6.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis
6.1.1. Umum
Kecenderungan penurunan kualitas lingkungan terkait tata ruang wilayah sebagai produk dari rangkaian proses penataan ruang, yang diawali tahapan perencanaan tata ruang. Oleh karena itu, perbaikan kualitas rencana tata ruang wilayah menjadi mutlak dan sangat strategis untuk segera direalisasikan guna menghambat laju penurunan kualitas lingkungan dan daya dukung lingkungan. KLHS bisa menjadi pilihan alat bantu untuk memperbaiki kualitas rencana tata ruang wilayah melalui perbaikan kerangka berfikir perencanaan tata ruang, yang berimplikasi pada perbaikan prosedur/proses dan metodologi/muatan perencanaan.
KLHS merupakan proses sistematis untuk mengevaluasi pengaruh lingkungan hidup dari, dan menjamin diintegrasikannya prinsip-prinsip keberlanjutan dalam
Rencana Program Investasi Infrastruktur
Jangka Memengah (RPI2-JM) Kawasan
Strategis Nasional Kluster A
Kabupaten Batang Hari 2014
pengambilan keputusan yang bersifat strategis. Dalam perencanaan tata ruang, KLHS berperan dam menuntun, mengarahkan dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan dipertimbangkan secara inheren dalam Kebijakan, Rencana dan Program (KRP). Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan. Manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing-masing hirarki Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
KLHS bisa menentukan substansi RTRW, bisa memperkaya proses penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai instrument metodologis pelengkap atau tambahan dari penjabaran RTRW atau kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi di atas.
6.1.2. Pendekatan
Berdasarkan literatur terkait, sampai saat ini ada 4 (empat) model pendekatan KLHS untuk penataan ruang yaitu :
1. KLHS dengan Kerangka Dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup /AMDAL
2. KLHS sebagai Kajian Penilaian Keberlanjutan Lingkungan Hidup (Environmental Appraisal).
3. KLHS sebagai Kajian Terpadu/Penilaian Keberlanjutan (Integrated Assessment Sustainability Appraisal)
4. KLHS sebagai pendekatan Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya Alam (Sustainable Natural Resource Management) atau Pengelolan Berkelanjutan Sumberdaya (Sustainable Resource Management).
1. Penapisan
Kegiatan penapisan menentukan perlu tidaknya dilakukan KLHS terhadap sebuah konsep/muatan rencana tata ruang. Langkah ini diperlukan atas alasan-alasan : a) memfokuskan telaah pada KRP yang memiliki nilai strategic, b) memfokuskan telaah pada KRP yang diindikasikan akan memebrikan konsekuensi penting pada kondisi lingkungan hidup dan c) memeberikan gambaran umum metodologi pendekatan yang akan digunakan.
2. Pelingkupan
Merupakan proses yang sistematis dan terbuka untuk mengindentifikasi isu-isu penting atau konsekuensi lingkungan hidup yang akan timbul berkenaan dengan rencana KRP RTR Wilayah dan Kawasan.
3. Telaah dan Analisis Teknis
Telaah dan analisis teknis adalah proses identifikasi, deskripsi dan evaluasi mengenai konsekuensi dan efek lingkungan akibat diterapkannya RTRW serta pengujian efektivitas RTRW dalam menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan. Jenis-jenis kerangka telaah yang lazim dibutuhkan antara lain :
- Telaah daya dukung dan daya tampung lingkungan.
- Telaah hubungan timbal balik kegiatan manusia dan fungsi
ekosistem
- Telaah kerentanan masyarakat dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim dan bencana lingkungan
- Telaah ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
4. Pengembangan Alternatif
Alternatif yang dikembangkan dapat mencakup :
- Substansi pokok/dasar RTRW (misal : pilihan struktur dan
pola ruang)
- Program atau kegiatan penerapan muatan RTRW
- Kegiatan-kegiatan operasional pengelolaan efek lingkungan
hidup (misal : penerapan kode bangunan yang hemat energi).
6.1.3. Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Batang Hari
Secara umum KLHS akan memberikan gambaran mengenai daya dukung dan daya tampung lahan terkait rencana pengembangan wilayah yang direncanakan dalam dokumen RTRW, meskipun dalam dokumen ini tidak dibahas secara spesifik mengenai KLHS, isi dokumen RTRW ini telah memuat kajian mengenai daya dukung lingkungan yang meliputi daya dukung air, tanah, udara, ketersediaan sumber daya alam, termasuk kajian mengenai daya tampung lahan.
Tabel 6.1.
Kemampuan dan Daya Dukung Lingkungan Hidupdalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis / KLHS RTRW
Kabupaten Batang Hari
NO JENIS DAYA
DUKUNG KEMAMPUAN KEBUTUHAN
STRATEGI
1 Air Tanah Berdasarkan hasil analisa ketersediaan air tanah dapat mencukupi kebutuhan penduduk Kabupaten Batang Hari
Hasil analisa tingkat
kebutuhan air sampai dengan 2031 cukup tinggi
danketersediaannya pun masih cukup
Pengendalian penggunaan air tanah secara individual (mulai dari kegiatan rumah tangga hingga industri)
Penggunaan air tanah hendaknya di kelola secara komunal Pemanfaatan dan optimasi penggunaan air permukaan sbg
sumber air baku
Pengelolaan kawasan – kawasan yang menjadi daerah Tangkapan Air.
2 Air permukaan Terjadinya pedangkalan dan penurunan debit dan kualitas air sungai
Hasil analisa tingkat kebutuhan air permukaan sampai 2031 sangat tinggi .
Pengendalian pembangunan rumah di area sempadan sungai
Pengelolaan limbah dan sampah baik kegiatan domestik maupun rumah tangga yang merupakan sumber
pencemaran air permukaan
Menjaga dan mengoptimalkan daerah tangkapan dengan penghijauan kembali
3 Daya tampung lahan
Diperkirakan pada akhir tahun rencana Kabupaten Batang Harimasih bisa menampung aktifitas perkotaan, ruang terbuka hijau, dan cadangan pengembangan.
Membatasi dan mengendalikan pengembangan
perumahan, jasa dan industri pada kawasan yang rawan bencana alam dan penyusunan arahan pengelolaanya Daya tampung lahan disesuaikan dengan kondisi fisik
yang dilakukan dengan melihat kesesuaian pemanfaatan lahan
Pembatasan dan pengendalian pertumbuahan dan pembangunan pada kawasan lindung
4 TPA Dari hasil analisa ketersedian TPA di Muara Bulian dan Muara Tembesi secara eksisting masih dapat untuk menampung sampah
Kebutuhan pengembangan TPA yang sudah ada, karena dari segi luasan masih cukup
Melakukan peremajaan sarana prasarana persampahan TPA yang ada
NO JENIS DAYA
DUKUNG KEMAMPUAN KEBUTUHAN
STRATEGI
yang ditimbulkan penduduk hingga akhir tahun rencana.
untuk menampung sampah yang dihasilkan.
Menerapkan peraturan zonasi kawasan sekitar TPA Melarang penggunaanopen dumpingpengelolaan sampah
di TPA dan menerapkan pengelolaansanitary landfill 5 Kualitas udara Kualitas udara di Kab. Batang
Hariterkait dengan pasokan oksigen dan kualitas yang dihasilkan masih sangat baik.
Perlunya peningkatan kualitas ruang terbuka hijau dan penerapan standar-standar ruang terbuka hijau di wilayah Kabupaten Batang Hari
Tetap mempertahankan beberapa kawasan sebagai kawasan hutan
Mengembalikan fungsi kawasan hutan yang sudah mengalami perubahan dan penurunan (deforetasi) Melakukan Penghijauan pada lahan tidur, pekarangan,
jalur hijau, sempadan pantai, sempadan sungai dan pemakaman
Mengembangkan partisipasi aktif masyarakat dan dunia usaha dalam upaya pemenuhan ruang terbuka hijau Sumber: Hasil Analisa, 2010
Tabel 6.2.
Penilaian Dampak Kegiatan Budidaya Terhadap Lingkungan Hidupdalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis
/ KLHS RTRW Kabupaten Batang Hari
NO
KEGIATAN
BUDIDAYA
KETERANGAN
PERKIRAAN DAMPAK THDP LH
STRATEGI PENANGANAN
1
Perumahan &
Permukiman
•
Laju Pertumbuhan
penduduk Kab. Batang
Harisebesar 1,16%
termasuk dalam angka
pertumbuhan yang tidak
terlalu tingg, akan tetapi
sangat berpotensi
bertambah karena
Alih fungsi lahan kawasan
lindung menjadi kawasan
perumahan dan
Timbul bencana
seperti longsor
&banjir
Pengendalian dan
pemnembalian fungsi fungsi
lindung pada kawasan lindung
Pemberlakukan KDB 0%
Rebosisasi kawasan hutan
Pemberdayaan masyarakat di
sekitar kawasan hutan
NO
KEGIATAN
BUDIDAYA
KETERANGAN
PERKIRAAN DAMPAK THDP LH
STRATEGI PENANGANAN
pengembangan dan
pembangunan yang akan
dilakukan di Kabupaten
Batang Hari, dan akan
berbanding lurus dengan
kebutuhan perumahan
dan terbentuknya
permukiman.
•
Semakin besar
pertambahan penduduk
setiap tahun akan diiringi
dengan penyediaan lahan
untuk kebutuhan rumah
berikut kebutuhan aspek
lainnya
dan dunia usaha yang
bersentuhan baik secara
langsung maupun tidak
langsung dengan kawasan
hutan.
Meningkatnya kebutuhan air
baku
Berkurangnya
ketersediaan air
tanah
Menurunnya
kualitas & kuantitas
air permukaan
Penyediaan RTH publik &
privat – pengaturan KDH
minimum (disesuaikan dng
tingkat kepadatan)
Pembatasan penggunaan air
tanah
Optimasi penggunaan air
permukaan sbg air baku
Timbulnya
slum area
khususnya permukiman
sekitar pasar tradisional dan
rumah tak layak huni
(terutama pada kawasan
perkotaan seperti Muara
Tembesi dan Muara Bulian)
Berkurangnya /
terbatasnya ruang
terbuka hijau
Sanitasi Lingkungan
sangat tidak
memadai
Meningkatnya
kondisi Rumah Tak
layak huni
Penataan lingkungan
permukiman (sanitasi &
penyediaan RTH)
Rumah menghadap air/sungai
Bantuan pembangunan
rumah layak huni dan
penyediaan prasarana
lingkungan
Perbaikan pasar tradisional
Sosialisasi Pembatasan jumlah
kelahiran
Terbentuknya perumahan &
permukiman baru pada
Meningkatnya
volume sampah dan
NO
KEGIATAN
BUDIDAYA
KETERANGAN
PERKIRAAN DAMPAK THDP LH
STRATEGI PENANGANAN
pusat pusat pertumbuhan
baik di Perkotaan, maupun
di perdesaan.
limbah rumah
tangga
Penyediaan sarana
pengangkutan & pengolahan
sampah
Pengembangan SOKLI ditiap
lingkungan permukiman
Pembangunan IPAL
permukiman
Pembangunan septic tank
komunal
Meningkatnya
Kebutuhan fasilitas
pendidikan dan
kesehatan
Penyediaan Sekolah dari
tingkat Dasar-Tinggi pada tiap
pusat pertumbuhan
Penyediaan Puskesmas Rawat
Inap ditiap kecamatan/pusat
pertumbuhan
2
Perdagangan
dan Jasa
•
Diarahkan di pusat-pusat
pertumbuhan terdapat
kawasan perdagangan
dan jasa sesuai dengan
tingkat pelayanannya
•
Pada tahun 2011 jumlah
unit usaha yang bergerak
di bidang perdagangan
dan jasa pada pusat –
Peningkatan/pengembangan
pasar tradisional dan
pembangunan pusat
komersial (perdagagan dan
jasa) terpadu pada kawasan
perkotaan.
Bertambahnya
areal dan luas
bangunan pasar
serta munculnya
bangunan-bangunan
baru disekitar pasar
•
Pengaturan KDB dan KDH
Penyediaan IPAL dan sarpras
persampahan
Penyediaan lahan pasar dan
pemusatan lokasi
Timbulnya
kemacetan
Penyediaan ruang parkir
Pengaturan
traffic managent
Tertutupnya saluran
tersier drainase
NO
KEGIATAN
BUDIDAYA
KETERANGAN
PERKIRAAN DAMPAK THDP LH
STRATEGI PENANGANAN
pusat pertumbuhan baru
seperti di Bathin XXIV dan
MaroSebo Ulu
Sosial Ekonomi
Berkurangnya ruang
pedestrian &
timbulnya PKL
Membuka peluang
mata pencaharian
penduduk
Tidak diperkanankan
menghilangkan trotoar
Penyediaan ruang bagi PKL
pada tiap kawasan atau pusat
komersial baru
Penyediaan prasarana dan
sarana lingkungan pasar
sesuai syarat ketentuan
Penataan Pasar tradisional
3
Pertambangan
Sesuai dengan formasi
geologi dan jenis tanah yang
ada, Kabupaten Batang Hari
memiliki deposit mineral
yang potensial untuk
pengembangan usaha
pertambangan. Potensi
pertambangan yang ada
antara lain batu
bara,emas,minyak bumi
pasir dan gas.
Penambangan pasir secara
liar
Kerusakan
Kerusakan kawasan
lindung
Pengendalian secara intensif
eksploitasi pasir
Menetapkan Kawasan Hutan
Lindung yang terkena dampak
dengan ketentuan 2 kali luas
kawasan hutan yang terkena
dampak (PP 10 Tahun 2010
tentang Tata Cara Perubahan
Peruntukan dan Fungsi
Kawasan Hutan)
Pengawasan dan control yang
ketat
4
Pengembangan
Sistem Prasarana
Wilayah
Untuk mendukung rencana
tata ruang wilayah dan
kawasan strategis Provinsi
dan Kabupaten
Peningkatan, Pembangunan
dan
Pelebaran/pemeliharaan
jalan
•
Perubahan fungsi
lahan
Tergusurnya
kegiatan budidaya
•
Pengaturan KDB
Penyediaan jalur hijau
NO
KEGIATAN
BUDIDAYA
KETERANGAN
PERKIRAAN DAMPAK THDP LH
STRATEGI PENANGANAN
Timbulnya
kerusakan alam
(penebangan pohon
di sepanjang jln)
Meningkatnya
frekuensi kendaraan
bermotor
menyebabkan polusi
Pembebasan lahan dengan
pemberian ganti rugi
Sosial Ekonomi
Timbulnya
kemacetan lalu
lintas
Penyediaan ruang parkir
Pengaturan
traffic managent
Pelebaran jalan
Penyediaan transportasi
massal
Penurunan kualitas
air tanah maupun
air permukaan
Penyediaan pelayanan publik
ruang terbuka hijau dan
pengetuaran KDH
Pembatasan penggunaan air
tanah
6.2. Kondisi Sosial Masyarakat
Persebaran penduduk di Kabupaten Batang Hari relatif merata, secara absolut jumlah penduduk pada tiap-tiap daerah atau kecamatan terlihat relatif berimbang, namun karena luas wilayah masing masing kecamatan berbeda maka tingkat kepadatan penduduknya terlihat beda. Pada tahun 2011, Kecamatan Muara Bulian merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk yang ter tinggi di wilayah Kabupaten Batang Hari yaitu 136 jiwa per km2. Kondisi tersebut dikarenakan Muara Bulian merupakan ibukota kabupaten dan sekaligus pusat pemerintahan. Kecamatan Maro Sebo Ilir mencatat tingkat kepadatan yang tertinggi kedua setelah Muara Bulian, yaitu mencapai 103 jiwa per km2. Sementara Kecamatan Batin XXIV dan Kecamatan Pemayung merupakan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu dengan tingkat kepadatan 29 jiwa per km2.
6.2.1. Pertumbuhan Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Batang Hari cenderung meningkat karena tingkat kelahiran lebih besar dari kematian serta imigrasi lebih besar dari emigrasi. Gambaran jumlah penduduk dan pertumbuhannya per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1.7.
Tabel 6.3. Jumlah dan
Laju
Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Batang Hari Tahun 2006-2010No Kecamatan
Jumlah Penduduk (orang) LPP 2006/2010
(Persen)
2006 2007 2008 2009 2010
1 Muara Bulian 50.081 51.485 52.796 53.325 54.937 0.93
2 Bajubang 31.054 32.028 32.342 32.925 34.955 1.19
3 Maro sebo Ilir 12.382 12.681 13.245 13.507 12.921 0.43
4 Pemayung 27.509 27.834 28.362 28.914 29.647 0.75
5 Muara Tembesi 23.343 23.343 23.932 24.308 27.222 1.55
6 Batin XXIV 21.462 21.769 21.979 22.359 25.398 1.70
7 Mersam 25.903 26.348 26.817 27.324 26.374 1.18
No Kecamatan
Jumlah Penduduk (orang) LPP 2006/2010
(Persen)
2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah 217.935 222.512 226.383 230.164 240.743 100
Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari Tahun 2010.
6.2.2. Kepadatan dan Persebaran Penduduk
Persebaran penduduk di Kabupaten Batang Hari relatif merata, secara absolut jumlah penduduk pada tiap-tiap daerah atau kecamatan terlihat relatif berimbang, namun karena luas wilayah masing masing kecamatan berbeda maka tingkat kepadatan penduduknya terlihat beda. Pada tahun 2010, Kecamatan Muara Bulian merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk yang ter tinggi di wilayah Kabupaten Batang Hari yaitu 128 jiwa per km2. Kondisi tersebut dikarenakan Muara Bulian merupakan ibukota kabupaten dan sekaligus pusat pemerintahan. Kecamatan Maro Sebo Ilir mencatat tingkat kepadatan yang tertinggi kedua setelah Muara Bulian, yaitu mencapai 105 jiwa per km2. Sementara Kecamatan Batin XXIV merupakan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu dengan tingkat kepadatan 25 jiwa per km2.
Dilihat dari persebarannya, kecamatan Muara Bulian pada tahun 2008 merupakan wilayah dengan persentase penyebaran terbesar yakni 23,32 persen disusul kecamatan Bajubang dan Kecamatan Pemayung, masing-masing 14.29 persen dan 12,53 persen. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 6.4.
Tabel 6.4. Jumlah kepadatan dan persebaran Penduduk Kabupaten Batang Hari Tahun 2009
No Kecamatan Luas (Km2)
Jumlah Penduduk (Orang)
Kepadatan
(Orang/Km2) Persebaran
1 Muara Bulian 906.33 53,325 126,32 23,32
2 Bajubang 801.90 32,925 26,87 14,29
No Kecamatan Luas (Km2)
Jumlah Penduduk (Orang)
Kepadatan
(Orang/Km2) Persebaran
4 Pemayung 419.77 28,914 27,75 12,53
5 Muara Tembesi 129.06 24,308 57,01 10,57
6 Batin XXIV 417.97 22,359 24,31 9,71
7 Mersam 1.203.51 27,324 33,44 11,84
8 Maro Sebo Ulu 1.022.15 27,502 29,69 11,89
Jumlah 5.804,83 230,164 39,00 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Batang Hari Tahun 2009
Untuk proyeksi penduduk, pada akhir tahun perencanaan yaitu pada tahun 2031 penduduk Kabupaten Batang Hari berjumlah 380.418 Jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat pada Kecamatan Muara Bulian sebanyak 88.011 Jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah berada pada Kecamatan Maro Sebo Ilir sebanyak 18.481 Jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6.5. Proyeksi Penduduk Kabupaten Batang Hari Tahun 2011-2031 (Jiwa)
No KECAMATAN 2011 2016 2021 2026 2031
1 Mersam 26.845 29.205 31.774 34.568 37.608
2 Maro Sebo Ulu 29.803 33.539 37.743 42.474 47.798 3 Batin XXIV 25.855 27.201 28.617 30.106 31.673 4 Muara Tembesi 27.696 32.357 37.803 44.166 51.599 5 Muara Bulian 56.069 62.759 70.248 78.629 88.011 6 Bajubang 35.848 41.036 46.975 53.773 61.554 7 Maro Sebo Ilir 13.166 14.331 15.599 16.979 18.481 8 Pemayung 30.154 33.032 36.185 39.639 43.422 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2011
proyeksi kepadatan penduduk terbesar dengan kepadatan penduduk 211 Jiwa/Km2 dan yang paling rendah berada di Kecamatan Bathin XXIV dengan kepadatan penduduk 35 Jiwa/Km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6.6. Proyeksi Kepadatan Penduduk Kabupaten Batang Hari Tahun 2011-2031
No KECAMATAN LUAS (KM2) Jiwa/Km2
2011 2016 2021 2026 2031
1 Mersam 801,9 33 36 40 43 47
2 Maro Sebo Ulu 906,33 33 37 42 47 53
3 Batin XXIV 904,14 29 30 32 33 35
4 Muara Tembesi 419,77 66 77 90 105 123
5 Muara Bulian 417,97 134 150 168 188 211
6 Bajubang 1203,51 30 34 39 45 51
7 Maro Sebo Ilir 129,06 102 111 121 132 143
8 Pemayung 1022,15 30 32 35 39 42