• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU KONSUMSI ROKOK DAN MINUMAN BERALKOHOL SISWA SMA DI KOTA BOGOR RATNA DUHITA PRAMINTARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU KONSUMSI ROKOK DAN MINUMAN BERALKOHOL SISWA SMA DI KOTA BOGOR RATNA DUHITA PRAMINTARI"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU KONSUMSI ROKOK DAN MINUMAN BERALKOHOL

SISWA SMA DI KOTA BOGOR

RATNA DUHITA PRAMINTARI

(2)
(3)

Teman Sebaya dengan Perilaku Konsumsi Rokok dan Minuman Beralkohol Siswa SMA di Kota Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber Informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan telah dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2013 Ratna Duhita Pramintari

(4)
(5)

RATNA DUHITA PRAMINTARI. Influence of Parenting Syle and Peer Relations on Smoking and Drinking Behavior among High School Student in Bogor. Under direction of DWI HASTUTI and MOH. DJEMDJEM DJAMALUDIN.

Smoking and drinking are risky behavior for adolescence, and there are family, peer, and school that play a role in the formation of adolescent behavior. This research aimed to analyze the influence of parenting style and peer relations with smoking and drinking behavior among high school student in Bogor. This research was conducted in six schools and data was collected on May until June 2012. The sampling of this research was 200 adolescents consisted of 100 boys and 100 girls that was selected by random sampling technique. The sample criteria of this research were grade 10 students and came from an intact family. The Result showed , prevalence of adolescent’s smoking behavior was 18.5 percent and prevalence for adolescent’s drinking behavior was 13 percent. There was no relation between parenting style with adolescent’s smoking and drinking behavior. There was relation between peer drinking behavior with their’s drinking behavior. Gender was related with adolescent’s smoking and drinking behavior. Logistic Regression analyses showed that gender, peer relations, and perception to smoking and drinking significantly influenced to smoking and drinking behavior. Which means that boys riskier to smoking and drinking behavior, and the stronger peer relations and perception toward smoking and drinking behavior riskier to their’s smoking and drinking behavior. Meanwhile Family income positively influenced to drinking behavior.

Keywords : parenting style, peer, smoking behavior, drinking behavior, adolescent

(6)
(7)

RATNA DUHITA PRAMINTARI. Pengaruh Gaya Pengasuhan dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Konsumsi Rokok dan Minuman Beralkohol Siswa SMA di Kota Bogor. Dibimbing oleh DWI HASTUTI dan MOH. DJEMDJEM DJAMALUDIN.

Remaja Indonesia adalah sumber daya manusia yang berpotensi menjadi aset untuk pembangunan bangsa. Tetapi saat ini, banyak remaja telah terlibat dalam perilaku-perilaku yang masuk dalam kategori berisiko karena dapat mengganggu perkembangan dan kesehatan. Perilaku konsumsi rokok dan konsumsi minuman beralkohol termasuk ke dalam kategori perilaku yang berisiko menghambat perkembangan remaja untuk mencapai tahap optimal.

Konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2010 yang tercatat oleh Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar), yaitu mencapai 34,7 persen. Survei yang dilakukan Aliansi Masyarakat Anti Rokok(Amar) tahun 2011 menemukan sekitar 52 persen penduduk kota Bogor adalah perokok aktif .

Perilaku konsumsi minuman beralkohol juga dapat menjadi ancaman untuk perkembangan dan kesehatan remaja. Menurut data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan (2007), prevalensi perilaku konsumsi minuman beralkohol di Indonesia adalah sebesar 4,6 persen. Prevalensi konsumsi minuman alkohol di Jawa Barat adalah 2,6 persen, golongan pertama yang mendominasi adalah golongan usia 25-34 tahun, dan golongan kedua yang mendominasi konsumsi minuman beralkohol adalah golongan usia remaja (15-24 tahun).

Terdapat tiga hal yang berperan dalam pembentukan perilaku remaja, antara lain keluarga, teman sebaya, dan sekolah. Orangtua membentuk perilaku anak melalui pengasuhan sehari-hari yang disebut dengan gaya pengasuhan. Gaya pengasuhan authoritative sangat berperan dalam pembentukan perilaku remaja. Selain peran orangtua, teman sebaya juga berperan dalam pembentukan perilaku pada remaja.

Penelitian dilakukan di enam sekolah sebagai perwakilan SMA dan SMK negeri dan swasta di Kota Bogor. Empat sekolah yang mewakili SMA dan SMK negeri dan swasta terpilih secara acak berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Bogor. Berdasarkan kenyataan di lapangan, ditambah dua sekolah lagi untuk kepentingan penelitian. Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah remaja Kelas X SMA/SMK dari sekolah terpilih dan memiliki orang tua lengkap. Selanjutnya, berdasarkan kriteria contoh, di setiap sekolah dipilih secara acak remaja yang menjadi contoh penelitian ini. Jumlah total remaja responden adalah 200 orang yang terdiri dari 100 remaja laki-laki dan 100 remaja perempuan. Pengambilan data dilakukan mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2012. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Strategis Nasional Tahun 2012 yang diketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc berjudul Model Harmonisasi Peran Keluarga dan Sekolah Dalam Pembentukan Karakter Mulia Remaja Bagi Tercapainya Visi ”Insan Cerdas Komprehensif Tahun 2014”.

(8)

sebagai instrumen pengumpul data, sedangkan data sekunder (jumlah siswa dan profil sekolah) dikumpulkan melalui data sekolah. Kontrol kualitas data dilakukan melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Uji reliabilitas instrument yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Cronbach’s alpha. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistika deskriptif dan analisis statistika inferensial. Analisis statistika inferensial yang digunakan adalah uji korelasi Spearman dan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh remaja berusia 16 tahun (73,0%). Persentase terbesar uang saku yang dimiliki remaja yaitu antara Rp 80.000 – Rp. 353.500 (55,0%). Usia orangtua remaja berada pada kelompok usia dewasa madya ( 41 – 65 tahun) yaitu sebesar 78.5 persen untuk kelompok usia ayah dan sebesar 50 persen untuk usia ibu. Persentase tertinggi untuk pendidikan orangtua adalah tamat tingkat Diploma dengan persentase sebesar 47 persen pada kelompok ayah dan sebesar 44 persen pada kelompok ibu. Persentase tertinggi pendapatan keluarga adalah pada kategori ≤ Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 (86.5%).

Sebagian besar remaja diasuh dengan gaya pengasuhan otoritatif baik oleh ayah (91.5%) maupun ibunya (93.5%). Hasil penelitian menunjukkan, lebih dari separuh remaja memiliki keterikatan rendah dengan teman sebayanya (62,0%). Lebih dari separuh remaja memiliki pengetahuan tinggi tentang bahaya konsumsi rokok (66,0%), dan bahaya minuman beralkohol (74,5%). Lebih dari separuh remaja memiliki sikap negatif terhadap rokok (72.5 %), dan mayoritas remaja memilki sikap negatif terhadap minuman beralkohol (90,0%).

Persentase perilaku konsumsi rokok orangtua adalah sebesar 78,5 persen, dan persentase konsumsi minuman beralkohol orangtua sebesar 7.5 persen. Lebih dari separuh teman sebaya memiliki perilaku konsumsi rokok (62,0%), dan sebesar 27,5 persen teman sebaya memiliki perilaku konsumsi minuman beralkohol. Prevalensi perilaku konsumsi rokok remaja adalah 18.5 persen, dan prevalensi perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja sebesar 13 persen.

Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja. Terdapat hubungan antara keterikatan teman sebaya dan perilaku konsumsi minuman beralkohol teman sebaya dengan perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja.

Hasil uji regresi logistik menunjukkan variabel jenis kelamin, keterikatan teman sebaya, dan sikap tentang rokok berpengaruh dalam pembentukan perilaku konsumsi rokok remaja. Sementara pembentukan perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja dipengaruhi oleh jenis kelamin, pendapatan keluarga, keterikatan teman sebaya, dan sikap tentang minuman beralkohol.

Kata kunci: gaya pengasuhan, teman sebaya, perilaku konsumsi rokok, perilaku konsumsi minuman beralkohol, remaja.

(9)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

(10)
(11)

PERILAKU KONSUMSI ROKOK DAN MINUMAN BERALKOHOL SISWA SMA DI KOTA BOGOR

RATNA DUHITA PRAMINTARI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan tesis ini. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pengaruh Gaya Pengasuhan dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Konsumsi Rokok dan Minuman Beralkohol Siswa SMA di Kota Bogor.

Terima kasih penulis dan rasa hormat penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Moh. Djemdjem Djamaludin, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan yang bermanfaat bagi tersusunnya tesis ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir Istiqlaliyah Muflikhati, M,Si selaku penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang bermanfaat agar tesis ini menjadi lebih baik lagi.

Tesis ini merupakan bagian dari Penelitian Strategis Nasional Tahun 2012, karena itu penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh anggota tim yang bekerja bersama penulis dalam pengambilan data di lapangan.

Terima kasih penulis sampaikan kepada pihak sekolah, kepala sekolah dan siswa-siswa yang terlibat di dalam penelitian ini serta memberikan dukungan bagi terlaksananya penelitian ini

Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan untuk orangtua tercinta, Ir. Dwi Poerwijanto dan Tutiek Djuharijani Chandra, Kakak Anandita Pramarijanto dan Adik Fachreza Prismayanto atas segala doa, kasih sayang, dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis selama menjalani studi pascasarjana.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak angkatan 2010 yang selalu saling mendukung dalam waktu-waktu yang berkesan selama menjalani studi pascasarjana. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas doa, dukungan, dan semangat bagi penulis.

Akhir kata, semoga tesis ini bermanfaat. Terima Kasih

Bogor, Januari 2013 Ratna Duhita Pramintari

(14)
(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 23 Januari 1985 dari ayah Ir. Dwi Poerwijanto dan ibu Tutiek Djuharijani Chandra. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.

Tahun 2002 penulis lulus dari SMAN 2 Bekasi dan pada tahun yang sama diterima di Politeknik Kesehatan Jakarta II Jurusan Gizi. Pada tahun 2005 penulis memperoleh gelar Ahli Madya Gizi dan kemudian bekerja sebagai Ahli Gizi di suatu perusahaan industri susu selama satu tahun.

Pada tahun 2006 penulis melanjutkan studi program ekstensi Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Gizi Masyarakat Universitas Indonesia, dan pada tahun 2008 penulis menerima gelar sebagai Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Setelah dua tahun bekerja sebagai Ahli Gizi dan Peneliti Lepas, pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) pada program studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak.

(16)
(17)

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... PENDAHULUAN... Latar Belakang ... Perumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... TINJAUAN PUSTAKA... Keluarga ... Faktor Keluarga yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok dan Konsumsi Minuman Beralkohol ... Faktor Diri yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Rokok dan Minuman Beralkohol ... Faktor Eksternal yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Rokok dan Minuman Beralkohol ... Perilaku... KERANGKA PEMIKIRAN... METODE PENELITIAN ... Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ... Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh ... Jenis Dan Cara Pengambilan Data ... Pengolahan dan Analisis Data ... Definisi Operasional ... HASIL DAN PEMBAHASAN ... Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... Karakteristik Keluarga ... Karakteristik Remaja... Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap Rokok ... Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap Minuman Beralkohol ... Perilaku Konsumsi Rokok Orangtua... Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Orangtua... Gaya Pengasuhan... Teman Sebaya... xiv xvi xvii 1 1 4 8 9 10 10 11 15 17 19 22 25 25 25 26 28 35 38 38 39 41 42 43 44 45 47 47

(18)

Perilaku Konsumsi Rokok Remaja... Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Remaja... Hubungan antara Karakteristik Keluarga dengan Perilaku Konsumsi Rokok dan Minuman Beralkohol Remaja... Hubungan antara Karakteristik Remaja dengan Perilaku Konsumsi Rokok Dan Minuman Beralkohol Remaja... Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Tentang Rokok dan Perilaku Konsumsi Rokok Orangtua dengan Perilaku Konsumsi Rokok Remaja... Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Tentang Minuman Beralkohol dan Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Orangtua dengan Perilaku Konsumsi Rokok dan Minuman Beralkohol Remaja ... Hubungan Antara Gaya Pengasuhan dan Teman Sebaya Dengan

Perilaku Konsumsi Rokok Dan Minuman Beralkohol... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Rokok Remaja... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Minuman

Beralkohol Remaja... Pembahasan Umum... SIMPULAN DAN SARAN... Simpulan ... Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN... 49 53 57 58 59 60 62 65 67 69 74 74 75 76 82

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Hasil penelitian gaya pengasuhan dengan perilaku konsumsi remaja... 2. Jenis dan cara pengumpulan data... 3. Pengolahan data... 4. Sebaran remaja berdasarkan usia orangtua dan jenis kelamin remaja... 5. Sebaran remaja berdasarkan pendidikan ayah dan jenis kelamin... 6. Sebaran remaja berdasarkan pendidikan ibu dan jenis kelamin... 7. Sebaran remaja menurut pendapatan keluarga dan jenis kelamin... 8. Sebaran remaja menurut usia dan jenis kelamin... 9. Sebaran remaja menurut besarnya uang saku dan jenis kelamin... 10. Sebaran remaja menurut pengetahuan remaja tentang rokok dan jenis

kelamin... 11. Sebaran remaja menurut sikap remaja tentang rokok dan jenis

kelamin... 12. Sebaran remaja menurut pengetahuan remaja tentang minuman

beralkohol dan jenis kelamin ... 13. Sebaran remaja menurut sikap remaja tentang minuman beralkohol

dan jenis kelamin... 14. Sebaran remaja menurut perilaku konsumsi rokok orangtua dan jenis

kelamin remaja... 15. Sebaran remaja menurut kebiasaan konsumsi minuman rokok orangtua dan jenis kelamin remaja ... 16. Sebaran remaja menurut perilaku konsumsi minuman beralkohol

orangtua dan jenis kelamin remaja ... 17. Sebaran remaja menurut kebiasaan konsumsi minuman beralkohol

orangtua dan jenis kelamin remaja ... 18. Sebaran remaja menurut kategori gaya pengasuhan orangtua dan jenis

13 27 28 39 40 40 41 41 41 42 42 43 43 44 45 45 46

(20)

20. Sebaran remaja menurut perilaku konsumsi rokok teman sebaya dan jenis kelamin remaja ... 21. Sebaran remaja menurut perilaku konsumsi minuman beralkohol

teman sebaya dan jenis kelamin remaja ... 22. Sebaran remaja menurut perilaku konsumsi rokok (pernah /

tidakpernah) dan jenis kelamin ... 23. Sebaran remaja menurut perilaku konsumsi rokok dan jenis kelamin.... 24. Sebaran perilaku konsumsi rokok remaja, menurut jumlah hari

konsumsi rokok, jumlah batang yang dihisap, lama konsumsi rokok, dan jumlah uang yang dibelanjakan untuk konsumsi rokok ... 25. Sebaran remaja menurut tempat konsumsi rokok dan jenis kelamin... 26. Sebaran remaja menurut alasan konsumsi rokok dan jenis kelamin... 27. Sebaran remaja menurut alasan tidak konsumsi rokok dan jenis

kelamin... 28. Sebaran remaja menurut perilaku konsumsi minuman beralkohol

(pernah/tidak pernah) dan jenis kelamin ... 29. Sebaran remaja menurut perilaku konsumsi minuman beralkohol dan

jenis kelamin... 30. Sebaran Sebaran perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja,

menurut jumlah hari konsumsi minuman beralkohol, jumlah yang dikonsumsi, lama konsumsi minuman beralkohol, dan jumlah uang yang dibelanjakan untuk konsumsi minuman beralkohol... 31. Sebaran remaja menurut tempat konsumsi minuman beralkohol dan

jenis kelamin ... 32. Sebaran remaja menurut alasan konsumsi minuman beralkohol dan

jenis kelamin... 33. Sebaran remaja menurut alasan tidak konsumsi rokok dan jenis

kelamin...   48 49 49 50 49 50 51 52 52 53 53 54 55 56 56 57

(21)

Halaman

34. Nilai koefisien korelasi antara karakteristik keluarga dengan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol... 35. Nilai koefisien korelasi antara karakteristik remaja dengan perilaku

konsumsi rokok dan minuman beralkohol... ... 36. Nilai koefisien korelasi antara pengetahuan dan sikap tentang rokok

dan perilaku konsumsi rokok orangtua dengan perilaku konsumsi rokok remaja... 37. Nilai koefisien korelasi antara pengetahuan dan sikap tentang

minuman beralkohol dan perilaku konsumsi minuman beralkohol orangtua dengan perilaku konsumsi minuman beralkohol

remaja... 38. Nilai koefisien korelasi antara gaya pengasuhan dan teman sebaya

dengan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol... 39. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi rokok remaja... 40. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi minuman

beralkohol remaja...     58 59 60 61 63 65 67

(22)
(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Kerangka Pemikiran ...

2. Kerangka Penarikan Contoh ... 24 26

(24)
(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Nilai Maximum, Minimum, Mean, standar Deviasi...

2. Matriks Nilai Koefisien Korelasi Spearman...

82 83

(26)
(27)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Masa remaja adalah periode waktu yang membentang dari masa pubertas ke awal usia 20-an. Individu mengalami perubahan besar, baik perubahan fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Remaja juga mengalami perubahan signifikan dalam hubungan keluarga mereka, lingkungan sekolah, dan afiliasi kelompok sebaya, dan perubahan ini dapat memiliki efek mendalam pada motivasi remaja dan pembelajaran (Schunk 2005).

Penjelasan Schunk menegaskan tiga hal utama yang paling berperan bagi perkembangan remaja, yaitu : keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Keluarga memiliki aspek yang paling berperan dalam perkembangan remaja, yaitu pola interaksi hubungan orangtua-anak yang membentuk sumber daya penting pada aspek sosial emosi yang nantinya akan lebih berkembang melebihi apa yang ada pada masa anak-anak. Keluarga merefleksikan pengaruhnya pada masa remaja terutama dalam tiga hal. Pertama, hubungan kekeluargaan berpengaruh pada implikasi pola hubungan remaja dengan teman sebaya, guru, orang dewasa lainnya. Keluarga juga berpengaruh pada pembentukan pola hubungan romantis remaja, penampilan/sosialisasi di sekolah, ataupun pada pilihan pekerjaan dan tingkatan kesuksesan. Kedua, hubungan dengan orang tua akan bertransformasi menjadi tahapan interaksi yang kurang hirarkis ketika mencapai usia dewasa. Ketiga, variasi kebudayaan dan kontekstual membentuk pengalaman dan hubungan kekeluargaan remaja yang akan berpengaruh secara signifikan baik pada perkembangan remaja maupun pada pencapaian perkembangan tersebut yang biasanya tercermin pada perilaku (Lerner et al. 2004).

Baumrind (1991) dalam Wise (2003) mendefinisikan gaya pengasuhan dan efeknya bagi anak menjadi tiga kategori yang spesifik . Gaya pengasuhan tersebut adalah a) gaya pengasuhan authoritative, (b) gaya pengasuhan authoritarian, dan (c) gaya pengasuhan permissive. Pengkategorian ini berdasarkan tingkat kehangatan dan pengendalian kedisiplinan yang dipraktekkan oleh orangtua. Berdasarkan Baumrind, gaya pengasuhan dimaksudkan untuk menggambarkan variasi cara orangtua ketika bersosialisasi dengan anaknya. Gaya pengasuhan bisa saja penuh dukungan ataupun tidak mendukung anak pada saat bersamaan, kedua

(28)

aspek dalam gaya pengasuhan tersebut akan memberikan dampak dan konsekuensi pada perkembangan kepribadian anak, yaitu kompetensi anak, pencapaian dan perkembangan sosial.

Gaya pengasuhan yang berbeda, memberikan pengalaman yang berbeda – beda pada anak, yang tentu saja akan sangat berperan nantinya dalam pemilihan dan pergaulan anak dengan teman sebaya (Baumrind 1991) dalam Wise (2003) . Orangtua dengan gaya pengasuhan authoritharian dicirikan oleh pembatasan dan pemberian aturan yang ketat, ketaatan yang bersifat tak terbantah, tuntutan orangtua yang tinggi untuk kepatuhan, otoritas orangtua yang kuat, penetapan aturan yang kaku dan tanpa penjelasan. Orangtua dengan gaya pengasuhan otoriter juga memandang disiplin sebagai suatu cara yang harus ditegakkan dalam seluruh aspek hubungan anak dengan dunia luar (Hastuti 2008).

Gaya pengasuhan permissive, memperlihatkan ciri kurangnya pemberian aturan atau batasan kepada anak, kurang memberikan pengarahan ataupun penjelasan kepada anak dalam memahami permasalahan kehidupan (Hastuti 2008). Anak-anak yang mendapatkan pengasuhan permissive, akan menjadi anak yang egois dan sulit mengendalikan dirinya (Bornstein 2002).

Gaya pengasuhan authorithative, menggabungkan dua pendekatan yaitu dengan menerapkan batasan aturan dan memeiliki otoritas tinggi, namun sekaligus merupakan orangtua yang hangat, penuh kasih sayang, dan memberikan penjelasan serta keterangan yang sesuai dengan pola pikir anak. Orangtua dengan gaya pengasuhan authorithative juga bersikap toleran dan empati kepada anak (Hastuti 2008). Baumrind (1991) dalam Wise (2003) menyatakan , orangtua dengan gaya pengasuhan authorithative, akan lebih mudah mengajarkan kepada anaknya tentang perilaku sosial yang dapat diterima masyarakat sehingga hal ini dapat menjadi dasar ketika anak bergaul dengan teman sebayanya.

Temuan dari beberapa peneliti menyatakan bahwa efek positif dari pengasuhan authorithative mencegah anak untuk memiliki perilaku yang tidak diinginkan atau mencegah anak terlibat dengan hal – hal kriminal. Anak – anak dengan pengasuhan authorithative memiliki kecenderungan rendah untuk terlibat dengan perilaku yang bermasalah seperti penggunaan obat – obatan terlarang,

(29)

konsumsi minuman beralkohol, merokok serta kenakalan di sekolah seperti membolos dan mencontek (Lamborn et al. 1991).

Gaya pengasuhan authorithative sangat berperan dalam pembentukan perilaku remaja, Ulasan dari berbagai penelitian tentang hubungan gaya pengasuhan dan konsumsi minuman beralkohol sejak tahun 1996 menunjukkan hasil yang konsisten yaitu risiko konsumsi minuman beralkohol akan menurun jika memiliki orangtua dengan gaya pengasuhan authorithative. Remaja yang memiliki orangtua dengan gaya pengasuhan authorithative , juga berisiko rendah untuk merokok. Sementara remaja yang memiliki orangtua dengan gaya pengasuhan authoritharian dan permissive memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terlibat dengan konsumsi alkohol dan perilaku merokok (Newman et al.2008).

Pemberian teladan adalah satu cara dalam pemberian pengasuhan, terbentuknya suatu perilaku berdasarkan teori social leraning Bandura (1997) merupakan hasil imitasi atau peniruan dari model yang diamati. Begitupun dalam pembentukan perilaku merokok, orangtua yang merokok memberikan kecenderungan perilaku merokok pada anaknya. Menurut Huver et al (2007) kebiasaan merokok pada orangtua dan sikap terhadap perilaku merokok menunjukkan pengaruh yang penting terhadap perilaku merokok remaja. Sikap orangtua terhadap perilaku merokok terbukti menjadi indikator yang lebih baik dalam mencegah terbentuknya perilaku merokok remaja, dibandingkan dengan pengaruh perilaku merokok orangtua terhadap pembentukan perilaku merokok remaja. Orangtua yang menunjukkan ketidaksetujuan akan perilaku merokok kepada remaja, memberikan kecenderungan yang rendah pada remaja untuk merokok. Sebaliknya orangtua dengan perilaku merokok akan memberikan kecenderungan yang lebih tinggi bagi remaja untuk merokok seperti hasil sebuah studi di tujuh negara Eropa, Griesbach et al (2003) menemukan bahwa tingkat perilaku merokok remaja di empat negara lebih tinggi dua kali lipat , jika remaja tersebut setidaknya memiliki satu orangtua perokok. Oleh karena itu orangtua sangat berperan dalam pembentukan perilaku ini.

Selain disebabkan oleh orangtua, teman sebaya juga berperan dalam perilaku ini. Selama beberapa tahun, banyak peneliti di Amerika telah

(30)

menyimpulkan bahwa teman sebaya memberikan pengaruh nyata pada perkembangan remaja. Seorang remaja jauh lebih mungkin untuk merokok jika temannya perokok (Tyas dan Pedersen 1998). Sebagai bukti jumlah perokok meningkat di antara kelompok persahabatan, demikian juga risiko merokok (Morton 2004). Analisis data dari Survei Pemuda di Tennessee menemukan bahwa kemungkinan terjadinya perilaku merokok pada remaja yang pernah merokok menjadi dua kali lipat setiap memiliki teman dekat yang merokok (Goodrow et al. 2003). Tidak berbeda dengan perilaku merokok, teman sebaya juga berperan dalam pembentukan perilaku konsumsi minuman beralkohol pada remaja. Menurut Jackson (1997) perilaku konsumsi minuman beralkohol teman sebaya memberikan pengaruh yang lebih kuat dibandingkan pengaruh perilaku konsumsi minuman beralkohol orangtua terhadap pembentukan perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja.

Uraian tersebut menunjukkan betapa pentingnya peran orangtua dan pengaruh teman sebaya terhadap perilaku merokok dan perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja. Oleh karenanya peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh gaya pengasuhan dan teman sebaya terhadap perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol siswa SMA .

Perumusan Masalah

Masa remaja adalah periode kritis dalam perkembangan perilaku dan perkembangan gaya hidup sehat. Penemuan dari berbagai penelitian selama 20 tahun terakhir menyatakan bahwa kualitas hubungan orangtua dan anak remaja memberikan dampak yang signifikan bagi perkembangan atau pencegahan perilaku remaja yang berisiko terhadap kesehatan. Meskipun banyak perilaku yang dapat dikategorikan ke dalam perilaku berisiko, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (The Centers for Disease Control and Prevention / CDC) di Amerika, mengidentifikasi enam perilaku yang berisiko menghambat perkembangan remaja untuk mencapai tahap optimal. Keenam perilaku berisiko tersebut, antara lain a) Penggunaan obat – obatan terlarang, b) Perilaku merokok, c) Perilaku konsumsi minuman beralkohol, d) perilaku seks yang mengakibatkan

(31)

kehamilan yang tidak diinginkan e) penyakit menular seksual, f) Tidak pernah berolahraga (Eaton 2005).

Remaja Indonesia adalah sumber daya manusia yang berpotensi menjadi aset untuk pembangunan bangsa, jika mendapatkan arahan dan bimbingan yang tepat dari lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, remaja sebagai generasi penerus dan pembangun bangsa diharuskan memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang optimal. Tetapi saat ini, banyak remaja telah terlibat dalam perilaku-perilaku yang masuk dalam kategori berisiko karena dapat mengganggu perkembangan dan kesehatan, seperti perilaku merokok dan perilaku konsumsi minuman beralkohol.

Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang di sekelilingnya. Dilihat dari sisi kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin, CO (karbonmonoksida) dan tar akan memacu kerja susunan syaraf pusat dan susunan syaraf simpatis sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat dan detak jantung semakin cepat (Kendal dan Hammen 1998) selain itu rokok juga dapat menstimulasi kanker, dan berbagai penyakit lain, seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru, dan penyakit bronchitis kronis (Kaplan et al. 1993). Dampak negatif merokok, memang tidak dapat dipungkiri, tetapi meskipun sudah mengetahu dampak negatifnya, perilaku merokok tetap ada, bahkan semakin meningkat dan tahun belakangan menunjukkan merokok cenderung dimulai di usia muda.

Konsumsi rokok di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2011, data WHO menempatkan Indonesia pada peringkat ke-3 jumlah perokok terbesar di dunia, setelah Cina dan India. Hal ini bukan sesuatu yang mengherankan jika melihat presentase perokok di Indonesia pada tahun 2010 yang tercatat oleh Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar), yaitu mencapai 34,7 persen. Meski jumlah tersebut didominasi oleh usia produktif, yaitu 15-64 tahun, kebiasaan merokok di Indonesia ternyata sudah dimulai pada usia sangat dini. Menurut Riskesdas 2010, persentase usia mulai merokok di Indonesia yaitu pada usia 5-9 tahun sebesar 1,7 persen, pada usia 10-14 tahun sebesar 17,5 persen, pada usia 15-19 tahun sebesar 43,3 persen, pada usia 20-24 tahun sebesar 14,6 persen,

(32)

pada usia 25-29 tahun sebesar 4,3persen dan pada usia >30 tahun sebesar 3,9 persen. Data tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia paling banyak mulai merokok pada usia remaja. Sementara itu, dari data Riskesdas 2007 dan 2010 terlihat bahwa perilaku merokok dari tahun ke tahun memiliki kecenderungan untuk dimulai pada usia yang semakin muda.

Untuk kota Bogor, dari hasil Survei Sosial Ekonomi Daerah (SUSEDA) Jabar 2002, Kota Bogor memiliki konsumsi rokok tertinggi di Jabar, yaitu 22.51 persen untuk usia lebih dari 10 tahun merokok. Sedangkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2006, yang merupakan dasar diterapkannya penerapan kawasan tanpa rokok di Kota Bogor, menyebutkan pada kelompok 20 persen termiskin di Kota Bogor, belanja rokok/alkohol mencapai 6,9 persen, sementara pengeluaran untuk pendidikan 6,4 persen, dan kesehatan 2 persen.1 Data tersebut semakin didukung oleh hasil survei yang dilakukan Aliansi Masyarakat Anti Rokok, Kota Bogor (Amar) tahun 2011, yaitu Sekitar 52 persen penduduk Kota Bogor adalah perokok aktif.2

Jumlah konsumsi rokok yang semakin tinggi berakibat langsung kepada meningkatnya jumlah produksi rokok setiap tahunnya. Produksi rokok tahun 2010 adalah sejumlah 248,4 miliar batang, dan produksi rokok nasional tahun 2011 naik 3%-4% menjadi 255,8 miliar batang, sementara untuk tahun 2012 diperkirakan bisa tumbuh 3%-4% menjadi 263 miliar batang - 266 miliar batang.3 Kondisi ini sangat tidak mendukung usaha orangtua untuk menghindarkan anak – anak remaja dari perilaku merokok, karena meskipun orangtua memberikan pengasuhan yang tepat dan terbaik, pengaruh dari lingkungan luar dapat menjadi faktor utama terbentuknya perilaku merokok, karena menurut Smet (1994) mulainya perilaku merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial. Modelling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu determinan dalam memulai perilaku merokok (Sarafino 1994).

1

http://www.republika.co.id/berita/regional/jabodetabek/500-ribu-lebih-penduduk-kota-bogor-adalah-perokok-aktif diakses 09 Maret 2012

2

http://www.republika.co.id/berita/regional/jabodetabek/masyarakat-miskin-kota-bogor-suka-bakar-uang diakses 09 Maret 2012

3

http://www.indonesiafinancetoday.com/Produksi-Rokok-Diproyeksi-Tumbuh-4-di-2012diakses 04 April 2012

(33)

Sama halnya dengan perilaku merokok, perilaku konsumsi minuman beralkohol juga dapat menjadi ancaman untuk perkembangan dan kesehatan  remaja. Menurut Wresniwiro (1999) konsumsi minuman beralkohol yang sudah mecapai tahap ketergantungan akan menyebabkan gangguan yang bersifat fisik maupun psikologis, seperti kehilangan kesadaran (blackout), berat badan menurun drastis, suka memberontak, melawan orang tua dan tidak mampu bekerja dengan baik.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan (2007), prevalensi perilaku konsumsi minuman beralkohol di Indonesia adalah sebesar 4.6 persen. Prevalensi konsumsi minuman alkohol di Jawa Barat adalah 2.6 persen, atau dapat dikatakan masih dibawah angka nasional. Tetapi yang perlu menjadi perhatian dari keseluruhan jumlah penduduk yang mengkonsumsi alkohol, golongan yang mendominasi konsumsi minuman beralkohol yang pertama adalah usia produktif (25-34 tahun), dan yang kedua adalah golongan usia remaja (15-24 tahun). Hal ini mungkin saja disebabkan karena semakin mudahnya akses remaja untuk mendapatkan minuman beralkohol, karena saat ini minuman beralkohol tersedia di minimarket tertentu.

Keadaan lingkungan yang tidak kondusif ini, memberikan kesulitan bagi orangtua untuk mewujudkan perkembangan remaja yang optimal. Oleh karena itu dibutuhkan pola interaksi orang tua-anak yang tepat untuk mengatasi dan mencegah perilaku maladaptif, seperti perilaku merokok dan konsumsi minuman beralkohol. Maka akan sangat baik jika anak-anak mendapatkan keseimbangan keintiman dan otonomi dalam praktek pengasuhan kedua orangtuanya, anak- anak yang mendapat pengasuhan dengan keseimbangan keintiman dan otonomi atau dengan kata lain seimbang dalam pemberian kasih sayang dan penegakan disiplin, cenderung berprestasi akademis tinggi, dan kecil kemungkinan untuk terlibat dalam masalah perilaku, menunjukkan sedikit gejala gangguan psikologis, lebih mandiri, memiliki harga diri tinggi, memiliki kesehatan mental yang lebih baik secara keseluruhan, menunjukkan perkembangan psikososial yang positif, dan tidak mudah dipengaruhi oleh teman sebaya untuk terlibat dalam perilaku kenakalan (O’byrne et al. 2002). Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui :

(34)

1. Bagaimana perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol siswa SMA di kota Bogor ?

2. Bagaimana faktor diri ( karakteristik siswa, pengetahuan dan sikap tentang rokok dan minuman beralkohol ) berpengaruh terhadap perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol siswa SMA di kota Bogor?

3. Bagaimana faktor keluarga (karakteristik keluarga, gaya pengasuhan, perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol orangtua) berpengaruh terhadap perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol siswa SMA di kota Bogor?

4. Bagaimana faktor luar ( teman sebaya ) berpengaruh terhadap perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol siswa SMA di kota Bogor?

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya pengasuhan dan teman sebaya terhadap perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja laki-laki dan perempuan yang merupakan siswa SMA di kota Bogor.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga dan karakteristik remaja

2. Mengidentifikasi pengetahuan serta sikap remaja tentang rokok dan minuman beralkohol dan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol orangtua 3. Mengidentifikasi gaya pengasuhan, teman sebaya ( keterikatan teman sebaya

dan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol teman sebaya), serta perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja

4. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga , karakteristik remaja, pengetahuan serta sikap remaja tentang rokok dan minuman beralkohol, perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol orangtua, gaya pengasuhan, dan teman sebaya (keterikatan teman sebaya dan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol teman sebaya) dengan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja

(35)

5. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik remaja, pengetahuan serta sikap remaja tentang rokok dan minuman beralkohol, perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol orangtua, gaya pengasuhan, dan teman sebaya (keterikatan teman sebaya dan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol teman sebaya)terhadap perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja.

6. Menganalisis perbedaan antara perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja laki-laki dan remaja perempuan.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru yang dapat memperkaya imu pengetahuan terutama di bidang ilmu keluarga dan perkembangan anak baik bagi peneliti maupun untuk masyarakat luas. Khusus bagi orangtua dan sekolah, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan inspirasi untuk menemukan cara terbaik untuk mencegah terciptanya perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol pada usia remaja. Bagi pengembangan bidang keilmuan, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi informasi baru yang dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang sudah ada dan dapat menjadi dasar penelitian berikutnya.

Bagi pemerintah hasil diharapkan dapat memberikan informasi baru yang dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi kebijakan untuk kementerian - kementerian yang terkait dengan bidang keluarga dan anak, seperti ; Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Urusan Perberdayaan Perempuan, dan Kementerian Sosial. Rekomendasi kebijakan tersebut antara lain ; membuat program – program sosialisasi kepada orangtua tentang cara pengasuhan yang tepat untuk anak. Misalnya dapat dilakukan sosialisasi PUHA (Pengarusutamaan Hak Anak) yang dibuat oleh KPPA (Komisi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) yang merupakan bagian dari kementerian urusan pemberdayaan perempuan , sehingga tercipta program yang tepat bagi pihak sekolah dan orangtua tentang bagaimana cara terbaik untuk mencegah perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol pada remaja.

(36)
(37)

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga

Berdasarkan undang-undang no 52 tahun 2009 tentang kependudukan dan pembangunan keluarga, Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

Salah satu pendekatan teori yang digunakan dalam institusi keluarga adalah pendekatan teori struktural-fungsional. Teori struktural fungsional berangkat dari asumsi, bahwa suatu keluarga terdiri dari berbagai bagian yang saling mempengaruhi. Teori ini mencari unsur-unsur yang mendasar yang berpengaruh di dalam suatu keluarga, mengklasifikasi fungsi setiap unsur, dan menerangkan bagaimana fungsi unsur-unsur tersebut bekerja di dalam keluarga. Paradigma ini didasarkan pada dua asumsi dasar , yang pertama keluarga terbentuk atas substruktur-substruktur fungsi mereka masing-masing, saling bergantungan, sehingga perubahan yang terjadi dalam fungsi satu substruktur, akan mempengaruhi pada substruktur lainnya. Kedua, setiap substruktur yang telah mantap akan menopang aktivitas-aktivitas atau substruktur lainnya (Puspitawati 2009).

Teori struktural-fungsional memiliki dua aspek yaitu aspek struktural dan aspek fungsional. Aspek struktural menjelaskan ketertiban sosial akan akan dapat tercipta kalau ada struktur dalam keluarga. Elemen-elemen utama dalam struktur internal keluarga yang saling berhubungan yaitu : status sosial, fungsi sosial , fungsi instrumental, fungsi ekspresif dan norma sosial (Puspitawati 2009). Menurut Parsons dan Bales (1955) dan Rice dan Tuker (1986) dalam Puspitawati (2009), peran orangtua di dalam keluarga terbagi menjadi dua yaitu peran instrumental dan peran ekspresif. Peran instrumental diharapkan dilakukan oleh seorang suami atau bapak. Peran instrumental dikaitkan dengan peran mencari nafkah untuk kelangsungan hidup seluruh anggota keluarga. Sedangkan peran

(38)

 

keluarga. Diferensiasi peran ini diharapkan dapat menuju satu sistem keseimbangan.

Aspek fungsional sulit dipisahkan dengan aspek struktural karena keduanya saling berkaitan. Arti fungsi disini dikaitkan dengan bagaiman sebuah sistem atau subsistem dalam masyarakat dapat saling berhubungan dan dapat menjadi sebuah kesatuan solid. Keluarga yang fungsional adalah keluarga yang berfungsi stabil , harmoni, dan sempurna dari segala segi (Puspitawati,2009).

Menurut Saxton (1990) dalam Puspitawati (2009) keluarga berperan dalam menciptakan stabilitas, pemeliharaan, kesetiaan, dan dukungan bagi anggotanya. Namun apabila fungsi keluarga tersebut tidak dapat dilakukan dengan optimal, maka akan timbul berbagai hal yang negatif baik bagi anggota keluarga itu sendiri maupun bagi masyarakat.

Faktor Keluarga yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Rokok dan Minuman Beralkohol Remaja

Gaya pengasuhan

Kategorisasi gaya pengasuhan yang sudah dikenal dan diterima secara luas adalah kategorisasi Baumrind (Baumrind 1991) dalam Wise (2003). Dua dimensi yang termasuk dalam kategorisasi ini adalah : penerimaan dan dukungan (yang ditunjukkan orang tua melalui kehangatan dan ekspresi cinta) serta pengendalian yang terbagi menjadi pengendalian berdasarkan alasan induktif dan pengendalian berdasarkan penggunaan kekuasaan orangtua. Pengasuhan authoritative ditandai dengan penerimaan dan pengendalian yang tinggi, authoritarian ditandai dengan tinggi pengendalian dan rendah dalam penerimaan, sedangkan pengasuhan yang permissive ditandai dengan tingginya kehangatan dan rendahnya pengendalian.

Banyak studi menemukan bahwa pengawasan supervisi orangtua dapat memprediksi perilaku antisosial dan penggunaan zat-zat berbahaya oleh anak. (Darling et al. 2004). Gaya pengasuhan dianggap mewakili iklim emosional global di mana fungsi keluarga, dapat juga mensosialisasikan kepada anak-anak konten yang lebih spesifik melalui praktek pengasuhan anti-merokok yang mencakup aspek sosialisasi yang bertujuan untuk meminimalisasi perilaku merokok remaja (Darling dan Cumsille 2003). Upaya orangtua dalam melakukan

(39)

pemantauan umumnya dianggap faktor kunci dalam menjelaskan dan mencegah perilaku merokok remaja dan termasuk komunikasi orangtua-anak tentang penggunaan narkoba dan substansi spesifik (Huver et al 2007). Komunikasi orangtua-anak tentang merokok, misalnya, telah memberikan manfaat terkait dengan penurunan tingkat merokok (Chassin et al 1996). Selanjutnya Huver et al (2007) menyatakan bahwa penetapan aturan dirumah tentang aturan merokok dikaitkan dengan penurunan risiko merokok pada remaja .

Keterlibatan orang tua ditemukan merupakan perlindungan langsung terhadap perilaku merokok dan melindungi secara tidak langsung melalui pengaruh pengambilan risiko, religiusitas, dan kenakalan (Wynn 2000). Harapan orangtua tentang prestasi akademik anak-anak mereka dapat menjadi pelindung bagi sebagian orang, anak laki-laki yang orangtuanya mengharapkan mereka untuk berperilaku baik di sekolah, memiliki kemungkinan kecil menjadi perokok, bahkan dapat mengendalikan pencapaian Indeks Prestasi (scal et al 2003). Satu studi menemukan, bahwa pemantauan orang tua secara tidak langsung mendorong penurunan angka merokok tetapi pemantauan orangtua hanya berperan kecil pada pembatasan kesempatan anak, untuk bergaul dengan teman sebaya yang merokok (Caldwell dan Darling 1999 ; Darling dan Cumsille, 2003). Darling & Cumsille (2003) menyatakan bahwa pemantauan orang tua yang buruk, mungkin memiliki efek negatif sederhana hanya selama masa pertengahan kanak-kanak dan mungkin menjadi lebih bermasalah ketika anak semakin bertambah usia dan menjadi remaja. Pierce et al (2002) dalam penelitiannya menyatakan pengasuhan authoritative berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja. Remaja dengan orangtua yang authorithative cenderung tidak merokok dibandingkan dengan remaja dari keluarga yang memberikan pengasuhan authoritarian dan pengasuhan permissive.

Gaya pengasuhan orangtua, baik gaya pengasuhan ayah maupun gaya pengasuhan ibu, menentukan terbentuknya perilaku konsumsi minuman beralkohol pada anak. Anak yang memiliki ikatan emosional yang kuat dengan

(40)

 

tegas dan tidak memberikan pengawasan yang ketat kepada anak agar tidak mengkonsumsi minuman beralkohol (Jackson et al. 1997). Sebaliknya pemberian arahan positif, semangat, kasih sayang dan pelukan dari orangtua, serta tetap memberikan aturan dan pengawasan, memiliki kecenderungan rendah bagi remaja untuk mengkonsumsi minuman beralkohol (Jackson et al. 1997).

Studi oleh Cohen and Rice (1997), juga menemukan bahwa remaja yang merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol memiliki orangtua dengan pengasuhan yang tidak authorithative. Dengan kata lain, remaja yang menerima pengasuhan authorithative, memiliki kecenderungan yang rendah untuk terlibat dengan minuman beralkohol dibandingkan dengan remaja yang menerima pengasuhan yang tidak authorithative.

Pada Tabel 1 di bawah ini ditampilkan berbagai hasil penelitian yang menunjukkan hubungan antara gaya pengasuhan dengan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja.

Tabel 1. Hasil Penelitian Gaya Pengasuhan dengan Perilaku Konsumsi Rokok dan Minuman Beralkohol

No Judul Penelitian Peneliti Tahun

Penelitian

1 Pengaruh orangtua dan teman sebaya

pada perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja

Morton et al 2001

2 Apakah gaya pengasuhan orangtua

mempengaruhi perilaku konsumsi minuman beralkohol pada siswa sekolah menengah dan mahasiswa

Kusmierski et al 2002

3 Pengaruh sosial pada penggunaan zat

berbahaya oleh remaja

Morton et al 2007

4 Gaya pengasuhan serta pengetahuan

dan perilaku konsumsi rokok remaja

Huver et al 2007

5 Perilaku konsumsi rokok harian pada

siswa sekolah menengah di Columbia: Gender terkait dengan faktor psikososial

Mantilla et al 2008

6 Hubungan antara gaya pengasuhan

dan perilaku berisiko bagi kesehatan remaja: Ulasan literatur terintegrasi

Newman K et al 2008

7 Perilaku konsumsi rokok pada siswa

sekolah menengah di Poland

Kaminska et al 2008

8 Status perilaku konsumsi rokok dan

faktor-faktor terkait pada siswa sekolah menengah di Isfahan

(41)

Tabel 1. Hasil Penelitian Gaya Pengasuhan dengan Perilaku Konsumsi Rokok dan Minuman Beralkohol (Lanjutan)

No Judul Penelitian Peneliti Tahun

Penelitian

9 Faktor risiko yang terkait dengan

perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja: peran perilaku konsumsi minuman beralkohol ayah, ibu, saudara kandung, dan teman sebaya

Scholte et al 2008

10 Gaya pengasuhan untuk mencegah

perilaku konsumsi minuman beralkohol pada anak

National Institute on Alcohol Abuse and

Alcoholism

2010

11 Pemetaan pada perilaku konsumsi

rokok dan minuman beralkohol: Peran keberfungsian keluarga, pengasuhan yang penuh dukungan, pengendalian diri, faktor risiko dan faktor pelindung pada remaja Thailand

Wattananonsakul et al 2010

12 Dampak dan strategi pengasuhan

pada perilaku konsumsi rokok anak : Peran pembentukan harga diri pada anak

Yang et al 2010

13 Eksplorasi hubungan antara gaya

pengasuhan dan zat-zat berbahaya pada siswa sekolah menengah di Minab

Javdan et al 2011

Perilaku konsumsi rokok orangtua

Perilaku merokok pada orangtua memberi kemungkinan pada remaja, untuk memandang perilaku merokok dalam konteks yang positif. Paparan model ini, dapat meningkatkan kemungkinan bahwa seorang remaja akan mencoba rokok, jika ada yang menawarkan (Darling & Cumsille 2003). Buller et al. 2003 juga menemukan bahwa perilaku konsumsi rokok orangtua memberikan pengaruh yang kuat bagi terbentuknya perilaku konsumsi rokok anak.

Berbagai hasil telah dilaporkan oleh sejumlah besar studi yang menyelidiki hubungan antara perilaku merokok orangtua dan perilaku merokok remaja, dalam sebuah ringkasan dari 27 studi prospektif, Conrad et al (1992) menemukan bahwa, dari 15 orangtua perokok, variabel orangtua ini memprediksi perilaku merokok

(42)

 

dua kali lipat, jika remaja tersebut setidaknya memiliki satu orangtua perokok. Demikian pula, Kodl dan Mermelstein (2004) menemukan bahwa anak-anak dengan setidaknya salah satu orang tua sebagai seorang perokok dua kali lebih mungkin untuk bereksperimen dengan merokok dan dua setengah kali lebih mungkin untuk melampaui eksperimentasi awal.

Ennett et al (2001) menemukan perilaku merokok orangtua meramalkan inisiasi merokok dan kebiasaan konsumsi alkohol pada remaja, dan Kebiasaan minum orangtua meramalkan peningkatan penggunaan tembakau remaja.

Perlu diingat bahwa status merokok orangtua dapat menjadi prediktor dari perilaku merokok remaja. Hal ini tentu saja terkait dengan ketersediaan rokok di rumah. Orangtua dapat menjadi perokok tanpa memberikan akses kepada anak untuk mendapatkan rokok. Hal ini tampak sebagai salah satu strategi efektif, untuk mencegah anak merokok (Huver et al. 2007).

Perilaku konsumsi Minuman beralkohol orangtua

Hasil penelitian Van der Vorst et al. (2005) menunjukkan bahwa perilaku konsumsi minuman beralkohol pada anak berhubungan dengan perilaku konsumsi minuman beralkohol pada orangtua. Selain itu remaja yang memilki orangtua peminum berat juga memiliki kecenderungan untuk remaja tersebut menjadi peminum berat (Cohen dan Rice 1997).

Faktor Diri yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Rokok dan Minuman Beralkohol Remaja

Usia

Perilaku merokok pada saat ini dimulai pada usia yang semakin muda. Berdasarkan hasil penelitian Zapata et al (2004) , pada tahun 2002 sekitar 25 persen remaja berusia 12 tahun memiliki kebiasaan merokok dan proporsi remaja dengan kebiasaan merokok ini lebih tinggi pada remaja berusia 17 tahun, yaitu sebesar 66 persen. Semakin muda usia remaja memulai merokok, maka kecenderungan untuk menjadi perokok akan semakin tinggi dan akan semakin sulit untuk berhenti merokok (Breslau dan Peterson 1996).

(43)

Jenis kelamin

Terdapat perbedaan gender yang cukup bermakna dalam hal memiliki perilaku berisiko pada remaja di Filipina. Remaja laki – laki di Filipina lebih banyak yang mengkonsumsi minuman beralkohol, merokok dan menggunakan obat-obatan terlarang dibandingkan dengan remaja perempuan. Menurut Kann et al. (2000) Terdapat perbedaan gender yang sangat besar dalam hal memiliki perilaku yang berisiko pada remaja di negara – negara Asia dibandingkan dengan Amerika Serikat. Perbedaan gender yang cukup bermakna pada remaja di Asia dalam hal memiliki perilaku yang berisiko, adalah hasil dari norma sosial yang berlaku di masyarakat. Pada masyarakat Filipina, secara umum, lebih memberikan kebebasan pada laki – laki untuk melakukan berbagai aktifitas sosial dibandingkan dengan perempuan. Orangtua di Filipina akan membiarkan anak laki – lakinya untuk merokok maupun mengkonsumsi minuman beralkohol, tetapi tidak akan membiarkan anak perempuan untuk memiliki perilaku-perilaku tersebut. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa laki laki akan dimengerti atau diterima oleh lingkungan, apabila memiliki perilaku berisiko seperti merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol, dibandingkan dengan perempuan (Choe 2001).

Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan pengukuran dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan subjektif tentang isi materi yang ingin diukur, pertanyaan ini membutuhkan jawaban dalam bentuk essay. Selain itu pengukuran pengetahuan juga dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan objektif, yaitu pertanyaan yang jawabannya sudah tersedia seperti pilihan ganda, benar atau salah, atau

(44)

 

Sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) sikap merupakan keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamika atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari individu terhadap suatu stimulus atau objek. Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang adalah kepercayaan dirinya.

Teknik yang sederhana dalam melakukan pengukuran sikap adalah dengan menempatkan benda atau orang ke dalam dua kategori pilihan seperti setuju atau tidak setuju. Teknik yang lebih komplek adalah dengan menempatkan benda atau orang ke dalam kategori yang pilihannya lebih dari dua seperti sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju.

Faktor Eksternal yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Rokok dan Minuman Beralkohol pada Remaja

Teman Sebaya

Selama beberapa tahun, banyak peneliti di Amerika telah menyimpulkan bahwa bahwa teman sebaya memberikan pengaruh nyata pada perkembangan remaja, tetapi ada juga beberapa peneliti yang menyangkal bahwa teman sebaya mempengaruhi kehidupan sosial remaja. Oleh karena itu penting untuk diketahui bagaimana bentuk interaksi remaja dengan teman sebaya baik yang memberikan pengaruh positif ataupun negatif terhadap perilaku remaja (Lerner et al. 2004).

Struktur hubungan pertemanan remaja dengan teman sebaya

Hubungan pertemanan adalah konteks sosial yang penuh dengan tantangan, khususnya pada masa remaja karena gambaran hubungan dengan teman sebaya pada masa ini bersifat kompleks dan bertingkat. Para peneliti membagi interaksi antara remaja dan dan teman sebaya kedalam tiga tingkatan yang berbeda. Pertama, tingkatan diadic(ikatan dua orang) praktik hubungan pertemanan ini, pada umumnya telah dipelajari oleh setiap individu remaja sejak masa balita. Tingkatan yang kedua jelas terbentuk sebelum masa remaja. terdiri dari kelompok-kelompok kecil rekan-rekan yang secara teratur berinteraksi satu sama

(45)

lain. Dikarenakan kelompok remaja bebas dari pengawasan orang dewasa, kelompok remaja leluasa dalam membentuk pola perilaku baik perilaku antisosial maupun pola perilaku prososial. Tingkat ketiga interaksi pertemanan remaja ini sering dikenal sebagai suatu komunitas sehingga tiap individu remaja tidak dapat mengenal satu sama lain secara pribadi. Seperti pergantian rekan kelas karena adanya perpindahan kelas pada sekolah dasar maupun sekolah menengah. Perluasan hubungan pertemanan pada tingkatan ini lebih bersifat kognitif daripada perilaku, serta bersifat simbolis dalam interaksional. Selain itu terdapat hubungan formal dari beberapa kelompok remaja dalam sekolah atau lingkungan yang mendapat pengawasan dari orang dewasa. Misalnya kelompok atau mitra dalam laboratorium, kelompok olah raga tertentu, kelompok berdasarkan ekstrakurikuler ataupun kelompok pemuda yang dibentuk oleh suatu komunitas maupun kegiatan keagamaan. Hubungan pertemanan pada tingkatan ini jarang sekali diteliti sehingga tidak dapat digambarkan dengan jelas bentuk hubungannya dikarenakan waktu interaksi pertemanan yang singka (Lerner et al. 2004).

Perilaku konsumsi rokok teman sebaya

Teman sebaya didefinisikan oleh Australian Institute Health and Welfare dalam dalam National Drug Strategy Household Survey (2004) sebagai orang-orang dengan usia yang sama yang memiliki identifikasi sosial dengan satu sama lain. Kebanyakan penelitian menemukan perilaku merokok oleh teman sebaya menjadi salah satu faktor risiko terkuat untuk perilaku merokok remaja, terutama dalam kaitannya dengan mencoba merokok (scal et al 2003)

Ada juga bukti substansial yang menunjukkan bahwa perilaku merokok teman sebaya lebih berpengaruh pada remaja daripada perilaku merokok orangtua (Griffin et al. 1999). Seorang remaja jauh lebih mungkin untuk merokok jika temannya perokok (Tyas dan Pedersen. 1998). Analisis data dari Survei Pemuda di Tennessee menemukan bahwa kemungkinan terjadinya perilaku merokok pada remaja yang pernah merokok menjadi dua kali lipat setiap memiliki teman dekat

(46)

 

Perilaku konsumsi minuman beralkohol teman sebaya

Teman sebaya mempengaruhi remaja untuk mengkonsumsi alkohol dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara teman sebaya mempengaruhi secara langsung yaitu dengan aktif dan eksplisit mengajak temannya untuk mengkonsumsi minuman beralkohol , seperti mengajak untuk konsumsi minuman beralkohol dengan teman – teman, ataupun menawarkan minuman alkohol gratis. Sedangkan cara tidak langsung yang digunakan oleh teman sebaya untuk mempengaruhi temannya misalnya dengan memberikan informasi bahwa perilaku konsumsi minuman beralkohol, adalah perilaku yang diterima masyarakat dan dikagumi oleh remaja seusia mereka (Borsari et al. 2001). Menurut Jackson (1997) perilaku konsumsi minuman beralkohol teman sebaya memberikan pengaruh yang lebih kuat dibandingkan pengaruh perilaku konsumsi minuman beralkohol orangtua terhadap pembentukan perilaku konsumsi minuman beralkohol remaja. Teman sebaya juga memiliki peran yang signifikan dalam pembentukan kebiasaan untuk terus mengkonsumsi minuman beralkohol pada saat remaja menjadi individu dewasa (Scholte et al. 2008).

Perilaku

Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan mulai dari perilaku yang nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai yang paling tidak dirasakan (Dimyati 1990).

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori skinner ini dikatakan sebagai teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon.

Perilaku konsumsi rokok

Terdapat variasi definisi tentang perilaku merokok pada remaja. Australian Institute Health and Welfare dalam National Drug Strategy Household Survey (2004), menyatakan 'pernah merokok’ meski tidak pernah teratur sebagai perilaku. Merokok sebagai bentuk perilaku merupakan manifestasi dari

(47)

kebutuhan-kebutuhan tertentu yang dapat terpuaskan apabila seseorang merokok. Perilaku merokok merupakan reaksi seseorang dengan cara mengisap rokok yang dapat diamati atau diukur dengan melihat volume atau frekuensi merokok seseorang (Shiffman 1993). White dan Hayman (2004) mendefinisikan perilaku merokok berdasarkan frekuensi merokok dalam hari/minggu/bulan. Sementara Okuyemi et al (2002) mendefinisikan perilaku merokok berdasarkan jumlah rokok yang dihisap per hari . Mayhew et al (2000) mendefinisikan perilaku merokok pada remaja dengan mengkategorikan sesuai dengan tahap perkembangan dari merokok (misalnya inisiasi, eksperimen , dan seterusnya).

Smet (1994) mendefinisikan perokok sebagai banyaknya rokok yang dihisap, yaitu :

a. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari b. Perokok sedang yang menghisap 5 – 14 batang rokok dalam sehari c. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.

Perilaku konsumsi minuman beralkohol

Menurut Wresniwiro (1999) berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.: 86/Men.Kes/Per/IV/77, yang dimaksud dengan minuman keras adalah semua jenis minuman beralkohol, tetapi bukan obat yang meliputi minuman keras golongan A, minuman keras golongan B dan minuman keras golongan C. Minuman keras golongan A adalah minuman keras dengan kadar ethanol dari 1% sampai 5%. Minuman keras golongan B adalah minuman keras dengan kadar ethanol lebih dari 5% sampai dengan 20%. Minuman keras golongan C adalah minuman keras dengan kadar ethanol lebih dari 20% sampai dengan 55%.

Menurut Wresniwiro (1999) berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 3 tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol, yang dimaksud dengan minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan

(48)

 

Tahapan mengenai perilaku minum-minuman keras dan obat-obatan berbahaya dikemukakan oleh Furhmann (1990), yang membedakan menjadi tiga yaitu, (a) eksperimen, (b) kebiasaan, dan (c) ketergantungan. Pada tahap eksperimen, biasanya seseorang menggunakan alkohol bila seseorang berada di tengah-tengah kelompoknya. Toleransi terhadap obat-obatan maupun minuman keras pada tahap ini masih rendah. Tahap kebiasaan akan terjadi jika pada tahap eksperimen penggunaannya makin meningkat. Individu akan berusaha mencari teman sebaya yang juga menggunakan obat-obatan. Pada tahap ini sudah muncul gejala-gejala peningkatan toleransi untuk mendapatkan efek seperti yang didapatkan sebelumnya. Tahap ketergantungan terjadi jika keinginan untuk menggunakan secara teratur sudah makin meningkat. Muncul gangguan yang bersifat fisik maupun psikologis, seperti kehilangan kesadaran (blackout), berat badan menurun drastis, suka memberontak, melawan orang tua dan tidak mampu bekerja dengan baik.

(49)

lingkungan, karena dalam perkembangannya anak dipengaruhi secara langsung baik oleh lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Teori Brofenbrenner menjelaskan peta interaksi antar lingkungan dengan anak, sebagai hasil interaksi lingkungan mikro, meso, exo dan makro. Lingkungan yang berpengaruh langsung terhadap perkembangan anak adalah lingkungan mikro yang terdiri dari lingkungan rumah dan sekolah, karena merupakan lingkungan terdekat anak, dimana anak dapat berinteraksi langsung dengan orangtua di rumah ataupun keluarga dan dapat berinteraksi langsung dengan teman sebaya baik di lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah. Lingkungan ini akan menjadi tempat anak tumbuh, belajar, dan berkembang yang akhirnya akan sangat berperan dalam pembentukan perilaku anak. Teori Brofenbrenner tersebut dapat memberikan penjelasan bahwa terbentuknya perilaku remaja, seperti perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol , sangat dipengaruhi oleh hasil interaksi remaja dengan lingkungan terdekatnya yaitu keluarga terutama orangtua, dan teman sebaya.

Interaksi orangtua dan anak dalam keluarga dapat digambarkan dalam bentuk pengasuhan. Bentuk pengasuhan yang diberikan orangtua dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: usia orangtua, pendidikan orangtua, dan pendapatan orangtua. Unsur – unsur tersebut akan menjadi dasar bagaimana cara orangtua mengasuh anak. Pengasuhan yang terbaik adalah pengasuhan yang memiliki keseimbangan dalam hal pemberian kehangatan atau kasih sayang dan penetapan kedisiplinan atau pengendalian, yang dikatakan oleh Baumrind sebagai pengasuhan authorithatif.

Berbagai hasil penelitian menemukan bahwa pengasuhan authorithatif akan mencegah terbentuknya perilaku merokok dan perilaku konsumsi minuman beralkohol pada anak. Orangtua yang memberikan pengasuhan yang tepat, yaitu dengan penuh kasih sayang, akan dapat membangun komunikasi yang baik dengan anak sehingga dapat memberikan informasi pada anak tentang bahaya

(50)

Pengasuhan yang efektif untuk pencegahan perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol, tidak hanya meliputi unsur kehangatan dan kedisiplinan tetapi juga meliputi unsur keteladanan. Perilaku orangtua merupakan teladan langsung bagi anak, orangtua yang tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol serta memiliki sikap menolak terhadap rokok dan minuman beralkohol memberikan kecenderungan rendah terhadap pembentukan perilaku anak.

Berkaitan dengan peran pengasuhan orangtua dalam pembentukan perilaku merokok dan perilaku konsumsi minuman beralkohol, teman sebaya juga memiliki peranan yang penting dalam pembentukan perilaku – perilaku tersebut. Suatu hasil penelitian menyebutkan meskipun pengasuhan authorithatif dapat mencegah terbentuknya perilaku merokok dan konsumsi minuman beralkohol, pada akhirnya peran teman sebaya yang akan lebih berpengaruh terhadap pembentukan perilaku merokok dan perilaku konsumsi minuman beralkohol. Teman sebaya yang memiliki perilaku merokok dan perilaku konsumsi minuman beralkohol, serta memiliki sikap positif terhadap perilaku – perilaku tersebut akan sangat mempengaruhi remaja untuk merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol. Apalagi jika teman sebaya tersebut memberikan dukungan atau bahkan paksaan kepada remaja untuk merokok atau mengkonsumsi minuman beralkohol.

Terbentuknya perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol tidak hanya sangat dipengaruhi oleh faktor orangtua dan teman sebaya tetapi juga dipengaruhi oleh pribadi remaja tersebut. Remaja pada akhirnya akan memutuskan menerima atau tidak berbagai pengaruh yang didapat ketika berinteraksi dengan lingkungan mikro. Dalam hal ini, pengasuhan yang tepat diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang terbaik tentang hal – hal yang ada di sekitar anak, membentuk pribadi anak, sehingga anak memiliki kepercayaan diri, keyakinan diri untuk menentukan hal yang baik dan hal yang buruk ,dan memiliki sikap negatif terhadap perilaku yang merugikan. Hal - hal yang didapat dari pengasuhan yang tepat dari orangtua , seperti : pengetahuan, sikap, dan kepercayaan diri , diharapkan dapat membantu anak dalam pemilihan teman sebaya dan pembentukan perilaku anak tersebut.

(51)

emikiran Pengaruh gaya pengasuhan dan tema

n sebaya terhadap perilaku

konsumsi rokok dan minu

man

beralkohol remaja SMA di kota B

ogor

KARAKTE

RISTIK

KELUARGA : Usia Orang

tua Pendidikan Orangtua Pendapatan Keluarga Karakteristik Sisw a Jenis Ke la minUsia Uang Saku GAYA PE NGASUHAN Authorithative Authorithar ian P ermiss iv e TEMAN S EBAYA

-Keterikatan dengan Teman Sebaya

-Perila ku K o nsumsi R o ko k dan Minuman Beralkoho l Teman Sebaya

PERILAKU KONSUMSI ROKOK & MINUMAN BERALKOHOL REMAJA

-Frekuensi -Jumlah Konsumsi -Lama Konsumsi

-Jumlah Uang Untuk Belanja R

o

ko

k &

Belanja Minuman Beralkoho

l -Tempat Konsumsi Ro kok dan Minuman Beralkoho l -Alasan Konsumsi Ro kok dan Minuman Beralkoho l Perila ku M eroko k & K o nsumsi

Minuman Beralkohol Orangtua

Pengetahuan & Sikap Orangtua Tentang Rokok & Minuman Beralkoho

l MEDI A -Pengetahuan Sisw a Terhadap

Rokok & Minuman Beralkohol

-Sikap Sisw

a Tentang Rokok &

Minuman Beralkohol

(52)
(53)

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan di Kota Bogor yaitu di SMA A, B, dan C serta SMK D, E, dan F. Pengambilan data dilakukan mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2012. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Strategis Nasional Tahun 2012 yang diketuai oleh Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc berjudul Model Harmonisasi Peran Keluarga dan Sekolah Dalam Pembentukan Karakter Mulia Remaja Bagi Tercapainya Visi ”Insan Cerdas Komprehensif Tahun 2014”.

Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Bogor, terpilih secara acak (random sampling) empat sekolah yang mewakili SMA dan SMK negeri dan swasta yaitu SMA A sebagai wakil SMA negeri, SMA B sebagai wakil SMA swasta, SMK D sebagai SMK negeri, dan SMK E sebagai SMK swasta. Penjajakan kemudian dilakukan ke sekolah-sekolah yang terpilih untuk menanyakan kesediaannya menjadi lokasi penelitian. Dalam proses penjajakan tersebut diperoleh informasi bahwa terdapat satu sekolah yaitu SMK E yang jumlah remaja perempuannya tidak mencukupi untuk dijadikan kerangka contoh sehingga diputuskan untuk mencari SMK terdekat dengan kriteria yang sama dengan SMK E dan jumlah remaja perempuan yang mencukupi yaitu SMK F. Untuk merepresentasikan SMA swasta, dalam kenyataan di lapangan, jumlah remaja SMA B tidak mencukupi sehingga ditambah dengan remaja dari SMA C.

Populasi penelitian ini adalah seluruh anak remaja kelas sepuluh dari enam sekolah yang terpilih. Kriteria contoh dalam penelitian ini adalah remaja kelas sepuluh SMA dan SMK dari sekolah terpilih dan berasal dari keluarga dengan orang tua lengkap. Selanjutnya, berdasarkan kriteria contoh, di setiap sekolah dipilih secara acak (random sampling) remaja yang menjadi contoh penelitian ini. Jumlah total remaja responden adalah 200 orang yang terdiri dari 100 remaja

(54)

laki-Gambar 2. Kerangka Penarikan Contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik remaja, karakteristik keluarga, gaya pengasuhan, teman sebaya, pengetahuan dan sikap remaja tentang rokok dan minuman beralkohol, perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol orangtua, perilaku konsumsi rokok dan minuman beralkohol teman sebaya, perilaku

Purposive Random Sampling Random Sampling SMA SMK Kota SMA Negeri SMAN A SMA Swasta B dan C SMK Swasta E dan F SMK Negeri D 200 Orang Kelas X 100 Orang Laki-laki 100 Orang Perempuan 100 Orang Kelas X (L:44, P:56) 100 Orang Kelas X (L:56, P:44)

(55)

konsumsi rokok dan minuman beralkohol remaja. Data primer tersebut dikumpulkan dengan alat bantu kuesioner sebagai instrumen pengumpul data, sedangkan data sekunder (jumlah siswa dan profil sekolah) dikumpulkan melalui data sekolah. Jenis dan cara pengumpulan data primer disajikan dalam Tabel 1 Tabel 2 Jenis dan cara pengumpulan data primer

Variabel Indikator Jenis Data

& Alat Bantu

Skala

Karakteristik Keluarga - Usia orangtua - Pendidikan orangtua - Pendapatan orangtua Primer Kuesioner Rasio Ordinal Rasio Karakteristik Remaja - Jenis kelamin

- Usia Remaja - Uang saku Primer Kuesioner Nominal Rasio Rasio Pengetahuan Dan Sikap

Remaja Terhadap Rokok & Minuman Beralkohol

- Pengetahuan tentang rokok - Pengetahuan tentang minuman

beralkohol

- Sikap remaja terhadap rokok - Sikap remaja terhadap

minuman beralkohol

Primer

Kuesioner

Ordinal

Gaya Pengasuhan - Authorithative

- Authoritarian

- Permissive

Primer Kuesioner

Ordinal

Teman Sebaya - Keterikatan Dengan Teman

Sebaya

Primer Kuesioner

Ordinal Perilaku Konsumsi Rokok

dan Minuman Beralkohol Orangtua

- Perilaku merokok

- Perilaku konsumsi minuman beralkohol

Primer Kuesioner

Ordinal

Perilaku Konsumsi Rokok dan Minuman Beralkohol Teman Sebaya

- Perilaku Konsumsi Rokok Teman Sebaya

- Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Teman Sebaya

Primer Kuesioner

Ordinal

Perilaku Konsumsi Rokok Remaja

- Frekuensi merokok - Jumlah konsumsi rokok - Jumlah uang yang dibelanjakan

untuk konsumsi rokok - Tempat dan waktu merokok - Alasan merokok Primer Kuesioner Ordinal Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol Remaja

- Frekuensi minum alkohol - Jumlah konsumsi minuman

beralkohol

- Jumlah uang yang dibelanjakan untuk konsumsi minuman beralkohol

- Tempat dan waktu konsumsi minuman beralkohol - Alasan konsumsi minuman

beralkohol

Primer Kuesioner

Gambar

Tabel 1. Hasil Penelitian Gaya Pengasuhan dengan Perilaku Konsumsi Rokok dan  Minuman Beralkohol
Tabel 1. Hasil Penelitian Gaya Pengasuhan dengan Perilaku Konsumsi Rokok dan  Minuman Beralkohol (Lanjutan)
Gambar 2. Kerangka Penarikan Contoh
Tabel 3 Pengolahan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Serta faktor sikap konsumen mengacu pada sikap pada legalitas dan sikap kepatuhan hukum konsumen atas pemalsuan merek mewah (Luxury Brand). Hasil analisis menunjukkan 1)

Tikus yang diinduksi bising dengan intensitas 90-95 dB selama 8 jam sehari dalam jangka waktu 12 hari kemudian pada hari ke-13 sampai hari ke-19 tidak diberikan perlakuan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak, amnesti pajak merupakan program pengampunan yang diberikan oleh Pemerintah kepada Wajib Pajak

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah S.W.T atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh

Faktor dominan disini adalah melakukan kontrol terhadap proses produksi secara berkala dan analisis data yang keat didasarkan pada data yang valid, yang terbebas dari

Berdasarkan latar belakang tersebut , peneliti merasa perlu untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction dapat meningkatkan minat dan

Ketika Disnakertrans mengundang perusahaan-perusahaan untuk melakukan sosialisasi penyerapan tenaga kerja penyandang disabilitas (terkait UU 8/2016 atau Perda DIY

MENEMPEL  SAMPAI  BISA  MELIHAT  RAHASIANYA... BERANI  MENGAMBIL  LANGKAH