• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN NOPKOR PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill) DENGAN MEDIA CAMPURAN PASIR DAN KOMPOS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN NOPKOR PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill) DENGAN MEDIA CAMPURAN PASIR DAN KOMPOS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan "

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

CAMPURAN PASIR DAN KOMPOS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

HERIBERTUS TEOPILUS NIKHOP NIM : 101434042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

CAMPURAN PASIR DAN KOMPOS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

HERIBERTUS TEOPILUS NIKHOP NIM : 101434042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Non Scholae, Sed Vitae Discimus

“Belajar bukan hanya untuk memperoleh nilai berupa angka-angka, belajar untuk

memperoleh nilai-nilai hidup”

Karya ini kupersembahkan buat:

Kedua Orang tuaku Tercinta Aluwisius Alun dan Lusiana serta adik-adik

ku Tercinta

(6)
(7)
(8)

vii

PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill) DENGAN MEDIA CAMPURAN PASIR DAN KOMPOS

Heribertus Teopilus Nikhop 101434042

Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan NOPKOR terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill). Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran pasir dengan kompos dengan perbandingan 1:1. Varietas tomat yang digunakan dalam penelitian ini adalah vaietas bulat. Penelitian ini dilaksanakan di kebun anggur Sanata Dharma Desa Paingan, Maguwoharjo Yogyakarta. Waktu penelitian berlansung selama 3 bulan. Dimulai pada bulan Mei 2014-Juli 2014.

Penelitian ini menggunakan desain Rancangan Acak Lengkap dengan tiga dosis NOPKOR yaitu 600 ml, 400 ml, dan 200 ml. Dalam penelitian ini dilakukan tujuh kali pengulangan. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah buah dan berat buah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis NOPKOR berpengaruh secara signifikan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buah dan berat buah, namun tidak berpengaruh terhadap diameter batang tanaman. Pemberian dosis NOPKOR yang baik pada dosis 200 ml.

(9)

viii

TOMATO PLANT (Lycopersicon esculentum Mill) WITH MEDIA MIXED SAND AND COMPOST

Heribertus Teopilus Nikhop 101434042

Sanata Dharma University

This studyaims to learn the effectiveness of using NOPKOR on the growt and production of tomato (Lycopersicon Esculentum Mill). Growing media which is used in this study is a mixture of sand with compost that has a ratio 1:1. Tomato varieties used in this study is spherical varieties. This research was implemented in the vineyard of Sanata Dharma University at Paingan, Maguwoharjo Yogyakarta. The time of researching occurredduring the 3 months. Starting in May 2014 up to July 2014.

This study used acompletely randomized design in threedoses NOPKOR, those are 600 ml, 400 ml, and 200 ml. In this research have done with seven times repetition. The parameters that are observed included; plant height, stem diameter, number of leaves, fruit number and fruit weight.

The results showed that thetre at mentdose NOPKOR significantly affect to plant height, number of leaves, fruit number and fruit weight, but there was no effect on stem diameter of the plant. The good dose of NOPKOR is dose of 200ml.

(10)

ix

perlindungannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik dan lancar berkat doa, bimbingan, dorongan, bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :

1. Luisa Diana Handoyo, S.Si., M.Si. dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, koreksi, dukungan dan motivasi kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan studi dan skripsi dengan lancar.

2. Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc selalu Kaprodi Program Studi Pendidikan

Biologi.

3. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Biologi Dr.Ir. P. Wiriono Priyotamama, S.J., Dra.

Maslichah Asy’ari, M.Pd., Drs. Sutardi Sumatodwiatmojo, M.Pd., Ch. Retno Herrani

Setyati, M.Biotech., Ika Yuli Listyarini, M.Pd., Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si.,

Ignatius Yulius Kristio Budiasmoro, M.Si., dan seluruh staf Pada Program Pendidikan

Biologi Universitas Sanata Dharma.

4. Kepada kedua orang tuaku Aluwisius Alun dan Lusiana, Kepada adik-adik ku

Albertus Perute Alek, Margareta Yuliana, Lorensius Odoh, Donatus Aldo, Fulgentius

Agato, dan Benediktus Joe yang selalu mendukung dan memberikan motivasi kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan studi dan skripsi dengan lancar.

5. Kepada rekan-rekan seperjuangan Elias Lamanepa, Sisilia Anita Adan, Alexander

Tetuko, Adela Natalia Ambon, Cicilia Maria Eta, Fransiska Novita Surya Dewi, Dwi

Putri Pasinggi, Krisantus Roparman, Christoforus Febidiputra, Teles, Andri Suhendra,

Rolando, Christian Aldo, Kornelius Bedron yang Serta semua rekan-rekan yang tidak

(11)

x

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih telah

membantu penulis menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu saran,

kritik dan masukan sangat diharapkan agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pihak, dan masyarakat.

(12)

xi

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II DASAR TEORI... 5

A. Media Tanam ... 5

1. Tanah pasir ... 5

2. Kompos ... 6

(13)

xii

3. Hama dan penyakit ... 13

C. NOPKOR ... 15

D. Hipotesa ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

A. Jenis Penelitian ... 21

4. Penanaman, perlakuan dan pemeliharaan ... 24

5. Instrumen penelitian ... 24

2. Pertumbuhan diameter batang ... 29

3. Pertumbuhan jumlah daun ... 31

4. Berat buah ... 33

5. Jumlah buah ... 34

B. Pengaruh NOPKOR Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman ... 35

C. Aplikasi Penelitian Dalam Proses Pembelajaran ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 44

(14)

xiii

Tabel 4.I. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Tomat ... 28

Tabel 4.II. Pertumbuhan Diamater Batang Tanaman Tomat ... 29

Tabel 4.III. Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Tomat ... 31

Tabel 4.IV. Berat Buah tanaman Tomat ... 33

(15)

xiv

Gambar 4.2. Pertumbuhan diameter batang ... 30

Gambar 4.3. Pertumbuhan jumlah daun tanaman ... 32

Gambar 1. Penanaman ... 93

Gambar 2. Pertumbuhan ... 93

(16)

xv

Lampiran 2. Data Mentah Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman .... 49

Lampiran 3. Data Mentah Pertumbuhan Jumlah Daun ... 51

Lampiran 4. Data Mentah Berat dan Jumlah Buah ... 53

Lampiran 5. Uji Statistik Pertumbuhan Tinggi Tanaman ... 54

Lampiran 6. Uji Statistik Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman ... 56

Lampiran 7. Uji Statistik Pertumbuhan Jumlah Daun ... 57

Lampiran 8. Uji Statistik Berat Buah ... 59

Lampiran 9. Uji Statistik Jumlah Buah ... 61

Lampiran 10. Kelembaban dan pH ... 63

Lampiran 11. Silabus ... 66

Lampiran 12. RPP ... 72

Lampiran 13. LKS ... 78

Lampiran 14. Lembar Penilaian Sikap Spiritual ... 80

Lampiran 15. Lembar Penilaian Sikap Sosial ... 82

Lampiran 16. Lembar Penilaian Laporan... 86

Lampiran 17. Lembar Penilaian Presentasi ... 88

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tomat merupakan tanaman asli Benua Amerika yang tersebar dari

Amerika Tengah hingga Amerika Selatan. Tanaman Tomat pertama kali

dibudidayakan oleh suku Inca dan Suku Aztec pada tahun 700 SM.

Penyebaran Tomat di Indonesia dimulai dari Filipina dan Negara-negara Asia

lainnya pada abad ke-18.

Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan komoditas

sayuran yang mengandung vitamin A dan vitamin C cukup tinggi,mempunyai

nilai ekonomi tinggi, tomat juga memiliki khasiat untuk mencegah berbagai

macam penyakit seperti gangguan pencernaan dan dapat memulihkan fungsi

hati.

Produksi tomat di Indonesia tahun 2008 13,66 ton/ha, 2009 15,27 ton/ha,

2010 14,58 ton/ha, 2011 16,65 ton/ha, dan 15,75 ton/ha, rata-rata

pertumbuhan -5,40 ton/ha. Rendahnya produksi tomat disebabkan oleh

kurang nya lahan subur yang dapat ditanami oleh tanaman tomat hingga

diperlukan penanganan yang serius (Badan Pusat Statistik Hortikultura,

2012).

Pada masa pertumbuhan tanaman tomat, tanaman tomat menghendaki

(18)

hari antara 10º - 20º C. Tanaman tomat memerlukan sinar matahari minimal 8

jam perharinya dengan curah hujan berkisar antara 750-1250 mm per-tahun

atau 100-200 per-bulan.

Upaya untuk meningkatkan produksi tomat ke depan masih dan akan

terus bertumpu pada penggunaan input luar, diantaranya perbaikan kesuburan

tanah dan menggunakan media yang lebih efektif dan efisien. Kondisi tanah

akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman tomat. Keadaan tanah yang baik

akan memberikan hasil pertumbuhan tanaman tomat yang baik pula. Dalam

penelitian ini media yang digunakan adalah pasir dicampur kompos dengan

perbandingan 1:1 di beri NOPKOR. Pemilihan media tanam tanah pasir

campur kompos diharapkan dapat meningkatkan hasi produksi tanaman

tomat.

Pemberian NOPKOR pada media tanah pasir campur kompos diharapkan

memiliki efektifitas yang baik sehingga mampu meningkatkan serapan dan

kandungan hara tanaman terutama mikroba yang dapat menyuburkan tanah

hingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.

Mikroba ini sangat penting bagi peningkatan pertumbuhan tanaman.

Keseimbangan mikroba tanah bisa ditempuh antara lain dengan menggunakan

pupuk organik kompos probiotik atau yang disebut Biosol. Pupuk ini dibuat

dengan menggunakan biakan kultur jasad renik campuran mikroba tanah

NOPKOR PSO (Nitrogen Phosphat Kalium Organism Recovery for Polymer

Saline and Oily).

Biakan mikroba NOPKOR PSO, bisa diberikan selain dalam bentuk

(19)

tanah, yang diberikan secara penebaran langsung dengan model pengocoran.

Syarat keberhasilan model pengocoran pupuk cair sistematik tanah NOPKOR

PSO adalah bahwa di lahan masih tersedia bahan organik, yang akan

digunakan sebagai media dan sekaligus sumber pangan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, maka timbulah permasalahan seperti:

1. Bagaimana pertumbuhan dan produksi tanaman tomat pada media

campuran tanah pasir dan kompos dengan pemberian NOPKOR PSO?

2. Berapakah dosis NOPKOR PSO yang paling efektif dalam

pertumbuhan dan produksi tanaman tomat?

C. Batasan Masalah

Supaya penelitian ini lebih terarah maka permasalahan dibatasi sebagai

berikut:

1. Pertumbuhan tanaman tomat meliputi : tinggi tanaman, jumlah daun,

diameter batang, dan produksi tanaman tomat meliputi : berat buah, dan

jumlah buah.

2. Pemberian media campuran tanah pasir dan kompos berbanding 1:1.

(20)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman tomat pada media

campuran tanah pasir dan kompos dengan pemberian NOPKOR PSO

2. Mengetahui dosis NOPKOR PSO yang paling efektif dalam

pertumbuhan dan produksi tanaman tomat

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat atau petani

a. Agar masyarakat atau petani dapat mengetahui penggunaan

NOPKOR PSO untuk pertumbuhan dan produksi tanaman tomat

dengan media campuran tanah pasir dengan kompos

2. Bagi siswa

a. Memberi pembelajaran kepada siswa tentang pertumbuhan dan

perkembangan tanaman terkait dengan SK dan KD pembelajaran

3. Bagi Peneliti

a. Mengetahui dosis NOPKOR PSO yang paling efektif dalam

(21)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Tanam 1. Tanah Pasir

Pasir seringkali digunakan sebagai media tanam untuk

menggantikan fungsi tanah, keunggulan madia tanam pasir adalah

kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan aerasi serta

drainase media tanam. Pasir memiliki pori-pori makro, mudah basah

dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi pasir

sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin.

Tanah pasir adalah tanah berukuran pasir antara 2,00-0,20 mm atau

2000-200 µm dan sebagian di dominasi oleh fraksi pasir. Tanah pasir

banyak mengandung pori makro, sedikit pori sedang dan

pori-pori mikro. Tipe tanah seperti ini sulit untuk menahan air, tetapi

mempunyai aerasi dan drainase yang baik. Pada umumnya tanah pasir

banyak mengandung mineral primer jenis kwarsa (SiO2) yang tahan

terhadap pelapukan dan sedikit mineral sekunder. Mineral kwarsa

mempunyai sifat “inert” atau sulit bereaksi dengan senyawa lain dan

sukar mengalami pelapukan. Kondisi ini menjadikan tanah pasir

merupakan tanah yang tidak subur, kandungan unsur hara rendah dan

(22)

2. Kompos

Kompos adalah hasil penguraian, pelapukan, dan pembusukan

bahan organik seperti kotoran hewan, daun, dan bahan organik lain.

Bahan kompos yang lain adalah batang, daun, akar tanaman, serta

segala sesuatu yang dapat hancur (Soeryoko,2011). Kompos adalah zat

akhir suatu proses fermentasi tumpukan sampah/serasah tanaman

(Sutedtjo,2002).

Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari

macam-macam sumber. Dengan demikian kompos merupakan sumber bahan

organik dan nutrisi tanaman. Kompos mengandung nutrisi yang lengkap

untuk tanaman walaupun dalam prosentase yang jauh lebih kecil bila

dibandingkan dengan pupuk sintetis. Kompos tidak hanya memberi

makanan pada tanaman, kompos juga berfungsi memberi makanan pada

organisme dan mikroorganisme yang hidup di tanah. Kemungkinan

bahan dasar kompos mengandung selulose 15-16%, hemiselulose

10-30%, lignin 5-10-30%, protein 5-10-30%, dan bahan mineral (abu) 3-5%

(Sutanto,2002).

B. Tomat

1. Deskripsi Tanaman Tomat

Tanaman tomat berasal dari daerah Peru dan Ekuador, kemudian

tersebar ke seluruh Amerika, terutama ke wilayah yang beriklim tropik.

Tanaman tomat jenis Lycopercicon esculentum var. Cerasiforme

(23)

Aztek, yaitu xitomate atau xitotomate. Tanaman tomat dibawa oleh

Christoper Colombus ke dataran Eropa. Penyebaran tomat ke Eropa dan

Asia dilakukan oleh orang Spanyol sekitar tahun 1523. Tomat ditanam

di Italia pada tahun 1544 dan di inggris pada tahun 1597. Tomat

kemudian menyebar ke Jerman, Prancis, dan negara-negara Eropa

lainnya. Orang Spanyol juga membewa tomat ke Filipin dan Malaysia

timur sesudah tahun 1650. Tanaman tomat di tanam di Indonesia

sesudah kedatangan orang Belanda (Fitriani, 2012).

Tomat termasuk tanaman sayuran dalam famili Solanaceae.

Tanaman tomat banyak di tanam di dataran tinggi, dataran sedang, atau

dataran rendah. Dalam botani atau ilmu tumbuh-tumbuhan tanaman

tomat diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiosspermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Solanales (Tubiflorae)

Familia : Solanaceae

Genus : Lycopersicon

Spesies : Lycopersicon esculentum Mill

Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang tumbuh tegak

dengan tinggi sekitar 70 cm-200 cm. Pada waktu masih rendah tanaman

tomat dapat berdiri tegak, tetapi setelah tumbuh tinggi dan keluar

(24)

oleh sebab itu tanaman ini perlu diberi penopang agar tidak

roboh(Agromedia, 2007).

Morfilogi tanaman tomat secara umum terdiri atas akar, batang,

daun, bunga, buah, dan biji.

a. Akar

Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang tumbuh

menembus ke dalam tanah dan akar serabut yang tumbuh menyebar

ke arah samping tetapi dangkal. Berdasarkan perakaran ini,

tanaman tomat akan dapat tumbuh baik jika ditanam pada lahan

yang gembur (Cahyono, 1998). Kedalaman rata-rata akar tomat

adalah 30-40 cm, namun dapat mencapai kedalaman hingga 60-70

cm. Akar tanaman tomat berfungsi untuk menopang berdirinya

tanaman serta menyerap air dan unsurhara dari dalam tanah. Oleh

karena itu tingkat kesuburan tanah sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman dan produksi buah (Agromedia, 2007).

b. Batang

Batang tanaman tomat berbentuk persegi empat hingga bulat,

berbatang lunak tapi cukup kuat, berbulu halus dan diantara

bulu-bulu itu terdapat rambut kelenjar. Batang tanaman tomat berwarna

hijau, pada ruas-ruas batang mengalami penebalan, dan pada ruas

(25)

c. Daun

Daun tanaman tomat berbentuk oval, bagian tepinya bergerigi

dan membentuk celah-celah menyirip agak melengkung ke dalam.

Daun berwarna hujau dan merupakan daun majemuk ganjil yang

berjumlah 5-7. Panjang daun tomat sekitar 15 cm - 30 cm dan

lebar 10 cm – 25 cm dengan panjang tangkai sekitar 3-6 cm. Daun majemuk pada tanaman tomat tumbuh berselang-seling atau

tersusun spiral mengelilingi batang tomat (Fitriani,2012).

d. Bunga

Rangkaian bunga terdiri dari 4 sampai 14 bunga. Rangkaian

bunga terletak diantara ruas, cabang, dan ujung batang. Bunga

tanaman tomat berukuran becil, berdiameter sekitar 2 cm dan

berwarna kuning cerah. Mahkota bunga berjumlah enam, bagian

pangkalnya membentuk tabung sepanjang 1 cm, berwarna kuning.

Benang sari berjumlah 6, bertangkai pendek dengan kepala sekitar

5 mm, dan berwarna kuning cerah. Benang sari mengelilingi putik

bunga. kelopak bonga berjumlah 6 dengan ujung meruncing, dan

panjang sekitar 1 cm. letak bunga menggantung (Pracaya,1998).

e. Buah

Buah tomat memiliki bentuk yang bervariasi tergantung

jenisnya. Ukuran buah tomat juga bervariasi, yang paling kecil

memiliki berat sekitar 8 gram dan berukuran besar sekitar 180

gram. buah tomat yang masih muda berwarna hijau muda, apabila

(26)

Buah tomat yang masih muda memiliki rasa getir dan

aromanya tidak enak, sebab masih mengandung zat lycopersicin

yang berbentuk lendir. Aroma yang tidak sedap tersebut akan

hilang dengan sendirinya pada saat buah memasuki fase

pematangan. Rasanya akan berubah menjadi manis agak masam

yang menjadi ciri khas dari buah tomat (Pracaya,1998).

Daging buah tomat lunak agak keras, berwarna merah apabila

sudah matang dan mengandung banyak air. Buah tomat juga

memiliki kulit yang sangat tipis dan dapat di kelupas apabila sudah

matang.

f. Biji

Biji tomat berukuran kecil, dengan lebar 2 mm – 4 mm dan panjang 3 mm- 5 mm. Biji berbentuk seperti ginjal, ringan, berbulu,

dan berwarna coklat muda (Pracaya, 1998). Biji tomat tersusun

berkelompok dan dibatasi oleh daging buah. Biji tomat saling

melekat karena adanya lendir pada ruang-ruang tempat biji tersusun

(Cahyono, 1998).

2. Syarat Tumbuh a. Keadaan iklim

Tanaman tomat dapat tumbuh baik pada waktu musim

kemarau dengan pengairan yang cukup. Kekeringan disertai dengan

angin kering dapat menyebabkan banyak bunga gugur. Pada musim

(27)

dan suhu yang tinggi akan menimbulkan banyak penyakit

(Pracaya,1998).

Udara yang sangat dingin dan embun beku dapat menyebabkan

tanaman tomat menjadi jelek, bahkan mungkin mati. Pertumbuhan

tanaman tomat akan baik bila udara sejuk, suhu pada malam hari

antara 100C-200C dan pada siang hari antara 180C-290C. Suhu di

bawah 40C menyebabkan pertumbuhan terhambat, sedangkan pada

suhu 00C tanaman tomat tidak dapat hidup. Pembentukan buah

pada tanaman tomat sangat ditentukan oleh faktor suhu malam hari.

Suhu yang terlalu tinggi di malam hari menyebabkan tanaman

tomat tidak dapat membentuk bunga sama sekali, sedngkan pada

suhu kurang dari 100C tepung sari menjadi lemah tumbuhnya dan

banyak tepug sari yang mati, akibatnya hanya sedikit saja yang

terjadi pembuahan (Tugiyono,2005).

Tanaman tomat memerlukan sinar matahari yang cukup.

Kekurangan sinar matahari menyebabkan tanaman tomat mudah

terserang penyakit, baik parasit maupun non parasit. Intensitas

matahari sangat penting dalam pembentukan vitamin C dan karoten

dalam buah tomat. Sinar matahari berintensitas tinggi akan

menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A) yang lebih

tinggi (Fitriani,2012).

Tanaman tomat pada fase vegetatif memerlukan curah hujan

yang cukup. Sebaiknya pada fase generatif memerlukan curah

(28)

buah dapat menyebabkan daya tumbuh benih rendah. Curah hujan

yang ideal selama pertumbuhan tanaman tomat berkisar antara

750-1,250 mm per tahun (Rismunandar, 2001).

b. Keadaan tanah

Tanaman tomat dapat ditanam disegala jenis tanah, mulai

tanah pasir sampai tanah lempung. Akan tetapi, tanah yang ideal

adalah tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak

mengandung bahan organik serta unsur hara, dan mudah

merembeskan air. Tanah yang tergenang air menyebabkan tanaman

menjadi kerdil dan mati (Pracaya, 1998).

Jenis tanah berkaitan dengan peredaran dan ketersediaan

oksigen didalam tanah. Ketersediaan oksigen penting bagi

pernafasan akar yang rentan terhadap kekurangan oksigen. Kadar

oksigen yang mencukupi di sekitar akar dapat meningkatkan

produksi buah. Oksigen disekitar akar bisa juga meningkatkan

penyerapan unsur hara fosfat, kalium, dan besi (Pracaya, 1998).

Tanaman tomat tumbuh baik pada tanah ber-pH 6,0-7,0.

Namun, tanaman tomat masih toleran pada derajat keasaman tanah

di bawah pH 5,5-5. Tanah yang memiliki pH rendah tidak cocok

(29)

3. Hama dan Penyakit

a. Nematoda bengkak akar

Golongan nematoda yang menyerang akar tanaman tomat

adalah Meloidogyne javanica dan Heterodera marioni. Nematoda

ini hidup di dalam tanah dan menyerang akar tanaman tomat.

Nematoda memiliki bentuk seperti cacing kecil berukuran

200-1000 cm. Pada mulut nya berbentuk seperti jarum penghisap

berbentuk runcing, gunanya untuk menarik cairan. Nematoda

betina berukuran lebih besar dibanding dengan nematoda jantan.

Nematoda ini menyababkan akar tanaman tomat menjadi bengkak,

akibatnya akar tanaman sulit menggambil air di dalam tanah

(Cahyono, 1998).

b. Penyakit layu fusarium

Penyakit layu fusarium merupakan penyakit tanaman tomat

yang disebabkan oleh jamur. Jenis jamur yang menginfeksi adalah

jamur Fusarium oxysporum. Penyakit ini banyak lebih cepat

berkembangbiak di daerah dataran tinggi. Gejala yang tampak dari

infeksi penyakit ini adalah tulang daun pucat, tangkai daun

merunduk kemudian layu dan akhirnya mati (Pracaya, 1998).

c. Penyakit layu bakteri

Penyakit layu bakteri adalah penyakit tanaman tomat yang

disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Bakteri ini

biasanya menyerang tanaman tomat di dataran rendah. Gejala yang

(30)

muda pada pucuk tanaman layu, dan daun tua menguning. Bakteri

ini menginfeksi jaringan pengangkut pada tanaman tomat

(Cahyono, 1998).

Ciri-ciri tanaman yang terserang penyakit ini dapat dilihat pada

batang tanaman, cabang, dan tangkai daun. Pada bagian batang

tanaman yang terserang penyakit ini akan terlihat kehitaman, jika

batang tanaman di iris melintag maka akan terlihat berkas

pembuluh pengangkut berwarna coklat dan bila di pijat maka akan

mengeuarkan cairan berwaarna putih (Cahyono, 1998).

d. Penyakit busuk daun

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cendawan Phytopytora

infestans. Cendawan ini menginfeksi daun pada semua stadium

pertumbuhan tanaman dan menimbulkan gejala bercak hitam

kecoklatan. Selanjutnya, daun tampak membusuk dan

mengeluarkan bau yang tidak sedap. Infeksi ini dapat terjadi pada

tangkai dan batang tanaman. Penyakit busuk daun lebih banyak

menyerang tanaman tomat yang berada di dataran tinggi

(Fitriani,2012).

e. Ulat buah

Ulat penggerek buah (Helliothis armigera hubner) merupakan

hama perusak buah dengan cara memakan bagian dalamnya.

Ciri-ciri penggerek buah adalah badan nya tertutup oleh banyak kutil

dan bulu, warna tubuhnya beranekaragam, ada yang hijau

(31)

Hama ini umumnya menyerang buah tomat yang masih muda.

gejala serangan yang tampak pada buah adalah adanya

lubang-lubang, kemudian buah membusuk karena infeksi. Hama ulat buah

hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m dpl

(Fitriani,2012).

C. NOPKOR

NOPKOR merupakan biakan mikroba Nitrogen, Kalium dan Phospat.

Biakan mikrobia NOPKOR bisa diberikan dalam bentuk substrat pupuk

organik biosol atau dalam bentuk pupuk cair sistemik tanah, yang diberikan

dengan cara model pengecoran. Syarat keberhasilan pengecoran pupuk cair

sistemik tanah NOPKOR adalah bahwa di lahan atau media tanam tersedia

bahan organik walaupun hanya sedikit, yang digunakan sebagai media dan

sekaligus sumber pangan bagi mikroba NOPKOR. Model pemupukan

organik ini bisa disebut sebagai model pemupukan bio organik ditunjukkan

untuk proses pengembangan kembali siklus kehidupan mikroba tanah.

Indikasi kembalinya siklus kehidupan mikroba tanah adalah tanah menjadi

gembur dan subur kembali (Murwono, 2013).

Dengan penggunaan pupuk organik alami di atas, keanekaragaman

kehidupan dasar jasad renik tanah akan mampu dikembangkan. Proses

kesuburan tanah akan mampu dikembalikan. Mata rantai pangan terbentuk

kembali (Murwono, 2013).

Mikroba yang terdapat didalam NOPKOR adalah mikroba fiksasi

(32)

magnesium, fe-rum dan mikroba fiksasi dan recovery kalium (Murwono,

2013).

Nitrogen adalah unsur yang paling berlimpah di atmosfer (78% gas di

atmosfer adalah nitrogen). Meskipun demikian, penggunaan nitrogen pada

bidang biologis sangatlah terbatas. Nitrogen merupakan unsur yang tidak

reaktif (sulit bereaksi dengan unsur lain) sehingga dalam penggunaan

nitrogen pada makhluk hidup diperlukan berbagai proses, yaitu diantaranya:

fiksasi nitrogen, mineralisasi, nitrifikasi, denitrifikasi (Agustina, 2004).

Daur nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfir ke dalam tanah.

Selain air hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke

dalam tanah terjadi melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen secara

biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan

polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang

hijau biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen

(Agustina, 2004).

Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen

(tumbuhan) diubah menjadi molekul protein.Selanjutnya jika tumbuhan atau

hewan mati, makhluk pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3)

dan garam ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini disebut dengan

amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dan senyawa

ammonium menjadi nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalam tanah

terbatas, nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau

(33)

Fiksasi nitrogen adalah proses alam, biologis atau abiotik yang

mengubah nitrogen di udara menjadi ammonia (NH3). Mikroorganisme yang

memfiksasi nitrogen disebut Diazotrof. Mikroorganisme ini memiliki enzim

nitrogenaze yang dapat menggabungkan hidrogen dan nitrogen. Reaksi untuk

fiksasi nitrogen biologis ini dapat ditulis sebagai berikut :

N2 + 8 H+ + 8 e-→ 2 NH3 + H2

Mikro organisme yang melakukan fiksasi nitrogen antara lain :

Cyanobacteria, Azotobacteraceae, Rhizobia, Clostridium, dan Frankia.

Selain itu ganggang hijau biru juga dapat memfiksasi nitrogen. Beberapa

tanaman yang lebih tinggi, dan beberapa hewan (rayap), telah membentuk

asosiasi (simbiosis) dengan Diazotrof(Agustina, 2004).

Posfat dibutuhkan tanaman dalam jumlah relatif besar, sedikit lebih kecil

dibawah N dan K, setara dengan S, Ca dan Mg, unsur P sangat reaktif, di

alam ditemukan dalam bentuk gugus fosfat. Sumber posfor dari perombakan

bahan organik 20-80% dari total P dalam tanah, kompos dan biosolid,

pelarutan mineral P : mineral primer dan sekunder, mineral primer sangat

lambat tersedia menjadi sumber jangka panjang.Kebanyakan P diserap dalam

bentuk ion anorganik orthofosfat: HPO42- atau H2PO4-. Jumlahnya tergantung

pH larutan, pada pH 7,2 jumlahnya setara, HPO42-lebih banyak jika kondisi

tanah alkalin, sedangkan H2PO4-lebih banyak jika kondisi tanah masam. Akar

juga menyerap beberapa fosfat organik: asam nukleat, fitin, kontribusi

terhadap keseluruhan hara P masih kecil (Agustina, 2004).

Penyerapan H2PO4- lebih cepat dibanding HPO42-, hal ini terkait dengan

(34)

fosfat meningkatkan penyerapan Ca, Mg, K, keseimbangan muatan,

pengakutan kooperasi; penyerapan fosfat dapat menghambat penyerapan

nitrat dan sulfat, penghambatan kompetisi. pH risosfer: akar melepas HCO3-

(OH- ). Unsur P di dalam tanah akan mengalami proses alihrupa :

mineralisasi, immobilisasi, penjerapan-pelepasan pada permukaan mineral:

lempung, oksida Fe dan Al, karbonat, pengendapan-pelarutan mineral

sekunder: Ca, Al, Fe fosfat atau pelapukan mineral tanah primer (Agustina,

2004).

Kandungan P dalam bahan organik tanah sekitar 1% P organik

melepaskan fosfat anorganik yang tersedia bagi tanaman. Ensim fosfatase

yang dihasilkan oleh berbagai mikrobia, melepas ion orthofosfat. P organik

dalam tanah, hampir 50% berupa fosfat inositol, lemak fosfat (fosfolipid) dan

asam nukleat sekitar 10%. Hampir 50% P organik belum dikenali dengan

baik. Fofat Inositol merupakan rangkaian ester fosfat : C6H6(OH)6 OH

digantikan oleh fosfat, terutama dalam bentukinositol, gugus asam pitat

(phytic acid). Inositol hexaphosphate: memiliki 6 gugus fosfat, merupakan

hasil aktivitas mikrobia, sisa perombakan (Agustina, 2004).

Unsur K dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, yakni

terbesar kedua setelah hara N. Pada tanah yang subur kadar K dalam jaringan

hampir sama dengan N. K tidak menjadi komponen struktur dalam senyawa

organik, tetapi bentuknya semata ionik, K+ berada dalam larutan atau terikat

oleh muatan negatif dari permukaan jaringan misalnya: R-COO-K+. Fungsi

utama K adalah mengaktifkan enzim-enzim dan menjaga air sel (Agustina,

(35)

Enzim yang diaktifkan antara lain: sintesis pati, pembuatan ATP,

fotosintesis, reduksi nitrat, translokasi gula ke biji, buah, umbi atau akar.

Pengaturan air sel: K+ mengatur potensial air sel dan osmosis, Na+ dapat

menggantikan fungsi K+ pada sebagian spesies (Agustina, 2004).

Penambahan NOPKOR dilakukan dengan pengecoran lansung dalam

pada tanah disekitar tanaman pangan yang sedang di budidayakan. Pemberian

dilakukan dengan tujuan agar dapat mengolah sebagian besar bahan organik

yang masih ada didalam tanah dan menghasilkan sisa metabolit dalam wujud

hara. Pemberian NOPKOR secara pengecoran dilakukan secara periodik,

dengan tujuan untuk menambah populasi mikroba tanah. Pengecoran

NOPKOR diharapkan mampu menambah populasi mikroba tanah. Pemberian

NOPKOR dinilai efektif kalau didalam tanah terjadi siklus kehidupan yang

akan menjadi dasar pembentukan hara (Murwono, 2013).

Manfaat NOPKOR antara lain :

1. Mampercepat pertumbuhan dan memperkuat akar tanaman

2. Mempercepat pertumbuhan biota, jasad renik tanah, dan keberadaan

hara tanah

3. Tanah dan penyubur tanah

4. Dapat berfungsi sebagai pupuk dasar sistemik tanah

5. Menaikkan derajat keasaman tanah menjadi netral secara biologis tanpa

penggunaan kapur, karena adanya mikroba fiksasi Kalsium dan Kalium

(36)

7. Menciptakan keseimbangan ekosistem tanah yang baru, sehingga

memudahkan tumbuhnya keanekaragaman hayati dan reabilitasi

predator alami

8. Meningkatkan tingkat penyerapan air permukaan tanah dan mencegah

banjir serta kekeringan (Murwono, 2013).

D. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Pemberian NOPKOR PSO pada media campuran tanah pasir dengan

kompos dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat

2. Dosis yang paling efektif dalam pemberian NOPKOR 600 ml untuk

(37)

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Dalam

penelitian ini menggunakan tiga jenis variabel, yaitu:

1. Variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Variabel bebas

meliputi dosis NOPKOR yang diberikan.

2. Variabel terikat yaitu pertumbuhan tanaman tomat meliputi tinggi

tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah buah dan berat buah.

3. Variabel kontrol meliputi jumlah air, suhu, pH tanah, umur bibit,

pemeliharaan, penyiraman, dan intensitas cahaya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kebun anggur Sanata Dharma Desa

Paingan, Maguwoharjo Yogyakarta. Waktu penelitian berlansung selama 3

bulan. Dimulai pada bulan Mei 2014-Juli 2014.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain CRD (Completely Randomize Design)

atau disebut dengan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 4 kelompok

(38)

1. Kelompok pertama yaitu perlakuan 1 (P1) dengan menggunakan media

pasir campuran kompos di beri perlakuan 600 ml NOPKOR.

2. Kelompok kedua yaitu perlakuan 2 (P2) dengan menggunakan media

pasir campur kompos di beri perlakuan 400 ml NOPKOR.

3. Kelompok ketiga yaitu perlakuan 3 (P3) dengan megunakan media

pasir campur kompos diberi perlakuan 200 ml NOPKOR.

4. Kelompok keempat adalah kontrol (K) dengan menggunakan media

pasir campur kompos tanpa pemberian NOPKOR.

Pemilihan dasar variasi dosis NOPKOR berdasarkan dari hipotesis

penelitian dosis yang paling efektif dalam pemberian NOPKOR 600 ml untuk

satu tanaman. Pemilihan dasar variasi tersebut berdasarkan keterangan

penggunaan NOPKOR yang tertera pada botol NOPKOR.

1. Persiapan media tanam dan bibit tomat

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir dicampur

dengan kompos. Pasir yang digunakan berasal dari toko besi bahan

bangunan/kayu UD.Bangunan Artha Jl. Raya Tajem-Sleman

Yogyakarta. Kompos yang digunakan berasal dari kampus Sanata

Dharma yogyakarta, merupakan kompos tersebut berasal dari sampah

organik yaitu daun. Perbandingan pasir dan kompos 1:1 yang

dimasukkan kedalam polybag sebanyak 5 kg, dengan diameter polybag

25 cm. Pemilihan media tanam campuran pasir dan kompos dengan

perbandingan 1:1 yaitu untuk mengurangi penyerpan air yang terlalu

(39)

Bibit yang digaunakan adalah bibit tomat dari varietas bulat

berumur semaian 3 minggu. Bibit tomat di seleksi dan dipilih yang

sama dengan ketentuan tinggi tanaman yaitu 2,5 cm, diameter batang

2,5 mm, jumlah daun 6, bibit sehat, dan terlihat segar berwarna hijau.

2. Alat dan bahan

a. Cangkul

b. Polybag

c. Ember

d. Alat siram

e. Paranet

f. Bambu

g. Termometer dan Hygrometer

h. Meteran

i. Jangka sorong

j. Pasir

k. NOPKOR

l. Tanaman tomat

m. Kompos

3. Pemberian NOPKOR

NOPKOR terlebih dahulu di encerkan dengan cara 1 tutup botol

(40)

4. Penanaman, perlakuan dan pemeliharaan

Semaian bibit tomat yang berumur 3 minggu di tanam/dipindahkan

kedalam polybag yang telah disediakan. Pemindahan bibit tomat

dilakukan pada sore hari. Setelah bibit di pindah, selama 3 hari bibit

hanya disiram dengan air agar tanaman dapat beradaptasi terlebih

dahulu. Setelah 3 hari bibit di beri perlakuan dengan disiram dengan

NOPKOR. Pemberian NOPKOR dilakukan setiap 6 hari sekali.

5. Instrumen penelitian

a. Tinggi tanaman

b. Jumlah daun

c. Diameter batang

d. jumlah buah

e. Berat basah buah

D. Teknik Pengumpulan Data

Data di ambil setiap 5 hari sekali dengan acuan pada parameter

pengamatan yaitu, tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah

buah, dan berat basah buah. Tinggi tanaman diketahui dengan cara mengukur

tinggi tanaman sampel dari pangkal batang sampai titik tumbuh batang

utama. Jumlah daun di hitung satu – persatu setiap tanaman, serta menghitung jumlah daun yang layu atau mati. Diameter batang di ukur dengan

menggunakan jangka sorong. Pengukuran diameter batang dilakukan pada

(41)

batang, dan jumlah daun) tanaman tomat dimulai pada pada tanggal 6 Mei

2014.

Pengukuran buah pada tanaman dilakukan pada awal tanaman mulai

menghasilkan buah sampai buah matang. Buah yang sudah matang di

timbang jika sudah matang. Jumlah buah yang dihasilkan pada setiap

tanaman di hitung. Pengumpulan data dilakukan dalam bentuk tabel sebagai

berikut:

Tabel 3.1 Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat

(42)

Kelompok No Pengukuran, Tanggal : Tinggi

tanaman

Diameter batang

Jumlah daun

Jumlah buah

Berat buah 7

KETERANGAN : P1 = perlakuan 1, P2 = perlakuan 2, P3 = perlakuan 3, K = kontrol

E. Cara Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan program

SPSS. Syarat untuk melakukan uji anova maka data awal terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. “Uji normalitas untuk mengetahui normalitas distribusi data, jika jumlah data cukup banyak dan

penyebarannya tidak 100% normal, maka kesimpulan yang ditarik

kemungkinan salah (Irianto,2014). Uji homogenitas adalah perbandingan data

yang sejenis. Untuk mengetahui adanya pengaruh secara signifikan antara

tiga jenis perlakuan NOPKOR terhadap tinggi tanaman, diameter batang,

jumlah daun, berat buah, dan jumlah buah tanaman tomat maka dilakukan uji

(43)

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Uji anova bertujuan untuk mengetahui apakah data berbeda secara

statistik atau tidak. Syarat untuk melakukan uji anova adalah uji normalitas

atau test of normality dan uji homogenitas atau test of homogeneity of

variance. Jika dari hasil uji anova menunjukan bahwa data berbeda secara

statistik maka dilanjutkan uji duncan. Uji duncan atau juga dikenal Duncan

Multile Range Test (DMRT) merupakan uji lanjut dari statistik jika sampel

data dari uji anova menunjukan data berbeda secara statistik.

Tes of normality adalah uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui

apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.

Tes of homogenity of variance bertujuan untuk mengetahui apakah dua data

atau lebih, kelompok data sampel memiliki variasi yang homogen atau tidak.

Hasil uji normalitas, uji homogenitas, uji anova dan uji Duncan dari

sample data yang diperoleh akan dibahas sebagai berikut:

1. Pertumbuhan tinggi tanaman

Sampel data yang di peroleh terlebih dahulu di uji normalitas dan

homogenitasnya, jika dari hasil uji normalitas dan homogenitas

menunjukan p value (sig) > 0,05 maka H0 tidak ditolak sehingga dapat

disimpulkan bahwa variasi pada setiap kelompok data adalah normal dan

homogen. Uji normalitas menggunakan tes of normality shapiro-wilk

(44)

Berikut adalah sampel data yang diperoleh dari pengamatan tinggi

tanaman:

Tabel 4.1. Pertumbuhan tinggi tanaman tomat

Kelompok Pertumbuhan tinggi tanaman (cm) Total

Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7

P1 42,7 57,9 55,6 56 49,2 61,5 27,6 350,5 50

P2 53,1 56,2 51,3 32,8 59,7 35,9 46,1 335 47,8

P3 62,2 65,7 52,3 74,9 73,4 58,6 53,6 440,7 62,9

K 54,1 53,1 55,1 45,1 52,6 51 60,2 371,8 53,1

KETERANGAN : P1 = perlakuan 1, P2 = perlakuan 2, P3 = perlakuan 3, K = kontrol

Dari hasil uji normalitas diperoleh p value (sig) seluruh kelompok

data > 0,05 dapat dilihat pada lampiran 5. Maka H0 tidak ditolak,

sehingga dapat disimpulkan bahwa data diambil dari populasi yang

berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas diperoleh p value (sig)setiap

kelompok data > 0,05 dapat dilihat pada lampiran 5 maka H0 tidak

ditolak, sehingga kesimpulannya bahwa variasi pada seluruh kelompok

data adalah homogen.

Sampel data kemudian di uji anova, jika p value (sig) < 0,05 maka

dapat dikatakan signifikan. Dari hasil uji anova untuk pertumbuhan

tinggi tanaman diperoleh p value (sig) = .026 < 0,05, Hasil uji anova

dapat dilihat pada lampiran 5. Hasil tersebut menunjukan ada perbedaan

secara signifikan pada pertumbuhan tinggi tanaman pada ketiga

perlakuan.

Hasil uji anova menunjukan bahwa ada perbedaan dari dosis

(45)

Duncan menunjukan P1, P2, dan K tidak berbeda nyata sedangkan P3

berbeda nyata. Dari grafik pertumbuhan tinggi tanaman tomat

menunjukan bahwa P3 memiliki grafik pertumbuhan yang baik.

Berikut adalah grafik pertumbuhan tinggi tanaman tomat:

Gambar 4.1. Pertumbuhan tinggi tanaman

ket: P1 = perlakuan 1, P2 = perlakuan 2, P3 = perlakuan 3, K = kontrol

2. Diameter batang

Berikut adalah rata-rata hasil penelitian mengenai pertumbuhan

diameter batang tanaman tomat:

Tabel 4.II. Pertumbuhan diameter batang tanaman tomat

Kelompok Diameter batang tanaman (mm)

Total

Rata-Dari hasil uji normalitas diperoleh p value (sig) kelompok data >

(46)

dapat disimpulkan bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi

normal. Hasil uji homogenitas diperoleh p value (sig) setiap kelompok

data > 0,05 dapat dilihat pada lampiran 6 maka H0 tidak ditolak,

sehingga kesimpulannya bahwa variasi pada setiap kelompok data

adalah homogen.

Sampel data kemudian di uji anova untuk mengetahui apakah ada

pengaruh yang signifikan dari pemberian dosis NOPKOR terhadap

pertumbuhan diameter batang tanaman tomat. Dari hasil uji anova untuk

pertumbuhan diameter batang tanaman tomat diperoleh p value (sig) =

.103 > 0,05 dapat dilihat pada lampiran 6, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak signifikan atau tidak ada perbedaan dari diameter batang

tanaman. Dosis NOPKOR tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan

diameter batang tanaman tomat.

Berikut adalah grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman tomat:

(47)

Dilihat dari grafik pertumbuhan diameter batang tanaman tomat

tidak jauh berbeda antara kelompok P1, P2, P3, dan K. Hal tersebut

disebabkan selisih pertumbuhan diameter batang tanaman tomat antara

kelompok tidak jauh berbeda.

3. Jumlah daun

berikut adalah rata-rata hasil penelitian mengenai pertumbuhan

jumlah daun tanaman tomat:

Tabel 4.III. Pertumbuhan jumlah daun tanaman tomat

Kelompok Jumlah daun tanaman (helai)

Total

Rata-Dari hasil uji normalitas diperoleh p value (sig) kelompok data >

0,05 dapat dilihat pada lampiran 7. Maka H0 tidak ditolak, sehingga

dapat disimpulkan bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi

normal. Hasil uji homogenitas diperoleh p value (sig) setiap kelompok

data > 0,05 dapat dilihat pada lampiran 7 maka H0 tidak ditolak,

sehingga kesimpulannya bahwa variasi pada setiap kelompok data

adalah homogen.

Sampel data kemudian di uji anova untuk mengetahui apakah ada

pengaruh yang signifikan dari pemberian dosis NOPKOR terhadap

pertumbuhan jumlah daun tanaman tomat. jika p value (sig) < 0,05 maka

(48)

jumlah daun tanaman tomat diperoleh p value (sig) = .008 < 0,05 dapat

dilihat pada lampiran 7, maka dapat disimpulkan bahwa signifikan atau

ada perbedaan pada pertumbuhan jumlah daun, itu berarti ada pengaruh

dosis NOPKOR terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman tomat.

Dari hasil uji anova menujukan bahwa ada perbedaan dari dosis

NOPKOR yang diberikan maka dilanjutkan dengan uji duncan. Hasil uji

Duncan menujukan bahwa pada perlakuan P1,P2,dan K tidak berbeda

nyata, Sedangkan pada P3 menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Dari

grafik pertumbuhan jumlah daun tomat menunjukan bahwa P3 memiliki

grafik pertumbuhan yang baik.

Berikut adalah grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman tomat:

Gambar 4.3. Pertumbuhan jumlah daun tanaman

(49)

4. Berat buah

Berikut adalah rata-rata hasil penelitian mengenai berat buah

tanamn tomat:

Tabel 4.IV. Berat buah tanaman tomat

Kelompok Berat tanaman tomat (gr)

Total

Rata-sehingga dapat disimpulkan bahwa data diambil dari populasi yang

berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas diperoleh p value (sig) setiap

kelompok data > 0,05 dapat dilihat pada lampiran 8 maka H0 tidak

ditolak, sehingga kesimpulannya bahwa variasi pada setiap kelompok

data adalah homogen.

Sampel data kemudian di uji anova untuk mengetahui apakah ada

pengaruh yang signifikan dari pemberian dosis NOPKOR terhadap berat

buah tanaman tomat. Jika p value (sig) < 0,05 maka dapat dikatakan

signifikan. Dari hasil uji anova untuk pertumbuhan jumlah buah tanaman

tomat diperoleh p value (sig) = .000 < 0,05 lampiran 8, maka dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan dari berat buah itu berarti ada

(50)

Hasil uji anova menunjukan bahwa ada perbedaan dari dosis

NOPKOR yang diberikan maka dilanjutkan dengan uji duncan. Hasil uji

Duncan didapatkan hasil bahwa pada perlakuan P1, P2, dan K

menunjukan Hasil berbeda tidak nyata, Sedangkan pada P3 menunjukan

hasil yang berbeda nyata, dapat dilihat pada lampiran 8.

5. Jumlah buah

Berikut adalah rata-rata hasil penelitian mengenai jumlah buah

tanaman tomat:

Tabel 4.V. Jumlah buah tanaman tomat

Kelompok Jumlah buah tanaman

Total

Rata-KETERANGAN : P1 = perlakuan 1, P2 = perlakuan 2, P3 = perlakuan 3, K = kontrol

Dari hasil uji normalitas diperoleh p value (sig) setiap kelompok

data > 0,05 dapat dilihat pada lampiran 10. Maka H0 tidak ditolak,

sehingga dapat disimpulkan bahwa data diambil dari populasi yang

berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas diperoleh p value (sig) setiap

kelompok data > 0,05 dapat dilihat pada lampiran 9, maka H0 tidak

ditolak, sehingga kesimpulannya bahwa variasi pada setiap kelompok

data adalah homogen.

Sample data kemudian di uji anova untuk mengetahui apakah ada

(51)

jumlah buah tanaman tomat. Jika p value (sig) < 0,05 maka dapat

dikatakan signifikan. Dari hasil uji anova untuk jumlah buah tanaman

tomat diperoleh p value (sig) = .003 < 0,05 lampiran 9, maka dapat

disimpulkan bahwa signifikan atau ada perbedaan dari jumlah buah itu

berarti ada pengaruh dosis NOPKOR terhadap jumlah buah tanaman

tomat.

Dari hasil uji anova menunjukan bahwa ada perbedaan dari dosis

NOPKOR yang diberikan maka dilanjutkan dengan uji duncan. Dari uji

Duncan didapatkan hasil bahwa pada perlakuan P1, P2 dan K

menunjukan hasil berbeda tidak nyata. Sedangkan pada P3 menunjukan

hasil yang berbeda nyata. Hal ini berarti dosis yang baik untuk perlakuan

terhadap jumlah buah tanaman tomat yaitu P3 (200 ml), dapat dilihat

pada lampiran lampiran 9.

B. Pengaruh NOPKOR terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat

Dari data pengamatan dan analisis secara statistik maka diperoleh bahwa

perlakuan dosis NOPKOR berpengaruh nyata bagi pertumbuhan tinggi

tanaman, jumlah daun, jumlah buah, dan berat buah . Perlakuan dosis

NOPKOR tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter batang

tanaman tomat. Dari hasil rerata pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun,

jumlah buah, dan berat buah tanaman tomat diperoleh hasil bahwa perlakuan

NOPKOR memberikan hasil tertinggi pada dosis P3 (200 ml). Dari grafik

(52)

bahwa P3 memiliki pertumbuhan yang baik, sedangkan P1 dan P2

pertumbuhannya dibawah K.

Pemberian NOPKOR membantu tanaman tomat dalam penggemburan

media tanah, penyuburan tanah, mempercepat pertumbuhan biota dan jasad

renik tanah, serta keberadaan unsur hara. Pertumbuhan tanaman tomat

memiliki rata-rata pertumbuhan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan

tanaman tomat tanpa perlakuan NOPKOR (media pasir campur kompos)

yaitu kelompok 3 dengan dosis NOPKOR 200 ml. NOPKOR merupakan

biakan mikroba yang dapat memfiksasi nitrogen, kalium, dan phosfor.

Kegunaan NOPKOR adalah untuk meningkatkan kadar unsur hara di dalam

tanah. Tanaman tumbuh dan berkembang memerlukan unsur hara mikro dan

makro. Unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman meliputi nitrogen, kaliun

dan phosfor (Murwono,2013).

Pemberian NOPKOR membantu mikroba dalam media tanam

memfiksasi Nitrogen (N), phosfor (P), dan kalium(K). Unsur hara makro N, P

dan K sangat dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar. Nitrogen, unsur

hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah besar, merupakan peyusun asam

amino, protein, dan asam nukleat (Loveless, 1999). Phosfor berhubungan

dengan metabolisme biokimia yang menyimpan energi dan kemudian

memindahkannya kedalam sel-sel hidup. Phosfor berfungsi meransang

pertumbuhan akar, bunga dan pemasakan buah. Kalium berfungsi untuk

memperkut bagian kayu tanaman dan meningkatkan kualitas buah

(53)

Media campuran pasir dan kompos mengandung unsur hara mikro dan

makro yang dibutuhkan tanaman. Menurut Yuwono (2005) kompos yang

sudah jadi dan siap digunakan mengandung sebagian besar dari tiga golongan

unsur hara antara lain: unsur hara makro primer yaitu unsur hara yang

dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti, Nitrogen (N), Fosfor (P), dan

Kalium (K). Unsur hara makro sekunder yaitu unsur hara yang dibutuhkan

tanaman dalam jumlah kecil, seperti Sulfur (S), Kalsium (Ca), dan

Magnesium (Mg) dan unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan

dalam jumlah sedikit seperti, Besi (Fe), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Klor (Cl),

Boron (B), Mangan (Mn), dan molibdenim (Mo). Kompos dengan sumber

bahan sampah organik yang berasal dari daun dan ranting tanaman memiliki

kualitas kompos yang baik. Bahan organik tersebut akan mengandung nutrisi

( NPK, MgSCa dan mikro elemen) (Yulipryanto, 2010). Unsur hara tersebut

sangat dibutuhkan tanaman dalam peroses pertumbuhan dan perkembangan.

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir dengan

campuran kompos maka peneliti berasumsi bahwa pemberian NOPKOR 600

ml dan 400 ml sangat berlebihan. Ketersedian unsur hara bagi tanaman harus

lengkap jenisnya dan juga perlu tersedia seimbang. Tampak dari perbedaan

pertumbuhan tanaman tomat yang diberi 200 ml NOPKOR. Pertumbuhan

tanaman tomat yang diberi 600 ml dan 400 ml lebih rendah dibanding dengan

tanaman tomat yang diberi 200 ml NOPKOR.

Pada penelitian ini membuktikan bahwa pertumbuhan dan hasil produksi

tanaman tomat yang paling baik terlihat pada kadar pemberian NOPKOR

(54)

untuk tumbuh dan berkembang pada kelompok P3 sangat seimbang hingga

membuat pertumbuhan dan perkembangn tanaman toman menjadi lebih baik.

Keseimbangan unsur hara di dalam tanah sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan

merupakan dua proses yang berjalan sejajar dan berdampingan.Pertumbuhan

merupakan proses pertambahan ukuran yang tidak dapat kembali ke asal

(irreversibel), yang meliputi pertambahan volume dam pertambahan massa.

Selain disebabkan pertambahan ukuran sel, pertumbuhan juga terjadi karena

pertambahan jumlah sel. Sedangkan Perkembangan adalah proses menuju

tercapainya kedewasaan, pada tumbuhan perkembangan ditandai dengan

munculnya bunga atau buah.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terdiri dari dua fase yaitu fase

vegetatif dan fase produktif atau fase generatif. Dalam penelitian ini tampak

bahwa Fase vegetatif dan fase produktif kelompok P3 lebih cepat dibanding

dengan yang lain. Dalam waktu satu bulan fase produktif pada kelompok P3

sudah terlihat yaitu ditandai dengan terbentuknya kuncup-kuncup bunga pada

tanaman tomat. Tanaman tomat mulai ditanam ke polybag pada tanggal 29

April 2014, kuncup-kuncup bunga pada Kelompok P3 mulai terlihat tanggal

26 Mei 2014 kemudian bunga mulai mekar pada tanggal 31 Mei dan berbuah

pada tanggal 5 Juni 2014.

Fase vegetatif merupakan proses petumbuhan yang terjadi pada akar,

daun, dan batang. Ada tiga proses penting yang terjada pada vase vegetatif

yaitu pembelahan sel, perpanjangan sel, dan diferensiasi sel. Fase prodiktif

(55)

Fase produktif terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup-kuncup

bunga hingga menghasilkan buah. Kecepatan fase vegetatif tanaman terutama

dalam proses pembelahan sel akan berpengaruh terhadap fase produktif.

Semakin cepat proses pembelahan sel maka proses pematangan sel akan

semakin cepat pula (dalam fase produktif)(Sutrian, 1992) .

Unsur hara yang diperlukan tanaman adalah Karbon (C), Hidrogen (H),

Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca),

Magnesium (Mg), Seng (Zn), Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu),

Molibden (Mo), Boron (B), Klor (Cl), Natrium (Na), Kobal (Co), dan Silikon

(Si). Ketersediaan unsur hara yang lengkap akan membantu tanaman untuk

tumbuh dan bekembang dengan baik. kelengkapan unsurhara berpengaruh

pada metabolisme sel di dalam tubuh tumbuhan (Agustina, 2004).

Nitrogen yang merupakan unsur hara makro essential yang memiliki

lambang N, nomor atom dari 7 dan massa atom 14,00674 u. Elemental

nitrogen tidak berwarna, tidak berbau, tawar dan kebanyakan lembam

diatomik gas pada kondisi standar, merupakan 78% dari volume atmosfer

bumi (Rao, 1986).

Peran penting Nitrogen bagi tanaman ialah untuk merangsang

pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, terutama batang, cabang, dan

daun. Nitrogen juga berperan dalam hal pembentukan hijau daun, yang

penting dalam proses fotosintesis. Nitrogen dapat membentuk protein, lemak,

dan berbagai persenyawaan organik yang lain. Nitrogen merupakan bagian

dari protein, bagian penting konstituen dari protoplasma, enzim, agen katalis

(56)

bagian dari nukleoprotein, asam amino, amina, asam gula, polipeptida dan

senyawa organik dalam tumbuhan. Dalam rangka untuk menyiapkan

makanan untuk tanaman, tanaman diperlukan klorofil, energi sinar matahari

untuk membentuk karbohidrat dan lemak dari C air dan senyawa nitrogen

(Rao, 1986).

Siklus nitrogen mempunyai peranan penting terhadap sifat fisiolgis

tanaman, nitrogen digunakan untuk menghasilkan sejumlah kompleks organik

molekul seperti asam amino, protein, dan asam nukleat. Asam amino

berfungsi sebagai bahan dasar pembentukan protein yang selanjutnya akan

digunakan untuk pertumbuhan tanaman (Rao, 1986).

Pada tanaman – tanaman yang tumbuh aktif dengan cepat nitrat yang terabsopsi oleh akar tanaman akan terangkut dengan cepat ke daun mengikuti

alur transpirasi. Tanaman menyerap air dan hara anorganik maupun organik

atau dalam hal ini senyawa nitrogen dari dalam tanah melalui sistem

perakaran. Zat-zat tersebut biasanya ditranslokasikan ke atas melalui

pembuluh kayu pada batang dan terus ke ikatan vaskuler tangkai daun dan

tulang daun, dari sinilah zat-zat tersebut masuk ke dalam sel-sel daun.

Senyawa nitrogen dan sebagian air tersebut digunakan oleh daun dan sel-sel

sekitarnya untuk mensintesis berbagai zat tanaman, tetapi sebagian besar air

tersebut mengalami evaporasi dari sel-sel daun ke ruang interseluler dan dari

sinilah terdifusi ke atmosfer melalui stomata pada daun (Rao, 1986).

Phosfor merupakan unsur hara yang diserap dalam bentuk ion H2PO4,

HPO4 dan PO4. Diantara ke-3 ion ini yang lebih mudah diserap adalah ion

(57)

membutuhkan sedikit energi untuk menyerapnya esensialitas dari unsur ini

adalah:

1. Membentuk dalam penyusunan senyawa ATP yaitu senyawa

berenergi tinggi yang dihasilkan dalam proses respirasi siklus kreb

sehingga tanaman dapat melakukan semua aktifitas biokimianya

seperti pembungaan, pembentukan sel, transpirasi, transportasi dan

fotosintesis secara absorbsi.

2. Membentuk senyawa fitin ( Ca-Mg-inositol-6P) yang terdapat

dalam biji tepatnya dalam endosperm untuk proses perkecambahan.

3. Membentuk DNA dan RNA untuk pembentukan inti sel DNA

Nukleotida Adenin, Guanin Deoxsiribosa, Timin fosfat, Sitosin dan

RNA nukleotida Adenin, Guanin Ribosafosfat, Timin, dan Urasil.

4. Membentuk senyawa fosfolipid yang berfungsi dalam mengatur

masuk keluarnya (permeabilitas) zat-zat makanan didalam sel dan

merupakan bahan dasar dari bagian sel

(Agustina, 2004).

Setiap mahkluk hidup pasti membutuhkan nutrien sebagai sumber energi

pertumbuhan, demikian pula halnya dengan tanaman. Untuk dapat hidup dan

berkebang secara baik setiap harinya tanaman membutuhkan bahan nutrsi

berupa unsur hara yang dapat dikonsumsi.

Setiap jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, tentunya memiliki

fungsi, kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dalam pertumbuhan

(58)

unsur hara berlebihan atau kurang dapat memberikan dampak yang tidak baik

bagi pertumbuhan tanaman.

Kelebihan unsur hara dapat menyebabkan tanaman menjadi layu, batang

tanaman menjadi lemas, dan tanaman lebih mudah terserang penyakit.

Kelebihan unsur hara N, P dan K akan menghambat penyerapan unsurhara

yang lain seperti menghambat penyerapan unsur hara mikro yaitu fe, Cu, Zn,

Ca, dan Mg. Jika unsur hara mikro terhambat maka akan menyebabkan

tanaman menjadi lemah, pertumbuhan daun menjadi keriting, bunga mudah

rontok sehingga hasil nya tidak maksimal.

Pemberian NOPKOR tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan

diameter batang tanaman, hal ini dikarenakan selisih pertumbuhan tinggi

tanaman tidak jauh berbeda. Akan tetapi dari grafik pertumbuhan tanaman

dapat dilihat bahwa pertumbuhan diameter tanaman yang diberi perlakuan

NOPKOR 200 ml lebih tinggi dibanding yang lain.

Selain kelebihan unsur hara faktor lain yang berpengaruh perhadap

Pertumbuhan dan produksi tanaman tomat adalah iklim, kualitas bibit

tanaman, dan serangan hama pada tanaman.

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, yaitu bulan Mei 2014 sampai

dengan bulan Juli 2014. Adanya pemanasan global yang menyebabkan iklim

menjadi tidak menentu mengakibatkan musim kemarau dan musim penghujan

kurang dapat diprediksi. Ketidaktentuan musim ini menyebabkan tanaman

(59)

Bibit yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bibit tomat dari

varietas bulat. Tomat varietas bulat merupakan varitas lokal Indonesia. Tomat

varietas bulat rentan terhadap serangan hama dan penyakit.

Jenis hama yang menyerang tanaman tomat ketika penelitian adalah

busuk daun, kapang atau jamur, busuk batang, layu bakteri, ulat daun dan

ulat buah. Cara penanggulangan serangan hama dan penyakit busuk daun,

kapang atau jamur, busuk batang dan layu bakteri adalah dengan memisahkan

tanaman yang terserang ke tempat lain kemudian di bakar, agar penyakit pada

tanaman tidak menyerang tanaman lain. Cara penanggulangan ketika tanaman

tomat terserang ulat buah dan ulat daun adalah dengan cara manual yaitu

mematikan ulat secara lansung.

C. Aplikasi Penelitian Dalam Proses Pembelajaran

Hasil penelitian ini dapat menjadi pengetahuan baru bagi masyarakat.

aplikasi di dunia pendidikan terkait dengan pembelajaran penelitian ini dapat

dimasukkan kedalam materi pembelajaran pertumbuhan dan perkembanngan.

Pada materi pertumbuhan dan perkembangan para siswa SMA dapat

mengamati dan mengumpulkan data pertumbuhan dan perkembangan

tanaman yang diterapkan dalam penelitian ini.

Contoh Rancangan Pelaksanaan Pembelajara (RPP) dan silabus pada

materi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan K.D: 2.1, K.D: 3.1,

K.d: 4.1. Silabus terlampir pada lampiran 11 dan RPP terlampir dalam

(60)

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengamatan dan pengolahan data dapat

disimpulkan bahwa:

1. Pemberian NOPKOR dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi

tanaman, jumlah daun, jumlah buah, dan berat buah tanaman tomat.

2. Dosis yang paling efektif terhadap pertumbuhan dan hasil produksi

tanaman tomat adalah dengan pemberian dosis NOPKOR sebanyak

200 ml.

B. Saran

1. Waktu penelitian tepat serta tempat penelitian sebaiknya di lahan

bebas.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang dosis NOPKOR yang

paling optimal untuk pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap NOPKOR yaitu tentang

Gambar

Tabel 3.I.    Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat  .......................
Gambar 4.1.
Tabel 3.1 Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat
Tabel 4.1. Pertumbuhan tinggi tanaman tomat
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH NORMA ORGANISASI DAN KOMITMEN WARGA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI RENSTRA DI SMP SWASTA DI KOTA CILEGON. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan. Keuangan Antara Pemerintah Pusat

Holong Erixon Manurung “Uji Efektivitas Suspensi Baculovirus oryctes Dan Metarhizium anisopliae (Metch.) Sorokin Terhadap Brontispa longssima Gestro..

Bagi para pelatih dalam proses latihan agar mencoba latihan ladder drill. sebagia varian latihan untuk meningkatkan kemampuan kelincahan

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSI A PERTANI AN LAMPI RAN I

Burung kolibri memiliki bent uk paruh yang kecil, runcing, panjang, dan melengkung dengan t ujuan memudahkan mengisap nekt ar pada bunga. Sedangkan bagian t umbuhan

// Berperahu mengelilingi waduk dan mendatangi rumah makan terapung menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.// Mereka dengan mudah juga bisa mendapatkan ragam ikan segar

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP