• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Penyajian Data

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab IV Penyajian Data"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Bab IV Penyajian Data

IV.1 Umum

Sistem pendanaan pemeliharaan jalan saat ini mulai berubah dengan dikembangkan dengan pola penanganan dengan menggunakan sistem kontrak. Jenis-jenis kontrak dalam penerapannya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Berbagai jenis kontrak seperti Kontrak Harga Satuan dengan Masa Pemeliharaan Diperpanjang (Unit Price Contract Extended Warranty Period),

Performance Based Maintenance Contract (PBMC), Investment Contract dan

Multi Years Contract (MYC). Salah satu tujuan utamanya adalah meningkatkan

kualitas pelayanan jalan. Perubahan sistem pendanaan ini perlu didukung dengan perubahan dalam sistem penerimaan dari sektor jalan, khususnya yang terkait pada aspek pemeliharaan jalan. Oleh sebab itu konsep kompensasi terhadap biaya pemeliharaan diharapkan menjadi salah satu sumber penerimaan yang mendukung sistem pendanaan diatas.

Penentuan besarnya nilai kompensasi suatu beban kendaraan terhadap biaya pemeliharaan dengan konsep cost recovery tentunya sangat dipengaruhi oleh

banyak faktor. Pada penelitian ini, konsep cost recovery akan dianalisis dengan

pendekatan kerusakan akibat beban lalu-lintas dan biaya pemeliharaan jalan yang dikaji berdasarkan sistem jaringan jalan. Pendekatan kerusakan jalan akibat beban lalu-lintas sendiri meliputi variabel beban kendaraan antara lain jumlah beban, jenis, komposisi dan golongan kendaraan. Dalam bagian analisis akan didekati dengan total beban sumbu kendaraan yang akan digunakan dalam perhitungan kumulatif angka ekivalen standar (kumulatif ESAL). Kemudian, pendekatan biaya pemeliharaan menggunakan variabel biaya dari kegiatan pemeliharaan rutin dan berkala selama umur layan serta rekonstuksi diakhir umur layan sebagai bentuk

recovery kondisi perkerasan jalan. Selanjutnya pada bagian analisis akan

digunakan sebagai komponen biaya pemeliharaan per ESAL.

Oleh karena itu dalam bagian penyajian data ini, digambarkan berbagai kondisi yang dapat mendukung pendekatan di atas, seperti Tebal perkerasan, Sistem manajemen pemeliharaan jalan, dan Faktor Lalu-lintas (Beban, Jenis, Komposisi,

(2)

dan Golongan Kendaraan). Pendekatan biaya dan tingkat kerusakan per Equivalen

Single Axle Load (ESAL) dipandang sebagai pendekatan standar. Sebagai contoh

tipologi beban dipilih ruas jalan lintas timur Sumatera (Jalintim) dan Pantura (Jawa).

IV.2 Data Tebal Perkerasan

Pada penelitian ini digunakan parameter standar yang biasa digunakan untuk perencanaan jalan nasional (Binamarga). Perancangan beberapa tebal perkerasan dimaksudkan untuk melihat berbagai tipe perkerasan dari sudut besar kumulatif ESAL rencana. Sehingga akan terlihat hubungan suatu tebal perkerasan terhadap tingkat kerusakan akibat beban dan biaya pemeliharaan jalan yang dibutuhkan. Perancangan tebal masing-masing lapis perkerasan dihitung untuk 3 tebal perkerasan jalan baru yaitu tebal (1) 2.000.000 ESAL per lajur, (2) 5.000.000

ESAL per lajur dan (3) 10.000.000 ESAL per lajur. Diharapkan ke tiga jenis tebal

ini dapat menggambarkan perkerasan tipis, sedang dan tebal. Asumsi Parameter Perencanaan yang digunakan adalah:

1. Perkiraan Lalu-lintas masa datang (W18) adalah pada akhir umur rencana (per lajur)

W18 = (1) 2.000.000, (2) 5.000.000, dan (3) 10.000.000

2. Tingkat Reliabilitas ( R )

R = 0.95

Untuk jalan arteri direkomendasikan nilai 75 - 95% (antar kota) 3. Standar Deviasi (So)

So = 0.5

Rentang 0.4 - 0.5

4. Modulus Resilien Efektif material tanah dasar (MR)

MR= 1500* CBR dimana: CBR = 5 %

5. Design Serviceability Loss (ΔPSI =IPo - IPt)

IPo = 4 IPt = 2.5

Karena dengan menggunakan persamaan perhitungan ITP (Persamaan II.7) diperoleh tebal setiap lapis perkerasan untuk masing-masing skenario kumulatif ESAL ini tidak memenuhi nilai minimum maka dalam analisis selanjutnya

(3)

digunakan nilai minimum (Tabel II.8) sehingga diperoleh data seperti yang terdapat pada Tabel IV.1

Tabel IV.1 Tebal Lapis Perkerasan

Lapis Perkerasan Tipe (1) (cm) Tipe (2) (cm) Tipe (3) (cm) D1a 7.5 8.75 10 D2b 15 15 15 D3c 15 15 15 a) a1 = 0.30 b) a2 = 0.14 c) a3 = 0.12

Gambar IV.1 Tebal Lapis Perkerasan

IV.3 Sistem Manajemen Pemeliharaan Jalan

Pendekatan yang berbeda dalam pelaksanaan manajemen pemeliharaan jalan tentu akan berdampak pada frekuensi penanganan yang dilakukan. Sehingga untuk komponen biaya pemeliharaan yang sama akan memiliki total biaya yang berbeda dalam pemeliharaan. Komponen biaya tergantung pada skema penanganan yang dipilih untuk kegiatan penanganan jalan. Pada bagian ini digunakan skema penanganan standar yang berlaku di Bina Marga sebagai sistem Budgeting (A) sebagai gambaran, yaitu:

1. Pemeliharaan Rutin, dilakukan setiap tahunnya kecuali bila ada pemeliharaan berkala.

2. Pemeliharaan Berkala, dilakukan setiap 5 tahun. /////\\\\\\/////\\\\\//////\\\\\\//////\\\\ D1 D2 D3 = 7.5 (1) ; 8.75 cm (2); 10 cm (3) = 15 cm = 15 cm

(4)

3. Peningkatan , dilakukan setiap 10 tahun

4. Pembangunan Baru/Rekonstruksi, dilakukan diakhir masa layan (umur rencana).

Perhitungan biaya pemeliharaan (cash flow) masing-masing kondisi tebal struktur

perkerasan jalan menggunakan Harga Satuan yang berlaku di Bina Marga untuk Provinsi Jawa Timur tahun 2007 (Tabel IV.2). Harga Satuan ini digunakan dengan alasan bahwa dari 5 provinsi yang digunakan sebagai studi kasus, Provinsi Jawa Timur memiliki harga satuan yang paling tinggi. Berdasarkan biaya masing-masing kegiatan penanganan maka dapat dihitung biaya pemeliharaan selama umur layan dapat dilihat dalam Tabel IV.3 s/d IV.4. Sementara besar biaya per ESAL untuk masing-masing tebal dengan membagi total biaya selama umur layan dengan kumulatif ESAL rencana dengan tahun dasar 2007 diperoleh besar biaya per beban sumbu (Tabel IV.6). Biaya ini untuk 1 lajur dengan asumsi lebar 3,5 meter. Nilai discount rate (r) yang digunakan masing-masing 10%, 15% dan 20%

(parameter ekonomi, IRMS) dengan tingkat inflasi rata-rata setiap tahun sebesar 7%.

Tabel IV.2 Biaya per km/lajur (dalam rupiah 2007) masing-masing penanganan

Kegiatan Tipe 1(Rp) a Tipe 2(Rp) b Tipe 3(Rp) c 1. Pemeliharaan Rutin 8,974,330.78 8,974,330.78 8,974,330.78 2. Pemeliharaan Berkala 465,766,167.96 564,695,690.39 620,859,560.88 3. Peningkatan Struktur 577,723,606.12 650,879,921.86 703,023,087.07 4. Rekonstruksi 654,136,248.74 715,319,613.79 767,204,298.20 a) Tebal Perkerasan 2 juta ESAL

b) Tebal Perkerasan 5 juta ESAL c) Tebal Perkerasan 10 juta ESAL

(5)

Tabel IV.3 Total Biaya Pemeliharaan Jalan untuk Tebal Perkerasan (1)

Tabel IV.4 Total Biaya Pemeliharaan Jalan untuk Tebal Perkerasan (2)

Tabel IV.5 Total Biaya Pemeliharaan Jalan untuk Tebal Perkerasan (3)

Tabel IV.6 Besar Biaya per Beban Sumbu

Tipe Discount Rate Satuan

10% 15% 20%

(1) 469 323 229 Rp/ESAL/Km/Lajur

(2) 213 147 105 Rp/ESAL/Km/Lajur

(6)

IV.4 Data Lalu-lintas

Pengklasifikasian suatu ruas jalan ditentukan oleh fungsi dan kelas jalan. Fungsi jalan dapat berupa jalan arteri, kolektor dan lokal. Sedangkan kelas jalan itu sendiri dikelompokkan berdasarkan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu-lintas. Di Indonesia, secara umum jaringan jalan nasional berfungsi sebagai arteri dan kolektor primer, dengan kelas jalan I dan II artinya kemampuan beban tidak lebih dari 10 ton. Menurut perannya, jalan-jalan nasional lebih berperan mengembangkan perekonomian nasional. Dengan demikian biasanya dijadikan lintas utama yang tidak terputus, sehingga distribusi kegiatan ekomomi tidak terganggu.

Di Indonesia dikenal jalan Lintas yaitu kumpulan dari lintas-lintas yang menjadi satu kesatuan jaringan pelayanan angkutan barang. Jalan lintas sendiri berperan untuk memperlancar distribusi barang sehingga jenis kendaraan niaga (2 sumbu atau lebih) cukup banyak. Selain itu pola karakteristik beban dapat dikelompokkan dalam beban minimum, beban ijin dan beban berlebih (overloading). Sedangkan Jalan nasional non lintas biasanya berfungsi untuk membantu proses distribusi yang merata, sehingga lebih banyak melewati daerah perkotaan (sistem sekunder). Untuk tetap menjaga kelancaran lalu-lintas dalam kota biasanya kendaraan niaga tidak diijinkan lewat atau dibatasi jam operasinya. Oleh sebab itu pola karakteristik beban sama namun komposisinya berbeda karena jumlah kendaraan niaga lebih sedikit dibanding ruas jalan lintas.

Konsep pembangunan jalan nasional secara umum dikelompokkan sebagai berikut (Bina Marga) :

I. Lintas Utama : Pantura Jawa, Lintas Timur Sumatera, Lintas Selatan Kalimantan dan Lintas Barat Sulawesi

II. Lintas Pendukung : Lintas Tengah Sumatera, Lintas Barat Sumatera, Lintas Tengah Jawa, Lintas Selatan Jawa, Lintas Timur Sulawesi

III. Jalan Nasional Non Lintas : seluruh jalan nasional yang tidak termasuk jalan lintas.

(7)

Dengan bahasa dan kesimpulan sederhana ruas-ruas jalan nasional dapat diklasifikasi berdasarkan beban, jenis dan komposisi kendaraan (Tabel IV.7).

Tabel IV.7 Tipologi Ruas Jalan Nasional berdasarkan Beban, Jenis dan

Komposisi Kendaraan

No. Tipologi Ruas

Lintas Utama

Lintas

Pendukung Non Lintas

I. Klasifikasi Beban

A. minimum √ √ √

B. ijin √ √ √

C. beban berlebih √

II. Jenis Kendaraan

A. Kendaraan Pribadi √ √ √

B. Kendaraan Umum √ √ √

C. Truk √ √

III. Komposisi Kendaraan

A. Kendaraan Pribadi rendah tinggi tinggi

B. Kendaraan Umum tinggi rendah menengah

C. Truk menengah menengah rendah

√ = ada

IV.4.1 Data Volume Lalu-lintas

Beban lalu-lintas merupakan faktor yang dianggap mempengaruhi kondisi perkerasan jalan, semakin besar beban lalu-lintas akan memperpendek umur layan. Sehingga kondisi ini akan berdampak pada kondisi kerusakan jalan. Hasil survei lalu-lintas diharapkan dapat memberikan gambaran tentang jenis kendaraan dan komposisi kendaraan suatu ruas jalan.

Dalam penelitian ini berbagai karakteristik lalu-lintas dapat digambarkan dari hasil Survei Lalu-lintas yang dilakukan di 3 titik jalan pantai utara jawa (Pantura) dan 2 titik jalan lintas timur (Jalintim). Dalam analisis selanjutnya data ini digunakan sebagai contoh tipologi beban lalu-lintas (A) Pantura dan (B) Jalintim.

1) Lokasi Ruas Jalan Pati-Rembang, Provinsi Jawa Tengah

Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR) berdasarkan hasil pengamatan selama 7 hari adalah sebesar 15.748 kend/hari (Tabel IV.8).

(8)

Tabel IV.8 Volume Lalu-lintas Ruas Pati – Rembang Tahun 2007

Sumber: Bina Marga, 2007

2) Lokasi Ruas Jalan Arteri Utara Semarang, Provinsi Jawa Tengah

Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR) berdasarkan hasil pengamatan selama 7 hari adalah sebesar 22.999 kend/hari (Tabel IV.9).

Tabel IV.9 Volume Lalu-lintas Ruas Arteri Utara Semarang Tahun 2007

Sumber: Bina Marga, 2007

3) Lokasi Ruas Jalan Cirebon – Losari, Provinsi Jawa Barat

Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR) berdasarkan hasil pengamatan selama 7 hari adalah sebesar 25.381 kend/hari (Tabel IV.10).

Tabel IV.10 Volume Lalu-lintas Ruas Losari – Cirebon Tahun 2007

Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol

1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c

3,787 2,009 2,481 1,418 204 25 868 766 524 155 341

LHR 8,791 - 2,009 2,481 1,418 204 25 868 766 524 155 341

LHR Arah Barat - Timur (Pati - Rembang) Golongan Kendaraan

Total Rata-Rata

Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol

1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c

3568 1949 2408 1376 207 24 879 683 433 159 328

LHR 8,446 - 1,949 2,408 1,376 207 24 879 683 433 159 328

LHR Arah Timur - Barat (Rembang - Pati) Golongan Kendaraan

Total Rata-Rata

Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol

1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c

6,688 3,073 3,773 2,160 275 60 1,175 829 726 180 337

LHR 12,588 - 3,073 3,773 2,160 275 60 1,175 829 726 180 337

LHR Arah Timur - Barat (Surabaya - Semarang)

Golongan Kendaraan Total Rata-Rata

Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol

1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c

803 2995 3649 2088 229 45 990 788 644 72 240

LHR 11,739 - 2,995 3,649 2,088 229 45 990 788 644 72 240

LHR Arah Barat - Timur (Semarang - Surabaya)

Golongan Kendaraan Total Rata-Rata

Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol

1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c

4,348 2,955 3,624 2,078 385 58 1,645 1,844 877 72 249 LHR 13,788 - 2,955 3,624 2,078 385 58 1,645 1,844 877 72 249

LHR Arah Timur - Barat (Losari - Cirebon) Golongan Kendaraan

Total Rata-Rata

Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol

1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c

LHR Arah Barat - Timur (Cirebon - Losari) Golongan Kendaraan

(9)

4) Lokasi Ruas Jalan Simpang Tiga – Sukamaju, Provinsi Lampung

Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR) berdasarkan hasil pengamatan selama 7 hari adalah sebesar 12.862 kend/hari (Tabel IV.11).

Tabel IV.11 Volume Lalu-lintas Ruas Simpang Tiga – Sukamaju Tahun 2007

Sumber: Bina Marga, 2007

5) Lokasi Ruas Jalan Simpang Peyandingan - Pematang Panggang, Provinsi

Sumatera Selatan

Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR) berdasarkan hasil pengamatan selama 7 hari adalah sebesar 9,641 kend/hari (Tabel IV.12).

Tabel IV.12 Volume Lalu-lintas Ruas Simpang Peyandingan – Pematang

Panggang Tahun 2007

Sumber: Bina Marga, 2007

Hasil Survei lalu-lintas rata-rata untuk Tipe A dan Tipe B yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan kendaraan pribadi (gol 2), kendaraan umum (gol 3, 4, 5a dan 5b) dan truk (6a, 6b, 7a, 7b, 7c), jenis dan komposisi kendaraan sebagai berikut:

Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol

1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c

217 1,732 2,127 1,221 172 22 725 1,064 233 8 25

LHR 7,327 - 1,732 2,127 1,221 172 22 725 1,064 233 8 25

LHR Arah Lampung ke Palembang Golongan Kendaraan

Total Rata-Rata

Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol

1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c

71 1535 1873 1073 133 205 562 833 86 1 8

LHR 6,310 - 1,535 1,873 1,073 133 205 562 833 86 1 8

LHR Arah Palembang ke Lampung Golongan Kendaraan

Total Rata-Rata

Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol

1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c

252 1,504 1,857 1,061 129 103 552 468 99 0 11

LHR 5,784 - 1,504 1,857 1,061 129 103 552 468 99 0 11

LHR Arah Lampung ke Palembang Golongan Kendaraan

Total Rata-Rata

Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol Gol

1 2 3 4 5a 5b 6a 6b 7a 7b 7c

168 1003 1238 707 86 69 368 312 66 0 7

LHR 3,856 - 1,003 1,238 707 86 69 368 312 66 0 7

LHR Arah Palembang ke Lampung Golongan Kendaraan

(10)

1. Tipe A

Jenis kendaraan pribadi rendah (23 %), kendaraan umum tinggi (47 %) dan truk menengah (30 %).

2. Tipe B

Jenis kendaraan pribadi menengah (25 %), kendaraan umum tinggi (51 %) dan truk rendah (24 %).

IV.4.2 Data Beban Sumbu Kendaraan

Data ini biasanya diperoleh dengan survey beban sumbu misalnya dengan alat Weight in Motion (WIM). Hasilnya dapat memberikan gambaran beban masing-masing sumbu kendaraan baik minimum, batas ijin maupun overloading. Sebagai bentuk gambaran aktual dilapangan dicoba dipaparkan hasil Survei Beban Sumbu (WIM) di Ruas Jalan Pantai Utara Jawa (Pantura) dan Lintas Timur (Jalintim) yang dilakukan pada tahun 2007. Alat WIM merekan semua jenis kendaraan 2 sumbu atau lebih dengan berat sumbu > 5 ton. Berikut disajikan data hasil survei tersebut.

A. Hasil Survei WIM

Tabel IV.13 Ruas Jalan N0. 2408112 Arteri Utara – Semarang

Jenis Kendaraan Kelas

Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata

Truk Berat 1.2H/Fuso (Gol 6B) 4103 10050 7673.4407 7129 25125 16674.96

Truk 3 Sumbu (Gol 7A) 4963 10066 8066.086 6374 22650.3 16360.38 7389 22572 15767.65

1.2.2/Tronton

Truk Triler 1.2 - 2.2 (Gol 7C) 5162.4 8978.4 7201.7873 6503.2 19723.2 13446.94 7871.2 17653.6 12439.84

Truk Triler 1.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 4388.8 8055.2 6216.8839 6071.45 19366.27 13110.26 7658.69 22290.69 14843.13

Truk Triler 1.2.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 5328.8 8016 7033.414 6033.3 15625.4 10557.71 9422.7 17536.4 14914.64 Jenis Kendaraan Kelas

Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata

Truk Berat 1.2H/Fuso (Gol 6B)

Truk 3 Sumbu (Gol 7A)

1.2.2/Tronton

Truk Triler 1.2 - 2.2 (Gol 7C) 8331.2 19208 13035.023

Truk Triler 1.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 9251.03 22453.6 15791.584 7051.237 21321.07 14525.03

Truk Triler 1.2.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 6683.915 18737.18 12964.974 8101.52 17242.3 12284.67 8702.05 18875.64 13475.81

W4 (kg) W5 (kg) W6 (kg)

(11)

Tabel IV.14 Ruas Jalan N0. 22013 Cirebon – Losari

Jenis Kendaraan Kelas

Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata

Truk Berat 1.2H/Fuso (Gol 6B) 3082 10012 8308.3851 1483 24402 19462.92

Truk 3 Sumbu (Gol 7A) 4340 9991 8639.9133 6507.9 21894.3 18690.14 6303.6 21894.3 18115.88

1.2.2/Tronton

Truk Triler 1.2 - 2.2 (Gol 7C) 5972 7788 7022.7807 9236.5 17000.2 15133.19 9759.2 19424.8 17244.17

Truk Triler 1.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 4528.8 7856.8 6555.0959 6157.2 17014.9 12479.4 7793.964 20127.02 15067.28

Truk Triler 1.2.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 5452.8 7782.4 7184.1325 5374.512 12783.42 9362.331 7501.455 12726.73 11449.79 Jenis Kendaraan Kelas

Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata

Truk Berat 1.2H/Fuso (Gol 6B)

Truk 3 Sumbu (Gol 7A)

1.2.2/Tronton

Truk Triler 1.2 - 2.2 (Gol 7C) 5040.8 19374.4 16336.267

Truk Triler 1.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 6350.76 20129.51 14416.911 7395.696 20126.2 14220.28

Truk Triler 1.2.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 8605.52 18540.06 14578.327 8336.097 17617.67 13509.48 8441.51 18724.86 14816.02

W4 (kg) W5 (kg) W6 (kg)

W1 (kg) W2 (kg) W3 (kg)

Tabel IV.15 Ruas Jalan N0. 24093 Pati – Rembang

Jenis Kendaraan Kelas

Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata

Truk Berat 1.2H/Fuso (Gol 6B) 4947 10068 9099.05 8536 25172 22044.83

Truk 3 Sumbu (Gol 7A) 5461 9949 8482.8059 8246 25161 20464.85 6146 25122 20580.51

1.2.2/Tronton

Truk Triler 1.2 - 2.2 (Gol 7C) 6360 9742 7762.9891 8680.932 18342.37 16810.03 8118 18113.04 16364.14

Truk Triler 1.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 5080.8 8052.8 7581.6142 5769.4 17610.6 13888.69 6461.728 19723.87 15555.34

Truk Triler 1.2.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 5325.6 7040.6 6643.6707 5197.406 12832.51 10170.89 6681.868 12830.47 11404.58 Jenis Kendaraan Kelas

Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata

Truk Berat 1.2H/Fuso (Gol 6B)

Truk 3 Sumbu (Gol 7A)

1.2.2/Tronton

Truk Triler 1.2 - 2.2 (Gol 7C) 7378.56 18112.32 16236.94

Truk Triler 1.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 9018.432 20535.46 17590.46 9062.496 20476.7 17438.1

Truk Triler 1.2.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 6817.536 17682.37 14461.368 5637.6 18102.96 14405.45 7880.352 18491.26 15191.4

W4 (kg) W5 (kg) W6 (kg)

(12)

Tabel IV.16 Ruas Jalan N0. 1702221K Simpang Tiga – Sukamaju

Jenis Kendaraan Kelas

Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata

Truk Berat 1.2H/Fuso (Gol 6B) 2660 17140 6746.2328 4033 23170 11950.29

Truk 3 Sumbu (Gol 7A) 3150 15680 6678.3995 3091 20561 10967.51 2333 20731 10730.91

1.2.2/Tronton

Truk Triler 1.2 - 2.2 (Gol 7C) 4990 8680 6647.0588 7169 16550 10281.53 5372 15192 9994.765

Truk Triler 1.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 4390 10850 6862.1739 5077 15682 10025.43 4812 15142 9657.478

Truk Triler 1.2.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 4290 10140 6737.1739 4566 15080 10161.78 6514 16711 11008.7 Jenis Kendaraan Kelas

Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata

Truk Berat 1.2H/Fuso (Gol 6B)

Truk 3 Sumbu (Gol 7A)

1.2.2/Tronton

Truk Triler 1.2 - 2.2 (Gol 7C) 4455 13946 8662.8235

Truk Triler 1.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 3826 15417 8742.6957 953 13942 8581.37

Truk Triler 1.2.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 5488 15417 9248.3261 4182 16123 9275.174 4733 14212 9686.348

W4 (kg) W5 (kg) W6 (kg)

W1 (kg) W2 (kg) W3 (kg)

Tabel IV.17 Ruas Jalan No.15090 Simpang Peyandingan - Pematang Panggang

Jenis Kendaraan Kelas

Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata

Truk Berat 1.2H/Fuso (Gol 6B) 3040 12420 6516.9175 3481 22790 10841.63

Truk 3 Sumbu (Gol 7A) 2860 12910 6490.3799 4076 21609 10049.45 3521 23761 9832.768

1.2.2/Tronton

Truk Triler 1.2 - 2.2 (Gol 7C) 4520 9220 7179.1034 4919 15032 9597 3951 16811 10526.45

Truk Triler 1.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 4260 9280 6425.2381 4134 15686 9835.714 5384 17951 10025.71

Truk Triler 1.2.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 3900 12150 6186.4516 4347 15039 9171.258 4004 14063 9479.29 Jenis Kendaraan Kelas

Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata Min Max Rata-rata

Truk Berat 1.2H/Fuso (Gol 6B)

Truk 3 Sumbu (Gol 7A)

1.2.2/Tronton

Truk Triler 1.2 - 2.2 (Gol 7C) 3955 15415 10154.621

Truk Triler 1.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 5076 14700 8691.9048 3693 16331 9537.952

Truk Triler 1.2.2 - 2.2.2 (Gol 7C) 3696 15468 8393.4194 2832 17412 8423.516 4342 16812 8675.871

W4 (kg) W5 (kg) W6 (kg)

W1 (kg) W2 (kg) W3 (kg)

(13)

B. Karakteristik Pola Beban Lalu-lintas

1. Beban Sumbu Aktual dan Beban Sumbu Ijin Tipe A

Berat Sumbu Truk Berat 1.2H/Fuso ( GOL 6B ) - PANTURA

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 ( K g ) Rata2 Pantura (kg) 8570 20286 28856

Berat Sumbu Ijin (kg) 6000 10000 16000

Brt Sumbu Depan Brt Sumbu Blkg Brt Sumbu Total/Kend

Gambar IV.2 Berat Sumbu Truk Berat Golongan 6B (Tipe A)

Berat Sumbu Truk Berat 1.2.2/Tronton (GOL 7A)-PANTURA

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 ( K g ) Rata2 Pantura (kg) 8553 37739 46292

Berat Sumbu Ijin (kg) 6000 18000 24000

Brt Sumbu Depan Brt Sumbu Blkg/Tandem Brt Sumbu Total/Kend

(14)

Gambar IV.4 Berat Sumbu Truk Berat Golongan 7C1 (Tipe A)

Berat Sum bu Truk Trailer 1.2 - 2.2.2 (GOL 7C) - PANTURA

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 55000 60000 65000 70000 ( K g ) Rata2 Pantura (kg) 6891 13855 47773 68518

Berat Sumbu Ijin (kg) 6000 10000 21000 37000

Brt Sumbu Depan Brt Sumbu Tengah Brt Sumbu Blkg/Triple

Brt Sumbu Total/Kend

Gambar IV.5 Berat Sumbu Truk Berat Golongan 7C2 (Tipe A)

Berat Sumbu Truk Trailer 1.2 - 2.2 (GOL 7C) - PANTURA

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 55000 60000 ( kg ) Rata2 Pantura (kg) 7405 15517 31286 54209

Berat Sumbu Ijin (kg) 6000 10000 18000 34000

Brt Sumbu Depan Brt Sumbu Tengah Brt sumbu blkg/tandem Brt Sumbu Total/Kend

(15)

Berat Sum bu Truk Trailer 1.2.2 - 2.2.2 (GOL 7C) - PANTURA 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 55000 60000 65000 70000 75000 ( K g ) Rata2 Pantura (kg) 7019 23172 39609 73132

Berat Sumbu Ijin (kg) 6000 18000 21000 45000

Brt Sumbu Depan Brt Sumbu Tengah/Tandem Brt Sumbu Blkg/Triple Brt Sumbu Total/Kend

Gambar IV.6 Berat Sumbu Truk Berat Golongan 7C3 (Tipe A)

2. Beban Sumbu Aktual dan Beban Sumbu Ijin Tipe B

Berat Sum buTruk Berat 1.2H/Fuso (GOL 6B)- JALINTIM

0 5000 10000 15000 20000 25000 Rata2 Jalintim (kg) 7075 12448 19523

Berat Sumbu Ijin (kg) 6000 10000 16000

Brt Sumbu Depan Brt Sumbu Blkg Brt Sumbu Total/Kend

(16)

Berat Sum bu Truk Berat 1.2.2/Tronton (GOL 7A) - JALINTIM 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 ( k g ) Rata2 Jalintim (kg) 7017 22391 29408

Berat Sumbu Ijin (kg) 6000 18000 24000

Brt Sumbu Depan Brt Sumbu Blkg/Tandem Brt Sumbu Total/Kend

Gambar IV.8 Berat Sumbu Truk Berat Golongan 7A (Tipe B)

Berat Sum bu Truk Trailer 1.2 - 2.2 (GOL 7C) - JALINTIM

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 Rata2 Jalintim (kg) 7179 10947 21363 39488

Berat Sumbu Ijin (kg) 6000 10000 18000 34000

Brt Sumbu Depan Brt Sumbu Tengah Brt Sumbu Blkg/Tande m Brt Sumbu Total/Kend

(17)

Berat Sumbu Truk Trailer 1.2 - 2.2.2 (GOL 7C) - JALINTIM 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 55000 Rata2 Jalintim (kg) 7165 10848 30425 48437

Berat Sumbu Ijin (kg) 6000 10000 21000 37000

Brt Sumbu Depan Brt Sumbu Tengah

Brt Sumbu Blkg/Triple

Brt Sumbu Total/Kend

Gambar IV.10 Berat Sumbu Truk Berat Golongan 7C2 (Tipe B)

Berat Sum buTruk Trailer 1.2.2-2.2.2 (GOL 7C) - JALINTIM

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 55000 60000 Rata2 Jalintim (kg) 7148 21011 29170 57329

Berat Sumbu Ijin (kg) 6000 18000 21000 45000

Brt Sumbu Depan Brt Sumbu Tengah/Ta Brt Sumbu Blkg/Triple Brt Sumbu Total/Kend

Gambar IV.11 Berat Sumbu Truk Berat Golongan 7C3 (Tipe B)

Dari hasil survei beban sumbu kendaraan diperoleh bahwa semua beban per sumbu kendaraan melebihi batas ijin berdasarkan fungsi dan kelas jalan. Kondisi ini biasanya disebut beban berlebih (over loading).

(18)

IV.5 Struktur Penggolongan Kendaraan

Penggolongan kendaraan sangat ditentukan oleh tujuan dibuatnya sistem penggolongan kendaraan. Tujuan yang berbeda akan menghasilkan penggolongan kendaraan yang berbeda pula. Oleh sebab itu sesuai dengan tujuan penggolongan yang akan digunakan dalam struktur tarif kompensasi adalah tingkat kerusakan maka diupayakan menggunakan sistem penggolongan yang sudah mempertimbangkan faktor kerusakan kendaraan (Faktor Ekivalen).

Berikut secara umum faktor ekivalen kendaraan dari berbagai jenis kendaraan pergolongan yang digunakan Bina Marga.

Golongan Golongan

Kendaraan 2[Sedan,jeep,station wagon] ( 1 . 1 ) Kendaraan 3[oplet,pick up,subur combi,minibus] ( 1 . 1 )

Axle kosong maksimum kosong maksimum Axle kosong maksimum kosong maksimum Depan 750 1,000 0.00037 0.00118 Depan 750 1,000 0.00037 0.00118 Belakang 750 1,000 0.00037 0.00118 Belakang 750 1,500 0.00037 0.00595 Total 1,500 2,000 0.00074 0.00235 Total 2,500 0.00074 0.00713

4[pick up micro truck,mobil hantaran] ( 1 . 2 ) 5A[ bus kecil ] ( 1 . 2 )

Axle kosong maksimum kosong maksimum Axle kosong maksimum kosong maksimum Depan 750 1,000 0.00037 0.00118 Depan 1,500 2,000 0.00595 0.01882 Belakang 750 1,750 0.00037 0.01103 Belakang 1,000 4,000 0.00118 0.30107 Total 1,500 2,750 0.00074 0.01221 Total 2,500 6,000 0.00713 0.31988

5B[ bus besar ] ( 1 . 2 ) 6b[truk berat 2 sumbu ] ( 1 . 2H )

Axle kosong maksimum kosong maksimum Axle kosong maksimum kosong maksimum Depan 1,750 3,060 0.01103 0.10311 Depan 2,500 6,188 0.04594 1.72435 Belakang 1,250 5,940 0.00287 1.46410 Belakang 1,700 12,012 0.00023 0.58075 Total 3,000 9,000 0.01390 1.56721 Total 4,200 18,200 0.04617 2.30510

7A[ truk 3 sumbu ] ( 1 . 22 ) 7B[ truk gandengan ] ( 1. 2 + 2.2 )

Axle kosong maksimum kosong maksimum Axle kosong maksimum kosong maksimum Depan 3,000 6250 0.09526 1.79451 Depan 3,000 5338 0.09526 0.95486 Belakang 2,000 18750 0.00014 1.06664 Belakang 1,700 10990 0.00188 3.29026

Front Troley Front Troley 850 7536 0.00012 0.72745

Rear Troley Rear Troley 850 7536 0.00012 0.72745

Total 5,000 25,000 0.09540 2.86115 Total 6,400 31,400 0.09738 5.70002

7C[ truk semi trailer ] ( 1.2. - 2.2 ) 6a[truk ringan 2 sumbu ] ( 1 . 2L )

beban/berat (kg) Faktor Ekivalen Kend/VDF beban/berat (kg) Faktor Ekivalen Kend/VDF Axle kosong maksimum kosong maksimum Axle kosong maksimum kosong maksimum Depan 1,800 7560 0.01235 3.84160 Depan 2,000 2,822 0.01882 0.07459 1st Tandem 2,800 11760 0.01386 4.31389 1st Tandem 1,300 5,478 0.00060 1.05904 2nd Tandem 5,400 22680 0.00734 2.28342 2nd Tandem

Total 10,000 42,000 0.03355 10.43891 Total 3,300 8,300 0.01942 1.13363 beban/berat (kg) Faktor Ekivalen Kend/VDF beban/berat (kg) Faktor Ekivalen Kend/VDF

beban/berat (kg) Faktor Ekivalen Kend/VDF beban/berat (kg) Faktor Ekivalen Kend/VDF

beban/berat (kg) Faktor Ekivalen Kend/VDF beban/berat (kg) Faktor Ekivalen Kend/VDF

beban/berat (kg) Faktor Ekivalen Kend/VDF beban/berat (kg) Faktor Ekivalen Kend/VDF

Gambar

Tabel IV.1 Tebal Lapis Perkerasan
Tabel IV.2 Biaya per km/lajur (dalam rupiah 2007) masing-masing penanganan  Kegiatan  Tipe 1 (Rp)  a Tipe 2 (Rp)  b Tipe 3 (Rp)  c
Tabel IV.4 Total Biaya Pemeliharaan Jalan untuk Tebal Perkerasan (2)
Tabel IV.7 Tipologi Ruas Jalan Nasional berdasarkan Beban, Jenis dan  Komposisi Kendaraan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui sifat termal yaitu suhu pelelehan dan suhu dekomposisi dari suatu polipaduan maka dilakukan karakterisasi termal terhadap hasil proses blending pengaruh

Simple Pay 0% untuk 3, 6 & 12 bulan Minimum transaksi Rp.1.000.000,- Berlaku di seluruh outlet ORISKIN Berlaku untuk PermataKartuKredit Berlaku hingga 31 Mei 2018 Moira Beauty

dimiliki oleh marketer saja! akan tetapi manajer proyek harus memiliki kemampuan untuk memasarkan hasil proyeknya! karena akan sangat tragis ketika sebuah proyek yang sukses

Penelitian difokuskan pada interpretasi horizon batuan dasar Pra-Tersier berupa Formasi Kemum dan intrusi granit serta struktur geologi (terutama sesar dan rekahan) dengan

Revolusi yang terjadi di Eropa pada abad ke-19 membawa perubahan bagi negara terjajah di Asia, termasuk Indonesia. Hal itu menyebabkan munculnya suatu golongan baru dalam

mempunyai hubungan positif atau searah dengan tingkat imbal hasil investor, karena di saat Earning per share mengalami kenaikan, nilai Return On Equity (ROE)

 Baghdad menjadi pusat intelektual terunggul pada masa pemerintahan Khalifah Harun al-Rasyid (786-809M) yang juga pengasas ‘Khizanah al-Hikmah ’.. Lahir ramai sarjana

Sementara pada kenyataannya, secara ekonomi masyarakat India Punjabi di kota Medan lebih mapan dibandingkan masyarakat Tamil, hal ini dapat terlihat dengan bertahannya toko-toko