• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI DISTRIBUSI SPASIAL KELIMPAHAN PERIFITON DI SUNGAI KUMBE MERAUKE PAPUA 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI DISTRIBUSI SPASIAL KELIMPAHAN PERIFITON DI SUNGAI KUMBE MERAUKE PAPUA 1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI DISTRIBUSI SPASIAL KELIMPAHAN PERIFITON DI SUNGAI KUMBE MERAUKE PAPUA1

Mirna dwirastina2 dan Yoga Candra Ditya2 ABSTRAK

Perifiton merupakan flora atau tumbuhan yang tumbuh atau hidup menempel di atas substrat di perairan. Secara alami perifiton bersifat tetap dan menempel pada akar tumbuhan, bebatuan, kayu, dan benda-benda dalam air lainnya, sehingga memiliki kecenderungan lebih banyak menerima polutan dari area tersebut di bandingkan dengan hidrobiota yang lain. Keberadaan perifiton dijadikan sebagai salah satu indikator biologi yang digunakan dalam mengetahui pengukuran fluktuasi komunitas biologi (Devi,2002). Penelitian ini dilakukan di Sungai Kumbe Merauke Papua terdiri dari 5 stasiun pengamatan yaitu Yakau, Wapeko, Rawa Inggun, Sakor dan Baad. Pelaksanaan Penelitian dilakukan bulan Maret dan September 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi spasial dari genera perifiton di Sungai Kumbe Merauke Papua. Dari hasil pengamatan maka ditemukan 3 jenis kelas perifiton yaitu Chlorophyceae, Bacillariophyceae dan Cyanophyceae. Distribusi spasial perifiton tiap lokasi kelas Chlorophyceae yaitu Mougeotia, Closterium dan Staurastrum sedangkan kelas Bacillariophyceae yaitu Cymbella, Navicula, Pinularia dan Stauroneis. Kelimpahan Perifiton bulan Maret berkisar 1041,162 - 9341.82 cell/cm2 dan September berkisar 5815.64 cell/cm2 - 114225,053 cell/cm2. Kelimpahan tertinggi secara spasial terdapat pada lokasi Yakau sedangkan kelimpahan terendah daerah W apeko.

Kata Kunci : Distribusi, Kelimpahan, Sungai Kumbe, Spasial, Perifiton.

PENDAHULUAN

Sungai Kumbe sebagai salah satu sungai besar di Kabupaten Merauke. Panjang Sungai 300,42 km dengan luas daerah tangkapan air (catchment area) sebesar 3765,90 km2 (Departemen PU, 2008). Sungai Kumbe terletak pada posisi 140o37‘ BT dan 8o00‘ LS di bagian hulu sungai dan 140o13‘ BT dan 8o 21‘ LS di muara sungai yang berbatasan dengan Laut Arafura. Informasi mengenai keragaman biota perairan di wilayah tersebut masih sangat terbatas. Hal ini disebabkan masih minimnya kegiatan riset atau terpublikasikannya hasil riset sebagai bentuk informasi dari keragaman organisme serta karakteristik sumberdaya di perairan sungai Kumbe Kabupaten Merauke Provinsi Papua belum lagi didukung lokasi yang sulit dijangkau. Selain itu, informasi lebih banyak terdapat di paparan sunda dan hanya sebagian kecil saja pada paparan wallacea dan sahul.

Perifiton merupakan organisme yang tumbuh atau menempel pada substrat tetapi tidak melakukan penetrasi ke dalam substrat tersebut (Weitzel, 1979). Secara alami perifiton bersifat tetap dan menempel pada akar tumbuhan, bebatuan, kayu, dan benda-benda dalam air lainnya, sehingga memiliki kecenderungan lebih banyak menerima polutan dari area tersebut di bandingkan dengan hidrobiota yang lain. Organisme yang terdapat pada air yang telah tercemar berbeda dengan yang terdapat pada air yang belum tercemar (Georgudaki et al., 2003). Keberadaan perifiton dijadikan sebagai salah satu indikator biologi yang digunakan dalam mengetahui pengukuran fluktuasi lingkungan dan komunitas biologi (Devi,2002).

Tujuan Penulisan ini adalah untuk mengetahui kelimpahan perifiton yang ada di Sungai Kumbe Merauke Papua.

1

Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Perikanan Indonesia Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta, 19-20 November 2015

2

(2)

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di Sungai Kumbe Merauke Papua menggunakan metode survey meliputi parameter kimia, biologi, dan fisika air dilakukan di lapangan. Parameter biologi yang digunakan adalah organisme perifiton.

Lokasi penelitian dilakukan di Sungai Kumbe, Kabupaten Merauke Papua. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 kali yaitu Februari (survei pendahuluan), dan survey riset (bulan Maret dan September) tahun 2014. Lokasi penelitian dapat dilihat dari Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Penelitian Pengambilan Sampel Parameter Biologi yaitu Perifiton

Pengambilan sampel perifiton dilakukan pada 5 titik disetiap stasiun. Pengambilan perifiton menggunakan jarum suntik bekas yang dipotong jarumnya hingga berbentuk bulat dan di tempel busa hingga perhitungan luasan perifiton yang diambil berupa lingkaran. Perifiton yang sudah diambil dimasukkan dalam botol 100 ml dan diisi 100 ml aquades, selanjutnya diawetkan menggunakan lugol sebanyak 1 ml diberi label dan diidentifikasi di Laboratorium Pengujian Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum.

Kelimpahan perifiton dan Plankton dihitung dengan rumus (APHA, 2005):

𝑁𝑥 ���𝑥 ��

K =

��𝑐 𝑥 �������

Keterangan:

K = kelimpahan perifiton (ind/cm2) dan plankton (ind/l) N = jumlah perifiton /plankto yang diamati

As = luas substrat yang dikerik (5x5 cm2) untuk perhitungan perifiton dan volume air yang di saring (l) untuk perhitungan plankton

At = luas penampang permukaan SRC (mm2)

Ac = luas amatan (mm2) Vt = volume konsentrat pada botol contoh (20 ml) untuk perhitungan perifiton dan volume konsentrat pada botol contoh (30 ml) untuk perhitungan plankton

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perifiton yang ditemukan di Sungai Kumbe Merauke Papua

Dari hasil identifikasi yang dilakukan bulan Maret ditemukan sekitar 37 genera perifiton yang terdiri dari 3 kelas yaitu Bacillariophyceae (17 genera), Cyanophyceae (5 genera) dan Chlorophyceae (15 genera) dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan pada bulan September terdapat 42 genera terdiri dari Bacillariophyceae (15 genera), Cyanophyceae (6 Genera) dan Chlorophyceae (21 Genera) (Tabel 2). Dari Tabel 1 dan Tabel 2 maka diketahui kelas Chlorophyceae tertinggi diteruskan kelas Bacillariophyceae dan Cyanophyceae. Dari hasil yang didapat bahwa sungai Kumbe masih kategori perairan yang belum tercemar karena bila dilihat dari genera perifiton yang ditemukan merupakan genera fitoplankton perairan belum tercemar sehingga masih kategori subur.

Distribusi spasial perifiton yang dihasilkan maka didapatkan bahwa kelas Chlorophyceae dari genera Mougeotia, Closteriuan, Staurastrum tersebar di lima lokasi penelitian Yakau,Wapeko,Rawa inggun, Sakor dan Baad , sedangkan pada kelas Bacillariphyceae, genera yang selalu ditemukan pada 5 lokasi penelitian adalah

Navicula, Cymbella, Pinularia dan Stauroneis. Spesies yang intoleran adalah spesies

yang mempunyai kisaran toleransi yang sempit, tidak tahan terhadap tekanan lingkungan sehingga hanya tumbuh dan berkembang di perairan yang belum atau sedikit tercemar (Rondo, 1982).

Tabel 1 . Distribusi Spasial Perifiton Sungai Kumbe Merauke Papua bulan Maret 2014

No Kelas Genera Yakau Wapeko Rawa Inggun Sakor Baad

1 Bacillariophyceae Amphipleura √ √ 2 Asterionella √ √ √ 3 Coconeis √ √ √ √ √ 4 Coscinodiscus √ √ √ √ 5 Cymbella √ √ 6 Diatoma √ √ √ √ 7 Diploneis √ √ √ √ 8 Eunotia √ √ √ 9 Fragilaria √ √ √ √ √ 10 Gomphonema √ 11 Melosira √ √ √ √ 12 Navicula √ √ √ √ √ 13 Nitszchia √ 14 Pinularia √ √ √ 15 Stauroneis √ √ 16 Surirella √ √ 17 Synedra √ √ √ √ Cyanophyceae 1 Anabaena √ √ √ √ 2 Chrococcus

(4)

3 Gomphospahaeria √ 4 Mycrocystis √ √ 5 Oscillatoria √ √ √ √ Chlorophyceae 1 Ankistrodesmus √ √ √ √ 2 Chaetophora √ 3 Chlorohormidium √ 4 Closterium √ √ √ √ 5 Cosmarium √ √ 6 Cyclotella √ √ 7 Euastrum √ √ 8 Moegeotia √ √ √ √ √ 9 Oedogonium √ √ √ √ 10 Pleorotaenium √ √ 11 Spirogyra √ √ √ 12 Staurastrum √ √ 0 13 Ulothrix √ √ √ √ 14 Xanthidium √ 15 Zygnema √ √

Tabel 2 . Distribusi Spasial Perifiton Sungai Kumbe Merauke Papua bulan September 2014.

No Kelas Yakau Wapeko

Rawa

Ingun Sakor Baad

Chlorophyceae 1 Closterium √ √ √ √ √ 2 Coelastrum √ √ 3 Cosmarium √ √ √ √ 4 Desmidium √ √ 5 Ekalothorix √ √ 6 Euastrum √ √ √ 7 Gleocystis √ 8 Micrasterias √ √ √ 9 Mougeotia √ √ √ √ √ 10 Netrium √ 11 Oedogeonium √ √ √ √ 12 Pediastrum √ 13 Penium √ √ √ √ 14 Scenedesmus √ √ √ 15 Spaerocystis √ 16 Spondylosium

(5)

17 Spyrogyra √ 18 Staurastrum √ √ √ √ √ 19 Tetraedron √ 20 Ulothrix √ 21 Xanthidium √ √ √ Bacillariophycea e 1 Bacillaria √ 2 Cyclotella √ √ 3 Cymbella √ √ √ √ √ 4 Eunotia √ 5 Fragillaria √ √ √ √ 6 Gomphonema √ √ √ 7 Melosira √ 8 Navicula √ √ √ √ √ 9 Neidium 10 Nitschia √ √ √ √ 11 Pinnularia √ √ √ √ √ 12 Pleurosygma √ √ √ 13 Stauroneis √ √ √ √ √ 14 Stauroneis 15 Synedra Cyanophyceae √ √ 1 Chroococcus √ √ 2 Lyngbya √ 3 Merismopedia 4 Merismopedia √ √ 5 Oscillatoria √ √ √ √ 6 Phormidium √ √ √ √

Berdasarkan kelimpahan perifiton maka kelimpahan perifiton bulan maret berkisar 1041,162 - 9341.82 cell/cm2 dan September berkisar 5815.64 cell/cm2 - 114225,053 cell/cm2 (Gambar 2). Pada pengamatan secara spasial maka didapatkan kelimpahan perifiton tertinggi di daerah Yakau sedangkan kelimpahan terendah daerah Wapeko baik bulan Maret maupun September. Hal ini disebabkan daerah Yakau merupakan daerah rawa banjiran, arus yang terjadi tidak terlalu deras serta jauh dari pemukiman, dibandingkan daerah Wapeko yang mempunyai arus deras dan dekat pemukiman warga. Apabila diperhatikan dari jumlah dan jenis genera yang ditemukan maka kelas Chlorophyceae dan Bacillariophyceae yang mendominasi perairan Sungai Kumbe Merauke Papua. Kelas Chlorophyceae dan Bacillariophyceae yang mendominasi sungai tersebut. Khusus bacillariophyceae merupakan kelas perifiton yang umum dijumpai di perairan dan memiliki kemampuan untuk mentoleransi keadaan lingkungan serta parameter perairan yang mendukung pertumbuhan Bacillariophyceae seperti arus sungai. Whitton (1975) diacu oleh Faza (2012) menyatakan bahwa pada perairan yang berarus 0,5 – 1 m/s kelas perifiton dan

(6)

plankton yang mendominasi adalah kelas dari diatom (Bacillariophyceae).

150000

100000

50000

0

Sakor Rawa

inggun

Bat Yakau Wapeko

Maret September

(7)

Gambar 2. Kelimpahan Perifiton secara spasial 2014 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik suatu kesimpulan adalah sebagai berikut:

1. Distribusi perifiton secara spasial di Sungai Kumbe Merauke Papua yaitu tertinggi kelas Chlorophyceae diteruskan kelas Bacillariophyceae dan Cyanophyceae. 2. Genera yang ditemukan hampir setiap lokasi yaitu kelas Chlorophyceae antara lain

Mougeotia, Closterium dan Staurastrum sedangkan kelas Bacillariophyceae antara lain

Navicula, Cymbella, Pinularia dan Stauroneis.

3. Kelimpahan perifiton tertinggi terdapat pada daerah Yakau dan terendah daerah Wapeko.

4. Kelimpahan perifiton bulan Maret berkisar 1041,162 - 9341.82 cell/cm2 dan September berkisar 5815,64 cell/cm2 - 114225,053 cell/cm2.

DAFTAR PUSTAKA

[APHA] American Public Health Association. 2005. Standart Methods For The Examination of Water and Wastewater.United Book Press nc .Maryland. Devi, I.A. 2002. Perifiton sebagai Indikator Biologi Kualitas Air di Sungai Citarum Hulu.

Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas MIPA Unpad. Jatinangor.

Georgudaki, J.H., V. Kantzaris, P. Katharios, P. Kaspiris, Th. Georgiadis, & B. Mo.tesantou. 2003. An Application of Different Bioindicators for Assesing Water Quality:

A case Study in The Rivers Alfeios and Pineios (Peloponnisos, Greece). Ecological

Indicators 2. Elsevier.

Rondo, Marten. 1982. Hubungan Benthos Sebagai Indikator Ekologi di Sungai

Cikapundung. Tesis Jurusan Biologi Institut Teknologi, Bandung.

Weitzel, R. L. 1979. Methods and Meansurements of Perifiton Communities: Review American Socienty for Testing and Materials. Philadelphia. London.

Gambar

Gambar 1. Lokasi Penelitian  Pengambilan Sampel Parameter Biologi yaitu Perifiton
Tabel  1  . Distribusi Spasial Perifiton Sungai Kumbe Merauke Papua bulan Maret  2014
Tabel     2  .  Distribusi  Spasial  Perifiton  Sungai  Kumbe  Merauke  Papua  bulan  September 2014

Referensi

Dokumen terkait

Kereta Api Indonesia (PERSERO) Daerah Operasional IV Semarang. Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis data yang

1. Jamari 82 tahun Alasan peneliti menjadikan nama-nama yang tertera disamping adalah informan desa setempat dan informan tersebut asli warga Desa Balonggebang, Gondang,

Penelitian Spigel (2001) dan Levkut (2002), mengaitkan kesuksesan terapi bolus antibiotika post partus dengan cairan lochia, pada sapi dengan kelahiran normal dan

Pada K2 efek pemberian kombinasi antibiotik tidak menyebabkan sinkronisasi estrus tetapi hanya membunuh kuman penyebab infeksi, sehingga perkembangan diameter folikel

Penilaian kinerja guru  pemula dilakukan sebagaimana penilaian kinerja yang diterapkan terhadap guru lain (senior) pada setiap tahun, dengan menggunakan Lembar Hasil

Berdasarkan hasil responden dapat dilihat dari motif, minat harapan, serta dari nilai persepsi lingkungan berdasarkan budaya, nalar dan pengalaman juga kemampuan

membahas keberadaan seni kethoprak di wilayah Kelurahan Patangpuluhan. Pada  pertemuan  tersebut  tim  pengabdi  menjelaskan  tentang  arti  pentingnya  pelestarian 

Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna