xiii DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Pernyataan ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Nota Dinas ... iv
Halaman Motto ... v
Halaman
Persembahan... vi
Abstraks ... vii
Kata Pengantar ... viii
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Bagan ... xiv
Transliterasi Arab-latin ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah
... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Telaah Pustaka ... 6
F. Sistematika Pembahasan ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Tinjauan Umum Zakat ... 9
1. Pengertian Zakat ... 9
2. Macam – macam Zakat ... 10
3. Hikmah dan tujuan Zakat ... 10
4. Tujuan Zakat ... 12
5. Golongan yang berhak menerima Zakat ... 13
6. Keadaan Mustahiq dan Masalahnya ... 14
a. Fakir ... 14
xiii c. Amil Zakat ... 16 d. Muallaf ... 16 e. Hamba Sahaya ... 17 f. Gharim ... 17 g. Sabilillah ... 18 h. Ibnu Sabil ... 18
7. Kedudukan Zakat dalam Islam ... 18
B. Organisasi Pengelola Zakat ... 20
1. Pengertian Organisasi Pengelola Zakat ... 20
2. Jenis – jenis Organisasi Pengelola Zakat ... 20
3. Karakteristik Organisasi Pengelola Zakat ... 20
4. Fungsi Organisasi Pengelola Zakat ... 21
5. Persyaratan Lembaga Pengelola Zakat ... 21
C. Zakat dalam Perspektif Sosial Ekonomi ... 23
D. Zakat untuk Usaha Produktif ... 24
E. Pendayagunaan Dana Zakat ... 25
F. Praktek Pendayagunaan Zakat Produktif ... 25
G. Pengaruh Zakat dalam Perekonomian ... 27
H. Hipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
A. Jenis Penelitian ... 29
B. Definisi Operasional Variabel ... 29
C. Lokasi Penelitian... 31
D. Subyek Penelitian ... 32
E. Metode Pengumpulan Data ... ... 33
F. Metode Analisis Data... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36
A. Gambaran Umum Subyek Penelitian ... 36
1. Profil Lembaga Amil Zakat Yayasan Solo Peduli ... 36
2. Program Kegiatan LAZ Yayasan Solo Peduli ... 38
3. Produk – produk LAZ Yayasan Solo Peduli ... 38
xiii
5. Manajemen Pengelolaan Zakat Produktif ... 41
6. Prosedur Pengembangan Ekonomi Produktif ... 44
B. Data Hasil Penelitian ... 46
C. Analisis Regresi Sederhana ... 47
D. Uji Hipotesis ... 49
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN
xiii DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Nama mustahiq dan jumlah dana
yang disalurkan ... ... 42
Tabel 4.2 Jumlah dana(zakat) yang disalurkan dan pendapatan Mustahiq setelah diberi dana(zakat)... 44
Tabel 4.3 Hasil Uji R2 ... 46
Tabel 4.4 Hasil Uji F ...46
xiii DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Variabel Penelitian...30 Bagan 4.1 Bagan Organisasi LAZ Yayasan Solo Peduli...41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Konsep asuransi sangat berkaitan erat dengan kehidupan berkelompok.
Dalam kehidupan bermasyarakat, orang hidup bersama dalam keluarga besar atau suku dimana kebutuhan–kebutuhanya dipenuhi dan dilindungi melalui kerja sama dan saling membantu. Pada waktu suatu keluarga atau suku berubah menjadi kehidupan yang berpindah–pindah, secara individu keluarga tersebut menghadapi berbagai macam bahaya tanpa adanya perlindungan dari keluarga maupun sukunya.1 Keberadaan produk asuransi syariah selain karena tuntutan pasar, juga dikarenakan keberadaan suatu produk diperlukan dalam rangka menjaga komitmen terhadap prinsip–prinsip syariah, terutama kemaslahatan ummat dan rahmat bagi alam. Kondisi ini menunjukan bahwa selain karena orientasi bisnis, asuransi syariah juga berorientasi pada syiar Islam. Hal inilah yang menjadikan asuransi syariah dituntut lebih aktif, kreatif, dan inovatif terhadap berbagai perkembangan di tengah-tengah masyarakat.
Produk asuransi syariah ditawarkan kepada seluruh masyarakat, bukan saja muslim tetapi non muslim. Prinsip tolong menolong takaful, dalam asuransi syariah bermakna universal, tolong-menolong bukan saja ditujukan kepada sesama muslim, melainkan kepada seluruh manusia. Dan hal ini pula yang menjadikan alasan bagi masyarakat untuk tertarik menjadi bagian dan penyelenggaraan asuransi syariah.2
Dilihat dari sifatnya, asuransi dibedakan menjadi 2, yaitu asuransi sosial, yakni bentuk asuransi yang sepenuhnya ditangani pemerintah seperti jamsostek, taspen, asabri dan askes. Yang kedua adalah asuransi non sosial seperti asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Kedua bentuk asuransi tersebut dalam operasionalnya
1 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,1995), hal.29. 2 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, edisi 2, (Yogyakarta: Ekonosia, 2003), hal. 126.
xi PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Transliterasi adalah pengalihan tulisan dari satu bahasa ke dalam tulisan bahasa lain. Dalam skripsi ini transliterasi yang dimaksud adalah pengalihan tulisan bahasa ‘Arab ke bahasa latin. Penulisan transliterasi ‘Arab-Latin di sini menggunakan transliterasi dari keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987. Secara garis besar uraiannya adalah sebagai berikut:
1. Konsonan tunggal Huruf
Arab Nama Huruf latin Keterangan
Ç
alif tidak dilambangkan tidak dilambangkanÈ
Ba b beÊ
Ta t teË
sa’ s es (dengan dengsn titik diatas )Ì
Jim j jeÍ
Ha h ha (dengan titik di bawah)Î
Kha kh ka dan haÏ
Dal d deÐ
Żal ż zet (dengan titik di atas)Ñ
Ra r erÒ
Zai z zetÓ
Sin s esÔ
Syin sy es dan yeÕ
Sad S es (dengan titik di bawah)Ö
Dad d de (dengan titik di bawah)BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Konsep asuransi sangat berkaitan erat dengan kehidupan berkelompok.
Dalam kehidupan bermasyarakat, orang hidup bersama dalam keluarga besar atau suku dimana kebutuhan–kebutuhanya dipenuhi dan dilindungi melalui kerja sama dan saling membantu. Pada waktu suatu keluarga atau suku berubah menjadi kehidupan yang berpindah–pindah, secara individu keluarga tersebut menghadapi berbagai macam bahaya tanpa adanya perlindungan dari keluarga maupun sukunya.1 Keberadaan produk asuransi syariah selain karena tuntutan pasar, juga dikarenakan keberadaan suatu produk diperlukan dalam rangka menjaga komitmen terhadap prinsip–prinsip syariah, terutama kemaslahatan ummat dan rahmat bagi alam. Kondisi ini menunjukan bahwa selain karena orientasi bisnis, asuransi syariah juga berorientasi pada syiar Islam. Hal inilah yang menjadikan asuransi syariah dituntut lebih aktif, kreatif, dan inovatif terhadap berbagai perkembangan di tengah-tengah masyarakat.
Produk asuransi syariah ditawarkan kepada seluruh masyarakat, bukan saja muslim tetapi non muslim. Prinsip tolong menolong takaful, dalam asuransi syariah bermakna universal, tolong-menolong bukan saja ditujukan kepada sesama muslim, melainkan kepada seluruh manusia. Dan hal ini pula yang menjadikan alasan bagi masyarakat untuk tertarik menjadi bagian dan penyelenggaraan asuransi syariah.2
Dilihat dari sifatnya, asuransi dibedakan menjadi 2, yaitu asuransi sosial, yakni bentuk asuransi yang sepenuhnya ditangani pemerintah seperti jamsostek, taspen, asabri dan askes. Yang kedua adalah asuransi non sosial seperti asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Kedua bentuk asuransi tersebut dalam operasionalnya
1 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,1995), hal.29. 2 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, edisi 2, (Yogyakarta: Ekonosia, 2003), hal. 126.
xii
Ù
Za z zet (dengan titik di bawah)Ú
‘ain ‘ koma terbalik (di atas)Û
Gain g geÝ
Fa f efÞ
Qaf q kiß
Kaf k kaá
Lam l elã
Mim m emä
Nun n enæ
Wau w weه
Ha h haÁ
hamzah ‘ apostrofí
Ya y ye 2. VokalVokal bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan rangkap atau diftong.
a. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
---
َ
---
Fathah a a ----ِ
--
Kasrah i i ---ُ
---
Dammah u u Contoh:BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Konsep asuransi sangat berkaitan erat dengan kehidupan berkelompok.
Dalam kehidupan bermasyarakat, orang hidup bersama dalam keluarga besar atau suku dimana kebutuhan–kebutuhanya dipenuhi dan dilindungi melalui kerja sama dan saling membantu. Pada waktu suatu keluarga atau suku berubah menjadi kehidupan yang berpindah–pindah, secara individu keluarga tersebut menghadapi berbagai macam bahaya tanpa adanya perlindungan dari keluarga maupun sukunya.1 Keberadaan produk asuransi syariah selain karena tuntutan pasar, juga dikarenakan keberadaan suatu produk diperlukan dalam rangka menjaga komitmen terhadap prinsip–prinsip syariah, terutama kemaslahatan ummat dan rahmat bagi alam. Kondisi ini menunjukan bahwa selain karena orientasi bisnis, asuransi syariah juga berorientasi pada syiar Islam. Hal inilah yang menjadikan asuransi syariah dituntut lebih aktif, kreatif, dan inovatif terhadap berbagai perkembangan di tengah-tengah masyarakat.
Produk asuransi syariah ditawarkan kepada seluruh masyarakat, bukan saja muslim tetapi non muslim. Prinsip tolong menolong takaful, dalam asuransi syariah bermakna universal, tolong-menolong bukan saja ditujukan kepada sesama muslim, melainkan kepada seluruh manusia. Dan hal ini pula yang menjadikan alasan bagi masyarakat untuk tertarik menjadi bagian dan penyelenggaraan asuransi syariah.2
Dilihat dari sifatnya, asuransi dibedakan menjadi 2, yaitu asuransi sosial, yakni bentuk asuransi yang sepenuhnya ditangani pemerintah seperti jamsostek, taspen, asabri dan askes. Yang kedua adalah asuransi non sosial seperti asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Kedua bentuk asuransi tersebut dalam operasionalnya
1 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,1995), hal.29. 2 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, edisi 2, (Yogyakarta: Ekonosia, 2003), hal. 126.
xiii
سئل
su’ilaذ
كر
dzukira
b. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
ى
--َ--- Fathah dan ya ai a dan iو
--َ--- Fathah dan wawu au a dan uContoh:
كيف
kaifaﻩول
haula 3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda:
A. Fathah + huruf alif, ditulis = a dengan garis di atas, seperti
لﺎﺟّر
rijālun
B. Fathah + huruf alif layyinah, ditulis = a dengan garis di atas, seperti
موسي
mūsāC. Kasrah + huruf ya' mati, ditulis = i dengan garis di atas, seperti
مجيب
mujībun
D. Dammah + huruf wawu mati, ditulis = u dengan garis di atas, seperti
قلوبﻩم
qulūbuhum
4. Ta’ Marbutah
Transliterasi untuk ta’ marbutah ada dua: a. Ta’ Marbutah hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Konsep asuransi sangat berkaitan erat dengan kehidupan berkelompok.
Dalam kehidupan bermasyarakat, orang hidup bersama dalam keluarga besar atau suku dimana kebutuhan–kebutuhanya dipenuhi dan dilindungi melalui kerja sama dan saling membantu. Pada waktu suatu keluarga atau suku berubah menjadi kehidupan yang berpindah–pindah, secara individu keluarga tersebut menghadapi berbagai macam bahaya tanpa adanya perlindungan dari keluarga maupun sukunya.1 Keberadaan produk asuransi syariah selain karena tuntutan pasar, juga dikarenakan keberadaan suatu produk diperlukan dalam rangka menjaga komitmen terhadap prinsip–prinsip syariah, terutama kemaslahatan ummat dan rahmat bagi alam. Kondisi ini menunjukan bahwa selain karena orientasi bisnis, asuransi syariah juga berorientasi pada syiar Islam. Hal inilah yang menjadikan asuransi syariah dituntut lebih aktif, kreatif, dan inovatif terhadap berbagai perkembangan di tengah-tengah masyarakat.
Produk asuransi syariah ditawarkan kepada seluruh masyarakat, bukan saja muslim tetapi non muslim. Prinsip tolong menolong takaful, dalam asuransi syariah bermakna universal, tolong-menolong bukan saja ditujukan kepada sesama muslim, melainkan kepada seluruh manusia. Dan hal ini pula yang menjadikan alasan bagi masyarakat untuk tertarik menjadi bagian dan penyelenggaraan asuransi syariah.2
Dilihat dari sifatnya, asuransi dibedakan menjadi 2, yaitu asuransi sosial, yakni bentuk asuransi yang sepenuhnya ditangani pemerintah seperti jamsostek, taspen, asabri dan askes. Yang kedua adalah asuransi non sosial seperti asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Kedua bentuk asuransi tersebut dalam operasionalnya
1 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,1995), hal.29. 2 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, edisi 2, (Yogyakarta: Ekonosia, 2003), hal. 126.
xiv Ta’ Marbutah yang hidup atau yang mendapat harakah fathah, kasrah dan dammah, transliterasinya adalah “t”.
b. Ta’ Marbutah mati
Ta’ marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah “h”
Contoh:
طلحة
– Talhahc. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta’ marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang “al” serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta’ marbutah itu ditransliterasikan dengan “h”.
Contoh:
روضة
الجنة
- Raudah al-jannah
5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda syaddah, dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.
Contoh:
ر
ﺎﻨّﺑ
– rabbanaنعم
-
na’ima 6. Penulisan Huruf Alif LamA. Jika bertemu dengan huruf qamariyah,maupun qomariyah ditulis dengan metode yang sama yaitu tetapi ditulis al-, seperti :
الكريم
الكبير
al-karīm al-kabīr
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Konsep asuransi sangat berkaitan erat dengan kehidupan berkelompok.
Dalam kehidupan bermasyarakat, orang hidup bersama dalam keluarga besar atau suku dimana kebutuhan–kebutuhanya dipenuhi dan dilindungi melalui kerja sama dan saling membantu. Pada waktu suatu keluarga atau suku berubah menjadi kehidupan yang berpindah–pindah, secara individu keluarga tersebut menghadapi berbagai macam bahaya tanpa adanya perlindungan dari keluarga maupun sukunya.1 Keberadaan produk asuransi syariah selain karena tuntutan pasar, juga dikarenakan keberadaan suatu produk diperlukan dalam rangka menjaga komitmen terhadap prinsip–prinsip syariah, terutama kemaslahatan ummat dan rahmat bagi alam. Kondisi ini menunjukan bahwa selain karena orientasi bisnis, asuransi syariah juga berorientasi pada syiar Islam. Hal inilah yang menjadikan asuransi syariah dituntut lebih aktif, kreatif, dan inovatif terhadap berbagai perkembangan di tengah-tengah masyarakat.
Produk asuransi syariah ditawarkan kepada seluruh masyarakat, bukan saja muslim tetapi non muslim. Prinsip tolong menolong takaful, dalam asuransi syariah bermakna universal, tolong-menolong bukan saja ditujukan kepada sesama muslim, melainkan kepada seluruh manusia. Dan hal ini pula yang menjadikan alasan bagi masyarakat untuk tertarik menjadi bagian dan penyelenggaraan asuransi syariah.2
Dilihat dari sifatnya, asuransi dibedakan menjadi 2, yaitu asuransi sosial, yakni bentuk asuransi yang sepenuhnya ditangani pemerintah seperti jamsostek, taspen, asabri dan askes. Yang kedua adalah asuransi non sosial seperti asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Kedua bentuk asuransi tersebut dalam operasionalnya
1 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,1995), hal.29. 2 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, edisi 2, (Yogyakarta: Ekonosia, 2003), hal. 126.
xv C. Berada di awal kalimat, ditulis dengan huruf capital, seperti :
العزيز
الحكيم
al-Azīz al-hakīm D. Berada di tengah kalimat, ditulis dengan huruf kecil, seperti :
ّﺐﺤﻳ
المحسنين
Yuhib al-Muhsinīn 7. Hamzah
Sebagaimana dinyatakan di depan, hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Namun itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Bila terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif.
Contoh:
شئ
syai’unأمرت
umirtu 8. Penulisan Kata atau Kalimat
Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il (kata kerja), isim atau huruf, ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain, karena ada huruf Arab atau harakat yang dihilangkan. Dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut ditulis dengan kata sekata.
Contoh:
ّناو
اللﻩ
لﻩو
خير
ﻲﻗزاّﺮﻟا
Wa innallāha lahuwa khairu al-Rāziqīn
فأوفوا
الكيل
و
الميزان
Fa ‘aufū al-Kaila wa al- Mīzān9. Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti yang berlaku dalam EYD, seperti huruf kapital yang digunakan untuk menuliskan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Konsep asuransi sangat berkaitan erat dengan kehidupan berkelompok.
Dalam kehidupan bermasyarakat, orang hidup bersama dalam keluarga besar atau suku dimana kebutuhan–kebutuhanya dipenuhi dan dilindungi melalui kerja sama dan saling membantu. Pada waktu suatu keluarga atau suku berubah menjadi kehidupan yang berpindah–pindah, secara individu keluarga tersebut menghadapi berbagai macam bahaya tanpa adanya perlindungan dari keluarga maupun sukunya.1 Keberadaan produk asuransi syariah selain karena tuntutan pasar, juga dikarenakan keberadaan suatu produk diperlukan dalam rangka menjaga komitmen terhadap prinsip–prinsip syariah, terutama kemaslahatan ummat dan rahmat bagi alam. Kondisi ini menunjukan bahwa selain karena orientasi bisnis, asuransi syariah juga berorientasi pada syiar Islam. Hal inilah yang menjadikan asuransi syariah dituntut lebih aktif, kreatif, dan inovatif terhadap berbagai perkembangan di tengah-tengah masyarakat.
Produk asuransi syariah ditawarkan kepada seluruh masyarakat, bukan saja muslim tetapi non muslim. Prinsip tolong menolong takaful, dalam asuransi syariah bermakna universal, tolong-menolong bukan saja ditujukan kepada sesama muslim, melainkan kepada seluruh manusia. Dan hal ini pula yang menjadikan alasan bagi masyarakat untuk tertarik menjadi bagian dan penyelenggaraan asuransi syariah.2
Dilihat dari sifatnya, asuransi dibedakan menjadi 2, yaitu asuransi sosial, yakni bentuk asuransi yang sepenuhnya ditangani pemerintah seperti jamsostek, taspen, asabri dan askes. Yang kedua adalah asuransi non sosial seperti asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Kedua bentuk asuransi tersebut dalam operasionalnya
1 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,1995), hal.29. 2 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, edisi 2, (Yogyakarta: Ekonosia, 2003), hal. 126.
xvi huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap harus awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.
Contoh:
وما
ﺪّﻤﺤﻣ
ّﻻا
رسول
wamā Muhammadun illā Rasūl10. Kata yang sudah bahasa Arab yang sudah masuk bahasa Indonesia maka kata tersebut ditulis sebagaimana yang biasa ditulis dalam bahasa Indonesia. Seperti kata: al-Qur'an, hadis, ruh, dan kata-kata yang lain. Selama kata-kata tersebut tidak untuk menulis kata bahasa Arab dalam huruf Latin.