• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pendiri Kabupaten Semarang dan sebagai Bupati Semarang yang pertama adalah Ki Pandan Arang 11 yang dikenal sebagai

Raden Kaji Kasepuhan (1547-1553), yang dinobatkan tanggal 2 Mei 1547, berkuasa hingga tahun 1574 serta mendapat

pengesahan Sultan Hadiwijaya. Pada masa itu berhasil membuat bangunan dan gedung-gedung yang dipergunakan sebagai pusat kegiatan pemerintah Kabupaten.

Pemerintahan sentra di Semarang berakhir setelah dibentuknya

pernerintahan kota berdasarkan Statblad tahun 1906 S.0 120 kecuali

perintah-perintah untuk orang bumiputra masih harus berjalan seperti biasa di bawah wewenang Bupati, Wedana, Camat sampai dengan Kepala desa. Dengan demikian terdapat dua sistem pemerintahan, yaitu: Pemerintah Kabupaten Semarang yang

dipimpin oleh seorang Bupati dan Pemerintah Kotapraja (gemente)

untuk wilayah Semarang yang dipimpin oleh seorang Burgenmester.

Pemisahan pemerintahan ini terjadi pada saat pemerintahan Bupati RM. Soebiyono (1897-1927).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah, Kota Semarang ditetapkan sebagai Ibukota Kabupaten Semarang. Namun Kota Semarang adalah Kotamadya yang memiliki pemerintahan sendiri, ditinjau dari segi pemerintahan Kota

Semarang sebagai Ibukota Kabupaten sangatlah kurang

menguntungkan, maka timbulah gagasan untuk memindahkan Ibukota Semarang ke Kota Ungaran yang pada saat itu masih dalam status kawedanan.

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor : 5 Tahun 2009

(2)

Sementara dilakukan pembenahan, tanggal 30 Juli 1979 oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Semarang diusulkan kepada Pemerintah Pusat melalui Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah, agar Kota Ungaran secara definitif ditetapkan sebagai ibukota pemerintah Kabupaten Semarang. Usul tersebut disetujui dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1983 tentang Penetapan Status Kota Ungaran sebagai lbukota Pemerintah Kabupaten Dati II Semarang, yang berlaku peresmiannya tanggal 20 Desember 1983. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Bupati Ir. Susmono Martosiswoyo (1979-1985).

Secara administratif Kabupaten Semarang terbagi menjadi 19 (sembilan belas) Kecamatan, 27 (dua puluh tujuh) Kelurahan dan

208 (dua ratus delapan) Desa dan secara geografis terletak pada

koordinat 110o14’54,74” sampai dengan 110o39’3” Bujur Timur dan

7o30’0” Lintang Selatan, serta ketinggian wilayah pada kisaran

300-2050 meter di atas permukaan laut (dpl). Berdasarkan tingkat

kelandaian wilayah, Kabupaten Semarang dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok, yaitu wilayah datar (kemiringan 0-2%)

seluas 6,169 Ha;wilayah bergelombang (kemiringan 2-15%) 57.659 Ha; wilayah curam (kemiringan 15-40%) 21.725 Ha; dan wilayah sangat curam (kemiringan > 40%) seluas 9.467,674 Ha.

Untuk menghadapi perubahan dan perkembangan pembangunan daerah, maka sangat diperlukan sebuah Rencana Pembangunan Daerah

yang disusun berdasarkan hasil musyawarah perencanaan

pembangunan dan konsultasi publik sebagai upaya antisipasi yang tahap-tahapnya tertuang dalam rencana pembangunan daerah.

Bahwa untuk kurun waktu 2005-2010 acuan pelaksanaan pembangunan daerah menggunakan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 2 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Semarang.

Perkembangan sistem demokrasi di Indonesia yang salah satunya

adalah penerapan pemilihan kepala daerah secara langsung setiap 5 (lima tahun) sekali, juga menjadi salah satu pertimbangan pentingnya

(3)

1.2. Pengertian

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah adalah dokumen perencanaan komprehensif 20 (dua puluh) tahunan yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Nasional dan RPJP Provinsi disusun berdasar pada potensi, kendala, kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Selanjutnya RPJP Daerah akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah untuk setiap jangka waktu 5 (lima) tahun.

1.3. Maksud dan Tujuan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan 2025, ditetapkan dengan maksud:

1. Memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen

pelaku pembangunan daerah (pemerintah, masyarakat dan dunia usaha);

2. Mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai

dengan visi, misi dan arah kebijakan pembangunan daerah yang telah disepakati bersama;

3. Mewujudkan suatu pelaksanaan pembangunan yang dilakukan

oleh seluruh pemangku kepentingan dapat berjalan secara efektif, efisien, terpadu, berkesinambungan, transparan dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

Adapun tujuan penyusunan RPJPD adalah sebagai pedoman bagi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang memuat visi, misi, arah dan program kepala daerah terpilih.

(4)

1.4. Landasan Hukum

Landasan idiil penyusunan RPJPD Kabupaten Semarang Tahun 2005-2025 adalah Pancasila sedangkan sebagai landasan konstitusional adalah Undang-Undang Dasar 1945. Adapun sebagai landasan operasional meliputi seluruh ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan langsung dengan pembangunan nasional dan daerah, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah.

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286).

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355).

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421).

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844).

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438).

(5)

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700).

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725).

9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman

Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815)

10. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi

dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816)

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata

Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664).

12. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 3 Tahun 2008

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3).

1.5. Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya.

Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa perubahan signifikan dalam penyusunan dokumen perencanaan daerah.

(6)

Terkait dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah, disusun perencanaan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Dengan diterbitkannya aturan tersebut diharapkan pembangunan daerah baik provinsi maupun Kabupaten/Kota dapat sejalan dengan pembangunan nasional.

Dalam Pasal 150 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ayat (3) disebutkan bahwa, perencanaan pembangunan daerah disusun secara berjangka yang meliputi:

a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, disingkat RPJP

Daerah untuk jangka waktu 20 (dua Puluh) tahun yang memuat visi-misi dan arah pembangunan daerah yang mengacu kepada RPJP Nasional .

b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, selanjutnya

disebut RPJM Daerah untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP Daerah dengan memperhatikan RPJM Nasional. RPJM Daerah memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

c. Rencana Kerja Pemerintah Daerah, selanjutnya disingkat RKPD,

merupakan penjabaran dari RPJM Daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat, dengan mengacu kepada rencana kerja pemerintah.

Perencanaan pembangunan daerah tersebut disusun untuk

menjamin keterkaitan dan kesesuaian antara perencanaan

(7)

1.6. Tata Urutan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : KONDISI UMUM DAERAH

BAB III : ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB IV : VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2005-2025

BAB V : ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2005-2025

BAB VI : KAIDAH PELAKSANAAN

Referensi

Dokumen terkait

Asas ini menyatakan bahwa demi kepastian hukum, setiap keputusan tata usaha negara yang dikeluarkan harus dianggap benar menurut hukum, karenanya dapat dilaksanakan lebih

Kajian lainnya dari Afidah & Amanah (2013) memaparkan konsep syukur orang Sunda dari satu mantra nendeun beas saja. Kajian ini mencoba untuk mengombinasikan pola pemetaan

THE DISCURSIVE CONSTRUCTION OF KPK (CORRUPTION ERADICATION COMMISSION) AND POLRI (INDONESIAN NATIONAL POLICE) IN THE JAKARTA POST: A DISCOURSE-HISTORICAL APPROACH..

aspek psikomotor yang berkaitan dengan gerak akan tetapi dalam pembelajaran.. penjas juga harus dapat mengembangkan aspek kognitif yang berkaitan

Komposisi bentukan-bentukan fisik tersebut akan membentuk struktur kota secara hirarkis yang mengatur kehiduan kota yang didukung oleh alamiah sehingga akan terjadi

Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.. Botani Bawang Merah Teknologi Produksi

menunjukkan pencapaian kompetensi siswa sesuai standar. Pengembangan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran secara efektif

Atas kesedaran inilah yang mendorong pengkaji untuk menghasilkan satu modul berasaskan multimedia iaitu dalam bentuk CD interaktifbagi mata pelajaran Perdagangan khusus untuk