Article history: ©2021 at http://jfmr.ub.ac.id Diterima / Received 14 September 2021
Disetujui / Accepted 20 October 2021
ANALISISPROKSIMAT,MINERALESENSIAL,
DANCEMARANLOGAMBERATPADATERIPANGAcaudina molpadioides DARIPERAIRANPALOHKALIMANTANBARAT
Mega Sari Juane Sofiana1, Ikha Safitri1, Shifa Helena1, Warsidah1*, Arie Antasari Kushadiwijayanto1, Anthoni B. Aritonang2
1Jurusan Ilmu Kelautan, FMIPA, Universitas Tanjungpura
1Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Tanjungpura Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, Kalimantan Barat
*Koresponden penulis (Alamat email) : warsidah@fmipa.untan.ac.id
Abstrak
Acaudina molpadioides ditemukan terdampar di sepanjang pantai Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat pada Juli dan September 2021. Teripang ini diketahui menjadi salah satu makanan khas masyarakat pesisir Karimun. Spesies ini memiliki kemiripan dengan Paracaudina sp. yang termasuk ke dalam famili Caudinidae. Kandungan proksimat, mineral esensial dan cemaran logam berat belum pernah dilakukan pada A. molpadioides dari perairan Paloh. Nutrisi pada biota ini akan bervariasi pada tempat yang berbeda. Hal ini disebabkan adanya pengaruh lingkungan yang berbeda dari segi parameter fisika dan kimia. Analisis proksimat yang dilakukan adalah kadar air, abu, protein, dan lemak. Mineral esensial yang dianalisis dari sampel adalah zink (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe) dan mangan (Mn) dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Cemaran logam berat Pb dan Cd juga diukur dengan SSA. Kadar air, abu, lemak, dan protein dari A.
molpadioides adalah 36,23%; 7,61%; 0,004% dan 3,35% secara berurutan. Mineral esensial yang terdeteksi pada A. molpadioides adalah Zn (0,054 ppm), Fe (3,35 ppm) dan Mn (0,150). Cemaran logam berat Pb dan Cd tidak terdeteksi dari sampel A. molpadioides.
Kata kunci: Acaudina molpadioides, logam berat, mineral esensial, Paloh, proksimat
Abstract
Acaudina molpadioides was found along the coast of Paloh, Sambas Regency, West Kalimantan in July and September 2021. This sea cucumber known as one of the typical foods of the coastal community of Karimun. This species has similarities with Paracaudina sp. belonging to the Caudinidae family. Proximate content, essential minerals and heavy metal contamination have never been carried out on A. molpadioides from Paloh waters. Nutrition in this biota will varies in different places. It is due to different environmental influences in terms of physical and chemical parameters. Proximate analysis were carried out. They were content of water, ash, protein and fat.
The essential minerals analyzed from the samples were zinc (Zn), copper (Cu), iron (Fe) and manganese (Mn) using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Heavy metal contamination of Pb and Cd was also measured by AAS. Moisture, ash, fat and protein content of A. molpadioides were 36.23%; 7.61%; 0.004% and 3.35% respectively. The essential minerals detected in A.
molpadioides were Zn (0.054 ppm), Fe (3.35 ppm) and Mn (0.150). Heavy metal contamination of Pb and Cd was not detected from A. molpadioides samples.
Keywords: Acaudina molpadioides, heavy metals, essential minerals, Paloh, proximate
PENDAHULUAN
Paloh merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Sambas,
Kalimantan Barat. Wilayah Paloh memiliki panjang garis pantai sekitar 63 km atau 32%
dari total panjang pantai di Kabupaten Sambas [1]. Paloh kaya akan sumberdaya hayati laut
seperti ikan, udang, cumi-cumi, lobster, ubur- ubur, kerang mutiara [2], rumput laut dan teripang. Teripang ditemukan terdampar di sepanjang pantai Paloh pada bulan Juli dan September 2021. Teripang yang ditemukan adalah jenis Acaudina molpadioides (Gambar 1). Spesies ini memiliki kemiripan morfologi dengan Paracaudina sp. karena keduanya masuk ke dalam Famili Caudinidae, Ordo Molpadida dan kelas Holothuroidea [3].
Gambar 1. Teripang A. molpadioides yang ditemukan di perairan Paloh, Kabupaten Sambas
Acaudina sp. hidup di kawasan pesisir yang berlumpur [4]. Biota ini merupakan makanan khas masyarakat melayu di pesisir pantai di wilayah Kabupaten Karimun yang dikonsumsi dalam kondisi segar [5]. Acaudina sp. telah ditemukan di perairan Indonesia seperti di perairan Pantai Pelawan, Riau [4] dan perairan Delta Wulan, Jawa Tengah [6].
Spesies ini juga ditemukan di dermaga Xiangshan, China [7], perairan Pulau Langkawi, Kedah, Malaysia [8], pesisir pantai Peninsular Malaysia [9,10] dan hutan mangrove di Quezon, Palawan, Filipina [11].
Acaudina sp. adalah salah satu biota bentik yang berperan sebagai bioturbator pada ekosistem di sekitarnya. Teripang memakan sedimen, bahan-bahan organik, protozoa, mikroalga bentik dan detritus makroalga [12,13]. Dengan begitu, teripang memperoleh nutrien (nitrogen dan fosfor) dari laut dan dimetabolisme kembali menjadi senyawa nitrogen dan fosfor dan menjadi nutrien yang dapat dimanfaatkan oleh biota lainnya [14,15].
Selain itu, biota ini juga berperan dalam
meningkatkan kadar oksigen terlarut pada ekosistem bentik. Oleh karena itu, ekosistem akan menjadi tempat hidup yang baik untuk hewan bentik dan biota lainnya [6].
Semua jenis teripang telah dikembangkan di bidang farmaseutikal dan industri kosmetik [16]. Bagian tubuhnya telah dilaporkan mengandung bahan aktif yang memiliki bioaktivitas seperti antikanker, antiinflamasi, antimiroba, antioksidan [17].
Komposisi tubuhnya terdiri dari polisakarida, kolagen, asam amino mikosproin, saponin, vitamin, dan mineral [18]. Kandungan protein yang tinggi akan asam amino dan kadar lemak rendah serta mineral yang tinggi juga telah dilaporkan [19]. Penelitian tentang kandungan nutrisi dan mineral dari Acaudina sp. asal perairan Paloh, Sambas, Kalimantan Barat belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, kandungan nutrisi (protein, lemak, kadar air dan kadar abu) serta mineral (Zn, Cu, Fe, Mn) perlu dilakukan. Analisis cemaran logam berat Pb dan Cd pada biota ini juga perlu dilakukan untuk mengetahui keamanannya untuk dikonsumsi dan mengetahui apakah ada pencemaran logam berat yang terjadi pada perairan tersebut.
METODE
Pengambilan Sampel
Gambar 2. Lokasi pengambilan Acaudina molpadioides di perairan Paloh, Kabupaten Sambas
Sampel A. molpadioides sebanyak 5 kg diambil dari perairan Paloh, Kabupaten
Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 2) pada bulan Juli dan September. Sampel yang diambil dalam keadaan segar dan dimasukkan ke dalam plastik. Sampel disimpan dalam cooler box dan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisis.
Pengukuran Parameter Lingkungan
Pengukuran kondisi perairan tempat pengambilan sampel telah dilakukan pada 14 Juli 2021. Parameter lingkungan yang diukur adalah pH, salinitas, dan oksigen terlarut (DO).
pH perairan diukur dengan pH meter. Salinitas diukur dengan menggunakan Atago hand refraktometer. Oksigen terlarut diukur dengan menggunakan Water Quality Checker AZ 8603. Sampel air diambil dan dimasukkan ke dalam botol sampel dan dibawa dengan cooler box.
Analisis Proksimat
Analisis proksimat pada teripang dilakukan berdasarkan Association of Official Analytical Chemist [20]. Kadar air dilakukan dengan mengeringkan sampel menggunakan oven pada suhu 102-105oC dan dikeringkan hingga mencapai berat konstan. Kadar abu ditentukan dengan cara mengabukan 5 g sampel pada suhu 600oC selama 6 jam. Kadar lemak dianalisis dengan metode sokletasi dengan pelarut n-heksana. Protein ditentukan dengan metode Kjedahl dimana kuantitas protein dihitung dengan mengalikan kadar nitrogen dengan faktor konversi 6,25.
Pengujian Mineral Esensial dan Analisis Cemaran Logam Berat
Prinsip penetapan mineral adalah menghilangkan bahan-bahan organik pada sampel dengan pengabuan. Abu yang diperoleh dilarutkan dalam asam encer. Larutan kemudian dianalisis mikromineral dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
Pengujian mikromineral yang dilakukan meliputi Zn, Cu, Fe, Mn dan analisis cemaran logam berat Pb dan Cd. Penentuan kandungan mineral terbagi atas beberapa tahap, yaitu
destruksi, pembacaan absorbansi dan perhitungan kandungan mineral [20].
HASILDANPEMBAHASAN Kondisi Perairan
Pengukuran parameter lingkungan di perairan Paloh yang telah dilakukan adalah pH, salinitas dan oksigen terlarut (DO). Nilai pH perairan pada lokasi sampling adalah 8,72 dan nilai salinitas adalah 27,05‰. Salinitas lingkungan yang sesuai untuk teripang adalah 26-33‰ [21]. Teripang memiliki tingkat toleransi yang rendah terhadap perubahan salinitas. Hal ini disebabkan karena teripang merupakan organisme stenohaline dan osmoconforming [22,23]. Nilai DO perairan Paloh adalah 3,29 ppm. Oksigen terlarut di suatu perairan dibutuhkan oleh organisme untuk respirasi dan metabolisme. Oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.
Oleh karena itu, oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas, jika ketersediannya tidak mencukupi kebutuhan organisme, maka aktivitas organisme juga akan terhambat [24].
Hasil Analisis Proksimat
Analisis proksimat pada A.molpadioides adalah kadar air, abu, lemak dan protein (Tabel 1). Analisis ini dilakukan pada sampel yang telah dikeringkan terlebih dahulu. Hal ini akan mempengaruhi kadar air, abu, protein dan lemak yang berbeda signifikan jika dibandingkan dengan teripang segar bobot basah. Analisis proksimat pada berbagai teripang segar yaitu kadar air, abu, protein, dan lemak bervariasi dari 67,93-93,01%; 2,01- 7,86%; 3,40-8,86% dan 0,09-2,43% secara berurutan [17]. Kandungan nutrisi yang bervariasi dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berbeda [25], spesies, pola makan dan lokasi geografis [26], serta variasi musim [27].
Kadar air A. molpadioides adalah 36,23%. Kadar air teripang ini lebih rendah dibandingkan dengan jenis lainnya Holothuria arenicola (93,01%) [32], H. parva 67,92%
[30], Paracaudina australis (74,92%) [33].
Hal ini dikarenakan teripang A. molpadioides
yang dianalisis, dikeringkan terlebih dahulu sehingga kadar air yang terhitung adalah dari bobot keringnya. Kadar abu A. molpadioides adalah 7,61%. Kadar abu dari teripang jenis lainnya adalah H. scabra (7,38%) [28], Apostichopus japonicus (3,2%) [29], H. parva (32,74%) [30]. Kadar abu bervariasi tergantung pada deposit mineral dan bahan anorganik pada teripang [31].
Tabel 1. Hasil analisis proksimat daging teripang A. molpadioides
Kandungan nutrisi Hasil (%b/b)
Kadar air 36,23
Kadar abu 7,61
Kadar lemak 0,004
Kadar protein 3,35
Kadar protein dari teripang A.
molpadioides adalah 3,35%. Kandungan protein pada teripang jenis ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan Stichopus horrens (3,47%) [32], H. scabra (6,95%) [28], H. parva (2,43%) [30] dan P. australis (20,22%) [33].
Protein berperan dalam pembelahan sel, mengontrol reaksi biokimia dan meningkatkan sistem imun [33]. Kandungan asam amino penyusun protein dari A. molpadioides dengan kadar yang tinggi adalah asam aspartat, asam glutamat, glisin, alanin, treonin, serin, arginin, prolin, hidroksi prolin dan asam imino [7].
Kadar lemak A. molpadioides yaitu 0,004%. Persentase lemak sangat kecil jika dibandingkan dengan P. australis (1,42%) [33], H. mammata (0,09%) [27], dan H. parva (2,43%) [30]. Karakteristik utama dari sebagian besar teripang adalah kandungan lemak yang rendah [34]. Kandungan lemak yang bervariasi tergantung dari spesiesnya, makanan, pola makan, kondisi lingkungan dan aktivitas reproduksinya [29]. Asam lemak esensial yaitu EPA dan DHA telah dilaporkan sebagai penyusun lemak pada teripang H.
scabra [16].
Kandungan Mineral
Kandungan mineral yang dianalisis dari A. molpadioides perairan Paloh adalah Zink (Zn), Tembaga (Cu), Besi (Fe) dan Mangan (Mn) (Tabel 2). Mineral-mineral tersebut
merupakan mikromineral esensial yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit.
Mineral-mineral ini berperan pada proses metabolisme biota, akan tetapi apabila jumlahnya melebihi ambang batas maka akan bersifat toksik.
Kadar mineral Fe pada A. molpadioides dari perairan Paloh tertinggi dibandingkan mineral lainnya, yaitu 3,35 ppm. Kadar besi dari teripang jenis lain adalah 4,59 mg/100 g dari H. scabra [28] dan 3,921 mg/100 mg dari P. australis dari pantai Pelawan dan 2,89 mg/100g dan P. australis dari pantai Tanjung Melolo [35]. Perbedaan kandungan besi dari teripang tergantung dari waktu penangkapan, umur dan habitat [36]. Mineral besi berperan dalam proses transfer oksigen, respirasi, sintesis DNA, dan imun tubuh.
Tabel 2. Kandungan mineral esensial A.
molpadioides
Mineral esensial Hasil (ppm)
Zn 0,054
Cu < 0,050
Fe 3,35
Mn 0,150
Kandungan mineral zink dan mangan pada A. molpadioides rendah yaitu 0,054 dan 0,150 ppm secara berurutan. Mineral tembaga tidak terdeteksi saat analisis. Hal ini dikarenakan kadarnya pada sampel yang di bawah limit deteksi alat atau bahkan memang tidak terdeteksi. Parastichopus californicus telah dilaporkan mengandung zink, mangan dan tembaga yaitu 4,04; 4,36 dan 0,35 mg/100g secara berurutan [37]. Actinopyga banwarthi dari Marine Science Station di Laut Merah, Teluk Aqaba mengandung zink (55,35 µg/g), mangan (49,02 µg/g) dan tembaga (3,15 µg/g) [38]. Zink dibutuhkan untuk pertumbuhan, sintesis protein dan pembelahan sel.
Kekurangan mineral ini dapat menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat, mortalitas tinggi, dan nafsu makan hilang.
Cemaran logam berat pada teripang A.
molpadioides
Cemaran logam berat yang dianalisis pada sampel A. molpadioides adalah timbal
(Pb) dan kadmium (Cd). Namun, dari hasil analisis, kedua jenis logam berat ini memiliki kadar <0,050 ppm. Hal ini dikarenakan nilainya yang berada di bawah limit deteksi alat atau bahkan tidak terdeteksi. Berdasarkan hasil tersebut, sampel A. molpadioides dapat dikatakan tidak tercemar oleh logam timbal dan kadmium. Akumulasi logam berat pada tubuh organisme dipengaruhi oleh jenis biota, pola hidup dan faktor fisika-kimia perairan (pH, salinitas, suhu, oksigen dan konsentrasi nutrien) [ 38].
Tabel 3. Analisis cemaran logam berat pada A.
molpadioides
Logam berat Hasil (ppm)
Pb < 0,050
Cd < 0,050
KESIMPULAN
A. molpadioides dari perairan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat memiliki kadar air 36,23%, kadar abu 7,61%, kadar lemak 0,004% dan kadar protein 3,35%.
Sedangkan nilai mineral esensial yang terdeteksi yaitu Zn (0,054 ppm), Fe (3,35 ppm) dan Mn (0,150 ppm). Analisis cemaran logam berat pada A. molpadioides menunjukkan tidak terdeteksinya Pb dan Cd oleh SSA.
DAFTARPUSTAKA
[1] Sabahan dan Rossi, E. 2017. Zonasi Lanskap Ekowisata Pesisir Kecamatan Paloh Kalimantan Barat. J. Arsitektur Lansekap. 3:32-38.
[2] Nurjannah, S., Ghalyah, Y. 2020.
Pemberdayaan Ekonomi Nelayan Perbatasan di Desa Temajuk Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Dialektika: Jurnal Pemikiran Islam dan Ilmu Sosial.
13(1).
[3] O’Loughlin, P.M., Barmos, S., Spiegel, D.V. 2011. Paracaudinid Sea Cucumbers of Australia and New Zealand (Echinodermata:
Holothuroidea: Molpadida:
Caudinidae) Memoirs of Museum.
Victoria. 68:37–65.
[4] Putri, R.M.S., Amrizal, S.N. 2020.
Optimasi Formula Minuman Fungsional Serbuk Instan dari Brunok (Acaudina molpadioides) dengan metode pengeringan busa (Foam Mat Drying). Akuatikisle: Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 4(2): 73-78.
[5] Sapitri R, Putri R.M.S., Apriandi, A.
2017. Optimalisasi “Brunok”
(Acaudina molpadioises) sebagai minuman fungsional jelly drink [Skripsi]: Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.
[6] Widianingsih, W., Nuraeni, R.A.T., Hartati, R., Endrawati, H., Sugianto, D.N. and Mahendrajaya, R.T. 2021.
Water quality in the ecosystem of sea cucumber Acaudina sp. in the Delta Wulan Waters, Central of Java, Indonesia. In IOP Conference Series:
Earth and Environmental Science (Vol. 744, No. 1, p. 012097).
IOP Publishing.
[7] Li, J., Li, Y., Li, Y., Yang, Z., Jin, H.
2020. Physicochemical properties of collagen from Acaudina molpadioides and its protective effects against H2O2- induced injury in RAW264. 7 cells. Marine Drugs. 18(7): 370.
[8] Lew, A. L. Y., Mazlan, N., Anua, S.
M., Young, T. T. 2020. Screening of Pathogenic Bacteria From Sea Cucumber Acaudina molpadioides in Pulau Langkawi, Kedah. Malaysian Journal of Medicine and Health Sciences. 16(3).
[9] O’Loughlin, M., Ong, J.Y. 2015. New tropical caudinid and synaptid sea cucumbers from Johor Straits (Echinodermata: Holothuroidea). The Raffles Bulletin of Zoology, Supplement. 31:292–302.
[10] Ong, J.Y., Wong, H. 2015 Sea cucumbers (Echinodermata:
Holothuroidea) from the Johor Straits, Singapore. The Raffles Bulletin of Zoology, Supplement. 31:273–291.
[11] Jontila, J. B. S., Balisco, R. A. T., &
Matillano, J. A. 2014. The Sea
cucumbers (Holothuroidea) of Palawan, Philippines. Aquaculture, Aquarium, Conservation &
Legislation. 7(3):194-206.
[12] Gao, Q.F., Wang, Y., Dong, S., Sun, Z., Wang, F. 2011. Absorption of different food sources by sea cucumber Apostichopus japonicus (Selenka) (Echinodermata: Holothuroidea):
evidence from carbon stable isotope.
Aquaculture. 319:272–6.
[13] Yang, H., Zhou, Y., Zhang, T., Yuan, X., Li, X., Liu, Y., Zhang, F. 2006.
Metabolic characteristics of sea cucumber Apostichopus japonicus (Selenka) during aestivation. J Exp Mar Biol Ecol. 330:505–10.
[14] Purcell, S., Conand, C., Uthicke, S., Byrne, M. 2016. Ecological roles of exploited sea cucumbers. Oceanogr Mar Biol. 54:367–386.
[15] Li, J., Dong, S., Gao, Q., Wang, F., Tian, X., Zhang, S. 2013. Total organic carbon budget of integrated aquaculture system of sea cucumber Apostichopus japonicus, jellyfish Rhopilema esculenta and shrimp Fenneropenaeus chinensis. Aquacult Res. 45(11):1825–1831.
[16] Ridhowati, S., Asnani. 2015. Profil asam amino dan asam lemak pada teripang pasir (Holothuria scabra) olahan Belitung. Jurnal Matematika Sains dan Teknologi. 16(2): 71-78.
[17] Rasyid, A., Yasman, Y., Putra, M.Y.
2021. Current Prospects of Nutraceutical and Pharmaceutical Use of Sea Cucumbers. Pharmacia. 68(3):
561-572.
[18] Siahaan, E.A., Pangestuti, R., Munandar, H., Kimi, S.K. 2017.
Cosmeceuticals properties of sea cucumbers: Prospects and trends.
Cosmetics. 4(26): 1–12.
[19] Ceesay, A., Shamsudin, M.N., Paiko, M.A., Ismail, I.S., Nazarudin, M.F., Alipiah, N.M. 2019. Extraction and Characterization of Organ Components of the Malaysian Sea Cucumber Holothuria leucospilota Yielded Bioactives Exhibiting Diverse
Properties. Biomed Research International.
[20] Association of Official Analytical Chemist. 2016. Official Methods of Analysis of AOAC International. In Horwitz, W.(Ed.) Latimer, G.W.
(Eds.). AOAC, Ed. 18. Maryland USA: AOAC International.
[21] Al Rashdi, K. M., Eeckhaut, I., Claereboudt, M. R. , 2013. A Manual on Hatchery of Sea Cucumber Holothuria scabra in the Sultanate of Oman. Ministry of Agriculture and Fisheries Wealth Directorate General of Fisheries Research Aquaculture Center.
[22] Hu, M, Li, Q, Li, L. 2010. Effect of salinity and temperature on salinity tolerance of the sea cucumber Apostichopus japonicus. Fish Sci.
76:267–273
[23] Sembiring, S.B.M., Wibawa, G.S., Hutapea, J.H.D, Giri INA. 2019.
Effect of salinity on the survival, growth and immunity rate of juvenile sea cucumbers (Holothuria scabra).
Biotropia. 26(3):163–171.
doi:10.11598/btb.2019.26.3.1041 [24] Ernawati, N.M., Dewi, A. P. W. K.
2016. Kajian Kesesuaian Kulaitas Air Untuk Pengembangan Keramba Jaring Apung di Pulau Serangan, Bali.
Ecotrophic. 10(1):75-80.
[25] Liu, Z., Oliveira, A. C. and Su, Y. C.
2010. Purification and characterization of pepsin-solubilized collagen from skin and connective tissue of Giant red sea cucumber (Parastichopus californicus). Journal of Agricultural and Food Chemistry 58:1270–1274.
[26] Oh, G.W., Ko, S.C., Lee, D.H., He, S.J., Jung, W.K. 2017. Biological activities and biomedical potential of sea cucumber (Stichopus japonicus): a Review. Fisheries and Aquatic Sciences. 20: e28.
[27] Aydin, M., Sevgili, H., Turan, B., Emre, Y., Kose, S. 2011. Proximate composition and fatty acid profile of three different fresh and dried commercial sea cucumber from
Turkey. International Journal of Food Sciences and Technology. 46: 500–
508.
[28] Ardiansyah, A., Rasyid, A., Siahaan, E.A., Pangestuti, R., Murniasih, T.
2020. Nutritional value and heavy
metal content of sea
cucumber Holothuria scabra commer cially harvested in Indonesia. Current Research in Nutrition and Food Science. 8(3): 765–773.
[29] Lee, M.H., Kim, Y.K., Moon, H.S., Kim, K.D., Kim, G.G., Guo, H.A., Yoon, N.Y., Sim. K.B., Park, H.Y., Lee, D.S., Lim, C.W., Yoon, H.D., Han, S.K. 2012. Comparison of proximate composition and nutritional profile of red and black sea cucumbers (Apostichopus japonicas) from Ulleungdo (Island) and Dokdo (Island), Korea. Food Science and Biotechnology. 2(15): 1285–1291.
[30] Salarzadeh, N., Afkhami, M., Bastami, K.D., Ehsanpour, M., Khazaali, A., Mokhleei, A. 2012. Proximate composition of two sea cucumber species Holothuria parva and Holothu ria arenicola in Persian Gulf. Annals of Biological Research. 3(3): 1305–
1311.
[31] Al Azad, S., Shaleh, S.R.M., Siddique, S. 2017. Composition of fatty acid and approximate composition between Holothuria edulis and Holoth uria scabra collected from coastal water of Sabah, Malaysia. Advances in Biosciences and Biotechnology. 8: 91–
103.
[32] Barzkar, N., Feriman, G.A., Taheri, A.
2017. Proximate composition and mineral content in the body wall of two species of sea cucumbers from Oman Sea. Environmental Sciences and Pollution Research. 24: 18907–
18911.
[33] Widianingsih, Zaenuri, M., Anggoro, S., Kusumaningrum, H.P.S. 2016.
Nutritional Value of Sea Cucumber [Paracaudina australis (Semper, 1868)], International Symposium on Aquatic Products Processing and Health (ISAPPROSH). Aquatic Procedia. 7 : 271-276
[34] Tayoma, Y., Tagaki., T. 1995. Sterols and Other Unsaponifiable Substances in Lipid of Shellfish, Crustacean and Echinoderms XV. Occurrence of a Cholesterol as a Sterol Components of Starfish Asterias Amurensis Lutken.
Bull Chem Soc Jap.
[35] Syah, M., Putri, R.M.S. and Pratama, G., 2019. Characteristics of Paracaudina australis Vitamin and Minerals from Pelawan and Tanjung Melolo Beach, Karimun, Riau Islands. Marinade, 2(01), pp.39-52.
[36] Laurenco, H.M., Anacleto, P., Afonso, C., Ferraria, V., Martins, M.F., Carvalho, M.L., Lino, A.R., Nunes, M.L. 2009. Elemental Composition of Cephalopods From Portuguese Continental Waters. Jurnal Food Chemistry. 113(4):1146- 1153.
[37] Bechtel, P.J., Oliveira, A.C.M., Demir, N., Smiley, S. 2013. Chemical composition of the giant sea cucumber, Parastichopus californicus , commercially harvested in Alaska. Food Science &
Nutrition. 1(1): 63–73.
[38] Al-Najjar, T., Alshabi, M., Wahsha, M., Abu-Hilal, A. 2018. Trace metals concentration of Sea Cucumber (Actinophyga bannwarth and Holothuria impatiens) from the Red Sea, Gulf of Aqaba. Fresenius Environmental Bulletin, 27, 3740- 3745.