• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III 3 METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III 3 METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendahuluan

Penyusunan Tugas Akhir ini adalah kegiatan dalam bentuk penelitian yang dilakukan berdasarkan program kerja berurutan dan saling berkaitan. Tahapan-tahapan dalam program kerja tersebut dapat dilihat pada bagan alir studi berikut ini:

PERSIAPAN DAN KAJIAN AWAL DAERAH STUDI

RENCANA SURVEI DAN PEMANTAPAN DAN METODOLOGI

PENGUMPULAN DATA DATA KORIDOR

REL KERETA API DATA KORIDOR

JALAN RAYA

ANALISIS DATA

FUNGSI BIAYA TRANSPORTASI ALTERNATIF I

GRAFIK PERBANDINGAN TOTAL COST VS JARAK UNTUK RUTE BANDUNG-JAKARTA

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ANALISIS KINERJA ANGKUTAN

BARANG PETI KEMAS FUNGSI BIAYA TRANSPORTASI

ALTERNATIF II

FUNGSI BIAYA TRANSPORTASI ALTERNATIF III

FUNGSI BIAYA TRANSPORTASI ALTERNATIF I MENGGUNAKAN TRUK

SENDIRI MENGGUNAKAN TRUK SEWA

ANALISIS KEBIJAKAN

(2)

Langkah kerja masing-masing proses dapat diilustrasikan pada uraian berikut ini: a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahapan awal dari pelaksanaan studi ini. Pada tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan yakni studi literatur, survey pendahuluan serta kajian awal dari daerah studi.

Studi literatur bertujuan untuk mempermudah dalam mengetahui berbagai kebijakan dan kondisi daerah studi (termasuk juga dari hasil pekerjaan terdahulu yang pernah dilakukan mengenai hal serupa dengan pekerjaan ini). Dengan demikian, akan dihasilkan pedoman awal pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.

Survey pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara kasar mengenai kondisi wilayah studi. Survey ini akan memberikan masukan untuk pekerjaan selanjutnya yang akan dilakukan.

Kajian awal daerah studi merupakan tahapan dimana dilakukan pengenalan/deskripsi wilayah studi, gambaran mengenai kondisi fasilitas TPKB sampai ke pelabuhan. Pada tahap ini juga dipelajari fasilitas apa saja yang digunakan salah satunya bongkar muat barang beserta prosedur operasinya. Begitu juga pada angkutan barang melalui jalan raya. Dengan mengetahui secara pasti gambaran wilayah studi berarti telah dilakukan pendekatan terhadap sistem yang akan evaluasi.

b. Rencana Survey dan Pemantapan Metodologi

Survey yang akan dilaksanakan harus dipersiapkan sebaik mungkin. Pada tahap rencana survey ini, diidentifikasi survey apa saja yang harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan analisis nantinya.

Untuk studi tugas akhir ini, survey akan dititikberatkan pada Terminal Peti Kemas Bandung (TPKB), TPK Pasoso dan Pelabuhan Tanjung Priok, yaitu komposisi total biaya yang dikeluarkan untuk transportasi melalui rel kereta. Begitu juga akan dilakukan survey untuk melengkapi data angkutan barang dengan menggunakan truk.

c. Pengumpulan Data

Data-data yang dibutuhkan pada Tugas Akhir ini meliputi data koridor jalan raya dan data koridor rel kereta api. Dimana data-data tersebut terdiri dari dua macam data yaitu, data primer dan data sekunder. Rincian data-tersebut dapat dilihat di Tabel 3.1 danTabel 3.2.

(3)

Tabel 3.1 Rincian pengumpulan data untuk koridor jalur kereta api Jenis

Data Deskripsi Data Sumber Data

Proses dan Biaya dari lift on, lift off dan stack

PT. KAI, PT. MTI, PT.JICT Proses dan Biaya Haulage serta Biaya

Operasi Kendaraan

Perusahaan Trucking Sekunder

Biaya Transportasi untuk Kereta Api PT. KAI

Primer Peninjauan Lokasi dan Koridor Jalur Kereta

Api Survey Lapangan

Tabel 3.2 Rincian pengumpulan data untuk koridor jalan raya Jenis

Data Deskripsi Data Sumber Data

Proses dan Biaya lift on, lift off PT. KAI, PT. MTI,

PT. JICT

Proses dan Biaya Stuffing Perusahaan

Trucking Sekunder

Biaya Operasi Kendaraan untuk Truck Perusahaan

Trucking Primer Peninjauan Lokasi dan Koridor Jalur Jalan

Raya Survey Lapangan

d. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah seluruh data didapatkan dan dianggap sudah cukup untuk Tugas Akhir ini. Dalam Tugas Akhir ini analisis data dilakukan dengan melakukan pengelompokan data pada titik-titik dimana terjadi penambahan biaya pada biaya total untuk masing-masing koridor. Dengan membandingkan beberapa alternatif skema multimoda pengangkutan barang. Skema alternatif itu anatara lain :

x Alternatif A1 (unimoda)

Pada alternatif A1 diasumsikan shipper mempunyai truk sendiri dan menggunakan jalur jalan raya untuk mengirimkan barang komoditasnya ke Pelabuhan Tanjung Priok.

x Alternatif A2 (Ts– KA – Tw)

Pada alternatif A2 diasumsikan shipper mempunyai truk sendiri (Ts) dan menggunakan jalur kereta api melalui TPKB Gedebage untuk mengirimkan barang komoditasnya ke Pelabuhan Tanjung Priok.

(4)

x Alternatif B1 (Truk Sewa)

Pada alternatif B1 diasumsikan shipper menyewa truk (Tw) dari perusahaan trucking dan menggunakan jalur jalan raya untuk mengirimkan barang komoditasnya ke Pelabuhan Tanjung Priok.

x Alternatif B2 (Tw– KA – Tw)

Pada alternatif B2 diasumsikan shipper menyewa truk dari perusahaan trucking (Tw) dan menggunakan jalur kereta api melalui TPKB Gedebage untuk mengirimkan barang komoditasnya ke Pelabuhan Tanjung Priok.

Data-data dari tiap alternatif multimoda tersebut di plot pada grafik fungsi biaya transportasi untuk masing-masing koridor.

Pada tahap analisis grafik tiap koridor dan alternatif dibandingkan dalam satu

grafik Biaya Total vs Jarak. Sehingga dapat ditentukan perbedaan biaya total (¨)

antara koridor jalan raya dan jalur kereta api untuk kemudian dapat diketahui

komponen apa yang menyebabkan terjadi nya ¨ tersebut. Dan juga menganalisis

kebijakan yang berlaku pada kondisi eksisting dan mengevaluasi penerapannya di lapangan.

e. Analisis Kebijakan

Pada Tahap ini dilakukan analisis terhadap instrumen kebijakan pada kegiatan pengangkutan barang peti kemas baik melalui moda jalan raya maupun moda kereta api. Dan mencoba memberikan usulan counter measure untuk mengoptimalkan performansi angkutan barang menggunakan moda kereta.

f. Kesimpulan dan Rekomendasi

Tahap ini merupakan tahapan akhir yang dilakukan pada tugas akhir ini. Pada tahap ini dilakukan pembuatan resume serta rekomendasi dari studi tugas akhir yang dilakukan berdasarkan analisis perhitungan dan kompilasi data pada tahap sebelumnya.

(5)

BAB IV

4

GAMBARAN KONDISI EKSISTING

4.1 Umum

Untuk mengangkut peti kemas dari pabrik-pabrik yang berlokasi di sekitar Bandung ke Pelabuhan Tanjung Priok atau sebaliknya, ada 2 (dua) skema pergerakan pengangkutan yang bisa digunakan. Kedua skema ini memiliki tahapan-tahapan kegiatan yang berbeda. Selain itu moda yang digunakannya pun berbeda.

Truk Stuffing/ Stripping FCL & LCL Lo Lo Unit Train Stuffing/ Stripping FCL & LCL Lo Lo Zona Industri Bandung Raya Kapal DELIVERY Local Haul Terminal Gedebage

Line Haul Terminal

Tg.Priok Ekspor/ impor JALUR REL JALAN RAYA Terminal Tg.Priok

Line Haul Ekspor/

impor Kapal

Gambar 4.1 Skema pergerakan peti kemas rute Bandung-Jakarta

Skema pertama adalah pengangkutan peti kemas dengan menggunakan moda kereta api sebagai moda utamanya. Dan skema kedua adalah pengangkutan peti kemas dengan menggunakan moda truk sebagai moda utamanya. Tahapan kegiatan kedua skema dapat

dilihat pada Gambar 4.1.

4.2 Garis Besar Proses Pengangkutan barang Menggunakan Moda Kereta Api Tahapan-tahapan untuk peti kemas tujuan ekspor (Bandung ke Jakarta) melalui koridor rel kereta adalah sebagai berikut :

- Pra terminal pemberangkatan

Pada tahap ini, peti kemas diangkut menuju terminal keberangkatan dengan menggunakan moda angkutan lain seperti moda jalan raya berupa Truk Trailer. Untuk proses ekspor (Bandung-Tanjung Priok), peti kemas diangkut dari pabrik-pabrik yang berada di daerahTPK Bandung dengan menggunakan Trailer-trailer.

(6)

- Terminal pemberangkatan

Di terminal keberangkatan ini, pelayanan angkutan peti kemas akan lebih rumit dari

angkutan penumpang. Penanganan peti kemas baik untuk loadingataupun unloading

memerlukan beberapa alat khusus seperti transtainer, top loader dan forklift. - Pengangkutan sepanjang perjalanan

Berbeda dengan angkutan penumpang, pada umumnya angkutan peti kemas membongkar muatannya di tujuan akhir (terminal tujuan). Untuk ekspor (Bandung-Jakarta), pada umumnya semua peti kemas yang diangkut dari TPK Bandung dibongkar di Pasoso Tanjung Priok.

- Terminal tujuan

Pelayanan yang diberikan di terminal tujuan ini tidak jauh berbeda dengan pelayanan yang diberikan di terminal pemberangkatan.

- Setelah terminal tujuan

Untuk kasus ekspor, setelah peti kemas sampai di terminal tujuan (Pasoso), peti kemas diangkut dengan Truk menuju sisi kapal.

Proses pengangkutan barang berupa peti kemas yang melalui koridor rel kereta api ini melibatkan beberapa pihak dalam mata rantai pergerakan barang dari Gedebage sampai Tanjung Priok. Pihak-pihak tersebut adalah PT. Kereta Api (Persero), PT. MTI (PT. Multi Terminal Indonesial), dan PT. JICT (PT. Jakarta International Container Terminal). Tetapi karena PT. Kereta Api (Persero) belum memiliki fasilitas selengkap di Pasoso, maka PT. Kereta Api (Persero) masih membutuhkan jasa trucking untuk membawa barang dari pabrik (shipper) ke lokasi TPKB.

PT. Kereta Api (Persero) adalah pihak yang berwenang di TPKB. Selama barang berada di TPKB maka PT. Kereta Api bertanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan barang tersebut. Beberapa wewenang PT. Kereta Api di TPKB adalah mengurus dokumen-dokumen perjalanan barang, bongkar muat kontainer, penyimpanan kontainer, dan membawa kontainer dari TPKB menuju TPK Pasoso, dan sebaliknya. Setelah barang diberangkatkan dari TPKB menggunakan gerbong kereta api menuju TPK Pasoso PT. KAI masih bertanggung jawab terhadap barang kontainer tersebut.

Setibanya kontainer di TPK Pasoso, maka tanggung jawab terhadap barang berpindah ke pihak PT. MTI. Karena proses kegiatan perpindahan barang di Pasoso diambil alih oleh PT. MTI. Selama di Pasoso, PT. MTI berwenang untuk menyiapkan alat, tenaga kerja serta area bongkar muat kontainer, penyimpanan kontainer, berkoordinasi dengan PT. Kereta Api mengenai masalah jadwal keberangkatan, membawa kontainer dari TPK Pasoso sampai ke dermaga Pelabuhan Tanjung Priok.

Pihak yang bertanggung jawab terhadap barang di Pelabuhan Tanjung Priok adalah PT. JICT. Sesampainya barang di Pelabuhan Tanjung Priok maka PT. MTI sudah tidak lagi bertanggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan barang. Wewenang PT. JICT di

(7)

Tanjung Priok ini adalah menyiapkan jadwal keberangkatan kapal, bongkar muat kontainer, menaikkan kontainer ke atas kapal, dan penyimpanan kontainer.

4.3 Kondisi Eksisting TPKB Gedebage

4.3.1 Perkembangan dan Status TPKB Gedebage

Terminal Peti Kemas Bandung (TPKB) di Gedebage didirikan dengan dasar Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1987 tanggal 22 Desember 1987, yang di dalamnya antara lain menyebutkan, bahwa (1) terminal peti kemas berfungsi sebagai pelabuhan umum, dilengkapi prasarana dan sarana angkutan (kereta api), yang merupakan satu kesatuan sistem pelayanan; (2) Pelabuhan darat (dry-port) berperan sebagai terminal peti kemas (TPK); (3) On train is on board, di mana tata laksana dan ketentuan umum ekspor-impor di pelabuhan berlaku di TPK, penyelesaian dan prosedur kepelabuhanan atas ekspor-impor dilakukan di TPK, terhadap pelabuhan daratan diberlakukan tata laksana dan ketentuan umum ekspor-impor.

Landasan hukum lain adalah Keputusan Menteri Perhubungan RI No. KM 279/KA-101/PHB-87 tanggal 23 Desember 1987 tentang Penetapan Stasiun Kereta Api Gedebage sebagai Terminal Peti Kemas Bandung (TPKB), yang antara lain menyebutkan, (1) Pengusahaan TPKB dilakukan oleh PJKA, sekarang PT Kereta Api; (2) Pelabuhan umum diselengarakan pemerintah yang pelaksanaannya dilimpahkan kepada BUMN; (3) Angkutan peti kemas dari dan ke TPKB secara langsung dari dan ke pelabuhan Tanjungpriok menggunakan sarana kereta api. Sedangkan landasan hukum tentang tata laksana ekspor-impor ditetapkan dengan SKB Menkeu No. 847/KMK.01/1987, Menperdag No. 330/KPD/XII/87 dan Gubernur BI No. 20/16/Kep/GBI tanggal 23 Desember 1987. Berdasarkan landasan hukum tersebut maka TPKB Gedebage diklasifikasikan sebagai terminal khusus karena barang yang dilayaninya hanya dalam bentuk peti kemas.

4.3.2 Lokasi Dan Aksesibilitas TPKB Gedebage

Terminal Peti Kemas Bandung (TPKB) Gedebage memiliki daerah operasional terutama di sekitar Kota Bandung, Sumedang, Garut dan Tasikmalaya. Secara administratif TPKB

terletak di Kecamatan Gedebage Kota Bandung dan menempati daerah seluas 15.000 m2

dengan alat produksi terminal diantaranya:

x Container Yard (area penyimpanan Container) dengan luas 9.800 m2

x Penimbangan truk dan container

x Custom clearance untuk produk-produk ekspor

x Bank Negara Indonesia (BNI) ‘46

x Container handling (loading on danloading off) dan bongkar muat container

x Jalur rel KA

(8)

x Pengurusan dokumen perjalanan (ekspor dan impor)

Lokasi dari Terminal ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Lokasi TPKB Gedebage

z LOKASI TPKB

GEDE BAGE

Untuk mencapai TPKB tersebut, ada beberapa rute/akses yang dapat digunakan, diantaranya:

x Rute 1: Jl. Raya Gedebage

x Rute 2: Jl. Raya Gedebage – Jl. Soekarno Hatta

x Rute 3: Jl. Ciwastra – Jl. – Jl. Raya Gedebage

4.3.3 Proses Kegiatan di TPKB (ekspor)

(9)

Kegiatan ekspor yang terjadi di TPKB melibatkan pihak PT. Kereta Api dan pihak bea

cukai. Barang yang akan diekspor biasanya sudah di stuffing di pabrik dan menggunakan

jasa truking untuk membawa kontainer ke lokasi TPKB. Sebagian besar kegiatan di TPKB ditangani oleh PT. Kereta Api. Pihak bea cukai hanya sekedar memeriksa surat-surat kelengkapan kontainer. Jika kontainer belum menyelesaikan pengurusan SA (surat Angkutan) maka kontainer tidak diperbolehkan untuk diangkut ke kereta melainkan ditimbun dulu di container Yard TPKB. Kegiatan di TPKB itu sendiri terdiri dari :

1. Pengurusan SA (Surat Angkutan)

Kegiatan ini dilakukan untuk mencocokkan nomor kontainer dengan surat-surat PE (Pemberitahuan Ekspor) yang telah lebih dulu dilakukan oleh pihak forwarding. Pengurusan SA ini ditangani oleh pihak bea cukai berkoordinasi dengan PT. Kereta Api. Jika Surat Angkutan bermasalah maka kontainer harus ditimbun di TPKB 2. Penimbangan truk dan kontainer

Proses ini dilakukan untuk memeriksa berat muatan yang ada di dalam kontainer. Jika muatan yang ada di dalam kontainer melebihi kapasitas kontainer maka

kontainer tidak boleh di angkut ke kereta api. Lihat Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Alat penimbangan truk kontainer 3. Proses parkir

Proses ini cukup memakan waktu selama proses kegiatan di TPKB. Truk kontainer

harus memposisikan truk nya tepat dibawah Crane agar dapat di bongkar muat ke

atas truk.

4. Lift on dan lift off

Proses pemindahan container dari truk ke kereta ini memakan waktu sekitar 5 menit.

(10)

Gambar 4.5 Crane untuk proses bongkar muat

Setelah kontainer di bongkar muat ke atas kereta api, proses berikutnya adalah menunggu sampai keberangkatan kereta api ke Tanjung Priok. 90% kontainer yang melalui TPKB sudah di bongkar muat 1 jam sebelum keberangkatan. Jadi rata-rata waktu tunggu barang adalah 1 jam.

Tabel 4.1 Waktu pelayanan di TPKB Waktu Pelayanan No Jenis Kegiatan (menit) 1 Pengurusan SA 0,5 2 Penimbangan 3 3 Proses parkir 7

4 Lift on/lift off 5

4.4 Kondisi Eksisting Transportasi Kereta Api Barang Rute Gedebage-T.Priok Saat ini frekwensi KA untuk angkutan peti kemas hanya 1 rangkaian per hari yang terdiri dari 17 gerbong atau setara dengan 34 TEUS (Peti Kemas kapasitas 20 feet). Berbeda dengan tahun 1995-1998, frekwensi yang terjadi sampai 5 rangkaian per hari. Hal ini menyebabkan berkurangnya kegiatan operasional di TPKB. Sedangkan kapasitas dari TPKB itu sendiri riilnya adalah 90 TEUS/hari, dan dapat ditingkatkan menjadi 128 TEUS/hari jika ada ledakan pengangkutan barang.

(11)

Tanjung Priok

Gedebage

Gambar 4.6 Rute Jalur KA Bandung – Jakarta

Proses perjalanan kereta api dari Gedebage sampai Pasoso memakan waktu 6-7 jam. Idealnya waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Pasoso dengan jarak 190 km adalah 4,5 jam. Dan menggunakan rute KA Bandung-Jakarta melalui Purwakarta, jalur rute KA dapat

dilihat pada Gambar 4.6. Tetapi dikarenakan kereta barang masih menggunakan rel kereta

api yang sama dengan kereta penumpang maka dari segi prioritas, kereta barang harus mengalah. Sehingga hal tersebut memakan waktu yang cukup banyak. Jadi jika proses pengangkutan barang dilakukan diatas waktu operasional kereta penumpang, waktu ideal perjalanan kereta dapat dicapai.

Tabel 4.2 Jadwal perjalanan Kereta Api barang

1 2201 18.00 00.05 Reguler 2 2203 21.00 02.00 Reguler Keterangan GEDEBAGE-TANJUNG PRIOK No Urut

Nomor KA Berangkat Datang

(Sumber : TPKB)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rangkaian dengan nomor KA 2203 hanya membutuhkan waktu 5 jam untuk sampai di Pasoso. Sedangkan rangkaian dengan nomor KA 2201 membutuhkan waktu lebih dari 6 jam. Ini disebabkan waktu berangkat rangkaian dengan nomor KA 2201 masih berada pada waktu operasional kereta penumpang.

4.5 Kondisi Eksisting Pasoso

4.5.1 Perkembangan dan Status Pasoso (PT. MTI)

PT. MTI yang menangani kegiatan kontainer di Pasoso adalah anak perusahaan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II yang merupakan pemisahan (Spin off) dari salah satu Divisi Cabang Pelabuhan Tanjung Priok yaitu Divisi Usaha Terminal (DUT).

(12)

PT. Multi Terminal Indonesia merupakan salah satu penyedia jasa dengan ruang lingkup kegiatan bongkar muat dan pengelolaan jasa penyimpanan muatan berupa lapangan dan gudang. Oleh sebab itu maka sejarahnya tidak terlepas dari sejarah pelabuhan di Indonesia yang telah mengalami beberapa kali perubahan status dan bentuk (transformasi) perusahaan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menunjang pembangunan nasional serta mengimbangi pertumbuhan permintaan pelayanan jasa kepelabuhanan yang dinamis.

Saat ini ada sekitar 8 pihak dan perusahaan yang berwenang dalam menangani kegiatan di dalam kawasan Tanjung Priok. Dan salah satunya adalah PT. MTI (Pelindo II) yang

memiliki luas kawasan terbesar di kawasan Tanjung Priok. Lihat Gambar 4.7.

Ruang lingkup jasa pelayanan PT. MTI saat ini cukup banyak, salah satunya adalah menangani kiriman kontainer dari TPKB Gedebage. Ruang lingkup kerja tersebut antara lain :

x Terminal multi guna

x Terminal kontainer

x Terminal kontainer Pasoso dengan angkutan Kereta Api

x Terminal kontainer interinsuler Pasoso

x Jasa pergudangan

x Pelayanan penumpukan kontainer ekspor/impor

(13)

Salah satu divisi PT. MTI yang menangani Pasoso adalah Terminal Emplesemen Utep

Pasoso. Terminal ini yang menangani proses kegiatan handling kontainer dari TPKB

untuk selanjutnya dibawa menuju Tanjung Priok menggunakan truk. 4.5.2 Lokasi dan Aksesibilitas Terminal Emplasemen Utep Pasoso

Terminal Emplasemen ini berada di kawasan milik Pelabuhan Indonesia II Tanjung Priok tepatnya di Jl. Pasoso. Terminal ini memiliki fasilitas penunjang yang cukup lengkap untuk kegiatan freight Forwarding peti kemas. Fasilitas tersebut antara lain :

x Lapangan penumpukan (Container Yard) seluas 10.000 m2

x Gudang CDC/CCC seluas 10000 m2

x Jalur rel KA

x Penimbangan kontainer

x Container handling (lift on danlift off) dengan menggunakan top loader sebanyak 4 unit

x Jasa Container Delivery dari Pasoso menuju Tanjung Priok (PT. JICT)

menggunakan truk sebanyak 16 unit.

4.5.3 Proses Kegiatan di Terminal Emplasemen Utep Pasoso

Dalam proses kegiatan di Pasoso, PT. MTI memegang tanggung jawab penuh di seluruh kegiatan yang terjadi di Terminal Emplasemen Utep tersebut. Mulai dari kegiatan bongkar

muat, stacking, sampai proses haulage ke dermaga. Sekitar 70%-80% kontainer yang

sampai di Pasoso langsung di haulage ke PT. JICT, ini dikarenakan adanya closing time

selama 9 jam.Dan untuk kontainer yang menunggu, di stackingterlebih dahulu di Pasoso.

Seluruh proses kegiatan di Emplasemen Pasoso ini harus dapat diselesaikan dalam waktu maksimal 2 jam. Hal ini dikarenakan jadwal kereta api yang harus kembali ke TPKB Gedebage untuk membawa kontainer impor maupun kontainer kosong. Kegiatan ekspor di Pasoso itu antara lain :

1. Kegiatan Bongkar muat.

Kegiatan ini dilakukan sesaat setelah kereta api sampai di Pasoso. Di Pasoso, alat bongkar muat yang digunakan adalah top loader sehingga pengerjaan bongkar muat lebih fleksibel. Ini dikarenakan top loader bisa mobilisasi bebas, berbeda dengan container crane yang ada di TPKB.

(14)

Gambar 4.8 Kegiatan muat ke truk menggunakan top loader.

2. ProsesHaulage

Proses ini dilakukan setelah proses lift on danlift off dari ke kereta ke truk selesai

dilakukan. Jarak antara Pasoso dengan dermaga PT. JICT adalah sekitar 2 km. PT.

MTI telah menyediakan 16 head truk untuk memaksimalkan proses haulagedari

Pasoso ke PT. JICT. Proses haulage ini dibutuhkan karena Jalur KA yang ada saat ini tidak sampai ke pinggir dermaga (PT. JICT/KOJA). Sehingga terjadi double handlingdi Pasoso ini. Dan proses ini selain memakan biaya juga memakan waktu yang cukup banyak.

Tabel 4.3 Waktu Kegiatan di Pasoso No. Jenis Kegiatan

Waktu Pelayanan (Menit)

1 Bongkar Muat 5

2 Haulage 15

3. Prosesstacking

Proses ini biasanya dilakukan jika ada kontainer yang belum terkena closing time. Dan harus menunggu sampai datangnya kapal yang akan mengangkut kontainer tersebut berlabuh di Dermaga PT. JICT.

(15)

Gambar 4.9 Kontainer yang di stacking di Pasoso

4.6 Kondisi Eksisting Dermaga Tanjung Priok

4.6.1 Status Dan Perkembangan Dermaga Tanjung Priok (PT. JICT/KOJA)

Sampai saat ini proses bongkar muat Terminal Peti Kemas (TPK) di dermaga Tanjung Priok dipegang oleh 2 pihak yaitu, PT. JICT dan KOJA. Tetapi mayoritas kontainer yang masuk ke Tanjung Priok menggunakan jasa PT. JICT untuk proses pengapalan.

PT Jakarta International Container Terminal (PT JICT) yang didirikan pada bulan Maret 1999 merupakan perusahaan yang melaksanakan kegiatan pelayanan bongkar muat petikemas ekspor/impor maupun petikemas transhipment di Pelabuhan Tanjung Priok. Perusahaan ini merupakan afiliasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II dengan kepemilikan saham 48,9%, Grosbeak Pte. Ltd memiliki saham sebesar 51%, dan Koperasi Pegawai Maritim sebesar 0,1%.

Pada saat berdirinya tahun 1999, PT. JICT mampu menangani 1,8 juta TEUs/tahun. Kapasitas ini kemudian ditingkatkan secara bertahap menjadi 2,1 juta TEUs dan saat ini mencapai 2,4 Juta TEUs. Rencananya dalam waktu dekat ini PT. JICT akan melakukan penambahan dermaga sepanjang 525 m dan lapangan penumpukan seluas 3,5 Ha. Hal tersebut akan menambah kapasitas pelayanan petikemas menjadi 3 juta TEUs per tahun dalam rangka mengantisipasi peningkatan pertumbuhan arus petikemas yang melalui Pelabuhan Tanjung Priok.

(16)

4.6.2 Lokasi Dan Aksesibilitas Dermaga Tanjung Priok (PT. JICT)

Dermaga PT. JICT terletak di Jalan Sulawesi Ujung Tanjung Priok. Sekitar 2 km dari Terminal Emplasemen Pasoso yang menangani kontainer dari TPKB. Untuk menunjang kinerja pelayanan bongkar muat, PT. JICT dilengkapi sarana dan prasarana yang cukup memadai. Dengan demikian PT. JICT merupakan terminal petikemas terbesar dan tersibuk di Indonesia. Fasilitas penunjang tersebut antara lain :

x Dermaga tempat labuhan kapal seluas 2.200 m2

x Lapangan peti kemas (container Yard) seluas 46.140 m2

x Kantor administrasi PT. JICT

x Fasilitas penunjang operasional dermaga. Diantaranya :

1. Container Crane sebanyak 18 unit 2. Top Loader sebanyak 3 unit 3. Transtainersebanyak 51 unit 4. Spreadersebanyak 76 unit 5. Diesel Forklift sebanyak 26 unit 6. Head Truk sebanyak 116 unit, dan 7. Chasissebanyak 145 unit

Untuk mencapai Dermaga PT. JICT ada beberapa akses/rute yang dapat digunakan. Diantaranya :

x Rute 1: Jl. Raya Pelabuhan – Jl. Sulawesi Ujung

x Rute 2 : Jl. Raya Cacing – Jl. Jampea – Jl. Sulawesi Ujung

x Rute 3 : Jl. Ahmad Yani – Jl. Yos Sudarso – Jl. Sulawesi Ujung

(17)

4.6.3 Proses Kegiatan di Dermaga Tanjung Priok PT. JICT

Kegiatan di Dermaga Tanjung Priok ini ditangani oleh pihak PT. JICT, mulai dari pengecekan Kegiatan Ekspor (KE) sampai bongkar muat ke atas kapal. Secara garis besar, proses kegiatan di Dermaga PT. JICT tidak jauh berbeda dengan proses kegiatan di TPKB. Mulai dari proses pengecekan SA (Surat Angkutan, penimbangan berat peti kemas, stacking, dan lift on/lift off serta bongkar muat ke atas kapal pengangkut kontainer. Deskripsi kegiatan tersebut antara lain :

1. Pengecekan SA (Surat Angkutan)

Kegiatan ini dilakukan untuk pencocokan surat yang diterbitkan di TPKB. Baik itu jenis kontainer yang digunakan sampai pengecekan KE (Kartu Ekspor) yang telah diselesaikan sebelumnya oleh freight forwarder.

2. Penimbangan berat kontainer

Hal ini dibutuhkan untuk memastikan berat kontainer yang akan diangkut ke atas kapal. Jika berat kontainer melebihi kapasitas peti kemas maka kontainer tersebut akan ditolak untuk di bongkar muat ke atas kapal. Dan akan disimpan di lapangan Kontainer (Container Yard) sampai pengurusan kontainer tersebut telah selesai dilakukan dengan

pihakshipper.

3. Proseslift on/lift off

Kontainer yang sudah diperiksa beratnya langsung di lift off dan disusun (stacking) berdasarkan berat dan negara tujuan dan kapal yang akan mengangkut kontainer tersebut.

4. Stacking

Peti kemas yang akan diangkut, terlebih dahulu disusun di dermaga tempat kapal yang akan mengangkutnya berlabuh.

5. Bongkar muat

Proses ini dilakukan setelah kapal pengangkut berlabuh di dermaga. Kontainer di muat berdasarkan urutan negara tujuan. Kontainer-kontainer dengan tujuan negara terjauh dibongkar muat paling pertama dan begitu seterusnya sampai kontainer dengan tujuan negara terdekat yang dimuat paling terakhir. Hal ini dibutuhkan untuk memudahkan proses bongkar muat kontainer di negara-negara tujuan.

Tabel 4.4 Waktu Kegiatan di Dermaga PT. JICT No. Jenis Kegiatan

Waktu Pelayanan (Menit)

1 Pengecekan SA 5

2 Penimbangan 15

3 Lift on/lift off 3

(18)

4.7 Garis Besar Kegiatan Pengangkutan Melalui Koridor Jalan Raya

Saat ini mayoritas pengangkutan peti kemas dilakukan melalui proses trucking yang

menggunakan sarana jalan raya. Semenjak tahun 2003 telah terjadi penurunan drastis pada throughput TPKB Gedebage, hal ini diakibatkan berpindahnya pilihan shipper untuk menggunakan jasa perusahaan trucking dalam menangani pengangkutan peti kemas. Kegiatan pengangkutan melalui koridor jalan raya tidak melibatkan banyak pihak dalam

proses pengangkutannya. Pihak yang terkait hanya perusahaan jasa trucking yang

membawa peti kemas sampai ke Dermaga PT. JICT. Sehingga tidak ada perpindahan tanggung jawab seperti layaknya pada proses pengangkutan melalui koridor Jalur KA. Tahapan-tahapan untuk peti kemas tujuan ekspor (Bandung-Jakarta) menggunakan moda jalan raya adalah sebagai berikut :

1. Peti kemas disiapkan dan dimuat ke atas truk/trailer di pabrik, dalam hal in berlokasi di Bandung dan sekitarnya,

2. Truk mengangkut peti kemas sepanjang jalan raya Bandung-Jakarta (line haul), dan 3. Pemindahan peti kemas dari truk ke lapangan penumpukan peti kemas (container

yard) di Pelabuhan Tanjung Priok.

4.8 Kondisi Eksisting Jasa Trucking

4.8.1 Status Dan Perkembangan Jasa Trucking

Perusahaan trucking merupakan perusahaan yang menyediakan jasa transportasi untuk

mengangkut barang dari satu tempat ke tempat tujuan. Proses pengangkutan peti kemas

dari Bandung menuju Jakarta tidak akan lepas dari Jasa trucking baik itu melalui koridor

jalan raya maupun koridor Jalur KA. Hal ini disebabkan TPKB (PT. KAI) belum memiliki

fasilitas pendukung haulage.Sehingga PT. KAI akan membutuhkan Perusahaan Trucking

untuk membawa peti kemas dari pabrik ke TPKB. Selain itu truk memiliki akses langsung

ke konsumen (pabrik). Sehingga tidak ada tambahan biaya untuk handling (sistem

pengangkutan barang single handling).

Angkutan peti kemas di Koridor Bandung – Jakarta sebagian besar dilayani oleh pengusaha-pengusaha angkutan yang ada di Jakarta dan merupakan anggota Organda Angsuspel (Angkutan Khusus Pelabuhan) Tanjung Priok Jakarta. Mereka mendominasi pangsa pasar angkutan peti kemas di koridor ini karena memang hanya pengusaha anggota Organda Angsuspel Tanjung Priok saja yang boleh beroperasi dan memasuki kawasan Pelabuhan Tanjung Priok.

(19)

4.8.2 Proses Kegiatan Trucking

Pengangkutan jasa truckingmenggunakan jalan raya sebagai media transportasinya mulai

dari pabrik (shipper) sampai dermaga. Tetapi tidak semua ruas jalan raya yang dapat

dilalui oleh truk yang menggangkut peti kemas. Di Bandung hanya beberapa ruas jalan saja yang diperbolehkan untuk dilewati oleh truk kontainer. Hal ini disebabkan oleh tonase truk kontainer melebihi desain tonase jalan perkotaan.

Prosestruckingdalam mengangangkut peti kemas disebut juga door to door karena barang

yang akan diantar langsung di jemput ke pabrik (shipper) dan diantar sampai tempat tujuan (dermaga Tanjung Priok). Sesampainya peti kemas di Dermaga, maka pihak PT. JICT yang memegang tanggung jawab terhadap peti kemas. Proses kegiatan tersebut antara lain :

1. Stuffing

Sebelum peti kemas diangkut, barang yang akan dibawa dimuat (stuffing) terlebih

dahulu di pabrik (shipper). Sebelum proses stuffing perusahaan trucking membawa

peti kemas kosong dari depo peti kemas. 2. Haulage

Peti kemas yang sudah dimuat lalu diangkut (haulage) menuju tempat tujuan (Dermaga Tanjung Priok) melalui koridor jalan raya. Proses selanjutnya di Dermaga Tanjung Priok ditangani oleh PT. JICT.

4.8.3 Kondisi Eksisting Koridor Jalan Raya

Dengan diperkenalkannya angkutan peti kemas beberapa tahun yang lalu, pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan sebagai petunjuk pelaksanaan. Hal ini terlihat dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.74 Tahun 1990 tanggal 4 Juli 1990 tentang Angkutan Peti Kemas di jalan dan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor AJ.306/1/5 tanggal 31 Maret 1992 tentang petunjuk Pelaksanaan Angkutan Peti Kemas di Jalan. Peraturan-peraturan ini dibuat untuk meningkatkan kelancaran arus angkutan barang pada umumnya, khususnya untuk menunjang kegiatan ekspor impor menggunakan peti kemas.

Salah satu hal yang diatur Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.74 Tahun 1990 tanggal 4 Juli tentang Angkutan Peti Kemas di Jalan ini adalah mengenai persyaratan lintasan angkutan peti kemas. Tentu saja penetapan persyaratan ini dilakukan setelah berkoordinasi dengan Direktorat Bina Marga Departeman Pekerjaan Umum.

Lintasan angkutan peti kemas menurut Keputusan Menteri tersebut adalah prasarana lalu lintas dan angkutan jalan dalam bentuk apapun, meliputi bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperbolehkan untuk dilalui angkutan peti kemas. Ini berarti jalan yang diizinkan untuk lintasan angkutan peti kemas harus memenuhi

(20)

persyaratan jaringan jalan yang dizinkan. Persyaratan jaringan jalan yang dizinkan untuk lintasan angkutan peti kemas menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.74 Tahun 1990 adalah sebagai berikut :

a. Jaringan jalan harus mempunyai konstruksi yang diperkeras dan memiliki Muatan Sumbu Terberat (MST) 10 ton.

b. Jembatan yang berada di dalam jaringan jalan sebagaimana yang disebut pada huruf a. Diatas harus mampu dilalui kendaraan bermotor angkutan peti kemas yang mempunyai jumlah berat kombinasi total sebesar 36 ton untuk peti kemas 20 Feet dan berat 45 ton untuk peti kemas 40 Feet, dan

c. Jarak ruang bebas diatas lintasan angkutan peti kemas harus lebih besar dari 5,0 meter. Surat keputusan menteri itu juga menyebutkan bahwa :

x Untuk angkutan peti kemas 40 Feet, jaringan jalannya juga harus memenuhi syarat :

a. Lebar jalan perkerasan tidak kurang dari 7,0 meter

b. Kemiringan memanjang jalan (tanjakan) tidak melebihi 5,0% c. Jari-jari horizontal tidak kurang dari 115,0 meter

Gambar 4.11 Jenis truk kontainer ukuran 40 feet

x Untuk angkutan peti kemas 20 Feet, jaringan jalannya juga harus memenuhi syarat :

a. Lebar perkerasan tidak kurang dari 6,0 meter

b. Kemiringan memanjang jalan (tanjakan) tidak melebihi 7,0% c. Jari-jari horizontal tidak kurang dari 115,0 meter

Gam bar 4.12 Jenis tru k kon tainer u kuran 20 feet

Gambar 4.12 Jenis truk kontainer ukuran 20 feet

Kriteria lintasan angkutan peti kemas di jalan raya ini kemudian disempurnakan dengan keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor AJ.306/1/5, tanggal 31 Maret tentang petunjuk Pelaksanaan Angkutan Peti Kemas di Jalan. Di dalam surat keputusan ini disebutkan bahwa penetapan lintasan peti kemas didasarkan atas kriteria sebagai berikut : 1. Memenuhi persyaratan lintasan angkutan peti kemas sebagaimana yang dimaksud

pasal 2 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.74 Tahun 1990. 2. Jarak antara asal dan tujuan dipilih yang terpendek.

(21)

3. Menghubungkan pusat pemuatan dan pembongkaran peti kemas dengan pusat-pusat industri, pusat-pusat-pusat-pusat pergudangan, pusat-pusat-pusat-pusat distribusi atau kombinasi darinya. 4. Lebar jembatan tidak kurang dari 6,0 meter untuk lintas angkutan peti kemas 20 Feet

dan 7,0 meter untuk lintasan peti kemas 40 Feet.

5. Desain kecepatan jalan sekurang-kurangnya 80 km/jam.

6. Mempertimbangkan optimalisasi penugasan antar moda transportasi. 7. Dapat diatur menurut waktu.

Untuk koridor Bandung-Jakarta, rute yang ditetapkan sesuai Keputusan Direktur Jenderal

Perhubungan Darat Nomor AJ.306/1/5 itu dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Lintasan Angkutan Peti Kemas

No Lintasan (P/P) Ruas Jalan Yang Dilalui

(1) (2) (3) 1. 2. 3. Tg. Priok-Bandung Bandung – Cirebon Semarang – Solo

1. Tg.Priok – Jl. Cilincing – Tol Cikunir – Tol Cikampek – Subang – Ciate r– Lembang – Bandung – Tol Panci – Gedebage (Untuk peti kemas 20 kaki dan 40 kaki)

2. Tg.Priok – Tol Ir.Wiyoto Wiyono – Tol Cikampek – Subang – Ciater – Lembang – Bandung – Tol Panci – Gedebage (untuk peti kemas 20 kaki dan 40 kaki)

3. Tg.Priok – Tol Cilincing – Tol Cikunir – Tol Cikampek – Purwakarta – Padalarang – Tol Panci – Bandung (Gedebage) (Untuk peti kemas 20 kaki dan 40 kaki)

4. Tg.Priok – Tol Ir. Wiyoto Wiyono – Tol Cikampek – Purwakarta – Padalarang – Tol Panci – Bandung (Gedebage) (Untuk peti kemas 20 kaki dan 40 kaki)

Bandung (Gedebage) – Sumedang – Cadas Pangeran – Cirebon (Untuk peti kemas 20 kaki dan 40 kaki)

1. Tg.Mas – Jl. Gombel – Ungaran – Salatiga – Boyolali – Solo (Untuk peti kemas 20 kaki dan 40 kaki)

2. Tg.Mas – Tol Jatigaleh – Ungaran – Salatiga – Boyolali – Solo (Untuk peti kemas 20 kaki dan 40 kaki)

(22)

Dengan melihat Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa lintasan yang boleh dilalui oleh kendaraan pengangkut peti kemas untuk rute Bandung-Jakarta PP ada 4 lintasan. Lintasan optimum dan yang dijadikan objek dari penelitian ini adalah lintasan ke-3 yaitu : Tg.Priok – Tol Cilincing (JORR) – Tol Cikunir (JORR) – Tol Cikampek – Purwakarta – Padalarang – Tol Panci – Bandung (Gedebage) (Untuk peti kemas 20 kaki dan 40 kaki). Jarak antara Bandung – Jakarta berdasarkan lintasan ini adalah 174 km.

Selain mempunyai lintasan utama seperti yang terlihat diatas, angkutan peti kemas juga mempunyai lintasan cabang. Lintasan cabang ini merupakan jalan-jalan yang menghubungkan lintasan utama dengan lokasi industri. Lintasan ini ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I dalam hal ini Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) yang berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) setempat.

Untuk wilayah Bandung Raya dan wilayah Purwakarta, menurut Keputusan Kepala Dinas LLAJR Provinsi DT.I Jawa Barat, lintasan cabang angkutan peti kemasnya dapat dilihat padaTabel 4.6 danTabel 4.7.

Dengan ditetapkannya lintasan angkutan peti kemas baik lintasan utama maupun lintasan cabang, maka kendaraan pengangkut peti kemas di koridor Bandung-Jakarta hanya boleh mengangkut peti kemas di ruas-ruas jalan yang telah ditetapkan itu saja. Jika hal ini dilanggar tentu saja akan dikenakan sanksi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Tabel 4.6 Lintasan Trailer dan semi Trailer di Purwakarta

No Lintasan Hari Operasi Waktu Operasi Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5) 1. 2. 3. Cikopo – Sadang – (Perbatasan Subang) PP Cikopo – Purwakarta – Padalarang (perbatasan Bandung) (Perbatasan Bandung) – Padalarang – Purwakarta – Cikopo Senin – Jumat, Minggu Senin – Jumat, Minggu Senin – Jumat, Minggu 22.00 – 05.00 & 09.00 – 15.00 WIB 22.00 – 05.00 & 09.00 – 15.00 WIB 22.00 – 05.00 & 09.00 – 15.00 WIB

xHari Sabtu (libur –

1) tidak boleh beroperasi xHanya beroperasi sesuai waktu (kolom 4) xLintasan utama sesuai dengan keputusan Menteri Perhubungan dan Dirjen Perhubungan Darat

(Sumber : Surat Keputusan Kepala DLLAJR Prop. DT I Jawa Barat)

Dengan adanya Peraturan Pemerintah Daerah mengenai ruas jalan yang boleh dilalui dengan tonase tinggi maka trayek yang biasa digunakan di Kota Bandung oleh truk

(23)

pengangkut peti kemas adalah Jalan Soekarno-Hatta karena Pabrik (shipper) terletak di daerah Bandung Selatan. Selain itu, TPKB berada di daerah Gedebage dimana aksesibilitas untuk menuju TPKB tidak terlepas dari keberadaan Jalan Soekarno-Hatta.

Tabel 4.7 Lintasan Trailer dan semi trailer di Bandung Raya

No Lintasan Hari Waktu Keterangan

(1) (2) (3) (4) (5) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jl. Dr. Setiabudi (dari Subang) – Jl. Dr. Rivai – Jl. Dr. Cipto – Jl. Pajajaran – Jl. Abd. Saleh – Jl. Nurtanio – Jl. Sudirman – Cibeureum – Soekarno Hatta – TPK Kiara Condong – Soekarno Hatta – TPK Gedebage

Rancaekek – Tol Panci – M.Toha – Soekarno Hatta – TPK Gedebage – Soekarno Hatt – TPK Kiara Condong – Soekarno Hatta – TPK Gedebage

M. Toha – Soekarno Hatta – TPK Kiara Condong – Soekarno Hatta – TPK Gedebage

Leuwi Panjang – Tol Panci – M. Toha – Soekarno Hatta – TPK Kiara Condong – Soekarno Hatta – TPK Gedebage

Cimareme – Cibeureum – Soekarno Hatta – TPK Kiara Condong – Soekarno Hatta – TPK Gedebage

Kopo – Tol Panci – M. Toha – Soekarno Hatta – TPK Senin–Jumat, Minggu Senin–Jumat, Minggu Senin–Jumat, Minggu Senin–Jumat, Minggu Senin–Jumat, Minggu Senin–Jumat, Minggu 22.00 – 05.00 & 09.00 – 15.00 WIB 22.00 – 05.00 & 09.00 – 15.00 WIB 22.00 – 05.00 & 09.00 – 15.00 WIB 22.00 – 05.00 & 09.00 – 15.00 WIB 22.00 – 05.00 & 09.00 – 15.00 WIB 22.00 – 05.00 & 09.00 – 15.00 x Hari Sabtu (Libur -1) tidak beroperasi x Lintasan utama sesuai dengan Keputusan Menteri perhubungan dan Dirjen Perhubungan Darat

(24)

Kiara Condong – Soekarno Hatta – TPK Gedebage

WIB

(Sumber : Surat Keputusan Kepala DLLAJR Prop. DT I Jawa Barat)

Selain Jalan Soekarno-Hatta, ruas Jalan yang digunakan di daerah Perkotaan Bandung adalah Jalan Terusan Buah Batu dan Jalan Moh. Toha yang berfungsi sebagai akses menuju Jalan Tol Purwakarta-Bandung-Padalarang-Cileunyi (Purbaleunyi) dan juga akses menuju pabrik (shipper) yang terletak di Bandung Bagian Selatan. Rute yang biasa digunakan untuk proses pengangkutan peti kemas adalah :

x Jl. Raya Gedebage ĺ Jl. Soekarno-Hatta ĺ Jl. Terusan Buah Batu ĺ Tol Padaleunyi

x Pabrik ĺ Jl. Moh Toha ĺ Tol Padaleunyi

Gambar 4.13 Ruas Jalan Tol Purbaleunyi

Pada tahun 2005 Jalan Tol Purbaleunyi-Cikampek digunakan sebagai salah satu akses untuk menuju Tanjung Priok. Tetapi dikarenakan perkerasaan Jalan Tol di ruas Padalarang-Cikampek tidak kuat untuk menahan beban dari kendaraan berat dengan jenis truk semi trailer maka PT. Jasa Marga melarang jenis kendaraan tersebut untuk melintas di ruas Tol baru Padalarang-Cikampek. Dengan adanya Kebijakan tersebut truk kontainer dari arah Bandung hanya bisa menggunakan akses Jalan Tol sampai Padalarang dan harus keluar di Gerbang Tol Padalarang dan Padalarang Barat (Cikamuning).

(25)

Gambar 4.14 Ruas Jalan Nasional

Jalan antar kota yang dilintasi oleh truk kontainer menurut kewenangan dan statusnya termasuk ke dalam Jalan Nasional. Jalan Nasional yang dilewati oleh truk kontainer dari arah Bandung tersebut terbagi dalam beberapa segmen jalan. Segmen jalan tersebut dapat

dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Panjang Ruas Jalan Nasional

078 2 Cisomang - Padalarang 23 078 1 Purwakarta - Cisomang 20.17 078 21 Jl. Raya Purwakarta 0.92 079 Sadang - Purwakarta 1.75 080 2 Cikampek - Sadang 9.88 Nomor

Ruas Nama Ruas

Panjang Ruas (km)

Total jarak Jalan Nasional yang dilintasi oleh truk kontainer adalah 55.72 km. Ruas jalan Nasional yang digunakan tersebut diatas adalah ruas jalan antar kota yang telah dilintasi oleh truk kontainer sebelum Jalan Tol Purbaleunyi dibangun. Dan telah mengalami proses pelebaran jalan untuk mengantisipasi jumlah arus kendaraan yang meningkat. Jalan Nasional yang digunakan oleh truk kontainer hanya sampai Cikampek dan dilanjutkan dengan akses Jalan Tol Cikampek.

(26)

Perkerasaan Jalan Tol Cikampek dapat menahan tonase kendaraan jenis Truk semi trailer sehingga truk kontainer dapat melintas di Jalan Tol Cikampek. Dengan selesai dibangunnya akses JORR (Jakarta Outer Ring Road), truk kontainer dapat langsung sampai di Jakarta Utara dan keluar di gerbang tol Cakung tanpa harus melewati Jalan Tol Dalam Kota Jakarta terlebih dahulu. Sehingga hal tersebut dapat mempersingkat waktu perjalanan truk kontainer.

Setelah keluar di gerbang tol Cakung (Jalan Raya Cacing) truk kontainer menggunakan Jalan Perkotaan Kota Jakarta. Ruas Jalan yang dilewati oleh truk kontainer tersebut adalah:

Jalan Raya Cacing ĺ Jalan Jampea ĺ Jalan Sulawesi Ujung (Tanjung Priok) ĺ Dermaga

PT. JICT.

Proses selanjutnya di Dermaga Tanjung Priok, pengurusan peti kemas dialihkan kepada pihak PT. JICT yang bertanggung jawab dalam hal bongkar muat peti kemas di Tanjung Priok.

4.9 Tarif Eksisting Angkutan Peti Kemas

Dalam Sub-bab ini akan diuraikan mengenai pentarifan angkutan peti kemas yang berlaku untuk rute Bandung-Jakarta.

4.9.1 Tarif pada Moda Jalan Raya

Penentuan kebijakan tarif melibatkan banyak aspek karena mencakup sistem perangkutan umum keseluruhan. Namun pada hakekatnya faktor utama yang sangat dipertimbangkan dalam menentukan besar dan struktur tarif adalah besarnya Biaya Operasi Kendaraan (BOK). Faktor ini harus diperhatikan karena keuntungan yang diperoleh penyedia jasa sangat bergantung dari pendapatan tarif dan biaya operasi serta pemeliharaan kendaraan. Apalagi jika pemerintah tidak memberikan subsidi dalam bentuk apapun pada angkutan tersebut.

Tarif kendaraan pengangkut peti kemas ditetapkan oleh Dewan Koordinasi Pelayanan Angkutan Peti Kemas yang beranggotakan Organda, Gafeksi, Ginsi dan GPEI. Dalam penetapannya, tarif angkutan peti kemas dibagi menjadi 2 (dua) kelompok ukuran peti kemas. Di samping itu tarif juga memperhitungkan jarak yang ditempuh oleh kendaraan pengangkut peti kemas. Secara umum penggolongan atau pengelompokan tarif angkutan peti kemas ini dibagi menjadi 8 kelompok tarif, yaitu mulai dari jarak pendek sampai jarak terjauh. Tarif angkut dari Bandung-Jakarta atau sebaliknya adalah untuk 20 kaki Rp. 1500.000 dan untuk ukuran 40 kaki sebesar Rp. 2000.000.

(27)

Tabel 4.9 Tarif Angkutan Rute Bandung-Jakarta

Trayek 20 feet 40 feet

Bandung - Jakarta Rp. 1.500.000 Rp. 2.000.000

Proses pengangkutan peti kemas menggunakan moda jalan raya berneda dengan moda rel kereta. Perbedaan tahapan proses pengangkutan peti kemas antara moda jalan raya (truk trailer) dengan moda rel kereta (Kereta Api) dapat dilihat pada Gambar 4.1. Untuk sampai

ke kapal, shipper yang mengirimkan barang dengan moda jalan harus mengeluarkan

sejumlah biaya. Komponen-komponen biaya yang harus dibayar mulai dari peti kemas diangkut dari pabrik sampai di sisi kapal (tanjung Priok) adalah sebagai berikut :

1. Ongkos truk dari Bandung sampai Tanjung Priok.

2. Biaya pemindahan peti kemas dari truk ke lapangan penumpukan peti kemas (Container yard).

3. Biaya pemindahan peti kemas dari lapangan penumpukan (container yard) ke atas kapal.

4. Biaya administrasi dan lain-lain. 4.9.2 Tarif Kereta Api Peti Kemas

Penetapan tarif angkutan kereta api peti kemas berbeda dari penetapan tarif moda jalan raya. Jika pada truk tarif yang ditetapkan baru merupakan tarif angkutan (ongkos jasa angkut), maka pada kereta api tarif tersebut merupakan tarif paket. Tarif paket ini ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara PT. KAI sebagai penyelenggara angkutan kereta api peti kemas dengan PT. MTI dan PT. JICT sebagai pengelola Pelabuhan Tanjung Priok. Dengan membayar tarif paket, berarti eksportir telah membayar seluruh biaya sempai peti kemas berada diatas kapal.

Komponen tarif paket tersebut terdiri atas :

x Jasa Terminal (JT) di TPKB, merupakan biaya-biaya di TPK Bandung

x Jasa Terminal (JT) di Pasoso, merupakan biaya-biaya di TPK Pasoso

x Jasa Pelabuhan (JP) di Dermaga Tanjung Priok, merupakan biaya-biaya di

dermaga

x Bea KA merupakan ongkos angkut kereta api dari TPKB ke Pasoso

Besarnya tarif paket di masing-masing terminal tersebut untuk masing-masing ukuran peti

kemas dapat dilihat pada Tabel 4.11,Tabel 4.12 dan Tabel 4.13.

Jasa Pelabuhan merupakan pendapatan PT. JICT, sedangkan Jasa Terminal TPKB dan bea KA merupakan pendapatan PT. KAI dan Jasa Terminal di Pasoso merupakan pendapatan PT. MTI.

(28)

Selain biaya paket tersebut diatas, moda jalur rel masih membutuhkan jasa truking untuk menjemput barang dari pabrik. Tarif jasa truking pun memperhitungkan jarak radius pabrik dengan letak TPKB, yaitu mulai dari jarak pendek sampai jarak terjauh. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Tarif Angkutan di Bandung Raya Per Zona Tarif Angkutan

No Radius Kilometer Penjelasan

Lokasi/Areal 20 feet 40 feet

1 0 – 10 KM x Ujung Berung x Bunderan Cibiru x Kantor Bersama x Ciwastra x Sukarno-Hatta x Kiara Condong Rp 375.000 Rp. 575.000 2 10 – 20 KM x Suci x Rancaekek x Moch. Ramdan x Kiara Condong x Sapan x Pertigaan Cicalengka x Banjaran Rp. 525.000 Rp. 675.000 3 20 – 30 KM x Terusan Kopo x Cihampelas x Nurtanio (IPTN) x Nanjung Rp. 675.800 Rp. 825.000 4 Khusus I 40 KM x Cimareme x Majalaya x Lagadar Rp. 750.000 Rp. 900.000 5 Khusus II 50 KM x Cicalengka x Padalarang x Batujajar Rp. 825.000 Rp. 975.000

6 Khusus III 60 KM x Soreang

x Ciwidey

Rp. 950.000 Rp. 1.050.000

(29)

Laporan Tugas A k Evaluasi Performansi Angkuta n B a

rang Peti Kemas Rute

Bandung-Jakarta

¾

Penam

b

ahan biaya pada TPKB

Tabel 4.11

Penam

bahan Pada Titik TPKB

Non-st uf fin g 200 00 20000 4000 4000 ~ 15000 630 00 S tuf fin g 200 00 20000 4000 4000 55000 15000 11 8000 Non-st uf fin g 300 00 30000 6000 7500 ~ 15000 885 00 S tuf fin g 300 00 30000 6000 7500 1000 00 15000 18 8500 P enam baha n B iay a Di T P K B Jm l J T P en gaw al an S tu ffi ng St ac k P P n L o/ Lo 10% L-o ff L-o n F eet Ura ian 20 " 40 " ¾ Penam

bahan Biaya pada Pasoso

Tabel 4.12

Penam

bahan Pada Titik Pasoso

No n-st uf fing 955 00 31 000 7400 310 00 164 90 300 0 1843 90 S tu ff ing 955 00 31 000 7400 310 00 164 90 300 0 1843 90 No n-st uf fing 12 3000 46 500 14800 465 00 230 80 300 0 2568 80 S tu ff ing 12 3000 46 500 14800 465 00 230 80 300 0 2568 80 NB: Pros es Haul age dari P as os o k e P T . J ICT di la ku kan m enggun ak an T ruk Adm . Jm l Penam baha n 20" 40" F ee t Ur ai an P enam bahan Bi ay a Di P as os o ( P T . M T I) T ru ck ing L-of f L-on PPn 10% Sta ck ¾ Penam

bahan Biaya di Derm

aga PT. JICT

Tabel 4.13

Penam

bahan Pada Titik Derm

aga PT. JICT Non-st uf fing 1550 00 2250 0 17750 100 00 100 00 215250 S tuf fing 1550 00 2250 0 17750 100 00 100 00 215250 Non-st uf fing 2330 00 4500 0 27800 100 00 100 00 325800 S tuf fing 2330 00 4500 0 27800 100 00 100 00 325800 P enam bahan B iay a Di T . P ri ok ( P T . J ICT ) 40 " Jm l P enam bahan L-on S tac k P P n 10 % K ar tu E ks po r F ee t Ur ai an AD M 20 " (Sumber : TPKB ) Gambaran K o ndisi Eksisting 51

Gambar

GRAFIK PERBANDINGAN  TOTAL COST VS JARAK  UNTUK RUTE BANDUNG-JAKARTA
Tabel 3.2 Rincian pengumpulan data untuk koridor jalan raya Jenis
Gambar 4.1 Skema pergerakan peti kemas rute Bandung-Jakarta
Gambar 4.2 Lokasi TPKB Gedebage
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk keperluan perhitungan tinggi gelombang rencana, dari data gelombang tersebut dipilih data gelombang signifikan maksimum per tahun per arah seperti yang disajikan dalam

Berdasarkan metode pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika, maka dalam penelitian ini juga mempunyai tujuan yaitu mendeskripsikan efektivitas

Faktor yang menyebabkan terujinya hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara model pembelajaran dengan hasil belajar ranah afektif mahasiswa pada

Terakhir, penelitian yang ditulis oleh Mutiah (2014) tentang kajian postkolonial dalam novel Larasati. Penelitian tersebut menghasilkan tiga temuan yang dapat

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Mu peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pembentukan Portofolio Optimal

Selama periode Oktober 2019 s/d September 2020, pemasok PT Anugerah Jati Utama telah memiliki S-LK sedangkan pemasok kayu dari hutan rakyat menggunakan

Survei tersebut dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala dan permasalahan yang terjadi pada SMK Batanghari Kota Jambi dalam mencari informasi mengenai tehnik mesin

Berdasarkan kategori ABC perusahaan dapat mengetahui barang yang berada pada kategori A adalah elpiji 12 kg sehingga diperlukan penanganan khusus untuk