• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN PEMBUATAN SOAL HOTS BAGI GURU-GURU SD NEGERI NO 1 DAN 2 DAUSA KECAMATAN KINTAMANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELATIHAN PEMBUATAN SOAL HOTS BAGI GURU-GURU SD NEGERI NO 1 DAN 2 DAUSA KECAMATAN KINTAMANI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

I Nyoman Selamat1, Luh Mitha Priyanka2

ABSTRACT

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Pembelajaran abad ke-21 merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan kecakapan kepada siswa tentang komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis dan penyelesaian masalah, serta kreativitas dan inovasi (communication, collaboration, critical thinking and problem solving, creative and innovative-4C) (Anderson, dan Krathwohl, 2001). Kompetensi (kecakapan) 4C ini telah termuat dalam kurikulum yang diberlakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia, baik Kurikulum 2013 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Kedua

kurikulum tersebut memiliki persamaan yaitu menekankan kegiatan berbasis eksplorasi dan berbagai penyelidikan untuk memperoleh pengetahuan. Melalui pembelajaran kontruktivisme yang berpusat pada siswa (student centered), kompetensi 4C diharapkan dapat dilatihkan sejak dini kepada siswa. Kurikulum 2013 (K13) merekomendasikan pembelajaran yang menuntut siswa mampu mempelajari pengetahuan metakognitif atau kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill, HOTS). HOTS adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi yang sejalan dengan kompetensi yang diperlukan pada abad ke-21. Melalui pembelajaran HOTS, siswa

PELATIHAN PEMBUATAN SOAL HOTS BAGI GURU-GURU SD

NEGERI NO 1 DAN 2 DAUSA KECAMATAN KINTAMANI

1Jurusan Kimia FMIPA UNDIKSHA; 2 Jurusan Fisika dan Pengajaran IPA FMIPA UNDIKSHA

Email: nyoman.selamat@undiksha.ac.id

This community service activities aim to improve skills and ability teachers in SDN No 1 and 2 Dausa, Kintamani district for making HOTS questions to support 21st century learning. The activities was carried out online because of pandemic covid 19. The platform that using in this workshop decided by participant considering their residence. These activities were attended by 17 teachers. This workshop was held using in service training and on the job learning method. The results of these activities showed that (1) Participants succeeded in making HOTS question along with an assessment rubric or answer (2) Participant ‘skills and ability in making HOT questions were in good/high category (3) Participant’ response of this workshop showed positive result which indicated by great enthusiasm during the workshop.

Keywords: 21st century learning, HOTS, questions

Kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk pelatihan pembuatan soal HOTS bertujuan untuk meningkatkan keterampilan guru-guru SDN No 1 dan 2 Dausa dalam membuat soal HOTS untuk mendukung pembelajaran abad ke-21. Kegiatan yang semula akan dilakukan di sekolah akhirnya dilakukan secara daring mengingat suasana pandemic covid 19 yang belum usai. Teknis pelatihan secara daring sepenuhnya diputuskan berdasarkan hasil voting dengan mempertimbangkan keadaan peserta pelatihan. Pelatihan ini diikuti oleh 17 orang guru dengan pola pelaksanaan in service training dan on the job learning. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa: (1) Peserta pelatihan berhasil membuat soal HOTS beserta rubrik penilaian (2) Keterampilan peserta pelatihan dalam membuat soal HOTS berada pada kategori baik/tinggi (3) Respon peserta pelatihan terhadap kegiatan yang dilakukan menunjukan hasil yang positif ditunjukkan dengan antusiasme yang sangat besar selama mengikuti kegiatan.

(2)

diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi sampai pada tahap menggunakan kemampuan tersebut dalam memecahkan permasalahan yang dimiliki. Beberapa karakteristik pembelajaran berbasis HOTS yang diterapkan diantaranya: harus berfokus pada kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan mengambil keputusan (King, dkk., 2010; Kusuma, dkk., 2017). Hal ini juga didukung oleh Yen dan Siti (2015) yang mengungkapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi mencakup kemampuan berpikir kritis, kreatif, pemecahan masalah, penarikan kesimpulan, dan metakognitif. Pembelajaran HOTS akan melatih siswa untuk menjadi pribadi lebih mandiri, kreatif, mampu menemukan solusi pemecahan masalah, dan mampu menggunakan kemampuannya dalam berpikir kritis untuk melihat berbagai permasalahan yang ada (Hugerat dan Kortam, 2014)

Sesuai dengan tuntutan kurikulum, pembelajaran berbasis HOTS di sekolah semestinya telah diimplementasikan oleh guru. Dalam pembelajaran berbasis HOTS guru tidak hanya menekankan pada kemampuan mengingat informasi, melainkan lebih kepada kemampuan bernalar (reasoning) hingga keterampilan berpikir kritis dan kreatif dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan inovatif. Selain penerapan HOTS dalam pembelajaran, penilaian sebagai bagian akhir dalam pembelajaran juga harus dilakukan oleh guru untuk mengukur sejauh mana siswa telah memiliki keterampilan tingkat tinggi (HOTS). Penilaian berbasis HOTS dapat dilakukan dalam bentuk tes formatif dan sumatif pada akhir pembelajaran. Namun pada kenyataannya banyak sekolah yang belum melakukan penilaian pembelajaran berbasis HOTS. Hal ini menunjukkan terjadinya kesenjangan antara pembelajaran yang dilakukan dan penilaiannya. Kesenjangan ini berdampak pada tidak terukurnya kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif dari

siswa. Permasalahan ini juga terjadi pada sekolah mitra yang menjadi lokasi kegiatan pengabdian.

Sekolah Dasar Negeri No. 1 dan 2 Dausa merupakan sekolah dasar terakreditasi B yang terletak di Desa Dausa, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Kedua sekolah ini memiliki guru berjumlah 17 orang baik yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil maupun honorer. Guru-guru di kedua sekolah ini pernah mengikut kegiatan workshop/pelatihan untuk pengembangan kompetensinya. Beberapa kegiatan workshop/pelatihan yang pernah diikuti oleh para guru diantaranya implementasi pembelajaran dengan Kurikulum 2013 (K13), implementasi pembelajaran saintifik, serta penyusunan dan pelaporan penelitian tindakan kelas (PTK). Beberapa pelatihan yang pernah diikuti tersebut erat kaitannya dengan penerapan HOTS dalam pembelajaran. Namun demikian, pelatihan mengenai penilaian berbasis HOTS dalam pembelajaran belum pernah diikuti oleh para guru. Padahal pelatihan mengenai penilaian berbasis HOTS dalam pembelajaran sangat penting adanya karena penilaian/evaluasi merupakan satu kesatuan yang utuh dalam pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran HOTS telah berhasil dilakukan.

Fakta ini juga diperkuat oleh Kepala Sekolah Dasar Negeri No. 1 dan 2 Dausa, yaitu Bapak I Ketut Wista, S.Pd. dan Ibu I Wayan Yursi, S.Pd., yang menyatakan bahwa guru-guru belum pernah mengikuti bimbingan teknis/workshop tentang pembuatan instrumen penilaian berbasis HOTS. Bahkan, banyak yang belum mengenal istilah HOTS dalam pembelajaran dan penilaiannya. Beberapa guru yang telah memiliki sertifikat pendidik juga mengatakan bahwa masih kesulitan untuk membuat penilaian berbasis HOTS dalam bentuk soal. Pada saat tes formatif maupun sumatif, para guru cenderung memberikan soal yang hanya menuntut kemampuan mengingat, memahami, dan menerapkan secara sederhana. Kemampuan ini termasuk pada kategori lower order thinking skill (LOTS). Permasalahan

(3)

tersebut jika dibiarkan terus-menerus akan menjadi semakin besar dan berpotensi menghambat penerapan kurikulum 2013 yang berujung pada sulitnya pencapaian keterampilan abad ke-21 yang diharapkan. Oleh karenanya, kepala sekolah dan para guru di SD Negeri No 1 dan 2 Dausa sangat tertarik dan antusias dengan kegiatan pelatihan pembuatan soal berbasis HOTS yang dilakukan. Kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam membuat soal HOTS sehingga tuntutan kurikulum 2013 bisa terlaksana. Peningkatan keterampilan guru-uru dalam membuat soal HOTS akan dibuktikan dengan produk berupa sepuluh butir soal HOTS yang wajib dibuat oleh peserta pelatihan. Soal HOTS yang dibuat berbasis permasalahan kontekstual, dan menggunakan bentuk soal beragam baik soal pilihan ganda, isian singkat, maupun uraian. Selain itu, peserta pelatihan wajib mengisi angket respon kegiatan pelatihan untuk mengetahui manfaat yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan ini.

METODE

Kegiatan pelatihan pembuatan soal HOTS bagi guru-guru untuk mendukung pembelajaran HOTS dilakukan dengan beberapa langkah. Langkah pertama adalah melakukan koordinasi dengan Kepala SD No 1 dan 2 Dausa, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Tim pelaksana PkM berkoordinasi dengan kepala sekolah berkaitan dengan kegiatan pelatihan, terutama mengenai tempat dan jadwal pelaksanaan. Hasil koordinasi ini berupa ditetapkannya jadwal pelaksanaan pelatihan, yang dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2020. Langkah kedua adalah menyiapkan materi pelatihan. Sebelum pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan soal HOTS, tim pelaksana PkM menyiapkan materi panduan pelatihan dalam bentuk modul. Modul ini akan digunakan oleh guru-guru SD Negeri No. 1 dan 2 Dausa sebagai panduan untuk membuat soal HOTS. Dalam modul yang dibuat, disajikan cara membuat soal

HOTS yang mampu mengukur sejauh mana siswa memahami pembelajaran HOTS yang diikuti. Langkah ketiga adalah pelaksanaan pelatihan pembuatan soal HOTS.

Pelatihan pembuatan soal berbasis HOTS dilaksanakan dengan pola in service training yang dilakukan dengan pemaparan secara klasikal, serta pola on the job learning atau dilakukan pendampingan mandiri peserta pelatihan sebagai implementasi pelatihan (Dube, 2018). Oleh karena situasi pandemik covid 19, pelatihan yang semula direncanakan tatap muka akhirnya diputuskan untuk dilakukan secara daring. Peserta pelatihan diberikan kebebasan untuk menentukan jenis

platform yang akan digunakan. Adapun dua opsi platform yang ditawarkan kepada peserta pelatihan diantaranya opsi pertama yaitu menggunakan platform whatssapp group dan opsi kedua menggunakan platform whatssapp group dengan sesekali menggunakan google meet. Berdasarkan pilihan yang telah diambil oleh peserta pelatihan, diputuskan bahwa

platform yang digunakan untuk pelatihan ini sepenuhnya menggunakan whattssapp group. Keputusan ini diambil dengan pertimbangan sinyal yang kurang mendukung di daerah peserta pelatihan. Oleh karenanya, pola in service training dilakukan secara daring menggunakan platform whattssapp group

dalam 1 kali pelatihan selama 2 hari.

Kegiatan pelatihan dengan pola in service training dilaksanakan dalam dua hari selama 120 menit setiap harinya. Sedangkan untuk pola

on the job learning akan dilaksanakan dengan durasi 100-120 menit tergantung tingkat permasalahan yang dihadapi oleh peserta pelatihan. Materi pelatihan dikemas dalam bentuk modul yang sudah dibagikan melalui

whatssapp group sebelum pelatihan dimulai. Pelatihan pembuatan soal HOTS ini dilaksanakan dengan pendekatan berbasis peserta yang artinya keaktivan dan peran serta peserta pelatihan sangat diharapkan. Peserta pelatihan diharapkan tidak hanya pasif dalam menerima materi yang diberikan, namun aktif dalam berdiskusi dan menyusun soal HOTS

(4)

sebagai produk dari pelatihan ini. Dengan adanya partisipasi dari peserta, diharapkan dapat membagikan ilmu yang dimiliki kepada teman-teman guru lainnya.

Keberhasilan pelatihan ini ditandai dengan meningkatnya pemahaman guru tentang konsep penilaian HOTS dan pembuatan soal HOTS. Peningkatan pemahaman dan keterampilan dalam membuat soal HOTS dievaluasi melalui produk yang dihasilkan dan respons guru-guru SD Negeri No. 1 dan 2 Dausa terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berkaitan dengan keterampilan guru-guru SD dalam membuat soal HOTS adalah lembar observasi. Lembar observasi ini berisi pernyataan dengan skala pilihan dari 1 hingga 5 yang menunjukkan gradasi kualitas soal dari sangat rendah hingga sangat tinggi. Sementara itu, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berkaitan dengan respons guru-guru SD Negeri No. 1 dan 2 Dausa terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan adalah angket. Angket ini berisi pernyataan dengan skala pilihan dari 1 hingga 5 yang menunjukkan kualitas gradasi dari sangat kurang hingga sangat baik. Angket dikemas dalam bentuk google form yang akan diisi oleh peserta pelatihan.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menghitung skor rata-rata, baik untuk keterampilan guru dalam membuat soal berbasis HOTS maupun respon guru terhadap pelaksanaan pelatihan. Untuk skor rata-rata keterampilan para guru dalam membuat soal HOTS ditentukan dari menghitung rata-rata hasil observasi. Sementara itu, respon guru-guru terhadap pelaksanaa pelatihan langsung diperoleh dari skor rata-rata data hasil angket respon pendapat peserta. Skor rata-rata keterampilan guru-guru SD Negeri No. 1 dan 2 Dausa dalam membuat instrumen penilaian berupa soal berbasis HOTS dan skor rata-rata respons guru terhadap pelaksanaan pelatihan ini kemudian dikategorikan menggunakan Tabel 1. Kegiatan pelatihan ini dikatakan berhasil jika keterampilan dan respon guru-guru SD Negeri No. 1 dan 2 Dausa berkategori baik.

Tabel 1. Klasifikasi keterampilan guru-guru SD No 1 dan 2 Dausa dalam membuat instrumen penilaian dalam bentuk soal HOTS/respon terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan

No. Klasifikasi Kategori 1 4,2 – 5,0 Sangat tinggi/sangat baik 2 3,4 – 4,1 Tinggi/baik

3 2,6 – 3,3 Cukup

4 1,8 – 2,5 Rendah/kurang 5 1,0 – 1,7 Sangat rendah/sangat

kurang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh 17 orang guru yang semula rencana akan dilakukan secara tatap muka, namun dikarenakan situasi pandemik, akhirnya diputuskan dilakukan secara daring menggunakan aplikasi whatssapp group. Peserta pelatihan sangat antusias mengikuti pelatihan pembuatan soal HOTS ini yang ditandai dengan keaktivan peserta dalam bertanya dan proses diskusi. Pelatihan sesi pertama dilaksanakan selama dua hari dengan pola in service training yang dilakukan dengan pemaparan secara klasikal. Materi pelatihan yang diberikan saat in service learning meliputi: konsep higher order thinking skills, penilaian berbasis higher order thinking skills, dan langkah-langkah penyusunan soal berbasis

higher order thinking skills.

Pelatihan hari pertama dilaksanakan pada 26 Juli 2020 pukul 18.00-20.00 WITA dengan materi konsep higher order thinking skills. Pada pelatihan ini sebelum diberikan pemaparan mengenai HOTS, peserta pelatihan diberikan pengetahuan mengenai kurikulum 2013 untuk menjawab tantangan abad 21 yang erat kaitannya dengan konsep higher order thinking skills. Konsep HOTS yang diberikan meliputi pengertian dan ciri utama HOTS hingga karakteristik soal HOTS. Berdasarkan materi yang diberikan ternyata masih banyak peserta

(5)

pelatihan yang bahkan belum mengenal apa yang dimaksud dengan HOTS. Materi kedua yang disampaikan di hari pertama pelatihan adalah mengenai penilaian HOTS yang dikemas dengan memberikan contoh-contoh soal HOTS beserta kunci jawaban/rubrik penskoran. Pelatihan hari kedua dilaksanakan pada 28 Juli 2020 pukul 18.00-20.00 WITA dengan fokus pelatihan mengenai tahapan dalam menyusun soal berbasis HOTS. Pada pelatihan hari kedua ini, peserta berfokus untuk memahami langkah demi langkah bagaimana cara menyusun soal HOTS yang dimulai dari menganalisis KD, menyusun kisi-kisi soal, memilih stimulus yang tepat dan kontekstual, menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal, dan membuat pedoman penskoran atau kunci jawaban berdasarkan soal HOTS yang telah disusun. Pelatihan sesi kedua dengan pola on the job training dilaksanakan pada 30 Juli sampai 14 Agustus 2020 dengan kegiatan pendampingan peserta pelatihan dalam membuat soal berbasis HOTS. Antusiasme peserta saat sesi kedua ini meningkat dikarenakan metode yang digunakan adalah hand on learning yaitu peserta langsung mencoba sendiri bagaimana cara membuat soal HOTS berdasarkan materi dan modul yang telah diberikan. Selama kegiatan pelatihan peserta juga banyak bertanya dan mengalami masalah. Hal ini sangat wajar jika melihat guru-guru SD Negeri No 1 dan 2 Dausa yang belum pernah mengikuti pelatihan/workshop pembuatan soal berbasis HOTS. Pelatihan sesi ini menghasilkan sepuluh butir soal HOTS yang dibuat oleh masing-masing peserta. Soal HOTS dibuat oleh peserta melalui tiga tahapan. Tahap pertama yaitu membuat soal HOTS secara mandiri oleh peserta pelatihan. Pada tahap ini jika terdapat kesulitan dan permasalahan dalam penyusunan soal maka peserta akan langsung menanyakannya di whatssapp group. Setelah soal HOTS sejumlah sepuluh butir berhasil dibuat, maka tahap selanjutnya adalah penyerahan soal HOTS kepada tim pelaksana pengabdian. Tim pelaksana akan mengecek dan memberikan masukan untuk menyempurnakan soal HOTS yang telah dibuat. Rata-rata

kesalahan pembuatan soal HOTS oleh peserta adalah dalam menentukan kata kerja operasional yang digunakan. Kata kerja operasional memang membantu pembuat soal untuk dapat merumuskan soal sesuai dengan tingkatan kemampuan dalam taksonomi bloom yang ingin diujikan. Namun, kata kerja operasional tidak hanya menjadi satu indikator dalam setiap tingkatan kemampuan berpikir. Sebagai contoh, kata kerja operasional “menentukan” berada pada ranah taksonomi bloom C2 dan C3 (lower order thingking skills) dan dapat pula berada pada ranah C5 (higher order thinking skills) jika pada soal yang dibuat siswa diminta untuk menentukan keputusan yang didahului dengan proses menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus. Bahkan kata kerja “menentukan” juga bisa termasuk ke dalam ranah C6 (mengkreasi) apabila dalam soal yang dibuat siswa diminta untuk menentukan strategi pemecahan masalah yang tepat terhadap suatu peristiwa yang disajikan. Oleh karenanya, dalam pembuatan soal HOTS peserta pelatihan tidak hanya terfokus dalam memilih kata kerja operasional sebagai indikator penentuan tingkat kemampuan berpikir namun juga harus memperhatikan proses berpikir yang diperlukan dalam menjawab soal yang diberikan. Tahap terakhir dalam pembuatan soal HOTS adalah menyempurnakan soal yang dibuat dengan mempertimbangkan masukan dari tim pelaksana pengabdian. Peserta memperbaiki soal yang mereka buat berdsarkan masukan yang diberikan dan kemudian mengumpulkan soal yang telah direvisi tersebut kepada tim pelaksana pengabdian.

(6)

Gambar 1. Pelatihan dengan Memanfaatkan

Platform WhatssApp Group Adapun soal HOTS yang dihasilkan oleh peserta pelatihan diantaranya dalam bentuk soal pilihan ganda dan uraian/essay.

1. Mata Pelajaran IPA

Gambar 2. Soal HOTS Uraian IPA

2. Mata Pelajaran Matematika

Gambar 3. Soal HOTS Uraian Matematika 3. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Gambar 4. Soal HOTS Pilihan Ganda Bahasa Indonesia

(7)

4. Mata Pelajaran PKn

Gambar 5. Soal HOTS Uraian Pkn Soal HOTS yang dibuat juga dilengkapi dengan kunci jawaban atau rubrik penskoran. Soal ini nantinya akan digunakan untuk menilai kemampuan tingkat tinggi siswa di akhir pembelajaran. Berdasarkan lembar observasi penilaian soal HOTS yang telah dibuat oleh peserta, skor rata-rata keterampilan pembuatan soal peserta untuk guru SDN 1 Dausa maupun guru SDN 2 Dausa adalah 3.5 dan 3.7 yang dapat dikategorikan berada pada level baik.

Gambar 6. Rata-Rata Skor Keterampilan Guru dalam Membuat Soal HOTS Pada akhir pelatihan pembuatan soal HOTS peserta diminta untuk memberikan tanggapan/respon terhadap kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan. Angket respon dibuat

dalam google form yang dapat diisi oleh peserta secara online melalui link yang disampaiakan via whattssapp group. Hasil dari respon peserta pelatihan nyatanya sangat positif. Rata-rata skor angket yang diisi oleh guru SDN 1 Dausa dan SDN 2 Dausa adalah 4.8 dan 4.7 yang berada pada kategori sangat baik.

Gambar 7. Rata-Rata Skor Respon Guru dalam Mengikuti Pelatihan

Berdasarkan hasil diskusi dengan peserta pelatihan, mereka sepakat untuk menularkan ilmu cara pembuatan soal HOTS yang mereka peroleh selama kegiatan pelatihan ini kepada rekan lainnya di luar SD Negeri No 1 dan 2 Dausa. Mereka sepakat bahwa untuk dapat melaksanakan kurikulum 2013 dengan baik, para guru harus mendidik siswa agar memiliki kemampuan tingkat tinggi agar nantinya dapat bersaing di abad 21.

Keterampilan guru dalam membuat soal HOTS amat diperlukan dalam proses penilaian untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran HOTS berhasil dilakukan. Standar proses pada Permendikbud No. 22 Tahun 2016 menyatakan bahwa kegiatan guru dalam pengelolaan pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Penilaian dalam pembelajaran merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi, untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Guru memerlukan instrumen penilaian yang tepat untuk melaksanakan penilaian dan

3.4 3.45 3.5 3.55 3.6 3.65 3.7 3.75 S k o r R a ta -R a ta

Guru SDN 1 Dausa Guru SDN 2 Dausa

4.64 4.66 4.68 4.7 4.72 4.74 4.76 4.78 4.8 4.82 S k o r R a ta -R a ta

(8)

menguji pemahaman siswa (Nurdinah, 2019). Perkembangan keterampilan siswa membutuhkan penilaian yang tepat sehingga guru dapat mengetahui apakah pembelajaran yang dilakukan telah berhasil membangun berbagai keterampilan yang diharapkan (Doganay dan Bal, 2010). Guru sebagai pengelola pembelajaran dituntut mampu mempersiapkan dan melakukan penilaian dengan prosedur yang benar agar tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai. HOTS yang sudah termuat dalam kurikulum pembelajaran harus diimbangi dengan penilaian yang juga mengukur higher order thinking skills. Penilaian harus memuat aspek HOTS dibandingkan hanya memuat aspek kemampuan mengingat dan menghapal materi pembelajaran (Yen dan Siti, 2015). Penilaian HOTS dalam bentuk soal perlu dilakukan untuk menilai sejauh mana siswa memahami pembelajaran HOTS yang diberikan. Guru hendaknya mengembangkan soal-soal HOTS sesuai dengan KI-KD dan karakteristik mata pelajaran. Soal-soal HOTS yang dikembangkan harus dapat mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, berbasis permasalahan kontekstual dan menggunakan berbagai bentuk soal. Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan guru dalam mengembangkan soal HOTS diantaranya guru harus kreatif, tanggap terhadap isu-isu global, mampu memilih stimulus soal, dan mampu memilih kompetensi yang diuji.

SIMPULAN

Kegiatan P2M “Pelatihan Pembuatan Soal berbasis HOTS bagi Guru-Guru SDN No 1 dan 2 Dausa telah dilaksanakan dengan dua kali sesi pelatihan. Pelatihan sesi pertama menggunakan metode in service training berupa pemberian materi pelatihan kepada peserta dengan teknis kegiatan dilakukan secara daring. Pelatihan sesi kedua menggunakan metode on the job learning

berupa pembuatan soal HOTS secara mandiri yang dilakukan oleh peserta berdasarkan materi yang telah disampaikan. Pada pelatihan sesi kedua ini peserta masih banyak mengalami kebingungan sehingga memerlukan

pendampingan. Hasil dari kegitan ini berupa soal dan rubric penilaian yang berhasil dibuat ol peserta pelatihan. Rata-rata hasil keterampilan guru-guru dalam membuat soal HOTS berada pada kategori baik dan respon peserta pelatihan terhadap kegiatan yang dilakukan menunjukan hasil yang positif ditunjukkan dengan antusiasme yang sangat besar selama mengikuti kegiatan.

Soal HOTS hasil dari kegiatan pelatihan ini disarankan dapat langsung digunakan dalam pembelajaran di kelas untuk mengukur kemmapuan berpikir tingkat tinggi siswa. Selain itu para guru yang telah mendapatkan pelatihan, disarankan untuk membagikan pengetahuan yang dimiliki kepada guru lainnya. DAFTAR RUJUKAN

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman, In.

Dube, S. (2018). The 21st Century Students’ Educational Ict Preferences.

International Robotics & Automation

Journal, 3(5), 3–6.

https://doi.org/10.15406/iratj.2017.03. 00069

Doganay, A. and Bal, A.P. 2010. The Measurement of Student’ Achievement in Teaching Primary School Fifth Year Mathematics Classes. Educational Science: Theory & Practice, 10(1) pp. 199-215.

Hugerat, M & Kortam, N. 2014. Improving Higher Order Thinking Skills among Freshmen by Teaching Science through Inquiry, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 10(5), 447-454.

King, J. F.; Goodson, Ludwika, dan Rohani, F. 2010. Higher Order Thinking Skills, Definition, Teaching Strategis, Assesment. A Publication of the Educational Services Program.

(9)

Kusuma, M D, Rosidin, U, Abdurrahman, & Suyatna, A. 2017. The Development of Higher Order Thinking Skill (HOTS) Instrument Assessment in Physics Study, OSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME),

7(1), 26-32.

Nurdinah, H. 2019. Pengembangan Instrumen Penilaian Higher Order Thinking Skill (HOTS) di Sekolah Dasar, Current

Research in Education: Conference Series Journal, 1 (1), 1-8

Yen, T & Siti. 2015. Effective Teaching of Higher-Order Thinking (HOT) in Education, The Online Journal of Distance Education and e-Learning (TOJDEL), 341-347

Gambar

Tabel 1.  Klasifikasi  keterampilan  guru- guru-guru  SD  No  1  dan  2  Dausa  dalam  membuat  instrumen  penilaian  dalam  bentuk  soal  HOTS/respon  terhadap  pelaksanaan  kegiatan  pelatihan
Gambar 4. Soal HOTS Pilihan Ganda Bahasa  Indonesia
Gambar 6. Rata-Rata Skor Keterampilan Guru  dalam Membuat Soal HOTS

Referensi

Dokumen terkait

Program Pengabdian Masyarakat melalui kegiatan OPR Universitas Muhammadiyah Metro dengan judul: “Pelatihan Pembuatan Soal HOTS bagi guru SD Aisyiyah Metro dapat

Hal tersebut dikarenakan pada penelitian tersebut menggunakan data nilai tukar mata uang Dollar Amerika terhadap Indonesia Rupiah sehingga berdampak negatif karena

Tujuan penelitian untuk mengetahui: 1) pengetahuan sanitasi dan higiene, 2) pengolahan makanan sehat keluarga, dan 3) pengaruh pengetahuan sanitasi dan higiene pada

Bahwa apabila Undang-Undang membatasi hak seorang untuk membuat pengaduan atau melaporkan adanya tindakan maladministrasi kepada Ombudsman dengan dalih ketentuan Pasal 36 ayat

Kobasa (1979) menyatakan bahwa kepribadian hardiness ini menunjukkan adanya: (a) kontrol Thompson (Smet, 1994) mendefinisikan kontrol sebagai suatu keyakinan bahwa

Model lain dari game theory yang akan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan NPL pada penelitian ini adalah inspection game.. Inspection game merupakan sebuah

Gambaran histopatologi bronkus dari organ paru tikus asma yang dipapar oleh LPS menunjukkan kerusakan epitel paling besar dibandingkan dengan kondisi epitel pada

Panduan kami menawarkan rangkuman berbagai hal yang perlu Anda ketahui selama tinggal dan studi di Australia dan memberikan link ke tempat-tempat lain di mana Anda dapat