4.1 Kondisi Geografis, Batas Administrasi Daerah, Luas Wilayah Dan
Topografis
4.1.1 Arti Lambang Daerah
A. Lambang Berbentuk Perisai
Benteng atau Perisai tanda kekayaan dan ketangguhan,
sanggup menghadapi segala rintangan dan tantangan
B. Warna Dasar Kuning
Warna Emas dalam arti Kalimat (letterliyk), Lebak
mempunyai tambang emas Cikotok dan kekayaan alam
lainnya.
Arti kiasan (fuugurliyk), pernah mengalami jaman keemasan dalam sejarahnya
dan dengan kemerdekaan RI akan menuju ke jaman itu kembali dengan lebih
maju.
C. Kubah Masjid Warna Putih
Lambang Jiwa Agama Islam dalam bathin penduduk. Putih tanda suci dalam
hati dan perbuatan, suka damai dan toleransi (tasamuh).
D. Angklung Warna Hitam
Lambang seni, berkaki enam buah tanda gotong royong. Ciri khas kesenian
asli lebak bermitos agama. Hitam, bahwa di Lebak masih tinggal Suku Asli
Kanekes yang walaupun berada di tempat yang masih diselimuti kegelapan
BAB IV
(Daerah Pegunungan Kendeng), pada hakekatnya mereka menyimpan
sifat-sifat kebaikan yang murni dan apabila telah masuk sinar yang terang ke dalam
lubuk hatinya, kebaikan akan menonjol lebih nyata, sebagai manifestasi jiwa
yang asli.
E. Warna Biru Polos
Lambang lautan bahwa daerah Lebak memiliki Samudera Indonesia yang luas
dan dalam, yang menghasilkan ikan dan hasil laut lainnya.
F. Warna Biru Di Antara Hijau Melurus Ke Bawah Dan Bersatu Dengan Biru
Sebelah Kiri Bawah
Lambang sungai, diantaranya tiga buah sungai besar seperti Cisimeut dan
Ciberang, bersatu dengan Ciujung yang walaupun berlainan asal hulunya
(sumbernya) tetapi menjadi satu.
Lambang berukuran, ketenangan dan ke dalam lubuk hati rakyatnya.
Walaupun berlainan asal sukunya berarti mewujudkan sosial untuk
kepentingan umum.
G. Pita Berwarna Merah Putih
Warna merah, tanda hidup dan berani. Warna putih tanda suci. Benteng atau
perisai tanda kekayaan dan keteguhan sanggup menghadapi segala rintangan
4.1.2
Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lebak
Kabupaten Lebak merupakan bagian asli dari wilayah Kesultanan Banten . Hari
jadi Kabupaten Lebak ditetapkan tanggal 2 Desember 1828. Beberapa catatan sejarah
penting yang dijadikan dasar pertimbangan dalam penetapan hari jadi antara lain : 1. Wilayah Kesultanan Banten pada tahun 1813 tanggal 19 Maret dibagi menjadi
4 (empat) wilayah yaitu : Banten Lor ,Banten kulon ; Banten tengah dan
banten kidul .
2. Berdasarkan surat keputusan Komisi Jendral Hindia Belanda , 2 Desember
1828 ditetapkan pembagian wilayah karesidenan Banten menjadi 3 (Tiga )
Kabupaten yaitu:Kabupaten Serang ; Kabupaten Lebak dan Kabupaten
3. Tanggal 14 Agustus 1925, merupakan penunjukan Kabupaten Lebak sebagai
daerah pemerintahan yang berdiri sendiri berdasarkan surat keputusan
Gubernur Jendral Belanda tanggal 14 agustus 1925 dengan Distrik
Parrungkujang, Rangkasbitung , Lebak Parahiang dan Cilangkahan .
Pada perkembangan selanjutnya telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah
No.18 Tahun 1986 tertanggal 22 Oktober 1986 Hari jadi kabupaten lebak 2
Desember 1828
4.1.3 Keadaan Penduduk
Kabupaten Lebak merupakan salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi Banten.
Luas wilayah Kabupaten Lebak 304.472 ha dengan jumlah penduduk wilayah
1.204.095 (BPS Kab. Lebak) . Secara adminsitratif, Kabupaten Lebak terdiri dari 28
kecamatan, 340 desa, dan 5 kelurahan. Nilai indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Masyarakat di Kabupaten Lebak , yang diperoleh berdasarkan Survei Sosial
EKonomi Nasional (Susennas ) dengan 3 indikator , yaitu : Indikator Harapan
Hidup, Indikator Pendidikan dan Indikator Daya Beli.
Berdasarkan analisis dari indikator tersebut , Kabupaten Lebak telah terjadi
peningkatan IPM dari tahun 2004 s/d tahun 2008 (67,04%) dan tahun 2009 s/d
tahun 2014 (68,84%) . Hal ini menunjukan bahwa di Kabupaten Lebak telah terjadi
peningktan pada : kesehatan masyarakat (Indikator Harapan Hidup), melek huruf
(indikator pendidikan ), dan keterampilan , kesempatan kerja dan pendapatan
(indikator daya beli).
4.1.4 Sosial Budaya
Secara umum karakter masyarakat di kabupaten Lebak dapat menerima hal-hal
baru yang menujang pembangunan ekonomi , antara lain adanya penanaman
modal dari dalam maupun luar negeri , dengan persyaratan yang dilibatkan dalam
menjalankan kegiatan.
Data Potensi Komoditi Industri Kecil
1. Gula aren
3. Bata
4. Genteng
5. Tikar pandan
6. Anyaman bambu
7. Pande besi 8. Batu fosil 9. Sale pisang
10.Kerajinan kulit imitasi
11.Tahu/tempe
PerkebunanKaret,Kelapasawit,Kakao,KopiRobusta,Aren,Cengkeh,Kelapadalam,
Kelapahybrid,Lada,Pandan,Teh,Jambumete,Panili,Jarak Pagar,Kapuk.
Selain potensi perkebunan, terdapat potensi perikanan yang sangat potensial di
Kab. Lebak adalah usaha perikanan tangkap, dimana potensi lestari untuk perikanan
pantai sebesar 3.712,4 ton/tahun dan potensi ZEE sebesar 6.884,84 ton/tahun.
Jenis ikan : 1. Kurisi 2. Tigawaja
3. Ekor kuning
4. Cucut
5. Pari 6. Tongkol Peternakan :
Saat ini di Kab. Lebak terdapat pengelolaan peternakan sapi, baik yang dilakukan
oleh pihak swasta maupun BUMD milik perusahaan daerah (PD Lebak Niaga)
1. Sapi potong 2. Kerbau 3. Kambing
4. Domba
5. Ayam buras
6. Ayam ras pedaging
8. Itik
9. Itik manila
4.1.5 Potensi Pariwisata
Kabupaten Lebak memiliki potensi pariwisata yang lekat dekat dengan nuansa
alam. Berikut nama-nama objek wisatanya dapat dilihat pada Tabel 4.1 :
Tabel 4.1.
Objek Wisata di Kabupaten Lebak
No Nama Objek Wisata Lokasi
1 Curug Indihiyang Warunggunung
2 Arung Jeram Lebak Gedong
3 Goa Sangkir Bojong Manik
4 Budaya Kaolotan Leuwidamar
5 Pemandian Air Panas Cipanas
6 Pantai Karang Taraje Bayah
7 Pantai Bagedur Malingping
8 Pantai Binuangeun Wanasalam
9 Pantai Cibobos Panggarangan
10 Pantai P. Manuk Bayah
11 Pantai Sawarna Bayah
12 Pantai Ciantir Bayah
13 Budaya Kaolotan Seren Taun Cibeber
14 Air panas Senenghati Malingping
15 Situ Palayangan Cimarga
16 Kawah Cipanas Sobang
17 Air Terjun/Curug Kanteh Cilograng
18 Pantai Cihara Cihara
20 Pantai Cimandiri Panggarangan
21 Pantai Beach Malingping
22 Pantai Tanjung Panto Wanassalam
23 Air Terjun/Curug Sata Gn. Kencana
24 Curug Kebo Malingping
4.2
Profil Prasarana Bidang Ke-Cipta Karyaan
4.2.1
Profil Sub Bidang Air Minum
PDAM Kabupaten Lebak terbagi atas :
1. Kantor Pusat melaksanakan administrasi dan manajemen keuangan secara keseluruhan.
2. Kantor Cabang bertugas mengelola dan melayani secara langsung terhadap
pelanggan.
3. Kantor Cabang terdiri dari :
- Cabang Rangkasbitung, melayani Kec.Rangkasbitung, Warunggunung,
Cibadak dan Kalanganyar.
- Cabang Malingping, melayani Kec.Malingping
- Cabang Sajira, melayani Kec. Sajira
- Cabang Cipanas, melayani Kec. Cipanas dan Lebakgedong
A. Kondisi aspek pelayanan
1. Klasifikasi dan Jumlah Sambungan Langganan
Memperhatikan kondisi sambungan langganan (SL) yang ada, maka sebagian
besar (93,42%) berada pada klasifikasi Rumah Tangga (A,B,C) dengan rata-rata
pemakaian 20 m3 per bulan, sisanya berada pada klasifikasi non Rumah Tangga.
Hal ini menyebabkan nilai pendapatan yang diperoleh 90% berasumsikan pada
tarif tingkat dasar dan harapan terjadinya subsidi silang dari klasifikasi lainnya
sangat tipis sekali. Oleh karena itu PDAM senantiasa dihadapkan pada
Tabel 4.2.
Prestasi penambahan SL belum signifikan, hanya 5,8% dari prestasi tahun 2006
B.
Cakupan Pelayanan
Oleh karena penambahan SL tahun 2007 belum signifikan, maka tingkat
cakupan pelayanan yang dicapaipun belum menunjukan lonjakan, yaitu :
-Terhadap wilayah administratif : 6,05%
- Terhadap wilayah perkotaan : 15,03%
- Terhadap wilayah areal pelayanan PDAM : 30,38%
Tabel. 4.3.
Jumlah Pelayanan PDAM Area Kabupaten Lebak
- Mobil Tangki Unit 5 5 5
8 Jumlah Sambungan SR 12.440 13.445 13.912
- Sambungan Rumah SR 12.440 13.445 13.912
- Kran Umum Unit - - -
- Terminal Air Unit 30 30 -
- Mobil Tangki Unit 5 5 -
9 Rata-Rata Cakupan
- Terhadap wilayah % 5,59 5,79 6,05
- Terhadap wil. % 13,88 14,17 15,03
- Thdp areal % 29,26 29,61 30,38
Nilai cakupan pelayanan perkotaan sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk
perkotaan yang terlayani. Pemekaran daerah menjadi berkonsekuensi langsung
terhadap nilai cakupan ini. Penambahan Kecamatan mempengaruhi jumlah delinasi
desa-desa yang dianggap desa perkotaan sehingga jumlah penduduk perkotaan
dengan sendirinya menjadi bertambah. Saat ini jumlah desa perkotaan menjadi 124
desa dari 320 desa di 28 kecamatan dengan jumlah penduduk perkotaan sebanyak
494.116 jiwa dengan jumlah jiwa terlayani sebanyak 74.285 jiwa. Angka cakupan ini
akan berubah naik atau turun apabila terjadi pemekaran daerah atau perampingan
daerah.
C. Kondisi Aspek Teknik
1. Sarana dan Prasarana Teknis
a. PDAM Cabang Rangkasbitung dengan kapasitas 170 lt/dt dilayani dengan :
1) Pompa air baku (Intake) = 7 unit, terdiri dari :
- Intake terbuka (Desa Pabuaran) 5 unit x 50 lt/dt
- Intake kaisong (Desa Pabuaran) 2 unit x 40 lt/dt
2) Pompa air bersih (Distribusi) = 4 unit terdiri dari :
- Pompa Centrifugal (Desa Pabuaran ) 2 unit x 60 lt/dt dan 2 unit x 100
lt/dt.
- Pompa Centrifugal (Desa Pabuaran ) 2 unit x 25 lt/dt
- Pompa Centrifugal (Narimbang- Kel.Cijoro Lebak ) 2 unit x 25 lt/dt.
- Pompa Booster (Pasirwaru-Desa Kd.agung Barat) 2 unit x 10 lt/dt
- Pompa Back Wash (Desa Pabuaran) 3 unit
b. PDAM Unit Pelayanan Warunggunung
- Pompa Deep Well (DW) Submersible (Desa Warunggunung) 1 unit; Kap.
design 5 lt/dt dan kondisi saat ini 2,5 lt/dt dan tidak difungsikan.
- Pompa air bersih (Desa Warunggunung) 1 unit x 2,5 lt/dt
(distribusi-booster)
1) Kapasitas Instalasi Pengolahan Air (IPA)
- Paket baja 1 x 20 lt/dt di Desa Pabuaran
- Paket baja 2 x 50 lt/dt di Desa Pabuaran
- Paket baja 1 x 50 lt/dt di Desa Pabuaran
Jumlah kapasitas 170 lt/dt
2) Sarana Penurun Kekeruhan Air Baku (Prasedimentasi) kapasitas 1 x 200
lt/dt – belum diserahterimakan dan belum berfungsi. 3) Arus pembangkit
- Listrik PLN 750 KVA (5 gardu) 4 gardu di Desa Pabuaran dan 1 gardu
di Narimbang.
- Genset 1 unit x 350 KVA (cadangan arus) di Desa Pabuaran
4) Sistem pengaliran :
- Tansmisi air baku : perpompaan
- Transmisi-Distribusi air bersih : perpompaan dan gravitasi
c. PDAM Cabang Malimping.
1) Pompa air baku (Curugrame-Desa Kadujajar) 2 unit x 20 lt/dt
2) Pompa air bersih (Curugrame-Desa Kadujajar) 2 unit x20 lt/dt
3) Pompa Bahan Kimia/Dosing (Curugrame-Desa Kadujajar) 2 unit
4) Kapasitas IPA 1 x 20 lt/dt (paket baja) di Curugrame-Desa Kadujajar 5) Arus pembangkit
- Listrik PLN 66 KVA (1 gardu) di Curugrame-Desa Kadujajar.
- Genset 1 unit x 100 KVA dan 1 unit x 110 KVA di Curugrame-Desa
Kadujajar.
- Tansmisi air baku : perpompaan
- Transmisi-Distribusi air bersih : perpompaan & gravitasi
d. PDAM Cabang Sajira
1) Pompa air baku (Genteng-Desa Pajagan) 1 unit x 10 lt/dt. 2) Pompa Filter (Genteng-Desa Pajagan) 1 unit x 10 lt/dt. 3) Pompa air bersih (Genteng-Desa Pajagan) 1 unit x 10 lt/dt.
4) Pompa Bahan Kimia/Dosing (Genteng-Desa Pajagan) 3 unit
5) Kapasitas IPA 1 x 10 lt/dt (paket container) dengan Intake jenis Kaisong di
Genteng-Desa Pajagan
6) Arus pembangkit :
- Listrik PLN 53 KVA di Genteng-Desa Pajagan
- Genset 1 x 50 KVA (cadangan arus) di Genteng-Desa Pajagan
7) Sistem pengaliran :
- Tansmisi air baku : perpompaan
- Transmisi-Distribusi air bersih : perpompaan
e. PDAM Cabang Cipanas
1) Pompa air bersih (Pahingeun-Desa Banjar Irigasi) 2 unit x 20 lt/dt
2) Pompa Filter (Pahingeun-Desa Banjar Irigasi) 1 unit x 20 lt/dt. 3) Pompa Bahan Kimia/Dosing (Pahingeun-Desa Banjar Irigasi) 3 unit
4) Kapasitas IPA 1 x 20 lt/dt (paket container) dengan Intake jenis terbuka di Pahingeun-Desa Banjar Irigasi
5) Arus pembangkit listrik PLN 141 KVA di Pahingeun-Desa Banjar Irigasi.
6) Sistem pengaliran :
- Tansmisi air baku : perpompaan
A. Operasionalisasi Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih
Tabel 4.4.
Kondisi Unit Produksi, Transmisi dan Distribusi
No U r a i a n SAT 2005 2006 2007
1 Kapasitas Design l/d/thn 380 380 380 2 Kapasitas Terpasang l/d/thn 400 420 420 3 Kapasitas Termanfaatkan l/d/thn 220 220 220 4 Kapasitas Produksi l/d/thn 201,46 189,46 189,40 5 Volume Produksi Air m3/thn 6.353.337 5.974.827 5.971.635 6 Kapasitas Distribusi air l/d/thn 159,28 144,94 155,12 7 Volume Distribusi Air m3/thn 5.023.058 4.570.918 4.891.891 8 Kapasitas Penjualan Air l/d/thn 90,04 93,85 97,18 9 Volume Penjualan Air m3/thn 2.839.539 2.959.753 3.064.600 10 Vol. Keboc. Produksi m3/thn 1.330.279 1.403.909 1.079.744 11 Vol. Keboc. Distribusi m3/thn 2.183.519 1.611.165 1.827.291 12 Rasio :
a. Kebocoran Produksi % 20,94 23,50 18,08 b. Kebocoran Distribusi % 43,47 35,25 37,35
Efektivitas produksi dan distribusi air dipengaruhi kemampuan produksi air dari
pompa yang ada, stabilitas arus pembangkit, tingkat kekeruhan air baku terhadap
kemampuan daya olah IPA, penggunaan air dilingkungan IPA dan tingkat
kebocoran distribusi (teknis dan non teknis). Kebocoran teknis terjadi dijaringan
perpipaan dan water meter kurang akurat (WM induk & konsumen) dan
Kebocoran non teknis terjadi akibat kesalahan pembacaan watermeter oleh
petugas, kesalahan perhitungan administrasi dan sambungan liar.
Besarnya kebocoran secara teknis diakibatkan beberapa hal antara lain:
Korosi, apabila bahan meteal bersinggungan dengan elektrolit, seperti air atau
tanah dengan pH yang rendah akan terjadi karat.Karat serin menjadi masalah
karena mengakibatkan menurunnya kekuatan bahan, dan akhirnya
mengakibatkan pipa dan peralatannya tidak berfungsi, atau bahkan pecak. Beban yang tidak diperhitungkan, beban tersebut bisa berupa bahan mekanik,
seperti beban berat kendaraan yang melebihi perkiraan, sehingga pipa pecah.
Atau water hammer karena operasi pompa yang terhenti dengan mendadak
Bahan dan pemasangan yang buruk, apabila pipa yang dipasang bahannya
tidak memenuhi syarat, begitupula apabila pemasangan pipa tidak memenuhi
spesifikasi teknik yang syaratkan maka akan mengakibatkan gangguan fungsi
pada sistem pengaliran.
tidak adanya alat ukur / kurang akuratnya alat ukur produksi (flow meter)
dan distribusi (meter induk) sehingga dalam perhitungan produksi – distribusi tidak akurat.
Banyaknya pipa dan accessories yang umurnya sudah tua
penanganannya secara pasif artinya kebocoran dapat diketahui ketika ada laporan dari konsumen, malah yang terjadi banyak konsumen yang komplen,
akibat kurang tanggapnya petugas dalam penanganan kebocoran sekalipun
konsumen sudah melaporkan kepada petugas.
Sistem manajemen yang belum optimal dalam mengimplementasikannya.
Jumlah IV 10.571 10.571 22.213
V CABANG
1 Pipa Transmisi 200 – 2.953 2.953 - 2.953 2 Pipa Distribusi 100 – 25 7.618 7.618 19.260
Jumlah V 10.571 10.571 22.213
JUMLAH PIPA 22.241 22.241 22.355
JUMLAH PIPA 238.53 239.08 253.58
JUMLAH TOTAL 260.77 261.32 275.939
- Jaringan Transmisi sepanjang 22.355 m berumur teknis 1-27 tahun, 15.382 m
jenis ACP rawan bocor (di Rangkasbitung dan Malingping).
- Jaringan Distribusi sepanjang 253.584 m berumur teknis 1-27 tahun, 35.728
m rawan bocor.
Di Rangkasbitung jaringan ACP ditanam pada tahun 1979-1980 dengan diameter
mulai dari dia.150 mm-2.370 m, dia.200 mm-2.736 m, dia.250 mm-2.748 m, dan
dia.300 mm-4.776 m dengan panjang total 12.630 m. Hal-hal yang
mempengaruhinya diantaranya adalah perubahan posisi pipa sebagai dampak
peningkatan ruas jalan (saat ini cenderung berada ditengah jalan) dengan
konsekuensi tekanan/beban yang diterima menjadi relatif bertambah pada posisi
saat ini. Sedangkan di Malingping, jenis pipa ini ditanam pada tahun 1990 dengan
diameter 200 mm sepanjang 2.742 m. Keberadaannya relatif sama dipengaruhi
oleh dampak peningkatan ruas di Malingping.
Jenis pipa ini relatif tidak diproduksi lagi dan sebagai upaya penanggulangannya
perlu dilakukan penggantian jaringan pipa tersebut dengan menggunakan pipa
PVC. Rencana penggantian ini belum dapat sebatas usulan mengingat dana
Tabel. 4.6.
Kebocoran Reservoir terjadi di unit pelayanan Warunggunung. Sistem ini
dibangun tahun 1990 berupa sistem pengolahan air Deep Well/Sumur Bor
kapasitas 5 l/d dan tahun 2000 ditambah 5 l/d sehingga total menjadi 10 l/d dan
Sementara kondisi Reservoir (atau bak pengumpul kap.20 m3) mengalami bocor
yang diakibatkan oleh kualitas fisik bangunan, kontur tanah disekitarnya dan
tekanan air yang ditampungnya. Kebocoran bersifat peretakan pada didinding
reservoir. Pengruhnya adalah pelayanan tidak optimal.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, dibangun Booster Pump (tahun 2005) didaerah
Pasir Waru dengan suplay air dari Rangkasbitung dengan kapasitas terpasang 10
l/d, dengan sistem perpompaan langsung dari pipa distribusi (In line pump).
- Jumlah Sambungan SR 13.577 4.363
Di Kota Rangkas Bitung (Kabupaten Lebak), pengelolaan persampahan
diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Lebak, di
bawah Sub Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman. Sub Dinas ini terdiri 3
seksi yaitu seksi sarana dan prasarana, seksi penanggulangan sampah dan air kotor
serta seksi pertamanan dan pemakaman.
Tempat pembuangan sapah akhir pada Kota Rangkasbitung, Kabupaten Lebak
adalah TPA Dengung yang terletak di Desa Sindang Mulya Kecamatan Maja. Luas
TPA Dengung adalah 8 Ha yang sudah terpakai. Untuk saat ini tidak ada
perencanaan untuk menyiapkan lahan TPA baru
penutupan oleh tanah penutup, pengendalian gas metan dengan membuat saluran gas
metan dari tumpukan sampah, serta melakukan pengolahan air lindi yang dilengkapi
dengan sumur pantau pada bagian hilir TPA. Terdapat pengolahan lindi yang terdiri
dari 3 kolam pengolahan.
Pada saat ini frekuensi pengurusan sampah dengan tanah yang dilakukan di
TPA Dengung berkisar 3-4 bulan sekali, sehingga TPA telah mengarah kepada open
dumping. Pada TPA Dengung dilakukan pengomposan yang bekerja sama dengan
perusahaan swasta. Pada pelaksanaannya, pengomposan TPA dilakukan pada
sampah yang berasal dari pasar, dengan volume sampah yang dijadikan kompos di
TPA sebanyak 94 m3 per siklus produksi.
Tabel 4.9.
Sarana dan Prasarana Pembuangan Akhir Sampah di Kota Rangkasbitung
No. Uraian Volume Satuan
1 Luas TPA 5 Ha
2 Daya Tampung 10 Tahun
3 Lama Pengoperasian 11 Tahun
4 Alat berat 1 Unit
Buldoser 1 Unit
Track Laeder 1 Unit
Excavator 1 Unit
4.2.3 Profil Sub Bidang Air Limbah
Sampai saat ini Kota Rangkas Bitung belum mempunyai sistem penyaluran air
limbah domestik yang diolah secara terpusat melalui sistem perpipaan (sewerage
system). Selain itu, kondisi pengolahan air limbah domestik sistem setempatpun
(onsite system) belum memadai, hal ini terlihat dari data dinas Kesehatan Kab.lebak
tahun 2007 yang mencatat bahwa penduduk Kota Rangkas Bitung lebih dari 56 %
tidak mempunyai tangki septic.
Masalah umum yang dihadapi Kota Rangkas Bitung adalah masih banyaknya
penduduk yang menggunakan tempat terbuka dan sungai sebagai sarana pembuangan
limbahnya. Diperkirakan hanya 54 % rumah tangga yang telah memiliki tangki
septik walaupun demikian kondisi tangkiseptik yang dibangun sebagian besar tidak
Masalah lain yang berhubungan dengan pembuangan limbah yaitu belum
adanya instalasi pengolahan dan sarana truk tinja dan IPLT untuk penyedotan dan
pengolahan lumpur tinja.
4.2.4 Profil Sub Bidang Drainase
Di Kota Rangkasbitung, beberapa permasalahan di bidang drainase, antara
lain:
- Belum optimalnya pemanfaatan saluran drainase utama yang ada saat ini yaitu :
Sungai Ciujung, Ciberang dan Cisimeut yang disebabkan system drainase yang
kurang baik.
- Belum tersedianya Master Plan Drainase dan Outplan yang jelas
- Tidak ada koordinasi antara pihak PAM, PLN dan Telkom dalam hal
penanaman pipa, sehingga hal ini menyebabkan terganggunya saluran drainase
yang ada.
4.2.5 Profil Sub Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan
Penataan Bangunan dan Lingkungan sangat diperlukan sebagai upaya
pengendalian pemanfaatan ruang untuk mewujudkan lingkungan binaan khususnya
fisik bangunan dan lingkungannya.
Undang-undang nomor 4 tahun 1992 tentan Perumahan dan Permukiman
menggariskan bahwa peningkatan –kua rtas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan sebagai penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Saat ini RTRW Kabupaten Lebak sudah selesai diperbaiki/ direvisi dan sedang dalam
proses penetapan Raperdanya sehingga nantinya RTRW ini akan menjadi acuan bagi
perencanaan tata ruang yang lebih detail/ rind, seperti Rencana Detail Tata Ruang
Kota/Kawasan atau Rencana Teknis Ruang Kota/ Kawasan.
Undang-Undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan
Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
setiap kegiatan pembangunan gedung yang perlu ditindaklanjuti dengan Peraturan
Daerah (Perda). Saat ini Kabupaten Lebak belum memiliki Perda Bangunan Gedung
sebagai dasar dalam penataan bangunan tetapi menggunakan Perda IMB dalam
setiap proses perizinan pembangunan gedung.
4.2.6 Profil Sub Bidang Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman
Kawasan kumuh di Kabupaten Lebak terdapat di 6 (enam) kecamatan dengan
luas kawasan kumuh 138,56 ha, kawasan kumuh yang sudah ditangani seluas 43,42