1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu
dengan individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok. Manusia sebagai
makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan
mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang
individu. Pergaulan yang di lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik
pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu
dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal – hal
yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan
bebas, Hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari
jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah
terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan remaja ingin mencoba sesuatu yang
baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau tidak.
Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang
mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang
ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun
dari media massa.
Dari segi bahasa pergaulan artinya proses bergaul, sedangkan bebas
artinya terlepas dari ikatan. Jadi pergaulan bebas artinya proses bergaul dengan
orang lain terlepas dari ikatan yang mengatur pergaulan.
Sikap konformitas negatif akan mempengaruhi perilaku remaja bersama
2 maka akan berperilaku negatif pula. Banyak kasus penyalahgunaan narkoba
maupun alkohol yang disebabkan karena pengaruh kelompok yang negatif.
Seperti kasus yang diberitakan pada Joglosemar.co (2017), yakni polisi Sragen
menciduk 5 pelajar yang sedang pesta miras di tepi Waduk Ketro Sragen, ketika
ditanya alasan mereka mengkonsumsi minuman beralkohol tersebut sebagian
karena diajak teman dan ikut saja, karena tidak enak jika harus menolak dan
supaya dianggap sebagai teman yang solideritas tinggi.
Hendaknya kita menjaga pandangan mata dalam bergaul. Lalu bagaiamana
hal yang terjadi dalam pergaulan bebas? Tentunya banyak hal yang bertolak
belakang dengan aturan-aturan yang telah Tuhan tetapkan dalam etika pergaulan.
Karena dalam pergaulan bebas itu tidak dapat menjamin kesucian seseorang.
System komunikasi, pengaruh media masa, kebebasan pergaulan dan modernisasi
di berbagai bidang dengan cepat memepengaruhi anak-anak kita. Budaya hidup
kaum muda masa kini, berbeda dengan jamanpara orang tua masih remaja dulu.
Anak-anak muda cenderung meninggalkan orang tua, termasuk dalam
menentukan bagaimana mereka akan bergaul. Sementara orang tua tidak
menyadari kesenjangan ini sehingga tidak ada usaha mengatasinya. Faktor
kekurang kepedulian orang tua kurang perduli terhadap pergaulan muda-mudi.
Remaja cenderung menganggap bahwa masalah pergaulan adalah urusan
anak-anak muda, nanti orang tua akan campur tangan ketika telah terjadi sesuatu.
Padahal ketika sesuatu itu telah terjadi, segala sesuatu sudah terlambat faktor
ketidak mengertian kasus ini banyak terjadi pada para orang tua yang kurang
menyadari kondisi jaman sekarang. Remaja merasa sudah melakukan
3 tidak banyak yang mereka lakukan. Bukannya tidak perduli, tetapi memang tidak
tahu apa yang harus di perbuat.
Agama dan keimanan merupakan landasan hidup seorang individu. Tanpa
agama hidup akan kacau, karena tidak mempunyai pandangan hidup. Agama dan
keimanan juga dapat membentuk kepribadian individu. Dengan agama individu
dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Tetapi pada remaja
yang ikut kedalam pergaulan bebas ini biasanya tidak mengetahui mana yang baik
dan mana yang tidak. Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan pun ikut
berkembang atau yang lebih sering dikenal dengan globalisasi. Remaja biasanya
lebih tertarik untuk meniru kebudayaan barat yang berbeda dengan kebudayaan
kita, sehingga memicu mereka untuk bergaul seperti orang barat yang lebih bebas.
Dampak pergaulan bebas identik sekali dengan yang namanya “dugem”
(dunia gemerlap) yang isinya mabuk-mabukan, merokok, seks bebas, dan
lain-lain. Yang sudah menjadi rahasia umum bahwa di dalamnya marak sekali
pemakaian narkoba, minum-minuman keras/mabuk-mabukan, dan masih banyak
lagi dari dampak pergaulan bebas.
Solusi mengatasi pergaulan bebas, seharusnya kita sebagai pemuda yang
berpendidikan haruslah mengetahui dampak dan akibat dari pergaulan bebas tadi.
Sehingga kita tidak akan terjerumus dalam tindakan yang dilarang oleh agama.
Pergaulan bebas dalam kehidupan bermasyarakat memang bukan hal yang asing
lagi karena setiap hari para remaja sudah melakukan hal tersebut. Untuk
mencegah hal itu maka haruslah ditanamkan pengetahuan tentang bahayanya
pergaulan bebas karena dampak dari pergaulan bebas ini akan dirasakan oleh
4 tindakannya tersebut adalah dirinya sendiri. Untuk menumbuhkan kesadaran akan
bahayanya pergaulan bebas maka para remaja haruslah diberikan pendidikan
mengenai dampak pergaulan bebas dan memberikan pendidikan kerohanian agar
mereka sadar tentang apa yang saat ini sedang terjadi.
Sarwono (2007) mengatakan perkembangan pada remaja tidak hanya
perkembangan fisik, tapi juga perkembangan psikologis. Dalam perkembangan
psikologis yakni pembentukan harga diri, konsep diri, perkembangan intelegensi,
peran sosial, peran gender, religi, moral dan norma sosial. Di dalam lingkungan
sosialnya remaja mulai membentuk suatu kelompok sosial. Kelompok tersebut
didasari pada adanya rasa tergantung satu sama lain dan konformitas teman
sebaya.
Sears (1999) menyatakan konformitas merupakan apabila seseorang
menampilkan tindakan tertentu karena setiap orang lain menampilkan perilaku
tersebut. Hal itu berarti menggambarkan bahwa remaja akan mengikuti aturan,
gaya, maupun kebiasaan yang dilakukan oleh kelompoknya agar diterima di
dalam kelompok tersebut.
Menurut Hawthorne (dalam Sears, 1999), lingkungan fisik membantu
kelompok untuk melakukan konformitas. Lingkungan yang ikut membentuk
konformitas yakni lingkungan sekolah dan teman sebaya. Diharapkan lingkungan
tersebut dapat membentuk sikap konformitas yang positif.
Apabila siswa yang mempunyai konformitas yang tinggi terhadap
kelompoknya dan masuk pada suatu kelompok yang negatif, akan mempengaruhi
siswa tersebut menjadi negatif pula. Misalnya siswa masuk ke dalam kelompok
5 Sikap konformitas negatif akan mempengaruhi perilaku remaja bersama
kelompoknya. Siswa yang berada di dalam kelompok yang berperilaku negatif
maka akan berperilaku negatif pula. Banyak kasus penyalahgunaan narkoba
maupun minuman alkohol yang disebabkan karena pengaruh kelompok. Seperti
kasus yang diberitakan pada Tribunnews Jogja (2015), yakni Polisi menciduk 8
pelajar yang melakukan pesta miras, ketika ditanya alasan mereka mengkonsumsi
dan berpesta minuman beralkohol tersebut sebagian karena diajak teman dan ikut
saja, karena merasa tidak enak jika harus menolak dan supaya dianggap sebagai
teman yang solidaritasnya tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Kuncoro (2013) menunjukkan koefisien
korelasi antara konformitas terhadap kelompok dengan perilaku minum-minuman
beralkohol pada remaja sebesar rxy = 0,397 dengan taraf signifikansi 0,000
(p<0,01).
Sedangkan penelitian oleh Priharjanti (2011) hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara konformitas kelompok dengan
perilaku minum minuman keras pada remaja dengan rxy sebesar 0,05 dan p=0,000
(p<0,05).
Sedangkan penelitian oleh Desy Daryanti (2009) berdasarkan data uji
korelasi mengenai konformitas dengan konsumsi minuman beralkohol siswa kelas
XI SMA Negeri 1 Tengaran Tahun Pelajaran 2012/2013 menunjukkan adanya
hubungan negatif signifikan. Hal ini dapat diketahui dari nilai korelasi rxy= -0,374
6 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMK Negeri 2
Salatiga diperoleh gambaran sekitar 5% siswa mengkonsumsi minuman
beralkohol. Sikap ketaatan pada kelompok ini juga menjurus pada sikap negatif,
seperti merokok bersama, minum alkohol bersama.
Penulis tertatik mengadakan penelitian di SMK Negeri 2 Salatiga
karena apapun seketat peraturan yang sudah di buat oleh sekolah pastis
pesertadidik pasti akan melanggarnya dengan demikian penulis tertarik
melakukan penelitian di sekolah SMK Negeri 2 salatiga dengan judul Hubungan
Konformitas negatif dengan Perilaku Konsumsi Minuman Beralkohol.
Berdasarkan paparan di atas penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Hubungan Antara Konformitas Negatif Dengan Perilaku
Konsumsi Minuman Beralkohol Siswa kelas XI SMK Negeri 2 Salatiga Tahun
Ajaran 2016/2017.
1.2Rumusan Masalah
Adakah hubungan yang signifikan antara konformitas negatif dengan
perilaku konsumsi minuman beralkohol siswa Siswa kelas XI SMK Negeri
2 Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017?
1.3Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara konformitas negatif
dengan perilaku konsumsi minuman beralkohol Siswa kelas XI SMK
7 1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti lain
yang mengkaji mengenai konformitas negatif dan perilaku konsumsi minuman
beralkohol dengan mengajukan gagasan baru untuk mengadakan penelitian yang
lebih luas dan mendalam. Apabila hasil penelitian diketemukan adanya hubungan
positif yang signifikan antara konformitas negatif dengan perilaku konsumsi
minuman beralkohol maka penelitian ini searah dengan penelitian Jawaludin
(2009).
Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangan
terhadap khasanah pengetahuan BK khususnya yang berkaitan dengan
konformitas negatif dan perilaku minuman beralkohol pada siswa.
1.4.2 Manfaat praktis
1) Bagi lingkungan sekolah
Memberikan masukan bagi sekolah mengenai peranannya dalam
membentuk konformitas positif siswa dan memberikan layanan bimbingan
mengenai perilaku menyimpang atau kenakalan remaja.
2) Bagi siswa
Dapat memahami diri sendiri dan melatih konformitas kearah yang
positif dan mengetahui dampak dari perilaku menyimpang khususnya
mengenai perilaku konsumsi minuman beralkohol sehingga mempunyai
8
3) Bagi guru BK
Bisa membantu mengarahkan siswa ke konformitas positif, agar
tidak terjerumus dengan hal-hal yang negatif.
1.5 Sistematika Penulisan
Guna terselesaikannya tugas akhir ini, penulis menggunakan
sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Meliputi uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.
BAB II Kajian Teori
Menjelaskan kajian pustaka mengenai kecerdasan emosi
dan pengendalian diri, serta penelitian yang relevan dengan
penelitian dan hipotesis.
BAB III Metode Penelitian
Menguraikan tentang jenis penelitian, subjek, variabel,
teknik pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, serta
teknik analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian dan pembahasan
Memaparkan mengenai analisa deskriptif, uji hipotesis, dan
pembahasannya.
BAB V Penutup