• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM dc4229a1c5 BAB IIIBAB III Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya untuk Kab.Halut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM dc4229a1c5 BAB IIIBAB III Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya untuk Kab.Halut"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 1

ARAHAN STRATEGIS NASIONAL

BIDANG CIPTA KARYA UNTUK

KABUPATEN/KOTA

3.1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang

dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional, d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan

antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor, e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

(2)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 2

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:

i. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional, ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:

i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:

i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,

ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,

iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: i. Pertahanan dan keamanan,

a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,

b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan

c) peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

d) merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang

(3)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 3

a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,

c) memiliki potensi ekspor,

d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

f) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. iii. Sosial dan budaya

a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,

b) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa,

c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,

d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional, e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional. iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

a) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

b) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional,

c) pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir d) memiliki sumber daya alam strategis nasional

e) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa f) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau g) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

a) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, b) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

c) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau

d) diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan, e) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun

berpeluang

f) menimbulkan kerugian negara,

g) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro h) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup i) rawan bencana alam nasional

(4)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 4

Tabel 3.1 Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun

2008 tentang RTRWN

NO PROVINSI PKN PKW (1) (2) (3) (4)

1 Nanggroe Aceh Darussalam Lhokseumawe Sabang, Banda Aceh, Takengon, Meulaboh

2 Sumatera Utara

Kawasan Perkotaan Medan-Binjai-Deli

Serdang-Karo (Mebidangro)

Tebingtinggi, Sidikalang, pematang Siantar, Balige, Rantau Prapat, Kisaran, Gunung Balige, Padang

Sidempuan, Sibolga

3 Sumatera Barat Padang

Pariaman, Sawahlunto, Muarasiberut, Bukittinggi, Solok

4 Riau Pekanbaru, Dumai

Bangkinang, Teluk Kuantan, Bengkalis, Bagan Siapiapi, Tembilahan, Rengat, Pangkalan Kerinci, Pasir Pangarayan, Siak Sri Indrapura

5 Kepulauan Riau Batam

Tanjung Pinang, Terempa, Daik Lingga, Dabo – Pulau Singkep, Tanjung Balai Karimun

6 Jambi Jambi

Kuala Tungkal, Sarolangun, Muarabungo, Muara Bulian

7 Sumatera Selatan Palembang

Muara Enim, Kayuagung, Baturaja,

Prabumulih, Lubuk Linggau, Sekayu, Lahat

8 Bengkulu Bengkulu, Manna,

Muko-Muko, Curup

9 Bangka Belitung

Pangkal Pinang, Muntok, Tanjung Pandan, Manggar

10 Lampung Bandar Lampung Metro, Kalianda,

(5)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 5 Kotabumi, Kota Agung

11 DKI Jakarta –Jawa Barat-Banten

Kawasan Perkotaan Jabodetabek

12 Banten Serang, Cilegon Pandeglang,

Rangkas Bitung

13 Jawa Barat

Kawasan Perkotaan Bandung Raya, Cirebon

Surakarta, Kawasan Perkotaan Semarang- Kendal-Demak- Ungaran-Purwodadi (Kedungsepur), Cilacap

Boyolali, Klaten, Salatiga, Tegal, Pekalongan, Kudus, Cepu, Magelang, Wonosobo, Kebumen, Purwokerto 15 Daerah Istimewa Yogyakarta Yogyakarta Bantul, Sleman

16 Jawa Timur

Kawasan Perkotaan (Gerbangkertosusila), Malang

Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, Pacitan

17 Bali

Kawasan Perkotaan Denpasar-Bangli-

18 Nusa Tenggara Barat Mataram Praya, Raya,

Sumbawa Besar

19 Nusa Tenggara Timur Kupang

Soe, Kefamenanu, Ende, Maumere, Waingapu, Ruteng, Labuan Bajo

20 Kalimantan Barat Pontianak

Mempawah, Singkawang, Sambas, Ketapang, Putussibau,

Entikong, Sanggau, Sintang

21 Kalimantan Tengah Palangkaraya

Kuala Kapuas, Pangkalan Bun, Buntok,

(6)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 6 22 Kalimantan Selatan Banjarmasin

Amuntai, Martapura, Marabahan, Kotabaru

23 Kalimantan Timur

Kawasan Perkotaan Balikpapan-

Tenggarong-

Samarinda-Bontang, Tarakan

Tanjung Redeb, Sangata, Nunukan, Tanjung Selor, Malinau, Tanlumbis, Tanah Grogot, Sendawar

24 Gorontalo Gorontalo Isimu, Kuandang,

Tilamuta

25 Sulawesi Utara Kawasan Perkotaan Manado-Bitung

Tomohon, Tondano, Kotamobagu

26 Sulawesi Tengah Palu

Poso, Luwuk, Buol, Kolonedale, Tolitoli, Donggala

27 Sulawesi Selatan

Kawasan Perkotaan Makassar-

Sungguminasa- Takalar-Maros (Maminasata)

Pangkajene, Jeneponto, Palopo, Watampone, Bulukumba, Barru, Parepare

28 Sulawesi Barat Mamuju, Majene,

Pasangkayu

29 Sulawesi Tenggara Kendari

Unaaha, Lasolo, Bau-Bau, Raha, kolaka

30 Maluku Ambon

Masohi, Werinama, Kairatu, Tual, Namlea, Wahai, Bula,

31 Maluku Utara Ternate Tidore, Tobelo,

Labuha, Sanana

32 Papua Barat Sorong

Fak-Fak, Manokwari, Ayamaru

33 Papua Jayapura, Timika

(7)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 7

Tabel 3.2 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

NO PUSAT KEGIATAN STRATEGIS

NASIONAL STATUS PROVINSI (1) (2) (3) (4) / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Riau

3 Kota Batam

I / A/ 1 :

Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Kep. Riau

4 Ranai (Ibukota Kab. Natuna)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Kep. Riau

5 Atambua (Ibukota Kab. Belu)

I / A/ 1 :

Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Nusa Tenggara Timur

6 Kalabahi (Ibukota Kab. Alor)

II / A/ 2 :

7 Kefamenanu (Ibukota Kab. Timor Tengah Utara)

I / A / 2 :

9 Jagoi Babang (Kab. Bengkayang)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Kalimantan Barat

10 Nangabadau (Kab. Kapuas Hulu)

I / A / 2 : / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

13 Nunukan (Ibukota Kab. Nunukan)

I / A/ 1 :

Pengembangan / Peningkatan Fungsi

(8)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 8 Baru (Tahap I)

15 Long Midang (Kab. Nunukan)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Kalimantan Timur

16 Long Pahangai (kab. Kutai Barat)

II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Kalimantan Timur

17 Long Nawan (Kab. Malinau)

II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Kalimantan Timur

18 Melonguane (ibukota Kab. Talaud)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Sulawesi Utara

19 Tahuna (ibukota Kab. Kep. Sangihe)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Sulawesi Utara

20 Saumlaki (Kab. Maluku Tenggara Barat)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Maluku

21 Ilwaki (Kab. Maluku Barat Daya)

II / A/ 2 :

23 Daruba (Kab. Pulau Morotai)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Maluku Utara

24 Kota Jayapura

I / A/ 1 :

Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Papua

25

Kota Tanah Merah (Ibukota Kab. Tanah Merah)

I / A/ 1 :

Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

Papua

26 Kota Merauke (Ibukota Kab. Merauke)

I / A/ 1 :

Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I)

(9)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 9

Tabel 3.3 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

NO

KABUPATEN *) PROVINSI

STATUS HUKUM (1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Kawasan Industri

Lhokseumawe Ekonomi

Kota Pelabuhan Bebas Sabang

Ekonomi Kota Sabang

Nanggroe Ekonomi Terpadu Banda Aceh Darussalam

Ekonomi Kota Banda Aceh

Nanggroe Aceh Darussalam

4 Kawasan

Ekosistem Leuser

Lingkungan Hidup

13 Kabupaten (Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Subulussalam, Aceh

Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Perbatasan Laut RI termasuk 2 pulau kecil terluar (Pulau Rondo dan Berhala) dengan negara India /

Kota Sabang

Nanggroe

Perkotaan Medan – Binjai – Deli Serdang – Karo (Mebidangro)

Ekonomi

Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo

Sumatera Utara

(10)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 10 Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo

7

Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya

Lingkungan Hidup

Kab. Samosir, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Kab. Pakpak Barat

Sumatera Utara

8

Kawasan Stasiun Pengamat

Kab. Agam Sumatera Barat

9

Kawasan Hutan Lindung Bukit Batabuh

Lingkungan Hidup

Kab. Kuantan Singingi dan Kab. Indragiri Hulu

Riau

10 Kawasan Hutan Lindung Mahato

Lingkungan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul,

Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Batu Mandi, Iyu Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampong, Batu Berhanti, dan Nongsa) dengan negara Malaysia /

Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi

Kab. Bintan, Kab. Natuna, Kab. Kep. Anambas, Kab. Karimun, Kota Batam

(11)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 11 Vietnam /

Singapura

12

Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun

Ekonomi

Kab. Bintan, Kab. Natuna, Kab. Karimun, Kota Batam

Kepulauan Riau

Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun

13

Kawasan

Lingkungan Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat

Lingkungan Hidup

Kab. Kerinci, Kota Padang, Kab. Lubuk Linggau, Kab. Rejang Nasional Berbak

Lingkungan Hidup

Kab. Muaro

Jambi Jambi

15

Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh

Lingkungan Hidup

Kab. Indragiri Hulu, Kab. Indragiri Hilir, Kab. Tanjung Jabung Barat, Kab. Tebo

Jambi dan Riau

16

Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas

Sunda Ekonomi

Kota Serang, Kota Bandar Lampung

Lampung dan Banten

Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembang an Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda

18

Kawasan Instalasi Lingkungan dan Cuaca

Kota Jakarta

Pusat DKI Jakarta

19

Kawasan Fasilitas Pengolahan Data dan Satelit

Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi

(12)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 12 20

Kawasan Perkotaan Jabodetabek- Punjur termasuk Kepulauan Seribu

Ekonomi

Kota Jakarta (Utara,

Selatan, Barat, Timur, Pusat), Kota Bogor, Kab. Bogor, Kota Depok, Kota Selatan, Kota Bekasi, Kab. Bekasi, Kab. Cianjur

DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat

21

Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung

Ekonomi Kota Bandung,

Kab. Bandung Jawa Barat

22

Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket Pamengpeuk

Kawasan Stasiun Pengamat

Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Tanjung Sari

Penggunaan

Sumedang Jawa Barat

25 Kawasan Stasiun Telecomand

Jawa Barat

26

Kawasan Stasiun Bumi Penerima Satelit Mikro

Penggunaan

Pangandaran Jawa Barat

27

Kawasan Pangandaran – Kalipuncang – Segara Anakan –

Lingkungan Hidup

Kab.

Pangancaran, Kab. Ciamis, Kab. Cilacap

(13)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 13 Nusakambangan

(Pacangsanak)

28

Kawasan

Perkotaan Kendal – Demak – Ungaran – Salatiga – Semarang - Purwodadi (Kedung Sepur)

Ekonomi

Kab. Kendal, Kab. Demak, Kab.

Semarang, Kota Salatiga, Kota Borobudur dan Sekitarnya

Kab. Klaten, Kab. Sleman

Jawa Tengah

31

Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi

Lingkungan Hidup

Kab. Sleman, Kota

Yogyakarta, Kab. Klaten, Kab. Boyolali, Kab.

Magelang

Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta

32

Kawasan

Perkotaan Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya –

Kab. Gresik, Kab. Kab. Sidoarjo, Kab.

Lamongan

Jawa Timur

33

Kawasan Stasiun Pengamat

Kab. Pasuruan Jawa Timur

34

Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon

Lingkungan Hidup

Kab.

Pandeglang Banten

35

Kawasan Perkotaan Denpasar – Badung – Gianyar - Tabanan

(Sarbagita)

Ekonomi

Kota Denpasar, Kab. Badung, Kab. Gianyar, Kab. Tabanan

Bali

(14)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 14 Gianyar, dan Tabanan

36

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bima Nasional Komodo

Lingkungan

38 Kawasan Gunung Rinjani

Lingkungan Hidup

Kab. Lombok Utara, Kab. Lombok Tengah, Kab. Lombok Timur

Nusa Ekonomi Terpadu Mbay

Ekonomi Kab. Ngada

Nusa Tenggara Timur

40

Kawasan

Perbatasan Darat RI dengan negara Timor Leste

Pertahanan dan

Keamanan

Kab. Kupang, Kab. Timor Tengah Utara, Kab. Belu Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar (Pulau Alor, Batek, Dana, Ndana, dan Mangudu) dengan negara Timor Leste/Australia

Pertahanan dan

Keamanan

Kab. Kupang, Kab. Timor Tengah Utara, Kab. Belu Ekonomi Terpadu Khatulistiwa

Ekonomi Kab. Sanggau Kalimantan Barat

43

Kawasan Stasiun Pengamat

Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun

Lingkungan Hidup

Kab. Kapuas Hulu

Kalimantan Barat

45

Kawasan

Perbatasan Darat RI dan Jantung Kalimantan (Heart of Borneo)

Pertahanan dan

Keamanan

Kab. Sambas, Kab. Kapuas Hulu, Kab.

(15)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 15 Pengembangan

Ekonomi Terpadu Daerah Aliran Sungai Kahayan Kapuas dan Barito

Palangkaraya, Kab. Pulang Pisau, Kab. Kapuas, Kab. Barito Selatan

Tengah

47

Kawasan Taman Nasional Tanjung Putting

Lingkungan Hidup

Kab.

Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan Ekonomi Terpadu Batulicin Ekonomi Terpadu Samarinda, Sanga-Sanga, Muara Jawa, dan Balikpapan Perbatasan Laut RI termasuk 18 pulau kecil terluar (Pulau Sebatik, Gosong Makasar, Maratua, Sambit, Lingian, Salando, Dolangan, Bangkit, Mantewaru, Makalehi,

Kawalusu, Kawio, Marore, Batu Bawaikang, Miangas,

Marampit, Intata, dan Kakarutan) dengan negara Malaysia dan Philipina

Pertahanan dan

Keamanan

Kab. Nunukan, Kab. Berau, Kab. Tolitoli, Kab. Boolang Mongondow Utara, Kab. Kep. Sitaro, Kab. Kep. Sangihe, Kab. Sangihe Talaud, Kab. Kep. Talaud

Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara)

51

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Manado – Bitung

Ekonomi Kota Manado, Kota Bitung

Sulawesi Utara

52

Kawasan Konservasi dan Wisata Daerah Aliran Sungai Tondano Utara, Kota Tomohon,

(16)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 16 Kota Manado

53

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batui

Ekonomi Kab. Banggai Kab. Banggai

54 Kawasan Poso

dan Sekitarnya Sosial Budaya Kab. Poso

Sulawesi Tengah

55

Kawasan Kritis Lingkungan

Kawasan Kritis Lingkungan Buol - Lambunu – Sungguminasa – Takalar 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Ekonomi Terpadu Parepare

59 Kawasan Toraja

dan Sekitarnya Sosial Budaya

Kab. Tana Toraja, Kab. Toraja Utara

Sulawesi Selatan

60

Kawasan Stasiun Bumi Sumber Alam Parepare

Penggunaan

61 Kawasan Soroako

dan Sekitarnya Sosial Budaya Kab. Luwu

Sulawesi Selatan

62

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Buton, Kolaka, dan Kendari

Ekonomi

Kab. Buton, Kab. Kolaka, Kota Kendari

Sulawesi Tenggara

(17)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 17 Nasional Rawa

Aopa - Watumohai dan Rawa Tinondo

Hidup Kab. Kolaka, Ekonomi Terpadu Seram

Ekonomi

Pulau Seram Kab. Maluku Tengah

Maluku

65 Kawasan Laut

Banda Sosial Budaya

Kab. Maluku

Tengah Maluku

66

Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Ararkula, Karaweira, Panambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan, Karang, Enu, Batu Goyang, Larat, Asutubun, Selaru, Batarkusu, Masela,

Miatimiarang, Leti, Kisar, Wetar, Liran, Kolepon, dan Laag) dengan negara Timor Leste/Australia

Pertahanan dan

Keamanan

Prov. Maluku: Kab. Maluku tenggara, Kota Tual, Kab. Kep. Aru, Kab. Maluku Tenggara Barat, Kab. Maluku Barat Daya, Prov. Papua: Kab. Merauke

Maluku dan Papua

67

Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 8 pulau kecil terluar (Pulau Jiew, Budd, Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondi, dan Liki) dengan negara Palau

Pertahanan dan

Keamanan

Kab. Halmahera, Kab. Sorong, Kab. Biak Numfor, Kab. Jayapura Hayati Raja Ampat

Lingkungan Ekonomi Terpadu Biak

Ekonomi Kab. Biak

Numfor Papua

70

(18)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 18 Lingkungan Teknologi

Tinggi

71

Kawasan Stasiun Telemetry Tracking and Command Wahana Peluncur Satelit

72 Kawasan Timika Sosial Budaya Kab. Mimika Papua

73 Kawasan Taman Nasional Lorentz

Lingkungan Hidup

Kab. Mimika, Kab. Asmat, Puncak Jaya, Kab. Puncak, Kab. Paniai

Papua

74

Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Teluk Bintuni

Lingkungan Hidup

Kab. Tel.

Bintuni Papua

75

Kawasan

Perbatasan Darat RI dengan negara Papua Nugini

Pertahanan dan

Keamanan

Kota Jayapura, Kab. Keerom, Kab.

Pegunungan Bintang, Kab. Boven Digoel, Kab. Merauke

Papua

76

Kawasan Perbatasan Negara termasuk 19 pulau kecil terluar (Pulau Simeulucut, Salaut Besar, Raya, Rusa, Benggala, Simuk, Wunga, Sibarubaru, Sinyaunyau, Enggano, Mega, Batu Kecil, Deli, Manuk, Nusa Kambangan, Barung, Sekel,

Pertahanan dan

Keamanan

(19)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 19 Panehan, dan

Sophialouisa) yang berhadapan dengan laut lepas

Tanggamus, Prov. Banten: Kab.

Pandeglang, Prov. Jabar: Kab.

Tasikmalaya, Prov. Jateng: Kab. Cilacap, Prov. Jatim: Kab. Jember, Kab. Trenggalek, Prov. NTB: Kab. Lombok Barat

Barat

Ket: *) Penentuan kabupaten/kota yang menjadi wilayah delineasi KSN masih dapat berubah sebelum Perpres RTRW KSN ditetapkan.

3.1.2 RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPI2-JM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN. b. Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa:

i. Ekonomi

ii. Lingkungan Hidup iii. Sosial Budaya

iv. Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi v. Pertahanan dan Keamanan

c. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: i. Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan

c) RTH.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

iii. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut:

a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;

(20)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 20

c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar;

d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo;

e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda;

f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun.

3.1.3 Arahan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:

a. Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi; b. Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan; c. Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera; d. Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali.

3.1.4 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: i. Arahan pengembangan pola ruang:

(21)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 21

Tabel 3.4

Pola Ruang Provinsi Maluku Utara

No POLA RUANG LUAS HA

1 Hutan Lindung 823798.8371

2 Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata 45841.10175 3 Hutan Produksi Terbatas 710137.0029

4 Hutan Produksi 353317.1267

5 Hutan Produksi Konversi 962248.1681

6 Perkebunan 345948.6431

7 Pertanian Lahan Kering 279228.529

8 Pertanian Lahan Basah 111256.7206

9 Permukiman 14422.21634

Sumber : RTRW Propinsi Maluku Utara 2007-2027

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya  Kawasan Lindung

Berdasarkan hasil Analisa dapat diketahui bahwa luas total Kawasan Lindung di Provinsi Maluku Utara hanya sekitar 20 persen. Angka ini masih kurang dibandingkan dengan luas minimum Kawasan Lindung yang hendaknya dimiliki suatu wilayah pengembangan (luas minimum 30 persen). Perbandingan menurut Kota dan Kabupaten menunjukkan bahwa Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Timur memiliki potensi Kawasan Lindung yang sesuai dengan luas minimum yang disyaratkan. Sementara itu, Kawasan Lindung di Kabupaten Halmahera Tengah dan Halmahera Barat relatif paling sempit (8-11 persen). Berdasarkan hasil analisa diketahui Kawasan Lindung yang terdapat di Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut:

1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya (yang dalam hal ini terdiri dari hutan lindung), tersebar di hampir seluruh pulau dengan luas 799.629,6 Ha atau sekitar 21,9 % dari total luas daratan. Sebaran hutan lindung ini mayoritas tersebar di Pulau Halmahera Utara, Pulau Bacan, Pulau Mangoledan Pulau Taliabu (tersebar di seluruh kabupaten);

2) Kawasan perlindungan setempat berlokasi di sepanjang pantai seluruh pulau, sekitar danau dan sungai;

3) Kawasan suaka alam yang terdiri atas beberapa jenis, baik di daratan maupun di wilayah perairan laut. Lokasinya adalah sebagai berikut:

a) Taman Nasional Aketajawe, Kota Tidore Kepulauan, GP-1 (RTRWN); b) Cagar Alam Lolobata, Halmahera Timur, GP-5 (RTRWN);

c) Cagar Alam Wayabula di Pulau Morotai (diusulkan), GP-4;

d) Suaka Margasatwa Gamkonora yang terdapat di Kecamatan Sahu/Ibu (diusulkan), GP-2;

e) Cagar Alam Saketa di Pulau Halmahera bagian selatan, GP-6; f) Cagar Alam Gunung Sibela di Pulau Bacan, GP-6 (RTRWN); g) Cagar Alam Pulau Obi, GP-6 (RTRWN);

(22)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 22

j) Cagar Alam Taliabu di Pulau Taliabu, GP-8 (RTRWN);

k) Cagar Alam Pulau Seho di Pulau Seho, Taliabu Barat, GP-8 (RTRWN); l) Cagar Alam Taman Laut di Tobelo (diusulkan), GP-3;

m) Cagar Alam Taman Laut di Gane Timur (diusulkan), GP-6.

(23)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 23

(24)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 24

 Kawasan Budidaya

Secara umum kondisi luasan areal dan produksi komoditas pertanian dan non pertanian, dapat dijelaskan sebagai berikut:

(a) Tanaman Pangan

Tanaman pangan yang diusahakan oleh masyarakat di Provinsi Maluku Utara adalah Padi, jagung, kedelai seluas 16.253 Ha dengan kemampuan produksi 2 - 4 Ton gabah kering/ha (sekitar 1.8 Ton beras/Ha). Tegalan yang sering digunakan untuk penanaman jagung, ubi kayu,ubu jalar, kacang tanah dan lain-lain, seluas ± 15.600 Ha dengan kemampuan produksi umbi 6 – 10 ton/Ha.

(b) Hortikultura

Buah-buahan yang banyak diusahakan adalah Durian, rambutan, mangga, jeruk, langsat, duku, manggis, nangka, alpukat, pepaya, jambu, nenas, salak, semangka, sukun, pisang, dan lain-lain dengan luasan ±14.115 Ha. Sedangkan sayur-sayuran yang banyak diusahakan antara lain, kangkung, bayam, terong, cabe, tomat, ketimun, sawi, kacang panjang, buncis dan lain-lain dengan luas lahan sebesar ± 1.406 Ha.

(c) Perkebunan

Jenis tanaman perkebunan yang diusahakan adalah Kelapa, pala, cengkeh, kakao, kopi, jambu mete, kayu manis, vanili, dan lain-lain dengan luasan ± 246.322 Ha.

(d) Peternakan

Populasi ternak yang dominan di Maluku Utara adalah kambing dan sapi yang tersebar hampir merata di Kabupaten/ Kota. Khusus mengenai ternak sapi terdapat potensi di Halmahera Timur, sedangkan ternak kambing potensial di Halmahera Selatan dan Halmahera Tengah. Tidak terdapat kawasan yang secara spesifik diarahkan khusus sebagai daerah peternakan skala besar. Namun pemanfaatan ruang kegiatan peternakan pada dasarnya mengacu pada potensi yang sudah berkembang dan mengacu pada tata ruang daerah Kota atau Kabupaten yang bersangkutan.

(e) Hutan Produksi

(25)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 25

bahwa potensi kayu dan kayu olahan dari hasil hutan menunjukkan angka yang cukup besar, apabila dianggap sebagai pendukung sumber daya ekonomi. Selain produksi kayu, di kawasan hutan juga menghasilkan rotan yang cukup besar pula, dimana pada tahun 2005 telah dihasilkan rotan sebesar 114,92 Ton.

Dengan demikian maka strategi pengembangan hutan produksi adalah realistis mengingat besarnya angka produktifikas yang dihasilkan. Namun demikian, dalam strategi pengembangannya, perlu dikaitkan dengan program gerakan reboisasi agar tersedia kecukupan penghijauan bagi pembangunan secara berkesinambungan.

(f) Pertambangan

Lokasi atau Kawasan pertambangan, terdapat cukup banyak dan tersebar di Maluku Utara dengan berbagai ragam jenis tambang. Namun yang terpenting bahwa pengembangan lokas pertambangan tidak merubah fungsi hutan lindung atau kawasan lindung. Pengembangan secara lebih luas mengenai pertambangan tetap mengacu pada peraturan perundanganan mengenai kegiatan pertambangan secara nasional. Pemanfaatan lahan untuk pertambangan adalah pada tatanan kawasan budidaya yang non produktif dibagian permukaan tanah, sehingga memberikan manfaat lain pada kondisi tanah yang sebelumnya dianggap non produktif.

(g) Permukiman

Kawasan pemukiman dalam struktur tatanan ruang adalah kawasan pemukiman perkotaan atau perdesaan. Sedangkan dalam wujud pengembangannya adalah dapat berupa permukiman tertentu menurut fungsi pemakainya, seperti permukiman transmigrasi, permukiman nelayan, permukiman pegawai, dan lain lain. Dalam hal pengembanga pemukiman, diarahkan untuk menempati lahan yang ditujukan sebagai lahan fungsi budidaya dengan kelerengan yang tidak sampai melebihi 25%. Alokasi ruang pemukiman adalah pada unit-unit satuan pedesaan atau perkotaan, karena pada hakekatnya penempatan ruang pemukiman adalah sebagai inti kegiatan kehidupan pedesaan dan perkotaan. Selain itu, pengembangan permukiman perlu disinergikan dengan keadaan infrastruktur seperti jaringan jalan, air bersih, listrik dan telekomunikasi. Rencana Tata Ruang baik di tingkat Kota dan Kabupaten pada dasarnya sudah menempatkan fungsi kota atau desa menurut ordenya masing-masing, dimana dalam ruang kota dan desa tersebut terdapat ruang kegiatan permukiman.

(h) Pariwisata

(26)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 26

pengembangan obyek wisata yang tersebar di sejumlah kawasan dikaitkan atau diintegrasikan dengan program pengendalian ruang kawasan lindung.

(i) Industri

Pengembangan industri di Maluku Utara, dapat berupa industri berat maupun ringan dan dapat berada di suatu kawasan khusus industri, dengan persyaratan tetap di kawasan budidaya. Persyaratan lokasi kawasan industri telah diatur menurut ketentuan yang ada baik dari Deperindag maupun dari Departemen Kimpraswil. Pada prinsipnya alokasi kawasan industri berada pada kelerengan yang tidak lebih dari 8 persen serta dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk pengembangannya.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

Hierarki kota atau daerah perkotaan dibagi atas 4 kelompok berdasarkan fungsi dan pelayanannya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu:

(a) Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN).

Kota atau daerah yang dimaksud adalah perkotaan yang mempunyai wilayah pelayanan skala nasional, disamping merupakan pintu gerbang bagi keluar masuknya arus barang dan jasa, juga merupakan simpul perdagangan internasional. Kota atau perkotaan yang termasuk klasifikasi ini merupakan pusat pelayanan jasa, produksi, dan distribusi serta merupakan simpul transportasi untuk pencapaian beberapa pusat kawasan atau provinsi. Biasanya yang termasuk golongan kota/perkotaan ini adalah kota-kota besar/metropolitan, disebabkan karena kelengkapan sarana dan prasarana yang dimilikinya.

(b) Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

Daerah perkotaan atau kota yang mempunyai wilayah pelayanan yang mencakup beberapa kawasan atau kabupaten. Golongan ini biasanya merupakan kota besar dan kota sedang setara dengan kota orde I.

(c) Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal yang merupakan Pusat Wilayah Pengembangan (Gugus Pulau), dan diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah. Kota tersebut disebut PKLW (Pusat Kegiatan Lingkungan-Wilayah)

(27)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 27

(e) Kota atau daerah perkotaan yang mempunyai fungsi khusus dalam menunjang sektor ekonomi tertentu. Kota atau perkotaan yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah yang mempunyai fungsi pelayanan khusus dalam menunjang sektor strategis, menunjang pengembangan wilayah baru atau penyebaran kegiatan ekonomi dan berfungsi pula sebagai daerah penyangga aglomerasi pertumbuhan pusat kegiatan yang sudah ada. Pengelompokan kota-kota ini untuk dapat merumuskan kebijakan yang lebih terarah dan sesuai dengan setiap kelompok tersebut.

Secara diagramatis hierarki pusat-pusat permukiman di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Rencana Struktur Pusat-Pusat Permukiman di Provinsi Maluku Utara

No. Hierarki Gugus Pulau (Wilayah

Pengembangan)

Kota/Ibukota Kecamatan

1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) 1 Ternate

2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) 1 Tidore

3 Tobelo,

6 Labuha

7 Sanana

3. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) 4 Daruba 4. Pusat Kegiatan Lokal Wilayah (PKLW) 1 Sofifi

2 Sidangoli

2 Jailolo

5 Weda

8 Bobong

5 Maba

5. Pusat Kegiatan Lokal (PKL ) 3 Galela

4 Bere-Bere

4 Wayabula

3 Kao

3 Malifut

2 Kedi

2 Tongutesungi

2 Susupu

5 Buli

5 Payahe

5 Patani

5 Subaim

6 Guruapin

5 Lelief

6 Mafa

6 Saketa

6 Babang

8 Falabisahaya

7 Dofa

5 Pulau Gebe

(28)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 28

Kota-kota yang diusulkan menjadi PKLW adalah Kota Jailolo, Weda, Bobong yang masing-masing merupakan pusat pengembangan wilayah di Gugus Pulau 2, 5 dan 8. Kota Sofifi diusulkan menjadi PKLW untuk menggantikan fungsi pusat pemerintahan Provinsi Maluku Utara yang selama ini berada di Kota Ternate. Dengan demikian Kota Ternate yang semula merupakan kota dengan fungsi pusat pemerintahan, difokuskan hanya untuk kegiatan pusat perdagangan dan jasa, karena di kota ini sudah berkembang sarana dan prasarana infrastruktur yang lebih lengkap dibandingkan kota-kota/kawasan-kawasan lain di Provinsi Maluku Utara.

Secara lengkap rencana kebijakan untuk pengembangan PKN, PKW, PKSN, PKLW dan PKL di Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut:

(1) Rencana Kebijakan Pengembangan PKN

 Pemantapan keterkaitan antar wilayah dengan kota-kota utama di wilayah Indonesia Bagian Timur (seperti Sorong, Fak-fak, Biak, Merauke, Dili, Manado, Kendari dan Ujung Pandang), Indonesia Bagian Barat (Surabaya, Jakarta, dan lain-lain) dan Negara Asia Pasifik (Australia, Jepang dan lain-lain) melalui peningkatan sarana dan prasarana komunikasi (laut, udara dan telekomunikasi);

 Penyediaan prasarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota dengan pendekatan program pembangunan prasarana kota terpadu;

 Peningkatan peran swasta dalam pembangunan prasarana dan sarana perkotaan;  Pengembangan kegiatan ekonomi kota (industri, jasa, perdagangan, dan lain-lain)

untuk memacu pertumbuhan daerah serta memperluas kesempatan kerja;

 Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.

(2) Rencana Kebijakan Pengembangan PKW

 Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program pembangunan prasarana kota terpadu;

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui pengembangan jaringan jalan darat, laut dan udara;

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah regional, nasional maupun internasional yang dilayani melalui pengembangan jaringan transportasi laut dan udara, khususnya bagi pusat-pusat pengembangan wilayah di masing-masing Gugus Pulau yang berfungsi sebagai Pintu Jamak (Multy Gate);

 Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.

(3) Rencana Kebijakan Pengembangan PKSN

 Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program pembangunan prasarana kota terpadu;

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah internasional yang dilayani melalui pengembangan jaringan transportasi laut dan udara;

 Peningkatan wilayah perbatasan untuk menunjang kepentingan pertahanan keamanan nasional serta integrasi nasional;

(29)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 29  Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata

ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.

(4) Rencana Kebijakan Pengembangan PKLW

 Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program pembangunan prasarana kota terpadu;

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah nasional yang dilayani melalui pengembangan jaringan transportasi laut dan udara;

 Peningkatan wilayah perbatasan untuk menunjang kepentingan pertahanan keamanan wilayah Provinsi Maluku serta integrasi nasional;

 Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana wilayah Provinsi untuk peluang investasi;

 Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.

(5) Rencana Kebijakan Pengembangan PKL

 Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program pembangunan prasarana kota terpadu;

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayani melalui pengembangan jaringan jalan darat dan laut;

 Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.

(30)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 30

Gambar 3.2

(31)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 31

3.1.5. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota

Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Adapun arahan dalam RTRW Kabupaten/Kota yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan: i. Pertahanan keamanan

ii. Ekonomi

iii. Lingkungan hidup iv. Sosial budaya

v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:

i. Arahan pengembangan pola ruang:

Berdasarkan RTRW Kabupaten Halmahera Utara tahun 2011-2031, pola pemanfaatan ruang Kabupaten Halmahera Utara meliputi Pola Pemanfaatan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Tabel 3.6. merupakan rencana pola pemanfaatan kawasan lindung berdasarkan dokumen RTRW tahun 2011-2031.

Tabel 3.6

Rencana Pola Pemanfaatan Kawasan Lindung Menurut RTRW Kabupaten Halmahera Utara 2011-2031 Klasifikasi

Kaw.lindung Rencana Pengelolaan Lokasi

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya: Kawasan Resapan Air

Perlindungan terhadap kawasan resapan air, dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan

kebutuhan air tanah dan pengendalian banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan

Seluruh area hutan lindung dan hutan produksi

Kawasan perlindungan setempat (ruang terbuka hijau)

a. Jalur sempadan sungai&pantai

b. Kawasan sekitar danau/bendungan/waduk c. Kawasan sekitar tegangan tinggi

d. Sempadan jalan By Pass Halut

e. Taman Kota&pemakaman umum Tersebar a. Taman lingkungan untuk 100 penduduk

(32)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 32

berdekatan dengan fasilitas pendidikan SD b. Taman skala kelurahan atau untuk 1000 – 2000 penduduk dengan dan taman-taman dengan luas 6.00 m2; atau standar 0,3 m2/pdd.

c. Taman skala Kecamatan atau untuk 10,000 penduduk dengan luas 2000 m2, atau standar 0,2 m2/pdd

Kawasan rawan bencana

Kawasan yang diidentifikasi memiliki potensi mengalami bencana alam akibat gunung merapi, tsunami dan banjir

Tobelo Utara (rawan gunung merapi), Tobelo dan sekitar aliran air (rawan banjir), sepanjang pesisir pantai (rawan tsunami) Sumber: RTRW Kabupaten Halmahera Utara 2011-2031

Sedangkan rencana kawasan budidaya di Kabupaten Halmahera Utara terangkum pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7

Rencana Pola Pemanfaatan Kawasan Budidaya Menurut RTRW Kab. Halmahera Utara 2011-2031 Klasifikasi

Kaw.Budidaya Rencana Pengelolaan Lokasi

Perumahan &Permukiman

Penambahan jumlah perumahan untuk mencukupi kebutuhan penduduk akan perumahan

Tersebar

Pengembangan lahan permukiman secara bertahap seiring dengan bertambahnya penduduk dan meningkatnya aktifitas perkotaan

Tersebar di sekitar lahan permukiman yang telah ada, lahan permukiman

baru di pusat – pusat pelayanan baru dan kawasan industri

Pemerintahan Mempertahankan lokasi pemerintahan

Kabupaten pada lokasi yang ada saat ini. Kota Tobelo

Perdagangan

Pengembangan kegiatan perdagangan meliputi pengembangan perdagangan formal (pasar, pusat perbelanjaan, pertokoan) dan perdagangan informal.

Kota Tobelo, Kao, dan pusatpusat pelayanan sekunder

– tersier

(33)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 33

pada pusat – pusat pelayanan primer, sub primer, sekunder dan tersier.

Kao

Pengadaan pasar pada setiap zona pengembangan

yang belum memiliki pasar

Pasar Galela dan Loloda

Jasa

Pengembangan kegiatan jasa meliputi jasa keuangan (bank, asuransi, keuangan non bank, pasar modal), jasa pelayanan (komunikasi, konsultan, kontraktor), jasa profesi (pengacara, dokter praktek,

psikolog), jasa perdagangan (ekspor-impor dan perdagangan berjangka) dan jasa pariwisata (agen dan biro perjalanan serta penginapan)

Kota Tobelo, Kao

Pengembangan kegiatan jasa meliputi jasa keuangan (bank, asuransi, keuangan non bank), jasa pelayanan (komunikasi, konsultan, kontraktor), jasa profesi

(pengacara, dokter praktek, psikolog), jasa perdagangan (ekspor-impor dan

perdagangan berjangka) dan jasa

pariwisata (agen dan biro perjalanan serta penginapan)

Pusat-pusat

pelayanan sekunder

Pengembangan kegiatan jasa meliputi jasa keuangan (bank), jasa pelayanan

(komunikasi), jasa profesi (pengacara, dokter praktek, psikolog), dan jasa

pariwisata (agen dan biro perjalanan serta penginapan)

Pusat-pusat pelayanan tersier

Pendidikan

Pemerataan pelayanan pendidikan tinggi yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas yang bermutu tinggi dan relevan terhadap

kebutuhan pasar kerja

Pusat-pusat pelayanan

Kesehatan

Mempertahankan dan meningkatkan prasarana dan sarana pendukung fasilitas kesehatan yang ada agar tingkat pelayanan setiap jenis fasilitas kesehatan dapat lebih optimal. Pengembangan kelas rumah sakit sesuai dengan skala pelayanan

Rumah sakit Tobelo, Kao dan Galela.

Pengembangan puskesmas menjadi rumah sakit rawat inap (Tipe D)

Pusat–pusat

(34)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 34

dan tersier Mewujudkan keseimbangan penyebaran

prasarana dan sarana pendukung fasilitas kesehatan melalui pengadaan puskesmas

Tiap ibukota Kecamatan

Industri dan Pergudangan

Pengembangan sektor industri kecil dan menengah yang berwawasan lingkungan dan berbahan baku hasil pertanian dan perikanan

Zona

Pengembangan Kao (industri pertanian)

Pengembangan kawasan pergudangan di area pelabuhan

Pediwang (Kao Utara), Galela

Pariwisata dan Rekreasi

Pengembangan pariwisata sebagai basis

kegiatan zona Zona Loloda

Pengembangan kawasan hutan sebagai kawasan ekotourism

Loloda Utara dan Galela Utara

Pengembangan small island tourism

Kecamatan Tobelo (Pulau Kumo, Pulau Tagalaya, Pulau Rarangane, Pulau Tupu-Tupu), dan Kecamatan Loloda Utara Kepulauan (Pulau Tobo-Tobo). Pengembangan objek wisata lainnya Tersebar

Pertambangan dan Energi

Pengendalian aktifitas pertambangan kontrak karya dengan selalu

memperhatikan dampak lingkungan yang terjadi

Malifut, Loloda Utara, Loloda

Kepulauan

Pengendalian wilayah PETI

Kecamatan Malifut desa Tomabaru, Kecamatan Galela Barat desa Roko dan Kecamatan Galela Utara desa Salimuta

Pemanfaatan potensi panas bumi Galela dan Kao Teluk (Akelamo)

Pemanfaatan energi listrik tenaga air

Kao Barat, Tobelo Selatan,

Loloda Utara

Pertahanan dan Keamanan

Pengembangan sarana dan prasarana untuk mendukung status kota sebagai kota perbatasan

Loloda Kepulauan

(35)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 35

Gambar 3.3

(36)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 36

Gambar 3.4

(37)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 37

ii. Arahan pengembangan struktur ruang.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Halmahera Utara Tahun 2011-2031, penyusunan konsep struktur tata ruang intra Wilayah Halmahera Utara terdapat beberapa aspek yang dinilai memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk dan menciptakan struktur tata ruang Kabupaten, yaitu:

(1) Mempersiapkan wilayah Kabupaten Halmahera Utara untuk go international.

(2) Mempertimbangkan akselerasi pembangunan dan penyebaran pusat-pusat pelayanan dalam upaya pemerataan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Halmahera Utara. (3) Memperhatikan wilayah administratif Kabupaten Halmahera Utara yang terdiri dari Tujuh

belas (17) Kecamatan dengan batas-batasnya serta cakupan luas wilayah dari masingmasing Kecamatan tersebut.

(4) Memperhitungkan keberadaan sistem-sistem pelayanan dan fungsi-fungsi kawasan yang berkembang di wilayah Kabupaten Halmahera Utara.

(5) Mempertimbangkan kondisi karakteristik alam dan geografis yang dimiliki Kabupaten Halmahera Utara serta aspek sosial budaya kependudukan

Berdasarkan aspek tersebut maka struktur ruang Kabupaten Halmahera Utara dibagi menjadi 4 zona yaitu Tobelo, Galela, Kao, dan Loloda. Sistem pusat pelayanan Kabupaten Halmahera Utara direncanakan terdiri atas 2 (dua) pusat primer dan 3 (tiga) pusat sekunder dan 2 (dua) pusat tersier. Pusat–pusat pelayanan tersebut adalah :

(1) Pusat Pelayanan Primer

Pusat pelayanan primer yang direncanakan adalah sebagai berikut : (a) Tobelo di bagian utara

(b) Kao di bagian selatan

Dengan mengembangkan 2 pusat primer di daratan Halmahera Utara maka struktur pusat pelayanan Kabupaten Halmahera Utara akan bergeser dari satu pusat (monosentrik) menjadi dua pusat (duosentrik). Adanya dua pusat ini dimaksudkan untuk mendorong perkembangan daerah ke arah selatan dan tidak terkonsentrasi di satu titik yaitu Tobelo. Pusat primer baru berperan menunjang eksistensi kota yang telah ada/berkembang, karena itu harus didukung oleh sistem transportasi yang andal untuk mobilitas antara pusat baru dengan pusat lama.

(2) Pusat Pelayanan Sekunder

Pengembangan pusat-pusat sekunder pada setiap Zona Pengembangan berfungsi sebagai penyangga tiga pusat primer, dan meratakan pelayanan pada skala bagian wilayah Kabupaten. Penyebaran pusat sekunder juga dimaksudkan untuk mendukung keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antar bagian wilayah Kabupaten. Pusat pelayanan sekunder yang direncanakan adalah Kupa-kupa (Tobelo Selatan), Galela, dan Malifut.

(3) Pusat Pelayanan Tersier

(38)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 38

tersebut. Dorume di Loloda Kepulauan ditentukan sebagai pusat pelayanan tersier berkaitan dengan batas administrasi Kecamatan sebagai wilayah kepulauan. Sarimuni di Galela Utara ditentukan sebagai pusat pelayanan tersier untuk mengakomodir pembangunan di bagian utara daratan Halmahera.

Tabel 3.8

Fungsi dan Kegiatan Ekonomi pada Zona Pengembangan Ekonomi Berdasarkan RTRW 2011-2031

Zona Kecamatan Pusat pelayanan

Tobelo PKL: Tobelo (Primer)

Perdagangan & jasa

Perkotaan (urban)

Zona agropolitan

Tobelo Barat Pertanian Pedesaan

Tobelo Selatan Kupu-kupu (Sekunder)

Hutan lindung, pariwisata, industri

Agropolitan

Tobelo Utara

Hutan produksi, lindung,

pertanian

Agropolitan

Tobelo Tengah Kehutanan Agropolitan

Tobelo Timur Pertanian,

perikanan agrominapolitan

Galela Galela Utara Salimuli

(tersier)

Perikanan,

pertanian agrominapolitan Galela Selatan Perikanan,

pertanian, pariwisata

agrominapolitan

Galela Barat Perikanan,

pertanian,

Perdagangan & jasa, pertanian, kehutanan

Perkotaan (urban)

Zona Agroindustri Kao Barat

Industri bahan baku hutan, pertanian, kehutanan

Agropolitan

Kao Teluk Pertanian,

kehutanan Agropolitan

(39)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 39 pertanian,

kehutanan

Malifut Malifut (sekunder

Pertanian, kehutanan, pertambangan

Agropolitan

Loloda

Loloda Kepulauan

Dama (tersier)

Pariwisata, perikanan, pertambangan

Agrowisata

Zona

Agrominawisata Loloda Utara Dorume

(sekunder)

Pariwisata, perikanan, pertambangan

Agrominapolitan

Sumber: RTRW Kabupaten Halmahera Utara 2011-2031

c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.

(40)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 40

Gambar 3.5

(41)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 41

3.2. ARAHAN STRATEGIS NASIONAL

3.2.1 Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu:

a. pertahanan dan keamanan b. pertumbuhan ekonomi c. sosial dan budaya

d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

Adapun daftar lengkap Kawasan Strategis Nasional (KSN) telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

3.2.2 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai berikut:

a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga

b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga

c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya

d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

3.2.3 Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14, yaitu sebagai berikut:

(42)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 42

b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi

c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi

PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil. Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Nasional (PKN) telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

3.2.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi

dokumen perencanaan.

Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut: a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan

b. Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap KPI

c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentrasentra produksi di masing-masing KPI

(43)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 43

Gambar 3.6

Posisi MP3EI di dalam Rencana Pembangunan Pemerintah

Adapun KPI berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 dipaparkan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Berdasarkan Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011

NO KORIDOR KPI (1) (2) (3)

1. Koridor Ekonomi (KE) Sumatera

Sei Mangkei Tapanuli Selatan Dairi

Dumai

(44)

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 44 Prabumulih

Bangka Barat, Babel Batam

Bandar Lampung Lampung Timur Besi Baja Cilegon 2. Koridor Ekonomi (KE) Jawa Banten

DKI Jakarta Karawang Bekasi Purwakarta Cilacap Surabaya Gresik Lamongan Pasuruan 3. Koridor Ekonomi (KE) Bali –

Nusa Tenggara

Badung Buleleng Lombok Tengah Kupang

Sumbawa Barat Aegela

Nusa Penida Sumbawa 4. Koridor Ekonomi (KE)

Kalimantan

Kutai Kertanegara Kutai Timur Rapak dan Ganal Kotabaru

Ketapang

Kotawaringin Barat Kapuas

Pontianak Bontang Tanah Bumbu Sanggau

Penajam Paser Utara 5. Koridor Ekonomi (KE)

Sulawesi

Makassar Palopo (Luwu) Mamuju-Mamasa Parepare

Gambar

Tabel 3.1 Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan
Tabel 3.2 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional
Tabel 3.3 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
Tabel 3.4 Pola Ruang Provinsi Maluku Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi perusahaan-perusahaan yang menghasilkan cat maka cat adalah produk (hasil produksi) sehingga mereka menyebutnya sebagai barang. Namun, bagi pengusaha pengecatan

Dari seluruh komponen PDRB yang mengalami penurunan, komponen PMTDB (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto), turun paling tinggi dengan pertumbuhan mencapai - 2,40

Pada hasil analisa didapatkan metode terbaik untuk kedua waduk tersebut yaitu IDW dengan power 3 dengan nilai error terkecil yaitu 1,258 untuk Wlingi dan 1,39 untuk

Dari uji mekanik disimpulkan bahwa dibandingkan pada binder poliester, penggunaan binder silicone rubber menghasilkan sifat mekanik yang semakin menurun pada

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran menulis karangan naratif dengan model CTL (Contextual Teaching and Learning) dan meningkatkan

4. Pada dasarnya pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan akan tercapai jika siswa aktif membangun pengetahuannya dalam

Laporan ini merupakan hasil Pengabdian Kepada Masyarakat dengan tema ‘ Kreativitas Sebagai Salah Satu Bentuk Pembelajaran Tari di SMA N 2 Sukoharjo .” Tujuan dari pelatihan

Daripada analisis ini dapat dibuat rumusan bahawa pelajar tingkatan empat ini mempunyai tahap regulasi diri yang tinggi ketika mempelajari Bahasa Melayu.. Pelajar berpendapat