• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS BERSUBSIDI UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN DI KOTA MADIUN TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS BERSUBSIDI UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN DI KOTA MADIUN TESIS"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM

BERAS BERSUBSIDI UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN

DI KOTA MADIUN

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan Konsentrasi:

Ekonomi Sumberdaya Manusia dan Pembangunan

Oleh:

HENY RAHAYU

S4210030

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM

BERAS BERSUBSIDI UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN

DI KOTA MADIUN

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister

Pada

Program Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Oleh:

HENY RAHAYU

NIRM : S4210030

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

SURAKARTA

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

(6)

commit to user

(7)

commit to user

(8)

commit to user

ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM

BERAS BERSUBSIDI UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN

DI KOTA MADIUN

Abstrak

Nama : Heny Rahayu Nirm : S4210030

Studi ini mempunyai tujuan menelaah keefektifan pelaksanaan program beras bersubsidi untuk rumah tangga miskin dengan menggunakan indikator 6T, yaitu tepat sasaran, tepat harga, tepat jumlah, tepat waktu, tepat administrasi dan tepat kualitas. Studi dilakukan di Kota Madiun, di Kecamatan Kartoharjo, Kecamatan Manguharjo, dan Kecamatan Taman. Hasil studi menunjukkan bahwa pelaksanaan program raskin telah berjalan secara efektif, yaitu telah memenuhi indicator 6T. Hal ini didukung oleh adanya monitoring dan evaluasi dari Tim Raskin Kota Madiun. Selain itu, adanya kesadaran yang tinggi di tingkat masyarakat penerima raskin. Baik secara sadar bahwa tidak termasuk dalam kategori miskin, maupun menyadari bahwa bukan lagi sebagai rumah tangga miskin. Sehingga memberikan jatah raskin kepada masyarakat miskin yang belum terdaftar sebagai rumah tangga miskin penerima manfaat program raskin..

(9)

commit to user

ii

ANALYSIS EFFECTIVITY IMPLEMENTATION THE SUBSIDIZED RICE PROGRAM FOR POOR HOUSEHOLD

IN THE MADIUN CITY

Abstract

Name : Heny Rahayu Nirm : S4210030

This study has the goal of reviewing the effectiveness of the implementation program of subsidized rice for poor households using 6T indicators, that is the right target, right price, right amount, on time, proper administration and proper quality. Studies conducted in the City of Madiun, in District Kartoharjo, Manguharjo District, and Taman District. The study shows that the implementation of the program has been running effectively, which has met indicator 6T. This is supported by the monitoring and evaluation of the Team Raskin of Madiun City. Also, the high awareness at the community level raskin recipients. Either, they are aware that not included in the poor category, and realized that was no longer as poor households. Thus providing quota to the poor raskin who are not yet registered as a poor household the beneficiaries of raskin.

(10)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL... ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v

PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1. 2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Definisi Kemiskinan ... 9

2.1.2 Kebijakan Program Raskin, Indikator Dan Penyebab Adanya Raskin ... 11

2.1.3 Distribusi Raskin ... 15

(11)

commit to user

ii

2.2 Tinjauan Pustaka ... 18

2.3 Kerangka Pikir penelitian... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 25

3.2 Sumber Data dan Jenis Data ... 25

3.3 Metode Analisis Data ... 26

Bab Iv Hasil Analisis Dan Pembahasan 4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 30

4.1.1 Letak Geografis Dan Demografis ... 30

4.1.2 Kondisi Sosial Dan Kependudukan ... 31

4.1.3 Perekonomian ... 33

4.2 Penduduk Miskin Dan Penetuan Syarat Penerima Raskin... 33

4.3 Pelaksanaan Program Raskin Di Kota Madiun ... 37

4.4 Mekanisme Penyaluran Raskin Kota Madiun ... 41

4.5 Model Pengelolaan Raskin... 42

4.6 Efektivitas Pelaksanaan Program Raskin ... 43

4.6.1 Monitoring Dan Evaluasi ... 43

4.6.2 Tepat Sasaran ... 44 4.6.3 Tepat Jumlah ... 48 4.6.4 Tepat Harga ... 54 4.6.5 Tepat Waktu ... 55 4.6.6 Tepat Kualitas ... 57 4.6.7 Tepat Administrasi ... 58

Bab V Kesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran... 47

5.2.1 Saran Bagi Pemerintah ... 47

(12)

commit to user

iii

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ... 48

Daftar Pustaka ... 62 Lampiran ... 64

(13)

commit to user

iv Daftar Tabel

Tabel 1.1 Pagu Alokasi Raskin Di Kota Madiun Tahun 2008-2010 ... 6

Tabel 2.1 Studi Tentang Efektivitas Pelaksanaan Program Raskin ... 20

Table 4.1 Penduduk, Luas Wilayah Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan 2002-2009 ... 32

Tabel 4.2 Pagu Alokasi Raskin Di Kota Madiun Tahun 2008-2010 ... 41

Tabel 4.3 Indeks Tepat Sasaran ... 46

Tabel 4.4 Indeks Tepat Jumlah ... 52

Tabel 4.5 Indeks Tepat Harga ... 54

(14)

commit to user

v

Daftar Gambar

(15)

commit to user

vi

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penduduk miskin di Indonesia Tahun 2009 masih cukup besar yaitu mencapai 14,1 % dari jumlah penduduk. Upaya penanggulangan kemiskinan merupakan prioritas ke 4 (empat) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014. Program beras bersubsidi diberikan kepada rumah tangga miskin. Bantuan ini merupakan salah satu program dalam rangka penanggulangan kemiskinan, dimana hal tersebut termasuk dalam kluster I tentang bantuan dan perlindungan sosial. Program penanggulangan kemiskinan terdiri dari 3 (tiga) kluster, yaitu:

1. Kluster I, Bantuan dan Perlindungan Sosial

Program Raskin, Jamkesmas, Beasiswa siswa miskin. 2. Kluster II, Pemberdayaan Masyarakat

Program PNPM Mandiri.

3. Kluster III, Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) Program Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) masih cukup banyak, sehingga masih menjadi prioritas I dalam Rencana Kerja Pemerintah 2010 (Perpres no 21 Tahun 2009). Program Raskin merupakan wujud nyata komitmen Pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat

(17)

commit to user

miskin yang sekaligus untuk mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Miskin (RTM), serta dimaksudkan untuk meningkatkan akses masyarakat miskin dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok sebagai salah satu hak dasar masyarakat (Pedoman Umum Raskin 2010). Kemiskinan merupakan kondisi absolut atau relatif yang menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan dasarnya sesuai dengan tata nilai atau norma tertentu yang berlaku di dalam masyarakat karena sebab-sebab natural atau alami, kultural, atau struktural.

Negara Indonesia telah berusaha dengan keras untuk memberantas pengangguran dan kemiskinan yang kondisinya memburuk setelah didalam negeri ini terjadi krisis moneter pertengahan 1997. Mekanisme pasar tidak akan mampu mengatasi pengangguran dan kemiskinan, sebab pasar hanya konsen mengenai efisiensi alokasi sumberdaya. Bila terjadi kegagalan pasar (market failure), maka pemerintah harus melakukan inventarisasi melalui kebijakan publik untuk mengkoreksi kegagalan pasar tersebut guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Gruber, 2005; Hilman, 2003; Stiglistz, 2000;Welmer and Vinning,1992).

Program penanggulangan kemiskinan secara Nasional dikoordinasikan oleh Menko Kesra dalam Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) tingkat pusat. Provinsi dikoordinasikan oleh gubernur sedangkan Kabupaten/kota

(18)

commit to user

dikoordinasikan oleh bupati/walikota masing – masing. Pelaksanaan Raskin yang telah mencapai lebih dari satu dekade ini, tidak terlepas dari berbagai hambatan dan tantangan, yang disebabkan oleh keberagaman kondisi geografis dan budaya masyarakat. Saat ini dukungan Pemerintah Daerah terhadap pelaksanaan raskin masih bervariasi,diantaranya terdapat Pemerintah Daerah yang telah melakukan Program Raskin Daerah dengan dana APBD sebagai komplemen Raskin Nasional. Banyak juga Pemerintah Daerah yang belum mengalokasikan dana pendamping dan dana talangan Perogram Raskin dalam APBD (Pedoman Umum Raskin 2010). Penghargaan yang tinggi diberikan kepada Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang telah berhasil melaksanakan Program Raskin sesuai dengan indikator Tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat administrasi dan tepat qualitas. (6T).

Pemerintah Indonesia sejak Tahun 1998 telah mengimplementasikan suatu kebijakan yang memihak kaum miskin (pro-poor policy) yang kemudian dikenal secara luas sebagai program Raskin (Tabor and Sawit, 2001: 98). Program di mulai pada tahun 1998 dengan nama program Operasi Pasar Khusus (program OPK). Pada tahun 2002 berubah menjadi program Beras untuk Keluarga Miskin, disingkat program Raskin. Melalui program ini pemerintah menyalurkan sejumlah beras yang dijual dengan harga murah kepada para RTS-PM secara berkala (bulanan) agar mereka dapat mempertahankan tingkat konsumsi

(19)

commit to user

energi (Sawit, 2002: 88; Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog, 2005).

Program Raskin mendistribusikan sejumlah subsidi ekonomi dari pemerintah kepada para Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM), fakta menyatakan bahwa program ini menjadi rentan terhadap masalah manipulasi. Keberadaan subsidi ekonomi tersebut menjadi godaan bagi seseorang anggota masyarakat untuk mengajukan diri sebagai RTS-PM, meskipun sesungguhnya mereka ini tidaklah termasuk RTS-PM. Peluang terjadinya manipulasi seperti ini terbuka lebar, karena kriteria-kriteria yang digunakan untuk menetapkan apakah seseorang RTS-PM sangat beragam cakupannya serta pengukurannya bersifat sangat relatif. Pertanyaan yang relevan adalah bagaimana efektivitas dari pelaksanaan program raskin, dan kebijakan-kebijakan apa saja yang perlu diimplementasikan oleh pemerintah untuk memuat program ini dapat bekerja lebih efektif mencapai tujuannya.

Pagu Alokasi Raskin Tahun 2010 Kota Madiun sejumlah 5.490 RTS-PM dengan alokasi setiap RTSPM akan memperoleh 15 kg beras/bln. Beras 15 kg/setiap bulannya, dengan harga Rp.1.600,-/kg beras. Tim Program Raskin Kota Madiun hanya melaksanakan distribusi raskin sampai di kantor kelurahan sedangkan distribusi raskin sampai ke tangan Rumah Tangga Miskin (RTM) sebagai penerima manfaat dari program raskin ini baik secara perorangan maupun kelompok dilaksanakan oleh Petugas Penyalur Raskin Tingkat Kelurahan dan kecamatan. Data

(20)

commit to user

RTS-PM untuk masing-masing kelurahan sesuai dengan pagu yang telah ditetapkan dan di sampaikan kepada lurah se Kota Madiun beserta Kartu Raskin dan apabila ada perubahan nama dan alamat RTS-PM dari data BPS tersebut karena tidak sesuai dengan kondisi riil di kelurahan maka pihak kelurahan untuk segera menyampaikan hasil verifikasi tersebut ke Pemerintah Kota Madiun.

Penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran RTM. Disamping itu, program ini merupakan wujud nyata komitmen Pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat miskin yang sekaligus untuk mengurangi beban Pengeluaran Rumah Tangga Miskin. Pagu Alokasi Raskin Tahun 2008 Kota Madiun sejumlah 6.318 RTS-PM dengan total Raskin yang akan diberikan kepada RTS-PM sebanyak 852.930 Kg/ bln. Sedangkan untuk tahun 2009 jumlah RTS-PM lebih sedikit 260 RTS-PM, tetapi total Raskin yang diberikan lebih besar, yaitu 1.090.080 Kg. Setelah tahun 2010, total Raskin yang didistribusikan menurun, sesuai dengan penurunan jumlah RTS-PM yang signifikan, yaitu 5.490 RTS-PM dengan total Raskin 856.440 Kg. Seperti terlihat pada tabel sebagaimana di bawah ini..

(21)

commit to user

Tabel 1.1. Pagu Alokasi Raskin Kota Madiun sebelum penambahan Tahun 2008 – 2010 No KECAMATAN TAHUN 2008 2009 2010 RTS-PM KG RTS-PM KG RTS-PM KG 1 KARTOHARJO 2.063 206.300 1.876 338.040 1.705 265.980 2 MANGUHARJO 2.153 215.300 2.138 384.840 1.953 304.668 3 TAMAN 2.102 210.200 2.042 367.560 1.832 865.792 Jumlah 6.318 631.800 6.058 1.090.440 5.490 856.440

Sumber : Bagian Administrasi Perekonomian dan Sosial, Pemkot Madiun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian dalam latar belakang masalah sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan menjadi beberapa hal sebagai berikut:

1. Apakah pelaksanaan Program Raskin tepat sasaran? 2. Apakah pelaksanaan Program Raskin tepat jumlah? 3. Apakah pelaksanaan Program Raskin tepat harga? 4. Apakah pelaksanaan Program Raskin tepat waktu? 5. Apakah pelaksanaan Program Raskin tepat administrasi? 6. Apakah pelaksanaan Program Raskin tepat kualitas?

(22)

commit to user 1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 2 (dua) bulan dimulai Bulan Desember 2010 s/d Januari 2011 bertujuan untuk:

1. Menganalisis pelaksanaan program raskin tepat sasaran 2. Menganalisis pelaksanaan program raskin tepat jumlah 3. Menganalisis pelaksanaan program raskin tepat harga 4. Menganalisis pelaksanaan program raskin tepat waktu 5. Menganalisis pelaksanaan program raskin tepat administrasi 6. Menganalisis pelaksanaan program raskin tepat kualitas

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemanfaatan secara teoritis, diantaranya sebagai berikut:

1) Menambah pengetahuan dan wawasan tentang teori yang berkaitan dengan Raskin.

2) Memberikan kontribusi pemikiran bagi pembuat kebijakan dalam pelaksanaan program Raskin sehingga dapat memperbaikinya di kemudian hari.

3) Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam proses perumusan suatu kebijakan yang partisipatif dan efektif serta efisien dalam pengembangan program.

(23)

commit to user 2. Manfaat Praktis

Penelitian ini ditinjau dari aspek praktis diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:

1) Upaya memperbaiki kebijakan tentang Program Raskin 2) Hasil penelitian dapat memberikan gambaran tentang

distribusi Program Raskin di Kota Madiun.

3) Bagi pemerintah terkait, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan alternatif dan masukan atau evaluasi dalam penentuan kebijakan sehingga dapat menjadi alat monitor bagi pelaksanaan program ini selanjutnya.

(24)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi Kemiskinan

Specler (1993: 90) mengatakan bahwa kemiskinan mencakup; pertama, kekurangan fasilitas fisik bagi kehidupan yang normal. Kedua, gangguan dan tingginya resiko kesehatan, resiko keamanan dan kerawanan kehidupan sosial ekonomi serta lingkungannya. Ketiga, kekurangan pendapatan yang mengakibatkan tidak bisa hidup layak dan keempat, kekurangan dalam kehidupan sosial yang dapat ditunjukkan oleh kebersihan sosial, dan kualitas pendidikan yang rendah (Darwin, 2005: 123).

Usman (2004: 78) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah standar kebutuhan hidup minimal yang ditetapkan berdasarkan atas kebutuhan pokok pangan yang membuat orang cukup bekerja dan hidup sehat atas kebutuhan beras dan gizi. Bahwa batas atas atau garis kemiskinan dibuat berdasarkan pemenuhan konsumsi makanan pokok serta kebutuhan bahan makanan yang terdiri dari sandang, perumahan kesehatan, pendidikan dan transportasi. Batas atau garis kemiskinan itu ditentukan atas dasar kemiskinan itu ditentukan atas dasar

(25)

commit to user

pemenuhan kebutuhan dasar. Batas nilai pengeluaran berdasarkan atas kebutuhan makanan 2.100 kalori per orang per hari.

Chambers (1983: 99) mengatakan salah satu pandangan orang luar “terhadap orang miskin sebagai manusia boros, malas, bodoh dan yang tidak bertanggung jawab terhadap kemiskinannya, sangat meyakinkan namun sebagian besar meleset”. Banyak bukti serta meyakinkan berapa studi kasus yang menunjukkan bahwa orang-orang miskin itu adalah pekerja keras, cerdik dan ulet. Orang-orang miskin harus memiliki sifat-sifat seperti itu untuk dapat bertahan hidup melepaskan diri dari belenggu rantai kemiskinan yang terdiri dari kemiskinan itu sendiri, kelemahan jasmani, isolasi, kerentanan, dan ketidakberdayaan. Dan kelima faktor tersebut, faktor kerentanan dan ketidakberdayaan pantas untuk disimak dan diamati secara lebih mendalam. Kerentanan mencerminkan keadaan tanpa peyangga atau cadangan menghadapi hal-hal yang tidak terduga, seperti keharusan untuk memenuhi kewajiban sosial (upacara adat dan kematian), musibah, ketidakmampuan fisik (sakit, cedera). Hal yang tidak terduga sering kehilangan atau menjual kekayaan yang satu-satunya dimiliki, sehingga membuat lebih miskin dan lebih rentan lagi. Ketidakberdayaan golongan miskin dicerminkan dengan kemudahan golongan masyarakat lainnya yang lebih mampu dan lebih kuat untuk menjaring, mengatur dan membelokkan manfaat atau hasil-hasil pembangunan serta pelayanan Pemerintah yang

(26)

commit to user

diperuntukkan bagi yang kekurangan, karena berada dalam kedudukan yang lemah, terutama kaum wanita, usia lanjut, cacat dan kaum yang sangat melarat.

2.1.2 Kebijakan Program Raskin, Indikator dan Penyebab adanya Raskin

1) Kebijakan Program Raskin

Program Raskin telah mengalami beberapa kali penyesuian, namun efektifitasnya masih diperdebatkan. Oleh karena itu, Bappenas meminta Lembaga Penelitian SMERU untuk menjadi efektifitas Program Raskin dan memperoleh pelajaran dalam rangka perbaikan program. Kajian ini menggunakan pendekatan tinjauan dokumen dan analisis data sekunder atau (meta-evaluasi ) yang didukung dengan wawancara informan kunci di tingkat pusat dan studi lapangan. Berikut ini adalah temuan utama hasil kajian.

Pada sisi penyaluran hingga titik distribusi, Bulog telah melaksanakan tugasnya dengan relatif baik sesuai dengan pedoman program. Namun, penilaian keberhasilan program tidak dapat dilakukan secara parsial karena Raskin merupakan sebuah kesatuan program untuk menyampaikan beras bersubsidi kepada rumah tangga miskin. Permasalahan pelaksanaan Raskin banyak terjadi dari titik distribusi hingga rumah tangga penerima.

(27)

commit to user

Mekanisme distribusi Raskin Kota Madiun diawali dengan Surat Permintaan Alokasi oleh Walikota Madiun Kepada Kepala Bulog Sub Divre IV Madiun berdasarkan pagu Raskin dan rumah tangga miskin penerima manfaat di masing-masing kelurahan setiap bulannya. Pembayaran Harga Penjualan beras Raskin dari RTM kepada petugas penyalur raskin kelurahan dan dari petugas penyalur kelurahan kepada Satker Raskin Kota Madiun pada prinsipnya dilakukan secara langsung dimana Rumah Tangga Sasaran yang menerima beras langsung membayar (Cash and Carry) dengan biaya tebus sebesar Rp. 1.600,- /kg (Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, 2010).

Secara umum, hasil kajian terhadap pelaksanaan program raskin menunjukkan bahwa efektifitas program Raskin masih relatif lemah. Hal ini ditandai oleh sosialisasi dan transparansi yang kurang, target penerima, harga, jumlah, dan frekuensi penerimaan beras yang kurang tepat, biaya pengelolaan program yang tinggi, pelaksanaan monitoring yang belum optimal dan mekanisme pengaduan yang kurang berfungsi.

2) Indikator Program Raskin

Untuk menilai efektifitas pelaksanaan program raskin di suatu daerah didasarkan pada indikator kinerja program yang telah ditetapkan. Adapun indikator kinerja berdasarkan pelaksanaan

(28)

commit to user

raskin yang dikenal dengan 6 T sebagaimana yang tertuang dalam pedoman umum Raskin 2010 yakni:

a. Tepat Sasaran Penerima Manfaat

Raskin hanya diberikan kepada RTM sesuai hasil musyawarah kelurahan yang dituangkan dalam Daftar Penerima Manfaat (format DPM-1).

b. Tepat Jumlah

Jumlah raskin yang diberikan kepada RTM berjumlah 13 kg/bln selama 12 bulan.

c. Tepat Harga

Harga tebus raskin tahun 2009 Rp. 1.600,-/ kgnetto di titik distribusi (kelurahan),

d. Tepat Waktu

Waktu pelaksanaan distribusi raskin kepada RTS-PM Raskin sesuai dengan rencana distribusi yang telah ditetapkan,

e. Tepat Kualitas

Terpenuhinya persyaratan kualitas beras sesuai dengan standar kualitas beras bulog, medium kondisi baik,

f. Tepat Administrasi

Terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar, lengkap dan tepat waktu.

(29)

commit to user 3) Penyebab Adanya Raskin

Kekurangan fisik manusia, kekurangan akses dalam memperoleh pelayanan minimal dalam berbagai bidang kehidupan, serta sulit atau kekurangan memperoleh akses dalam proses pengambilan kebijakan. Untuk itu Pemerintah Kota Madiun mengadakan Program Raskin.

Program Raskin dalam program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui penyediaan beras bersubsidi. Program ini merupakan kelanjutan Program Operasi Pasar Khusus atau (OPK) yang diluncurkan pada Juli 1998. Pada Tahun 2007, Raskin ditarget penyediaannya 1,9 juta ton beras bagi 15,8 juta rumah tangga miskin dengan total biaya Rp. 6,28 triliun setiap rumah tangga menerima 10 kg beras setiap bulan dengan harga Rp 1000 per kg di titik distribusi. Penyaluran beras hingga titik distribusi menjadi tanggung jawab Bulog, sementara dari titik distribusi kepada rumah tangga sasaran menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

Sasaran Raskin Tahun 2010 adalah berkurangnya beban pengeluaran 17,5 juta RTS-PM berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam mencukupi kebutuhan pangan beras, melalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak 156 kg/RTS/tahun atau

(30)

commit to user

setara dengan 13 kg/RTS/bulan dengan harga tebus Rp. 1.600 per kg netto di titik distribusi.

2.1.3 Distribusi Raskin

Distribusi merupakan penambahan kegunaan waktu, tempat dan pemilikan barang yang mencakup juga pengangkutan barang-barang dari tempat asal atau produksi lanjutan ke tempat penjualan. Dalam hal ini ditribusi mencakup berbagai bidang manajemen khususnya seperti penjualan, pengiklanan, keuangan, pengangkutan dan pergudangan (Taff, 1994: 190).

Peranan saluran distribusi dalam pemasaran tercermin dari biaya distribusi yang besarnya dapat melebihi biaya produksi, biaya promosi, biaya administrasi pemasaran dan biaya pemasaran lain. Peranan yang besar dapat ditunjukkan dengan kinerja yang baik terhadap fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan di setiap saluran (Purwadi, 2000: 56). Mekanisme pelaksanaan distribusi Raskin berdasarkan Pedoman Umum Raskin Tahun 2010 yaitu:

1) Bupati/Walikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA) kepada Kadivre/Kasubdivre/kaKansilog Perum Bulog berdasarkan alokasi pagu Raskin dan rumah tangga miskin penerima manfaat Raskin di masing-masing Kecamatan/ Kelurahan/Desa.

2) SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan, maka pagu dapat direlokasikan ke

(31)

commit to user

daerah lain dengan menerbitkan SPA baru yang menunjuk pada SPA yang tidak dapat dilayani.

3) Berdasarkan SPA, Kadivre menerbitkan SPPB (Surat Perintah Pengiriman Beras) untuk masing-masing

Kecamatan/Kalurahan/Desa kepada Satker (Satuan Kerja) Raskin. Apabila terdapat tunggakan Harga Penjualan Beras (HPB) pada periode sebelumnya maka penerbitan SPPB periode berikutnya ditangguhkan sampai ada pelunasan.

4) Berdasarkan SPPB, Satker Raskin mengambil beras di gudang penyimpanan Perum BULOG, mengangkut dan menyerahkan beras Raskin kepada pelaksana distribusi di titik distribusi. Kualitas beras yang diserahkan, harus sesuai dengan standar kualitas BULOG. Apabila tidak memenuhi standar kualitas maka beras dikembalikan kepada Satker Raskin untuk ditukar/diganti.

5) Serah terima beras Raskin dari Satker Raskin kepada pelaksana distribusi di titik distribusi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) yang merupakan pengalihan tanggungjawab. Pelaksana Distribusi menyerahkan beras kepada rumah tangga miskin penerima manfaat Raskin.

(32)

commit to user 2.1.4 Efisiensi dan Efektivitas

Efisiensi dapat didefenisikan sebagai peningkatan rasio output-input yang dapat dicapai dengan cara yaitu : pertama, output tetap konstan sedangkan input mengecil, kedua, output meningkat sedangkan input tetap konstan, ketiga, output meningkat dalam kadar yang lebih tinggi daripada peningkatan input, keempat output menurun dalam kadar yang lebih rendah daripada penurunan input (Rahim, 2007: 77). Sistem distribusi yang efisien menjadi prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu, dengan harga yang terjangkau. Perdagangan pangan yang adil diantara berbagai pelaku dengan kekuatan yang berbeda akan menjamin return/keuntungan yang efisien dan adil. (Nainggolan, 2005: 88).

Semua proses dalam distribusi pemasaran, mulai dari penampungan di produsen sampai penyaluran barang ke konsumen membutuhkan biaya yang masing-masing tidak sama. Bila jarak antara produsen dengan konsumen pendek, maka biaya pengangkutan bisa diperkecil. Jika tidak terjadi perubahan bentuk ataupun perubahan volume atau mutu maka biaya pengolahan jadi tidak ada. Semakin panjang jarak dan semakin banyak perantara yang terlibat dalam distribusi, maka biaya distribusi semakin tinggi (Daniel, 2002: 145). Efisiensi pemasaran dapat terjadi yaitu pertama, jika biaya distribusi dapat ditekan sehingga keuntungan yang diperoleh dapat lebih tinggi,

(33)

commit to user

kedua, persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, ketiga, tersedianya fasilitas fisik yang mendukung proses pendistribusian (Dwihastuti, 2007: 79).

Pengertian efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektivitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai, dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. Sedangkan pengertian efektivitas menurut Saksono (1984) adalah efektivitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input. Kedua pengertian efektivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen pendistribusian raskin, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.

2.2 Tinjauan Pustaka

Hutagaol dan Asmara (2007) analisis efektivitas kebijakan publik memihak masyarakat miskin : studi kasus pelaksanaan program raskin di propinsi jawa barat. Pelaksanaan program Raskin di daerah penelitian pada tahun 2007 telah memberikan bantuan raskin yang sangat

(34)

commit to user

dibutuhkan oleh masyarakat miskin yang menjadi kelompok targetnya (kelompok RTM). Namun, program Raskin belum begitu efektif dalam pelaksanaannya. Sebab, faktanya besarnya jatah yang diterima oleh rumah tangga miskin (RTM) yang menjadi kelompok target dalam program raskin jauh dari jatah normatif yang ditetapkan oleh pemerintah (yaitu 10 kg per RTM per bulan), harga tebusan raskin yang dibayarkan oleh mereka juga jauh di atas harga tebusan raskin yang secara normatif ditetapkan oleh pemerintah (yaitu Rp 1.000 per kg).

Hastuti, dkk (2007) lembaga penelitian Smeru efektifitas pelaksanaan Raskin di Indonesia. Berdasarkan hasil tinjauan dokumen, analisis data sekunder, dan studi lapangan, pelaksanaan Raskin belum dapat mencapai tujuannya. Hal ini terutama karena adanya ketidaktepatan sasaran. Raskin dibagikan kepada jumlah rumah tangga yang lebih besar dari pada ketentuan, mencakup rumah tangga yang tidak miskin juga sehingga menyebabkan rumah tangga miskin menerima beras jauh di bawah ketentuan.

Suroso (2009), dengan penanggulan kemiskinan melalui program raskin di Kabupaten Pati. Menunjukkan bahwa sejak tahun 2005-2006 pelaksanaan program raskin di Kabupaten Pati telah berjalan dengan efektif. Hasil angket tentang keefektifan pelaksanaan program raskin di Kabupaten Pati dari 7 (tujuh) butir pernyataan dalam angket oleh jawaban 186 responden skor tertinggi 35 dan terendah 7 diperoleh jawaban rata-rata 27 skor. Berdasarkan ini, maka dapat dinyatakan pelaksanaan program raskin di

(35)

commit to user

Kabupaten Pati sudah efektif karena skor rata-rata lebih dekat pada skor maksimal.

Tabel 2.1 Studi Tentang Efektivitas Pelaksanaan Program Raskin

No Peneliti, Judul dan Tahun Metode Analisis Hasil/Kesimpulan

1 Hutagaol & Asmara

Analisis Efektivitas Kebijakan Publik Memihak Masyakat Miskin: Studi Kasus Pelaksanaan Program

Raskin Di Provinsi Jawa Barat Pada Tahun 2007

(2007)

Analisis Deskriptif Kualitatif dan

Kuantitatif

Program Raskin belum begitu efektif dalam pelaksanaannya.

2 Hastuti dkk

Efektivitas Pelaksanaan Raskin

(2007)

Analisis Deskriptif Kualitatif dan

Kuantitatif

Pelaksanaan Raskin belum dapat mencapai tujuannya. Hal ini terutama karena adanya ketidaktepatan sasaran. Raskin dibagikan kepada jumlah rumah tangga yang lebih besar dari pada ketentuan, mencakup rumah tangga yang tidak miskin juga sehingga menyebabkan rumah tangga miskin menerima beras jauh di bawah ketentuan.

3 Suroso

Penanggulan kemiskinan melalui program raskin di

Kabupaten Pati

(2009)

Analisis Deskriptif Hasil angket tentang keefektifan pelaksanaan program raskin di Kabupaten Pati dari 7 (tujuh) butir pernyataan dalam angket oleh jawaban 186 responden skor tertinggi 35 dan terendah 7 diperoleh jawaban rata-rata 27 skor. Berdasarkan ini, maka dapat dinyatakan pelaksanaan program raskin di Kabupaten Pati sudah efektif karena skor rata-rata lebih dekat pada skor maksimal.

4 Mariyam Musawa

Studi Implementasi Program Beras Miskin (Raskin) Di Wilayah Kelurahan Gajahmungkur, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang (2009) Analisis Deskriptif

(36)

commit to user

No Peneliti, Judul dan Tahun Metode Analisis Hasil/Kesimpulan

rendah. Hal ini terindikasi dari adanya rumah tangga tidak miskin yang menjadi penerima Raskin (leakage) dan adanya rumah tangga miskin yang belum menjadi penerima

(undercoverage).

5 Yunita Sari

Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Distribusi Raskin (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Balaban,

Kabupaten Langkat

(2010)

Analisis Deskriptif Harga Raskin yang diterima oleh rumah tangga miskin berbeda dengan harga yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Program pendistribusian Raskin memberikan surplus kepada penerima manfaat beras miskin. Tingkat keefektifan program pendistribusian Raskin yaitu sebesar 33,4% menyatakan distribusi Raskin tepat sasaran, jumlah, harga, waktu dan administrasi dan 51,2% menyatakan distribusi Raskin tidak tepat sasaran, jumlah, harga, waktu dan administrasi. Tingkat efisiensi pendistribusian beras Raskin di Desa Securai Utara sudah efisien karena saluran pendistribusian yang pendek yaitu langsung dari produsen ke konsumen sehingga biaya yang ditimbulkan cukup rendah.

Sumber: Hasil penelitian sebelumnya

2.3 Kerangka Pikir Penelitian

Program Raskin merupakan wujud nyata komitmen Pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat miskin yang sekaligus untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin. Disamping itu, juga dimaksudkan untuk meningkatkan akses masyarakat miskin dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok sebagai salah satu hak dasar masyarakat.

(37)

commit to user

Sasaran Program Raskin tahun 2010 adalah rumah tangga sasaran (RTS) sesuai dengan hasil pendataan BPS tahun 2008 yang terdiri dari rumah tangga sangat miskin, rumah tangga miskin, rumah tangga hampir miskin. Berdasarkan UU No.47 tahun 2009 tentang APBN merupakan salah satu bentuk dari kebijakan tipe kedua (Departemen dalam Negeri dan Perum Bulog, 2006).

Program Raskin adalah program pemerintah untuk memberikan bantuan beras dengan harga penjualan bersubsidi kepada masyarakat miskin. Melalui program ini pemerintah menyediakan beras kepada masyarakat miskin sebanyak 15 kg/KK/bulan. Beras diberikan tidak dengan cuma-cuma. Penerima bantuan Raskin harus membayar dengan harga Rp. 1.600 per kg netto di titik Distribusi. Sehingga selisih antara harga pasar yang seharusnya dibayar dengan harga yang sesungguhnya dibayar ( Rp. 1.600,-/ kg ) oleh keluarga miskin menjadi besaran subsidi yang ditanggung oleh pemerintah per kilogramnya (Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog, 2006).

Keberhasilan Program Raskin diukur berdasarkan tingkat pencapaian indikator 6 (enam)T yaitu: tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi. Bila kita anggap beras raskin ini sama kualitasnya dengan beras yang paling murah dijual di pasar, dan harganya di pasar local adalah Rp. 5.060,-/kg, maka untuk setiap kg, penerima raskin mendapat subsidi per kg sebesar Rp. 3.460,-. Bila mengacu pada jumlah normatif yang disalurkan per KK per bulan tersebut diatas, maka setiap bulan satu keluarga miskin akan mendapat subsidi pangan

(38)

commit to user

sebesar Rp. 51.900,-. Hal ini dapat dipandang sebagai pendapatan suplementer bagi keluarga miskin.

Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai, dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya dengan ketentuan target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.

Efektivitas distribusi Raskin ditinjau dari beberapa indikator yaitu ketepatan sasaran bagi rumah tangga yang benar-benar miskin, ketepatan jumlah beras yang diterima rumah tangga miskin yaitu sebanyak 13 kg/KK, ketepatan harga yaitu Rp 1.600/kg di titik distribusi, ketepatan waktu pendistribusian serta terpenuhinya persyaratan administrasi dengan benar. Pendistribusian Raskin akan efektif jika keenam indikator tersebut terpenuhi dan mekanisme pendistribusian berjalan dengan lancar. Distribusi Raskin dianggap efisien jika mampu menyampaikan beras untuk keluarga miskin ke penerima manfaat dengan biaya distribusi yang serendah-rendahnya dan dalam waktu yang sesingkatnya.

Ada dua implikasi langsung dari pemberian raskin ini bagi keluarga miskin yang menerimanya. Pertama, dengan mendapatkan jumlah raskin seperti yang ditetapkan, maka diharapkan keluarga miskin akan dapat mempertahankan asupan kalori dan gizinya. Kedua, pendapatan suplementer yang timbul diharapkan dapat digunakan oleh keluarga miskin dapat memenuhi kebutuhan lainnya.

(39)

commit to user

Berdasarkan uraian diatas, maka untuk lebih memahami hal tersebut dapat dilihat skema kerangka pemikiran untuk penelitian ini.

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian.

Indikator Program Raskin:

1. Tepat Sasaran

1. Tepat Jumlah

2. Tepat Harga

3. Tepat Waktu

4. Tepat Kualitas

5. Tepat Administrasi

Program Raskin:

(40)

commit to user BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian analisis efektivitas pelaksanaan beras bersubsidi untuk rumah tangga miskin ini dilakukan di Kota Madiun, di tiga Kecamatan, yaitu :

1. Kecamatan Kartoharjo, 2. Kecamatan Manguharjo, 3. Kecamatan Taman.

Masing-masing Kecamatan terdiri dari 9 (sembilan) kelurahan. Penelitian dilakukan selama 2 (dua) bulan dimulai Bulan Desember 2010 – Januari 2011

3.2 Sumber dan Jenis Data

Data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian ini meliputi data sekunder. Data sekunder dihimpun dari berbagai instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, Bagian Administrasi Perekonomian dan Sosial, Kecamatan dan kelurahan yang terdiri dari 27 (dua puluh tujuh) kelurahan.

Data-data yang terkumpul kemudian diolah, yang selanjutnya dilakukan analisis guna memperoleh ketepatan hasil dari penelitian. data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain :

(41)

commit to user

2. Data Rekapitulasi Hasil Pemantauan Realisasi Program Raskin Tahun 2008-2010,

3. Kota Madiun Dalam Angka 2010.

3.3 Metode Analisis Data

Metode Analisis Efektivitas Pelaksanaan Program Raskin

Pengertian efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan dengan menggunakan ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai, dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.

Pemerintah telah menetapkan efektivitas pelaksanaan raskin dengan ketetapan ada 6 (enam) indikator kinerja pelaksanaan program Raskin (Pedoman Umum Raskin 2010) yaitu:

(a). Tepat Sasaran

Raskin hanya diberikan kepada RTS-PM raskin hasil Musyawarah Desa/Kelurahan yang terdaftar dalam Daftar Penerima Manfaat (DPM-1)

(b). Tepat Jumlah

Jumlah Raskin yang merupakan hak Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) sesuai dengan ketentuan yang berlaku

(c). Tepat Waktu

waktu pelaksanaan distribusi beras kepada RTS-PM Raskin sesuai dengan rencana distribusi

(42)

commit to user (d). Tepat Harga

harga beras yang dibayarkan oleh Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) sebesar netto Rp. 1.600,- per kg di titik distribusi sama dengan yang talah ditetapkan Pemerintah.

(e). Tepat administrasi

Terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar, lengkap dan tepat waktu.

(f). Tepat Kualitas.

terpenuhinya persyaratan kualitas beras sesuai dengan standar kualitas beras Bulog

(Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog, 2010).

Analisis data dilakukan secara deskriptif, baik deskriftif kualitatif dan kuantitatif. Diskriptif tersebut tersebut digunakan untuk mendiskripsikan data terkini dalam pelaksanaan program Raskin di Kota Madiun a) Tepat Sasaran

100%

S

S

S

s a

´

=

Dimana :

S : Indek kinerja ketepatan sasaran (%).

Sa : Jumlah rumah tangga yang aktual menerima.

Ss : Jumlah rumah tangga yang seharusnya menerima

(43)

commit to user b) Tepat Jumlah

100%

J

J

J

s a

´

=

J : Indek kinerja ketepatan sasaran (%).

Js : Jumlah beras yang seharusnya diterima Rumah Tangga

Sasaran (13 kg/RTS-PM/bulan)

Ja : Jumlah beras yang aktual diterima Rumah Tangga Sasaran

(kg/RTS-PM/bulan) c) Tepat Harga

100%

H

H

H

s a

´

=

H : Indek kinerja ketepatan harga (%).

Hs : Jumlah beras yang seharusnya dibayar Rumah Tangga

Sasaran (Rp. 1.600/kg)

Ha : Jumlah beras yang aktual dibayar Rumah Tangga Sasaran

(Rp/Kg) d) Tepat Waktu

100%

W

W

W

s a

´

=

(44)

commit to user

Ws : Jumlah waktu pemberian beras yang seharusnya diterima

Rumah Tangga Sasaran (12 kali dalam setahun)

Wa : Jumlah waktu yang aktual diterima Rumah Tangga Sasaran

(12 kali dalam setahun)

e) Tepat Administrasi

Terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar, lengkap dan tepat waktu.

f) Tepat Kualitas

terpenuhinya persyaratan kualitas beras sesuai dengan standar kualitas beras Bulog

(45)

commit to user BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis dan Demografis

Kota Madiun bagian dari wilayah Propinsi Jawa Timur bagian barat, terletak di dataran rendah antara 7° - 8° lintang selatan atau sepanjang 7,5 km bentang arah utara selatan, dan antara 111° - 112° bujur timur atau sepanjang 6 km bentang arah barat timur. Letak geografis Kota Madiun sangat strategis karena terletak pada simpul jaringan jalan raya regional yang menghubungan daerah-daerah di Jawa Timur dengan daerah Jawa Tengah, khususnya menghubungkan Kota Madiun dengan kota-kota besar lainnya yaitu Surabaya dengan Surakarta dan Yogyakarta. Di samping itu Kota Madiun juga dilewati jaringan jalan kereta api lintas utama Pulau Jawa bagian selatan, yang menghubungkan Surabaya - Jakarta lewat Purwokerto dan Surabaya - Bandung. Secara administrasi wilayah Kota Madiun berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Madiun dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun Sebelah Timur : Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun Sebelah Selatan : Kecamatan Geger Kabupaten Madiun Sebelah Barat : Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun

(46)

commit to user

Berdasarkan Evaluasi Penggunaan Tanah (EPT) tahun 1992 Kota Madiun mempunyai luas 33,23 km2 dan terbagi menjadi 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Manguharjo dengan luas wilayah 10,04 km2, Kecamatan Taman dengan luas wilayah 12,46 km2, dan

Kecamatan Kartoharjo dengan luas wilayah 10,73 km2.

4.1.2 Kondisi Sosial dan Kependudukan

Data Kependudukan merupakan variabel yang sering digunakan dalam berbagai program baik dalam kegiatan penelitian maupun kegiatan rutin pemerintah sehingga dalam proses pembangunan, penduduk dapat digunakan sebagai subyek maupun obyek pembangunan Berdasarkan wilayah administrasi Kota Madiun di bagi dalam wilayah 3 Kecamatan diantaranya :

1. Kecamatan Kartoharja dengan wilayahnya 9 Kelurahan

2. Kecamatan Taman dengan wilayahnya 9 Kelurahan 3. Kecamatan Manguharjo dengan wilayahnya 9 Kelurahan

Berdasarkan hasil registrasi penduduk akhir tahun 2009 jumlah penduduk Kota Madiun adalah 202.812 jiwa, terdiri atas 98.000 penduduk laki-laki dan 104.812 penduduk perempuan. Rata-rata setiap rumah tangga berisi 3 orang anggota rumah tangga.

Dengan luas wilayah 33Km2 kepadatan penduduk Kota Madiun adalah 6.103 penduduk/Km2. Ketiga kecamatan di Kota Madiun, Kecamatan Taman adalah kecamatan yang paling padat penduduknya. Yaitu, dengan jumlah penduduk 85.272 dan tingkat

(47)

commit to user

kepadatan 6.844 jiwa/Km2. Kecamatan Manguharjo dengan kepadatan penduduk 6.170 jiwa/Km2, Kecamatan Kartoharjo dengan tingkat kepadatan 5.181 jiwa/Km2 .

Table 4.1 Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan 2002-2009

Tahun Penduduk Luas Wilayah(Km2) Kepadatan Penduduk/Km2 Kecamatan Manguharjo 2002 60.005 10,04 5.977 2003 60.224 10,04 5.998 2004 60.535 10,04 6.029 2005 60.984 10,04 6.074 2006 61.245 10,04 6.100 2007 61.675 10,04 6.143 2008 61.830 10,04 6.158 2009 61.948 10,04 6.170 Kecamatan Taman 2002 80.361 12,46 6.450 2003 81.215 12,46 6.518 2004 82.240 12,46 6.600 2005 82.604 12,46 6.630 2006 83.626 12,46 6.712 2007 84.137 12,46 6.753 2008 84.810 12,46 6.807 2009 85.272 12,46 6.844 Kecamatan Kartoharjo 2002 50.457 10,73 4.702 2003 51.368 10,73 4.787 2004 52.283 10,73 4.873 2005 53.103 10,73 4.949 2006 53.874 10,73 5.021 2007 54.376 10,73 5.068 2008 54.979 10,73 5.124 2009 55.592 10,73 5.181

(48)

commit to user 4.1.3 Perekonomian

Kota Madiun mengalami perlambatan pertumbuhan, secara agregate pada tahun 2008 ekonomi Kota Madiun tumbuh sebesar 5,66 % sesuai dengan data yang diperoleh BPS Kota Madiun, namun terjadi dinamika atau perubahan dimana berdasarkan hasil

perhitungan final Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan berdasarkan data dari BPS Kota Madiun laju pertumbuhan ekonomi di Kota Madiun tahun 2008 mencapai 6,24 %. Laju

pertumbuhan ekonomi tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

4.2 Penduduk Miskin dan Penentuan Syarat Penerima Raskin

Persentase penduduk miskin di Kota Madiun jauh lebih rendah dibandingkan dengan persentase penduduk miskin di Jawa Timur. Sejak terjadi penurunan persentase penduduk miskin pada tahun 2004 di Kota Madiun yaitu dari 7,9 menjadi 7,1 selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya persentase penduduk miskin selalu mengalami penurunan seperti yang diharapkan oleh pemerintah. Tahun 2005 penduduk miskin Kota Madiun turun 2,74 persen dari tahun 2004 disaat penduduk miskin di Jawa Timur naik sebesar 3,44 persen. Kemudian turun secara sangat signifikan pada tahun 2006 menjadi 6,32 dan tahun 2007 menjadi 5,49 persen.

Pada pedoman Umum 2010, RTM BPS yang merupakan data sasaran rumah tangga penerima program, digunakan sebagai dasar

(49)

commit to user

penetapan pagu alokasi hingga tingkat desa/kelurahan. Di tingkat desa/kelurahan, penetapan penerima manfaat menggunakan mekanisme mudes yang dilaksanakan secara transparan dan partisipatif dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat termasuk perwakilan RTM.

Pada Pedoman Umum Raskin 2001–2010 dinyatakan bahwa penentuan rumah tangga sasaran melalui mudes dilakukan dengan mengacu pada data keluarga sasaran, yakni KPS (Keluarga Pra-Sejahtera) dan KS-1(Keluarga Sejahtera – 1) hasil pendataan BKKBN. Namun, pada Pedum Raskin 2006–2007, tidak ada ketentuan bahwa mudes harus mengacu pada data RTM BPS. Bahkan, pada bagian “Penetapan Penerima Manfaat” tidak disebutkan bahwa penerima manfaat harus rumah tangga miskin. Tidak adanya ketentuan tersebut dapat dijadikan dasar pembenaran petugas pelaksana untuk membagikan Raskin tidak hanya kepada RTM atau bahkan dibagi rata, asal keputusannya diambil melalui mudes. Pada bagian pendahuluan pedoman umum disebutkan bahwa sasaran Raskin adalah RTM, namun sangat mungkin pelaksana program menggunakan pedoman umum secara parsial, tidak menyeluruh. Apalagi seperti disebutkan di atas, penyebaran Pedoman umum Raskin masih sangat terbatas dan tidak sampai pada pelaksana di tingkat masyarakat.

Cara penentuan penerima manfaat

Mudes belum dilaksanakan di seluruh wilayah dan pelaksanaannya kurang optimal,akibatnya cara penetapan sasaran penerima manfaat

(50)

commit to user

bervarisi antar wilayah. Ada yang menetapkan sasaran melalui mudes, ada yang menggunakan data acuan nasional sebagai dasar (data BKKBN atau data RTM BPS), dan ada yang ditentukan ketua RT/RW atau oleh kepala desa/kelurahan.Pada banyak kasus, berbagai cara penetapan tersebut pada akhirnya menghasilkan keputusan Raskin dibagi rata kepada jumlah rumah tangga yang lebih banyak atau kepada seluruh rumah tangga (Hastuti & Maxwell, 2003).Berbagai alasan yang melatarbelakangi keputusan tersebut antara lain untuk menghindari konflik, kurangnya pagu dibanding RTM, menghindari kecemburuan sosial, adanya tuntutan dari mereka yang tidak berhak, dan untuk mencapai target waktu penjualan beras serta pembayarannya (Perdana & Maxwell, 2004).

Pemerintah Daerah Kota Madiun menekankan kepada semua pelaksana Raskin untuk menggunakan data Rumah Tangga Miskin BPS sebagai penerima manfaat. Dalam pelaksanaannya sampai ke RTM tidak terjadi permasalahan yang fatal mengenai pembagian Raskin karena terjadi koorninasi yang baik antar dinas/instansi terkait. Kriteria untuk menentukan keluarga/RTM menurut BPS, ada 14 kriteria, yaitu:

1. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas

rendah/tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

(51)

commit to user

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun

10. Hanya sanggup makan hanya satu/dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan

500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,- (Enam Ratus Ribu) per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala keluarga : tidak bersekolah/tidak tamat SD/hanya SD.

14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,- (Lima Rus Ribu Rupiah), seperti sepeda motor kredit/non-kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Dari 14 variabel tersebut jika minimal 9 variabel terpenuhi, maka dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.

(52)

commit to user

4.3 Pelaksanaan Program Raskin Di Kota Madiun

Alokasi Pagu Raskin yang dipergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pendistribusian Raskin oleh Tim Program Raskin di Kota Madiun pada Tahun 2010 ini ada 2 (dua) kali penetapan yaitu :

1. Alokasi Pagu Raskin Pertama

Berdasarkan surat Gubernur Jawa Timur Nomor: 518/1938/021/2009 tanggal 31 Desember 2009 perihal Pelaksanaan Program dan Pagu Raskin Tahun 2010 dengan mendapat alokasi Raskin sejumlah 5.490 RTS-PM dan masing-masing mendapat 13 kg selama 12 bulan dengan harga tebus Rp. 1.600 per kg. Sebagai tindaklanjut surat Gubernur tersebut, telah diadakan rapat koordinasi oleh Tim Raskin tanggal 26 Januari 2010 di Ruang 13 Kantor Pemerintah Kota Madiun dengan kebijakan bahwa penyaluran sejumlah 15 kg/RTS-PM selama 12 bulan dan kekurangannya telah diupayakan untuk dianggarkan dalam Perubahan Anggaran Kegiatan Tahun 2010.

2. Alokasi Pagu Raskin kedua

Berdasarkan surat Gubernur Jawa Timur Nomor: 518/9242/021/2010 tanggal 14 Juli 2010 perihal penyesuaian Pagu Alokasi Raskin Tahun 2010 untuk Kabupaten/ kota se Jawa Timur, telah disampaikan bahwa Pemerintah Pusat telah menyetujui penambahan subsidi Pagu Raskin Kabupaten/Kota Tahun 2010, sehingga Pagu Raskin Tahun 2010 bertambah, dengan rincian alokasi pagu Raskin adalah 13 kg

(53)

commit to user

untuk 5 (lima) bulan (Januari s/d Mei 2010) dan 15 kg untuk 7 (tujuh) bulan (Juni s/d Desember 2010) sesuai dengan RTS-PM yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

Menindaklanjuti surat Gubernur tersebut diatas dan sehubungan Pemerintah Kota Madiun telah mengambil kebijakan maka sebanyak 5.490 RTS-PM tetap menerima 15 kgRTS selama 12 bulan dengan harga tebus 1.600/kg. Hal ini mengacu pada surat Gubernur Jawa Timur tanggal 30 April 2010 Nomor: 518/62255/021/2010 perihal Dukungan Pelaksanaan Program Raskin Tahun 2010. Pendistribusian Raskin sampai ketitik distribusi (kantor kelurahan masing-masing) mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

- Waktu dan tata cara pendistribusian disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan kelurahan setempat.

- Beras yang didistribusikan berlabel ”Beras Raskin”.

- Untuk distribusi selama 12 bulan dikemas dalam takaran 15 Kg per sak.

Tim Raskin Kota Madiun hanya menyalurkan beras sampai di tingkat kelurahan. Beras Raskin untuk sampai ke penerima manfaat baik perorangan maupun kelompok dilaksanakan oleh petugas penyalur Raskin tim tingkat kelurahan dan kecamatan. Pembayaran Harga Penjualan Beras (HPS) Raskin dari RTM ke petugas penyalur Raskin kelurahan dan petugas kelurahan kepada satker Raskin Kota Madiun

(54)

commit to user

pada prinsipnya dilakukan secara langsung(cash and carry). Pemerintah melakukan kebijakan-kebijakan tertentu bagi RTS-PM yang tidak bisa membayar tunai.

Pemantauan dilakukan oleh Tim Program Raskin dan Sekretariat Program Raskin Kota Madiun. Jadwal pemantauan disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan evaluasi untuk menilai efektivitas pelaksanaan Raskin berdasarkan indikator kinerja program yang telah ditetapkan (sesuai dengan indikator 6T). Pengawasan dilakukan dengan 2 (dua) pola. Pengawasan dilakukan secara fungsional sesuai dengan Perundang-Undangan yang berlaku. Pengawasan non fungsional dilakukan oleh masyarakat melalui mekanisme kepadulian dan pengaduan lewat Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) Raskin dan Media Massa. Pelaporan dilakukan baik kepada BAKORWIL maupun ke Provinsi Jawa Timur. Pelaporan telah dilaksanakan secara berkala setiap bulan ke BAKORWIL Pemerintah dan Pembangunan Madiun, selain itu juga dibuat laporan akhir pelaksanaan program Raskin Tahun 2010 kepada Gubernur Jawa Timur pada akhir tahn anggaran.

Pendanaan kegiatan Raskin Tahun 2010 dibiayai dari dana APBN Tahun Anggaran 2010 yang penggunaannya untuk pengadaan beras kualitas medium kondisi baik beserta kemasannnya, biaya angkut dan ongkos kuli dari gudang Bulog sampai ke titik distribusi (kantor kelurahan) selama 12 bulan. Kekurangan jatah Raskin dianggarkan melalui APBD perubahan Kota Madiun Tahun Anggaran 2010. Untuk

(55)

commit to user

honorarium Petugas Penyalur serta honorarium Tim Program Raskin dan Sekretariat Program Raskin Kota Madiun dibiayai dari APBD Kota Madiun Tahun Anggaran 2010.

Pagu Alokasi Raskin Tahun 2008 Kota Madiun sejumlah 6.318 RTS-PM dengan total Raskin yang akan diberikan kepada RTS-PM sebanyak 916.110 Kg (Bulan Januari 10 kg/RTM dan 15 kg/bulan/RTM pada Pebruari-Oktober), sedangkan untuk tahun 2009 jumlah RTS-PM lebih sedikit 260 RTS-PM dari Tahun 2008 yaitu menjadi 6.058 RTS-PM, tetapi total Raskin yang diberikan lebih besar, yaitu 1.090.080 Kg (15 kg/bulan/RTM). Pada Tahun 2010 total Raskin yang didistribusikan menurun, sesuai dengan penurunan jumlah RTS-PM yang signifikan, yaitu 5.490 RTS-PM dengan total Raskin 933.300 Kg, dengan rincian 5 bulan sebesar 13kg/RTM (356.850)dan 7 bulan sebesar 15 kg/RTM (576.450). Seperti terlihat pada tabel sebagaimana di bawah ini.

Tabel 4.2. Pagu Alokasi Raskin Kota Madiun setelah penambahan Tahun 2008 – 2010 No KECAMATAN TAHUN 2008 2009 2010 RTS-PM KG RTS-PM KG RTS-PM KG 1 KARTOHARJO 2.063 299.135 1.876 338.040 1.705 289.850 2 MANGUHARJO 2.153 312.185 2.138 384.840 1.953 332.010 3 TAMAN 2.102 304.790 2.042 367.560 1.832 311.440 Jumlah 6.318 916.110 6.058 1.090.44 0 5.490 933.300 Sumber : Bagian Administrasi Perekonomian dan Sosial, Pemkot Madiun.

(56)

commit to user

Mekanisme penyaluran raskin Kota Madiun, mengikuti standar dari aturan Pemerintah Nasional. Penyaluran RASKIN berawal dari Surat Perintah Alokasi (SPA) dari Pemerintah Kota Madiun kepada Perum BULOG dalam hal ini kepada Kadivre/ Kasubdivre/KaKansilog Perum BULOG berdasarkan pagu RASKIN (jumlah beras dan jumlah Rumah Tangga Sasaran - RTS) dan rincian di masing-masing Kecamatan dan Kelurahan. Pada waktu beras akan didistribusikan ke Titik Distribusi, Perum BULOG berdasarkan SPA menerbitkan Surat Perintah Pengeluaran

Barang/Delivery Order (SPPB/DO) beras untuk masing-masing Kecamatan atau Kelurahan kepada Satker RASKIN. Satker RASKIN mengambil beras di gudang Perum BULOG, mengangkut dan menyerahkan beras RASKIN kepada Pelaksana Distribusi RASKIN di Titik Distribusi yaitu kelurah.

Di Titik Distribusi, penyerahan/penjualan beras kepada RTS-PM (Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat) RASKIN dilakukan oleh Tim Pelaksana Raskin tingkat kecamatan dan kelurahan. Di Titik Distribusi inilah terjadi transaksi secara tunai dari RTS-PM RASKIN ke Pelaksana Distribusi.

4.5 Model Pengelolaan Raskin

Prinsip pengelolaan Raskin adalah suatu nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan Raskin. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan Raskin. Keberpihakan kepada Rumah Tangga Miskin (RTM), yang

(57)

commit to user

maknanya mendorong RTM untuk ikut berperan aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelestarian seluruh kegiatan Raskin baik di kelurahan dan kecamatan, termasuk menerima manfaat atau menikmati hasilnya. Transparansi, yang maknanya membuka akses informasi kepada lintas pelaku Raskin terutama masyarakat penerima Raskin, yang harus tahu, memahami dan mengerti (Bappeda, 2009).

Prinsip-prinsip pengelolaan RASKIN meliputi : a. Keberpihakan kepada Rumah Tangga Miskin

b. Transparansi c. Partisipatif d. Akuntabilitas

4.6 Efektivitas Pelaksanaan Program Raskin 4.6.1 Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi (Monev) dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan pelaksananya, yaitu monev internal dan eksternal. Monev internal dilakukan oleh Tim Raskin Pusat, provinsi, dan kabupaten/kota, sementara monev eksternal dilakukan oleh lembaga lain di luar Tim Raskin, baik atas permintaan Tim Raskin, inisiatif sendiri lembaga yang bersangkutan, atau atas permintaan pihak lain di luar Tim Raskin.

Menurut Tabor dan Sawit (2006: 61) Program Raskin turut berperan dalam mengembangkan kemampuan publik untuk melakukan pemantauan atas program pelayanan pemerintah.

(58)

commit to user

Berdasarkan tinjauan terhadap berbagai dokumen, dapat disimpulkan bahwa monev eksternal memang telah dilakukan oleh berbagai lembaga, baik perguruan tinggi, organisasi nonpemerintah, lembaga penelitian, maupun lembaga internasional. Sebagian besar monev eksternal berbentuk evaluasi terhadap proses pelaksanaan Program Raskin dengan melakukan analisis data sekunder dan kunjungan lapangan. Sementara itu, monev eksternal yang melakukan evaluasi dampak sangat terbatas dan bersifat makro atau menggunakan data sekunder di tingkat nasional.

Monitoring dan evaluasi Kota Madiun dilakukan oleh Tim Program Raskin di Kota Madiun. Kegiatan monitoring seperti aspek pembayaran, jadwal penyaluran, timbangan, dan kualitas beras. Pengendalian Program Raskin di Kota Madiun dalam pelaksanaannya dilakukan dengan pemantauan, evalusi, Pengaduan Masyarakat dan pengawasan.

Pemantauan bertujuan untuk mengetahi pelaksanaan Program Raskin yang dilakukan oleh Tim Program Raskin dengan jadwal pemantauan sesuai kebutuhan.Evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas pelaksanaan Raskin berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengaduan masyarakat sekretariatnya berada di Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Madiun telah berfungsi dengan baik dan bertugas menampung pengaduan masyarakat yang kemudian tindaklanjut atas pengaduan tersebut

(59)

commit to user

secara tehnis akan diselesaikan oleh masing-masing instansi pelaksana Program Raskin sesuai dengan permasalahan pengaduan. Pada Tahun 2010 sampai Desember 2010 belum ada pengaduan dari masyarakat. Pengawasan dilakkan secara fungsional sesuai Perundang-Undangan yang berlaku dan non funfsional dilakkan oleh masyarakat melalui mekanisme kepedulian dan pengaduan lewat Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) Raskin dan Media Massa.

Hasil penelitian yang diambil dari data sekunder menunjukkan bahwa pelaksanaan Program Raskin di Kota Madiun telah berjalan dengan baik. Kalau pun ditemukan beberapa hasil yang berbeda dengan ketetapan yang ada di Pedoman umum, hal tersebut tidak merugikan RTM Penerima Raskin. Karena, perbedaan tersebut justru menambah hak raskin yang seharusnya didapatkan dari penetapan Pemerintah Nasional.

4.6.2 Tepat Sasaran

Sasaran dari program Raskin adalah Rumah Tangga Miskin Penerima Manfaat (RTM-PM). Para Rumah Tangga Miskin Penerima Manfaat (RTM-PM) adalah hasil pendataan dari Badan Pusat

Statistik Tahun 2008 dan dicatat dalam Daftar Penerima Manfaat (DPM-1). Jumlah RTM yang seharusnya menerima ada di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kartoharjo, Kecamatan Manguharjo, dan Kecamatan Taman yang tesebar di seluruh Kelurahan di Kota Madiun dari tahun 2008 sampai tahun 2010 sesuai dengan jumlah RTM

(60)

commit to user

aktual. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan raskin di Kota Madiun adalah tepat sasaran.

100% S S S s a ´ = 100% 289 289 S= ´ = 100% = 1

Hasil analisis tersebut dari Kelurahan Kartoharjo Kecamatan Kartoharjo sedangkan untuk kelurahan yang lain hasilnya dapat dilihat dalam tabel. Tabel 4.1 menyatakan bahwa di Kota Madiun tidak mengalami penggelembungan populasi keluarga penerima raskin, sehingga dapat dikatakan jumlah Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTM-PM) hasil pendataan BPS sama dengan sasaran yang seharusnya menerima.

Hastuti dan Maxwell (2003: 47) menunjukkan bahwa

ketepatan sasaran dipengaruhi oleh adanya ketegasan dan keseriusan kepala desa dalam membagikan Raskin hanya kepada RTM.

Kebijakan tersebut bisa diterima masyarakat Kota Madiun karena adanya upaya sosialisasi dari kepala desa bahwa Raskin hanya untuk RTM, dan adanya transparansi rumah tangga penerima.

(61)

commit to user

46

Tabel 4.3 Indeks Tepat Sasaran

Kecamatan/ Kelurahan 2008 2009 2010 Jumlah RTM Jumlah aktual Indeks (%) Jumlah RTM Jumlah aktual Indeks (%) Jumlah RTM Jumlah aktual Indeks (%) Kecamatan Kartoharjo Kel. Kartoharjo 289 289 1 213 213 1 181 181 1

Kel. Oro-Oro Ombo 271 271 1 257 257 1 237 237 1

Kel. Sukosari 122 122 1 122 122 1 111 111 1 Kel. Klegen 288 288 1 210 210 1 185 185 1 Kel. Rejomulyo 286 286 1 265 265 1 253 253 1 Kel. Pilangbango 185 185 1 193 193 1 179 179 1 Kel. Kanigoro 192 192 1 171 171 1 166 166 1 Kel. Tawangrejo 234 234 1 257 257 1 233 233 1 Kel. Kelun 196 196 1 190 190 1 160 160 1 Jumlah 2063 2063 1 1878 1878 1 1705 1705 1 Kecamatan Manguharjo Kel. Manguharjo 290 290 1 246 246 1 242 242 1 Kel. Patihan 269 269 1 290 290 1 232 232 1 Kel. Winongo 234 234 1 170 170 1 151 151 1

Kel. Madiun Lor 181 181 1 153 153 1 136 136 1

Kel. Pangongangan 157 157 1 172 172 1 152 152 1

Kel. Nambangan Lor 413 413 1 459 459 1 440 440 1

(62)

commit to user 47 Kecamatan/ Kelurahan 2008 2009 2010 Jumlah RTM Jumlah aktual Indeks (%) Jumlah RTM Jumlah aktual Indeks (%) Jumlah RTM Jumlah aktual Indeks (%) Kel. Ngegong 190 190 1 137 137 1 112 112 1 Kel. Segaten 147 147 1 150 150 1 143 143 1 Jumlah 2153 2153 1 2138 2138 1 1953 1953 1 Kecamatan Taman Kel. Taman 278 278 1 269 269 1 242 242 1 Kel. Mojorejo 239 239 1 197 197 1 182 182 1 Kel. Pandean 186 186 1 274 274 1 220 220 1 Kel. Banjarejo 221 221 1 214 214 1 199 199 1 Kel. Kuncen 107 107 1 57 57 1 49 49 1 Kel.Kejuron 300 300 1 309 309 1 300 300 1 Kel. Josenan 258 258 1 239 239 1 216 216 1 Kel. Demangan 262 262 1 261 261 1 253 253 1 Kel. Manisrejo 251 251 1 222 222 1 171 171 1 Jumlah 2102 2102 1 2042 2042 1 1832 1832 1 Jumlah (I + II + III) 6318 6318 1 6058 6058 1 5490 5490 1

(63)

commit to user 4.6.3 Tepat Jumlah

Pedoman Umum Raskin Tahun 2010 menyatakan bahwa kuota normatif bagi setiap RTM adalah 13 kg/KK/bulan. Hasil analisis yang ditampilkan pada tabel 4.4 menunjukkan kenyataan jumlah aktual raskin yang diterima para keluarga penerima raskin pada umumnya tepat jumlah tetapi ada yang melebihi jumlah raskin yang seharusnya diterima. Pemerintah Kota Madiun menyediakan 15kg/KK/bulan. Distribusi yang tepat Jumlah itu terjadi pada Bulan Januari s/d Oktober di tahun 2008 dan 12 bulan di tahun 2009 sedangkan Nopember –Desember 2008 dan 12 bulan di Tahun 2010 bantuan yang diberikan melebihi ketentuan dalam pedoman umum Raskin. Bulan Januari di tahun 2008, RTS-PM hanya menerima 10Kg, sedangkan Pebruari-Oktober 2008 sesuai ketentuan sebesar 15 kg/RTS-PM. Bantuan ini dilaksanakan sesuai dengan Surat Gubernur Jawa timur Nomor 518/18037/021/2007 tanggal 19 Desember 2007 tentang pelaksanaan Program Raskin tahun 2008, yang dilanjutkan dengan Surat Walikota Madiun Nomor 518/277/401.015/2008, yaitu tentang Pelaksanaan Program Raskin Tahun 2008 bahwa Kota Madiun mendapat alokasi raskin sejumlah 6.318 RTM dan masing-masing akan menerima beras sebanyak 10Kg selama 10 bulan dengan harga tebus sebesar Rp.1600,00/Kg.

Alokasi Pagu Raskin yang dipergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pendistribusian raskin oleh Tim Program Raskin di

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ..........................................................
Tabel 1.1. Pagu   Alokasi    Raskin       Kota    Madiun   sebelum   penambahan       Tahun 2008 – 2010  No  KECAMATAN  TAHUN 2008 2009  2010  RTS-PM  KG  RTS-PM  KG  RTS-PM  KG  1  KARTOHARJO  2.063  206.300  1.876  338.040  1.705  265.980  2  MANGUHARJO
Tabel  2.1  Studi Tentang Efektivitas Pelaksanaan Program Raskin
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut, patut untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan metode Salafi Pondok Pesantren (metode Sorogan dan metode

Konstruksi atas menggunakan struktur rangka baja.. Untuk tiang pancang pada masing-masing abutment berjumlah 24 tiang dan pada pilar berjumlah 35 tiang. c)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian sistem pendukung keputusan pemilihan lokasi restoran adalah sebagai

Masalah yang dikemukakan merupakan refleksi dari pengalaman nyata yang terjadi dalam pembelajaran mata kuliah yang diampu yang antara lain dapat ditandai dengan

Untuk pelaksanaan pendistribusian Raskin di masing-masing Kota Administrasi dan Kabupaten Admiroistrasi Kepulauan Seribu diatur lebih lanjut dengan- Petunjuk Teknis Program Beras

Dalam pembahasan penelitian yang dilakukan ini berdasarkan permasalahan anak kelompok B TK ABA Sabrang 2 Delanggu Klaten yang sudah diselesaikan dan sudah mencapai tujuan dan

> untuk indosata trialnya seperti gambar dibawah, maka masuk ke emas, masuk ke containment (MOM Based) dan rubah portD ke data 2 (jika 1