• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPOSISI MINERAL BERAT DALAM ENDAPAN PASIR KUARSA DI KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN STUDI KASUS DI DAERAH SINGKAWANG DAN SEKITARNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPOSISI MINERAL BERAT DALAM ENDAPAN PASIR KUARSA DI KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN STUDI KASUS DI DAERAH SINGKAWANG DAN SEKITARNYA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

P4O-06

KOMPOSISI MINERAL BERAT DALAM ENDAPAN PASIR

KUARSA DI KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN STUDI

KASUS DI DAERAH SINGKAWANG DAN SEKITARNYA

Lucas Donny Setijadji1*, Nur Rochman Nabawi1,2, I Wayan Warmada1

1

Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika No. 2, Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Indonesia, *Email: lucasdonny@ugm.ac.id; lucas_donny@yahoo.com

2

P.T. Timah (Persero) Tbk., Pangkalpinang, Bangka 33121, Indonesia

Abstrak

Endapan letakan pasir kuarsa berumur Kuarter di daerah Kalimantan Barat diketahui memiliki potensi sumberdaya logam ekonomis, seperti emas dan zirkon. Beberapa peneliti terdahulu juga mengindikasikan kehadiran logam lainnya seperti timah. Untuk itulah perlu dilakukan kajian tentang potensi tersebut, dan pada kesempatan ini studi diawali di sekitar kota Singkawang. Selain untuk menginterpretasi hubungan antara komposisi mineral berat dengan tatanan geologi daerah penelitian, hasil ini juga diharapkan dapat menunjukkan potensi logam ekonomis di dalamnya. Sampel endapan pasir kuarsa diambil dari enam lokasi di sekitar kota Singkawang yang mewakili lokasi yang berbeda-beda di sekitar tubuh batholith Singkawang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di sekitar batholit Singkawang dijumpai berbagai mineral berat dengan jenis dan kelimpahan yang berbeda-beda. Perbedaan kandungan mineral berat antar lokasi pengambilan conto dipengaruhi oleh batuan sumber, proses transportasi, dan lingkungan pengendapan. Satu lokasi di selatan kota Singkawang ternyata tidak mengandung mineral berat sama sekali, yang diduga disebabkan oleh energi pengendapan yang rendah. Di antara semua mineral berat, zirkon secara konsisten hadir dalam jumlah yang cukup tinggi di berbagai lokasi yang diduga berasal dari hasil erosi batuan granitik penyusun batholith Singkawang maupun batuan metamorf. Sedangkan mineral berat lainnya dijumpai berupa rutil, topas, magnetit, hornblende, aegirin, epidot, staurolit, hematit, pirit, molibdenit dan kalkopirit. Beberapa mineral berat lainnya yang dikenal membawa logam ekonomis seperti kasiterit (Sn), monasit (Th, REE) dan alanit (REE) dijumpai di beberapa tempat seperti Sambas dan Bengkayang, yang menunjukkan adanya potensi endapan logam timah, Th dan REE.

Kata kunci:Mineral berat, Endapan letakan (placer), Pasir kuarsa, Kalimantan Barat.

Pendahuluan

Pulau Kalimantan memiliki kekayaan sumberdaya geologi yang melimpah, di mana salah satunya adalah mineral berat dalam endapan pasir kuarsa letakan (placer) yang berumur muda (umumnya diasumsikan Kuarter) yang tersebar hampir di keseluruhan wilayah, termasuk di antaranya Propinsi Kalimantan Barat. Endapan letakan yang dimaksudkan di sini adalah suatu endapan mineral-mineral berat yang terkonsentrasi bersama-sama dengan material endapan sedimen (Robb, 2005). Mineral berat sendiri didefiniskan sebagai mineral yang memiliki berat jenis lebih besar dari 2,89 gr/cm3(Carver, 1971 dalam Panggabean., 2011). Mineral berat umumnya merupakan mineral jenis silikat dan oksida yang awalnya hadir sebagai mineral primer aksesoris dalam batuan asal kristalin (batuan beku dan metamorf) yang resisten terhadap proses pelapukan, baik pelapukan kimia maupun abrasi mekanik. Endapan mineral berat dalam konsentrasi tertentu, umumnya diendapkan oleh proses sungai dan laut, dapat menghasilkan endapan mineral ekonomis karena memiliki nilai jual yang cukup tinggi.

(2)

Menurut Suwarna dkk. (1993) daerah Singkawang dan sekitarnya di Kalimantan Barat merupakan daerah yang memiliki potensi berbagai endapan mineral ekonomis, baik jenis primer maupun sekunder, seperti emas, tembaga, timbal, seng, molibdenit, mangan, sinabar, bauksit, kaolin dan kasiterit. Mineral-mineral ini terbentuk oleh banyak fase magmatisme, metamorfisme, hidrotermal, pelapukan dan erosi yang terjadi dalam periode geologi yang sangat panjang, mulai dari Mesozoik sampai sekarang. Khususnya untuk mineral berat dalam endapan sekunder tipe letakan, penambangan emas alluvial dipercayai telah dimulai di Sambas, dan kemudian menyebar kearah selatan di Mandor sekitar tahun 1775 oleh para pendatang Cina, Sedangkan pada era modern, penambangan emas aluvial dalam skala industri dilakukan di Monterado pada periode 1989 sampai pertengahan 1990an (van Leeuwen, 1994). Selain emas, zirkon merupakan mineral berat yang dijumpai di daerah ini dan sangat penting dalam berbagai industri, berkaitan dengan sifatnya yang memiliki titik lebur yang sangat tinggi, yaitu lebih dari 2000oC. Dalam studinya, Herman (2007) menyimpulkan di Kalimantan Barat terdapat indikasi keberadaan mineral zirkon. Informasi ini didukung oleh kegiatan eksplorasi dan penambangan zirkon yang marak di berbagai wilayah di Kalimantan barat pada periode pertengahan tahun 200an sampai awal 2014, yang dilakukan oleh penduduk secara perorangan, perusahaan kecil, sampai perusahaan nasional setingkat P.T. Antam. Kegiatan pertambangan zirkon ini berhenti total sejak awal tahun 2014 sejak diberlakukannya larangan ekspor bahan mentah oleh pemerintah.

Adanya berbagai indikasi kehadiran berbagai jenis mineral berat ekonomis tersebut mendorong tim peneliti dari Laboratorium Sumberdaya Mineral, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada untuk melakukan penelitian ini. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum tentang jenis dan sebaran mineral-mineral berat yang terkandung di dalam endapan pasir kuarsa di wilayah Singkawang dan sekitarnya. Dari hasil yang diperoleh, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi keterdapatan endapan mineral berat ekonomis dan pengembangan sumberdaya mineral, untuk menginterpretasi hubungan antara kondisi geologi yang menyusun batolit Singkawang dengan asosiasi mineral yang dijumpai dalam pasir kuarsa.

Tinjauan Geologi Regional

Daerah penelitian berada di ujung barat laut pulau Kalimantan yang berbatasan langsung dengan Malaysia (Gambar 1). Secara fisiografis, daerah daerah Singkawang dan sekitarnya terdiri dari zona pantai dan undak pasir putih di bagian barat, serta perbukitan menggelombang rendah yang meningkat sampai perbukitan curam yang terisolasi di timur (Suwarna dkk., 1993). Perbukitan bergelombang rendah umumnya berkembang pada batuan sedimen Tersier dan batuan granitic lapuk. Perbukitan curam tersebar melintasi daerah Singkawang, namun lebih menyolok di sebelah timur, tersusun oleh batuan gunungapi dan batuan granitik.

Stratigrafi regional daerah Singkawang dan sekitarnya menurut Suwarna dkk. (1993) menunjukkan bahwa batuan tertua berumur Mesozoikum, antara lain adalah Kelompok Bengkayang yang dapat dibagi menjadi dua formasi yaitu Formasi Banan dan Sungaibetung. Formasi Sungaibetung berumur Jura Awal ditandai dengan adanya fosil Amonit, sedangkan Formasi Banan berumur Trias Akhir berdasarkan keterdapatan Pelesipoda Trias Akhir yang menyisipi Batuan Gunungapi Serian (bagian dari batuan plutonik-vulkanik Trias and Pre-Trias) di daerah Sanggau dan Sarawak (Gambar 2).

Bagian utama dari pegunungan yang disebut sebagai Singkawang Batholith (Gambar 2) adalah batuan beku plutonik dan vulkanik berumur Kapur, seperti Batuan Gunungapi Raya dan Granodiorit Mensibau (Suwarna dkk., 1993) yang bertipe I kalk-alkalin. Selain itu juga dijumpai batuan terobosan dan vulkanik berumur Tersier Bawah sampai Miosen, seperti

(3)

Batuan Gunungapi Serantak, Dasit Bawang, dan Batuan Terobosan Sintang. Kegiatan vulkanisme termuda dijumpai sebagai Batuan Gunungapi Niut berumur Pliosen. Batuan penutup Kuarter (yang merupakan fokus penelitian) oleh Suwarna dkk. (1993) dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu endapan aluvium terbiku, endapan aluvial dan rawa dan endapan litoral Resen.

Metodologi Penelitian

Tahapan penelitian terbagi menjadi empat (4) tahap yaitu, tahap persiapan, kegiatan lapangan, analisis laboratorium, dan interpretasi data. Kegiatan lapangan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan Maret 2012, Juli-Agustus 2012, dan April-Mei 2013. Selama kegiatan lapangan tersebut telah dilakukan pengambilan conto sedimen aluvium muda berupa endapan pasir kuarsa di berbagai lokasi. Namun dalam penelitian tahap awal ini, baru sepuluh (10) conto sedimen yang dianalisis yang diambil dari enam (6) lokasi yang dianggap mewakili seluruh wilayah Singkawang dan sekitarnya (Gambar 3). Pada enam conto pasir kuarsa terpilih, dilakukan analisis laboratorium dengan urutan kerja yang dapat dilihat dalam Gambar 4.

Tahap pertama adalah pengeringan conto sedimen dengan cara penjemuran di bawah sinar atau pemanasan dengan menggunakan oven dengan suhu 40oC selama beberapa jam sampai didapatkan pasir kuarsa kering. Conto sedimen yang sudah kering ditimbang dan dilakukan splitting atau membagi menjadi empat bagian. Pada sebagian conto yang cukup mewakili, dilakukan proses pemisahan ukuran butir atau sieving untuk mendapatkan fraksi sedimen pada ukuran 35, 60 dan 80 mesh. Secara umum untuk analisis sedimen yang berukuran gravel halus diperlukan conto sedimen seberat 500 gr, sedangkan sedimen berukuran pasir kasar diperlukan conto seberat 200 gr, pasir sedang seberat 100 gr, dan untuk pasir halus seberat 25-50 gr (Surjono dkk., 2010).

Conto sedimen ukuran mesh 35, 60 dan 80 dicuci dengan menggunakan air aquadess dan larutan HCl 0,1 M untuk menghilangkan kandungan karbonat. Conto sedimen yang telah dicuci kemudian dikeringkan dan ditimbang lagi. Conto sedimen kemudian dilakukan dilakukan sieving tahap 2 pada mesh 35, 60 dan 80. Kemudian diambil conto pasir kuarsa masing-masing sebanyak ¼ berat hasil sieving 2 pada fraksi sedimen mesh 60 dan 80 untuk dilakukan proses pendulangan secara manual. Proses pendulangan ini dilakukan untuk mendapatkan mineral-mineral berat yang terkandung pada conto pasir kuarsa. Conto sedimen yang sudah didulang kemudian dikeringkan dan ditimbang kembali sebelum dilakukan pengamatan / analisis laboratorium.

Analisis laboratorium dilakukan untuk mengetahui bentukan morfologi butir pasir kuarsa dan komposisi mineralberat. Analisis ini meliputi analisis mikroskopik dan analisis XRD. Analisis mikroskopik terbagi menjadi tiga jenis pengamatan, yaitu pengamatan dengan menggunakan mikroskop binokuler, mikroskop polarisasi dan mikroskop cahaya pantul. Mikroskop binokuler digunakan untuk mengamati morfologi butir pasir kuarsa dan untuk memisahkan butiran mineral opak dengan butiran mineral translucent. Mikroskop polarisasi digunakan untuk mengamati sayatan tipis dari mineral translucent dan mikroskop cahaya pantul digunakan untuk pengamatan mineral-mineral opak dalam bentuk sayatan poles. Jika pada pengamatan conto sedimen dimungkinkan untuk dilakukan analisis XRD (jumlah partikel mineral berat mencukupi) maka akan dilakukan penyiapan dan analisis data mineralogi menggunakan analisis XRD.

Setelah proses analisis data diperoleh, maka semua data yang didapatkan kemudian diolah dengan menggunakan komputer untuk mengetahui kelimpahan kandungan mineral berat pada masing-masing conto. Pengolahan data ini menghasilkan grafik yang menunjukkan jumlah kelimpahan partikel mineral berat. Setelah itu dilakukan tahap interpretasi dan integrasi data, di mana pada tahapan ini dilakukan penggabungan data,

(4)

termasuk di sini data-data sekunder dari kajian pustaka, sehingga akan didapatkan informasi yang lebih valid tentang keberadaan sebaran mineral berat di daerah penelitian. Akhirnya, dilakukan penyusunan laporan tentang keberadaan endapan mineral berat di daerah penelitian.

Hasil Penelitian

Data Conto Pasir Kuarsa

Penelitian ini memakai conto pasir kuarsa sebanyak sepuluh (10) buah yang diambil dari enam (6) lokasi di sekitar kota Singkawang (Gambar 3). Berikut adalah kode keseluruhan conto pasir kuarsa: 120310-10, 120728-10 K, 120728-10 H, 120729-06, 120729-06 HM, 120731-01B, 120731-06 SB, 120731-06 SW, 120801-03, dan 120801-03B. Conto pasir kuarsa tersebut diambil dari lingkungan pengendapan yang berbeda, yaitu lingkungan pengendapan pantai aktif, lingkungan pengendapan teras sungai, lingkungan pengendapan fluvial (aktif), lingkungan pengendapan fluvial/sungai tidak pada alur aktif dan lingkungan pengendapan teras sungai. Conto pasir kuarsa beserta lingkungan pengendapannya dapat dilihat pada Tabel 1. Setelah conto pasir kuarsa dilakukan proses pencucian, splittingdan

sieving, maka diperoleh komposisi ukuran butir seperti yang terlihat dalam Tabel 2. Di sini terlihat bahwa ukuran butir didominasi oleh ukuran pasir, namun dengan dominasi ukuran yang cukup berbeda. Hal ini disebabkan oleh lingkungan pengendapan yang berbeda-beda.

Bentuk,RoundnessdanSphericity

Dari pengamatan bentuk butir, disimpulkan bahwa keempat jenis bentuk butiran dijumpai, yaitu equant, bladed, oblate dan prolate dengan bentuk butir pasir equant adalah yang paling dominan pada hampir seluruh conto. Mekanisme transportasi yang paling umum terjadi pada sedimen berukuran pasir adalah saltasi. Namun dengan adanya bentukan

bladed, prolate, dan oblate, dapat terlihat bahwa ada mekanisme bedload lainnya. Bentukan bladed dapat saja berlangsung secara traksi, sedangkan prolate secara rolling. Sedangkan bentukan equant dan oblate sendiri dapat diperkirakan mengalami sistem transportasi dengan mekanisme saltasi ataupunrolling. Mekanisme pengendapan endapan conto pasir kuarsa ini secara bedloadjuga didukung oleh data bentuk butir kerakal yang dominanequantdanbladed.

Dataroundnessbutir pasir menunjukkan nilai tingkat kebundaransubrounded-rounded. Sedangkan dataroundnessukuran butir kerakal menunjukkan keseluruhan conto memiliki tingkat kebundaran subrounded, kecuali pada conto 120729-06 dan 120729-06 HM yang memiliki tingkat subangular. Nilai sphericity pada ukuran butir pasir dan kerakal menunjukkan nilai yang dominan adalah very equant. Akan tetapi conto pasir kuarsa 120731-01B (Sungai Bengkayang) memiliki nilai sphericity dominannya adalah very elongate, mungkin dikarenakan conto diambil pada alur sungai aktif yang masih mengalami proses transportasi.

Jenis dan Kelimpahan Mineral Berat

Nilai kelimpahan (persentase) mineral berat yang didapatkan dari pengamatanthin section

dan polish section yang dikonfirmasi dengan data XRD menunjukkan berbagai jenis mineral berat yang hadir sangat beragam dan dengan kelimpahan yang berbeda-beda pada masing-masing lokasi penelitian (Tabel 3). Namun pasir kuarsa dari pantai Pasir Panjang yang berfraksi kasar dan selatan Singkawang tidak mengandung mineral berat sama sekali, alias 100% terdiri dari kuarsa. Hal ini berkaitan dengan dugaan bahwa conto-conto ini diambil pada endapan pasir kuarsa yang terbentuk oleh proses transportasi dan

(5)

pengendapan yang hanya menghasilkan akumulasi mineral ringan kuarsa saja, khususnya pada energi yang rendah. Dalam hal ini kita akan melihat dan mengevaluasi conto-conto yang mengandung mineral berat.

Mineral berat yang hadir pada daerah penelitian sangat bervariasi, namun yang umum dijumpai adalah mineral zirkon, topas, epidot, dan rutil. Zirkon seperti diduga merupakan mineral berat yang paling dominan di antara mineral-mineral berat lain. Walaupun emas terbukti ditambang di beberapa tempat, namun tidak satupun conto yang diketahui mengandung butiran emas, Hal ini disebabkan oleh kadar emas yang lebih rendah daripada mineral berat yang lain. Selain itu berat jenis emas sangat tinggi yang umumnya akan terjebak dalam endapan konglomerat dan bukan pada pasir kuarsa yang diteliti. Fakta lain yang menarik adalah bahwa kasiterit dijumpai di semua lokasi kecuali pada endapan pantai Pasir Panjang, yang mengkonfirmasikan bahwa kasiterit sungguh hadir di daerah penelitian. Diduga sumber dari kasiterit (juga monasit, ilmenit dan alanit) adalah granit tipe S yang berumur Mesozoikum Awal di daerah utara Sanggau dan perbatasan dengan Malaysia yang tidak banyak tersingkap karena tertutup oleh batuan beku dan sedimen berumur Kapur dan Tersier. Sedangkan pirit, magnetit, galena, kalkopirit dan molibdenit diduga berasal dari batuan beku Kapur dan Tersier yang bertipe I dan menghasilkan berbagai mineralisasi emas dan logam dasar sulfide. Selain itu batuan metamorf juga turut memberikan andil terhadap kehadiran beberapa mineral seperti topas, staurolit, rutil, zirkon, dan epidot.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berbagai mineral berat yang hadir dalam endapan pasir kuarsa di daerah Singkawang dan sekitarnya, Kalimantan Barat, berasal dari berbagai jenis sumber batuan yang berbeda-beda, khususnya batuan beku granitik tipe I (berumur Kapur dan Tersier), granit tipe S yang diduga berumur lebih tua daripada Kapur, dan batuan metamorf baik yang terbentuk oleh proses tektonik maupun hasil kontak metasomatisme antara batuan beku dengan batuan sedimen yang diterobosnya.

Dalam kaitannya dengan potensi endapan mineral berat ekonomis di daerah penelitian, maka gabungan keberadaan mineral zirkon dan kasiterit di suatu tempat perlu dilihat sebagai daerah yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai endapan mineral ekonomis, dengan tambahan by-product seperti rutil, topas, dan ilmenit. Sedangkan mineral sulfide seperti pirit, kalkopirit, molibdenit dan galena dapat dipakai sebagai mineral indikator kehadiran endapan hidrotermal tipe porfiri dan epitermal yang mungkin ekonomis.

Kesimpulan

1. Mekanisme proses sedimentasi yang bekerja pada endapan pasir kuarsa di daerah penelitian didominasi oleh transportasi secara bedload. Lingkungan pengendapan endapan pasir kuarsa mempengaruhi distribusi ukuran butir pasir, bentuk butir dan kelimpahan mineral berat.

2. Di sekitar tubuh batholith Singkawang dijumpai berbagai mineral berat dengan jenis dan kelimpahan yang berbeda-beda. Perbedaan kandungan mineral berat dipengaruhi oleh batuan sumber, proses transportasi, dan lingkungan pengendapan.

3. Batuan sumber mineral berat diinterpretasikan sebagai batuan granitik tipe I (zirkon, magnetit, pirit, kalkopirit, galena), granit tipe S (zirkon, kasiterit, monasit, alanit) dan batuan metamorf (topas, staurolit, rutil, zirkon, dan epidot).

4. Zirkon yang hadir dalam jumlah yang paling dominan di berbagai lokasi dapat menjadi target mineral ekonomis yang utama, di mana nilai ekonominya dapat dibantu dengan kehadiran mineral lainnya, seperti kasiterit (Sn), rutil, topas, ilmenit, monasit dan alanit. Sedangkan mineral lainnya seperti pirit, kalkopirit, molibdenit, dan galena dapat dipakai sebagai mineral indikator untuk eksplorasi endapan hidrotermal tipe porfiri dan epitermal.

(6)

Daftar Pustaka

Herman, D.Z., 2007, Kemungkinan Sebaran Zirkon pada Endapan Placer di Pulau Kalimantan,Jurnal Geologi Indonesia, 2, p. 87-96.

Panggabean, D.R., 2011, Analisis Komposisi Mineral Berat dalam Pasir Kuarsa yang Berasosiasi dengan Batuan Granitik Mesozoikum di Indonesia Bagian Barat, Skripsi Tugas Akhir Jurusan Teknik Geologi UGM, Yogyakarta, 99 p.

Robb, L., 2005,Introducing to Ore-Forming Processes; Blackwell Science Ltd, UK. Surjono, S.S., Amijaya, D.H., dan Winardi, S., 2010,Analisis Sedimentologi, Pustaka Geo,

Yogyakarta, 120 p.

Suwarna, N., de Keyser, F., Langford, R.P dan Trail, D.S, 1993, Geologi Lembar Singkawang, Kalimantan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, 43 p. van Leeuwen, T.M., 1994, 25 years of mineral exploration and discovery in Indonesia.

Journal of Geochemical Exploration, 50, p. 13-90.

Wilson, M.E.J. and SJ Moss, S.J., 1999, Cenozoic palaeogeographic evolution of Sulawesi and Borneo,Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology, 145, p. 303-337.

(7)

Tabel 1.Deskrispi conto pasir kuarsa

No Kode Conto Berat Conto

Awal (Kg) Lingkungan

1 120310-10 11,82 Fluvial/sungai, tidak pada alur aktif

2 120728-10 H (halus) 4,80 Pantai aktif

3 120728-10 K (kasar) 5,40 Pantai aktif

4 120729-06 13,79 Teras sungai terangkat

5 120729-06 HM

(heavy minerals) 2,84 Akumulasi mineral berat

6 120731-01B 6,34 Fluvial/sungai aktif

7 120731-06 SW

(white sand) 13,09 Fluvial/sungai, tidak pada alur aktif

8 120731-06 SB

(brown sand) 11,84 Fluvial/sungai, tidak pada alur aktif

9 120801-03 (white,

clean sand) 11,05 Teras pantai

10 120801-03B (dark

brown, organic-rich) 11,00 Teras pantai

Tabel 2.Komposisi ukuran butir conto pasir kuarsa dalam %

Ukuran mesh 1203 10-10 1207 28-10H 1207 28-10 K 1207 29-06 1207 29-06 HM 1207 31-01B 1207 31-06 SB 1207 31-06 SW 1208 01-03 1208 01-03B > 18 14,3 % 2,3 % 94,3 % 20,9 % 2,3 % 45,6 % 23,6 % 9,6 % 5,7 % 8,2 % 35 - 18 30,0 % 22,6 % 5,5 % 18,5 % 9,3 % 27,4 % 36,3 % 32,9 % 31,7 % 33,0 % 60 - 35 52,2 % 65,3 % 0,1 % 43,0 % 76,0 % 21,3 % 31,7 % 47,6 % 40,8 % 43,7 % 80 - 60 2,6 % 7,5 % - 6,0 % 5,9 % 3,8 % 4,1 % 3,8 % 6,9 % 4,0 % 100 - 80 0,6 % 1,6 % - 5,0 % 3,0 % 1,1 % 1,7 % 2,0 % 4,6 % 2,8 % < 100 0,3 % 0,7 % 0,1 % 6,6 % 3,4 % 0,9 % 2,6 4,0 10,3 8,3 Total 100 % 100 % 100 100 100 100 100 100 100 100

(8)

Tabel 3.Komposisi dan kelimpahan mineral berat dalam %

Lokasi

Kelimpahan Mineral (%) Mempa

wah Pasir Panjang Sambas

Bengka yang Monterado Selatan Singkawang No Mineral 120310-10 120728-10 K 120728-10 H 120729-06 -06 HM120729 120731-01B 120731-06 SW 120731-06 SB 120801-03 120801-03B 1 Kuarsa 39,64 100 69,68 44,74 34,30 31,53 32,88 42,61 100 100 2 Zirkon 20,91 - 0,81 4,17 18,71 2,50 17,90 19,48 - -3 Topas 1,78 - 7,43 10,29 14,52 1,64 2,60 3,47 - -4 Ortoklas 3,07 - - 3,11 3,22 1,48 2,52 1,96 - -5 Kasiterit 1,49 - - 1,71 2,04 8,77 2,71 0,31 - -6 Epidot 0,89 - 6,92 1,16 0,49 1,33 0,41 1,87 - -7 Aegirin 0,69 - - 3,40 0,97 0,78 - 1,69 - -8 Rutil 8,03 - 10,07 20,48 5,85 14,83 12,37 8,63 - -9 Alanit 0,30 - 1,63 0,49 1,56 - 0,98 - - -10 Axinit 0,50 - - - - 2,97 - 0,98 - -11 Staurolit 0,30 - - 1,46 1,56 0,62 3,83 1,33 - -12 Monasit - - 2,24 1,65 - - - -13 Hornblenda - - 1,32 - - 1,48 - 0,89 - -14 Apatit - - - - 0,78 - - - - -15 Sfen - - - 0,98 - -16 Pirit 3,70 - - 0,62 1,56 1,66 2,18 1,09 - -17 Magnetit 11,11 - - 5,25 4,68 5,98 5,18 0,15 - -18 Goethit 2,46 - - - 0,88 1,87 3,37 2,19 - -19 Hematit 5,11 - - 0,55 7,24 16,20 2,65 1,04 - -20 Ilmenit - - - - 0,76 6,48 8,18 8,54 - -21 Galena - - - - 0,25 - - - - -22 Molibdenit - - - 0,52 0,51 - 0,17 - - -23 Kalkopirit - - - 0,43 0,32 - 2,03 2,90 - -Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

(9)

Gambar 1.Geologi regional Pulau Kalimantan (Wilson and Moss, 1999) dan wilayah daerah penelitian di Singkawang dan sekitarnya, Kalimantan Barat (ditandai dalam lingkaran)

Gambar 2.Geologi umum daerah Singkawang dan sekitarnya, Kalimantan Barat (Suwarna dkk., 1993 dengan modifikasi)

(10)

120729-06

120731-01

120310-10 120728-10

120801-03 120731-06

Gambar 3.Lokasi conto endapan pasir kuarsa yang dianalisis, dengan peta dasar menggambarkan lokasi kota, sungai, dan mineralisasi emas dan logam dasar menurut Suwarna dkk. (1993)

(11)

Gambar 5.Contoh hasil identifikasi mineral berat dalam conto pasir kuarsa berdasarkan pengamatan sayatan tipis (thin section). Gambar sebelah kiri adalah pengamatan pada nikol sejajar,

sedangkan sebelah kanan pada nikol bersilang

Gambar

Tabel 1. Deskrispi conto pasir kuarsa
Tabel 3. Komposisi dan kelimpahan mineral berat dalam %
Gambar 1. Geologi regional Pulau Kalimantan (Wilson and Moss, 1999) dan wilayah daerah penelitian di Singkawang dan sekitarnya, Kalimantan Barat (ditandai dalam lingkaran)
Gambar 4. Tahapan analisis laboratorium
+2

Referensi

Dokumen terkait