik oleh petugas K3 untuk menjaga standar penerapan SMK3.

b. Inspeksi dilakukan terhadap tenaga kerja perusahaan kontraktor maupun sub kontraktor serta pekerja perusahaan supplier.

2.4.4 Patroli Rutin

Patroli rutin oleh petugas K3 setiap hari untuk memonitor keadaan lapangan dan melakukan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan.

(10)

Setiap orang yang berada di area kerja harus menggunakan alat pelindung diri yang dipakai sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, antara lain :

a. Helm Proyek

Untuk melindungi bagian kepala dari benturan dengan benda keras dan dari benda jatuh. Helm wajib digunakan oleh seluruh pekerja yang berada/ bekerja di lapangan. Untuk karyawan PP helm proyek yang digunakan berwarna putih dan helm proyok untuk pekerjadari sub-kontraktor atau mador, warnanya disesuaikan dengan ketentuan yang diberlakukan oleh proyek masing-masing. Helm proyek yang digunakan oleh seluruh pekerja harus dilengkapi dengan tali dagu. Khusus untuk tamu yang memasuki area proyek wajib menggunakan helm proyek yang telah disediakan oleh proyek.

b. Sepatu Pengaman

Untuk melindungi dan mencegah resiko luka di bagian kaki. Seluruh pekerja wajib menggunakan sepatu selama bekerja di area proyek. Khusus untuk yang bekerja di tempat yang lembab atau basah wajib menggunakan sepatu karet/rubber shoes.

c. Sabuk Keselamatan

Safety belt, digunakan untuk pekerja yang bekerja di ketinggian 2 meter atau lebih dan di pinggir void/di tepi bangunan.

Full body harness, untuk pekerja yang bekerja di atas gondola wajib menggunakanfull body harnesslengkap dengan life line/tali keselamatan.

d. Kaca mata Pengaman

Kedok las, berfungsi untuk melindungi mata dari sinar atau cahayadari api las pada saat melakukan pekerjaan pengelasan.

Kaca mata trasparan, untuk melindungi mata dari debu dan serpihan benda kecil pada saat melakukan pembongkaran, menggerinda finishing dll.

(11)

Masker debu, untuk pekerja yang bekerja di lokasi /area yang berdebu seperti finishing dinding, lantai house keeping, dll. Masker asap, untuk pekerjaan yang langsung berhubungan dengan asap seperti pekerjaan las,fogging, dll.

f. Sarung Tangan

Sarung tangan karet, untuk melindungi tangan pekerja dari kotoran dan bahan kimia pada saat melakukan pekerjaan.

Sarung tangan kulit, untuk melindungi tangan pekerja dari panas, benda tajam, seperti pada pekerjaan pengelasan, ducting, plumbing dll.

Sarung tangan katun, untuk meindungi tangan pekerja dari kontak langsung dengan benda keras saat pengangkatan material, dll.

g. Pelindung Telinga

Earplug, untuk melindungi telinga pekerja dari kebisingan pada saat melakukan pekerjaan di lokasi yang tingkat kebisingannya sedang.

Earmuff, untuk melindungi telinga pekerja dari kebisingan pada saat melakukan pekerjaan di ruang genset, dll.

h. Jaket Pelampung

Untuk dipakai saat bekerja di atas permukaan air, agar terhindar dari bahaya tenggelam ketika terjatuh ke dalam air.

2.5 Standar OHSAS 18001 : 2007 Secara Umum

2.5.1 Sejarah OHSAS 18001 dan Sistem Manajemen K3L

Beragamnya sistem manajemen K3 yang dikembangkan berbagai lembaga, mendorong timbulnya keinginan untuk menetapkan suatu standar yang dapat dipergunakan secara global. Dibandingkan dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000 dan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14000 : 2004, Sistem Manajemen K3 memang belum

(12)

begitu populer. Standar yang sekarang dikenal dengan OHSAS 18001 : 1999 pun tidak diterbitkan oleh Lembaga Standarisasi Dunia (ISO), tetapi melalui kesepakatan badan – badan sertifikasi yang ada di beberapa negara.

Dengan demikian penerapan K3 dalam berorganisasi dapat diukur satu dengan yang lainnya dengan menggunakan tolok ukur yang sama. OHSAS 18001 dikembangkan oleh OHSAS Project Group, konsorsium 42 organisasi dari 28 negara.Tim ini melahirkan kesepakatan menetapkan system penilaian yang dinamakan OHSAS 18000 yang terdiri atas 2 bagian, yaitu:

 OHSAS 18001 : memuat spesifikasi K3  OHSAS 18002 : pedoman implementasi

OHSAS 18001 bersifat generik dengan pemikiraan untuk dapat dipergunakan dan dikembangkan oleh berbagai organisasi sesuai dengan sifat, skala kegiatan, resiko serta lingkup kegiatan organisasi. Sejak diperkenalkan tahun 1999 standart ini telah berkembang pesat dan digunakan secara global. Hingga sekarang telah ditetapkan standar baru mengenai sistem manajemen K3L yaitu OHSAS 18001 : 2007. Secara umum, OHSAS 18001 dapat digunakan bagi setiap organisasi yang ingin:

a) Mengembangkan suatu sistem manajemen K3L untuk menghilangkan atau mengurangi resiko terhadap individu atau pihak terkait lainnya yang kemungkinan terpajan oleh aktivitas organisasi,

b) Menerapkan, memelihara atau meningakatkan sistem manajemen K3L, c) Memastikan bahwa kebijakan K3 telah terpenuhi, dan

d) Menunjukkan kesesuaian organisasi dengan standar SMK3L dengan cara:  Pernyataan sendiri bahwa organisasi telah memenuhi standar SMK3L,

 Memperoleh konfirmasi kesesuaian SMK3L oleh pihak ketiga yang memiliki kepentingan dengan organisasi seperti pemasok dan pelanggan,

(13)

 Mendapatkan konfirmasi tentang pernyataan sendiri oleh pihak external organisasi,

 Memperoleh sertifikasi atau regestrasi SMK3L badan sertifikasi.

2.5.2 Istilah dan Definisi dalam OHSAS 18001 : 2007

Berdasarkan peraturan menteri tenaga kerja nomor: PER.05/MEN/1996, pengertian sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna tercapainya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Berdasarkan Undang – Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja, pengetian K3 yaitu :

1 Secara filosofi didefinisikan sebagai upaya dan pemikiran dalam menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani atau rohani manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya serta hasil karya dan budayanya dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

2 Secara keilmuan K3 didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan teknologi pencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Kecelakaan (Accident) adalah peristiwa yang tidak dikehendaki yang mengakibatkan kematian, cedera, kerusakan atau kerugian lainnya.

Kejadian / Insiden (Incident) adalah peristiwa yang menimbulkan terjadinya suatu kecelakaan / berpotensi terhadap terjadinya suatu kecelakaan.

(14)

Bahaya (Hazard) adalah sumber atau keadaan yang berpotensi terhadap terjadinya kerugian dalam bentuk cidera atau penyakit akibat kerja, kerusakan properti, kerusakan pada lingkungan kerja atau kombinasi darinya.

Resiko (Risk) adalah kombinasi antara kemungkinan suatu kejadian dalam setiap peristiwa dengan keparahan atau akibat yang dinyatakan dalam kerugian.

Identifikasi bahaya (Hazard identification) adalah proses untuk mengenali adanya suatu bahaya dan menetapkan karakteristiknya.

Keselamatan(Safety)adalah kebebasan dari resiko kerugian yang tidak dapat diterima. Resiko yang dapat diterima (Tolerable risk) adalah resiko yang telah dikurangi sampai pada tingkat yang dapat ditahan oleh organisasi dalam hal kewajiban hukum dan kebijakan K3-nya.

Audit adalah suatu penilaian sistematis untuk menetukan apakah aktivitas dan hasil – hasil yang berhubungan sesuai dengan pengaturan yang telah rencanakan apakah pengaturan tersebut diterapkan secara efektif dan sesuai untuk mencapai kebijakan dan tujuan organisasi.

Penilaian resiko (Risk Assesment) adalah proses perkiraan besar resiko secara keseluruhan dan menentukan apakah resiko dapat ditolerir atau tidak.

Peningkatan berkelanjutan (Continual improvement) adalah proses peningkatan sistem manajemen K3, untuk mencapai peningkatan – peningkatan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja secara keseluruhan, sesuai dengan kebijakan K3.

Tindakan koreksi adalah tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian yang terdeteksi atau situasi lain yang tidak diinginkan.

(15)

Gangguan Kesehatan Kerjaadalah kondisi yang dapat merusak fisik atau mental yang timbul dari dan / dapat memburuk oleh aktivitas kerja dan / atau situasi yang berhubungn dengan pekerjaan.

Pihak yang berkepentingan adalah individu atau kelompok, didalam atau diluar tempat kerja yang peduli atau yang terpengaruh oleh kinnerja K3 dari suatu organisasi. SMK3 adalah bagian dari system manajemen organisasi yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan K3 dan mengelola resiko K3.

Kinerja K3 adalah hasil terukur dari pengelolaan resiko K3 yang dilaksanakan oleh organisasi.

Kebijakan K3 adalah maksud dan arahan secara menyeluruh dari organisasi yang berkaitan dengan kinerja K3 yang ditunjukkan secara formal oleh manajemen puncak. Organisasi adalah badan usaha, otoritas atau institusi, bagian atau kombinasi, baik merupakan badan usaha atau bukan, umum atau swasta, yang memiliki fungsi dan administrasi.

Tindakan pencegahan adalah tindakan untuk menghilangkan penyebab potensial ketidaksesuaian atau situasi potensial yang tidak diinginkan lainnya.

Proseduradalah cara spesifik untuk melakukan suatu kegiatan atau proses.

Rekaman adalah dokumen yang menyatakan hasil yang dicapai atau bukti kegiatan telah dilaksanakan.

Tempat kerja adalah setiap lokasi fisik kegiatan berkaitan dengan kerja dilakukan dibawah pengawasan organisasi.

2.5.3 Ruang Lingkup OHSAS 18001 : 2007

Seri persyaratan penilaian keselamatan dan kesehatan kerja ini menyatakan persyaratan sistem manajemen kesehatan keselamatan kerja dan lingkungan (SMK3L), agar

(16)

organisasi mampu mengendalikan resiko-resiko K3 dan meningkatkan kinerjanya. Secara spesifik persyaratan ini tidak menyatakan kriteria kinerja, ataupun memberikan persyaratan secara lengkap dalam merancang sistem manajemen.

Persyaratan OHSAS 18001 : 2007 ini dapat diaplikasikan kepada organisasi yang berniat untuk :

1. Membuat suatu sistem manajemen K3L untuk menghilangkan atau meminimalkan resiko kepada karyawan dan pihak-pihak terkait lain yang mungkin ditimbulkan oleh resiko K3L yang terkait dengan aktifitas kerja organisasi.

2. Menerapkan, memelihara dan secara berkelanjutan meningkatkan sistem manajemen K3L

3. Menentukan persyaratan tersebut sesuai dengan kebijakan K3L yang ditetapkan

4. Memperlihatkan kesesuaian dengan persyaratan lain

5. Mendapatkan sertifikat/registrasi atas sistem manajemen K3L oleh organisasi eksternal, atau

6. Menentukan sendiri ketentuan dan deklarasi kesesuaian dengan persyaratan OHSAS 18001 : 2007

Semua persyaratan OHSAS 18001 : 2007 ini dimaksudkan agar dapat digabungkan dengan sistem manajemen K3L. Luasnya aplikasi akan tergantung pada faktor-faktor seperti kebijakan K3L organisasi, sifat dari aktifitas tersebut dan resiko-resiko serta kompleksitas dari operasi-operasinya. Persyaratan OHSAS 18001 : 2007 ini ditujukan untuk aspek keselamatan dan kesehatan kerja daripada keselamatan produk dan jasa.

(17)

Elemen-elemen/klausul Standard OHSAS 18001 : 2007

Tabel 2.1 Klausul OHSAS 18001 : 2007 OHSAS 18001 : 2007

Klausul Klausul

4.1 Persyratan Umum

4.2 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

4.3 Perencanaan

4.3.1

Identifikasi bahaya potensial, penilaian resiko dan pengendalian resiko

4.3.2 Peraturan hukum dan persyaratan lain 4.3.3 Sasaran/Objektif

4.3.4 Program Manajemen K3L

4.4 Operasi dan Penerapan

4.4.1 Struktur dan Organisasi

4.4.2 Pelatihan, Kepedulian, dan Kompetensi 4.4.3 Konsultasi, Partisipasi dan Komunikasi 4.4.4 Sistem Dokumentasi SMK3L

4.4.5 Pengendalian Dokumen 4.4.6 Pengendalian Operasi

4.4.7 Persiapan dan Tanggap Darurat

4.5 Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan

4.5.1 Unjuk Kerja, Pengukuran dan Pemantauan

4.5.2 Kecelakaan, Insiden, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan 4.5.3 Rekaman dan Manajemen rekaman

4.5.4 Audit

4.6 Tinjauan Manajemen

Sebagai suatu kesisteman, semua elemen tersebut saling terkait dan berhubungan sehingga harus dijalankan secara terpadu agar kinerja K3L yang diinginkan dapat tercapai.

(18)

Gambar 1.1 Bagan elemen OHSAS 18001 : 2007 2.6.1 Persyaratan Umum

Organisasi harus menetapkan dan memelihara Sistem Manajemen K3L, dan persyaratannya dan itu semua harus memenuhi semua persyaratan-persyaratan OHSAS 18001 : 2007. Dalam menerapkan Standar Sistem Manajemen K3L, organisasi dapat menentukan sendiri lingkup penerapannya, termasuk dari bagian atau unit kecil dari organisasi tersebut. Jika organisasi hanya menjadikan bagian/unit organisasi tersebut sebagai lingkup penerapan standar Sistem Manajemen K3L, maka panduan atau prosedur yang dibuat oleh bagian/unit lain di perusahaan tersebut dapat digunakan sebagai pemenuhan klausul-klausul standar Sistem Manajemen K3L.

2.6.2 Kebijakan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan Tinjauan Manajemen

Audit Umpan balik dari pengukuran kinerja

Perencanaan Gambar 1.2 Kebijakan K3L PENINGKATAN BERKELANJUTAN KEBIJAKAN K3 PERENCANAAN OPERASI dan PENERAPAN EVALUASI dan TINDAKAN PERBAIKAN TINJAUAN MANAJEMEN KEBIJAKAN

(19)

Harus ada kebijakan K3L yang disyahkan oleh manajemen puncak, yang secara jelas memberikan kerangka sasaran K3L dan komitmen dalam memperbaiki kinerja K3L. Kebijakan harus:

a. Sesuai dengan sifat dan skala resiko K3L dari organisasi. b. Mencakup komitmen untuk peningkatan berkelanjutan.

c. Mencakup komitmen ketaatan untuk memenuhi peraturan K3L dan persyaratan lainnya yang berhubungan dengan organisasi.

d. Terdokumentasi, diterapkan dan dipelihara.

e. Dikomunikasikan pada seluruh personel dengan menekankan karyawan untuk peduli dengan kewajiban K3L-nya.

f. Tersedia pada pihak terkait.

g. Ditinjau secara periodik untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut masih relevan dan sesuai dengan organisasi.

2.6.3 Perencanaan

2.6.3.1 Identifikasi Bahaya Potensial, Penilaian Dan Pengendalian Risiko

Organisai harus membuat dan memelihara prosedur untuk melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko, penerapan kendali pengukuran yang diperlukan, yang mencakup:

 Aktivitas rutin dan nonrutin.

 Aktivitas personel yang memiliki akses pada tempat kerja (mencakup subkontraktor dan pengunjung).

 Fasilitas pada tempat kerja, peralataan, material yang disediakan oleh organisasi atau pihak lainnya.

(20)

 Identifikasi semua bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan dan keselamatan manusia yang berada dibawah perlindungan organisasi didalam tempat kerja.

 Bahaya yang ditimbulkan disekitar tempat kerja akibat aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan yang berada dibawah kendali organisasi.

 Perubahan atau rencana perubahan dalam organisasi baik dari segi kegiatan ataupun materialnya.

Organisasi harus memastikan bahwa hasil dari penilaian tersebut dan pengaruh pengendalian ini dipertimbangkan dalam membuat sasaran K3L. Organisasi harus mendokumentasikan dan memelihara informasi terbaru. Metodologi untuk mengidentifikasi bahaya dan penilaian resiko harus:

 Terdefinisi dengan memperhatikan lingkup organisasi, sifat dan waktu untuk memastikan organisasi lebih proaktif ketimbang reaktif.

 Menyediakan klasifikasi resiko dan identifikasinya untuk dieliminasi atau dikendalikan.

 Konsisten dengan pengalaman operasi dengan kemampuan kendali pengukuran risiko.

 Menyediakan input pada ketentuan persyaratan fasilitas, identifikasi kebutuhan pelatihan dan/atau pengembangan kendali operasional.

 Menyediakan tindakan yang dipersyaratkan untuk memastikan keefektifan dan jangka waktu penerapannya pada saatmonitoring.

2.6.3.2 Peraturan Hukum dan Persyaratan Lain

Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses persyaratan perundangan dan persyaratan K3L lainnya yang sesuai.

(21)

Organisasi harus menjaga informasi yang tersedia tetap up-to-date. Organisasi harus mengkomunikasikan informasi yang relevan tentang peraturan dan persyaratan lainnya pada karyawannya dan pihak yang terkait.

2.6.3.3 Sasaran K3L

Organisasi harus menetapkan dan memelihara dokumen sasaran K3L di setiap fungsi dan level yang relevan dalam organisasi. Untuk praktisnya, sebaiknya sasaran dilihat dari segi kuantitasnya. Bila membuat dan meninjau sasarannya, organisasi harus mempertimbangkan peraturan perundang-undangan, bahaya potensial dan resiko K3L, pilihan teknologi, finansial, persyaratan operasi dan bisnis, dan pandangan pihak terkait. Sasaran harus konsisten dengan kebijakan K3L, mencakup komitmen dalam perbaikan berkelanjutan.

2.6.3.4 Program manajemen K3L

Organisasi harus menetapkan dan memelihara program manajemen K3L untuk mencapai sasaran K3L-nya. Program ini harus mencakup dokumentasi dari:

 Penunjukan tanggung jawab dan wewenang untuk pencapaian sasaran pada fungsi dan tingkatan yang relevan dari organisasi.

 Sarana dan jangka waktu dari sasaran yang dicapai

Program manajemen K3L harus ditinjau secara berkala. Bila diperlukan program manajemen K3L harus diamandemen sesuai dengan perubahan aktivitas, kondisi produk, servis dan operasi organisasi.

2.6.4 Penerapan dan Operasi 2.6.4.1 Struktur dan Organisasi

(22)

Aturan, tanggung jawab dan wewenang personel yang mengelola, melakukan dan memverifikasi aktivitas, fasilitas, dan proses organisasi yang memiliki pengaruh pada resiko K3L harus didefinisikan dalam prosedur dan dikomunikasikan dalam rangka memfasilitasi manajemen K3L. Tanggung jawab utama dari K3L terletak pada manajemen puncak. Organisasi harus menunjuk anggota manajemen puncak (seperti dalam organisasi yang besar, dewan pengurus atau anggota eksekutif komite) dengan tanggung jawab terpisah untuk memastikan bahwa Sistem Manajemen K3L diterapkan dan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan di semua lokasi dan lingkungan operasi organisasi. Manajemen harus menyediakan sumber daya yang penting untuk penerapan, pengendalian dan perbaikan dari Sistem Manajemen K3L. Sumber daya mencakup sumber daya manusia, keahlian khusus, teknologi dan sumber daya keuangan. Anggota manajemen yang ditunjuk harus memiliki aturan, tanggung jawab dan wewenang, antara lain:

 Memastikan ketersedian sumberdaya manusia, keahlian khusus, infrastruktur, keuangan untuk menetapkan, menjalankan, memelihara, meningkatkan SMK3L.  Menetapkan peran, alokasi tanggung jawab dan akuntabilitas, dan pendelegasian

wewenang untuk memfasilitasi manajemen K3L yang efektif.

Semua yang terkait dengan tanggung jawab manajemen harus memperlihatkan komitmen mereka untuk melakukan tindakan perbaikan yang berkelanjutan K3L.

2.6.4.2 Pelatihan, Kepedulian dan Kompetensi

Personel harus memiliki kompetensi dalam melakukan kegiatan yang dapat mempengaruhi K3L di tempat kerja. Kompetensi harus didefinisikan berdasarkan pendidikan, pelatihan dan/atau pengalaman. Organisasi harus menetapkan dan

(23)

memelihara prosedur untuk memastikan bahwa personel bekerja pada setiap fungsi dan tingkat yang relevan peduli pada:

a. Pentingnya kesesuaian pada kebijakan K3L dan prosedur dan persyaratan Sistem Manajemen K3L.

b. Konsekuensi, aktual atau potensi K3L dari aktivitas kerjanyadan keuntungan K3L dari perbaikan kinerja personel.

c. Tugas dan tanggung jawabnya dalam mencapai kesesuaian kebijakan K3L dan prosedur dan untuk persyaratan Sistem Manajemen K3L mencakup persyaratan tanggap darurat.

d. Konsekuensi potensi awal dari prosedur operasi yang spesifik. Prosedur training harus dilakukan dalam tingkat yang berbeda dari:

a. Tanggung jawab, kemampuan teknis, dan kemampuan bahasa. b. Resiko

2.6.4.3 Konsultasi, Partisipasi dan Komunikasi

Organisasi harus mempunyai prosedur untuk memastikan bahwa informasi yang berhubungan dengan K3L dikomunikasikan pada dan dari karyawan dan pihak yang terkait lainnya. Susunan partisipasi dan konsultasi karyawan harus didokumentasikan dan diberitahukan kepada pihak terkait. Karyawan harus:

 Dilibatkan dalam pengembangan dan tinjauan kebijakan dan prosedur untuk mengelola resiko.

 Dikonsultasikan bila terdapat berbagai perubahan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan keamanan tempat kerja.

(24)

 Diberitahu siapa yang menjadi perwakilan K3L karyawan dan wakil manajemen yang diangkat.

2.6.4.4 Sistem Dokumentasi SMK3L

Penting untuk memelihara dokumentasi sesuai persyaratan minimum agar efektif dan efisien. Organisasi harus menetapkan dan memelihara informasi dengan media yang sesuai baik dalam bentuk kertas maupun elektronik, dan:

a. Menjelaskan inti dari sistem manajemen dan interaksinya. b. Menyediakan petunjuk pada dokumen yang terkait.

2.6.4.5 Pengendalian Dokumen

Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengendalikan semua dokumen dan data yang dipersyaratkan oleh spesifikasi OHSAS untuk memastikan, bahwa:

 Dokumen-dokumen dapat ditunjukkan.

 Dokumen-dokumen ditinjau secara periodik, direvisi sesuai kebutuhan dan disetujui penggunanya oleh personel yang berwewenang.

 Versi mutakhir dari dokumen dan data yang relevan terdapat pada semua lokasi operasi penting untuk penggunaan yang efektif dari Sistem K3L yang dilakukan.  Dokumen dan data yang tidak berlaku lagi harus dipisahkan dari semua tempat penggunaan atau dengan kata lain memastikan adanya penggunaan yang tidak disengaja.

 Tempat penyimpanan dokumen dan data untuk tujuan pengawetan peraturan dan pengetahuan, atau keduanya, teridentifikasi.

(25)

2.6.4.6 Pengendalian Operasi

Organisasi harus mengidentifikasi keseluruhan operasi dan aktivitas yang terkait dengan risiko yang diidentifikasi, dimana pengendalian perlu diterapkan.

Organisasi harus merencanakan aktivitas tersebut, termasuk pemeliharaan, dalam rangka memastikan bahwa aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan dalam kondisi yang ditetapkan dengan:

a. Menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk mengakomodasi situasi dimana ketiadaan prosedur tersebut dapat membuat terjadinya deviasi dari kebijakan dan sasaran K3L.

b. Ketentuan kriteria operasi dalam prosedur.

c. Menetapkan dan memelihara prosedur terkait untuk risiko-risiko K3L yang diidentifikasi terhadap barang-barang, peralatan dan jasa yang dibeli dan/atau digunakan oleh organisasi dan mengkomunikasikan prosedur dan persyaratan yang relevan pada pemasok dan rekanan.

d. Menetapkan dan memelihara prosedur untuk desain tempat kerja, proses instalasi, mesin-mesin, prosedur operasi dan organisasi kerja, termasuk adaptasi terhadap kemampuan personel, dalam rangka menghilangkan atau mengurangi risiko K3L pada sumbernya.

2.6.4.7 Persiapan dan Tanggap Darurat

Organisasi harus menetapkan dan memelihara perencanaan dan prosedur untuk mengidentifikasi potensi terjadinya insiden dan situasi darurat dan cara meresponnya, dan untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan dan kecelakaan yang mungkin terkait dengan keadaan tersebut.

(26)

2.6.5 Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan 2.6.5.1 Pengukuran dan Pemantauan Kinerja

Organisasi menetapkan dan memelihara prosedur untuk memantau dan mengukur kinerja K3 pada selang waktu terencana. Prosedur ini harus tersedia untuk:

a. Pengukuran kualitatif dan kuantitatif, sesuai dengan kebutuhan organisasi. b. Pemantauan pencapaian sasaran K3L.

c. Langkah reaktif kinerja untuk memantau kecelakaan, penyakit, insiden (mencakup hampir-kena) dan bukti historik lainnya dari kekurangan kinerja K3L.

d. Rekaman data hasil pemantauan dan pengukuran yang cukup untuk memudahkan akibat analisis tindakan perbaikan dan pencegahan.

Bila alat pemantau dipersyaratkan untuk pengukuran dan pemantauan kinerja, organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur kalibrasi dan memelihara peralatan tersebut. Rekaman kalibrasi dan aktivitas serta hasil pemeliharaan harus disimpan.

2.6.5.2 Kecelakaan, Insiden, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mendefinisikan tanggung jawab dan wewenang untuk:

 Penanganan dan investigasi dari kecelakaan, insiden, dan ketidaksesuaian.  Tindakan yang diambil untuk mengurangi berbagai konsekuensi yang timbul

dari kecelakaan, insiden atau ketidaksesuaian.

 Inisiatif dan penyelesaian dari tindakan perbaikan dan pencegahan.

(27)

Pada keseluruhan proses penilaian resiko, prosedur ini harus mempersyaratkan semua usulan tidakan perbaikan dan pencegahan harus ditinjau terlebih dahulu dalam penerapannya. Berbagai tindakan perbaikan atau pencegahan yang diambil untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian aktual dan berpotensi harus sesuai pada besarnya masalah dan sepadan dengan risiko K3L yang ditemukan. Organisasi harus menerapkan dan merekam berbagai perubahan dalam prosedur terdokumentasi yang dihasilkan dari tindakan perbaikan dan pencegahan.

2.6.5.3 Rekaman dan Pengelolaan Rekaman

Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk identifikasi, pemeliharaan dan disposisi rekaman K3L sebagai hasil audit dan tinjauan. Rekaman-rekaman K3L harus dapat dibaca, dapat diidentifikasi dan ditelusuri sesuai aktivitas yang terkait. Rekaman-rekaman K3L harus disimpan dan dipelihara untuk sewaktu-waktu siap ditunjukkan. Selain itu juga harus dipelihara dari kerusakan, keausan dan jangan sampai hilang. Waktu retensi harus ditetapkan dan disimpan. Rekaman-rekaman harus dipelihara, sesuai dengan sistem dan organisasi, untuk memperlihatkan kesesuaian pada spesifikasi K3L ini.

2.6.5.4 Audit

Organisasi harus menetapkan dan memelihara program dan prosedur audit secara periodik. Audit Sistem Manajemen K3L dilakukan dalam rangka untuk:

a) Menentukan apakah Sistem Manajemen K3L :

• Sesuai perencanaan Sistem Manajemen K3L mencakup persyaratan dari spesifikasi K3L ini.

(28)

• Efektif dalam memenuhi kebijakan dan sasaran K3L. b) Meninjau hasil audit sebelumnya.

c) Menyediakan informasi hasil audit manajemen. Program audit, mencakup berbagai jadwal, harus berdasarkan dari hasil penilaian risiko dari aktivitas organisasi, dan hasil audit sebelumnya. Prosedur audit harus mencakup lingkup, frekuensi, metodologi dan kompetensi, juga tanggung jawab dan persyaratan untuk melakukan audit dan pelaporan audit.

Jika memungkinkan, audit harus dilakukan oleh personel independen yang memiliki tanggung jawab langsung pada kegiatan yang diperiksa.

Catatan: Kata “Independen” di sini tidak berarti pihak eksternal organisasi.

2.6.6 Tinjauan Manajemen

Top manajemen harus meninjau Sistem Manajemen K3L pada selang waktu terencana, untuk memastikan Sistem Manajemen K3L secara terus-menerus sesuai, cukup dan efektif. Proses tinjauan manajemen harus memastikan bahwa informasi yang diperlukan terkumpul pada manajemen untuk dilakukan evaluasi. Tinjauan ini harus terdokumentasi. Tinjauan manajemen harus diarahkan pada kemungkinan kebutuhan untuk perubahan kebijakan, sasaran dan elemen Sistem Manajemen K3L lainnya, hasil audit Sistem Manajemen K3L, perubahan organisasi, dan komitmen untuk perbaikan berkelanjutan.

Gambar

Tabel 2.1 Klausul OHSAS 18001 : 2007 OHSAS 18001 : 2007
Gambar 1.1 Bagan elemen OHSAS 18001 : 2007 2.6.1 Persyaratan Umum

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi dua permasalahan di atas yaitu penumpukan pengajuan pinjaman yang seharusnya segera direalisasi pemilik koperasi dan penilaian pinjaman yang

Kondisi ini bisa muncul jika kurang benar dalam merawatnya,seperti kurang bersih dan kurang kering. Hal ini juga bisa terjadi bila saat pemotongan tali pusat bayi menggunakan

Jika wanita itu perempuan bikr (perawan), dia harus bisa menunjukkan bukti pendarahannya sebagai bukti bahwa dia telah diperkosa untuk bisa dibebaskan dari hukuman hadd.

Tujuan akhir dari pendampingan berbasis among ini adalah (1) model yang good and fit, (2) model efektif, (3) trend perilaku tenant dalam peningkatan mental wirausaha, (4) uji

2.7.1 Hubungan Transparansi terhadap Kualitas Laporan Keuangan Transparansi berarti terbukanya akses bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap setiap informasi

Penurunan percepatan pertumbuhan pada tulang tibia dan femur dimungkinkan pada umur 3 minggu karena bobot ayam broiler semakin meningkat sehingga mengakibatkan broiler

Hal ini berarti bahwa awal waktu Asar dimulai ketika bayangan Matahari sama dengan benda tegaknya, artinya apabila pada saat Matahari berkulminasi atas membuat bayangan

Analisa Pengaruh Relevansi Nilai Informasi Laba, Arus Kas Operasi, Nilai Buku Ekuitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Harga Saham pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek