• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI Aspergillus PENGHASIL ENZIM HIDROLITIK DAN ANTAGONISMENYA TERHADAP Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI Aspergillus PENGHASIL ENZIM HIDROLITIK DAN ANTAGONISMENYA TERHADAP Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI Aspergillus PENGHASIL ENZIM HIDROLITIK DAN ANTAGONISMENYA

TERHADAP Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc)

Suciatmih

Bidang Mikrobiologi, Puslit Biologi – LIPI, CSC Jl. Jakarta – Bogor Km 46, Cibinong, Bogor suciatmih2008@yahoo.ca

ABSTRAK

Evaluasi Aspergillus penghasil enzim hidrolitik dilakukan untuk mencari agen antijamur terhadap

Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc), penyebab penyakit panama (layu fusarium) pada Musa spp.

Identifikasi jamur Aspergillus dilakukan secara morfologi, sedangkan evaluasi enzim kitinase, lipase, dan

protease dilakukan dengan menggunakan media spesifik. Uji antagonisme antara Aspergillus dan patogen

Foc menggunakan metode kultur ganda. Lima puluh tiga (45,7 %) dan 63 (54,3 %) dari 116 isolat Aspergillus yang dikoleksi dari berbagai subtrat masing-masing berhasil diidentifikasi sampai spesies dan

genus. Aspergillus yang sudah diidentifikasi sampai spesies adalah satu isolat sebagai A. clavatus, 3 isolat

sebagai A. chevalieri, 1 isolat A. flavipes, 1 isolat sebagai A. flavus, 10 isolat sebagai A. fumigatus, 4

isolat sebagai A. japonicus, 2 isolat sebagai A. kanagawaensis, 3 isolat sebagai A. neoglaber, 23 isolat

sebagai A. niger, dan 5 isolat sebagai A. terreus. Semua isolat jamur tidak menunjukkan aktivitas kitinase,

tetapi 45,7 %, 20,7 %, dan 11,2 % masing-masing mempunyai aktivitas lipase dan protease; lipase serta

protease. Hanya 22,4 % isolat jamur tidak mempunyai aktivitas lipase atau protease. Tiga contoh isolat Aspergillus (A. niger 917, A. terreus 583, dan Aspergillus sp. 920) yang mempunyai aktivitas lipase dan protease tinggi dapat menghambat pertumbuhan patogen Foc sekitar 21,67–36,81 %.

Kata Kunci: antagonisme, Aspergillus, Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc), enzim hidrolitik

PENDAHULUAN

Salah satu ancaman utama tanaman pisang di seluruh dunia adalah penyakit layu fusarium (Vuylsteke et al., 1996). Penyakit tersebut disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc) melalui infeksi sistemik vaskuler (Snyder & Hanson, 1940). Foc, seperti

kebanyakan isolat patogen F. oxysporum, mengolonisasi

jaringan vaskuler, menyebabkan gangguan translokasi air ke pucuk tanaman (Beckman & Roberts, 1995). Di Indonesia, penyakit ini dilaporkan telah menyebar hampir seluruh daerah pertanaman pisang. Sekitar 1,300 ha pisang barangan rusak berat akibat serangan Foc di

Sumatera Utara (Jumjunidang et al., 2005).

Pengendalian Foc menggunakan fungisida sintetis ke dalam tanah tidak efektif karena propagul jamur yang berdistribusi ke dalam tanah seringkali di luar jangkauan fungisida (Campbell, 1989). Selain itu, aplikasi fungisida dapat membunuh organisme bukan target, menyebabkan timbulnya strain patogen yang resisten terhadap fungisida, dan dapat membahayakan kesehatan serta

lingkungan (Djatnika et al., 2003). Oleh karena itu perlu

dicari alternatif pengendalian Foc yang aman dan ramah lingkungan. Salah satu pendekatan alternatif yang menjanjikan adalah dengan menggunakan jamur saprofit

seperti Aspergillus.

Aspergillus spp. adalah jamur yang hidup bebas dan ditemukan di berbagai substrat, seperti akar, batang, biji, buah, bunga, daun, umbi, bahan bakar, dan tanah rizosfer. Jamur tersebut dapat menjadi oportunis, simbion tanaman tidak virulen, dan parasit pada jamur lain. Aspergillus spp. digunakan untuk mengendalikan jamur

patogen tanaman melalui mikoparasitisme, lisis

miselium, dan antibiosis melalui sintesis metabolit volatil dan atau non-volatil (Bhattacharyya & Jha, 2011). Selulase, kitinase, pektinase, protease, dan lipase adalah enzim yang bertanggung jawab untuk melisis dinding sel

jamur (Smitha et al., 2014).

Spesies Aspergillus telah dilaporkan dapat

mengendalikan banyak jamur patogen, seperti Fusarium

acuminafum, F. equiseti, F. oxysporum f.sp. ciceri, F. monilliforme, F. sambucinum, F. solani, Macrophomia phaseolina, dan Rhizoctonia solani pada tanaman chickpea (Dolar, 2011), Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici (Alwathnani & Perveen, 2012), Fusarium oxysporum var cumini (Sharma, 2012), dan F. solani f.sp. melongenae (Najar et al., 2011).

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi aktivitas enzim hidrolitik, seperti kitinase, lipase, dan protease

secara in vitro dari Aspergillus koleksi LIPI-MC yang

(2)

Aspergillus penghasil aktivitas enzim hidrolitik tinggi kemudian diuji antagonismenya melawan patogen Foc. METODE

Identifikasi Aspergillus

Seratus enam belas isolat Aspergillus koleksi

LIPI-MC diidentifikasi secara morfologi menggunakan

panduan genus Aspergillus (Raper & Fennell, 1965).

Spesies Aspergillus dibiakan pada dua media berbeda,

yaitu Czapek Solution Agar (CZA) and Malt Extract

Agar (MEA). Setelah tujuh hari diinkubasi, koloni jamur

diamati karakter makroskopisnya, seperti diameter

koloni, eksudat, sebalik koloni; dan karakter

mikroskopisnya meliputi konidiofora, vesikel, metula, fialid, dan konidia.

Deteksi enzim hidrolitik

Deteksi aktivitas enzim hidrolitik Aspergillus,

seperti kitinase dilakukan dengan metode Lingappa &

Lockwood (1962), lipase dilakukan dengan metode

Peterson & Johnson (1949), serta protease dilakukan

dengan metode Uria et al. (unpublished).

Evaluasi antagonisme

Evaluasi antagonisme Aspergillus (penghasil

enzim hidrolitik tinggi) terhadap jamur patogen Foc

dilakukan dengan metode kultur ganda. Diameter jamur patogen diukur pada hari ke-5 setelah inokulasi, dan hambatan pertumbuhannya dihitung berdasarkan rumus Skidmore & Dickinson (1976):

PI = C – T x 100 C

PI = hambatan pertumbuhan miselium (%)

C = diameter miselium patogen pada cawan petri kontrol (cm)

T = diameter miselium patogen pada cawan petri perlakuan (cm)

HASIL

Empat puluh dua isolat Aspergillus diisolasi dari

tanah rizosfer (Tabel 1 dan 4). Sembilan belas (45,2 %)

isolat Aspergillus berhasil diidendifikasi sampai spesies,

sedangkan 23 (54,8 %) isolat sampai genus. Aspergillus

yang sudah diidentifikasi sampai spesies adalah satu

isolat sebagai A. flavipes, 4 isolat sebagai A. fumigatus, 4

isolat sebagai A. japonicus, 2 isolat sebagai A. neoglaber,

6 isolat sebagai A. niger, dan 2 isolat sebagai A. terreus.

Tabel 1.Aspergillus yang diisolasi dari tanah rizosfer

No Aspergillus Tanah rizosfer

Bambu Jagung Mangrove Pisang Tebu Teh Tomat Ubi

kayu 1. A. flavipes - - 1 - - - - - 2. A. fumigatus - - 3 - - - 1 - 3. A. japonicus 1 - 3 - - - - - 6. A. neoglaber - - 2 - - - - - 7. A. niger 1 - - 1 - - 2 2 8. A. terreus - - 2 - - - - - 9. Aspergillus 1 1 4 1 4 3 3 6 Total isolat 3 1 15 2 4 3 6 8

Keterangan: - = tidak ditemukan

Empat puluh tujuh isolat Aspergillus diisolasi dari berbagai bahan (Tabel 2 dan 5). Sembilan belas (40,4 %)

isolat Aspergillus berhasil diidendifikasi sampai spesies, sedangkan 28 (59,6 %) isolat sampai genus. Aspergillus yang

sudah diidentifikasi sampai spesies adalah satu isolat masing-masing sebagai A. chevalieri, A. clavatus, A. flavus, A.

kanagawaensis, A. neoglaber, dan A. terreus; 4 isolat sebagai A. fumigatus, dan 9 isolat sebagai A. niger. Tabel 2.Aspergillus yang diisolasi dari berbagai bahan

No Aspergillus

Bahan

Avtur Kain Kompos

Kon-taminan Minyak tanah Tanah hutan Tanah KRI Tanah Pantai 1. A. chevalieri - - 1 - - - - - 2. A. clavatus - - - 1 - - - - 2. A. flavus - - - - 1 - - 3. A. fumigatus 1 - - 3 - - - - 5. A. kanagawaensis - - - 1 - - 6. A. neoglaber - - - 1 - -

(3)

No Aspergillus

Bahan

Avtur Kain Kompos

Kon-taminan Minyak tanah Tanah hutan Tanah KRI Tanah Pantai 7. A. niger - - - 4 3 1 1 - 8. A. terreus - - - - 1 - - - 9. Aspergillus - 3 2 1 4 11 6 1 Total isolat 1 3 3 9 8 15 7 1

Keterangan: KRI = Kebun Raya Indonesia; - = tidak ditemukan

Dua puluh tujuh isolat Aspergillus diisolasi dari organ tanaman (Tabel 3 dan 6). Lima belas (55,6 %) isolat

Aspergillus berhasil diidendifikasi sampai spesies, sedangkan 12 (44,4 %) isolat sampai genus. Aspergillus yang sudah

diidentifikasi sampai spesies adalah dua isolat masing-masing sebagai A. chevalieri, A. fumigatus, dan A. terreus; 1

isolat A. kanagawaensis, serta 8 isolat sebagai A. niger.

Tabel 3.Aspergillus yang diisolasi dari organ tanaman

No Aspergillus Organ tanaman

Akar pisang Batang kopi Biji kedelai Buah tomat Bunga tomat Daun Umbi bawang merah 1. A. chevalieri 2 - - - - 2. A. fumigatus 2 - - - - 3. A. kanagawaensis - - 1 - - - - 4. A. niger 2 - 1 1 1 3 - 5. A. terreus - - 1 - - 1 - 6. Aspergillus 2 3 4 - - 2 1 Total isolat 8 3 7 1 1 6 1

Keterangan: - = tidak ditemukan

Semua (42) isolat Aspergillus yang diisolasi dari tanah rizosfer diketahui tidak terdeteksi menghasilkan enzim

kitinase, 28 (66,7 %) isolat Aspergillus menghasilkan enzim lipase, 26 (61,9 %) menghasilkan enzim protease, dan 10

(23,8 %) isolat Aspergillus tidak menghasilkan enzim lipase maupun protease (Tabel 4). Indeks lipase dihasilkan oleh

24 (57,1 %) isolat Aspergillus yang besarnya sekitar 1,11–2,33, sedangkan 4 (9,5 %) isolat Aspergillus hanya terdeteksi

positif menghasilkan lipase. Indeks protease dihasilkan oleh 17 (40,5 %) isolat Aspergillus yang besarnya sekitar 1,06–

1,67, sedangkan 9 (21,4 %) isolat hanya terdeteksi positif menghasilkan protease. Indeks lipase (2,33) dan protease

(1,67) tertinggi dihasilkan masing-masing oleh Aspergillus (514) dan Aspergillus (583). Ke dua Aspergillus tersebut

diisolasi dari tanah mangrove.

Tabel 4. Aktivitas enzim Aspergillus yang diisolasi dari tanah rizosfer No Aspergillus No koleksi Habitat Aktivitas kitinase Indeks lipase Indeks protease 1. A. fumigatus 501 Mangrove - 2,0 1,57 2. A. neoglaber 502 Mangrove - 1,2 1,11 3. Aspergillus 506 Mangrove - 2,0 1,63 4. A. fumigatus 509 Mangrove - 1,2 1,57 5. A. fumigatus 510 Mangrove - 1,14 1,5 6. A. japonicus 511 Mangrove - - - 7. Aspergillus 514 Mangrove - 2,33 1,13 8. Aspergillus 526 Mangrove - 1,14 1,5 9. A. neoglaber 580 Mangrove - - 1,63 10. A. terreus 583 Mangrove - 2,0 1,67 11. A. flavipes 584 Mangrove - - 1,25 12. A. japonicus 611 Mangrove - + - 13. A. japonicus 612 Mangrove - - - 14. Aspergillus 619 Mangrove - 1,4 1,13 15. A. terreus 623 Mangrove - + - 16. A. niger 692 Pisang - - -

(4)

No Aspergillus No koleksi Habitat Aktivitas kitinase Indeks lipase Indeks protease

17. Aspergillus 763 Ubi kayu - 2,14 1,14

18. Aspergillus 769 Pisang - 1,33 1,25

19. Aspergillus 811 Ubi kayu - 1,33 1,14

20. A. niger 815 Ubi kayu - - -

21. Aspergillus 824 Ubi kayu - + 1,45

22. Aspergillus 826 Ubi kayu - 1,91 -

23. Aspergillus 830 Ubi kayu - 1,2 +

24. A. niger 908 Ubi kayu - - -

25. Aspergillus 968 Jagung - 1,33 - 26. Aspergillus 996 Tebu - - 1,06 27. Aspergillus 1505 Tebu - 1,18 1,13 28. Aspergillus 1508 Teh - 1,11 + 29. Aspergillus 1525 Tebu - - - 30. Aspergillus 1526 Teh - + +

31. Aspergillus 1529 Ubi kayu - - -

32. Aspergillus 1533 Teh - 1,86 + 33. Aspergillus 1535 Tebu - 1,17 + 34. Aspergillus 1565 Bambu - 2,1 + 35. A .japonicus 1577 Bambu - - + 36. A. niger 1580 Bambu - - - 37. A. niger 2240 Tomat - - - 38. A. niger 2241 Tomat - - - 39. Aspergillus 2270 Tomat - 1,29 - 40. A. fumigatus 2273 Tomat - 1,38 + 41. Aspergillus 2275 Tomat - 1,67 + 42. Aspergillus 2276 Tomat - 1,33 -

Keterangan: - = tidak terdeteksi; + = terdeteksi

Semua (47) isolat Aspergillus yang diisolasi dari

berbagai bahan diketahui tidak terdeteksi menghasilkan

enzim kitinase, 33 (70,2 %) isolat Aspergillus

menghasilkan enzim lipase, 28 (59,6 %) isolat Aspergillus menghasilkan enzim protease, dan 8 (17,0 %)

isolat Aspergillus tidak terdeteksi menghasilkan enzim

lipase maupun protease (Tabel 5 & Gambar 1). Indeks

lipase dihasilkan oleh 29 (61,7 %) isolat Aspergillus yang

besarnya sekitar 1,13–3,11, sedangkan 4 (8,5 %) isolat Aspergillus hanya terdeteksi positif menghasilkan aktivitas lipase. Indeks protease dihasilkan oleh 17 (36,2

%) isolat Aspergillus yang besarnya sekitar 1,05–2,0,

sedangkan 11 (23,4 %) hanya terdeteksi positif menghasilkan aktivitas protease. Indeks lipase (3,11)

tertinggi dihasilkan oleh Aspergillus (1523), sedangkan

indeks protease (2,0) tertinggi dihasilkan masing-masing

oleh Aspergillus (798) dan Aspergillus (917). Aspergillus

(1523) yang menghasilkan indeks lipase tertinggi

diisolasi dari minyak tanah, sedangkan Aspergillus (798)

dan Aspergillus (917) yang menghasilkan indeks protease tertinggi masing-masing diisolasi dari tanah KRI.

Tabel 5. Aktivitas enzim Aspergillus yang diisolasi dari berbagai bahan No Aspergillus No koleksi Habitat Aktivitas kitinase Indeks lipase Indeks protease

1. Aspergillus 722 Tanah KRI - 1,5 1,29

2. Aspergillus 790 Tanah KRI - 1,2 -

3. Aspergillus 798 Tanah KRI - - 2,0

4. Aspergillus 822 Tanah KRI - 1,19 1,13

5. Aspergillus 867 Tanah KRI - 1,13 1,25

6. A. fumigatus 907 Avtur - 1,75 1,13

7. A. niger 909 Minyak tanah - 1,2 -

8. A. niger 911 Minyak tanah - - -

9. A. niger 912 Minyak tanah - - -

10. A. niger 913 Tanah Hutan - - -

11. A. niger 917 Tanah KRI - 2,0 2,0

(5)

No Aspergillus No koleksi Habitat Aktivitas kitinase Indeks lipase Indeks protease

13. Aspergillus 919 Tanah KRI - 2,67 1,05

14. Aspergillus 920 Tanah KRI - 2,0 1,82

15. A. terreus 921 Minyak tanah - - 1,24

16. Aspergillus 976 Tanah Hutan - 1,67 1,74

17. A. flavus 979 Tanah Hutan - 1,2 -

18. Aspergillus 992 Tanah Hutan - 2,44 1,34

19. Aspergillus 993 Tanah Hutan - - 1,11

20. Aspergillus 1507 Minyak tanah - 1,33 -

21. Aspergillus 1523 Minyak tanah - 3,11 -

22. Aspergillus 1528 Minyak tanah - 2,86 +

23. Aspergillus 1573 Kain - + +

24. Aspergillus 1591 Tanah Hutan - 1,6 -

25. Aspergillus 1601 Tanah Hutan - 1,23 +

26. Aspergillus 1605 Tanah Hutan - - +

27. Aspergillus 1606 Tanah Hutan - 1,71 -

28. Aspergillus 1620 Tanah Hutan - 1,18 -

29. Aspergillus 1621 Tanah Hutan - - -

30. Aspergillus 1633 Kain - 1,4 +

31. Aspergillus 1642 Tanah Hutan - 1,36 1,11

32. Aspergillus 1661 Kain - 1,14 +

33. A. clavatus 1881 Kontaminan - + 1,2

34. A.chevalieri 1886 Kompos - - -

35. Aspergillus 1888 Kompos - 1,45 +

36. Aspergillus 1895 Kompos - 1,33 +

37. Aspergillus 1913 Tanah Hutan - 2,17 +

38. A. neoglaber 1917 Tanah Hutan - 3,0 -

39. A. kanagawaensis 1923 Tanah Hutan - 1,4 +

40. A. niger 2149 Kontaminan - - - 41. Aspergillus 2154 Kontaminan - + - 42. A. fumigatus 2157 Kontaminan - 1,2 + 43. A. niger 2161 Kontaminan - - - 44. A. niger 2168 Kontaminan - + - 45. A. fumigatus 2172 Kontaminan - - 1,24 46. A. niger 2224 Kontaminan - - - 47. A. fumigatus 2258 Kontaminan - - 1,14

Keterangan: - = tidak terdeteksi; + = terdeteksi

Semua (27) isolat Aspergillus yang diisolasi dari

berbagai organ tanaman diketahui tidak terdeteksi menghasilkan enzim kitinase, 16 (59,3 %) isolat Aspergillus menghasilkan enzim lipase, 12 (44,4 %)

isolat Aspergillus menghasilkan enzim protease, dan 8

(29,6 %) isolat Aspergillus tidak menghasilkan enzim

lipase maupun protease (Tabel 6). Indeks lipase

dihasilkan oleh 14 (51,9 %) isolat Aspergillus yang

besarnya sekitar 1,14–2,0, sedangkan 2 (7,4 %) isolat Aspergillus hanya terdeteksi positif menghasilkan aktivitas lipase. Indeks protease dihasilkan oleh 8 (29,6

%) isolat Aspergillus yang besarnya sekitar 1,09–1,29,

sedangkan 4 (14,8 %) isolat Aspergillus hanya terdeteksi

positif menghasilkan aktivitas protease. Indeks lipase

(2,0) tertinggi dihasilkan masing-masing oleh A.

kanagawaensis (2278) dan A. terreus (2288), sedangkan indeks protease (1,29) tertinggi dihasilkan oleh Aspergillus (2132). Aspergillus kanagawaensis (2278)

dan A. terreus (2288) masing-masing diisolasi dari biji

kedelai, sedangkan Aspergillus (2132) diisolasi dari akar

(6)

Tabel 6. Aktivitas enzim Aspergillus yang diisolasi dari organ tanaman No Aspergillus No koleksi Habitat Aktivitas kitinase Indeks lipase Indeks protease 1. Aspergillus 1542 Daun - 1,44 - 2. A. terreus 1755 Daun - 1,4 - 3. Aspergillus 1878 Buah - 1,27 1,13 4. Aspergillus 1879 Daun - 1,25 1,12

5. Aspergillus 1961 Batang kopi - 1,14 +

6. Aspergillus 1967 Batang kopi - 1,44 -

7. Aspergillus 1982 Umbi bawang merah - - -

8. A. niger 1994 Bunga tomat - - -

9. A. niger 2026 Daun tomat - - -

10. A. niger 2080 Buah jeruk - - 1,11

11. A. fumigatus 2125 Akar pisang - 1,6 -

12. A. fumigatus 2126 Akar pisang - 1,29 1,11

13. Aspergillus 2132 Akar pisang - + 1,29

14. A. niger 2139 Akar pisang - - -

15. A. niger 2141 Akar pisang - - -

16. A. chevalieri 2142 Akar pisang - - 1,13

17. Aspergillus 2143 Akar pisang - - 1,22

18. A. chevalieri 2144 Akar pisang - + 1,09

19. A. niger 2255 Daun pisang - - -

20. A. niger 2256 Daun pisang - - -

21. Aspergillus 2277 Biji kedelai - 1,35 -

22. A. kanagawaensis 2278 Biji kedelai - 2,0 +

23. A. niger 2279 Biji kedelai - 1,33 -

24. Aspergillus 2282 Biji kedelai - - -

25. Aspergillus 2283 Biji kedelai - 1,25 +

26. A. terreus 2288 Biji kedelai - 2,0 -

27. Aspergillus 2291 Biji kedelai - 1,33 +

Keterangan: - = tidak terdeteksi; + = terdeteksi

Secara total (116), 53 (45,7 %) isolat Aspergillus

terdeteksimenghasilkan lipase dan protease, 24 (20,7 %)

isolat Aspergillus menghasilkan lipase, 13 (11,2 %) isolat

Aspergillus menghasilkan protease, dan 26 (22,4 %)

isolat Aspergillus tidak menghasilkan enzim lipase

maupun protease (Tabel 4, 5 & 6).

Gambar 1. Aktivitas protease Aspergillus (867) kiri dan

aktivitas lipase Aspergillus (790) kanan

Tiga contoh isolat Aspergillus yang menghasilkan

enzim lipase dan protease tinggi dapat menghambat pertumbuhan patogen Foc (Tabel 7 & Gambar 2). Persen hambatan pertumbuhan Foc tertinggi pada pengamatan

hari ke-5 diperlihatkan oleh A. niger 917 (36,81 %)

diikuti oleh Aspergillus sp. 920 (24,20 %), dan A. terreus

583 (21,67 %). Ke tiga Aspergillus tersebut diisolasi dari

tanah.

Tabel 7. Persen hambatan pertumbuhan Foc oleh tiga

contoh Aspergillus penghasil aktivitas lipase

dan protease tinggi

No Jamur Indeks lipase Indeks protease % Hambatan pertumbuhan Foc 1. A. niger (917) 2,0 2,0 36,81 2. A. terreus (583) 2,0 1,67 21,67 3. Aspergillus sp. (920) 2,0 1,82 24,20 Gambar 2. Foc (kiri) dan A. niger (917) vs Foc (kanan)

(7)

PEMBAHASAN

Banyaknya (116) isolat Aspergillus yang terisolasi

dari berbagai subtrat pada penelitian ini merupakan sumber bioaktif alami berpotensi yang dapat dieksploitasi untuk keperluan industri, obat, dan pertanian (Strobel &

Daisy, 2003). Masih banyaknya isolat Aspergillus (54,3

%) yang belum teridentifikasi sampai spesies secara morfologi merupakan kendala tersendiri sehingga ke depannya perlu diusahakan identifikasi dengan metode molekuler.

Sebanyak 45,7 % Aspergillus menghasilkan

aktivitas lipase maupun protease. Hasil ini tentunya sangat menggembirakan karena ada kemungkinan ke dua enzim tersebut dapat melisis polimer kecil (protein dan lipid) yang menyusun dinding dan membran sel jamur yang mungkin terlibat dalam respon antagonisme dari Aspergillus (de la Cruz & Llobell, 1999). Hal ini

terbukti bahwa tiga contoh isolat Aspergillus yang

menghasilkan aktivitas lipase dan protease tinggi (A.

niger 917, A. terreus 583 dan Aspergillus sp. 920) ternyata dapat menghambat pertumbuhan jamur patogen

Foc secara in-vitro sekitar 21,67-36,81 %. Antagonisme

Aspergillus melawan patogen Foc telah dilaporkan secara

intensif oleh Garoé et al. (2013) dan Suciatmih &

Rahmansyah (2013).

Beberapa penelitian berikut yang mendukung

penelitian Aspergillus yang menghasilkan enzim

melaporkan bahwa A. flavus, A. fumigatus, dan A. niger

menghasilkan aktivitas lipase dan protease (Aboul-Nasr et al., 2013). Protease dihasilkan oleh A. clavatus

(Sampaio e Silva et al., 2011) dan A. terreus (Budak et

al., 2014), sedangkan lipase dihasilkan oleh A. japonicus

(Jayaprakash & Ebenezer, 2012) dan A. terreus

(Mahmoud et al., 2015).

Ketidakmampuan Aspergillus menghasilkan

aktivitas kitinase, lipase, dan protease; serta Aspergillus

yang hanya terdeteksi positif menghasilakn enzim lipase atau protease tetapi indeks aktivitasnya tidak dapat diukur dalam penelitian ini mungkin disebabkan oleh faktor biologi seperti sifat genetik dari organisme yang dapat mempengaruhi sifat metabolisme dan biokimia strain mikroba sehingga akhirnya mempengaruhi sistem produksi enzimnya. Hasil yang berbeda telah dilaporkan oleh beberapa penelitian berikut bahwa aktivitas kitinase

dihasilkan oleh A. flavus (Gunalan et al., 2012), A.

fumigatus (Xia et al., 2001), A. niger (Brzezinska &

Jankiewicz, 2012), dan A. terreus (Farag & Al-Nusarie,

2014).

Metode kultur ganda telah digunakan secara

ekstensif untuk mempelajari antagonisme (Bhale et al.,

2013). El-Katatny (2001) menginformasikan bahwa pembentukkan zona hambatan pada titik kontak antara Aspergillus dan patogen Foc dapat disebabkan oleh

produksi metabolit volatil dan bukan volatil atau enzim hidrolitik, seperti lipase dan protease yang dihasilkan Aspergillus.

SIMPULAN

Aspergillus dapat diisolasi dari tanah rizosfer, organ tanaman, dan bahan lain (avtur, kain, kompos, minyak tanah, dan kontaminan yang berasal dari udara).

Tiga isolat Aspergillus (A. niger 917, A. terreus 583, dan

Aspergillus sp. 920) yang menghasilkan aktivitas lipase dan protease tinggi dapat menghambat patogen Foc. Ke tiga isolat tersebut akan diuji lebih lanjut pada skala

rumah kaca. Aspergillus yang belum berhasil

diidentifikasi secara morfologi akan diidentifikasi secara molekuler pada penelitian mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Aboul-Nasr MB, Zohri ANA, Amer EM, 2013. Enzymatic and toxigenic ability of opportunistic fungi contaminating intensive care units and operation rooms at Assiut University Hospitals,

Egypt. Springerplus, 2: 347. Doi:

10.1186/2193-1801- 2-347.

Alwathnani HA, Perveen K, 2012. Biological control of fusarium wilt of tomao by antagonist fungi and

Cyanobacteria. African Journal of Biotechnology,

11: 1100-1105.

Beckman C, Roberts E, 1995. On the nature and genetic basis for resistance and tolerance to fungal wilt

diseases of plants. Advances in Botanical Research,

21: 35-77.

Bhale UN, Wagh PM, Rajkonda JN, 2013. Antagonistic

confrontation of Trichoderma spp. against fruit rot

pathogens on sapodilla (Manilkara zapota L.).

Journal of Yeast and Fungal Research, 4(1): 5-11. Bhattacharyya PN, Jha DK, 2011. Optimization of

cultural conditions affecting growth and improved bioactive metabolite production by a subsurface Aspergillus strain TSF 146. International Journal of Applied Biology and Pharmaceutical Technology,2: 133-143.

Brzezinska MS, Jankiewicz U, 2012. Production of

antifungal chitinase by Aspergillus niger LOCK 62

and its potential role in the biological control. Current Microbiology, 65(6): 666-672.

Budak SO, Zhou M, Brouwer C, Wiebenga Ad, Benoit I, Falco MD, Tsang A, de Vries RP, 2014. A genomic

survey of proteases in Aspergilli. BMC Genomics,

15:523 DOI:10.1186/1471-2164-15-523.

Campbell R, 1989. Biological control of microbial plant pathogens. Cambridge: Cambridge University Press.

(8)

de la Cruz J, Llobell A, 1999. Purification and properties of a basic endo-β-1,6-glucanase (BGN16.1) from

the antagonistic fungus Trichoderma harzianum.

European Journal of Biochemistry,265: 145-151. Djatnika I, Hermanto C, Eliza, 2003. Pengendalian hayati

layu fusarium pada tanaman pisang dengan Pseudomonas flourescens dan Gliocladium. Jurnal Hortikultura, 13: 203-211.

Dolar FS, 2001. Antagonistic effect of Aspergillus

melleus Yukawa on soilborne pathogens of

chickpea. Tarim Bilimleri Dergisi, 8(2): 167-170.

El-Katatny MH, Gudelj M, Robra KH, Elnaghy MA, Gubitz GM, 2001. Characterization of a chitinase

and an endo-b-1,3-glucanase from Trichoderma

harzianum Rifai T24 involved in control of the

phytopathogen Sclerotium rolfsii. Applied

Microbiology and Biotechnology, 56: 137-143.

Farag MA, Al-Nusarie ST, 2014. Production,

optimization, characterization and antifungal

activity of chitinase produced by Aspergillus terrus.

African Journal of Biotechnology, 13(14): 1567-1578.

Garoé N-T, Cabrera R, Cosoveanu A, Martín TT, Giménez C, 2013. Survey of banana endophytic fungi isolated in artificial culture media from an

applied viewpoint. Journal of Horticulture, Forestry

and Biotechnology, 17(2): 22-25.

Gunalan G, Sadhana D, Ramya RP, 2012. Production,

optimization of chitinase using Aspergillus flavus

and its biocontrol of phytopathogenic fungi. Journal

of Pharmacy Research, 5(6): 3151.

Jayaprakash A, Ebenezer P, 2012. Optimization of Aspergillus japonicus lipase production by response

surface methodology. Journal of Academia and

Industrial Research, 1(1): 23-30.

Jumjunidang, Narsis N, Riska, Handayani H, 2005.

Teknik pengujian in vitro ketahanan pisang terhadap

layu fusarium menggunakan filtrat toksin dari kultur Fusarium oxysporum f.sp. cubens. Jurnal Hortikultura, 15(2): 135-139.

Lingappa Y, Lockwood JL, 1962. Chitin medium for

selective isolation and culture of Actinomycetes. Phytopathology, 52: 317-323.

Mahmoud GAL, Koutb MM, Morsy FM, Bagy MM, 2015. Characterization of lipase enzyme produced

by hydrocarbons utilizing fungus Aspergillus

terreus. European Journal of Biological Research, 5(3): 70-77.

Najar AG, Anwar A, Masoodi L, Khar MS, 2011. Evaluation of native biocontrol agents against Fusarium solani f.sp. melongenae causing wilt

disease of brinjal in Kashmir. Journal of Phytology,

3(6): 31-34.

Peterson MH, Johnson MJ, 1949. Delayed hydrolysis of

butterfat by certain Lactobacilli and Micrococci

isolated from cheese. Journal of Bacteriology, 58:

701-708.

Raper KB, Fennell DI, 1965. The Genus Aspergillus.

Baltimore: Williams and Wilkins.

Sampaio e Silva TA, Knob A, Tremacoldi CR,

Brochetto-Braga MR, Carmona EC, 2011.

Purification and some properties of an extracellular

acid protease from Aspergillus clavatus. World

Journal of Microbiology and Biotechnology, 27: 2491-2497.

Sharma S, 2012. Antagonistic interaction between Fusarium oxysporum var cumini and Aspergillus niger. Journal of Research in Biology, 1: 032-034. Skidmore AM, Dickinson CH, 1976. Colony interactions

and hyphal interference between Septoria nodurum

and phylloplane fungi. Transactions of the British

Mycological Society, 66: 57-64.

Smitha C, Finosh GT, Rajesh R, Abraham PK, 2014. Induction of hydrolytic enzymes of phytopathogenic

fungi in response to Trichoderma viride influence

biocontrol activity.International Journal of Current

Microbiology and Applied Sciences, 3(9): 1207-1217.

Snyder W, Hanson H, 1940. The species concept in Fusarium. American Journal of Botany, 27: 64–67. Strobel G, Daisy B, 2003. Bioprospecting for microbial

endophytes and their natural products. Microbiology

and Molecular Biology Reviews, 67(4): 491-502. Suciatmih, Rahmansyah M, 2013. Endophytic fungi

isolated from mangrove plant and have antagonism

role against Fusarium wilt. ARPN Journal of

Agricultural and Biological Science, 8(3): 251-257. Vuylsteke D, Swennen R, de Langhe E, 1996. Field performance of somaclonal variants of plantain. Journal of the American Society of Horticultural Science, 121: 42-46.

Xia G, Jin C, Zhou J, Yang S, Zhang S, Ji C, 2001. A Novel Chitinase Having a unique mode of action

from Aspergillus fumigatus YJ-407. European

Gambar

Tabel 2. Aspergillus yang diisolasi dari berbagai bahan
Tabel 4. Aktivitas enzim Aspergillus yang diisolasi dari tanah rizosfer
Tabel 5. Aktivitas enzim Aspergillus yang diisolasi dari berbagai bahan
Tabel 6. Aktivitas enzim Aspergillus yang diisolasi dari organ tanaman

Referensi

Dokumen terkait

motivasi dari penelitian ini dapat terjawab, dimana hasil konsekuensi pemeringkatan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) yang menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Timur

pendidikan, pembelajaran dan fasilitasi (Puspitasari, 2010). Salah satu bentuk penguatan pendidikan karakter pada satuan pendidikan adalah penguatan pendidikan

‘I don’t like this.’ ‘Leave this to me.’ He called to Ivzid, ‘What are you planning?’ Ivzid looked away primly.. ‘Come on, I know a Chelonian can never resist the chance

Penelitian ini juga akan mengikuti prinsip yang mirip dengan penelitian yang dilakukan Agusta (2014) di mana diskursus akan dicari dan dianalisis hingga batas kritis

Pada proses seleksi mempunyai beberapa tahapan yang meliputi: penyerahan surat lamaran dan kelengkapan, seleksi administratif para calon tenaga kontrak

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan tingkat depresi dengan tingkat kemandirian dalam aktivitas

Kontrol positif adalah : Sediaan pemeriksaan IHK pasien karsinoma payudara duktal invasif tipe tidak spesifik dengan hasil pulasan IHK Ki-67 terekspresi pada inti sel

Dengan demikian seseorang yang wanprestasi memberikan hak kepada pihak lain yang dirugikannya untuk menggugat ganti kerugian. Mengenai bentuk ganti kerugian dapat