• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1 Analisis Situasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1.1 Analisis Situasi."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

Olahraga woodball masuk dan diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2006. (Kriswantoro, 2012,:1, Dwiyogo 2009). Sebagai olahraga baru, dalam artian baru dikenal oleh khalayak, jelas sekali perlu sosialisasi dari seluruh pihak terkait untuk memajukan olahraga ini. Semakin banyak orang mengetahui, semakin banyak orang bertanya tentang keberadaan olahraga ini, maka akan semakin banyak bahasan-bahasan tentang olahraga ini, sehingga secara otomatis banyak yang akan peduli, dan yang paling nyata, akan semakin banyak orang melakukan atau memainkan olahraga ini. Sehingga berbagai macam bentuk sosialisasi terkait dengan keberadaan olahraga ini, sangat diperlukan, terutama keberadaan olahraga woodball ini di Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Buleleng pada khususnya.

Tripilar pengembangan keolahragaan, olahraga pendidikan, olahraga prestasi dan olahraga kesehatan dan rekreasi merupakan wadah yang sangat ideal untuk pengembangan sebuah cabang olahraga (Nala, 1992:32). Ketika sebuah olahraga tersebut bisa masuk kedalam ketiga sistem/pilar dari pengemabangan keolahragaan maka bisa diharapkan sebuah olahraga tersebut bisa maju dan menjadi motor penggerak bagi sistem-sistem lainnya. Atau bagi olahraga itu sendiri jelas akan sangat menguntungkan karena akan banyak menjadi perhatian.

Demikian juga dalam bidang olahraga prestasi, wacana publik tentang prestasi sangat mempengaruhi perkembangan sebuah olahraga. Dengan asumsi, seseorang memilih/menekuni sebuah kegiatan olahraga karena mereka pasti ingin berprestasi atau mendapatkan penghargaan dengan meraih hadiah atau sejumlah prize money dengan memenangkan sebuah turnamen atau kejuaraan dalam lingkup atau cakupan wilayah tertentu. Dengan demikian, pembinaan secara berjenjang untuk meraih prestasi optimal di usia puncak pasti akan sangat semarak dilakukan seperti halnya olahraga-olahraga populer lainnya seperti, sepakbola, bolavoli, renang, begitu juga dengan olahraga woodball.

(2)

2

Mencapai prestasi harus didukung dengan tiga komponen prestasi antara lain: 1. komponen fisik, 2. komponen teknik dan 3. komponen mental. Ke tiga komponen ini harus saling berhubungan dan harus saling mendukung sehingga prestasi olahraga akan bisa kita peroleh dengan maksimal. Ketiga komponen ini tidak boleh timpang dalam artian, jika fisiknya kurang maka akan berpengaruh terhadap teknik dan mental, begitu juga apabila tekniknya kurang maka prestasi tidak bisa meningkat, mental juga sangat berpengaruh terhadap prestasi olahraga.

1.1 Analisis Situasi.

Woodball kabupaten Bangli, terbentuk tanggal 5 februari 2011 dengan jumlah atlet pada saat itu adalah 20 orang. Sesuai dengan obsevasi ke Pengcab IWbA Bangli. Tabel prestasi yang sudah dicapai oleh atlet woodball pengcab Bangli. dalam perkembangannya woodball banyak memperebutkan medali pada event event lokal, regional dan nasional. namun dalam kenyataanya, atlet atlet di kabupaten bangle terutama usia pelajar masih minim prestasi, sebut saja namanya Alit Gunawan dari SD 1 Bunutin, Atlet ini belum pernah memperoleh medali sama sekali, dari ke 20 Atlet yang dimiliki kabupaten bangle, hanya 50% saja yang dapat mendulang medali. atlet yang mendulang medali antara lain, Ni Kadek Aryanthi Apsari (Juara 3 Pairw perorangan Margarana cup. Juara 3 doble beregu struke porprov 2013), Pandu waisnawa (Juara 3 parwai perorangan.) Galih Nugroho (Juara 3 doble beregu struke porprov 2013), I Kadek Widiana (Juara 3 doble beregu putra struke porprov 2013) I Gede Alit Banjar(Juara 3 doble beregu putra struke porprov 2013), itu pun hanya duduk di peringkat 2 dan 3. setelah diindetifikasi ternyata ada beberapa hal yang menyebabkan prestasi atlet Woodball di kabupaten bangle tidak mencapai maksimal.Penurunan prestasi woodball di Kabupaten Bangli di karenakan oleh faktor fisik, teknik dan mental yang belum diasah dengan baik. Terkait masalah fisik pemain woodball bangli belum memiliki fisik yang baik ini terlihat dari:

(3)

3 Tabel 02. Analisis situasi fisik.

No Komponen Fisik Identifikasi Masalah 1 Daya tahan (Vo2

maks)

Pemain woodball harus memiliki daya tahan (Vo2 maks) yang baik. Rata-rata pertandingan woodball adalah 4-5 jam, satu kali game. Atlet bangli belum memiliki daya tahan yang bagus dan harus di tingkatkan.

2 Kekuatan otot tungkai dan daya tahan otot

Ini dapat dilihat diketahui dari kekuatan memegang mallet dan kuda kuda pada saat memukul bola. Kuda-kuda persiapan memukul bola masih belum kuat, posisi kuda-kuda masih salah.

3 Kelentukan Kelentukan pinggang masih belum maksimal. Ini dilihat dari gerakan mengayun mallet pada saat pukulan panjang, belum baik.

4 Latihan fisik Belum mencakup keseluruhan komponen kondisi fisik.

5 Instrumen fisik Belum ada instrument

Teknik harus benar-benar dikuasai dan harus benar, teknik yang salah akan berakibat prestasi tidak di peroleh dengan maksimal. Teknik awal yang salah akan berpengaruh terhadap teknik tersebut, karena teknik yang salah akan permanen atau tetap, susah di rubah.

Tabel 03. Analisis situasi fisik Teknik.

No Komponen Teknik Identifikasi Masalah 1 Teknik pegangan

mallet,

Masih banyak yang salah dan goyang dalam memegang mallet,

2 Teknik kuda-kuda Masih belum anatomis dan ergonomis, maka harus di perhatikan kuda-kuda yang baik.

3 Teknik ayunan mallet

Masih banyak yang belum tepat perkenaanya dengan bola, ada yang diatas bola ada yang mencangkul rumput.

4 Teknik

memasukkan bola ke gawang.

Masih salah kuda-kudanya, jarak antara bola dan kaki jauh sehingga akurasi kurang, dan atlet mengalami masalah dalam memasukkan bola ke gawang, akurasinya belum tepat.

(4)

4

Faktor mental atau psikis, menjadi modal penting dalam mencapai prestasi woodball di bangli, identifikasi masalah.

Tabel 04. Analisis Komponen Mental.

No Komponen Mental Identifikasi Masalah 1 Motivasi

berprestasi

Motivasi berprestasi masih rendah, semangat berprestasi masih rendah.

2 Kecemasan, Percaya diri

Kecemasan dan percaya diri masih rendah, masih ada gerogi dalam bertanding

3 Latihan Mental Belum ada 4 Istrumen Mental Belum ada

Tabel di atas menunjukkan data atlet woodball Kabupaten Bangli masih rendah prestasinya. Secara umum ketiga komponen prestasi harus di perhatikan dengan baik sehingga berjalan beriringan untuk menghasilkan prestasi. Kondisi diatas perlu mendapat perhatian berbagai pihak terutama akademisi yang perduli terhadap perkembangan woodball di kabupaten Bangli. Universitas Pendidikan Ganesha sebagai Perguruan Tinggi yang memiliki tugas Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu; 1) pendidikan dan pengajaran, 2) penelitian, dan 3) pengabdian pada masyarakat, mempunyai kewajiban untuk membantu memecahkan beberapa permasalahan dimasyarakat melalui Tri Darma Perguruan Tinggi. Melalui program pengabdian pada masyarakat tahun 2016 ini, kami bermaksud menyelenggarakan “Pelatihan Komponen Olahraga Prestasi Bagi Pengcab Woodball di Kabupaten Bangli Tahun 2016”.

1.2 Identifikasi Perumusan Masalah.

Berdasarkan analisis diatas, permasalahan yang di hadapi mitra (dalam hal ini organisasi International Woodball Asociation (IWbA) Kabupaten Bangli dapat difinisikan sebagai berikut :

Permasalahan Mitra Solusi yang ditawarkan

(5)

5 pengalaman terkait komponen kondisi fisik

terkair dengan : Pelatihan Fisik dan komponen kondisi fisik olahraga woodball, komponen fisik terdiri dari :

1. Kekuatan. 2. Kelentukan.

3. Power otot tungkai. 4. Daya tahan umum. 5. Daya tahan otot.

6. Jenis latihan kondisi fisik. 7. Instrumen kondisi fisik 2. Terbatasnya pemahaman

pengetahuan dan praktek teknik bermain woodball.

Memberikan pengetahuan dan praktek terkait teknik olahraga woodball.

1. Teknik pegangan mallet, 2. Teknik ayunan mallet

3. Teknik memasukkan bola ke gawang.

4. Latihan teknik woodball.

5. Belum menggunakan ilmu biomekanika olahraga dan kinesiologi olahraga.

6. Istrumen pengukuran teknik. 3. Terbatasnya pemahaman

pengetahuan dan praktek mental (psikologis) bermain woodball.

Memberkan pengetahuan dan praktek terkait mental (psikologis) olahraga woodball. Faktor-faktor mental terdiri dari. 1. Kecemasan, 2. Konsentrasi, 3. Percaya diri, 4. Imageri training. 5. Kuisener Psikis.

Oleh karena itu, permasalahan yang hendak di jawab melalui program pengabdian pada masyarakat ini adalah :

1. Menerapkan proses pelatihan komponen fisik dalam pencapaian prestasi olahraga woodball Pengcab Woodball Kabupaten Bangli Tahun 2016.

2. Menerapkan proses pelatihan komponen teknik dalam pencapaian prestasi olahraga woodball Pengcab Woodball Kabupaten Bangli Tahun 2016.

(6)

6

3. Menerapkan proses pelatihan komponen mental dalam pencapaian prestasi olahraga woodball Pengcab Woodball Kabupaten Bangli Tahun 2016

1.3 Tujuan Kegiatan.

Tujuan kegiatan dalam pelaksanaan pengabdian pada masyarakat ini adalah :

1. Memberikan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan kepada atlet pemula Pengcab Woodball Kabupaten Buleleng terkait analisis fisik olahraga woodball sehingga bisa melahirkan atlet yang berprestasi.

2. Memberikan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan kepada atlet pemula Pengcab Woodball Kabupaten Buleleng terkait analisis teknik olahraga woodball sehingga bisa melahirkan atlet yang berprestasi.

1.4 Manfaat Kegiatan.

Manfaat yang bisa didapatkan dari kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat ini adalah : 1. Pengcab Woodball Kabupaten Bangli memiliki pemahaman, pengetahuan, dan

keterampilan terkait pelatihan komponen fisik dalam olahraga woodball. 2. Pengcab Woodball Kabupaten Bangli memiliki pemahaman, pengetahuan, dan

keterampilan terkait pelatihan komponen teknik dalam olahraga woodball. 3. Pengcab Woodball Kabupaten Bangli memiliki pemahaman, pengetahuan, dan

keterampilan terkait pelatihan komponen mental dalam olahraga woodball. 1.5 Khalayak Sasaran.

Khalayak sasaran strategis yang menjadi sasaran dalam pelaksanaan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini adalah Pengurus Cabang Woodball Kabupaten Bangli, atlet pemula yang bergabung dibawah pengcab Woodball Kabupaten Bangli, total peserta dalam pelaksaan Pengabdian pada Masyarakat ini adalah 35 orang.

(7)

7 BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

1.Fisik Woodball.

Permainan woodball mempunyai karakteristik yang mirip dengan permainan golf. (Irdiyana. P. 2010) Dimana sasaran dalam permainan ini adalah berusaha memasukkan bola kedalam sasaran yang telah ditentukan dengan sedikit mungkin jumlah pukulan. Sehingga pemenang dalam permainan woodball ini adalah pemain dengan jumlah pukulan paling sedikit dibanding dengan pemain lainnya. Sementara itu, ada juga metode lain dalam penentuan kemenagnannya, yaitu pemenang di tentukan dengan penghitungan jumlah kemenangan tiap ”gate” sasaran untuk memasukkan bola dari total jumlah gate yang dipertandingkan.

Kondisi fisik dalam olahraga woodball sangat di perlukan, kondisi fisik sering juga diistilahkan dengan komponen kesegaran jasmani (komponen biomotorik). Menurut Nala (1998) ada 10 komponen kondisi fisik, antara lain :

1. Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakuakn kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima beban sewaktu melakukan aktivitas.

2. Daya tahan adalah kemampuan tubuh dalam melakukan aktivitas terus menerus yang berlangsung cukup lama.

3. Daya ledak adalah kemampun dalam melakukan aktivitas secara tiba-tiba dan cepat dalam mengerahkan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat.

4. Kecepatan adalah kemampuan mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang singkat.

5. Kelentukan adalah kesanggupan tubuh atau anggota gerak tubuh untuk melakukan gerakan pada sebuah atau beberapa sendi seluas luasnya.

6. Kelincahan adalah kemampuan tubuh atau baggian tubuh untuk mengubah arah gerakan secara mendadak dalam kecepatan yang tinggi.

7. Ketepatan adalah kemampuan tubuh untuk mengendalikan gerak bebas menuju ke suatu sasaran.

(8)

8

8. Reaksi kemampuan tubuh atau anggota tubuh untuk bereaksi secepat mungkin ketika ada rangsangan yang diterima oleh reseptor somatik, kinestetik atau vestibular.

9. Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap perubahan posisi tubuh sehingga tubuh tetap stabil terkendali.

10. Koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk mengintegrasikan beberapa gerakan yang berbeda menjadi gerakan tunggal yang harmonis dan efektif.

2.2. Mental untuk Woodball.

Drever (1971) mendefinisikan mind atau mental sebagai keseluruhan struktur dan proses baik yang disadari maupun tidak, dan merupakan bagian dalam psike yang terorganisir. Nideffer menyebut mental training sebagai mental rehearsal, suatu proses perlakuan dimana akhirnya atlet dapat mengubah sikap mentalnya, memotivasi diri sendiri, lebih cepat mempelajari ketrampilan baru serta dapat meningkatkan seluruh kemampuannya dalam berbagai situasi pertandingan.

Unestahl membedakan pengertian antara mental conditioning dan mental training/mental strength training:

1. mental conditioning: usaha menjaga keadaan mental atlet dalam keadaan tertentu menunjukkan kemampuan untuk dapat menanggung beban mental yang seharusnya atlit tersebut memang dapat menanggungnya (dalam berbagai situasi pertandingan)

2. mental training/mental strength training: upaya untuk meningkatkan kemampuan dan ketahanan mental atlit, yang mengandung kesanggupan untuk mengembangkan kemampuan dalam keadaan bagaimanapun juga, menghadapi hambatan dari dalam diri maupun luar di saat pertandingan.

3. Di samping mental strength training, Unestahl mengemukakan perlunya “the inner mental preparation”, semacam teknik meditasi yang juga sering disebut “trancendental meditation” untuk dapat mengembangkan kekuatan-kekuatan yang terdalam (tenaga dalam) atlet. Di Tae Nung Training Centre (Korea), mental

(9)

9

training dilengkapi dengan teknik meditasi (kepercayaan dan agama). Sedangkan tentang peran mental training, Unestahl (1988) mengatakan:

4. “Mental training merupakan latihan jangka panjang dan sistematis untuk berkembang dan belajar mengendalikan: 1) tingkah laku 2) penampilan 3) emosi dan mood-states (suasana hati) 4) proses-proses badaniah”

Teknik-teknik mental training Strategi pembinaan mental agar tidak gugup atau cemas, dan semacamnya saat pertandingan, menurut Weinberg (1984):

1. Attentional focus atau concentration 2. Self-efficacy statement

3. Relaxation 4. Imagery

5. Preparatory Arousal

6. Relaxation: “I just tried to relax all of my muscles and think about something else”.

Secara fisik, emosional dan mental, relaksasi ditandai dengan tidak adanya aktivitas dan ketegangan (tension), suatu suasana penuh ketenangan apabila dapat dijauhkan segala perasaan yang berhubungan kebutuhan hidup sehari-hari. Ini bisa dengan tidur terlentang, duduk bersandar dan lainnya sesuai sifat kepribadian individu, biasanya sekitar 5-15 menit. Mental Imagery: “I picture my self in perfect balance”. Bagi Terry Orlick, visualisasi mental ini merupakan semi simulasi, terjadi dalam otak. Mental Imagery dapat meningkatkan kemampuan individu dalam menghadapi berbagai permasalahan; atlit lebih siap dengan gerakan sulit, karena sebelumnya sudah divisualisasikan dalam pikiran.

Aspek-aspek kecakapan mental psikologis (psychological skills) yang bisa dilatih, mencakup banyak hal meliputi aspek-aspek pengelolaan emosi, pengembangan diri, peningkatan daya konsentrasi, penetapan sasaran, persiapan menghadapi pertandingan, dan sebagainya. Bentuk latihan kecakapan mental yang paling umum dilakukan oleh atlet elit adalah:

(10)

10

Berfikir positif dimaksudkan sebagai cara berfikir yang mengarahkan sesuatu ke arah yang positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berfikir positif dapat menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi dan menjalin kerjasama antara berbagai pihak. Pikiran positif akan diikuti dengan tindakan dan perkataan positif pula, karena pikiran akan menuntun tindakan.

b. Membuat catatan harian latihan mental (mental log).

Catatan latihan mental merupakan catatan harian yang ditulis setiap atlet selesai melakukan latihan, pertandingan, atau acara lain yang berkaitan dengan olahraganya. Dalam buku catatan latihan mental ini dapat dituliskan pikiran, bayangan, ketakutan, emosi, dan hal-hal lain yang dianggap penting dan relevan oleh atlet. Catatan ini semestinya dapat menceritakan bagaimana atlet berfikir, bertindak, bereaksi, juga merupakan tempat untuk mencurahkan kemarahan, frustrasi, kecewa, dan segala perasaan negatif jika melakukan kegagalan atau tampil buruk. Dengan melakukan perubahan pola pikir akan hal-hal negatif tadi menjadi positif, atlet dapat menggunakan catatan latihan mentalnya sebagai “langkah baru” — setelah anda mengalami frustrasi, keraguan, ketakutan, ataupun perasaan berdosa/bersalah – untuk kembali membangun sikap mental yang positif dan penuh percaya diri.

c. Penetapan sasaran (goal-setting).

Penetapan sasaran (goal-setting) perlu dilakukan agar atlet memiliki arah yang harus dituju. Sasaran tersebut bukan melulu berupa hasil akhir (output) dari mengikuti suatu kejuaraan. Penetapan sasaran ini sedapat mungkin harus bisa diukur agar dapat melihat perkembangan dari pencapaian sasaran yang ditetapkan. Selain itu pencapaian sasaran ini perlu ditetapkan sedemikian rupa secara bersama-sama antara atlet dan pelatih. Sasaran tersebut tidak boleh terlalu mudah, namun sekaligus bukan sesuatu yang mustahil dapat tercapai. Jadi, sasaran tersebut harus dapat memberikan tantangan bahwa jika atlet bekerja keras maka sasaran tersebut dapat tercapai. Dengan demikian penetapan sasaran ini sekaligus dapat pula berfungsi sebagai pembangkit motivasi.

(11)

11 d. Latihan relaksasi.

Tujuan daripada latihan relaksasi, termasuk pula latihan manajemen stres, adalah untuk mengendalikan ketegangan, baik itu ketegangan otot maupun ketegangan psikologis. Ada berbagai macam bentuk latihan relaksasi, namun yang paling mendasar adalah latihan relaksasi otot secara progresif. Tujuan daripada latihan ini adalah agar atlet dapat mengenali dan membedakan keadaan rileks dan tegang. Biasanya latihan relaksasi ini baru terasa hasilnya setelah dilakukan setiap hari selama minimal enam minggu (setiap kali latihan selama sekitar 20 menit). Sekali latihan ini dikuasai, maka semakin singkat waktu yang diperlukan untuk bisa mencapai keadaan rileks. Bentuk daripada latihan relaksasi lainnya adalah “autogenic training” dan berbagai latihan pernapasan. Latihan relaksasi ini juga menjadi dasar latihan pengendalian emosi dan kecemasan. Latihan relaksasi dapat pula dilakukan dengan bantuan alat seperti “galvanic skin response”, “floatation tank”, dan juga berbagai paket rekaman kaset latihan relaksasi yang mulai banyak beredar di pasaran. e. Latihan visualisasi dan imajeri.

Latihan imajeri (mental imagery) merupakan suatu bentuk latihan mental yang berupa pembayangan diri dan gerakan di dalam pikiran. Manfaat daripada latihan imajeri, antara lain adalah untuk mempelajari atau mengulang gerakan baru; memperbaiki suatu gerakan yang salah atau belum sempurna; latihan simulasi dalam pikiran; latihan bagi atlet yang sedang rehabilitasi cedera. Latihan imajeri ini seringkali disamakan dengan latihan visualisasi karena sama-sama melakukan pembayangan gerakan di dalam pikiran. Namun, di dalam imajeri si atlet bukan hanya ‘melihat’ gerakan dirinya namun juga memberfungsikan indera pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Untuk dapat menguasai latihan imajeri, seorang atlet harus mahir dulu dalam melakukan latihan relaksasi.

f. Latihan konsentrasi.

Konsentrasi merupakan suatu keadaan dimana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu obyek tertentu dalam waktu tertentu. Dalam olahraga, masalah yang paling sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah berkurangnya akurasi lemparan, pukulan, tendangan, atau tembakan sehingga tidak mengenai sasaran. Akibat lebih

(12)

12

lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah dipersiapkan menjadi tidak jalan sehingga atlet akhirnya kebingungan, tidak tahu harus bermain bagaimana dan pasti kepercayaan dirinya pun akan berkurang. Selain itu, hilangnya konsentrasi saat melakukan aktivitas olahraga dapat pula menyebabkan terjadinya cedera. Tujuan daripada latihan konsentrasi adalah agar si atlet dapat memusatkan perhatian atau pikirannya terhadap sesuatu yang ia lakukan tanpa terpengaruh oleh pikiran atau hal-hal lain yang terjadi di sekitarnya. Pemusatan perhatian tersebut juga harus dapat berlangsung dalam waktu yang dibutuhkan. Agar didapatkan hasil yang maksimal, latihan konsentrasi ini biasanya baru dilakukan jika si atlet sudah menguasai latihan relaksasi. Salah satu bentuk latihan konsentrasi adalah dengan memfokuskan perhatian kepada suatu benda tertentu (misalnya: nyala lilin; jarum detik; bola atau alat yang digunakan dalam olahraganya). Lakukan selama mungkin dalam posisi meditasi.

Menurut Weinberg dan Gould (dalam Satiadarma, 2000:191) menjelaskan bahwa dengan mengembangkan kemampuan imagery (keterampilan psikologis), kondisi fisik dan psikis seseorang akan menjadi lebih baik, hal ini disebabkan karena adanya dampak :

a. Meningkatkan konsentrasi b. Meningkatkan rasa percaya diri c. Mengendalikan responsi emosional d. Memperbaiki latihan keterampilan e. Mengembangkan strategi

f. Mengatasi rasa sakit

Aspek-aspek kecakapan mental psikologis (psychological skills) yang bisa dilatih, mencakup banyak hal meliputi aspek-aspek pengelolaan emosi, pengembangan diri, peningkatan daya konsentrasi, penetapan sasaran, persiapan menghadapi pertandingan, dan sebagainya. Yuanita Nasution (2007) mengungkapkan Bentuk latihan kecakapan mental yang paling umum dilakukan oleh atlet adalah:

(13)

13

Berfikir positif dimaksudkan sebagai cara berfikir yang mengarahkan sesuatu ke arah yang positif semisal melihat sisi baiknya.

2. Membuat catatan harian latihan mental (mental log)

Catatan latihan mental merupakan catatan harian yang di tulis setiap atlet selesai melakukan latihan, pertandingan, atau acara lain yang berkaitan dengan olahraganya. Dalam buku catatan latihan mental ini dapat dituliskan pikiran, bayangan, ketakutan, emosi, dan hal-hal lain yang dianggap penting dan relevan oleh atlet.

3. Penetapan sasaran (goal setting)

Penetapan sasaran (goal-setting) perlu dilakukan agar atlet memiliki arah yang harus di tuju. Sasaran tersebut bukan melulu berupa hasil akhir (output) dari mengikuti suatu kejuaraan. Penetapan sasaran ini sedapat mungkin harus bisa di ukur agar dapat melihat perkembangan dari pencapaian sasaran yang ditetapkan. 4. Latihan relaksasi

Tujuan daripada latihan relaksasi, termasuk pula latihan manajemen stres, adalah untuk mengendalikan ketegangan, baik itu ketegangan otot maupun ketegangan psikologis contohnya latihan pernafasan.

5. Latihan visualisasi dan imageri (mental imagery)

Merupakan suatu bentuk latihan mental yang berupa pembayangan diri dan gerakan di dalam pikiran. Manfaat daripada latihan imajeri, antara lain adalah untuk mempelajari atau mengulang gerakan baru;memperbaiki suatu gerakan yang salah atau belum sempurna; latihan simulasi dalam pikiran, latihan bagi atlet yang sedang rehabilitasi cedera.

6. Latihan konsentrasi

Tujuan daripada latihan konsentrasi adalah agar atlet dapat memusatkan perhatian atau pikirannya terhadap sesuatu yang di lakukan tanpa terpengaruh oleh pikiran atau hal-hal lain yang terjadi di sekitarnya. Pemusatan perhatian tersebut juga harus dapat berlangsung dalam waktu yang dibutuhkan. Agar mendapatkan hasil yang maksimal, latihan konsentrasi ini biasanya baru dilakukan jika atlet sudah menguasai latihan relaksasi. Salah satu bentuk latihan konsentrasi adalah dengan

(14)

14

memfokuskan perhatian kepada suatu benda tertentu (misalnya : nyala lilin; jarum detik, bola atau alat yang digunakan dalam olahraganya)

7. Latihan mental dilakukan hampir setiap saat, di rumah, menjelang dan sesudah latihan, selama masa jedah (time-out) (Weinberg dan Gould dalam Satiadarma, 2000:195) atau pada saat istirahat, pada masa pemulihan atau rehabilitasi (Leleva dan Orlick dalam Satiadarma, 2000:195). Pada periode latihan maupun pertandingan, baik sebelum maupun sesudahnya, latihan imagery dapat dilakukan selama lebih kurang 10 menit, pada sejumlah atlet dapat melakukan latihan imagery dalam waktu yang relatif lebih lama namun bagi sejumlah atlet pemula jangka waktu latihan melebihi 10 menit cenderung mengganggu konsentrasi atlet pemula tersebut (Weinberg dan Gould dalam Satiadarma, 2000:195

4.2. Teknik woodball

Teknik dasar bermain woodball meliputi teknik, teknik tanpa menggunakan alat dan teknik dengan menggunakan alat. Teknik tanpa menggunakan alat terdiri dari a. Gerakan Mengayun, b.Setup (persiapan) dan c. Rutinitas preswing (wagle) tanpa alat. Teknik menggunakan alat. a.Rutinitas preswing dengan mallet, b. Pukulan Jarak jauh, c. Pukulan jarak menengah, d.Pukulan jarak jauh, dan e. Pukulan ke gawang (gating).

(15)

15 BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 . Kerangka Pemecahan Masalah.

Adapun kerangka pemecahan masalah pada Pengabdian pada Masyarakat adalah :

1. Mengadakan kerjasama dengan International Woodball Asociation (IWbA) Kabupaten Bangli sebagai mitra untuk mensosialisasikan dan mengembangkan olahraga woodball di Kabupaten Bangli.

2. Menyampaikan surat undangan sebagai peserta pelatihan kepada Pengcab Kabupaten Bangli.

3. Mengadakan kegiatan pengabdian pada masyarakat pelatihan komponen olahraga prestasi bagi pengcab woodball di Kabupaten Bangli.

4. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat.

5. Menyusun laporan penyelenggaraan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat.

3.2 .Metode Kegiatan.

Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah:

1. Metode ceramah yaitu menyampaikan materi komponen olahraga prestasi yakni komponen fisik ilmu kondisi fisik, teknik di barengi dengan ilmu biomekanika dan kinesiology olahraga dan mental (ilmu psikologi) dalam olahraga woodball.

2. Metode pelatihan dengan memberikan pelatihan komponen olahraga prestasi yakni komponen fisik, teknik dan mental dalam olahraga woodball.

(16)

16

3. Metode diskusi yaitu melakukan diskusi pada saat penyampaian materi maupun praktek lapangan mengenai komponen olahraga prestasi yakni komponen fisik, teknik dan mental dalam olahraga woodball.

4. Metode evaluasi dengan memberikan soal, kuisener dan penilain langsung oleh pemateri.

3.3 Keterkaitan.

Penyelenggaraan kegiatan pengabdian pada masyarakat dalam bentuk pelatihan komponen olahraga prestasi di Kabupaten Bangli Tahun 2016 memiliki keterkaitan untuk mensosialisasikan dan mengenalkan olahraga woodball sedini mungkin pada generasi muda di Kabupaten Bangli, sebagai salah satu tujuan dari pemasalan dan pembibitan olahraga dan meningkatkan prestasi olahraga woodball. Selain itu keterkaitan lain adalah sebagai sorang dosen olahraga di Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha hendaknya memiliki tanggung jawab moral untuk memeberikan informasi terkait dengan pengembangan olahraga baru khususnya olahraga woodball.

3.4 Rancangan Evaluasi.

Penyelenggaraan kegiatan pengabdian pada masyarakat dalam bentuk pelatihan komponen olahraga prestasi di Kabupaten Bangli Tahun 2016 memiliki keterkaitan untuk mensosialisasikan dan mengenalkan olahraga woodball sedini mungkin pada generasi muda di Kabupaten Bangli, sebagai salah satu tujuan dari pemasalan dan pembibitan olahraga dan meningkatkan prestasi olahraga woodball. Selain itu keterkaitan lain adalah sebagai sorang dosen olahraga di Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha hendaknya memiliki tanggung jawab moral untuk memeberikan informasi terkait dengan pengembangan olahraga baru khususnya olahraga woodball.

(17)

17 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN.

4.1 Hasil Pelaksanaan.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada 14-16 Juni 2016 mulai pukul 09.00-14.00 WITA, selama 3 hari materi di kelas dan praktek. Kegiatan ini bertempat di SMA Negeri 1 Bangli dan peserta yang di berjumlah 35 orang berasal dari Atlet PENGCAB Woodball Bangli. Fasilitator dalam kegiatan ini berjumlah 2 orang yaitu Bapak I Gede Eka Budi Darmawan, S.Pd., M.Or staf dosen Jurusan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga Undiksha dan Kadek Anderzen, S.Pd., M.Pd staf dosen Jurusan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga Undiksha dan Gede Doddy Tisna MS, S.Or., M.Or sataf dosen di staf dosen Jurusan Ilmu Keolahraga, Fakultas Olahraga Undiksha

Berhubung pada waktu dilaksanakan pelatihan, Ketua LP3M Undiksha berhalangan hadir, sehingga pembukaan secara resmi pelatihan pelatih dan wasit bagi Pengcab woodball Kabupaten Bangli Tahun 2016 diwakili oleh Ketua Panitia.

Pemaparan materi pelatihan pelatih fisik dan program latihan dan pelatihan fisik dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2016. Agenda pertama adalah pemberikan materi pembuatan program pelatihan olahraga woodball dan materi teknik olahraga woodball. Selanjutnya adalah praktek pembuatan program pelatihan dan praktek teknik secara berkelompok, dimana kegiatan ini dilaksanakan di lapangan Taman Kota Singaraja.

Hasil praktek pembuatan program pelatihan yang dibagi menjadi 5 kelompok, dimana kelompok 1 memperoleh nilai 92, kelompok 2 memperoleh nilai 88, kelompok 3 memperoleh nilai 90, kelompok 4 memperoleh nilai 85, kelompok 5 memperoleh nilai 95. Rata-rata pembuatan program pelatihan adalah 90.

(18)

18

Pada hari ke dua tanggal 15 Juni 2016 di lakukan pelatihan mental dengan narasumber bapak Kadek Anderzen S.Pd., M.Pd. Sedangkan hasil pelatihan mental di bagi menjadi 5 kelompok dan hasilnya sesuai dengan butir pengamatan mental mendapat keterangan score rata-rata sangat baik.

Pada hari ke tiga tanggal 16 Juni 2016 di laksanakan pelatihan teknik dengan narasumber Gede Doddy Tisna Ms, S.Or., M.Or. Untuk keterampialan teknik yang dibagi seluruh peserta pengabdian mahasyarakat sesuai dengan pengamatan pelatih dengan katagori baik. Adapun rentangan nilai, 50-70 kurang, 70-80 cukup, 80-90 baik, dan 90-100 sangat baik.

Kegiatan pelatihan ditutup oleh ketua P2M mewakili ketua LPM Undiksha. Selama kegiatan, peserta terlihat sangat antusias mengikuti acara P2M. Hal ini terbukti dari tidak ada peserta yang izin selama kegiatan berlangsung.

4.2 Pembahasan.

Permainan woodball mempunyai karakteristik yang mirip dengan permainan golf. (Irdiyana. P. 2010) Dimana sasaran dalam permainan ini adalah berusaha memasukkan bola kedalam sasaran yang telah ditentukan dengan sedikit mungkin jumlah pukulan. Sehingga pemenang dalam permainan woodball ini adalah pemain dengan jumlah pukulan paling sedikit dibanding dengan pemain lainnya. Sementara itu, ada juga metode lain dalam penentuan kemenagnannya, yaitu pemenang di tentukan dengan penghitungan jumlah kemenangan tiap ”gate” sasaran untuk memasukkan bola dari total jumlah gate yang dipertandingkan.

Sejalan dengan analisis permasalahan yang ditemukan dilapangan, dapat diidentifikasi permasalahan :

1. Bagaimanakah proses pelatihan fisik berupa pembuatan program latihan bagi Pengcab Woodball Kabupaten Bangli Tahun 2016?

(19)

19

2. Bagaimanakah proses pelatihan mental bagi Pengcab Woodball Kabupaten Bangli Tahun 2016?

3. Baigamanakah proses pelatihan teknik bagi Pengcab Woodball Kabupaten Bangli Tahun 2016?

1. Pelatihan Fisik dan Program Latihan Woodball.

Proses pelatihan pelatih bagi Pengcab Woodball Kabupaten Bangli, dibagi menjadi 3 sesi. Sesi pertama adalah pemberian materi dan praktek pembuatan program latihan oleh narasumber Bapak Gede Eka Budi Darmawan, S.Pd., M.Or pada tanggal 14 Juni 2016. Sesi yang kedua adalah pemberian materi dan praktek mental olahraga woodball oleh Bapak Kadek Anderzen S.Pd., M.Pd. Sedangkan sesi ke 3 adalah pemberian materi dan praktek teknik woodball oleh Gede Doddy Tisna MS, S.Or., M.Or.

Hasil praktek pembuatan program pelatihan yang dibagi menjadi 5 kelompok, kelompok 1 memperoleh nilai 92, kelompok 2 memperoleh nilai 88, kelompok 3 memperoleh nilai 90, kelompok 4 memperoleh nilai 85, kelompok 5 memperoleh nilai 95. Rata-rata pembuatan program pelatihan adalah 90.

Hasil tersebut membuktikan adanya peningkatan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan para peserta pengabdian pada masyarakat terkait pembuatan program latihan. Program pelatihan adalah suatu pedoman yang mengikat secara tertulis berisi cara-cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan masa mendatang yang telah ditetapkan. Program Latihan terdiri dari : Jangka Panjang (5 – 12 tahun), Jangka Menengah (2 – 4 tahun) dan Jangka Pendek (1 tahun kebawah). Sedangkan program jangka pendek terdiri dari siklus myo (program harian), siklus mikro (program mingguan), siklus messo (program bulanan) dan siklus makro (program tahunan).

Periodisasi dalam program pelatihan sangat penting diketahui oleh seorang pelatih. Periodisasi adalah proses membagi-bagi program latihan tahunan kedalam beberapa tahap latihan atau fases of training (musim-musim latihan). Program latihan

(20)

20

tahunan dalam kebanyakan cabang olahraga pada dasarnya dibagi dalam tiga tahap yaitu : a.tahap persiapan, b.tahap pertandingan/kompetisi dan c.tahap transisi/peralihan.

Selain periodisasi volume dan intensitas latihan juga harus di perhatikan dalam pembuatan program latihan. Pertimbangan penentuan volume dan intensitas latihan. Pada tahap persiapan penekannanya pada volume atau kuantitas latihan, sedangkan intensitas latihannya relatif masih rendah dan sebaliknya pada tahap selanjutnya yaitu tahap pra pertandingan dan tahap pertadingan utama yang dominan ialah intensitas latihannya, sedangkan volume latihannya semakin menurun.

Ketertarikan peserta menayakan contoh program bulanan, mingguan dan harian. Berikut ini akan di paparkan terkait dengan program kerja bulanan, mingguan dan harian.

Contoh program latihan bulanan.

Bulan Januari : Daya tahan, Kekuatan umum, Daya tahan aerobic

Bulan Februari : Daya tahan, Kekuatan umum, Daya tahan aerobik, Kekuatan maksimal, Pengembangan daya tahan khusus. Bulan Maret : Pengembangan daya tahan khusus, kekuatan maksimal,

Daya tahan aerobik.

Bulan April : Pengembangan daya tahan khusus, Kekuatan maksimal, Daya tahan otot, Power, Daya tahan an aerobik.

Bulan Mei : Daya tahan khusus, Daya tahan otot, Power, Kecepatan khusus.

Bulan Juni Daya tahan khusus, Daya tahan otot, Power, Kecepatan khusus.

Bulan Juli : Daya tahan khusus, Pemeliharaan Power, Pemeliharaan daya tahan otot, Pemeliharaan kecepatan khusus.

Bulan Agustus : Pemeliharaan Power, Daya tahan otot, Daya tahan khusus, Pemeliharaan kecepatan

Bulan September : Pemeliharaan Power, Daya tahan otot, Daya tahan khusus, Pemeliharaan kecepatan.

Bulan Oktober : Pemeliharaan Power, Daya tahan otot, Daya tahan khusus, Pemeliharaan kecepatan.

Bulan Nopember : Daya tahan umum, Kekuatan umum.

(21)

21 Contoh program latihan mingguan.

Senin : Kekuatan umum

Selasa : Daya tahan umum

Rabu : Kekuatan umum

Kamis : Daya tahan umum Jum’at : Kekuatan umum Sabtu : Daya tahan umum Minggu : Istirahat

Contoh penjabaran program harian

Hari : Senin

Tujuan : Kekuatan umum Bagian I : Pemanasan

Jogging 5 menit, Streaching statis dinamis. Bagian II : Latihan inti

Latihan berbeban seluruh otot tubuh, bentuknya :bench press, squat, shoulder press, leg curl, arm curl, leg extention, back extention, vertical ches, press, sit up, leg pull down.

Intensitas : 70 % dari maksimal

Set : 3 set

Repetisi : 10 kali Recovery : 2 menit Irama : Lambat Bagian III : Pendinginan

Straching statis.

2. Pelatihan Mental Woodball.

Pada hari ke dua adalah pemberian materi dan pendampingan pelatihan mental oleh Bapak Anderzen, S.Pd., M.Pd. hasil yang di peroleh adalah Sedangkan hasil pelatihan mental di bagi menjadi 5 kelompok dan hasilnya sesuai dengan butir pengamatan mental mendapat keterangan score rata-rata sangat baik.

Mental training sebagai mental rehearsal, suatu proses perlakuan dimana akhirnya atlet dapat mengubah sikap mentalnya, memotivasi diri sendiri, lebih cepat

(22)

22

mempelajari ketrampilan baru serta dapat meningkatkan seluruh kemampuannya dalam berbagai situasi pertandingan.

Unestahl membedakan pengertian antara mental conditioning dan mental training/mental strength training:

1. mental conditioning: usaha menjaga keadaan mental atlet dalam keadaan tertentu menunjukkan kemampuan untuk dapat menanggung beban mental yang seharusnya atlit tersebut memang dapat menanggungnya (dalam berbagai situasi pertandingan)

2. mental training/mental strength training: upaya untuk meningkatkan kemampuan dan ketahanan mental atlit, yang mengandung kesanggupan untuk mengembangkan kemampuan dalam keadaan bagaimanapun juga, menghadapi hambatan dari dalam diri maupun luar di saat pertandingan.

5. Di samping mental strength training, Unestahl mengemukakan perlunya “the inner mental preparation”, semacam teknik meditasi yang juga sering disebut “trancendental meditation” untuk dapat mengembangkan kekuatan-kekuatan yang terdalam (tenaga dalam) atlet. Di Tae Nung Training Centre (Korea), mental training dilengkapi dengan teknik meditasi (kepercayaan dan agama). Sedangkan tentang peran mental training, Unestahl (1988) mengatakan:

6. “Mental training merupakan latihan jangka panjang dan sistematis untuk berkembang dan belajar mengendalikan: 1) tingkah laku 2) penampilan 3) emosi dan mood-states (suasana hati) 4) proses-proses badaniah”

Teknik-teknik mental training Strategi pembinaan mental agar tidak gugup atau cemas, dan semacamnya saat pertandingan, menurut Weinberg (1984):

1. Attentional focus atau concentration 2. Self-efficacy statement

3. Relaxation 4. Imagery

(23)

23

6. Relaxation: “I just tried to relax all of my muscles and think about something else”.

Secara fisik, emosional dan mental, relaksasi ditandai dengan tidak adanya aktivitas dan ketegangan (tension), suatu suasana penuh ketenangan apabila dapat dijauhkan segala perasaan yang berhubungan kebutuhan hidup sehari-hari. Ini bisa dengan tidur terlentang, duduk bersandar dan lainnya sesuai sifat kepribadian individu, biasanya sekitar 5-15 menit. Mental Imagery: “I picture my self in perfect balance”. Bagi Terry Orlick, visualisasi mental ini merupakan semi simulasi, terjadi dalam otak. Mental Imagery dapat meningkatkan kemampuan individu dalam menghadapi berbagai permasalahan; atlit lebih siap dengan gerakan sulit, karena sebelumnya sudah divisualisasikan dalam pikiran.

Aspek-aspek kecakapan mental psikologis (psychological skills) yang bisa dilatih, mencakup banyak hal meliputi aspek-aspek pengelolaan emosi, pengembangan diri, peningkatan daya konsentrasi, penetapan sasaran, persiapan menghadapi pertandingan, dan sebagainya. Bentuk latihan kecakapan mental yang paling umum dilakukan oleh atlet elit adalah:

a. Berfikir positif.

Berfikir positif dimaksudkan sebagai cara berfikir yang mengarahkan sesuatu ke arah yang positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berfikir positif dapat menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi dan menjalin kerjasama antara berbagai pihak. Pikiran positif akan diikuti dengan tindakan dan perkataan positif pula, karena pikiran akan menuntun tindakan.

b. Membuat catatan harian latihan mental (mental log).

Catatan latihan mental merupakan catatan harian yang ditulis setiap atlet selesai melakukan latihan, pertandingan, atau acara lain yang berkaitan dengan olahraganya. Dalam buku catatan latihan mental ini dapat dituliskan pikiran, bayangan, ketakutan, emosi, dan hal-hal lain yang dianggap penting dan relevan oleh atlet. Catatan ini semestinya dapat menceritakan bagaimana atlet berfikir, bertindak, bereaksi, juga merupakan tempat untuk mencurahkan kemarahan, frustrasi, kecewa, dan segala

(24)

24

perasaan negatif jika melakukan kegagalan atau tampil buruk. Dengan melakukan perubahan pola pikir akan hal-hal negatif tadi menjadi positif, atlet dapat menggunakan catatan latihan mentalnya sebagai “langkah baru” — setelah anda mengalami frustrasi, keraguan, ketakutan, ataupun perasaan berdosa/bersalah – untuk kembali membangun sikap mental yang positif dan penuh percaya diri.

c. Penetapan sasaran (goal-setting).

Penetapan sasaran (goal-setting) perlu dilakukan agar atlet memiliki arah yang harus dituju. Sasaran tersebut bukan melulu berupa hasil akhir (output) dari mengikuti suatu kejuaraan. Penetapan sasaran ini sedapat mungkin harus bisa diukur agar dapat melihat perkembangan dari pencapaian sasaran yang ditetapkan. Selain itu pencapaian sasaran ini perlu ditetapkan sedemikian rupa secara bersama-sama antara atlet dan pelatih. Sasaran tersebut tidak boleh terlalu mudah, namun sekaligus bukan sesuatu yang mustahil dapat tercapai. Jadi, sasaran tersebut harus dapat memberikan tantangan bahwa jika atlet bekerja keras maka sasaran tersebut dapat tercapai. Dengan demikian penetapan sasaran ini sekaligus dapat pula berfungsi sebagai pembangkit motivasi.

d. Latihan relaksasi.

Tujuan daripada latihan relaksasi, termasuk pula latihan manajemen stres, adalah untuk mengendalikan ketegangan, baik itu ketegangan otot maupun ketegangan psikologis. Ada berbagai macam bentuk latihan relaksasi, namun yang paling mendasar adalah latihan relaksasi otot secara progresif. Tujuan daripada latihan ini adalah agar atlet dapat mengenali dan membedakan keadaan rileks dan tegang. Biasanya latihan relaksasi ini baru terasa hasilnya setelah dilakukan setiap hari selama minimal enam minggu (setiap kali latihan selama sekitar 20 menit). Sekali latihan ini dikuasai, maka semakin singkat waktu yang diperlukan untuk bisa mencapai keadaan rileks. Bentuk daripada latihan relaksasi lainnya adalah “autogenic training” dan berbagai latihan pernapasan. Latihan relaksasi ini juga menjadi dasar latihan pengendalian emosi dan kecemasan. Latihan relaksasi dapat pula dilakukan

(25)

25

dengan bantuan alat seperti “galvanic skin response”, “floatation tank”, dan juga berbagai paket rekaman kaset latihan relaksasi yang mulai banyak beredar di pasaran. e. Latihan visualisasi dan imajeri.

Latihan imajeri (mental imagery) merupakan suatu bentuk latihan mental yang berupa pembayangan diri dan gerakan di dalam pikiran. Manfaat daripada latihan imajeri, antara lain adalah untuk mempelajari atau mengulang gerakan baru; memperbaiki suatu gerakan yang salah atau belum sempurna; latihan simulasi dalam pikiran; latihan bagi atlet yang sedang rehabilitasi cedera. Latihan imajeri ini seringkali disamakan dengan latihan visualisasi karena sama-sama melakukan pembayangan gerakan di dalam pikiran. Namun, di dalam imajeri si atlet bukan hanya ‘melihat’ gerakan dirinya namun juga memberfungsikan indera pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Untuk dapat menguasai latihan imajeri, seorang atlet harus mahir dulu dalam melakukan latihan relaksasi.

f. Latihan konsentrasi.

Konsentrasi merupakan suatu keadaan dimana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu obyek tertentu dalam waktu tertentu. Dalam olahraga, masalah yang paling sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah berkurangnya akurasi lemparan, pukulan, tendangan, atau tembakan sehingga tidak mengenai sasaran. Akibat lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah dipersiapkan menjadi tidak jalan sehingga atlet akhirnya kebingungan, tidak tahu harus bermain bagaimana dan pasti kepercayaan dirinya pun akan berkurang. Selain itu, hilangnya konsentrasi saat melakukan aktivitas olahraga dapat pula menyebabkan terjadinya cedera. Tujuan daripada latihan konsentrasi adalah agar si atlet dapat memusatkan perhatian atau pikirannya terhadap sesuatu yang ia lakukan tanpa terpengaruh oleh pikiran atau hal-hal lain yang terjadi di sekitarnya. Pemusatan perhatian tersebut juga harus dapat berlangsung dalam waktu yang dibutuhkan. Agar didapatkan hasil yang maksimal, latihan konsentrasi ini biasanya baru dilakukan jika si atlet sudah menguasai latihan relaksasi. Salah satu bentuk latihan konsentrasi adalah dengan memfokuskan perhatian kepada suatu benda tertentu (misalnya: nyala lilin; jarum detik; bola atau

(26)

26

alat yang digunakan dalam olahraganya). Lakukan selama mungkin dalam posisi meditasi.

Menurut Weinberg dan Gould (dalam Satiadarma, 2000:191) menjelaskan bahwa dengan mengembangkan kemampuan imagery (keterampilan psikologis), kondisi fisik dan psikis seseorang akan menjadi lebih baik, hal ini disebabkan karena adanya dampak :

a. Meningkatkan konsentrasi b. Meningkatkan rasa percaya diri c. Mengendalikan responsi emosional d. Memperbaiki latihan keterampilan e. Mengembangkan strategi

f. Mengatasi rasa sakit

Aspek-aspek kecakapan mental psikologis (psychological skills) yang bisa dilatih, mencakup banyak hal meliputi aspek-aspek pengelolaan emosi, pengembangan diri, peningkatan daya konsentrasi, penetapan sasaran, persiapan menghadapi pertandingan, dan sebagainya. Yuanita Nasution (2007) mengungkapkan Bentuk latihan kecakapan mental yang paling umum dilakukan oleh atlet adalah:

1. Berfikir positf

Berfikir positif dimaksudkan sebagai cara berfikir yang mengarahkan sesuatu ke arah yang positif semisal melihat sisi baiknya.

2. Membuat catatan harian latihan mental (mental log)

Catatan latihan mental merupakan catatan harian yang di tulis setiap atlet selesai melakukan latihan, pertandingan, atau acara lain yang berkaitan dengan olahraganya. Dalam buku catatan latihan mental ini dapat dituliskan pikiran, bayangan, ketakutan, emosi, dan hal-hal lain yang dianggap penting dan relevan oleh atlet.

3. Penetapan sasaran (goal setting)

Penetapan sasaran (goal-setting) perlu dilakukan agar atlet memiliki arah yang harus di tuju. Sasaran tersebut bukan melulu berupa hasil akhir (output) dari

(27)

27

mengikuti suatu kejuaraan. Penetapan sasaran ini sedapat mungkin harus bisa di ukur agar dapat melihat perkembangan dari pencapaian sasaran yang ditetapkan. 4. Latihan relaksasi

Tujuan daripada latihan relaksasi, termasuk pula latihan manajemen stres, adalah untuk mengendalikan ketegangan, baik itu ketegangan otot maupun ketegangan psikologis contohnya latihan pernafasan.

5. Latihan visualisasi dan imageri (mental imagery)

Merupakan suatu bentuk latihan mental yang berupa pembayangan diri dan gerakan di dalam pikiran. Manfaat daripada latihan imajeri, antara lain adalah untuk mempelajari atau mengulang gerakan baru;memperbaiki suatu gerakan yang salah atau belum sempurna; latihan simulasi dalam pikiran, latihan bagi atlet yang sedang rehabilitasi cedera.

6. Latihan konsentrasi

Tujuan daripada latihan konsentrasi adalah agar atlet dapat memusatkan perhatian atau pikirannya terhadap sesuatu yang di lakukan tanpa terpengaruh oleh pikiran atau hal-hal lain yang terjadi di sekitarnya. Pemusatan perhatian tersebut juga harus dapat berlangsung dalam waktu yang dibutuhkan. Agar mendapatkan hasil yang maksimal, latihan konsentrasi ini biasanya baru dilakukan jika atlet sudah menguasai latihan relaksasi. Salah satu bentuk latihan konsentrasi adalah dengan memfokuskan perhatian kepada suatu benda tertentu (misalnya : nyala lilin; jarum detik, bola atau alat yang digunakan dalam olahraganya)

8. Latihan mental dilakukan hampir setiap saat, di rumah, menjelang dan sesudah latihan, selama masa jedah (time-out) (Weinberg dan Gould dalam Satiadarma, 2000:195) atau pada saat istirahat, pada masa pemulihan atau rehabilitasi (Leleva dan Orlick dalam Satiadarma, 2000:195). Pada periode latihan maupun pertandingan, baik sebelum maupun sesudahnya, latihan imagery dapat dilakukan selama lebih kurang 10 menit, pada sejumlah atlet dapat melakukan latihan imagery dalam waktu yang relatif lebih lama namun bagi sejumlah atlet pemula jangka waktu latihan melebihi 10 menit cenderung mengganggu konsentrasi atlet pemula tersebut (Weinberg dan Gould dalam Satiadarma, 2000:195

(28)

28 3. Pelatihan Teknik Woodball.

Pada hari ke tiga tanggal 16 Juni 2016 di laksanakan pelatihan teknik dengan narasumber Gede Doddy Tisna Ms, S.Or., M.Or. Untuk keterampialan teknik yang dibagi seluruh peserta pengabdian mahasyarakat sesuai dengan pengamatan pelatih dengan katagori baik. Adapun rentangan nilai, 50-70 kurang, 70-80 cukup, 80-90 baik, dan 90-100 sangat baik.

Berikut ini di paparkan terkait dengan teknik woodball. Teknik dasar bermain woodball meliputi teknik, teknik tanpa menggunakan alat dan teknik dengan menggunakan alat. Teknik tanpa menggunakan alat terdiri dari a. Gerakan Mengayun, b.Setup (persiapan) dan c. Rutinitas preswing (wagle) tanpa alat. Teknik menggunakan alat. a.Rutinitas preswing dengan mallet, b. Pukulan Jarak jauh, c. Pukulan jarak menengah, d.Pukulan jarak jauh, dan e. Pukulan ke gawang (gating).

Pergerakan dasar pemukulan bola dan penjelasannya

Gambar 1

Penjelasan : Posisi badan relax, kaki kanan dan kiri diletakkan sejajar dengan bahu badan, lutut ditekuk, badan sedikit membungkuk (gambar 1).

(29)

29 Gambar 2

Penjelasan : Dua tangan memegang mallet dan letakkan kepala mallet dibelakang bola. Bola ditaruh di sudut yang tepat, di tengah-tengah kaki kiri dan kanan.(Gambar 2).

Gambar 3.

Penjelasan : Cara memegang Mallet seperti pada memegang tongkat baseball. Pegang mallet baik-baik dengan tangan yang mengunci dan bola diajun dan mata diarahkan ke bola (Gambar 3).

(30)

30 Gambar 4.

Penjelasan : Letakkan bola di tempat yang rata dan ditaruh ditengah-tengah kaki kanan dan kiri dan mallet ditaruh dibelakang bola (Gambar 4).

Gambar 5.

(31)

31 Gambar 6.

Penjelasan : Postur badan pada waktu memukul bola, mallet diayunkan dan arahkan mata kebola (Gambar 6).

Gambar 7.

Penjelasan : Ayunkan mallet dari atas arahkan mata ke bola, sampai mallet terangkat ke bahu (Gambar 7).

(32)

32 Gambar 8.

Penjelasan : Ambil ancang-ancang dan arahkan bola ke gawang kemudian bidiklah (Gambar 8)

Gambar 9.

Penjelasan : Pukulan untuk jarak dekat: Pukul atas bola dan bola akan menggelinding untuk jarak dekat (Gambar 9).

(33)

33 Gambar 10.

Penjelasan : Pukulan untuk jarak jauh: Pukul bola di bawahnya, maka bola akan sedikit melambung ke udara (Gambar 10).

Gambar 11.

Penjelasan : Pukul bola samping kiri, maka bola akan berputar searah jarum jam dan kalau bola dipukuk sebelah kanan, maka bola akan berputar berlawanan jarum jam

(34)

34 Gambar. 12.

Penjelasan : Pukulan bola untuk jarak menengah (Gambar 12).

Ganbar 12.

(35)

35 Gambar 13. Penjelasan : Pukulan untuk jarak dekat (Gambar 13).

(36)

36 Gambar 14.

Penjelasan : Bagaimana ya enaknya parker dulu apa langsung ditembak ke gawang (Gambar 14)

Ganbar 16.

Penjelasan : Konsentrasi dan tidak usah buru-buru, masukkan bola ke gawang secara baik-baik (Gambar 16).

(37)

37 BAB V.

SIMPULAN DAN SARAN.

5.1 Simpulan.

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil kegiatan P2M ini adalah :

1. Pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan atlet terkait analisis fisik berupa pembuatan program latihan fisik yang tergabung dalam PENGCAB Woodball Kabupaten Bangli terkait komponen prestasi meningkat.

2. Pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan atlet terkait mental yang tergabung dalam PENGCAB Woodball Kabupaten Bangli meningkat.

3. Pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan atlet, yang tergabung dalam PENGCAB Woodball Buleleng terkait teknik woodball meningkat.

5.2. Saran-saran.

Beberapa hal yang dapat disarankan dalam kegitan P2M ini adalah : 1. Waktu kegiatan P2M perlu ditambah.

2. Pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan kepada atlet woodball, yang tergabung dalam PENGCAB Woodball Bangli terkait komponen fisik, mental dan teknik woodball perlu ditingkatkan lagi.

(38)

38

DAFTAR PUSTAKA

Bao, Sheng Chang, 1995. Ilustration Of Woodball Rules & Techniquis. Taipe: Chinese Taipei Woodball Association.

Dwiyogo, Wasis D dan Kriswantoro. 2009. Olahraga Woodball. Malang: Wineka Media

International Woodball Federation, 2007. Indonesia Woodball Workshop 2007. Semarang. International Woodball Asociation.

International Woodball Asociation (IWbA) Kabupaten Buleleng, 2013. Kabupaten Buleleng.

Irdiyana. P. 2010. Depinisi Olahraga Woodball. Bandung.

Kriswantoro dkk, 2011. Teknik Dasar Bermain Woodball. Semarang : Multi Media Production.

Mussen, Henry, dkk.1984. Child Development and Personality. Harper & Row, Inc. Alih bahasa : FX. Budiyanto, dkk. Ctakan II tahun 1994. copyright dalam bahasa Indonesia. 1989. Jakarta : Penerbit Arcan

Nala, Nguarah. 1992. Kebugaran Jasmani. Denpasar: Yayasan Ilmu Faal Widya Laksana.

Pramono, Made. Mental Training, 2014.

http://ryanceetoz.blogspot.co.id/2014/03/mental-training.html. Diakses tanggal 14 Agustus 2016.

Ratih Tri Pratiwi. 2010. Pengertian Kecemasan. Tersedia pada: http://psikologi.or.id/ mycontents/uploads/2010/05/pengertian-kecemasan-anxiety.pdf. Diakses tanggal: 1 Januari 2010

Satiadarma, M.P. (2000). Dasar-dasar Psikologi Olahraga. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Sugiono. 2008. Peraturan Permainan Woodball. Semarang : Indonesia Woodball Association.

Soniarni, 2013. Komponen-komponen kondisi fisik terhadap hasil permainan woodball pada atlet unit kegiatan mahasiswa woodball UPI Bandung. Bandung: UPI.

(39)

39

(40)
(41)
(42)
(43)

Gambar

Tabel 03. Analisis situasi fisik Teknik.
Tabel 04. Analisis Komponen Mental.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut menjadikan penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang siaran dakwah islam lewat radio, dan menyusunnya dalam sebuah skripsi

juga dapat merasakan pembelajaran tersebut menyenangkan dan tidak membosankan. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani khususnya materi senam lantai, siswa kurang menguasai

Pada perlakuan sebelum aplikasi pemupukan dilakukan pencampuran selama 30 menit dan disimpan selama 15 jam kemudian diaplikasi dengan cara disebar selama 120 menit

Pada jendela program Microsoft Word, dapat kita pilih menu File New, Pada jendela program Microsoft Word, dapat kita pilih menu File New, maka setelah kita

Memasuki Tahun Anggaran 2018, terjadi perubahan kebijakan BKKBN dimana Pengadaan Alat dan Obat Kontrasepsi dilaksanakan oleh Perwakilan BKKBN Provinsi dan dibebankan

Segmentasi mahasiswa adalah pembagian mahasiswa menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil yang memiliki ciri/ karakteristik yang berbeda dan mungkin memerlukan

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2012 mengenai Basic Life Support tergolong

Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009 “destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah