PENGARUH VARIASI KECEPATAN PUTARAN MESIN BUBUT TERHADAP KEAUSAN PADA ALAT POTONG PAHAT HSS
TIPE BOHLER MO 1/2X4
Oleh:
Sang Putu Fitrah Dewangga1, Ny. Pasek Nugraha2, Kd. Rihendra Dantes3 1Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas teknik Dan Kejuruan,
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia
2Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas teknik Dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha,
Singaraja, Indonesia
3Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas teknik Dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha,
Singaraja, Indonesia
E-mail : dewangga.angga66@yahoo.com, paseknugraha@yahoo.com, rihendra79@gmail.com
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa pengaruh perbandingan keausan pahat terhadap putaran Rpm mesin bubut yang divariasikan kecepatannya.Penelitian ini menggunakan pahat HSS BOHLER MO dengan ukuran 1/2x4. Bahan Specimen yang digunakan untuk pengujian ini adalah Besi, Aluminium, kayu. masing masing specimen dibubut dengan putaran Rpm yang berbeda disetiap spesimennya 330 Rpm, 650 Rpm , 950 Rpm. Keausan tepi pahat diukur dengan Jangka sorong digital dan Mikroskop.
Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa Variasi kecepatan putaran mesin bubut menunjukan bahwa pahat HSS Tipe Bohler Mo 1/2X4, pada hasil proses pembubutan spesimen menunjukan perbedaan spesimen, pada variasi kecepatan putaran mesin bubut terdapat perbedaan hasil pembubutan. Terdapat interaksi pada spesimen uji dan variasi kecepatan putaran mesin bubut.
Pada pembubutan spesimen besi, aluminium, kayu pada putaran mesin bubut menunjukan keausan pahat yang relative kecil pada putaran mesin bubut tertinggi yakni Rpm 950 mengalami peningkatan keausan pahat tertinggi besi 0,19mm; aluminium 0,04; kayu 0,01mm.
Rpm Turning Mechine speed is varied. This study uses cutting tools HSS Bohler Mo with the size 1/2x4. specimens used for this study is iron diameter 20 mm X 100 mm 3 much, diameter Aluminium 20 mm X 100 mm 3 much , wood berdiameter 20 mm dengan long 10 cm 3 much. materilals each
Turning specimens with round Rpm which will obviously vary 330 Rpm, 650 Rpm , 950 Rpm. The flank wear measured by calipers and microscope.
From this research it is known that varying the rotational speed turning mechine shows that Cutting tools HSS Tipe Bohler Mo 1/2X4, the turning process shows that materials, on varying the rotational speed differences result lathe turning. There is no interaction on test specimens and varying the rotational speed lathe.
In turning specimens of iron, aluminum, wood round lathe shows the tool wear is relatively small at the highest rotation lathe Rpm 950 The highest increase tool wear iron 0,19mm; aluminium 0,04; wood 0,01mm.
Jurnal Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Vol : 7 No : 1 tahun 2017
PENDAHULUAN
Dalam dunia industri, mesin-mesin perkakas sangat berperan dalam mendukung berhasilnya suatu proses produksi karena tiap bengkel mesin konstruksi dan bengkel-bengkel pengerjaan logam, pada umumnya mesin-mesin ini banyak digunakan dalam pembuatan atau perbaikan komponen tertentu dalam suatu mesin. Dari beberapa mesin perkakas yang ada salah satunya adalah mesin bubut. Mesin Bubut adalah suatu
mesin perkakas yang digunakan
untuk memotong benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses
pemakanan benda kerja yang
sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian
dikenakan pada pahat yang
digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakan translasi dari pahat disebut gerak umpan.
Pahat merupakan bagian dari mesin bubut yang memegang peran penting dalam pemotongan logam, karena pahat adalah bagian yang berkontak langsung dengan benda kerja yang dipotong. Ada beberapa kriteria yang harus dimiliki pahat,
diantaranya: harus lebih keras
dibanding benda kerja, tahan sifat mekanis, dan tahan aus. Terdapat
beberapa jenis material pahat,
diantaranya: baja karbon, HSS (High Speed Steel), paduan cor nonferro, karbida, keramik, CBN (Cubic Boron Nitrides), dan intan.
Operasi pemotongan logam
merupakan salah satu aktifitas yang sering dilakukan dalam industry
manufaktur, khususnya untuk
memproduksi bagian-bagian
permesinan. Proses pemotongan
logam merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengubah logam
dasar menjadi komponen mesin dengan menggunakan pahat sebagai
komponen utamanya. HSS (High
Speed Steel) merupakan jenis material yang banyak digunakan sebagai pahat potong. HSS pertama kali ditemukan pada tahun 1898 merupakan baja paduan tinggi dengan unsur paduan
chrom (Cr) dan TungstenlWolfram (W). Melalui proses penuangan (molten metallurgy) kemudian diikuti pengerolan ataupun penempaan baja ini dibentuk menjadi batang atau silinder. Pada kondisi lunak (annealed) bahan tersebut dapat diproses secara pemesinan menjadi berbagai bentuk pahat potong. Setelah proses laku panas dilaksanakan, kekerasannya cukup tinggi.
Menurut Sudji Munaji (1980), salah satu karakteristik geometris yang ideal dari suatu komponen adalah
permukaan yang halus. Dalam
prakteknya memang tidak mungkin untuk mendapatkan suatu komponen dengan permukaan yang betul- betul halus. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya faktor manusia (operator) dan faktor-faktor dari mesin-mesin yang digunakan untuk membuatnya. Akan tetapi, dengan kemajuan teknologi terus berusaha membuat peralatan yang
mampu membentuk permukaan
komponen degan tingkat kehalusan yang cukup tinggi menurut standar ukuran yang berlaku dalam metrologi yang dikemukakan oleh para ahli pengukuran geometris benda melalui
pengalaman penelitian. Tingkat
Kekuatan suatu permukaan alat Potong peranan yang sangat penting dalam perencanaan suatu komponen mesin khususnya yang menyangkut
masalah gesekan pelumasan,
keausan, tahanan terhadap kelelahan dan sebagainya. Oleh karena itu,
dalam perencanaan dan
terlebih dulu mengenai peralatan mesin yang mana harus digunakan untuk membuatnya serta berapa ongkos yang harus dikeluarkan. Agar proses pembuatannya tidak terjadi penyimpangan yang berati maka karakteristik permukaan ini harus dapat dipahami oleh perencana lebih-lebih lagi oleh operator. Komunikasi
karakteristik permukaan biasanya
dilakukan dalam gambar teknik. Akan tetapi untuk menjelaskan secara
sempurna mengenai karakteristik
suatu permukaan nampaknya sulit. Untuk mendapat hasil yang baik dalam pembubutan banyak yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah
kecepatan Putaran. Kecepatan
Putaran (Speed) adalah gerak utama Putaran mesin Bubut. Sementara sudut potong adalah sudut yang dibentuk oleh mata potong utama dengan kecepatan Putaran.
METODE
Pada penelitian tugas akhir ini harus terdapat rancangan penelitian,
sehingga mempermudah peneliti
bagaimana penelitian ini akan
dilakukan. Desain penelitian atau rancang bangun penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun demikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.
Dalam penelitian tugas akhir ini dapat dijelaskan dengan oleh diagram alir penelitian. Diagram alir penelitian adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Objek Penelitian
Objek penelitian yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah :
a. Menganalisa keausan tepi (vb) terhadap pahat.
b. Memvariasikan Putaran mesin bubut yaitu Rpm 330, Rpm 650, Rpm 950
c. Menggunakan spesimen
pembubutan yang berbeda yaitu Spesimen besi, aluminium, dan kayu
Jurnal Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Vol : 7 No : 1 tahun 2017
Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian pembubutan spesimen ini dimana
masing masing spesimen akan
dilakukan pembubutan poros
bertingkat dan pengasahan pahat. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Pahat potong yang digunakan Dalam penelitian ini adalah dari jenis HSS Tipe BOHLER MO 1/2x4, dengan ukuran sudut yang telah ditentukan yakni sudut potong total 80º, sudut potong sisi samping (side cutting adge angle) 12º, sudut bebas tatal (side rake angle) 20º , sudut bebas muka (front clearance angle) 8º dan sudut bebas samping (side clearance angle)10º. b. Seting putaran Mesin dengan putaran
mesin yang ditentukan yakni Rpm 330, Rpm 650, Rpm 950. Dan kedalaman pemakannya 2 mm
c. Benda kerja poros bertingkat dengan diameter pertama 20 mm, diameter kedua 16 mm, diameter ketiga 12 mm dan panjang 100 mm.
Pengumpulan Data
Sesuai Dengan metode eksperimen, teknik yang dilakukan untuk mengumpulan data yaitu melakukan serangkaian pengujian pada objek yang diteliti untuk mendapatkan data yang diperlukan sebagai bahan perhitungan. Adapun teknik pengumpulan data pada masing-masing pengujian yang dilakukan Pada proses pembubutan berlangsung pahat akan mengalami dua macam keausan tepi dan kawah, tetapi pada penelitian ini yang diteliti yaitu keausan tepi saja maka jenis keausan yang diamati adalah keausan tepi pahat. Pengujian ini dilakukan berdasarkan prosedur pengujian sebagai berikut:
a. Mempersiapkan pahat yang telah digunakan dan jangka sorong untuk mengukur pahat setelah proses bubut
Gambar 2. Pahat hasil proses pembubutan Spesimen b. Bersihkan pahat dari adanya kotoran
beram.
c. Lalu Ukur keausan Tepi Pahat (VB) dengan cara melihat dengan menggunakan mikroskop, dimana bidang mata potong diatur sehingga tegak lurus sumbu optic. Panjang keausan diketahui dengan mengukur panjang VB (mm), yaitu jarak antara mata potong sebelum terjai keausan hingga garis rata-rata keausan pada bidang utama. Jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang VB (mm)
Foto Permukaan Keausan Tepi Pahat a. Siapkan pahat hasil pembubutan
spesimen, lalu letakan pada tempat pengamatan media yang terbawah bagian lensa mikroskop.
b. Kemudian amati perubahan fisik keausan pahat yang terjadi pada hasil pembubutan.
c. Pahat hasil pembubutan yang mengalami perubahan fisik keausan difoto menggunakan kamera digital dengan bantuan mikroskop untuk memperjelas hasil pengamatan, kemudian dibandingakan dengan setiap pahat lainya.
d. Pahat yang sudah diambil gambar mikrografinya kemudian dianalisis berdasarkan pola Keausan Tepi (VB) yang terjadi
Hasil Dan Pembahasan
Tabel 1. Data HasilPengujian Keausan Tepi Pahat Setiap Rpm
Pengujian Keausan Tepi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Variasi Putaran mesin bubut terhadap keausan pahat HSS tipe bohler Mo 1/2X4. Dalam pengujian
keausan tepi ini spesimen
pembubutan dibagi menjadi 3 (tiga) jenis spesimen yang berbeda yaitu, besi, aluminium, kayu. Dan putaran mesin bubut yang divariasikan ada 3 (Tiga) putaran yang berbeda yakni, Rpm 330, Rpm 650, Rpm 950. Jumlah spesimen pembubutan dalam 1 (satu) jenis variasi putaran mesin bubut ialah 3 (tiga) jenis spesimen pembubutan
berbeda yang telah ditentukan,
sehingga pahat HSS Tipe Bohler Mo
1/2X4 yang digunakan ada 9
(Sembilan).
Data pada tabel 1. Diatas menjelaskan data keausan tepi pahat setelah proses pembubutan masing-masing spesimen per Rpm variasi putaran mesin bubut. Keausabn tepi
diukur dengan menggunakan
mikroskop dimana bidang utama mata potong diatur sehingga tegak lurus sumbu optik. Panjang keausan tepi dapat diketahui dengan mengukur VB (mm), yaitu jarak antara mata potong sebelum terjadinya keausan hingga garis rata-rata keausan pada bidang utama.
Dari tabel 1 diatas, hasil pengujian keausan tepi pahat dengan mengukur panjang VB dapat dituangkan kedalam gambar grafik seperti yang disajikan pada gambar 3. dibawah ini
330650950 0 0.05 0.1 0.15 0.2 besi alumunium kayu RPM
Gambar 3.Grafik Hasil Pengujian Keausan Tepi Pahat HSS
Selanjutanya data tersebut
dianalisa kembali menggunakan
Anava AB untuk mengetahui bahwa pengaruh variasi kecepatan putaran mesin bubut terhadap keausan pada alat potong pahat HSS TIPE BOHLER MO 1/2X4.
Namun sebelum itu dilakukan uji
asumsi (prasyarat) penggunaan
analisis varians dan juga uji asumsi RPM Spesimen 330 650 950 Besi 0,00 0,03 0,19 Aluminium 0,01 0,02 0,04 Kayu 0,01 0,01 0,01
Jurnal Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Vol : 7 No : 1 tahun 2017
analisis untuk studi korelasional yang dimiliki (Dantes,2014). Uji prasyarat yang dilakukan adalah : 1) Uji normalitas sebaran data, dan 2) Uji Homogenitas Varians. Dan didapatkan data sebagi berikut:
Pengujian Hipotesis
(1) Terdapat perbedaan spesimen uji besi, aluminium, kayu pada proses pembubutan dengan variasi putaran mesin bubut terhadap keusan pahat HSS tipe Bohler Mo 1/2X4 (p > 0,05).
(2) Terdapat perbedaan putaran mesin bubut Rpm 330, Rpm 650, Rpm 950 pada proses pembubutan dengan variasi putaran mesin bubut terhadap keusan pahat HSS tipe Bohler Mo 1/2X4. (p > 0,05) (3) Terdapat interaksi antara
spesimen pembubutan dengan putaran mesin bubut (p > 0,05) (4) Terdapat perbedaan keausan
pahat pada spesimen Besi pada Rpm 330, dan spesimen Aluminium pada Rpm 330. (p > 0,05)
(5) Terdapat perbedaan keausan pahat pada Rpm 330 pada spesimen Besi, dan Kayu. (p > 0,05).
(6) Terdapat perbedaan keausan pahat pada Rpm 330 pada
spesimen Aluminium, dan
Kayu. (p > 0,05)
(7) Terdapat perbedaan keausan pahat pada Rpm 650 pada
spesimen Besi, dan
Aluminium.
(8) Terdapat perbedaan keausan pahat pada Rpm 650 pada spesimen besi , dan kayu (p > 0,05).
(9) Terdapat perbedaan keausan pahat pada Rpm 650 pada
spesimen aluminium, dan kayu (p > 0,05).
(10) Terdapat perbedaan
keausan pahat pada Rpm 950 pada spesimen besi, dan aluminium (p > 0,05).
(11) Terdapat perbedaan
keausan pahat pada Rpm 950 pada spesimen besi, dan kayu (p > 0,05).
(12) Terdapat perbedaan
keausan pahat pada Rpm 950 pada spesimen aluminium, dan kayu (p > 0,05).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagaai berikut:
1. Variasi kecepatan putaran
mesin bubut menunjukan
bahwa terdapat adanya
perbedaan pada spesimen uji, hal ini membuktikan bahwa pada hasil proses pembubutan spesimen yang menunjukan
perbedaan spesimen yang
signifikan.
2. Pada kecepatan mesin bubut
menunjukan terdapat
perbedaan pada putaran mesin
bubut pada proses
pembubutan, hal ini
membuktikan bahwa pada
proses variasi kecepatan
putaran mesin bubut
menunjukan perbedaan hasil pembubutan yang signifikan.
3. Terdapat interaksi antara
spesimen pembubutan dengan putaran mesin bubut yang divariasikan.
4. Pada pembubutan putaran
mesin Rpm 330 pada spesimen
besi dan aluminium
menunjukan perbedaan
keausan pahat yang berbeda,
yakni pada pembubutan
mengalami keausan sedangkan pada pembubutan aluminium mengalami keausan 0,01 mm. Hal ini menyatakan bahwa proses pembubutan pada Rpm
330 menunjukan pada
pembubutan spesimen besi
tidak mengalami keausan
dibandingkan pada pembubutan spesimen aluminium.
5. Pada pembubutan putaran
mesin Rpm 330 pada spesimen besi dan kayu menunjukan perbedaan keausan pahat yang
berbeda, yakni pada
pembubutan sepesimen besi 0,00 mm tidak mengalami
keausan sedangkan pada
pembubutan kayu mengalami keausan 0,01 mm. Hal ini
menyatakan bahwa proses
pembubutan pada Rpm 330 menunjukan pada pembubutan spesimen besi tidak mengalami keausan dibandingkan pada pembubutan spesimen kayu.
6. Pada pembubutan putaran
mesin Rpm 330 pada spesimen
aluminium dan kayu
menunjukan perbedaan
keausan pahat yang sama,
yakni pada pembubutan
sepesimen aluminium 0,01 mm dan kayu 0,01 mm mengalami tingkat keausan yang sama. Hal ini menyatakan bahwa proses pembubutan pada Rpm 330 menunjukan pada pembubutan
spesimen aluminium
mengalami keausan yang sama hasilnya dengan pembubutan spesimen kayu.
7. Pada pembubutan putaran
mesin Rpm 650 pada spesimen
besi dan aluminium
menunjukan perbedaan
keausan pahat yang berbeda,
yakni pada pembubutan
sepesimen besi mengalami keausan 0,03 mm sedangkan pada pembubutan aluminium mengalami keausan 0,02 mm. Hal ini menyatakan bahwa proses pembubutan pada Rpm
650 menunjukan pada
pembubutan spesimen besi mengalami keausan lebih besar dibandingkan pada pembubutan spesimen aluminium.
8. Pada pembubutan putaran
mesin Rpm 650 pada spesimen besi dan kayu menunjukan perbedaan keausan pahat yang
berbeda, yakni pada
pembubutan sepesimen besi mengalami keausan 0,03 mm sedangkan pada pembubutan kayu mengalami keausan 0,01 mm. Hal ini menyatakan bahwa proses pembubutan pada Rpm
650 menunjukan pada
pembubutan spesimen besi mengalami keausan lebih besar dibandingkan pada pembubutan spesimen kayu.
9. Pada pembubutan putaran
mesin Rpm 650 pada spesimen
aluminium dan kayu
menunjukan perbedaan
keausan pahat yang berbeda,
yakni pada pembubutan
sepesimen aluminium
mengalami keausan 0,02 mm sedangkan pada pembubutan kayu mengalami keausan 0,01 mm. Hal ini menyatakan bahwa proses pembubutan pada Rpm
650 menunjukan pada
pembubutan spesimen
aluminium mengalami keausan tingkat keausan yang tidak jauh
beda pada pembubutan
spesimen kayu.
10.Pada pembubutan putaran
mesin Rpm 950 pada spesimen
Jurnal Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Vol : 7 No : 1 tahun 2017
menunjukan perbedaan
keausan pahat yang berbeda,
yakni pada pembubutan
sepesimen besi mengalami keausan 0,19 mm sedangkan pada pembubutan aluminium mengalami keausan 0,04 mm. Hal ini menyatakan bahwa proses pembubutan pada Rpm
950 menunjukan pada
pembubutan spesimen besi mengalami tingkat keausan yang cukup jauh beda pada
pembubutan spesimen
aluminium.
11.Pada pembubutan putaran
mesin Rpm 950 pada spesimen besi dan kayu menunjukan perbedaan keausan pahat yang
berbeda, yakni pada
pembubutan sepesimen besi mengalami keausan 0,19 mm sedangkan pada pembubutan kayu mengalami keausan 0,01 mm. Hal ini menyatakan bahwa proses pembubutan pada Rpm
950 menunjukan pada
pembubutan spesimen besi mengalami tingkat keausan
yang cukup tinggi jika
dibedakan dengan pembubutan spesimen kayu.
12.Pada pembubutan putaran
mesin Rpm 950 pada spesimen
aluminium dan kayu
menunjukan perbedaan
keausan pahat yang berbeda,
yakni pada pembubutan
sepesimen aluminium
mengalami keausan 0,04 mm sedangkan pada pembubutan kayu mengalami keausan 0,01 mm. Hal ini menyatakan bahwa proses pembubutan pada Rpm
950 menunjukan pada
pembubutan spesimen
aluminium mengalami tingkat keausan yang cukup jauh bila
dibandingkan dengan
pembubutan spesimen
aluminium.
Saran yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebelum menggunakan
mesin bubut diharapkan memahami terlebih dahulu tentang teori dasar dan tata cara menggunakan mesin bubut yang benar.
2. Dapat dilakukan penggunaan
Pendingin dalam proses pembubutan untuk
mengetahui pengaruh dari pengisian pendingin terhadap keausan pahat. 3. Dapat dilakukan penelitian
lainnya dengan cara
memvariasikan sudut potong
pahat untuk mengetahui
pengaruh dari keausan pahat terhadap pengaruh variasi Putaran mesin bubut dan variasi sudut potong pahat. Jangan mengukur benda kerja yang sedang berputar.
4. Penelitian keausan pahat
dapat diteliti juga pada material benda kerja yang memiliki kekerasan yang lebih tinggi seperti baja tahan karat dan baja paduan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amstead, B.H dkk. (1979). Teknologi Mekanika Jilid 1 (Sriati Djaprie.
Terjemahan). Jakarta :
Erlangga.
Anonim. 2011. Dalam
http://yakinmajusentosabdg.blo gspot.com/2011/09/turning-and-milling machine.html. Diakses pada 2 Juli 2016.
Anonim. 2012. Dalam
http://www.teknikmesin.net/201 2/02/faktor-faktor-keamanan-
mesin-bubut.html#sthash.ImGYsmE5. dpuf. Diakses pada 4 Januari 2014.
Anonim. 2012. Dalam
http://teknikmesinpnup.blogspot .com/2012/01/teori-teori-mesim-bubut.html. Diakses pada 2 Juli 2016.
Bayu Seno, Analisa keausan Pada Pahat mesin Bubut, E-Jurnal UNDIP, 2010
Bronson, Edy. 2011. Dalam
http://edybronson.blogspot.com/ 2011/05/pada-mesin-bubut-ada-beberapa-bagian.html. Diakses pada 3 Juli 2016.
Dieter, E. Geoge. (1992). Metalurgi Mekanik Edisi 3 Jilid 2 (Sriati Djaprie. Terjemahan). Jakarta : Erlangga.
Eko. 2011. Dalam
http://eko-m228.blogspot.com/2011/01/ba
gian-bagian-utama-mesin-bubut.html. Diakses pada 3 Juli 2016.
Mrihhernaningtyas dan Randi Prayadi, Analisis Umur Pahat Dengan Variasi Sudut Geram, E-Jurnal Jurusan Teknik mesin, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 2015
Panca, Delta. 2013. Dalam
http://deltapanca.blogspot.com/
2013/07/laporan-praktikum-proses-produksi.html. Diakses pada 3 Juli 2016.
Ramzy, Ammar. 2012. Dalam
http://ammarramzy.blogspot.co
m/2012/10/mesin-bubut-lathe.html. Diakses pada 3 Juli 2016.
Rochim, Taufiq. (1993). Teori dan Teknologi Proses Pemesinan.
Bandung : FTI-ITB.
Rohan, Muhammad. 2010. Dalam
http://muhammadrohan.wordpre ss.com/2010/11/26/elemen-
dasar-pemotongan-pada-proses-bubut/. Diakses pada 3 Juli 2016.
Ruslan Dalimonthe, Pengaruh
Kecepatan Potong Terhadap umur Pahat HSS pada proses Bubut AISI 4340, Jurnal Sains dan Inovasi Vol 5, 2003
Scribd, Org. TT. Dalam
http://www.scribd.com/doc/6209 8732/Makalah-an-Perawatan-Mesin-BUbut. Diakses pada 3 Juli 2016.
Sirod Hantoro dan Pardjono. (2002).
Menggambar Mesin.
Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.
Suma’mur. (1989). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Keselamatan.
Jakarta : CV Haji Masagung. Terheijden, C.V. dan Harun. (1981).
Alat-Alat Perkakas 3. Bandung : Bina Cipta