• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK USAHA KECIL DI KOTA BOGOR DILIHAT DARI SISI PEMASARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSPEK USAHA KECIL DI KOTA BOGOR DILIHAT DARI SISI PEMASARAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PROSPEK USAHA KECIL DI KOTA BOGOR DILIHAT DARI

SISI PEMASARAN

Johan David Wetik1, Yasintha Soelasih2 1STIE Triguna Bogor

2Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Atma Jaya 1johandwetik@yahoo.com

Yasintha.soelasih@atmajaya.ac.id

Abstrak

Usaha kecil sangat dibutuhkan perkembangannya bagi bangsa Indonesia yang pernah mengalami krisis ekonomi. Terlihat pada saat krisis ekonomi usaha kecil tidak terlalu menghadapi masalah yang berat, karena hal ini ditunjukkan kandungan bahan baku yang digunakan oleh pengusaha kecil lebih banyak disuplai dari dalam negeri. Usaha kecil menunjukkan kekuatannya juga dalam menopang kegiatan ekonomi negara. Tetapi kelemahan dari industri kecil ini juga cukup banyak dari sudut pendanaan, maupun pemasarannya. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis prospek usaha kecil di Kota Bogor.

Kata kunci : usaha kecil, pemasaran, , produk, harga, distribusi, promosi

PENDAHULUAN

Banyak riset menyimpulkan bah-wa industri kecil memiliki kontribusi dalam pengembangan ekonomi. Pene-litian ini tentu saja berlaku juga di Indonesia karena industri kecil memiliki banyak keunggulan dibanding industri besar selama ini. Sejak krisis ekonomi terjadi di Indonesia pada tahun 1997, industri kecil telah menunjukkan keung-gulannya untuk tetap bertahan di saat industri besar banyak yang berguguran. Hal ini disebabkan karena industri kecil memiliki muatan lokal yang murah dan tidak memiliki hutang yang besar dalam bentuk dolar seperti halnya industri besar.

Pertumbuhan jumlah industri kecil yang cepat dan relatif mampu bertahan di saat krisis serta memiliki daya serap tenaga kerja yang tinggi membuktikan bahwa sudah seharusnya industri kecil menjadi tulang punggung perekonomian yang harus terus dibina dan diperhatikan. Perkembangan indus-tri kecil yang luas di seluruh tanah air dapat memberikan kesempatan ber-usaha dan lapangan kerja yang merata sehingga kemiskinan dan pengangguran dapat direduksi dan bahkan dihilangkan.

Untuk itu, pemerintah harus merubah orientasi kebijakan ekonomi

dengan menerapkan kebijakan pem-bangunan ekonomi yang lebih meng-utamakan aspek pemerataan kesem-patan berusaha bagi seluruh lapisan masyarakat. Artinya pemerintah harus berkomitmen untuk memberdayakan dan mengembangkan usaha kecil tanpa mengabaikan industri lainnya.

Selama ini tidak ada definisi yang baku tentang usaha atau industri kecil . Beberapa institusi pemerintah memiliki persepsi yang berbeda tentang industri kecil. Biro Pusat Statistik meng-gunakan kriteria jumlah tenaga kerja, Departemen Perindustrian dan Per-dagangan, BI dan Kadin menggunakan kriteria nilai investasi, rasio investasi dibandingkan jumlah pekerja, nilai modal dan tingkat perputaran. Depar-temen Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil sesuai UU Nomor 25 tahun 1995 menggunakan kriteria jumlah aset dan hasil penjualan sebagai ukuran besar kecilnya usaha.

Menurut data Departemen Kope-rasi dan Pembinaan Usaha Kecil dari sekitar 36.816.419 pengusaha Indo-nesia pada tahun 1998, sebanyak 99,85 % (36.761.689) adalah pengusaha kecil dan hanya 0,14% pengusaha menengah dan selebihnya 0,01 % adalah pengu-saha besar. Dari komposisi tersebut

(2)

terjadi bahwa posisi pengusaha kecil sangat strategis dalam perekonomian Indonesia.

Data di atas menunjukkan bah-wa usaha kecil tersebut sangat cepat perkembangannya di Indonesia, serta usaha kecil ini tidak hanya berada di pulau Jawa saja tetapi menyebar selu-ruh Indonesia. Penelitian bertujuan ingin mengkaji prospek usaha kecil khusus-nya industri sandal dan sepatu yang berada di Kota Bogor, Jawa Barat.

Dalam menjalankan usaha kecil banyak kendala yang dihadapi, baik kendala keuangan, produksi, pemasar-an maupun sumber daya mpemasar-anusia. Dari kendala yang ada peneliti menfokuskan pada pemasaran. Maka permasalahan yang timbul :

1. Bagaimana pemasaran pada usaha kecil dilihat dari produk, harga, dis-tribusi dan promosinya.

2.

Bagaimana hubungan antara pema-saran, dan prospek dari usaha kecil.

KERANGKA TEORI

Upaya mengembangkan usaha kecil tetap dibutuhkan mengingat ada-nya beberapa faktor penting di dalam usaha kecil dalam perekonomian Indo-nesia. Menurut Isono dkk (1995), ada lima faktor penting yang perlu diper-hatikan. Pertama, usaha kecil tidak ha-nya menyediakan barang dan jasa bagi konsumen yang berdaya beli rendah, tetapi juga bagi konsumen perkotaan lain yang berdaya beli lebih tinggi. Selain itu usaha kecil juga menyediakan bahan baku atau jasa bagi usaha me-nengah dan besar, termasuk pemerintah lokal.

Faktor kedua, usaha kecil hingga saat ini mampu menyediakan kesem-patan kerja dan sumber pendakesem-patan bagi sekitar 30 juta orang dari 189 juta orang penduduk Indonesia (16%). Se-lain itu, dari 80 juta orang angkatan ker-ja yang ada, baru sekitar 11 juta orang (14%) yang terdaftar sebagai tenaga kerja formal di sektor industri, jasa dan pemerintah (Latief, 1994). Faktor keti-ga, usaha kecil memberikan kontribusi

yang tinggi (sekitar 55%) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di sek-tor-sektor perdagangan, transportasi dan industri (Indoconsult, 1993). Faktor keempat, sektor ini mempunyai peran cukup penting dalam menghasilkan de-visa negara melalui usaha pakaian jadi, barang-barang kerajinan termasuk me-bel, sepatu dan pelayanan bagi turis. Faktor kelima, sektor ini mempunyai pe-ran strategis yang mendukung kebijakan pemerintah untuk mengembangkan sek-tor industri berdasarkan teknologi cang-gih dan kebijakan pengentasan kemis-kinan.

Timbul dan berkembanganya usaha ekonomi tidak hanya disebabkan oleh semata-mata suatu kebijakan atau program pembinaan dari pemerintah, tetapi penentu utama munculnya usaha ekonomi atau berkembangnya kegiatan ekonomi disebabkan oleh faktor eko-nomi, sosial, budaya dan sejarah yang memberikan pengaruh pada kegiatan ekonomi. Menurut Harry dkk dalam ma-salah di seputar usaha kecil Indonesia, ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu sisi permintaan dan sisi pena-waran. Faktor di sisi permintaan adalah pendapatan rata-rata dan selera kon-sumsi masyarakat serta struktur, luas dan sifat pasar yang dilayani. Semen-tara itu faktor di sisi penawaran adalah persediaan tenaga kerja dalam jumlah maupun kualitas, keahlian manajerial, informasi, teknologi, jumlah serta kua-litas bahan baku, etos dan disiplin kerja, serta aspek yang terkait dengan kewira-usahaan. Kebijakan pemerintah hanya akan memperkecil atau memperbesar pengaruh masing-masing faktor ter-sebut.

Usaha kecil mempunyai kesem-patan besar untuk berkembang, dan membuat jenis produk dengan proses produksi yang tidak mempunyai skala ekonomi. Proses produksi ini mengan-dung teknologi yang sederhana tetapi faktor ketrampilan atau keahlian harus ditingkatkan karena biasanya keahlian ini dimiliki dari luar sektor pendidikan formal atau turun-temurun secara tradi-sional. Sehingga usaha kecil dalam

(3)

melakukan proses produksi dapat menekan biaya yang lebih rendah tetapi dengan kualitas paling tidak sama de-ngan produk hasil perusahaan. Oleh sebab itu usaha kecil dapat bersaing dalam menjual produknya di pasar.

Peranan usaha kecil dalam pem-bentukan Produk Domestik Bruto (PDB) sangat rendah kalau dibandingkan de-ngan jumlah dan peranannya dalam penyerapan tenaga kerja. Kontribusi output dari usaha kecil terhadap pem-bentukan PDB hanya sekitar 38,9%.

Usaha kecil pada masa seka-rang ini harus memikirkan kembali misi dan strategi pemasaran sehingga dapat menghadapi pasar yang tidak pasti, pesaing yang tidak selalu dapat terde-teksi, serta pelanggan yang lebih kritis karena banyaknya produk yang ditawar-kan dengan beragam harga. Untuk dapat berhasil, usaha kecil harus me-nempatkan pemasaran sebagai filosofi seluruh kegiatan usahanya dan meru-pakan bagian yang tidak terpisahkan. Bagian pemasaran harus mampu me-nentukan kebutuhan pelanggan yang dapat dipenuhi serta harus dapat mela-yani pelanggan dengan lebih efektif dibandingkan dengan pesaingnya. Un-tuk itu perusahaan harus lebih mem-perhatikan apa keinginan konsumen atau pelanggan dengan memperhatikan mutu serta pelayanan dari suatu produk tersebut.

Pemasaran adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasikan keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi seka-rang dan ingin dipenuhi oleh konsumen. Adapun tujuan dari pemasaran adalah membuat konsumen puas akan produk yang dibelinya sehingga menimbulkan proses menjual itu menjadi lebih lancar dengan mengenal dan memahami pelanggan

Menurut Kotler (2003) pema-saran adalah proses sosial baik individu maupun kelompok dalam memeuhi ke-butuhan dan keinginan sehingga tercipta barang dan jasa yang mempunyai nilai di dalam pertukaran tersebut.

Definisi ini menunjukkan bahwa adanya hubungan timbal balik antara pihak yang

berkepentingan, yaitu produsen dan konsumen. Produsen menginginkan adanya permintaan terhadap produknya, sedangkan konsumen menginginkan adanya penawaran barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan dan ke-inginannya. Untuk menjembatani kedua pihak tersebut, maka dibutuhkan pe-ranan pemasaran yang tujuannya ada-lah untuk memberikan kepuasaan kepa-da kedua belah pihak.

Menurut Kotler (2003) ada 5 konsep pemasaran yang melandasi organisasi dalam melakukan kegiatan pemasarannya, yaitu konsep produksi, produk, penjualan, pemasaran dan pe-masaran sosial. Konsep produksi ber-anggapan bahwa konsumen akan menyukai produk yang mudah diperoleh dan tersedia dimana-mana dengan harga yang murah, sehingga tugas dari manajemen adalah meningkatkan efi-siensi produksi dan distribusi serta menurunkan harga. Konsep ini berang-gapan bahwa konsumen akan menyukai produk-produk yang memberikan kua-litas, penampilan dan ciri-ciri yang sangat baik, sehingga manajemen da-lam organisasi ini berupaya untuk terus meningkatkan mutu produknya. Sering-kali konsep ini mengarah kepada marketing myopia, yaitu suatu perhatian yang lebih banyak difokuskan kepada produk yang dihasilkan daripada kebu-tuhan dan keinginan konsumen sendiri.

Konsep penjualan beranggapan bahwa konsumen tidak akan membeli produk dalam jumlah banyak, kecuali organisasi melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif. Tujuan dari konsep ini adalah menjual apa yang pengusaha buat dan bukan membuat apa yang diinginkan pasar. Konsep pemasaran beranggapan bahwa kunci keberhasilan dari organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan ke-puasan yang diinginkan konsumen se-cara lebih efektif dan efisien dibanding-kan pesaingnya. Konsep ini berdasar-kan pada empat pilar utama, yaitu pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pema-saran yang terkoordinir serta

(4)

keuntung-an. Konsep pemasaran sosail berang-gapan bahwa tugas organisasi adalah memuaskan kebutuhan dan ke-inginan konsumen dengan memperhatikan ke-sejahteraan konsumen dan masyarakat.

Pada saat ini usaha kecil harus sudah memperhatikan pada konsep pemasaran, dimana bukan hanya bisa menghasilkan produk tetapi bagaimana manfaat dari produk itu diterima oleh konsumen, sehingga membuat konsu-men puas terhadap produknya dan akhirnya akan dapat meningkatkan vo-lume penjualan yang berdampak pada peningkatan keuntungan usaha kecil.

Dalam menghasilkan atau mem-proses suatu produk, usaha kecil tidak hanya memperhatikan produknya saja tetapi juga harus dilihat faktor yang lainnya termasuk bagaimana harga dari suatu produk tersebut, bagaimana mela-kukan promosi terhadap produk itu dan bagaimana menjual produk tersebut.

METODOLOGI PENELITIAN

Populasi

Desain penelitian yang diguna-kan adalah Riset Deskriptif dimana

penelitian dilakukan hanya dengan mengukur populasi dengan mengguna-kan sampel pada suatu waktu tertentu. Metode yang dipilih dalam melakukan penelitian ini adalah survey sampel yang dilakukan dalam pengumpulan data primer. Sampel yang akan diambil adalah usaha kecil yang berada di wila-yah Kota Bogor, Jawa Barat. Pengam-bilan data dilakukan dengan cara wawancara dan penyebaran kuesioner. Atribut

Bentuk dasar yang digunakan dalam pencarian data primer adalah mengacu pada atribut yang hendak diukur dari usaha kecil. Variabel yang akan diteliti untuk pemasaran adalah produk, harga, distribusi dan promosi, sedangkan untuk prospek adalah pem-bayaran, peluang usaha dan pengem-bangan usaha. Atribut untuk produk adalah jensi sepatu, target pasar, ke-masan dan merek. Variabel distribusi diukur berdasarkan cara pemasaran, daerah pemasaran dan waktu pengi-riman. Diagram struktural lengkapnya ditunjukkan Gambar 1.

Gambar 1. Diagram struktural model penelitian

Prospek usaha kecil Pembayaran Pengemba-ngan usaha Peluang usaha Jenis sepatu Target pasar Kemasan Merek Produk Harga Cara produk dipasarkan Daerah pemasaran Waktu Pengiriman Distribusi Promosi Pemasaran

(5)

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini dilakukan pengujian menggunakan analisis des-kriptif. Penyajian hasil analisis deskriptif dikelompokkan ke dalam tujuh bagian yaitu identitas usaha, aspek produk, distribusi, promosi, pembayaran, pelu-ang usaha dan pengembpelu-angan usaha.

Identitas Usaha

Tabel 1 menunjukkan distribusi responden menurut jenis usaha. Tabel menunjukkan bahwa dari 20 responden ada 11 responden atau 55% yang melakukan kegiatan di dalam pem-buatan sandal. Jenis usaha di sini dibagi menjadi 3 bagian yaitu bengkel sandal, bengkel sepatu sandal dan bengkel sepatu. Responden yang masuk ke dalam kelompok bengkel sandal berarti responden tersebut khusus membuat sandal baik untuk wanita, pria atau anak-anak. Bengkel sepatu khusus membuat sepatu untuk anak-anak, wanita atau pria dan di sini terlihat hanya ada 7 responden yang meng-geluti bidang pembuatan sepatu. Beng-kel sepatu sandal adalah responden yang membuat baik produk sepatu maupun sandal, dan terlihat dari 20 responden yang diteliti hanya ada 2 responden yang melakukan kegiatan usaha tersebut.

Tabel 1. Distribusi responden menurutJenis Usaha Frekuensi % kumulatif% Valid bengkel sandal 11 55.0 55.0 bengkel sepatu sandal 2 10.0 65.0 bengkel sepatu 7 35.0 100.0 Total 20 100.0

Dalam Tabel 2. distribusi respon-den menurut tahun berdiri terlihat bahwa usaha ini menarik bagi responden pada tahun 2000 dimana ada 7 responden atau 35% dari 20 responden yang diteliti memulai usaha ini. Dari hasil survei di lapangan terlihat bahwa responden yang diteliti di dalam kepemilikan

usaha-nya merupakan milik sendiri. Kegiatan usaha ini mulai berkembang pesat tahun 2000, dimana krisis ekonomi sudah mu-lai teratasi, dan perekonomian sudah mulai berjalan, sehingga orang tertarik untuk melakukan kegiatan bisnis. Rata-rata responden tertarik dalam mempro-duksi sandal, baik ditujukan untuk konsumen anak-anak, wanita atau pria. Tabel 2. Distribusi responden menurut tahun

berdiri Frekuensi % % Kumulatif Valid 2002 3 15.0 15.0 2001 4 20.0 35.0 2000 7 35.0 70.0 1999 2 10.0 80.0 1998 2 10.0 90.0 1993 1 5.0 95.0 1984 1 5.0 100.0 Total 20 100.0

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 20 responden tidak ada yang memi-liki badan hukum di dalam kegiatan usahanya. Hal ini perlu perhatian dari pemerintah bagaimana mengembang-kan usaha kecil ini dan memiliki badan hukum. Bila usaha kecil ini berbadan hukum maka pengembangannya lebih mudah dan dalam mendapatkan tam-bahan danapun akan lebih mudah.

Tabel 3. Distribusi responden menurut Badan Hukum

Frekuensi % Kumulatif% Valid Tidak berbadan

hukum 20 100.0 100.0

Aspek Produk

Berdasarkan Tabel 4, distribusi responden menurut jenis sepatu terlihat bahwa ada 11 responden yang mempro-duksi khusus sandal baik untuk anak-anak, wanita atau pria. Terlihat di sini bahwa mungkin produksi sandal lebih menarik bagi responden dibandingkan sepatu, maupun produksi sepatu dan sandal. Hal ini diperjelas dengan data tabel berikutnya dimana target pasar sebagian wanita.

(6)

Tabel 4. Distribusi responden menurut jenis sepatu

Frekuensi % % Kumulatif Valid sepatu sandal &

sandal 2 10.0 10.0

sandal 11 55.0 65.0

sepatu sandal 4 20.0 85.0

sepatu olah raga 2 10.0 95.0

sepatu resmi 1 5.0 100.0

Total 20 100.0

Dalam Tabel 5. distribusi respon-den menurut target pasar terlihat bahwa ada 13 responden atau 65% yang target pasarnya dikhususkan ke wanita. Hal ini mungkin disebabkan wanita lebih suka berganti-ganti model sandal mau-pun sepatu dibandingkan anak-anak dan pria. Sebagian besar responden memenuhi pasar sandal untuk wanita, hal ini dimungkinkan karena wanita suka memperhatikan penampilan, serta men-serasikan antara warna pakaian yang dikenakan dengan warna sandal yang dipakai. Sehingga dapat dibayangkan minimal sandal yang dimiliki oleh wanita lebih dari satu pasang. Hal ini meru-pakan peluang yang sangat besar bagi usaha kecil untuk bergerak dalam produksi sandal. Usaha kecil juga harus memperhatikan kemasan yang menarik serta merek pada hasil produknya. Hal ini dimungkinkan karena konsumen lebih suka mengingat suatu merek dan juga merek merupakan identitas dari suatu produk tersebut.

Tabel 5. Distribusi responden menurut target pasar

Frekuensi % Kumulatif % Valid anak.pria &

wanita 1 5.0 5.0

anak & wanita 1 5.0 10.0

pria & wanita 4 20.0 30.0

wanita 14 70.0 100.0

Total 20 100.0

Dalam Tabel 6. distribusi respon-den menurut kemasan terlihat ada 17 responden atau 85% yang mengguna-kan kemasan sendiri dan hanya 3 responden yang tidak menggunakan

kemasan. Hal ini terlihat bahwa respon-den sudah memperhatikan bagaimana tampilan produk yang bagus dan me-narik bagi konsumen. Seharusnya da-lam menjual produk sepatu maupun sandal menggunakan kemasan akan terlihat lebih bagus dari sudut pema-sarannya dibandingkan bila sepatu maupun sandal tersebut tidak dikemas. Tetapi kenyataannya dari hasil survey masih ada 3 responden yang tidak menggunakan kemasan dalam menjual produknya.

Tabel 6. Distribusi responden menurut kemasan

Frekuensi % % Kumulatif

Valid tidak 3 15.0 15.0

ya 17 85.0 100.0

Total 20 100.0

Dalam Tabel 7. distribusi respon-den menurut merek terlihat bahwa ada 18 responden atau 90% yang meng-gunakan merek, hal ini menunjukkan bahwa responden sudah memperhati-kan nama bagi produknya supaya mudah diingat oleh konsumen bila konsumen akan membeli kembali atau mempromosikan kepada konsumen yang lain. Merek merupakan hal yang penting didalam menjual suatu produk, bila tidak ada merek maka konsumen akan sulit didalam membeli produk tersebut. Kecuali bila perusahaan men-jual produknya kembali kepada pasar bisnis dan dimana sipembeli yang memberikan merek terhadap produk tersebut. Tetapi bila pasar yang dituju konsumen akhir maka merek sangat penting.

Tabel 7. Distribusi responden menurut merek

Frekuensi % % Kumulatif

Valid tidak 2 10.0 10.0

ya 18 90.0 100.0

(7)

Aspek Harga

Harga didasarkan pada biaya yang dikeluarkan di dalam membuat sepatu atau sandal. Dari biaya tersebut responden baru menentukan keuntung-an ykeuntung-ang diinginkkeuntung-an dkeuntung-an setelah itu menetapkan harga jualnya. Kebanyakan dari responden mengatakan harga yang ditentukan relatif murah karena pengu-saha mengambil keuntungan tidak ter-lalu besar. Responden mengharapkan bila harga produk murah maka banyak konsumen yang tertarik untuk membeli produk sepatu atau sandal. Selain itu juga banyaknya pesaing juga perlu dipertimbangkan saat menetapkan har-ga. Pertimbangan inilah yang mempe-ngaruhi responden sangat berhati-hati dalam menetapkan harga jual pro-duknya.

Aspek Distribusi

Dalam Tabel 8. distribusi respon-den menurut cara produk dipasarkan terlihat bahwa responden melakukan penjualan melalui perantara dan men-jual sendiri sebesar 10 responden atau 50%, sedangkan melalui perantara ada 8 responden dan yang menjual sendiri ada 2 responden. Dalam memasarkan produk responden tidak menghadapi masalah karena sudah ada pasar atau penjual yang menerima produk pengu-saha.

Tabel 8. Distribusi responden menurut cara produk dipasarkan Frekuensi % Kumulatif% Valid dua-duanya 10 50.0 50.0 perantara 8 40.0 90.0 dilakukan sendiri 2 10.0 100.0 Total 20 100.0

Dalam Tabel 9. distribusi respon-den menurut daerah pemasaran terlihat bahwa ada 8 responden yang menga-takan bahwa daerah pemasarannya ditujukan pada pasar lokal dan mela-kukan penitipan pada toko orang lain. Pasar lokal yang dimaksud disini adalah pengusaha menjual hanya diwilayah

Bogor. Ada 8 responden yang tidak menjawab dimana produk pengusaha dijual. Saluran distribusi sangat penting diperhatikan juga, karena ini mempe-ngaruhi kelancaran penyaluran hasil produk ke konsumen. Kebanyakan usa-ha kecil yang diteliti dalam menyalurkan produknya dilakukan sendiri. Pengusaha mengirim produk kepada penjual dan jarang memiliki tempat sendiri untuk menjual hasil produknya. Daerah pen-jualan kebanyakan berada di wilayah Bogor, dengan tidak menutup kemung-kinan pengusaha melakukan perluasan pasar. Ada juga responden yang men-jual hasil produknya di luar wilayah Bo-gor seperti Jakarta atau Semarang.

Tabel 9. Distribusi responden menurut daerah pemasaran

Frekuensi % Kumulatif% Valid pasar lokal &

toko orang 8 40.0 66.7 toko milik sendiri 1 5.0 75.0 pasar lokal 3 15.0 100.0 Total 12 60.0 Missing System 8 40.0 Total 20 100.0

Dalam Tabel 10. distribusi res-ponden menurut waktu pengiriman pro-duk terlihat bahwa 18 responden mengi-rimkan produknya dua kali seminggu dan 2 responden tergantung peme-sanan. Disini terlihat bahwa responden mampu menghasilkan kuantitas produk yang banyak dalam waktu satu minggu. Hal ini perlu diimbangi dengan penye-diaan bahan baku maupun modal yang kuat bagi responden, selain kelancaran dalam menjual produknya. Pengusaha dalam menyalurkan hasil produknya ada yang didasarkan pada pesanan dari toko yang menjualnya dan juga ada yang memproduksi dua kali dalam seminggu. Kalau kita lihat jumlah produk yang dihasilkan belum maksimal, karena bila tergantung pada pemesanan maka pengusaha bisa memproduksi pada saat tertentu banyak dan pada waktu lain pengusaha tidak memproduksi, hal ini tidak efisien bila dilihat dari kapasitas

(8)

produksi pengusaha. Pengusaha tidak melakukan proses produksi setiap hari karena ada kendala yaitu tergantung dari pemesanan dan bila diamati juga timbul banyaknya pesaing di pasar yang sama, hal ini menimbulkan tingkat per-saingan tinggi antar pengusaha. Sebab itu pengusaha mengurangi jumlah kemampuan produksinya.

Tabel 10. Distribusi responden manurut waktu pengiriman produk

Frekuensi % Kumulatif% Valid tergantung pemesanan 2 10.0 10.0 2x seminggu 18 90.0 100.0 Total 20 100.0 Aspek Promosi

Dalam Tabel 11. distribusi res-ponden menurut promosi terlihat bahwa 12 responden melakukan promosi de-ngan cara tatap muka dan 7 responden melalui tatap muka dan promosi dari mulut ke mulut. Promosi dengan menggunakan media masih jarang pengusaha lakukan, kebanyakan dari pengusaha melakukan promosi dengan cara tatap muka atau dari mulut ke-mulut. Pengusaha belum membutuhkan promosi dengan menggunakan media karena pasar pengusaha satu dalam wilayah yang kecil yaitu daerah Bogor. Disamping itu cara penjualan pengusa-ha dengan dilakukan sistem pesanan, maka promosi dengan menggunakan media belum diperlukan.

Tabel 11. Distribusi responden menurut promosi

Frekuensi % Kumulatif% Valid mulut ke mulut &

tatap muka 7 35.0 36.8

tatap muka 12 60.0 100.0

Total 19 95.0

Hilang Sistem 1 5.0

Total 20 100.0

Dalam Tabel 12. distribusi res-ponden menurut selera konsumen terlihat bahwa keunikan produk dan har-ga murah menjadi pertimbanhar-gan res-ponden dan terlihat masing-masing ada 6 responden yang memperhatikan unikan produk dan murah, selain ke-rapihan, model dan produk yang ber-beda. Bila perusahaan mengikuti ke-inginan/selera konsumen maka konsu-men akan loyal terhadap produk yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut.

Tabel 12. Distribusi responden menurut selera konsumen Frekuensi % Kumulatif% Valid kerapihan 2 10.0 10.5 unik & terkenal 2 10.0 21.1 model 2 10.0 31.6 unik 6 30.0 63.2 murah 6 30.0 94.7 produk tidak sejenis 1 5.0 100.0 Total 19 95.0 Hilang Sistem 1 5.0 Total 20 100.0 Aspek Pembayaran

Berdasarkan Tabel 13, distribusi responden menurut pembayaran dari agen, terlihat bahwa 10 responden me-ngatakan pembayaran dilakukan setelah barang diantar ke agen, 4 responden mengatakan pembayaran dengan perio-de waktu yang ditentukan oleh agen, 5 responden mengatakan pembayaran dilakukan dengan cara barang datang dan juga periode waktu tertentu oleh agen, serta 1 responden mengatakan pembayaran diterima setiap minggu. Pembayaran yang tidak dilakukan pada saat barang dikirim menyebabkan res-ponden harus mempunyai modal yang cukup besar supaya kegiatan produksi-nya tidak terhenti, dan hal ini merupakan kendala bagi responden.

(9)

Tabel 13. Distribusi responden menurut pembayaran

Frekuensi % Kumulatif% Valid diabayar lunas

barang datang & periode waktu tertentu 5 25.0 25.0 setiap minggu 1 5.0 30.0 periode waktu 4 20.0 50.0 dibayar lunas barang datang 10 50.0 100.0 Total 20 100.0 Peluang Usaha

Semua responden mengatakan bahwa tingkat persaingan dalam usaha ini tinggi. Untuk itu perlu ada campur tangan dari pihak pemerintah khusus-nya, untuk mengatasi masalah persaing-an supaya usaha kecil tidak mati. Pe-merintah diharapkan dapat membantu pengusaha dalam peraturan yang mengatur produk luar negeri yang mem-banjiri pasar dalam negeri, supaya penjualan produk tidak mati, karena bila diamati persaingan ini dipertajam de-ngan banyaknya sandal buatan luar ne-geri yang beredar di pasar yang sama. Hal ini semakin mempertinggi tingkat persaingan pengusaha. Walaupun ting-kat persaingan tinggi, pengusaha tetap melihat ada peluang yang dapat dilaku-kan pada bisnis ini.

Tabel 14. distribusi responden me-nurut peluang terlihat bahwa pelu-ang terbesar pada penambahan jumlah produk bagi responden dibandingkan promosi maupun distribusi. Bila di lihat tingkat persaingan usaha ini sangat tinggi tetapi peluangnya juga tinggi. Peluang sangat tinggi disebabkan per-mintaan akan produknya juga tinggi ter-lihat dari hasil wawancara dengan res-ponden bahwa penambahan jumlah pro-duk menurut model dan selera konsu-men ini sangat disukai oleh pelanggan pengusaha.

Tabel 14. Distribusi responden menurut peluang usaha

Frekuensi % Kumulatif% Valid penambahan

jumlah produk, distribusi & tenaga pemasaran

1 5.0 5.0

penambahan jumlah produk &

tenaga pemasaran 2 10.0 15.0 penambahan promosi 1 5.0 20.0 penambahan jumlah produk 16 80.0 100.0 Total 20 100.0 Pengembangan Usaha

Tabel 15, distribusi responden menurut pengembangan usaha, menun-jukkan bahwa responden mengharap-kan bantuan berupa modal atau penam-bahan modal bagi kegiatan pengusaha. Dari hasil wawancara langsung dengan pengusaha terlihat bahwa hambatan usaha ini bagi pengusaha cukup besar terutama pada hal sebagai berikut : 1. Kenaikan harga bahan baku dengan

tidak didukung dengan kenaikan harga jual produk jadi,

2. Persaingan harga diantara produsen sangat tinggi,

3. Pembayaran dari agen lama hal ini menyebabkan pengusaha kekurang-an modal,

4. Model produk cepat sekali berubah, maka pengusaha merasakan kesu-litan untuk mengikuti perubahan ter-sebut,

5. Perhatian dari pemerintah dalam bi-dang pemasaran belum ada.

Dari empat kecamatan yaitu Cijeruk, Taman sari, Ciomas dan Sukaresmi dan 13 desa yaitu Tanjung Sari, Ciapus, Taman Sari, Pasir Eurih, Tajur Halang, Sukamantri, Sinar Galih, Batu, Suka-harja, Cipadung, Cileer, Babakan dan Sindang Barang masalah yang dihadapi responden sama. Maka hal ini perlu per-hatian yang serius, supaya usaha kecil disini dapat semakin berkembang. Ham-batan tersebut bila dapat diatasi maka pengusaha dapat mengembangkan bis-nisnya menjadi lebih baik.

(10)

Tabel 15. Distribusi responden menurut pengembangan usaha Frekuensi % Kumulatif% Valid penambahan modal, tenaga kerja & distribusi 1 5.0 5.0 penambahan modal & distribusi 1 5.0 10.0 penambahan modal & tenaga kerja 1 5.0 15.0 penambahan promosi 2 10.0 25.0 penambahan modal 15 75.0 100.0 Total 20 100.0

Secara keseluruhan terlihat ada-nya hubungan antara pemasaran de-ngan prospek usaha kecil. Hal ini terlihat dimana faktor produk, harga, distribusi maupun promosi sangat menunjang dalam mengembangkan usaha para responden. Prospek usaha dipengaruhi oleh faktor pembayaran, dimana jika pembayaran pengusaha lancar, maka kegiatan bisnis tidak terganggu, karena modal tercukupi; tetapi bila pembayaran tidak lancar maka pengusaha membu-tuhkan dana yang besar. Dana yang dibutuhkan ini harus dipenuhi dengan tambahan pinjaman modal. Peminjam-an modal merupakPeminjam-an kendala bagi pengusaha kecil dan menengah. Pe-luang usaha dan pengembangan usaha cukup bagus, bila dilihat dari data yang ada. Akhirnya terlihat bahwa pemasaran dan prospek usaha kecil sangat terkait.

PENUTUP

1. Produk sandal dan sepatu pada usaha kecil ini menurut responden disukai oleh konsumen hal ini terlihat dengan adanya perkembangan atau kenaikan permintaan.

2. Produk sudah dilengkapi dengan merek, label serta kemasan.

3. Harga produk terjangkau oleh kon-sumen, dan produk berkembang dan diterima oleh konsumen.

4. Saluran distribusi berbentuk penitip-an produk kepada penjual atau pe-masaran tidak langsung, dan pengi-riman barang dilakukan baik oleh produsen maupun diambil oleh penjual.

5. Promosi dilakukan dengan cara tatap muka dan dari mulut kemulut . 6. Prospek usaha ini untuk masa yang

akan datang terlihat bagus, karena permintaan akan produk meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Agung , I.G.N., 1992. Metode 1 Pe-nelitian Sosial: Pengertian dan Pemakaian Praktis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

_____, 1994a. Faktor Interaksi: Pe-ngertian secara Substansi dan Statistika, Jakarta: Lembaga Demografi, FE UI.

_____, 1998. Metode 2 Penelitian Sosial, Jakarta: Gramedia Pus-taka Utama.

Gunardi, Harry Seldadyo, 1998. Ma-salah-masalah Di Seputar Usa-ha Kecil Indonesia. Prosiding Konperensi Nasional Usaha Ke-cil Cipanas, 4-6 Agustus 1997, Ikatan Sarjana Ekonomi Indone-sia, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, The Asia Foundation. Kotler, Philip, 2003. Marketing

Ma-nagement, 11th, Pearson

Edu-cation International.

Robbins, Stephen P. and Coulter, Mary, 2005. Management, 8th,

Pearson Education, Inc.

Sadoko, Isono., Maspiyati dan Haryadi, Dedi, 1995. Pengembangan Usaha Kecil: Pemihakan Sete-ngah Hati, Bandung: Akatiga.

Gambar

Gambar 1. Diagram struktural model penelitianProspek  usaha kecil Pembayaran Pengemba-ngan usahaPeluangusahaJenis sepatuTarget pasarKemasanMerekProdukHargaCara produk dipasarkanDaerah pemasaranWaktu Pengiriman DistribusiPromosiPemasaran
Tabel   1   menunjukkan   distribusi  responden menurut jenis usaha.   Tabel  menunjukkan bahwa dari 20 responden  ada   11   responden   atau   55%   yang  melakukan   kegiatan   di   dalam    pem-buatan sandal
Tabel 6. Distribusi responden menurut  kemasan
Tabel 9. Distribusi responden menurut  daerah pemasaran
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam suatu perjanjian yang melibatkan dua belah pihak yaitu antara nasabah atau mitra dan BMT seharusnya sama-sama aktif baik dari segi pembiayaan maupun dari segi

memudahkan udara berputar di dalam ruang sehingga menciptakan efek sejuk dan memberikan kenyamanan pada penggunanya. Berdasarkan hasil analisis angin pada area tapak

Walaupun pada dasarnya Hukum Islam tidak menentukan bahwa perceraian itu harus dilakukan di depan sidang pengadilan, dan masyarakat Alue Bu Tuha Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II BCilacap. Manfaat Teoritis, yakni untuk

Sehingga dalam penelitian ini, menunjukan bahwa M-Learning bahasa Jepang belum bisa diterima sepenuhnya oleh semua kalangan pengguna dikarenakan berdasarkan hasil penelitian,

Dari diskusi di atas, tujuan penelitian ini adalah: (a) mengetahui perkembangan pasar modern dan pasar tradisional di kota Bengkulu, dan (b) mengetahui jumlah omset

Dari penelitian yang dilakukan terhadap laporan aktiva selama 3 tahun pada kantor kesejahteraan rakyat dengan adanya PSAK Konvergensi IFRS ini tidak mengalami pengubahan pada

Tulisan sini akan membahas secara lebih lanjut tahapan radikalisme politik kelas menengah Muslim yang terjadi di Indonesia mulai dari munculnya godly nationalism, konteks