• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

6.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis

6.1.1. Umum

Kecenderungan penurunan kualitas lingkungan terkait tata ruang wilayah sebagai produk dari rangkaian proses penataan ruang, yang diawali tahapan perencanaan tata ruang. Oleh karena itu, perbaikan kualitas rencana tata ruang wilayah menjadi mutlak dan sangat strategis untuk segera direalisasikan guna menghambat laju penurunan kualitas lingkungan dan daya dukung lingkungan. KLHS bisa menjadi pilihan alat bantu untuk memperbaiki kualitas rencana tata ruang wilayah melalui perbaikan kerangka berfikir perencanaan tata ruang, yang berimplikasi pada perbaikan prosedur/proses dan metodologi/muatan perencanaan.

KLHS merupakan proses sistematis untuk mengevaluasi pengaruh lingkungan hidup dari, dan menjamin diintegrasikannya prinsip-prinsip keberlanjutan dalam

Rencana Program Investasi Infrastruktur

Jangka Memengah (RPI2-JM) Kawasan

Strategis Nasional Kluster A

Kabupaten Batang Hari 2014

(2)

pengambilan keputusan yang bersifat strategis. Dalam perencanaan tata ruang, KLHS berperan dam menuntun, mengarahkan dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan dipertimbangkan secara inheren dalam Kebijakan, Rencana dan Program (KRP). Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan. Manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing-masing hirarki Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

KLHS bisa menentukan substansi RTRW, bisa memperkaya proses penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai instrument metodologis pelengkap atau tambahan dari penjabaran RTRW atau kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi di atas.

6.1.2. Pendekatan

Berdasarkan literatur terkait, sampai saat ini ada 4 (empat) model pendekatan KLHS untuk penataan ruang yaitu :

1. KLHS dengan Kerangka Dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup /AMDAL

2. KLHS sebagai Kajian Penilaian Keberlanjutan Lingkungan Hidup (Environmental Appraisal).

3. KLHS sebagai Kajian Terpadu/Penilaian Keberlanjutan (Integrated Assessment Sustainability Appraisal)

4. KLHS sebagai pendekatan Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya Alam (Sustainable Natural Resource Management) atau Pengelolan Berkelanjutan Sumberdaya (Sustainable Resource Management).

(3)

1. Penapisan

Kegiatan penapisan menentukan perlu tidaknya dilakukan KLHS terhadap sebuah konsep/muatan rencana tata ruang. Langkah ini diperlukan atas alasan-alasan : a) memfokuskan telaah pada KRP yang memiliki nilai strategic, b) memfokuskan telaah pada KRP yang diindikasikan akan memebrikan konsekuensi penting pada kondisi lingkungan hidup dan c) memeberikan gambaran umum metodologi pendekatan yang akan digunakan.

2. Pelingkupan

Merupakan proses yang sistematis dan terbuka untuk mengindentifikasi isu-isu penting atau konsekuensi lingkungan hidup yang akan timbul berkenaan dengan rencana KRP RTR Wilayah dan Kawasan.

3. Telaah dan Analisis Teknis

Telaah dan analisis teknis adalah proses identifikasi, deskripsi dan evaluasi mengenai konsekuensi dan efek lingkungan akibat diterapkannya RTRW serta pengujian efektivitas RTRW dalam menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan. Jenis-jenis kerangka telaah yang lazim dibutuhkan antara lain :

- Telaah daya dukung dan daya tampung lingkungan.

- Telaah hubungan timbal balik kegiatan manusia dan fungsi

ekosistem

- Telaah kerentanan masyarakat dan kapasitas adaptasi

terhadap perubahan iklim dan bencana lingkungan

- Telaah ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

4. Pengembangan Alternatif

Alternatif yang dikembangkan dapat mencakup :

- Substansi pokok/dasar RTRW (misal : pilihan struktur dan

pola ruang)

- Program atau kegiatan penerapan muatan RTRW

(4)

- Kegiatan-kegiatan operasional pengelolaan efek lingkungan

hidup (misal : penerapan kode bangunan yang hemat energi).

6.1.3. Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Batang Hari

Secara umum KLHS akan memberikan gambaran mengenai daya dukung dan daya tampung lahan terkait rencana pengembangan wilayah yang direncanakan dalam dokumen RTRW, meskipun dalam dokumen ini tidak dibahas secara spesifik mengenai KLHS, isi dokumen RTRW ini telah memuat kajian mengenai daya dukung lingkungan yang meliputi daya dukung air, tanah, udara, ketersediaan sumber daya alam, termasuk kajian mengenai daya tampung lahan.

(5)

Tabel 6.1.

Kemampuan dan Daya Dukung Lingkungan Hidupdalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis / KLHS RTRW

Kabupaten Batang Hari

NO JENIS DAYA

DUKUNG KEMAMPUAN KEBUTUHAN

STRATEGI

1 Air Tanah Berdasarkan hasil analisa ketersediaan air tanah dapat mencukupi kebutuhan penduduk Kabupaten Batang Hari

Hasil analisa tingkat

kebutuhan air sampai dengan 2031 cukup tinggi

danketersediaannya pun masih cukup

Pengendalian penggunaan air tanah secara individual (mulai dari kegiatan rumah tangga hingga industri)

Penggunaan air tanah hendaknya di kelola secara komunal Pemanfaatan dan optimasi penggunaan air permukaan sbg

sumber air baku

Pengelolaan kawasan – kawasan yang menjadi daerah Tangkapan Air.

2 Air permukaan Terjadinya pedangkalan dan penurunan debit dan kualitas air sungai

Hasil analisa tingkat kebutuhan air permukaan sampai 2031 sangat tinggi .

Pengendalian pembangunan rumah di area sempadan sungai

Pengelolaan limbah dan sampah baik kegiatan domestik maupun rumah tangga yang merupakan sumber

pencemaran air permukaan

Menjaga dan mengoptimalkan daerah tangkapan dengan penghijauan kembali

3 Daya tampung lahan

Diperkirakan pada akhir tahun rencana Kabupaten Batang Harimasih bisa menampung aktifitas perkotaan, ruang terbuka hijau, dan cadangan pengembangan.

 Membatasi dan mengendalikan pengembangan

perumahan, jasa dan industri pada kawasan yang rawan bencana alam dan penyusunan arahan pengelolaanya  Daya tampung lahan disesuaikan dengan kondisi fisik

yang dilakukan dengan melihat kesesuaian pemanfaatan lahan

 Pembatasan dan pengendalian pertumbuahan dan pembangunan pada kawasan lindung

4 TPA Dari hasil analisa ketersedian TPA di Muara Bulian dan Muara Tembesi secara eksisting masih dapat untuk menampung sampah

Kebutuhan pengembangan TPA yang sudah ada, karena dari segi luasan masih cukup

Melakukan peremajaan sarana prasarana persampahan TPA yang ada

(6)

NO JENIS DAYA

DUKUNG KEMAMPUAN KEBUTUHAN

STRATEGI

yang ditimbulkan penduduk hingga akhir tahun rencana.

untuk menampung sampah yang dihasilkan.

Menerapkan peraturan zonasi kawasan sekitar TPA Melarang penggunaanopen dumpingpengelolaan sampah

di TPA dan menerapkan pengelolaansanitary landfill 5 Kualitas udara Kualitas udara di Kab. Batang

Hariterkait dengan pasokan oksigen dan kualitas yang dihasilkan masih sangat baik.

Perlunya peningkatan kualitas ruang terbuka hijau dan penerapan standar-standar ruang terbuka hijau di wilayah Kabupaten Batang Hari

Tetap mempertahankan beberapa kawasan sebagai kawasan hutan

Mengembalikan fungsi kawasan hutan yang sudah mengalami perubahan dan penurunan (deforetasi) Melakukan Penghijauan pada lahan tidur, pekarangan,

jalur hijau, sempadan pantai, sempadan sungai dan pemakaman

Mengembangkan partisipasi aktif masyarakat dan dunia usaha dalam upaya pemenuhan ruang terbuka hijau Sumber: Hasil Analisa, 2010

Tabel 6.2.

Penilaian Dampak Kegiatan Budidaya Terhadap Lingkungan Hidupdalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis

/ KLHS RTRW Kabupaten Batang Hari

NO

KEGIATAN

BUDIDAYA

KETERANGAN

PERKIRAAN DAMPAK THDP LH

STRATEGI PENANGANAN

1

Perumahan &

Permukiman

Laju Pertumbuhan

penduduk Kab. Batang

Harisebesar 1,16%

termasuk dalam angka

pertumbuhan yang tidak

terlalu tingg, akan tetapi

sangat berpotensi

bertambah karena

Alih fungsi lahan kawasan

lindung menjadi kawasan

perumahan dan

Timbul bencana

seperti longsor

&banjir

Pengendalian dan

pemnembalian fungsi fungsi

lindung pada kawasan lindung

Pemberlakukan KDB 0%

Rebosisasi kawasan hutan

Pemberdayaan masyarakat di

sekitar kawasan hutan

(7)

NO

KEGIATAN

BUDIDAYA

KETERANGAN

PERKIRAAN DAMPAK THDP LH

STRATEGI PENANGANAN

pengembangan dan

pembangunan yang akan

dilakukan di Kabupaten

Batang Hari, dan akan

berbanding lurus dengan

kebutuhan perumahan

dan terbentuknya

permukiman.

Semakin besar

pertambahan penduduk

setiap tahun akan diiringi

dengan penyediaan lahan

untuk kebutuhan rumah

berikut kebutuhan aspek

lainnya

dan dunia usaha yang

bersentuhan baik secara

langsung maupun tidak

langsung dengan kawasan

hutan.

Meningkatnya kebutuhan air

baku

Berkurangnya

ketersediaan air

tanah

Menurunnya

kualitas & kuantitas

air permukaan

Penyediaan RTH publik &

privat – pengaturan KDH

minimum (disesuaikan dng

tingkat kepadatan)

Pembatasan penggunaan air

tanah

Optimasi penggunaan air

permukaan sbg air baku

Timbulnya

slum area

khususnya permukiman

sekitar pasar tradisional dan

rumah tak layak huni

(terutama pada kawasan

perkotaan seperti Muara

Tembesi dan Muara Bulian)

Berkurangnya /

terbatasnya ruang

terbuka hijau

Sanitasi Lingkungan

sangat tidak

memadai

Meningkatnya

kondisi Rumah Tak

layak huni

Penataan lingkungan

permukiman (sanitasi &

penyediaan RTH)

Rumah menghadap air/sungai

Bantuan pembangunan

rumah layak huni dan

penyediaan prasarana

lingkungan

Perbaikan pasar tradisional

Sosialisasi Pembatasan jumlah

kelahiran

Terbentuknya perumahan &

permukiman baru pada

Meningkatnya

volume sampah dan

(8)

NO

KEGIATAN

BUDIDAYA

KETERANGAN

PERKIRAAN DAMPAK THDP LH

STRATEGI PENANGANAN

pusat pusat pertumbuhan

baik di Perkotaan, maupun

di perdesaan.

limbah rumah

tangga

Penyediaan sarana

pengangkutan & pengolahan

sampah

Pengembangan SOKLI ditiap

lingkungan permukiman

Pembangunan IPAL

permukiman

Pembangunan septic tank

komunal

Meningkatnya

Kebutuhan fasilitas

pendidikan dan

kesehatan

Penyediaan Sekolah dari

tingkat Dasar-Tinggi pada tiap

pusat pertumbuhan

Penyediaan Puskesmas Rawat

Inap ditiap kecamatan/pusat

pertumbuhan

2

Perdagangan

dan Jasa

Diarahkan di pusat-pusat

pertumbuhan terdapat

kawasan perdagangan

dan jasa sesuai dengan

tingkat pelayanannya

Pada tahun 2011 jumlah

unit usaha yang bergerak

di bidang perdagangan

dan jasa pada pusat –

Peningkatan/pengembangan

pasar tradisional dan

pembangunan pusat

komersial (perdagagan dan

jasa) terpadu pada kawasan

perkotaan.

Bertambahnya

areal dan luas

bangunan pasar

serta munculnya

bangunan-bangunan

baru disekitar pasar

Pengaturan KDB dan KDH

Penyediaan IPAL dan sarpras

persampahan

Penyediaan lahan pasar dan

pemusatan lokasi

Timbulnya

kemacetan

Penyediaan ruang parkir

Pengaturan

traffic managent

Tertutupnya saluran

tersier drainase

(9)

NO

KEGIATAN

BUDIDAYA

KETERANGAN

PERKIRAAN DAMPAK THDP LH

STRATEGI PENANGANAN

pusat pertumbuhan baru

seperti di Bathin XXIV dan

MaroSebo Ulu

Sosial Ekonomi

Berkurangnya ruang

pedestrian &

timbulnya PKL

Membuka peluang

mata pencaharian

penduduk

Tidak diperkanankan

menghilangkan trotoar

Penyediaan ruang bagi PKL

pada tiap kawasan atau pusat

komersial baru

Penyediaan prasarana dan

sarana lingkungan pasar

sesuai syarat ketentuan

Penataan Pasar tradisional

3

Pertambangan

Sesuai dengan formasi

geologi dan jenis tanah yang

ada, Kabupaten Batang Hari

memiliki deposit mineral

yang potensial untuk

pengembangan usaha

pertambangan. Potensi

pertambangan yang ada

antara lain batu

bara,emas,minyak bumi

pasir dan gas.

Penambangan pasir secara

liar

Kerusakan

Kerusakan kawasan

lindung

Pengendalian secara intensif

eksploitasi pasir

Menetapkan Kawasan Hutan

Lindung yang terkena dampak

dengan ketentuan 2 kali luas

kawasan hutan yang terkena

dampak (PP 10 Tahun 2010

tentang Tata Cara Perubahan

Peruntukan dan Fungsi

Kawasan Hutan)

Pengawasan dan control yang

ketat

4

Pengembangan

Sistem Prasarana

Wilayah

Untuk mendukung rencana

tata ruang wilayah dan

kawasan strategis Provinsi

dan Kabupaten

Peningkatan, Pembangunan

dan

Pelebaran/pemeliharaan

jalan

Perubahan fungsi

lahan

Tergusurnya

kegiatan budidaya

Pengaturan KDB

Penyediaan jalur hijau

(10)

NO

KEGIATAN

BUDIDAYA

KETERANGAN

PERKIRAAN DAMPAK THDP LH

STRATEGI PENANGANAN

Timbulnya

kerusakan alam

(penebangan pohon

di sepanjang jln)

Meningkatnya

frekuensi kendaraan

bermotor

menyebabkan polusi

Pembebasan lahan dengan

pemberian ganti rugi

Sosial Ekonomi

Timbulnya

kemacetan lalu

lintas

Penyediaan ruang parkir

Pengaturan

traffic managent

Pelebaran jalan

Penyediaan transportasi

massal

Penurunan kualitas

air tanah maupun

air permukaan

Penyediaan pelayanan publik

ruang terbuka hijau dan

pengetuaran KDH

Pembatasan penggunaan air

tanah

(11)

6.2. Kondisi Sosial Masyarakat

Persebaran penduduk di Kabupaten Batang Hari relatif merata, secara absolut jumlah penduduk pada tiap-tiap daerah atau kecamatan terlihat relatif berimbang, namun karena luas wilayah masing masing kecamatan berbeda maka tingkat kepadatan penduduknya terlihat beda. Pada tahun 2011, Kecamatan Muara Bulian merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk yang ter tinggi di wilayah Kabupaten Batang Hari yaitu 136 jiwa per km2. Kondisi tersebut dikarenakan Muara Bulian merupakan ibukota kabupaten dan sekaligus pusat pemerintahan. Kecamatan Maro Sebo Ilir mencatat tingkat kepadatan yang tertinggi kedua setelah Muara Bulian, yaitu mencapai 103 jiwa per km2. Sementara Kecamatan Batin XXIV dan Kecamatan Pemayung merupakan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu dengan tingkat kepadatan 29 jiwa per km2.

6.2.1. Pertumbuhan Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Batang Hari cenderung meningkat karena tingkat kelahiran lebih besar dari kematian serta imigrasi lebih besar dari emigrasi. Gambaran jumlah penduduk dan pertumbuhannya per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1.7.

Tabel 6.3. Jumlah dan

Laju

Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Batang Hari Tahun 2006-2010

No Kecamatan

Jumlah Penduduk (orang) LPP 2006/2010

(Persen)

2006 2007 2008 2009 2010

1 Muara Bulian 50.081 51.485 52.796 53.325 54.937 0.93

2 Bajubang 31.054 32.028 32.342 32.925 34.955 1.19

3 Maro sebo Ilir 12.382 12.681 13.245 13.507 12.921 0.43

4 Pemayung 27.509 27.834 28.362 28.914 29.647 0.75

5 Muara Tembesi 23.343 23.343 23.932 24.308 27.222 1.55

6 Batin XXIV 21.462 21.769 21.979 22.359 25.398 1.70

7 Mersam 25.903 26.348 26.817 27.324 26.374 1.18

(12)

No Kecamatan

Jumlah Penduduk (orang) LPP 2006/2010

(Persen)

2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah 217.935 222.512 226.383 230.164 240.743 100

Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari Tahun 2010.

6.2.2. Kepadatan dan Persebaran Penduduk

Persebaran penduduk di Kabupaten Batang Hari relatif merata, secara absolut jumlah penduduk pada tiap-tiap daerah atau kecamatan terlihat relatif berimbang, namun karena luas wilayah masing masing kecamatan berbeda maka tingkat kepadatan penduduknya terlihat beda. Pada tahun 2010, Kecamatan Muara Bulian merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk yang ter tinggi di wilayah Kabupaten Batang Hari yaitu 128 jiwa per km2. Kondisi tersebut dikarenakan Muara Bulian merupakan ibukota kabupaten dan sekaligus pusat pemerintahan. Kecamatan Maro Sebo Ilir mencatat tingkat kepadatan yang tertinggi kedua setelah Muara Bulian, yaitu mencapai 105 jiwa per km2. Sementara Kecamatan Batin XXIV merupakan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu dengan tingkat kepadatan 25 jiwa per km2.

Dilihat dari persebarannya, kecamatan Muara Bulian pada tahun 2008 merupakan wilayah dengan persentase penyebaran terbesar yakni 23,32 persen disusul kecamatan Bajubang dan Kecamatan Pemayung, masing-masing 14.29 persen dan 12,53 persen. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 6.4.

Tabel 6.4. Jumlah kepadatan dan persebaran Penduduk Kabupaten Batang Hari Tahun 2009

No Kecamatan Luas (Km2)

Jumlah Penduduk (Orang)

Kepadatan

(Orang/Km2) Persebaran

1 Muara Bulian 906.33 53,325 126,32 23,32

2 Bajubang 801.90 32,925 26,87 14,29

(13)

No Kecamatan Luas (Km2)

Jumlah Penduduk (Orang)

Kepadatan

(Orang/Km2) Persebaran

4 Pemayung 419.77 28,914 27,75 12,53

5 Muara Tembesi 129.06 24,308 57,01 10,57

6 Batin XXIV 417.97 22,359 24,31 9,71

7 Mersam 1.203.51 27,324 33,44 11,84

8 Maro Sebo Ulu 1.022.15 27,502 29,69 11,89

Jumlah 5.804,83 230,164 39,00 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Batang Hari Tahun 2009

Untuk proyeksi penduduk, pada akhir tahun perencanaan yaitu pada tahun 2031 penduduk Kabupaten Batang Hari berjumlah 380.418 Jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat pada Kecamatan Muara Bulian sebanyak 88.011 Jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah berada pada Kecamatan Maro Sebo Ilir sebanyak 18.481 Jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6.5. Proyeksi Penduduk Kabupaten Batang Hari Tahun 2011-2031 (Jiwa)

No KECAMATAN 2011 2016 2021 2026 2031

1 Mersam 26.845 29.205 31.774 34.568 37.608

2 Maro Sebo Ulu 29.803 33.539 37.743 42.474 47.798 3 Batin XXIV 25.855 27.201 28.617 30.106 31.673 4 Muara Tembesi 27.696 32.357 37.803 44.166 51.599 5 Muara Bulian 56.069 62.759 70.248 78.629 88.011 6 Bajubang 35.848 41.036 46.975 53.773 61.554 7 Maro Sebo Ilir 13.166 14.331 15.599 16.979 18.481 8 Pemayung 30.154 33.032 36.185 39.639 43.422 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2011

(14)

proyeksi kepadatan penduduk terbesar dengan kepadatan penduduk 211 Jiwa/Km2 dan yang paling rendah berada di Kecamatan Bathin XXIV dengan kepadatan penduduk 35 Jiwa/Km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6.6. Proyeksi Kepadatan Penduduk Kabupaten Batang Hari Tahun 2011-2031

No KECAMATAN LUAS (KM2) Jiwa/Km2

2011 2016 2021 2026 2031

1 Mersam 801,9 33 36 40 43 47

2 Maro Sebo Ulu 906,33 33 37 42 47 53

3 Batin XXIV 904,14 29 30 32 33 35

4 Muara Tembesi 419,77 66 77 90 105 123

5 Muara Bulian 417,97 134 150 168 188 211

6 Bajubang 1203,51 30 34 39 45 51

7 Maro Sebo Ilir 129,06 102 111 121 132 143

8 Pemayung 1022,15 30 32 35 39 42

Gambar

Tabel 6.1.Kemampuan dan Daya Dukung Lingkungan Hidupdalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis / KLHS RTRW
Tabel 6.2.Penilaian Dampak Kegiatan Budidaya Terhadap Lingkungan Hidupdalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Tabel 6.3.Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Tabel 6.4.
+3

Referensi

Dokumen terkait

  Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi struktur teks

BERE : Dipakai oleh laki-laki (dan isterinya) untuk panggilan anak laki-laki dan perempuan dari saudara perempuannya, untuk menantu laki-laki dari saudara perempuannya (IBEBERE),

Antioksidan yang dipakai kemudian didaur ulang oleh antioksidan lain untuk mencegahnya menjadi radikal bebas (bagi dirinya sendiri) atau tetap dalam bentuk tersebut tetapi

Dengan kata lain bahwa materi presentasi keindahan merupakan sesuatu yang diangkat dari objek persepsi, indera tidak menyentuh pertanyaan, “ apa yang dapat seni

Hanya gurunya yang aktif (berbicara), siswanya pasif. Jika siswa tidak dapat menangkap materi pelajaran, kesalahan cenderung ditimpakan kepada siswa. Dinding kelas dibiarkan

Dalam usaha pencarian indentitas diri ini mempengaruhi perilaku remaja.Salah satu bentuknya dengan meniru perilaku orang dewasa yang merokok di sekitarnya.Hal ini

barang yang dikirim tidak sesuai dengan spesifikasi yang tercantumkan dalam Purchase Order (PO), maka akan dibuat laporan return barang dan tindakan koreksi yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan penerapan teknik two stay two stray dengan Multimedia untuk meningkatkan pembelajaran IPS tentang