PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN DISCOVERY TERHADAP
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
(Studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Way Kanan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
(Skripsi)
Oleh BERTA APRIZA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Berta Apriza
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARN TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN DISCOVERY TERHADAP
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
(Studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Way Kanan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh BERTA APRIZA
Pembelajaran tipe STAD merupakan suatu pembelajaran yang memberikan ke-sempatan yang lebih luas kepada siswa untuk berbagi informasi melalui diskusi kelompok, dan presentasi. Pada saat diskusi kelompok berlangsung, siswa me-lakukan pengamatan, membuat dugaan, dan menjelaskan apa yang telah didapat. Dalam hal ini disebut dengan pendekatan discovery. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 5 Blambangan Umpu yang bukan merupakan kelas unggulan. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive random sampling terhadap kelas, dan diperoleh kelas VIII 2 dan VIII 4.
Berta Apriza
pada kelas yang menggunakan pembelajarn konvensional, dengan taraf signifikansi 5%. Artinya, pembelajaran tipe STAD dengan pendekatan discovery tidak berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Akan tetapi, aktivitas pada pembelajaran dan hasil belajar kelas yang menggunakan pembelajaran tipe STAD dengan pendekatan discovery lebah baik dari pada kelas yang menggunakan pembelajarn konvensional.PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN DISCOVERY TERHADAP
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Way Kanan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh BERTA APRIZA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PENGARUH PENERAPAN
PEMBELAJARAN TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN DISCOVERY TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Way Kanan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012) Nama Mahasiswa : Berta Apriza
Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021006
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Caswita, M.Si. Drs. M. Coesamin, M.Pd.
NIP 19671004 199303 1 004 NIP 19591002 198803 1 006
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Caswita, M.Si. _____________
Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. _____________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. _____________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, buah hati pasangan Bapak
Henriyadi, S.Pd dan Ibu Husmaini S.Pd.I, yang dilahirkan di Kotabumi, Lampung
Utara pada tanggal 14 April 1990. Penulis dibesarkan di rumah yang beralamat di
Jl. Akagani No.1 Tj. Kurung Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan.
Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu: SD Negeri 1 Tj. Kurung
Kasui Way Kanan lulus pada tahun 2001, menyelesaikan pendidikan menengah
pertama di SLTP Negeri 1 Kotabumi Lampung Utara lulus pada tahun 2004, dan
menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Arjuna Bandar Lampung lulus
pada tahun 2007.
Pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakul-tas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UniversiFakul-tas Lampung melalui jalur Non
SPMB. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti organisasi yaitu
organisasi Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI). Pada tahun 2011,
penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Wijaya
Motto
Luruskan niat, Berusaha semaksimal mungkin, Sabar
dan disertai do’a dalam mencapai tujuan hidup
(Berta Apriza)
ix
DAFTAR GAMBAR
Tabel Halaman
2.1 Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu ... 13
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9
1. Pembelajaran Kooperatif ... 9
2. Pembelajaran Tipe STAD ... 11
3. Pendekatan Discovery ... 14
4. Aktivitas Belajar... 17
5. Hasil Belajar ... 19
B. Kerangka Pikir ... 21
viii
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ... 24
B. Data Penelitian ... 25
C. Desain Penelitian... 25
D. Langkah Penelitian ... 26
E. Teknik Pengumpulan Data ... 28
F. Instrumen Penelitian ... 29
G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 33
1. Uji Normalitas ... 35
2. Uji Homogenitas ... 36
3. Pengujian Hipotesis ... 37
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40
1. Aktivitas Belajar ... 40
2. Hasil Belajar ... 41
B. Pembahasan ... 44
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 48
B. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta dan Depdikbud. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
________________. 2006. Pedoman Pengembangan Silabus SMP/MTS. Mitra Karya. Jakarta.
Ali, Moh. 1984. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru. Bandung
Djamarah. 2003. Hasil Belajar Siswa. [on line]. Tersedia:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23246/3/Chapter%20II.pdf
Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional. Surabaya
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Jakarta.
Nasution, S. 2004. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar.
Bumi Aksara. Jakarta.
Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Sanjaya. 2006. Komponen Utama atau Aspek Pembelajaran. [on line]. Tersedia: http://arisandi.com/?p=915. ( 30 Maret 2011).Sardiman, AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sardiman, AM. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Jakarta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Bumi Aksara. Jakarta.
Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram.
Sutrisno, Leo dan Suyono. 2008. Hasil Belajar. [on line]. Tersedia: http://Pengertian-Hasil-Belajar/htm. ( 2 Januari 2012)
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Surabaya
Trinandita. 1984. Aktivitas Belajar Siswa. [on line]. Tersedia:
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Hasil Ujian Semester Ganjil Kelas VIII SMPN 5 Blambangan Umpu
Tahun Pelajaran 2011/2012 pada Bidang Studi Matematika ... 24
3.2 Desain Penelitian ... 25
3.3 Hasil Analisis Reabilitas Alat Ukur ... 33
4.1 Hasil Uji Normalitas Data Aktivitas Belajar Siswa ... 41
4.2 Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Aktivitas Belajar Siswa ... 41
4.3 Skor Tertinggi, Skor Terendah, Rata-rata Skor, dan Simpangan Baku Data Hasil Belajar Siswa ... 42
4.4 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa ... 43
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrahim
Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAh SWT dan Nabi Besar MUHAMMAD SAW,
kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kapada:
Abahku (Henriyadi,S.Pd) dan Umma’ku (Husmaini, S.Pd.I) yang telah membesarkan
dan mendidikku, selalu memberiku semangat dan nasehat, serta mencurahkan do’a dan
kasih sayangnya dengan pengorbanan yang tulus ikhlas demi kabahagiaan dan
keberhasilanku. Atas air mata saat mendo’akanku didalam selipan ibadah yang
abah dan umma’ kerjakan.
Kakak Qu Rian Arista dan Adik-adikku (Tri Oktaria dan M. Yabsutur Rizqo) atas
kebersamaannya selama ini, dan selalu memberikan do’a,
semangat, dukungan dan parhatiannya.
Para pendidik yang dengan tulus dan sabar dalam mendidikku
Sahabat-sahabat atas kebersamaan dalam mendaki gundukan mimpi
Almamater tercinta
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrahim
Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAh SWT dan Nabi Besar
MUHAMMAD SAW, kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta
kasihku kapada:
Abahku (Henriyadi,S.Pd) dan Umma’ku (Husmaini, S.Pd.I) yang telah
membesarkan dan mendidikku, selalu memberiku semangat dan nasehat, serta
mencurahkan do’a dan kasih sayangnya dengan pengorbanan yang tulus ikhlas
demi kabahagiaan dan keberhasilanku. Atas air mata saat mendo’akanku
didalam selipan ibadah yang abah dan umma’ kerjakan.
Kakak Qu Rian Arista dan Adik-adikku (Tri Oktaria dan M. Yabsutur Rizqo)
atas kebersamaannya selama ini, dan selalu memberikan do’a,
semangat, dukungan dan parhatiannya.
Para pendidik yang dengan tulus dan sabar dalam mendidikku
Sahabat-sahabat atas kebersamaan dalam mendaki gundukan mimpi
Almamater tercinta
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menye-lesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Tipe STAD
dengan Pendekatan Discovery terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa” (Studi
pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Semester Genap Tahun
Pelajaran 2011/2012).
Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, Pembimbing
Akade-mik, sekaligus Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan
bim-bingan, ilmu, dukungan, saran, kritik, dan motivasi, baik selama perkuliahan
maupun selama penyelesaian skripsi;
3. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah
melu-angkan waktunya ukntuk memberikan bimbingan, dukungan, dan saran, baik
4. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Penguji Utama yang telah
mem-bahas, memberikan masukan, saran, dan kritik, baik selama perkuliahan
mau-pun selama penyelesaian skripsi;
5. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pen-didikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu PenPen-didikan Universitas
Lampung;
6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama
menyele-saikan studi;
7. Abah Qu (Henriyadi, S.Pd) dan Umma’ Qu (Husmaini, S.Pd.I), Kak Rian,
Adik-adikku (Okta dan Risqo), atas perhatian dan kasih sayang yang telah
di-berikan, yang selalu mendo’akan, mendukung, dam memberikan semangat;
8. Keluarga besar Abah dan Keluarga besar Umma’. Terima kasih telah
mem-berikan semangat, dukungan, dan perhatiannya;
9. Bapak Aliudin Semenguk, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 5 Blambangan
Umpu Way Kanan yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian;
10.(Ayuk sepupuku) Ibu Ratni Yani, S.Pd., selaku guru matematika kelas VIII
SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Way Kanan yang telah memberikan arahan,
dan masukkan kepada penulis selama melakukan penelitian;
11.Siswa/siswi SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Way Kanan tahun pelajaran
2011/2012 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin;
12.Sahabat-sahabatku 3 serangkai (Vina, Vera, dan Srai), Rista, dan Mbak Sela,
yang telah memberikan semangat, dan do’a serta kebersamaannya selama ini;
13.Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan
Leni, Cwie, Mbak Devi, Ratna, Mprit, Fiska, Mbak Efa, Lia, Indah, Reni,
Vivi, Dwai, Tanti, Mbak Achiez, Nesha, Uya, Indri, Dhea, Sevia, Ana, Nana,
Rita, Mira, Mbak Yemi, Dina A, Mbak Endah, Madam Ifan, Heru, Bang
Lihin, Haris, Robert, Monmon, Dani, Bily, Ali, Komang, Bank Ken, Adi,
Munif, atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah
diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah
dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya;
14.Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Wijaya Bandarlampung (Vera,
Mbak Leni, Miss Siti, Cek Lisa, Pipit Dila, Berti, Indri, Mbak Rita, Mbak Ika,
Fitriadi, dan sandy) atas kebersamaan selama tiga bulan yang luar biasa serta
motivasinya;
15.Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai
2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2011 terima kasih atas
keber-samaannya;
16.Almamater yang telah mendewasakanku;
17.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kabaikan yang telaha diberikan
dengan pahala yang penuh berkah, dan semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna
bagi kita semua. Aamiin.
Bandarlampung, Agustus 2012 Penulis
1
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan sangat berperan penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena pendidikan memiliki pengaruh langsung terhadap perkembangan manusia.
Melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkua-litas dan dapat membangun kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik.
Proses pendidikan merupakan kegiatan menggerakkan segenap komponen pen-didikan oleh pendidik, terarah kepada pencapaian tujuan penpen-didikan.
Bagai-mana proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan.
Kualitas proses pendidikan ada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas
pengelolaannya. Kedua segi tersebut satu sama lain saling bargantung. Wa-laupun komponen-komponennya cukup baik, seperti tersedianya prasarana dan
2
Bahri : 2010). Demikian pula bila pengelolaan yang baik tetapi dalam kondisi serba kekurangan, akan mengakibatkan hasil yang tidak optimal.
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pan-tas benar dan indah untuk kehidupan. Kemampuan dan keterampilan yang
di-miliki seseorang tentu sesuai dengan pendidikan yang diikutinya, semakin ting-gi pendidikan seseorang, maka diasumsikan semakin tingting-gi pula pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuannya. Hal ini menggambarkan bahwa fungsi pen-didikan adalah membimbing anak ke arah suatu tujuan yang kita nilai tinggi. Sehubungan dengan fungsi tujuan yang demikian penting itu, meka menjadi
keharusan bagi pendidik untuk memahaminya. Kurang pemahaman pendidik terhadap tujuan pendidikan dapat mengakibatkan kesalahan dalam melaksana-kan pendidimelaksana-kan. Gejala demikiian oleh Langeveld dalam Tirtaharja (2005: 37)
disebut salah toeritis.
Siswa, guru, dan sarana prasarana yang digunakan merupakan komponen dalam
proses belajar mengajar. Pemahaman terhadap kondisi siswa sangat penting bagi
tenaga pengajar sehingga dapat menciptakan situasi dan kondisi yang tepat dalam
suatu proses belajar mengajar serta memberi pengaruh yang optimal bagi siswa
untuk mencapai hasil belajar yang baik. Pencapaian hasil belajar yang baik dapat
dicapai dengan peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep bahan ajar yang
diberikan dan disertai keaktifan siswa pada saat proses belajar mengajar
3
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah model pem-belajaran yang diterapkan, dalam hal ini yaitu menerapkan pempem-belajaran
ko-operatif. Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah, saling mendukung dalam memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau
mengerjkan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, pembelajaran kooperatif dapat diterapkan karena setiap
siswa dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan memiliki perbedaan, ada siswa yang memiliki kecepatan belajar tinggi, sedang, dan rendah. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga terdapat saling ketergantungan positif
dian-tara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian setiap siswa memiliki peluang yang sama dalam memperoleh hasil belajar yang maksimal
serta dapat tercipara suasana yang menyenangkan.
Pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe yang dapat diterapkan, salah
satunya adalah pembelajaran tipe STAD. Dengan menerapkan model pembel-ajaran kooperatif tipe STAD agar memberikan kesempatan yang lebih luas
ke-pada siswa untuk aktif belajar, membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama, saling bertukar pikiran, memberi kesempatan kepada siswa untuk membangun keterampilan sosial, sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa
dan membantu siswa meningkatkan hasil belajar matematika.
Slavin (1995 : 71) menyatakan bahwa STAD merupakan model yang paling se-derhana dari model pembelajaran kooperatif dan merupakan model yang cocok
4
model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang heterogen
ter-utama dari segi kemampuannya. Selanjutnya, siswa diminta untuk belajar da-lam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. Pada saat diskusi kelompok sedang berlangsung, guru membimbing
kelompok-kelompok belajar dan melakukan pendekatan pada masing-masing kelompok-kelompok agar mereka mampu menyelesaikan masalah dengan sendiri.
Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan discovery. Pendekatan discovery merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar
dan cara berfikir ilmiah siswa, pendekatan ini menempatkan siswa lebih aktif, dimana guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator untuk membantu
sis-wa memecahkan masalah sendiri. Sissis-wa berperan aktif dalam proses pembel-ajaran dan dapat menemukan suatu konsep dan pemahaman baru dengan sen-dirinya. Jika siswa menjadi lebih aktif dan memahami konsep dalam proses
pembelajaran, maka hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang telah dilakukan di SMP Negeri 5 Blambangan Umpu dengan guru bidang studi matematika kelas VIII, diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai ujian semester ganjil pembelajaran
matematika tahun pelajaran 2011-2012 pada kelas VIII 2 hanya mencapai 58.50. Jika dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KMM) 65
5
Aktivitas siswa dalam pembelajaran di SMP Negeri 5 Blambangan Umpu juga rendah. Dari hasil wawancara dengan guru matematika disekolah tersebut,
aktivitas siswa selama proses pembelajaran didominasi aktivitas bertanya pada saat pembelajaran, memperhatikan penjelasan guru, mencatat, serta menger-jakan soal latihan dan itu juga tidak dilakukan oleh seluruh siswa. Siswa yang
bertanya pada guru maupun pada temannya dalam proses pembelajaran sangat sedikit, hal ini mungkin pembelajaran yang ada kurang menumbuhkan rasa
ke-ingintahuan siswa.
Rendahnya aktivitas siswa akibat kurang tepatnya pendekatan pembelajaran yang digunakan terhadap kondisi siswa. Selama ini proses pembelajaran mate-matika yang dilaksanakan oleh guru yaitu menyampaikan informasi dengan
ce-ramah, memberikan contoh soal dan penyelesaiannya, kemudian memberikan latihan yang harus dikerjakan siswa baik di sekolah maupun di rumah. Namun ada kalanya pada proses pembelajaran guru melakukan diskusi kelompok
an-tarsiswa (siswa dibagi menjadi beberapa kelompok). Kegiatan belajar dan mengajar didominasi oleh guru.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Pengaruh
Penerapan Pembelajaran tipe STAD dengan pendekatan discovery terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Blambangan Umpu,
Way Kanan semester genap tahun pelajaran 2011/2012.”
6
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam pene-litian ini adalah “Apakah penerapan pembelajaran tipe STAD dengan
pendekatan discovery berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 5 Blambangan Umpu, Way Kanan tahun pelajaran 2011/2012?”
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
“Untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran tipe STAD dengan pendekatan discovery berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.”
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat tersebut.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemi-kiran terutama dalam mengembangkan dan meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi guru dan peneliti lain.
7
belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan discovery.
b. Diharapkan dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri, menambah pengetahuan terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan discovery serta sebagai acuan atau
refrensi pada penelitian yang sejenis.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah
1. Pengaruh
Pengaruh model pembelajaran yang dimaksud merupakan daya yang ditim-bulkan dari penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
discovery terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 5 Blambangan Umpu. Pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berpengaruh jika secara statistik memberikan hasil yang signifikan.
2. Pembelajaran Tipe STAD
Pembelajaran Tipe STAD adalah tipe pembelajaran kooperatif, dimana siswa bekerja sama dalam satu kelompok kecil (4 sampai 5 orang) yang heterogen,
untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran di kelas. Tipe STAD ini terdi-ri daterdi-ri 5 komponen utama, yaitu persentasi kelas, kegiatan kelompok, evaluasi,
pemberian skor individu dan penghargaan kelompok.
8
Pendekatan Discovery merupakan pendekatan mengajar yang berusaha mele-takkan dasar dan cara berfikir ilmiah siswa, pendekatan ini menempatkan
sis-wa lebih banyak belajar sendiri (aktif), dan mengembangkan kekreatifan da-lam memecahkan masalah. Dada-lam hal ini, guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator untuk membantu siswa memecahkan masalah sendiri, sehingga
siswa akan dapat menemukan suatu konsep dan pemahaman baru dengan sen-dirinya.
3. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas yang ter-jadi selama proses pembelajaran berlangsung, yang terdiri dari memperhatikan
penjelasan guru, siswa bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru, me-ngerjakan LKS, berdiskusi antara siswa dalam kelompok, mempresentasikan hasil diskusi atau memperhatikan presentasi hasil diskusi, menanggapi atau
bertanya pada saat persentasi, dan menarik sebuah kesimpulan.
4. Hasil belajar
Hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan atau penguasaan siswa ter-hadap materi yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran. Hasil belajar ini
dibatasi pada aspek kognitif yang direpresentasikan dengan nilai tes.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Kajian Teori
1. Pembelajaran Kooperatif
Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia. Teori prinsip kerjasama pertama kali dikenalkan oleh Grice (1975).
Menurut Grice, prinsip kerjasama adalah prinsip percakapan yang
membim-bing pesertanya agar dapat melakukan percakapan secara kooperatif dan dapat
menggunakan bahasa secara efektif dan efisien. Prinsip kerjasama tidak
ber-laku jika percakapan diber-lakukan dengan seorang diri. Prinsip kerjasama yang
baik dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, wujud nyata
dalam proses pembelajaran adalah diharapkan keterlibatan setiap siswa di
da-lam tugas-tugas kelompok, bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan
bersama.
Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif (Muslimin dkk, 2000) adalah
se-bagai berikut.
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
10
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggung-jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Triatno (2009: 42) menyatakan sebagai berikut:
“ Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, menfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.”
Model pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) adalah rangkaian
kegiat-an belajar ykegiat-ang dilakukkegiat-an oleh siswa dkegiat-an kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah di rumuskan.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, menurut Lie (2002: 30) terdapat lima (5)
unsur pemembelajaran kelompok yang harus diterapkan yaitu:
1) Saling ketergantungan positif
2) Tanggung jawab perseorangan (individual)
3) Tatap muka
4) Komunikasi antar anggota (keahlian bekerjasama)
5) Evaluasi proses kelompok
Menurut Slavin (dalam As’ari, 2003: 6), ada dua aspek yang melandasi
keber-hasilan pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Aspek motivasi
11
2) Aspek kognitif
Asumsi dasar dari teori perkembangan kognitif adalah bahwa interaksi an-tar siswa di sekian-tar tugas-tugas yang sesuai akan meningkatkan ketuntasan mereka tentang penguasaan konsep-konsep penting.
Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan semangat belajar siswa
(Slavin, 2005: 17). Belajar kooperatif siswa yang berkemampuan rendah
men-dapat kesempatan untuk belajar dari temannya yang lebih memahami materi
yang diajarkan. Siswa yang menguasai materi dengan baik berkesempatan
un-tuk menjadi tutor bagi temannya sehingga pemahamannya lebih baik.
2. Pembelajaran Tipe STAD
Pembelajaran tipe STAD ini merupakan tipe dari pembelajaran kooperatif
de-ngan menggunakan kelompok-kelompok kecil dede-ngan jumlah anggota tiap
ke-lompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian
tuju-an pembelajartuju-an, penyampaituju-an materi, kegiattuju-an kelomppok, kuis dtuju-an
penghar-gaan kelompok. (Triatno, 2009 : 68)
Pembelajaran tipe STAD menuntun siswa untuk berdiskusi dalam
kelompok-nya yang merupakan komponen kegiatan paling penting. Hal ini karena STAD
sangat berperan dalam aktualisasi kelompok secara sinergis untuk mencapai
hasil yang terbaik dan dalam pembimbingan antar anggota kelompok sebagai
suatu kesatuan dapat mencapai yang terbaik. Anggota kelompok yang
memi-liki kemampuan dibawah rata-rata tidak boleh di abaikan tetapi merupakan
ke-wajiban anggota yang lain untuk membantunya mengatasi masalah dalam
12
Pembelajaran tipe STAD merupakan model pembelajaran yang terdiri dari
mengajar, belajar dalam kelompok, tes, dan pemberian penghargaan terhadap
kelompok. Tahap-tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut
Slavin (2008: 71) adalah sebagai berikut:
a. Presentasi Kelas
Materi pelajaran disampaikan pada presentasi kelas, bisa menggunakan
pe-ngajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Pada
pendahulu-an ditekpendahulu-ankpendahulu-an pada apa ypendahulu-ang dipelajari siswa dalam tugas kelompok. Hal
ini penting karena akan membantu siswa dalam melaksanakan tes, dan
skor tes mereka akan dihitung untuk memperoleh poin kelompok.
b. Belajar Kelompok
Kelompok siswa yang akan dibentuk terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk
ti-ap kelompok yang dibentuk berdasarkan perbedaan kemampuan dan jenis
kelamin. Siswa belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru. Siswa juga akan diberikan kebebasan menentukan
cara yang akan digunakan dalam menyelesaikan tugas tersebut sesuai
de-ngan kemampuan yang dimiliki oleh tiap anggotanya. Setiap anggota
ke-lompok harus saling membantu dan bertanggungjawab atas keberhasilan
kelompoknya.
c. Tes
Setelah melakukan beberapa kali pertemuan, siswa diberikan tes individu.
Pada saat tes siswa tidak boleh membantu satu sama lain. Tes ini
13
d. Poin Peningkatan Individu
Setiap siswa diberi skor dasar berdasarkan skor tes awal, kemudian siswa
diberi skor untuk tes akhir. Poin peningkatan individu diberikan
berdasar-kan selisih antara skor tes akhir dengan skor tes awal. Kriteria pemberian
poin peningkatan menurut Slavin (1995:71) dapat dilihat pada tabel
[image:33.595.108.472.268.391.2]beri-kut.
Tabel 2.1 Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu.
Skor Tes Skor Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
10 poin hingga 1 poin di bawah skor awal 10
10 poin di atas skor awal 20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30
Slavin (1997:80)
e. Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan
kelom-pok. Untuk menentukan poin kelompok digunakan rumus:
Nk Kelompok Anggota Banyaknya Kelompok Anggota Setiap Peningka Po
Jumlah int tan
Nk = poin peningkatan kelompok
Berdasarkan poin peningkatan kelompok terdapat tiga penghargaan yang
diberikan. Kriteria penghargaan kelompok tersebut seperti pada tabel
beri-kut.
Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok.
Kriteria Predikat Kelompok
Nk < 15 Cukup
15 < Nk < 25 Baik
[image:33.595.103.474.693.756.2]14
3. Pendekatan Discovery
Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek
dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembangan secara
opti-mal sesuai dengan apa yang dimlikinya.
Menurut Sagala (2007: 196) bahwa “Pendekatan discovery merupakan
pende-katan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan pengembangan cara
ber-fikir ilmiah siswa.”
Pendekatan discovery ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, dan
mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini tugas
utama guru adalah memilih masalah yang sesuai untuk dipecahkan oleh siswa,
guru juga berperan sebagai pembimbing dan fasilitator belajar siswa.
Menurut sagala (2007: 197) ada lima tahapan yang ditempuh dalam
melaksana-kan pendekatan discovery, yakni:
“ Sebelum memulai pembelajaran guru hendaknya merumuskan masalah yang akan dipecahkan oleh siswa, lalu menetapkan hipotesis. Baru siswa mencari informasi, data, fakta, untuk menjawab permasalahan (hipotesis) tersebut, setelah itu siswa dapat menyimpulkan dan mengaplikasikan kesimpulan yang telah didapat tadi menjadi situasi baru.”
Pendekatan discovery dalam pembelajaran dapat lebih membiasakan kepada
anak untuk membuktikan sesuatu mengenai materi pelajaran yang sudah
dipel-ajari. Membuktikan dengan melakukan penyelidikan sendiri oleh siswa dengan
bimbingan guru baik di kelas, maupun di laboratorium. Dengan menggunakan
15
Menurut Roestiyah (2001: 20) mengatakan bahwa discovery adalah suatu
pro-ses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip.
Proses mental yang dimaksud antara lain adalah : mengamati, mencerna,
me-ngerti, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan
mem-buat kesimpulan. Semua ini merupakan rangkaian kegiatan siswa untuk
me-ningkatkan pemahaman siswa mengenai materi pelajaran selain itu juga dapat
meningkatkan aktivitas siswa baik di sekolah maupun diluar sekolah.
Penggunaan pendekatan discovery ini menurut Roestiyah (2001: 21) memiliki
keunggulan yaitu:
“Mampu mengembangkan keterampilan siswa, siswa juga bisa memperoleh kemampuan dan pemahaman yang mendalam mengenai materi pelajaran yang telah di ajarkan guru. Secara tidak langsung pembelajaran ini juga dapat ningkatkan gairah belajar siswa serta membantu siswa memperkuat dan me-nambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan diri sendiri.” Sementara itu pendekatan ini juga menurut Roestiyah (2001: 23) memiliki
ke-lemahan antara lain:
“Bila kelas terlalu besar, penggunaan pendekatan discovery kurang efektif.
Se-lain itu bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan pengajaran tradisional mungkin akan mengalami kesulitan menerapkan pendekatan ini dalam
pembe-lajaran. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut penggunaan
pende-katan discovery ini digunakan pada kelas yang memiliki siswa tidak terlalu
ba-nyak sehingga dapat efektif.”
Langkah–langkah dalam Discovery, menurut Sanjaya (2006) mengatakan agar
pelaksanaan pendekatan discovery ini berjalan dengan efektif, beberapa
lang-kah yang perlu ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data
secu-kupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan
16
b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir,
dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat
dibe-rikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan
siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui
pertanyaan-per-tanyaan, atau LKS.
c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.
d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas
di-periksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran
prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut,
maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk
menyusunya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak
menja-min 100% kebenaran konjektur.
f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan
soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu
benar.
Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pendekat-an discovery merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar
dan pengembangan cara berfikir ilmiah siswa serta memerlukan proses mental,
seperti mengamati, mengukur, menggolongkan, menduga, menjelaskan, dan
17
4. Aktivitas
Interaksi kegiatan belajar mengajar ditandai dengan adanya aktivitas siswa.
Menurut Nasution (2004: 86) aktivitas adalah asas terpenting dalam belajar
sebab balajar itu sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa kegiatan tidak
mungkin seseorang belajar. Sedangkan menurut Montesori (dalam Sardiman,
2006: 96) bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam
pemben-tukan diri adalah anak itu sendiri, sedangkan pendidik memberikan bimbingan
dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik.
Dalam proses pembelajaran, guru perlu membangkitkan aktivitas siswa dalam
berfikir maupun berbuat. Slameto (2003: 23) menyatakan penerimaan
pelajar-an jika dengpelajar-an aktivitas siswa sendiri. Kespelajar-an itu tidak begitu solo tetapi
dipi-kirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda : seperti
siswa akan mengajukan pertanyaan, menyatakan pendapat, menimbulkan
pen-dapat dengan guru. Hamalik (2001: 31) berpenpen-dapat kegiatan atau aktivitas
siswa dalam pembelajaran bermanfaat bagi siswa yaitu siswa memperoleh
pengalaman langsung, memupuk kerja sama, disiplin belajar, kemampuan
ber-fikir kritis, dan suasana di kelas menjadi hidup dan dinamis.
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik yang
me-liputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Diedrick (dalam
Sar-diman, 2003: 101), aktivitas belajar adalah aktivitas yang melibatkan mental
dan fisik. Aktivitas tersebut meliputi:
1. Visual activities, yang termasuk didalamnya membaca, memperhatikan
18
2. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
sa-ran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan inter-upsi.
3. Listening activities, seperti : mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
musik dan pidato.
4. Writing activities, seperti : menulis ceriat, karangan, laporan, angket dan
menyalin.
5. Drawing activities, seperti : menggambar, membuat grifik, peta, diagram.
6. Motor activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi,
mo-del mereparansi, berkebun, bermain dan beternak.
7. Mental activities, seperti : menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.
8. Emosional activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, gembira,
ber-semangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.
Sardiman (2003: 100) mengemukakan sebagai berikut.
“Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas belajar. Tanpa adanya aktivitas, belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktivan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.”
Menurut Sanjaya (2006: 174) yang dimaksud dengan “aktivitas adalah segala
sesuatu yang sengaja dirancang oleh guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar
siswa seperti kegiatan diskusi, demonstrasi, simulasi, melakukan percobaan,
dan sebagainya.”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
akti-vitas belajar merupakan seluruh kegiatan siswa baik kegiatan jasmani maupun
kegiatan rohani siswa yang menghasilkan suatu perubahan yang mendukung
keberhasilan belajar yang sangat menentukan hasil belajar mengajar. Aktivitas
siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah memperhatikn pejelasan guru,
siswa bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru, mengerjakan LKK,
19
memperhatikan presentasi hasil diskusi, menanggapi atau bertanya pada saat
persentasi dan menarik sebuah kesimpulan.
5. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan keseluruhan kecakapan dan hasil yang di capai
mela-lui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka
atau yang diukur. Hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang
mempengaruhi. Salah satu faktor yang ada adalah tersedianya bahan ajar yang
memberi kemudahan bagi individu untuk mempelajarinya sehingga
mengha-silkan hasil belajar yang lebih baik.
Selain faktor diatas, minat dan aktivitas belajar siswa juga sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar matematika, karena minat merupakan dorongan instriksik
terbesar untuk melakukan suatu kegiatan dan aktivitas yang merupakan
kegiat-an siswa ykegiat-ang menunjkegiat-ang keberhasilkegiat-an belajar. Menurut Suyono (2009: 8)
bahwa “hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
mem-bentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjukan kepada
suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas yang mengakibatkan
ber-ubahnya input secara fungsional”.
Hasil belajar yang maksimal diharapkan dapat terwujud melalui seorang siswa
yang merupakan harapan bangsa. Melalui proses pembelajaran siswa
diharap-kan mampu memperoleh sesuatu yang baru dan dapat diterapdiharap-kan dalam
20
Sutrisno dan Suyono (2008: 25) mengemukakan “hasil belajar merupakan
gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik
bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor
jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar”.
Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai hasil belajar. Hamalik (2004:
27), mengatakan bahwa ”belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan
bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi
le-bih luas dari itu, yaitu mengalami.”
Abdurrahman (1999: 28) mengatakan bahwa ” belajar merupakan proses dari
seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut
ha-sil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap”.
Berdasarkan pendapat di atas, belajar merupakan suatu proses yang dilakukan
seorang individu untuk mencapai suatu tujuan, yaitu hasil belajar. Hasil belajar
ini dapat dilihat dari perubahan perilaku seseorang setelah menerima pelajaran.
Hasil belajar adalah tingkat pengetahuan yang dicapai siswa terhadap materi
yang diterima ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
ha-sil yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran yang dapat diwujudkan
21
B.Kerangka Pikir
Penelitian tentang pengaruh penerapan pembelajaran tipe STAD dengan
pen-dekatan discovery terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP
Negeri 5 Blambangan Umpu, terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel
terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah pembelajaran
tipe STAD dengan pendekatan discovery (X), sedangkan yang menjadi variabel
terikat adalah aktivitas dan hasil belajar siswa (Y).
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil
in-teraksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam
usa-ha memperoleh usa-hasil yang optimal dalam pembelajaran, maka siswa usa-harus
ber-peran aktif dalam pembelajaran. Salah satu faktor yang menyebabkan siswa
tidak aktif sehingga mengakibatkan hasil belajar yang rendah adalah kurang
te-patnya menggunakan model pembelajaran di kelas disertai dengan pendekatan
pembelajaran yang digunakan terhadap kondisi siswa. Dengan model
pembel-ajaran yang tepat, maka diharapkan hasil belajar pun akan optimal.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan di kelas yaitu
pembelajaran tipe STAD. Pada STAD, pembelajaran diawali dengan guru
menyampaikan indikator pembelajaran dan siswa dibagi menjadi beberapa
ke-lompok kecil yang beranggotakan 4 sampai 5 orang yang telah ditentukan oleh
guru (heterogen terutama dari segi kemampunannya). Setiap kelompok
diberi-kan masalah atau soal dalam bentuk LKK yang berhubungan dengan
pembel-ajaran, kemudian mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama dengan
22
membimbing kelompok-kelompok belajar dan melakukan pendekatan pada
masing-masing kelompok agar mereka mampu menyelesaikan atau
memecah-kan masalah yang diberimemecah-kan dengan cara mereka sendiri.
Pendekatan discovery merupakan pendekatan mengajar yang berusaha
mele-takkan dasar dan pengembangan cara berfikir ilmiah siswa serta memerlukan
proses mental, seperti mengamati, mengukur, menggolongkan, menduga,
men-jelaskan, dan mengambil kesimpulan. Dalam melakukan aktivitas didalam
ke-lompok-kelompok kecil pada saat pembelajaran, siswa berinteraksi satu dengan
yang lain. Interaksi ini dapat berupa saling sharing atau siswa yang lemah
ber-tanya dan dijelaskan oleh siswa yang lebih pandai. Kondisi semacam ini selain
akan berpengaruh pada penguasaan siswa terhadap materi matematika, juga
akan dapat meningkatkan social skills siswa, sehingga interaksi merupakan
as-pek penting dalam pembelajaran matematika.
Pembelajaran tipe STAD menuntun siswa untuk berdiskusi dalam
kelompok-nya yang merupakan komponen kegiatan paling penting. Hal ini sangat
ber-peran dalam aktualisasi kelompok secara sinergis untuk mencapai hasil yang
terbaik. Saat diskusi kelompok sedang berlangsung, guru membimbing
kelom-pok-kelompok belajar dan melakukan pendekatan agar mampu menyelesaikan
masalah dengan sendiri. Pendekatan discovery saling mempengaruhi berpikir
masing-masing, guru memancing berpikir siswa yait u dengan
pertanyaan-per-tanyaan terfokus sehingga dapat memungkinkan siswa untuk memahami dan
mengkontruksikan konsep-konsep tertentu, membangun aturan-aturan dan
be-lajar menemukan sesuatu untuk memecahkan masalah. Jika pembebe-lajaran yang
23
matematika, sehingga aktivitas pun akan berjalan dengan baik dan dapat
me-ningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian aktivitas dan hasil belajar
siswa dipengaruhi oleh pembelajaran tipe STAD dengan pendekatan discovery.
Berdasarkan uraian di atas dapat diduga bahwa pembelajaran tipe STAD
dengan pendekatan discovery dapat mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar
siswa pada siswa kelas VIII SMPN 5 Blambangan Umpu.
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir diatas maka rumusan
hipo-tesisnya adalah sebagai berikut :
“Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan discovery
ber-pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII semester genap
24
III. METODE PENELITIAN
A.Populasi Dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Way Kanan,
terdistribusi dalam 4 kelas (VIII 1, VIII 2, VIII 3, dan VIII 4), satu diantaranya
merupakan kelas unggulan. Populasi dalam penelitian ini hanya siswa dari 3
kelas yang bukan merupakan kelas unggulan. Sampel penelitian ditentukan
dengan purposive random sampling, yang didasarkan pada karakteristik siswa
yang relatif sama. Untuk keperluan penelitian ini diambil dua kelas dan
diperoleh satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas
kontrol.
Tabel 3.1 Hasil Ujian Semester Ganjil Kelas VIII SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Tahun Pelajaran 2011/2012 pada Bidang Studi Matematika
Kelas Nilai Rata-rata Kelas Banyaknya Siswa yang Tidak Tuntas Banyak Siswa
VIII 1 61.50 16 29
VIII 2 58.50 19 30
VIII 3 58.75 11 25
VIII 4 58.50 13 29
Jumlah 59 113
25
B.Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa diperoleh dari nilai tes
untuk pokok bahasan Kubus dan Balok pada pertemuan terakhir setelah
mengikuti pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran tipe STAD dengan
pendekatan discovery, dan data aktivitas belajar siswa diperoleh dari lembar
observasi aktivitas belajar siswa. Semua data tersebut diperoleh dari kelas
sampel.
C.Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen menggunakan post-test only control
design dengan kelompok pengendali yang tidak diacak sebagaimana
[image:45.595.129.496.445.482.2]dikemuka-kan Furchan (1982: 368) pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Keterangan:
E = Kelas eksperimen
P = Kelas pengendali atau kontrol
A = Perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran
tipe STAD dengan pendekatan discovery
B = Perlakuan pada kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran
konvensional
X1 = Skor posttest pada kelas ekperimen
X2 = Skor posttest pada kelas kontrol
Kelompok Perlakuan Post-test
E A X1
26
D.Langkah Penelitian
Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan
pen-dekatan discovery :
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan
pem-belajaran tipe STAD dengan pendekatan discovery.
b. Mempersiapkan Lembar Kerja Kelompok (LKK).
c. Membagi siswa dengan jumlah 4 – 5 siswa secara heterogen berdasarkan
nilai awal siswa.
d. Menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa.
e. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes beserta aturan penskorannya.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah disusun. Urutan pembelajarannya sebagai berikut.
1) Kegiatan Awal
Memberikan motivasi dan apersepsi yaitu melakukan tanya jawab untuk
menggali kemampuan prasyarat siswa terkait dengan materi yang akan
di-bahas.
2) Kegiatan Inti
1) Guru menyajikan materi dalam upaya mengantarkan siswa
memba-ngun pengetahuannya sendiri,
2) Guru membentuk kelompok kerja dengan jumlah 4 – 5 siswa secara
27
3) Guru membagikan LKK kepada kelompok siswa dengan data
se-cukupnya, setiap masing-masing kelompok menyusun, memproses,
mengorganisir, dan menganalisis data yang diberikan guru, menyusun
konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang telah dilakukan. Guru
memeriksa konjektur yang telah dibuat oleh tiap kelompok, kemudian
menyerahkan kembali konjektur kepada kelompok. Setelah kelompok
mampu menemukan masalahnya, membagi kepada anggota yang lain
untuk menguasai secara tuntas materi/permasalahan tersebut. Guru
perlu memberi penekanan kepada siswa bahwa mereka tidak boleh
mengakhiri kegiatan belajar sebelum seluruh anggota pada
masing-masing kelompok menguasai materi dan selesai mengerjakan tugas
mengerjakan LKK. Kemudian siswa mendiskusikan hasil analisis dari
permasalahan yang ada dalam LKK. Dalam hal ini, guru
meng-gunakan pendekatan discovery pada saat diskusi berlangsung
(obser-ver memantau aktivitas siswa).
4) Perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
dan masing-masing kelompok memberikan tanggapan, sedangkan
gu-ru memberikan bantuan dan bimbingan agar validasi dapat
menghasil-kan kesimpulan yang benar. Guru juga perlu memberimenghasil-kan pujian
ke-pada kelompok yang bekerja dengan bagus.
5) Guru memandu jalannya diskusi dan menyempurnakan hasil diskusi.
3) Kegiatan Penutup
1) Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan dari materi
28
2) Guru memberikan PR dan menginformasikan materi yang akan
di-bahas pada pertemuan berikutnya.
3. Analisis Data
4. Penyusunan Laporan
E.Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
bebe-rapa tekhnik pengumpulan data antara lain:
1. Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa diperoleh dengan melakukan obsservasi. Observasi
dilakukan oleh observer untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran,
dengan proses pembelajaran tipe STAD dengan pendekatan discovery
ber-langsung menggunakan lembar observasi aktivitas siswa.
Ketentuan teknis pengisian lembar observasi aktivitas siswa ini adalah sebagai
berikut.
Siswa mendapat tanda check list (skor 1) jika melakukan aktivitas yang
re-levan terhadap pembelajaran.
Siswa tidak mendapat tanda check list (skor 0) jika tidak melakukan
akti-vitas yang relevan terhadap pembelajaran.
2. Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa diperoleh dengan melakukan tes. Tes tersebut
29
menggunakan soal-soal, pertanyaan atau tugas-tugas yang lain dimana
per-soalan-persoalan atau pertanyaan-pertanyaan itu telah dipilih dengan seksama
dan telah distandisasikan (Bimo Walgito, 1987:87). Tes yang diberikan dalam
penelitian ini adalah tes pada akhir pembelajaran berlangsung. Pemberian tes
ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti
pembela-jaran tipe STAD dengan pendekatan discovery.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu
suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan
sangat ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan. Instrumen
merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi hasil
belajar siswa dan aktivitas siswa tentang variasi karakteristik variabel
penelitian secara objektif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah instrumen tes, dan lembar observasi aktivitas siswa.
1. Uji Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Arikunto,2002:144) Validitas adalah
“su-atu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan su“su-atu instrumen,
jadi alat ukur dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak di
ukur secara tepat sehingga sesuai kriteria tujuan belajar”. Instrumen alat ukur
dapat dikatakan valid apabila alat ukur tersebut mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur dan tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang
30
Tes merupakan sederatan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
diguna-kan untuk mengukur keterampilan, pengukuran, intelegensi, kemampuan, atau
bakat yagn dimiliki oleh individu atau kelompok. Bentuk tes yang digunakan
dalam penelitian ini adalah essay. Instrumen tes dapat dikatakan memenuhi
persyaratan sebagai alat apabila sekurang-kurangnya instrumen tersebut valid.
Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes, selain sebagai alat
pengukuran hasil belajar siswa, isi tes juga harus dapat mewakili secara
repre-sentatif terhadap keseluruhan materi yang diteskan. Dengan asumsi bahwa
guru mata pelajaran Matematika kelas VIII SMP Negeri 5 Blambangan Umpu
mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka penilaian terhadap butir tes
dilakukan oleh guru tersebut. Guru menyatakan butir-butir tes telah sesuai
dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sehingga tes tersebut
dikategorikan valid (lampiran B.6).
Setelah dinyatakan valid, maka perangkat tes diujicobakan. Uji coba dilakukan
diluar sampel penelitian. Setelah uji coba, diukur tingkat reabilitas soal tes.
Jika perangkat tes telah memenuhi kriteria, maka perangkat termasuk dalam
kriteria tes yang baik sehingga layak untuk digunakan. Untuk mengetahui
kevalidan alat ukur tersebut, maka digunakan korelasi product moment
dengan data mentah yang dikemukakan oleh Person (dalam Surapranata, 2004:
59) sebagai berikut:
rxy =
2 2
2
2
31
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
x = skor butir soal
y = skor total
N = banyaknya subjek (teste)
Dari angka korelasi yang diperoleh, hasil koefisien korelasi tersebut pada
umumnya dibagi ke dalam lima bagian sebagai berikut:
Antara 0,800-1,000 : Sangat tinggi
Antara 0,600-0,800 : Tinggi
Antara 0,400-0,600 : Cukup
Antara 0,200-0,400 : Rendah
Antara 0,00-0,200 : Sangat rendah
(dalam Surapranata, 2004:59)
2. Uji Realibilitas
Dalam penelitian ini, untuk menguji reliabilitas alat ukur menggunakan rumus
alpha dengan mencari terlebih dahulu nilai varians tiap butir soal, kemudian
menjumlahkan varians tersebut untuk dianalisis dengan menggunakan rumus
alpha. Langkah-langkah menentukan reliabilitas tes:
1. Diberikan item tes pada siswa di luar siswa yang dijadikan obyek.
2. Membuat tabel analisis butir soal.
3. Mencari varians tiap soal lalu menjumlahkan seluruh varians.
32
N N X
X2 2
2
Keterangan:2 = varians
X2= jumlah nilai kuadrat butir soalX = jumlah nilai butir soal
N = banyaknya subyek pengikut tes
(dalam Suharsimi Arikunto, 2006: 97)
4. Setelah jumlah total varians diketahui, jumlah varians dianalisis
menggu-nakan rumus alpha sebagai berikut:
22
11 1 1
t i n n r Keterangan:
r11 = reliabilitas yang dicari
n = banyaknya soal
∑i² = jumlah varians skor tiap-tiap item
1² = varians total
Dengan,
N N Xi i / 2 22
Keterangan:
2
i
X = Kuadrat skor total
i
X = Skor total
N = Banyaknya subjek
33
5. Kemudian mengkonsultasikan dengan kriteria reliabilitas sebagai berikut:
0,800 – 1,00 = tingkat reliabilitas sangat tinggi
0,600 – 0,800 = tingkat reliabilitas tinggi
0,400 – 0,600 = tingkat reliabilitas cukup
0,200 – 0,400 = tingkat reliabilitas rendah
0,00 – 0,200 = tingkat reliabilitas sangat rendah
[image:53.595.122.505.303.448.2](dalam Arikunto, 2006: 75)
Tabel. 3.3
Hasil Analisis Reabilitas Alat Ukur
Nomor Soal Nilai rxy Reabilitas Keterangan
1 0.75 tinggi
2 0.57 cukup
3 0.59 cukup
4 0.55 cukup
5 0.80 sangat tinggi
6 0.82
0.77
sangat tinggi
Sumber pengolah data
Berdasarkan tabel hasil tes uji coba di atas, diperoleh bahwa seluruh butir soal
telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa. Dari tabel 3.3 diatas, pada perhitungan reabilitas
(Lampiran C1) didapat harga
r
11= 0,77. Hal ini berarti tes tersebutbereliabilitas tinggi.
G.Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui apakah pembelajaran tipe STAD dengan pendekatan
34
SMP Negeri 5 Blambangan Umpu semester genap tahun pelajaran 2011/2012,
maka dilakukan analisis data dan pengujian hipotesis terhadap aktivitas dan
hasil belajar siswa.
1. Aktivitas Siswa
Aktivitas belajar siswa diamati oleh observer dengan menggunakan lembar
observasi. Lembar observasi aktivitas belajar siswa berbentuk daftar nama
siswa dan banyaknya aktivitas belajar siswa yang dilakukan selama proses
pembelajaran menggunakan tipe STAD dengan pendekatan discovery dengan
memberikan tanda cheklis (√) pada kolom yang disediakan.
Dari data hasil observasi yang diperoleh dari masing-masing observer, jika
dalam lembar observasi pada 1 indikantor yang diamati diberikan tanda cheklis
(√) lebih dari atau samadengan 2, maka siswa mendapat skor 1 pada indikator
tersebut. Skor yang didapat pada masing-masing observer, jika dalam 1
indikator jumlah skor yang diperoleh siswa lebih dari atau samadengan 2 maka
siswa mendapat skor 1 pada indikator tersebut.
2. Hasil Belajar
Hasil pembelajaran dilihat dari hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar
matematika siswa ditunjukkan dengan nilai hasil belajar siswa yang diperoleh
dari tes pada akhir pembelajaran berlangsung.
Dalam menguji pencapaian kriteria di atas, dilakukan analisis data dan
35
a. Uji Normalitas Data
Hipotesis yang digunakan statistik data berasl dari populasi berdistribusi
nor-mal, untuk menguji kenormalan data dilakukan langkah-langkah sebagai
beri-kut:
Ho = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Ha = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
Rumus yang digunakan:
i i hit E Ei O 22 ( )
, 2tabel(1)(k 3)
Keterangan:
:chi-kuadrat
: frekuensi pengamatan/
: frekuensi yang diharapkan
k : banyaknya kelas interval
Kriteria uji:
Terima Ho jika 2hitung 2tabel, selain itu Ho diterima, dengan taraf nyata 5%.
Dan jika ternyata normal, maka dilanjutkan dengan pengujian kesamaan dua
varians (homogenitas).
a). Uji Normalitas Data Aktivitas Belajar Siswa
Pada perhitungan uji normalitas data (Lampiran C.6), untuk kelas eksperimen
diperoleh x2hitung= 1.761, dengan α = 5% dan dk = 3 dari tabel chi kuadrat
diperoleh x² tabel = 7.81, dan pada kelas kontrol diperoleh x2
hitung = 4.345
dengan α = 5% dan dk = 3 diperoleh x2tabel = 7.81. Sesuai dengan kriteria
36
dan kelas kontrol berada pada daerah penerimaan Ho sehingga data kedua
ke-las tersebut berdistribusi normal.
b). Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa
Pada perhitungan uji normalitas data (Lampiran C.8), untuk kelas eksperimen
diperoleh x2hitung= 2.685, dengan α = 5% dan dk = 3 dari tabel chi kuadrat
diperoleh x² tabel = 7.81. Dan pada kelas kontrol diperoleh x2
hitung = 6.374
dengan α = 5% dan dk = 3 diperoleh x2tabel = 7.81. Sesuai dengan kriteria
pengujian yaitu terima Ho jika 2hitung 2tabel, maka data kelas eksperimen
dan kelas kontrol berada pada daerah penerimaan Ho sehingga data kedua
ke-las tersebut berdistribusi normal.
b. Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)
Perumusan hipotesis
H0 : σ12 = σ22 (kedua sampel mempunyai varians yang sama)
H1 : σ12 ≠ σ22 (kedua sampel tidak mempunyai varians yang sama)
Statistik uji yang dilakukan:
terkecil ians
terbesar ians
F
var var
Kriteria uji:
Tolak Ho jika , dengan diperoleh dari
daftar distribusi F dengan peluang , sedangkan n1 – 1 adalah dk pembilang,
37
a). Uji Homogenitas Aktivitas Belajar Siswa
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh Fhitung = 1.0807 dengan α = 5%, dk
pembilang = 28 dan dk penyebut = 24 maka diperoleh Ftabel = 1.98. Untuk
Fhitung < Ftabel maka dapat disimpulkan kedua data aktivitas belajar siswa pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama. Perhitungan
selengkapnya pada lampiran C.6.
b). Uji Homogenitas Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh Fhitung = 1.43 dengan α = 5%, dk
pembilang = 28 dan dk penyebut = 24 maka diperoleh Ftabel = 1.98. Untuk
Fhitung < Ftabel maka dapat disimpulkan kedua data hasil belajar matematika
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama.
Perhitungan selengkapnya pada lampiran C.8.
c. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data diperoleh bahwa data
aktivitas dan hasil belajar siswa berdistribusi normal dan homogen, sehingga
berikutnya dilakukan uji hipotesis terhadap hipotesis melalui landasan kerja,
yaitu dengan uji letak perbedaan dua rata-rata. Untuk menguji dua rata-rata
digunakan formulasi uji-t, sebagai berikut.
a). Aktivitas siswa
Hipotesis Uji :
H0 : 1 2 (Rata-rata aktivitas siswa dengan menerapkan pembelajaran
tipe STAD dengan pendekatan discovery kurang dari atau sama dengan
38
H1 :1 2 (Rata-rata aktivitas siswa dengan menerapkan pembelajaran tipe
STAD dengan pendekatan discovery lebih dari rata-rata aktivitas siswa dengan
menerapkan model pembelajaran konvensional).
Untuk menguji hipotesis di atas, penulis dalam penelitian ini menggunakan
rumus statistik yaitu uji perbedaan dua rata-rata berikut.
Dimana:
Keterangan :
i
x : skor rata-rata posttest dari kelas eksperimen
2
x : skor rata-rata posttest dari kelas kontrol n1 : banyaknya subyek kelas eksperimen n2 : banyaknya subyek kelas kontrol
(dalam Sudjana, 2005: 243)
Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan taraf kepercayaan 5%
terima Ho jika thitung < ttabel.
Dari daftar distribusi t, diperoleh harga ttabel = 1.67. Dari hasil perhitungan,
diperoleh harga 1.58, karena thitung berada pada daerah penerimaan,
berarti terima H0 dan tolak H1. Maka dari uji hipotesis diperoleh bahwa
rata-rata aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen kurang dari atau sama
dengan hasil belajar siswa kelas kontrol.
b). Hasil belajar
39
H0 : 1 2 (Rata-rata hasil belajar matematika dengan menerapkan
pembelajaran tipe STAD dengan pendekatan discovery kurang dari atau sama
dengan rata-rata hasil belajar matematika dengan menerapkan model
pem-belajaran konvensional)
H1 :1 2 (Rata-rata hasil belajar matematika dengan menerapkan
pembel-ajaran tipe STAD dengan pendekatan discovery lebih dari rata-rata hasil
bel-ajar matematika dengan menerapkan model pembelbel-ajaran konvensional)
Unt