• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. lama di Indonesia.Ketimpangan yang paling lazim dibicarakan adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. lama di Indonesia.Ketimpangan yang paling lazim dibicarakan adalah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketimpangan, pemerataan, dan infrastruktur sebenarnya telah dikenal cukup lama di Indonesia.Ketimpangan yang paling lazim dibicarakan adalah ketimpangan ekonomi.Ketimpangan pembangunan ekonomi sering digunakan sebagai indikator perbedaan pendapatan per kapita, antar kelompok tingkat pendapatan, antar kelompok lapangan kerja, dan atau antar wilayah.

Ketimpangan timbul dikarenakan tidak adanya pemerataan

dalampembangunan ekonomi.Ketidakmerataan pembangunan ini disebabkan karenaadanya perbedaan antara wilayah satu dengan lainnya.Hal ini terlihat dengan adanyawilayah yang maju dengan wilayah yang terbelakang atau kurang maju.Ketimpangan memiliki dampak positif maupun dampak negatif. Dampakpositif dari adanya ketimpangan adalah dapat mendorong wilayah lain yang kurang maju untuk dapat bersaing dan meningkatkan pertumbuhannya guna meningkatkankesejahteraannya. Sedangkan dampak negatif dari ketimpangan yang ekstrim antaralain inefisiensi ekonomi, melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas, sertaketimpangan yang tinggi pada umumnya dipandang tidak adil (Todaro,2003).

PDRB per kapita merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkatkesejahteraan penduduk di suatu provinsi, dimana jika semakin besar PDRBperkapitanya maka bisa diartikan semakin baik tingkat kesejahteraan

(2)

2 masyarakatnya.Begitu juga sebaliknya apabila PDRB semakin kecil maka bisa diartikan semakinburuk tingkat kesejahteraan masyarakatnya.

Daerah tertentu yang mengalami pertumbuhan ekonomi lebih tinggi daripadadaerah lain akan menghadapi beban yang terus meningkat karena banyak penduduk daridaerah lain terus berpindah ke daerah tersebut. Kondisi ini terjadi karena adanya tarikanpeluang kesempatan kerja yang lebih banyak di daerah perkotaan tersebut.Daerahperkotaan secara terus menerus mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggikarena sumberdaya yang potensial terus berpindah ke daerah maju sebagai pusatpertumbuhan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.Kondisi ini selanjutnyamenyebabkan daerah pusat pertumbuhan mengalami akumulasi pertumbuhan yanglebih tinggi karena didukung oleh sumberdaya potensial yang telah berpindahtersebut.

Berdasarkan hasil perhitungan denganrumus indeks Williamson, dapat diketahuitingkat ketimpangan di sembilan Provinsi diIndonesia selama tahun 2002-2011mengalami keaadan yang berfluktuasi. Bahwa antar Sembilan Provinsi di Indonesia selama periode 2002-2011 tingkat pemerataan pendapatan berada ditingkat ketimpangan sangat tinggi yaitu nilai indeks lebih besar dari 0,39 atau mendekati satu (1).Indeks williamson pendapatan terendah terdapat pada tahun 2002 dan 2010 yaitu sebesar 0,91. Dan yang paling tinggi terdapat pada tahun 2008 dengan nilai indeks williamson pendapatan sebesar 0,99.

Dan tingkat ketimpangan pendapatan perkapita masyarakat Sumatera Utara berdasarkan Indeks Gini/Lorenz Curve, rationya adalah moderat yakni sebesar 0,362. Ini mengindikasikan bahwa disparitas pendapatan di Sumatera Utara masih

(3)

3 lebih besar bila dibandingkan dengan Gini Ratio Nasional yang berada pada angka 0,33.

Disparitas pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara selama periode 2000-2010 yang dihitung menggunakan Williamson Index menunjukkan kecenderungan kenaikan. Pada tahun 2010, Williamson Index untuk Provinsi Sumatera Utara tercatat sebesar 0,7148 atau jauh meningkat dibandingkan tahun 2000 yang hanya sebesar 0,5749. Kondisi disparitas pendapatan ini cukup mengkhawatirkan mengingat angka indeks yang semakin mendekati 1 menunjukkan disparitas yang semakin lebar.

Kesenjangan atau ketimpangan antar daerah merupakan konsekuensi logis dari proses pembangunan yang merupakan suatu tahap perubahan dalam pembangunan itu sendiri. Perbedaan tingkat kemajuan antar daerah yang berlebihan akan menyebabkan pengaruh yang merugikan mendominasi pengaruh yang menguntungkan terhadap pertumbuhan daerah. Selain pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan antar wilayah, proses pembangunan juga bertujuan untuk menghapus dan mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan pengangguran.

Masalah kemiskinan merupakan hal yang sangat serius dan menjadi ketakutan tersendiri bagi daerah yang kondisi perekonomiannya yang masih tertinggal.Strategi pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi tidak selalu di ikuti oleh penurunan kemiskinan, bahkan sebaliknya dapat diikuti oleh membengkaknya kemiskinan. Selain itu usaha peningkatan kesejahteraan rakyat yang hanya mengandalkan kemampuan fisik tanpa diikuti oleh perubahan

(4)

4 pola pikir akan menjadikan masyarakat tidak memiliki pandangan bahwa peningkatan kesejahteraan ekonomi dapat dilakukan melalui human investment.

Kemiskinan mengindikasikan bahwa sebagian anggota masyarakat yang belum ikut serta dalam proses perubahan karena tidak mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam kepemilikan faktor produksi maupun kualitas faktor produksi yang memadai. Akibatnya kelompok ini tidak mendapat manfaat dari proses pembangunan.

Dalam perkembangan perekonomian, Sumatera Utara sejak masa krisis ekonomi tahun 1998 terus mengalami perbaikan dengan ditandai oleh pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang terus mengalami peningkatan, tapi juga banyak yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat. Permasalahan yang masih menonjol adalah kemiskinan dan ketimpangan perkembangan antar sektor-sektor ekonomi.Sumatera Utara memiliki 25 kabupaten dan 8 kota, memiliki sumber daya alam yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Perbedaan sumber daya alam ini telah dipertajam pula oleh perbedaan tingkat pengetahuan mengenai pengolahan kekayaan alam, sehingga tidak dapat dielakkan lagi terjadinya ketimpangan pembangunan antar daerah.

Pada bulan Maret 2014 di Indonesia jumlah penduduk miskin sebesar 28,28 juta orang, bila dibandingkan dengan September 2013 terjadi penurunan dari 28,60 juta orang dan prensentasenya juga menurun dari 11,46 menjadi 11,25 persen (Kepala BPS; Suryamin, 2014).

(5)

5 Nampaknya tidak ada yang meragukan keterkaitan antara pertumbuhan dan ketimpangan.Namun terdapat berbagai macam pandangan mengenai pola keterkaitan tersebut. Sebagian ekonom memandang bahwa hubungan antara keduanya merupakan hubungan kausal secara timbal balik: ketimpangan mempengaruhi pertumbuhan, dan sebaliknya, pertumbuhan juga mempengaruhi ketimpangan (Kaldor, 1960; Jha, 1999; Barro, 2000; Svedberg, 2002; dan Bourguignon, 2004 dalam Agussalim, 2010).

Ravallion (1997), Son dan Kakwani (2003), dan Bourguignon (2004) dalam (Agussalim, 2010) melakukan review hubungan antara pertumbuhan dengan kemiskinan dan ketimpangan, dan mencatat bahwa dampak pertumbuhan terhadap penurunan kemiskinan hanya terjadi ketika ketimpangan relatif tinggi. Dengan kata lain, negara-negara yang mempunyai tingkat ketimpangan yang sedang, apalagi rendah dampak pertumbuhan terhadap penurunan kemiskinan relatif tidak signifikan.

Ketimpangan pembangunan pada prinsipnya merupakan ketimpangan ekonomi yang mengandung makna kemiskinan dan kesenjangan.Agar ketimpangan dan perkembangan antar suatu daerah dengan daerah lain tidak menciptakan jurang yang semakin lebar, maka implikasi kebijaksaan terhadap daur perkembangan dari pembangunan haruslah dirumuskan secara tepat (Suryana, 2000: 29 dalam Fadilla, 2008).

Pembangunan yang telah berjalan di Sumatera Utara berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin dari 1,97 juta atau 15,66 % pada tahun 2006 turun menjadi 1.42 juta atau 10,83 % pada tahun 2011. Adapun untuk angka penduduk

(6)

6 di Sumatera Utara yang berada di atas garis kemiskinan setiap tahun terus mengalami perbaikan, dimana pada tahun 2008 sebesar 87,45%, tahun 2009 sebesar 88,47%, tahun 2010 sebesar 86,69%, tahun 2011 sebesar 89,17% dan tahun 2012 menjadi 89,59%. Namun banyak juga yang harus dilalukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Persoalan yang masih menonjol adalah kemiskinan dan ketimpangan antar sektor-sektor ekonomi (sumutprov.go.id).

Dari uraian diatas pertumbuhan ekonomi antar sektor tersebut bermuara pada munculnya masalah ketimpangan antar wilayah di Provinsi Sumatera Utara.Dan dari pola pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan ketimpangan antar wilayah dipandang perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap tiga aspek tersebut. Dan penulis tertarik untuk melakukan penelitian melalui penulisan

skripsi dengan judul “Analisis Hubungan Ketimpangan Daerah Dengan

Tingkat Kemiskinan Di Sumatera Utara” 1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka ada beberapa rumusan masalah yang dapat digunakan sebagai dasar kajian dalam penelitian yang akan dilakukan, antara lain:

1. Bagaimana tingkat ketimpangan antardaerahdi Sumatera Utara?

2. Bagaimana tingkat kemiskinan antar daerah di Sumatera Utara?

3. Apakah terdapat hubungan timbal balik antara tingkat ketimpangan daerah

dengan tingkat kemiskinan antar daerah di Sumatera Utara? 1.3. Tujuan Penelitian

(7)

7

1. Untuk mengetahui tingkat ketimpangan antar daerah di Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui tingkat kemiskinan antar daerah di Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui hubungan timbal balik antara tingkat ketimpangan daerah

dengan tingkat kemiskinan antar daerah di Sumatera Utara. 1.4. Manfaat penelitian

1. Secara akademis, peneliti dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh

selama perkulihan dan penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan referensi bagi mahasiswa/i Ekonomi Pembangunan.

2. Penelitian ini dapat menjadiharapan kepada pemerintah daerah provinsi

Sumatera Utara sebagai bahan pertimbangan dalam rangka meyempurnakan strategi-strategi pembangunan dan memberikan pemikiran dalam upaya memperkecil ketimpangan antar daerah di provinsi Sumatera Utara.

3. Dari hasil penelitian ini dapat mengetahui hubungan yang terjadi antara

ketimpangan daerah dengan tingkat kemiskinan dan pengaruhnya terhadap perekonomian di provinsi Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Namun jika dengan cara yang demikian isteri tersebut masih tetap nusyuz, maka hendaknya masalah tersebut dibawa ke pengadilan, untuk kemudian dimediasi oleh juru

Dari hasil uji coba, didapatkan nilai error klasifikasi terkecil yaitu 17.69% dengan menggunakan arsitektur NagadomiNet yang terdiri dari convolution layer dengan ukuran

Jika metan semai menggunakan RW, nggal angkat RW dan pindahkan ke lobang tanaman. Rockwool akan terkikis seriring pertumbuhan akar. Kalau media semai menggunakan cocopet

Pendidikan Seni Drama, Tari Dan Musik Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Pendidikan Bahasa Inggris.. Universitas

Fasilitas dan peralatan praktik klinik untuk kegiatan pelaksanaan bagi peserta didik praktik klinik di RSUD Kabupaten Sumedang disesuaikan dengan kebutuhan standar alat-alat

Papan partikel yang dibuat dari TKS dengan menggunakan perekat kulit akasia atau gambir memberikan kecenderungan yang sama yaitu semakin bertamb ahnya komposisi

Untuk mengetahui manakah yang lebih berpengaruh antara kelompok yang diberi perlakuan bermain lempar tangkap bola yang dilanjutkan dengan menggambar atau menggambar

berganda. Untuk populasi penelitian sebanyak 174 pegawai dan sampel yang diambil sebanyak 80 sebagai responden. Hasil penelitian menunjukan kompetensi, motivasi