• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN DISCOVERY TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR (Studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Way Kanan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN DISCOVERY TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR (Studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Way Kanan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN DISCOVERY TERHADAP

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

(Studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Way Kanan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh BERTA APRIZA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Berta Apriza

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARN TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN DISCOVERY TERHADAP

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

(Studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Way Kanan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh BERTA APRIZA

Pembelajaran tipe STAD merupakan suatu pembelajaran yang memberikan ke-sempatan yang lebih luas kepada siswa untuk berbagi informasi melalui diskusi kelompok, dan presentasi. Pada saat diskusi kelompok berlangsung, siswa me-lakukan pengamatan, membuat dugaan, dan menjelaskan apa yang telah didapat. Dalam hal ini disebut dengan pendekatan discovery. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 5 Blambangan Umpu yang bukan merupakan kelas unggulan. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive random sampling terhadap kelas, dan diperoleh kelas VIII 2 dan VIII 4.

(3)

Berta Apriza

pada kelas yang menggunakan pembelajarn konvensional, dengan taraf signifikansi 5%. Artinya, pembelajaran tipe STAD dengan pendekatan discovery tidak berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Akan tetapi, aktivitas pada pembelajaran dan hasil belajar kelas yang menggunakan pembelajaran tipe STAD dengan pendekatan discovery lebah baik dari pada kelas yang menggunakan pembelajarn konvensional.
(4)

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN DISCOVERY TERHADAP

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Way Kanan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh BERTA APRIZA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi : PENGARUH PENERAPAN

PEMBELAJARAN TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN DISCOVERY TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Way Kanan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012) Nama Mahasiswa : Berta Apriza

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021006

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Caswita, M.Si. Drs. M. Coesamin, M.Pd.

NIP 19671004 199303 1 004 NIP 19591002 198803 1 006

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Caswita, M.Si. _____________

Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. _____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. _____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, buah hati pasangan Bapak

Henriyadi, S.Pd dan Ibu Husmaini S.Pd.I, yang dilahirkan di Kotabumi, Lampung

Utara pada tanggal 14 April 1990. Penulis dibesarkan di rumah yang beralamat di

Jl. Akagani No.1 Tj. Kurung Kecamatan Kasui Kabupaten Way Kanan.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu: SD Negeri 1 Tj. Kurung

Kasui Way Kanan lulus pada tahun 2001, menyelesaikan pendidikan menengah

pertama di SLTP Negeri 1 Kotabumi Lampung Utara lulus pada tahun 2004, dan

menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Arjuna Bandar Lampung lulus

pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakul-tas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UniversiFakul-tas Lampung melalui jalur Non

SPMB. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti organisasi yaitu

organisasi Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI). Pada tahun 2011,

penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Wijaya

(8)

Motto

Luruskan niat, Berusaha semaksimal mungkin, Sabar

dan disertai do’a dalam mencapai tujuan hidup

(Berta Apriza)

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Tabel Halaman

2.1 Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu ... 13

(10)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9

1. Pembelajaran Kooperatif ... 9

2. Pembelajaran Tipe STAD ... 11

3. Pendekatan Discovery ... 14

4. Aktivitas Belajar... 17

5. Hasil Belajar ... 19

B. Kerangka Pikir ... 21

(11)

viii

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 24

B. Data Penelitian ... 25

C. Desain Penelitian... 25

D. Langkah Penelitian ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Instrumen Penelitian ... 29

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 33

1. Uji Normalitas ... 35

2. Uji Homogenitas ... 36

3. Pengujian Hipotesis ... 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

1. Aktivitas Belajar ... 40

2. Hasil Belajar ... 41

B. Pembahasan ... 44

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 48

B. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta dan Depdikbud. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

________________. 2006. Pedoman Pengembangan Silabus SMP/MTS. Mitra Karya. Jakarta.

Ali, Moh. 1984. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru. Bandung

Djamarah. 2003. Hasil Belajar Siswa. [on line]. Tersedia:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23246/3/Chapter%20II.pdf

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional. Surabaya

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Jakarta.

Nasution, S. 2004. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar.

Bumi Aksara. Jakarta.

Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

(13)

Sanjaya. 2006. Komponen Utama atau Aspek Pembelajaran. [on line]. Tersedia: http://arisandi.com/?p=915. ( 30 Maret 2011).Sardiman, AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sardiman, AM. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Bumi Aksara. Jakarta.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram.

Sutrisno, Leo dan Suyono. 2008. Hasil Belajar. [on line]. Tersedia: http://Pengertian-Hasil-Belajar/htm. ( 2 Januari 2012)

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Surabaya

Trinandita. 1984. Aktivitas Belajar Siswa. [on line]. Tersedia:

(14)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Hasil Ujian Semester Ganjil Kelas VIII SMPN 5 Blambangan Umpu

Tahun Pelajaran 2011/2012 pada Bidang Studi Matematika ... 24

3.2 Desain Penelitian ... 25

3.3 Hasil Analisis Reabilitas Alat Ukur ... 33

4.1 Hasil Uji Normalitas Data Aktivitas Belajar Siswa ... 41

4.2 Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Aktivitas Belajar Siswa ... 41

4.3 Skor Tertinggi, Skor Terendah, Rata-rata Skor, dan Simpangan Baku Data Hasil Belajar Siswa ... 42

4.4 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa ... 43

(15)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrahim

Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAh SWT dan Nabi Besar MUHAMMAD SAW,

kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kapada:

Abahku (Henriyadi,S.Pd) dan Umma’ku (Husmaini, S.Pd.I) yang telah membesarkan

dan mendidikku, selalu memberiku semangat dan nasehat, serta mencurahkan do’a dan

kasih sayangnya dengan pengorbanan yang tulus ikhlas demi kabahagiaan dan

keberhasilanku. Atas air mata saat mendo’akanku didalam selipan ibadah yang

abah dan umma’ kerjakan.

Kakak Qu Rian Arista dan Adik-adikku (Tri Oktaria dan M. Yabsutur Rizqo) atas

kebersamaannya selama ini, dan selalu memberikan do’a,

semangat, dukungan dan parhatiannya.

Para pendidik yang dengan tulus dan sabar dalam mendidikku

Sahabat-sahabat atas kebersamaan dalam mendaki gundukan mimpi

Almamater tercinta

(16)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrahim

Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAh SWT dan Nabi Besar

MUHAMMAD SAW, kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta

kasihku kapada:

Abahku (Henriyadi,S.Pd) dan Umma’ku (Husmaini, S.Pd.I) yang telah

membesarkan dan mendidikku, selalu memberiku semangat dan nasehat, serta

mencurahkan do’a dan kasih sayangnya dengan pengorbanan yang tulus ikhlas

demi kabahagiaan dan keberhasilanku. Atas air mata saat mendo’akanku

didalam selipan ibadah yang abah dan umma’ kerjakan.

Kakak Qu Rian Arista dan Adik-adikku (Tri Oktaria dan M. Yabsutur Rizqo)

atas kebersamaannya selama ini, dan selalu memberikan do’a,

semangat, dukungan dan parhatiannya.

Para pendidik yang dengan tulus dan sabar dalam mendidikku

Sahabat-sahabat atas kebersamaan dalam mendaki gundukan mimpi

Almamater tercinta

(17)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menye-lesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Tipe STAD

dengan Pendekatan Discovery terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa” (Studi

pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Semester Genap Tahun

Pelajaran 2011/2012).

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, Pembimbing

Akade-mik, sekaligus Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan

bim-bingan, ilmu, dukungan, saran, kritik, dan motivasi, baik selama perkuliahan

maupun selama penyelesaian skripsi;

3. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah

melu-angkan waktunya ukntuk memberikan bimbingan, dukungan, dan saran, baik

(18)

4. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Penguji Utama yang telah

mem-bahas, memberikan masukan, saran, dan kritik, baik selama perkuliahan

mau-pun selama penyelesaian skripsi;

5. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pen-didikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu PenPen-didikan Universitas

Lampung;

6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama

menyele-saikan studi;

7. Abah Qu (Henriyadi, S.Pd) dan Umma’ Qu (Husmaini, S.Pd.I), Kak Rian,

Adik-adikku (Okta dan Risqo), atas perhatian dan kasih sayang yang telah

di-berikan, yang selalu mendo’akan, mendukung, dam memberikan semangat;

8. Keluarga besar Abah dan Keluarga besar Umma’. Terima kasih telah

mem-berikan semangat, dukungan, dan perhatiannya;

9. Bapak Aliudin Semenguk, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 5 Blambangan

Umpu Way Kanan yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian;

10.(Ayuk sepupuku) Ibu Ratni Yani, S.Pd., selaku guru matematika kelas VIII

SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Way Kanan yang telah memberikan arahan,

dan masukkan kepada penulis selama melakukan penelitian;

11.Siswa/siswi SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Way Kanan tahun pelajaran

2011/2012 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin;

12.Sahabat-sahabatku 3 serangkai (Vina, Vera, dan Srai), Rista, dan Mbak Sela,

yang telah memberikan semangat, dan do’a serta kebersamaannya selama ini;

13.Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan

(19)

Leni, Cwie, Mbak Devi, Ratna, Mprit, Fiska, Mbak Efa, Lia, Indah, Reni,

Vivi, Dwai, Tanti, Mbak Achiez, Nesha, Uya, Indri, Dhea, Sevia, Ana, Nana,

Rita, Mira, Mbak Yemi, Dina A, Mbak Endah, Madam Ifan, Heru, Bang

Lihin, Haris, Robert, Monmon, Dani, Bily, Ali, Komang, Bank Ken, Adi,

Munif, atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah

diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah

dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya;

14.Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Wijaya Bandarlampung (Vera,

Mbak Leni, Miss Siti, Cek Lisa, Pipit Dila, Berti, Indri, Mbak Rita, Mbak Ika,

Fitriadi, dan sandy) atas kebersamaan selama tiga bulan yang luar biasa serta

motivasinya;

15.Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai

2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2011 terima kasih atas

keber-samaannya;

16.Almamater yang telah mendewasakanku;

17.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kabaikan yang telaha diberikan

dengan pahala yang penuh berkah, dan semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna

bagi kita semua. Aamiin.

Bandarlampung, Agustus 2012 Penulis

(20)
(21)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan sangat berperan penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena pendidikan memiliki pengaruh langsung terhadap perkembangan manusia.

Melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkua-litas dan dapat membangun kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik.

Proses pendidikan merupakan kegiatan menggerakkan segenap komponen pen-didikan oleh pendidik, terarah kepada pencapaian tujuan penpen-didikan.

Bagai-mana proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan.

Kualitas proses pendidikan ada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas

pengelolaannya. Kedua segi tersebut satu sama lain saling bargantung. Wa-laupun komponen-komponennya cukup baik, seperti tersedianya prasarana dan

(22)

2

Bahri : 2010). Demikian pula bila pengelolaan yang baik tetapi dalam kondisi serba kekurangan, akan mengakibatkan hasil yang tidak optimal.

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pan-tas benar dan indah untuk kehidupan. Kemampuan dan keterampilan yang

di-miliki seseorang tentu sesuai dengan pendidikan yang diikutinya, semakin ting-gi pendidikan seseorang, maka diasumsikan semakin tingting-gi pula pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuannya. Hal ini menggambarkan bahwa fungsi pen-didikan adalah membimbing anak ke arah suatu tujuan yang kita nilai tinggi. Sehubungan dengan fungsi tujuan yang demikian penting itu, meka menjadi

keharusan bagi pendidik untuk memahaminya. Kurang pemahaman pendidik terhadap tujuan pendidikan dapat mengakibatkan kesalahan dalam melaksana-kan pendidimelaksana-kan. Gejala demikiian oleh Langeveld dalam Tirtaharja (2005: 37)

disebut salah toeritis.

Siswa, guru, dan sarana prasarana yang digunakan merupakan komponen dalam

proses belajar mengajar. Pemahaman terhadap kondisi siswa sangat penting bagi

tenaga pengajar sehingga dapat menciptakan situasi dan kondisi yang tepat dalam

suatu proses belajar mengajar serta memberi pengaruh yang optimal bagi siswa

untuk mencapai hasil belajar yang baik. Pencapaian hasil belajar yang baik dapat

dicapai dengan peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep bahan ajar yang

diberikan dan disertai keaktifan siswa pada saat proses belajar mengajar

(23)

3

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah model pem-belajaran yang diterapkan, dalam hal ini yaitu menerapkan pempem-belajaran

ko-operatif. Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah, saling mendukung dalam memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau

mengerjkan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, pembelajaran kooperatif dapat diterapkan karena setiap

siswa dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan memiliki perbedaan, ada siswa yang memiliki kecepatan belajar tinggi, sedang, dan rendah. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga terdapat saling ketergantungan positif

dian-tara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian setiap siswa memiliki peluang yang sama dalam memperoleh hasil belajar yang maksimal

serta dapat tercipara suasana yang menyenangkan.

Pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe yang dapat diterapkan, salah

satunya adalah pembelajaran tipe STAD. Dengan menerapkan model pembel-ajaran kooperatif tipe STAD agar memberikan kesempatan yang lebih luas

ke-pada siswa untuk aktif belajar, membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama, saling bertukar pikiran, memberi kesempatan kepada siswa untuk membangun keterampilan sosial, sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa

dan membantu siswa meningkatkan hasil belajar matematika.

Slavin (1995 : 71) menyatakan bahwa STAD merupakan model yang paling se-derhana dari model pembelajaran kooperatif dan merupakan model yang cocok

(24)

4

model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang heterogen

ter-utama dari segi kemampuannya. Selanjutnya, siswa diminta untuk belajar da-lam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. Pada saat diskusi kelompok sedang berlangsung, guru membimbing

kelompok-kelompok belajar dan melakukan pendekatan pada masing-masing kelompok-kelompok agar mereka mampu menyelesaikan masalah dengan sendiri.

Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan discovery. Pendekatan discovery merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar

dan cara berfikir ilmiah siswa, pendekatan ini menempatkan siswa lebih aktif, dimana guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator untuk membantu

sis-wa memecahkan masalah sendiri. Sissis-wa berperan aktif dalam proses pembel-ajaran dan dapat menemukan suatu konsep dan pemahaman baru dengan sen-dirinya. Jika siswa menjadi lebih aktif dan memahami konsep dalam proses

pembelajaran, maka hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang telah dilakukan di SMP Negeri 5 Blambangan Umpu dengan guru bidang studi matematika kelas VIII, diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai ujian semester ganjil pembelajaran

matematika tahun pelajaran 2011-2012 pada kelas VIII 2 hanya mencapai 58.50. Jika dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KMM) 65

(25)

5

Aktivitas siswa dalam pembelajaran di SMP Negeri 5 Blambangan Umpu juga rendah. Dari hasil wawancara dengan guru matematika disekolah tersebut,

aktivitas siswa selama proses pembelajaran didominasi aktivitas bertanya pada saat pembelajaran, memperhatikan penjelasan guru, mencatat, serta menger-jakan soal latihan dan itu juga tidak dilakukan oleh seluruh siswa. Siswa yang

bertanya pada guru maupun pada temannya dalam proses pembelajaran sangat sedikit, hal ini mungkin pembelajaran yang ada kurang menumbuhkan rasa

ke-ingintahuan siswa.

Rendahnya aktivitas siswa akibat kurang tepatnya pendekatan pembelajaran yang digunakan terhadap kondisi siswa. Selama ini proses pembelajaran mate-matika yang dilaksanakan oleh guru yaitu menyampaikan informasi dengan

ce-ramah, memberikan contoh soal dan penyelesaiannya, kemudian memberikan latihan yang harus dikerjakan siswa baik di sekolah maupun di rumah. Namun ada kalanya pada proses pembelajaran guru melakukan diskusi kelompok

an-tarsiswa (siswa dibagi menjadi beberapa kelompok). Kegiatan belajar dan mengajar didominasi oleh guru.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Pengaruh

Penerapan Pembelajaran tipe STAD dengan pendekatan discovery terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Blambangan Umpu,

Way Kanan semester genap tahun pelajaran 2011/2012.”

(26)

6

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam pene-litian ini adalah “Apakah penerapan pembelajaran tipe STAD dengan

pendekatan discovery berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 5 Blambangan Umpu, Way Kanan tahun pelajaran 2011/2012?”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran tipe STAD dengan pendekatan discovery berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.”

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat tersebut.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemi-kiran terutama dalam mengembangkan dan meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi guru dan peneliti lain.

(27)

7

belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan discovery.

b. Diharapkan dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri, menambah pengetahuan terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan discovery serta sebagai acuan atau

refrensi pada penelitian yang sejenis.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah

1. Pengaruh

Pengaruh model pembelajaran yang dimaksud merupakan daya yang ditim-bulkan dari penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan

discovery terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 5 Blambangan Umpu. Pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berpengaruh jika secara statistik memberikan hasil yang signifikan.

2. Pembelajaran Tipe STAD

Pembelajaran Tipe STAD adalah tipe pembelajaran kooperatif, dimana siswa bekerja sama dalam satu kelompok kecil (4 sampai 5 orang) yang heterogen,

untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran di kelas. Tipe STAD ini terdi-ri daterdi-ri 5 komponen utama, yaitu persentasi kelas, kegiatan kelompok, evaluasi,

pemberian skor individu dan penghargaan kelompok.

(28)

8

Pendekatan Discovery merupakan pendekatan mengajar yang berusaha mele-takkan dasar dan cara berfikir ilmiah siswa, pendekatan ini menempatkan

sis-wa lebih banyak belajar sendiri (aktif), dan mengembangkan kekreatifan da-lam memecahkan masalah. Dada-lam hal ini, guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator untuk membantu siswa memecahkan masalah sendiri, sehingga

siswa akan dapat menemukan suatu konsep dan pemahaman baru dengan sen-dirinya.

3. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas yang ter-jadi selama proses pembelajaran berlangsung, yang terdiri dari memperhatikan

penjelasan guru, siswa bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru, me-ngerjakan LKS, berdiskusi antara siswa dalam kelompok, mempresentasikan hasil diskusi atau memperhatikan presentasi hasil diskusi, menanggapi atau

bertanya pada saat persentasi, dan menarik sebuah kesimpulan.

4. Hasil belajar

Hasil belajar yang dimaksud adalah kemampuan atau penguasaan siswa ter-hadap materi yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran. Hasil belajar ini

dibatasi pada aspek kognitif yang direpresentasikan dengan nilai tes.

(29)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1. Pembelajaran Kooperatif

Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup

manusia. Teori prinsip kerjasama pertama kali dikenalkan oleh Grice (1975).

Menurut Grice, prinsip kerjasama adalah prinsip percakapan yang

membim-bing pesertanya agar dapat melakukan percakapan secara kooperatif dan dapat

menggunakan bahasa secara efektif dan efisien. Prinsip kerjasama tidak

ber-laku jika percakapan diber-lakukan dengan seorang diri. Prinsip kerjasama yang

baik dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, wujud nyata

dalam proses pembelajaran adalah diharapkan keterlibatan setiap siswa di

da-lam tugas-tugas kelompok, bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan

bersama.

Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif (Muslimin dkk, 2000) adalah

se-bagai berikut.

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

(30)

10

e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggung-jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Triatno (2009: 42) menyatakan sebagai berikut:

“ Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, menfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.”

Model pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) adalah rangkaian

kegiat-an belajar ykegiat-ang dilakukkegiat-an oleh siswa dkegiat-an kelompok-kelompok tertentu untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah di rumuskan.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, menurut Lie (2002: 30) terdapat lima (5)

unsur pemembelajaran kelompok yang harus diterapkan yaitu:

1) Saling ketergantungan positif

2) Tanggung jawab perseorangan (individual)

3) Tatap muka

4) Komunikasi antar anggota (keahlian bekerjasama)

5) Evaluasi proses kelompok

Menurut Slavin (dalam As’ari, 2003: 6), ada dua aspek yang melandasi

keber-hasilan pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Aspek motivasi

(31)

11

2) Aspek kognitif

Asumsi dasar dari teori perkembangan kognitif adalah bahwa interaksi an-tar siswa di sekian-tar tugas-tugas yang sesuai akan meningkatkan ketuntasan mereka tentang penguasaan konsep-konsep penting.

Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan semangat belajar siswa

(Slavin, 2005: 17). Belajar kooperatif siswa yang berkemampuan rendah

men-dapat kesempatan untuk belajar dari temannya yang lebih memahami materi

yang diajarkan. Siswa yang menguasai materi dengan baik berkesempatan

un-tuk menjadi tutor bagi temannya sehingga pemahamannya lebih baik.

2. Pembelajaran Tipe STAD

Pembelajaran tipe STAD ini merupakan tipe dari pembelajaran kooperatif

de-ngan menggunakan kelompok-kelompok kecil dede-ngan jumlah anggota tiap

ke-lompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian

tuju-an pembelajartuju-an, penyampaituju-an materi, kegiattuju-an kelomppok, kuis dtuju-an

penghar-gaan kelompok. (Triatno, 2009 : 68)

Pembelajaran tipe STAD menuntun siswa untuk berdiskusi dalam

kelompok-nya yang merupakan komponen kegiatan paling penting. Hal ini karena STAD

sangat berperan dalam aktualisasi kelompok secara sinergis untuk mencapai

hasil yang terbaik dan dalam pembimbingan antar anggota kelompok sebagai

suatu kesatuan dapat mencapai yang terbaik. Anggota kelompok yang

memi-liki kemampuan dibawah rata-rata tidak boleh di abaikan tetapi merupakan

ke-wajiban anggota yang lain untuk membantunya mengatasi masalah dalam

(32)

12

Pembelajaran tipe STAD merupakan model pembelajaran yang terdiri dari

mengajar, belajar dalam kelompok, tes, dan pemberian penghargaan terhadap

kelompok. Tahap-tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut

Slavin (2008: 71) adalah sebagai berikut:

a. Presentasi Kelas

Materi pelajaran disampaikan pada presentasi kelas, bisa menggunakan

pe-ngajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Pada

pendahulu-an ditekpendahulu-ankpendahulu-an pada apa ypendahulu-ang dipelajari siswa dalam tugas kelompok. Hal

ini penting karena akan membantu siswa dalam melaksanakan tes, dan

skor tes mereka akan dihitung untuk memperoleh poin kelompok.

b. Belajar Kelompok

Kelompok siswa yang akan dibentuk terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk

ti-ap kelompok yang dibentuk berdasarkan perbedaan kemampuan dan jenis

kelamin. Siswa belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang

diberikan oleh guru. Siswa juga akan diberikan kebebasan menentukan

cara yang akan digunakan dalam menyelesaikan tugas tersebut sesuai

de-ngan kemampuan yang dimiliki oleh tiap anggotanya. Setiap anggota

ke-lompok harus saling membantu dan bertanggungjawab atas keberhasilan

kelompoknya.

c. Tes

Setelah melakukan beberapa kali pertemuan, siswa diberikan tes individu.

Pada saat tes siswa tidak boleh membantu satu sama lain. Tes ini

(33)

13

d. Poin Peningkatan Individu

Setiap siswa diberi skor dasar berdasarkan skor tes awal, kemudian siswa

diberi skor untuk tes akhir. Poin peningkatan individu diberikan

berdasar-kan selisih antara skor tes akhir dengan skor tes awal. Kriteria pemberian

poin peningkatan menurut Slavin (1995:71) dapat dilihat pada tabel

[image:33.595.108.472.268.391.2]

beri-kut.

Tabel 2.1 Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu.

Skor Tes Skor Perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10 poin hingga 1 poin di bawah skor awal 10

10 poin di atas skor awal 20

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30

Slavin (1997:80)

e. Penghargaan Kelompok

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan

kelom-pok. Untuk menentukan poin kelompok digunakan rumus:

Nk Kelompok Anggota Banyaknya Kelompok Anggota Setiap Peningka Po

Jumlah int tan

Nk = poin peningkatan kelompok

Berdasarkan poin peningkatan kelompok terdapat tiga penghargaan yang

diberikan. Kriteria penghargaan kelompok tersebut seperti pada tabel

beri-kut.

Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok.

Kriteria Predikat Kelompok

Nk < 15 Cukup

15 < Nk < 25 Baik

[image:33.595.103.474.693.756.2]
(34)

14

3. Pendekatan Discovery

Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek

dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembangan secara

opti-mal sesuai dengan apa yang dimlikinya.

Menurut Sagala (2007: 196) bahwa “Pendekatan discovery merupakan

pende-katan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan pengembangan cara

ber-fikir ilmiah siswa.”

Pendekatan discovery ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, dan

mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini tugas

utama guru adalah memilih masalah yang sesuai untuk dipecahkan oleh siswa,

guru juga berperan sebagai pembimbing dan fasilitator belajar siswa.

Menurut sagala (2007: 197) ada lima tahapan yang ditempuh dalam

melaksana-kan pendekatan discovery, yakni:

“ Sebelum memulai pembelajaran guru hendaknya merumuskan masalah yang akan dipecahkan oleh siswa, lalu menetapkan hipotesis. Baru siswa mencari informasi, data, fakta, untuk menjawab permasalahan (hipotesis) tersebut, setelah itu siswa dapat menyimpulkan dan mengaplikasikan kesimpulan yang telah didapat tadi menjadi situasi baru.”

Pendekatan discovery dalam pembelajaran dapat lebih membiasakan kepada

anak untuk membuktikan sesuatu mengenai materi pelajaran yang sudah

dipel-ajari. Membuktikan dengan melakukan penyelidikan sendiri oleh siswa dengan

bimbingan guru baik di kelas, maupun di laboratorium. Dengan menggunakan

(35)

15

Menurut Roestiyah (2001: 20) mengatakan bahwa discovery adalah suatu

pro-ses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip.

Proses mental yang dimaksud antara lain adalah : mengamati, mencerna,

me-ngerti, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur dan

mem-buat kesimpulan. Semua ini merupakan rangkaian kegiatan siswa untuk

me-ningkatkan pemahaman siswa mengenai materi pelajaran selain itu juga dapat

meningkatkan aktivitas siswa baik di sekolah maupun diluar sekolah.

Penggunaan pendekatan discovery ini menurut Roestiyah (2001: 21) memiliki

keunggulan yaitu:

“Mampu mengembangkan keterampilan siswa, siswa juga bisa memperoleh kemampuan dan pemahaman yang mendalam mengenai materi pelajaran yang telah di ajarkan guru. Secara tidak langsung pembelajaran ini juga dapat ningkatkan gairah belajar siswa serta membantu siswa memperkuat dan me-nambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan diri sendiri.” Sementara itu pendekatan ini juga menurut Roestiyah (2001: 23) memiliki

ke-lemahan antara lain:

“Bila kelas terlalu besar, penggunaan pendekatan discovery kurang efektif.

Se-lain itu bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan pengajaran tradisional mungkin akan mengalami kesulitan menerapkan pendekatan ini dalam

pembe-lajaran. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut penggunaan

pende-katan discovery ini digunakan pada kelas yang memiliki siswa tidak terlalu

ba-nyak sehingga dapat efektif.”

Langkah–langkah dalam Discovery, menurut Sanjaya (2006) mengatakan agar

pelaksanaan pendekatan discovery ini berjalan dengan efektif, beberapa

lang-kah yang perlu ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai berikut :

a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data

secu-kupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan

(36)

16

b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir,

dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat

dibe-rikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan

siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui

pertanyaan-per-tanyaan, atau LKS.

c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.

d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas

di-periksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran

prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.

e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut,

maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk

menyusunya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak

menja-min 100% kebenaran konjektur.

f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan

soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu

benar.

Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pendekat-an discovery merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar

dan pengembangan cara berfikir ilmiah siswa serta memerlukan proses mental,

seperti mengamati, mengukur, menggolongkan, menduga, menjelaskan, dan

(37)

17

4. Aktivitas

Interaksi kegiatan belajar mengajar ditandai dengan adanya aktivitas siswa.

Menurut Nasution (2004: 86) aktivitas adalah asas terpenting dalam belajar

sebab balajar itu sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa kegiatan tidak

mungkin seseorang belajar. Sedangkan menurut Montesori (dalam Sardiman,

2006: 96) bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam

pemben-tukan diri adalah anak itu sendiri, sedangkan pendidik memberikan bimbingan

dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik.

Dalam proses pembelajaran, guru perlu membangkitkan aktivitas siswa dalam

berfikir maupun berbuat. Slameto (2003: 23) menyatakan penerimaan

pelajar-an jika dengpelajar-an aktivitas siswa sendiri. Kespelajar-an itu tidak begitu solo tetapi

dipi-kirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda : seperti

siswa akan mengajukan pertanyaan, menyatakan pendapat, menimbulkan

pen-dapat dengan guru. Hamalik (2001: 31) berpenpen-dapat kegiatan atau aktivitas

siswa dalam pembelajaran bermanfaat bagi siswa yaitu siswa memperoleh

pengalaman langsung, memupuk kerja sama, disiplin belajar, kemampuan

ber-fikir kritis, dan suasana di kelas menjadi hidup dan dinamis.

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik yang

me-liputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Diedrick (dalam

Sar-diman, 2003: 101), aktivitas belajar adalah aktivitas yang melibatkan mental

dan fisik. Aktivitas tersebut meliputi:

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya membaca, memperhatikan

(38)

18

2. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

sa-ran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan inter-upsi.

3. Listening activities, seperti : mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,

musik dan pidato.

4. Writing activities, seperti : menulis ceriat, karangan, laporan, angket dan

menyalin.

5. Drawing activities, seperti : menggambar, membuat grifik, peta, diagram.

6. Motor activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi,

mo-del mereparansi, berkebun, bermain dan beternak.

7. Mental activities, seperti : menanggapi, mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8. Emosional activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, gembira,

ber-semangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.

Sardiman (2003: 100) mengemukakan sebagai berikut.

“Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas belajar. Tanpa adanya aktivitas, belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktivan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.”

Menurut Sanjaya (2006: 174) yang dimaksud dengan “aktivitas adalah segala

sesuatu yang sengaja dirancang oleh guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar

siswa seperti kegiatan diskusi, demonstrasi, simulasi, melakukan percobaan,

dan sebagainya.”

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

akti-vitas belajar merupakan seluruh kegiatan siswa baik kegiatan jasmani maupun

kegiatan rohani siswa yang menghasilkan suatu perubahan yang mendukung

keberhasilan belajar yang sangat menentukan hasil belajar mengajar. Aktivitas

siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah memperhatikn pejelasan guru,

siswa bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru, mengerjakan LKK,

(39)

19

memperhatikan presentasi hasil diskusi, menanggapi atau bertanya pada saat

persentasi dan menarik sebuah kesimpulan.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan keseluruhan kecakapan dan hasil yang di capai

mela-lui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka

atau yang diukur. Hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang

mempengaruhi. Salah satu faktor yang ada adalah tersedianya bahan ajar yang

memberi kemudahan bagi individu untuk mempelajarinya sehingga

mengha-silkan hasil belajar yang lebih baik.

Selain faktor diatas, minat dan aktivitas belajar siswa juga sangat berpengaruh

terhadap hasil belajar matematika, karena minat merupakan dorongan instriksik

terbesar untuk melakukan suatu kegiatan dan aktivitas yang merupakan

kegiat-an siswa ykegiat-ang menunjkegiat-ang keberhasilkegiat-an belajar. Menurut Suyono (2009: 8)

bahwa “hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

mem-bentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjukan kepada

suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas yang mengakibatkan

ber-ubahnya input secara fungsional”.

Hasil belajar yang maksimal diharapkan dapat terwujud melalui seorang siswa

yang merupakan harapan bangsa. Melalui proses pembelajaran siswa

diharap-kan mampu memperoleh sesuatu yang baru dan dapat diterapdiharap-kan dalam

(40)

20

Sutrisno dan Suyono (2008: 25) mengemukakan “hasil belajar merupakan

gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik

bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor

jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar”.

Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai hasil belajar. Hamalik (2004:

27), mengatakan bahwa ”belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan

bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi

le-bih luas dari itu, yaitu mengalami.”

Abdurrahman (1999: 28) mengatakan bahwa ” belajar merupakan proses dari

seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut

ha-sil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap”.

Berdasarkan pendapat di atas, belajar merupakan suatu proses yang dilakukan

seorang individu untuk mencapai suatu tujuan, yaitu hasil belajar. Hasil belajar

ini dapat dilihat dari perubahan perilaku seseorang setelah menerima pelajaran.

Hasil belajar adalah tingkat pengetahuan yang dicapai siswa terhadap materi

yang diterima ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan belajar

mengajar di sekolah.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

ha-sil yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran yang dapat diwujudkan

(41)

21

B.Kerangka Pikir

Penelitian tentang pengaruh penerapan pembelajaran tipe STAD dengan

pen-dekatan discovery terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP

Negeri 5 Blambangan Umpu, terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel

terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah pembelajaran

tipe STAD dengan pendekatan discovery (X), sedangkan yang menjadi variabel

terikat adalah aktivitas dan hasil belajar siswa (Y).

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil

in-teraksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam

usa-ha memperoleh usa-hasil yang optimal dalam pembelajaran, maka siswa usa-harus

ber-peran aktif dalam pembelajaran. Salah satu faktor yang menyebabkan siswa

tidak aktif sehingga mengakibatkan hasil belajar yang rendah adalah kurang

te-patnya menggunakan model pembelajaran di kelas disertai dengan pendekatan

pembelajaran yang digunakan terhadap kondisi siswa. Dengan model

pembel-ajaran yang tepat, maka diharapkan hasil belajar pun akan optimal.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan di kelas yaitu

pembelajaran tipe STAD. Pada STAD, pembelajaran diawali dengan guru

menyampaikan indikator pembelajaran dan siswa dibagi menjadi beberapa

ke-lompok kecil yang beranggotakan 4 sampai 5 orang yang telah ditentukan oleh

guru (heterogen terutama dari segi kemampunannya). Setiap kelompok

diberi-kan masalah atau soal dalam bentuk LKK yang berhubungan dengan

pembel-ajaran, kemudian mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama dengan

(42)

22

membimbing kelompok-kelompok belajar dan melakukan pendekatan pada

masing-masing kelompok agar mereka mampu menyelesaikan atau

memecah-kan masalah yang diberimemecah-kan dengan cara mereka sendiri.

Pendekatan discovery merupakan pendekatan mengajar yang berusaha

mele-takkan dasar dan pengembangan cara berfikir ilmiah siswa serta memerlukan

proses mental, seperti mengamati, mengukur, menggolongkan, menduga,

men-jelaskan, dan mengambil kesimpulan. Dalam melakukan aktivitas didalam

ke-lompok-kelompok kecil pada saat pembelajaran, siswa berinteraksi satu dengan

yang lain. Interaksi ini dapat berupa saling sharing atau siswa yang lemah

ber-tanya dan dijelaskan oleh siswa yang lebih pandai. Kondisi semacam ini selain

akan berpengaruh pada penguasaan siswa terhadap materi matematika, juga

akan dapat meningkatkan social skills siswa, sehingga interaksi merupakan

as-pek penting dalam pembelajaran matematika.

Pembelajaran tipe STAD menuntun siswa untuk berdiskusi dalam

kelompok-nya yang merupakan komponen kegiatan paling penting. Hal ini sangat

ber-peran dalam aktualisasi kelompok secara sinergis untuk mencapai hasil yang

terbaik. Saat diskusi kelompok sedang berlangsung, guru membimbing

kelom-pok-kelompok belajar dan melakukan pendekatan agar mampu menyelesaikan

masalah dengan sendiri. Pendekatan discovery saling mempengaruhi berpikir

masing-masing, guru memancing berpikir siswa yait u dengan

pertanyaan-per-tanyaan terfokus sehingga dapat memungkinkan siswa untuk memahami dan

mengkontruksikan konsep-konsep tertentu, membangun aturan-aturan dan

be-lajar menemukan sesuatu untuk memecahkan masalah. Jika pembebe-lajaran yang

(43)

23

matematika, sehingga aktivitas pun akan berjalan dengan baik dan dapat

me-ningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian aktivitas dan hasil belajar

siswa dipengaruhi oleh pembelajaran tipe STAD dengan pendekatan discovery.

Berdasarkan uraian di atas dapat diduga bahwa pembelajaran tipe STAD

dengan pendekatan discovery dapat mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar

siswa pada siswa kelas VIII SMPN 5 Blambangan Umpu.

C. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir diatas maka rumusan

hipo-tesisnya adalah sebagai berikut :

“Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan discovery

ber-pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII semester genap

(44)

24

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi Dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Way Kanan,

terdistribusi dalam 4 kelas (VIII 1, VIII 2, VIII 3, dan VIII 4), satu diantaranya

merupakan kelas unggulan. Populasi dalam penelitian ini hanya siswa dari 3

kelas yang bukan merupakan kelas unggulan. Sampel penelitian ditentukan

dengan purposive random sampling, yang didasarkan pada karakteristik siswa

yang relatif sama. Untuk keperluan penelitian ini diambil dua kelas dan

diperoleh satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas

kontrol.

Tabel 3.1 Hasil Ujian Semester Ganjil Kelas VIII SMP Negeri 5 Blambangan Umpu Tahun Pelajaran 2011/2012 pada Bidang Studi Matematika

Kelas Nilai Rata-rata Kelas Banyaknya Siswa yang Tidak Tuntas Banyak Siswa

VIII 1 61.50 16 29

VIII 2 58.50 19 30

VIII 3 58.75 11 25

VIII 4 58.50 13 29

Jumlah 59 113

(45)

25

B.Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa diperoleh dari nilai tes

untuk pokok bahasan Kubus dan Balok pada pertemuan terakhir setelah

mengikuti pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran tipe STAD dengan

pendekatan discovery, dan data aktivitas belajar siswa diperoleh dari lembar

observasi aktivitas belajar siswa. Semua data tersebut diperoleh dari kelas

sampel.

C.Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen menggunakan post-test only control

design dengan kelompok pengendali yang tidak diacak sebagaimana

[image:45.595.129.496.445.482.2]

dikemuka-kan Furchan (1982: 368) pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Keterangan:

E = Kelas eksperimen

P = Kelas pengendali atau kontrol

A = Perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran

tipe STAD dengan pendekatan discovery

B = Perlakuan pada kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran

konvensional

X1 = Skor posttest pada kelas ekperimen

X2 = Skor posttest pada kelas kontrol

Kelompok Perlakuan Post-test

E A X1

(46)

26

D.Langkah Penelitian

Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan

pen-dekatan discovery :

1. Tahap Perencanaan

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan

pem-belajaran tipe STAD dengan pendekatan discovery.

b. Mempersiapkan Lembar Kerja Kelompok (LKK).

c. Membagi siswa dengan jumlah 4 – 5 siswa secara heterogen berdasarkan

nilai awal siswa.

d. Menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa.

e. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes beserta aturan penskorannya.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang telah disusun. Urutan pembelajarannya sebagai berikut.

1) Kegiatan Awal

Memberikan motivasi dan apersepsi yaitu melakukan tanya jawab untuk

menggali kemampuan prasyarat siswa terkait dengan materi yang akan

di-bahas.

2) Kegiatan Inti

1) Guru menyajikan materi dalam upaya mengantarkan siswa

memba-ngun pengetahuannya sendiri,

2) Guru membentuk kelompok kerja dengan jumlah 4 – 5 siswa secara

(47)

27

3) Guru membagikan LKK kepada kelompok siswa dengan data

se-cukupnya, setiap masing-masing kelompok menyusun, memproses,

mengorganisir, dan menganalisis data yang diberikan guru, menyusun

konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang telah dilakukan. Guru

memeriksa konjektur yang telah dibuat oleh tiap kelompok, kemudian

menyerahkan kembali konjektur kepada kelompok. Setelah kelompok

mampu menemukan masalahnya, membagi kepada anggota yang lain

untuk menguasai secara tuntas materi/permasalahan tersebut. Guru

perlu memberi penekanan kepada siswa bahwa mereka tidak boleh

mengakhiri kegiatan belajar sebelum seluruh anggota pada

masing-masing kelompok menguasai materi dan selesai mengerjakan tugas

mengerjakan LKK. Kemudian siswa mendiskusikan hasil analisis dari

permasalahan yang ada dalam LKK. Dalam hal ini, guru

meng-gunakan pendekatan discovery pada saat diskusi berlangsung

(obser-ver memantau aktivitas siswa).

4) Perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

dan masing-masing kelompok memberikan tanggapan, sedangkan

gu-ru memberikan bantuan dan bimbingan agar validasi dapat

menghasil-kan kesimpulan yang benar. Guru juga perlu memberimenghasil-kan pujian

ke-pada kelompok yang bekerja dengan bagus.

5) Guru memandu jalannya diskusi dan menyempurnakan hasil diskusi.

3) Kegiatan Penutup

1) Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan dari materi

(48)

28

2) Guru memberikan PR dan menginformasikan materi yang akan

di-bahas pada pertemuan berikutnya.

3. Analisis Data

4. Penyusunan Laporan

E.Tekhnik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan

bebe-rapa tekhnik pengumpulan data antara lain:

1. Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa diperoleh dengan melakukan obsservasi. Observasi

dilakukan oleh observer untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran,

dengan proses pembelajaran tipe STAD dengan pendekatan discovery

ber-langsung menggunakan lembar observasi aktivitas siswa.

Ketentuan teknis pengisian lembar observasi aktivitas siswa ini adalah sebagai

berikut.

 Siswa mendapat tanda check list (skor 1) jika melakukan aktivitas yang

re-levan terhadap pembelajaran.

 Siswa tidak mendapat tanda check list (skor 0) jika tidak melakukan

akti-vitas yang relevan terhadap pembelajaran.

2. Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa diperoleh dengan melakukan tes. Tes tersebut

(49)

29

menggunakan soal-soal, pertanyaan atau tugas-tugas yang lain dimana

per-soalan-persoalan atau pertanyaan-pertanyaan itu telah dipilih dengan seksama

dan telah distandisasikan (Bimo Walgito, 1987:87). Tes yang diberikan dalam

penelitian ini adalah tes pada akhir pembelajaran berlangsung. Pemberian tes

ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti

pembela-jaran tipe STAD dengan pendekatan discovery.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu

suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan

sangat ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan. Instrumen

merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi hasil

belajar siswa dan aktivitas siswa tentang variasi karakteristik variabel

penelitian secara objektif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah instrumen tes, dan lembar observasi aktivitas siswa.

1. Uji Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Arikunto,2002:144) Validitas adalah

“su-atu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan su“su-atu instrumen,

jadi alat ukur dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak di

ukur secara tepat sehingga sesuai kriteria tujuan belajar”. Instrumen alat ukur

dapat dikatakan valid apabila alat ukur tersebut mampu mengukur apa yang

seharusnya diukur dan tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang

(50)

30

Tes merupakan sederatan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang

diguna-kan untuk mengukur keterampilan, pengukuran, intelegensi, kemampuan, atau

bakat yagn dimiliki oleh individu atau kelompok. Bentuk tes yang digunakan

dalam penelitian ini adalah essay. Instrumen tes dapat dikatakan memenuhi

persyaratan sebagai alat apabila sekurang-kurangnya instrumen tersebut valid.

Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes, selain sebagai alat

pengukuran hasil belajar siswa, isi tes juga harus dapat mewakili secara

repre-sentatif terhadap keseluruhan materi yang diteskan. Dengan asumsi bahwa

guru mata pelajaran Matematika kelas VIII SMP Negeri 5 Blambangan Umpu

mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka penilaian terhadap butir tes

dilakukan oleh guru tersebut. Guru menyatakan butir-butir tes telah sesuai

dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sehingga tes tersebut

dikategorikan valid (lampiran B.6).

Setelah dinyatakan valid, maka perangkat tes diujicobakan. Uji coba dilakukan

diluar sampel penelitian. Setelah uji coba, diukur tingkat reabilitas soal tes.

Jika perangkat tes telah memenuhi kriteria, maka perangkat termasuk dalam

kriteria tes yang baik sehingga layak untuk digunakan. Untuk mengetahui

kevalidan alat ukur tersebut, maka digunakan korelasi product moment

dengan data mentah yang dikemukakan oleh Person (dalam Surapranata, 2004:

59) sebagai berikut:

rxy =

  

 

2 2

2

 

2

(51)

31

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

x = skor butir soal

y = skor total

N = banyaknya subjek (teste)

Dari angka korelasi yang diperoleh, hasil koefisien korelasi tersebut pada

umumnya dibagi ke dalam lima bagian sebagai berikut:

Antara 0,800-1,000 : Sangat tinggi

Antara 0,600-0,800 : Tinggi

Antara 0,400-0,600 : Cukup

Antara 0,200-0,400 : Rendah

Antara 0,00-0,200 : Sangat rendah

(dalam Surapranata, 2004:59)

2. Uji Realibilitas

Dalam penelitian ini, untuk menguji reliabilitas alat ukur menggunakan rumus

alpha dengan mencari terlebih dahulu nilai varians tiap butir soal, kemudian

menjumlahkan varians tersebut untuk dianalisis dengan menggunakan rumus

alpha. Langkah-langkah menentukan reliabilitas tes:

1. Diberikan item tes pada siswa di luar siswa yang dijadikan obyek.

2. Membuat tabel analisis butir soal.

3. Mencari varians tiap soal lalu menjumlahkan seluruh varians.

(52)

32

N N X

X2 2

2    

Keterangan:

2 = varians

X2= jumlah nilai kuadrat butir soal

X = jumlah nilai butir soal

N = banyaknya subyek pengikut tes

(dalam Suharsimi Arikunto, 2006: 97)

4. Setelah jumlah total varians diketahui, jumlah varians dianalisis

menggu-nakan rumus alpha sebagai berikut:

              

22

11 1 1

t i n n r   Keterangan:

r11 = reliabilitas yang dicari

n = banyaknya soal

∑i² = jumlah varians skor tiap-tiap item

1² = varians total

Dengan,

N N Xi i / 2 2

2



Keterangan:

2

i

X = Kuadrat skor total

i

X = Skor total

N = Banyaknya subjek

(53)

33

5. Kemudian mengkonsultasikan dengan kriteria reliabilitas sebagai berikut:

0,800 – 1,00 = tingkat reliabilitas sangat tinggi

0,600 – 0,800 = tingkat reliabilitas tinggi

0,400 – 0,600 = tingkat reliabilitas cukup

0,200 – 0,400 = tingkat reliabilitas rendah

0,00 – 0,200 = tingkat reliabilitas sangat rendah

[image:53.595.122.505.303.448.2]

(dalam Arikunto, 2006: 75)

Tabel. 3.3

Hasil Analisis Reabilitas Alat Ukur

Nomor Soal Nilai rxy Reabilitas Keterangan

1 0.75 tinggi

2 0.57 cukup

3 0.59 cukup

4 0.55 cukup

5 0.80 sangat tinggi

6 0.82

0.77

sangat tinggi

Sumber pengolah data

Berdasarkan tabel hasil tes uji coba di atas, diperoleh bahwa seluruh butir soal

telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat digunakan untuk

mengukur hasil belajar siswa. Dari tabel 3.3 diatas, pada perhitungan reabilitas

(Lampiran C1) didapat harga

r

11= 0,77. Hal ini berarti tes tersebut

bereliabilitas tinggi.

G.Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui apakah pembelajaran tipe STAD dengan pendekatan

(54)

34

SMP Negeri 5 Blambangan Umpu semester genap tahun pelajaran 2011/2012,

maka dilakukan analisis data dan pengujian hipotesis terhadap aktivitas dan

hasil belajar siswa.

1. Aktivitas Siswa

Aktivitas belajar siswa diamati oleh observer dengan menggunakan lembar

observasi. Lembar observasi aktivitas belajar siswa berbentuk daftar nama

siswa dan banyaknya aktivitas belajar siswa yang dilakukan selama proses

pembelajaran menggunakan tipe STAD dengan pendekatan discovery dengan

memberikan tanda cheklis (√) pada kolom yang disediakan.

Dari data hasil observasi yang diperoleh dari masing-masing observer, jika

dalam lembar observasi pada 1 indikantor yang diamati diberikan tanda cheklis

(√) lebih dari atau samadengan 2, maka siswa mendapat skor 1 pada indikator

tersebut. Skor yang didapat pada masing-masing observer, jika dalam 1

indikator jumlah skor yang diperoleh siswa lebih dari atau samadengan 2 maka

siswa mendapat skor 1 pada indikator tersebut.

2. Hasil Belajar

Hasil pembelajaran dilihat dari hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar

matematika siswa ditunjukkan dengan nilai hasil belajar siswa yang diperoleh

dari tes pada akhir pembelajaran berlangsung.

Dalam menguji pencapaian kriteria di atas, dilakukan analisis data dan

(55)

35

a. Uji Normalitas Data

Hipotesis yang digunakan statistik data berasl dari populasi berdistribusi

nor-mal, untuk menguji kenormalan data dilakukan langkah-langkah sebagai

beri-kut:

Ho = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Ha = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Rumus yang digunakan:

  i i hit E Ei O 2

2 ( )

 , 2tabel(1)(k 3)

Keterangan:

:chi-kuadrat

: frekuensi pengamatan/

: frekuensi yang diharapkan

k : banyaknya kelas interval

Kriteria uji:

Terima Ho jika 2hitung 2tabel, selain itu Ho diterima, dengan taraf nyata 5%.

Dan jika ternyata normal, maka dilanjutkan dengan pengujian kesamaan dua

varians (homogenitas).

a). Uji Normalitas Data Aktivitas Belajar Siswa

Pada perhitungan uji normalitas data (Lampiran C.6), untuk kelas eksperimen

diperoleh x2hitung= 1.761, dengan α = 5% dan dk = 3 dari tabel chi kuadrat

diperoleh x² tabel = 7.81, dan pada kelas kontrol diperoleh x2

hitung = 4.345

dengan α = 5% dan dk = 3 diperoleh x2tabel = 7.81. Sesuai dengan kriteria

(56)

36

dan kelas kontrol berada pada daerah penerimaan Ho sehingga data kedua

ke-las tersebut berdistribusi normal.

b). Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa

Pada perhitungan uji normalitas data (Lampiran C.8), untuk kelas eksperimen

diperoleh x2hitung= 2.685, dengan α = 5% dan dk = 3 dari tabel chi kuadrat

diperoleh x² tabel = 7.81. Dan pada kelas kontrol diperoleh x2

hitung = 6.374

dengan α = 5% dan dk = 3 diperoleh x2tabel = 7.81. Sesuai dengan kriteria

pengujian yaitu terima Ho jika 2hitung 2tabel, maka data kelas eksperimen

dan kelas kontrol berada pada daerah penerimaan Ho sehingga data kedua

ke-las tersebut berdistribusi normal.

b. Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)

Perumusan hipotesis

H0 : σ12 = σ22 (kedua sampel mempunyai varians yang sama)

H1 : σ12 ≠ σ22 (kedua sampel tidak mempunyai varians yang sama)

Statistik uji yang dilakukan:

terkecil ians

terbesar ians

F

var var

Kriteria uji:

Tolak Ho jika , dengan diperoleh dari

daftar distribusi F dengan peluang , sedangkan n1 – 1 adalah dk pembilang,

(57)

37

a). Uji Homogenitas Aktivitas Belajar Siswa

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh Fhitung = 1.0807 dengan α = 5%, dk

pembilang = 28 dan dk penyebut = 24 maka diperoleh Ftabel = 1.98. Untuk

Fhitung < Ftabel maka dapat disimpulkan kedua data aktivitas belajar siswa pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama. Perhitungan

selengkapnya pada lampiran C.6.

b). Uji Homogenitas Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh Fhitung = 1.43 dengan α = 5%, dk

pembilang = 28 dan dk penyebut = 24 maka diperoleh Ftabel = 1.98. Untuk

Fhitung < Ftabel maka dapat disimpulkan kedua data hasil belajar matematika

siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang sama.

Perhitungan selengkapnya pada lampiran C.8.

c. Pengujian Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data diperoleh bahwa data

aktivitas dan hasil belajar siswa berdistribusi normal dan homogen, sehingga

berikutnya dilakukan uji hipotesis terhadap hipotesis melalui landasan kerja,

yaitu dengan uji letak perbedaan dua rata-rata. Untuk menguji dua rata-rata

digunakan formulasi uji-t, sebagai berikut.

a). Aktivitas siswa

Hipotesis Uji :

H0 : 1 2 (Rata-rata aktivitas siswa dengan menerapkan pembelajaran

tipe STAD dengan pendekatan discovery kurang dari atau sama dengan

(58)

38

H1 :1 2 (Rata-rata aktivitas siswa dengan menerapkan pembelajaran tipe

STAD dengan pendekatan discovery lebih dari rata-rata aktivitas siswa dengan

menerapkan model pembelajaran konvensional).

Untuk menguji hipotesis di atas, penulis dalam penelitian ini menggunakan

rumus statistik yaitu uji perbedaan dua rata-rata berikut.

Dimana:

Keterangan :

i

x : skor rata-rata posttest dari kelas eksperimen

2

x : skor rata-rata posttest dari kelas kontrol n1 : banyaknya subyek kelas eksperimen n2 : banyaknya subyek kelas kontrol

(dalam Sudjana, 2005: 243)

Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan taraf kepercayaan 5%

terima Ho jika thitung < ttabel.

Dari daftar distribusi t, diperoleh harga ttabel = 1.67. Dari hasil perhitungan,

diperoleh harga 1.58, karena thitung berada pada daerah penerimaan,

berarti terima H0 dan tolak H1. Maka dari uji hipotesis diperoleh bahwa

rata-rata aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen kurang dari atau sama

dengan hasil belajar siswa kelas kontrol.

b). Hasil belajar

(59)

39

H0 : 1 2 (Rata-rata hasil belajar matematika dengan menerapkan

pembelajaran tipe STAD dengan pendekatan discovery kurang dari atau sama

dengan rata-rata hasil belajar matematika dengan menerapkan model

pem-belajaran konvensional)

H1 :1 2 (Rata-rata hasil belajar matematika dengan menerapkan

pembel-ajaran tipe STAD dengan pendekatan discovery lebih dari rata-rata hasil

bel-ajar matematika dengan menerapkan model pembelbel-ajaran konvensional)

Unt

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu.
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Tabel. 3.3 Hasil Analisis Reabilitas Alat Ukur

Referensi

Dokumen terkait

Sababaraha panganut lalaki pribumi Bonokeling marengan tradisional masak rupa masakan di imah pangadilan Bonokeling komunitas adat adat, kampung Pekuncen, Kacamatan

Banyaknya individu yang terinfeksi penyakit satu yang digambarkan dengan grafik berwarna merah mengalami kenaikan dari nilai awal sampai ke puncak epidemi pada t = 112 sebanyak

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik ( LPSE ) dan memenuhi persyaratan memiliki surat izin usaha yang masih

Based on the research the Candidacy Presidency Campaign Speech contains 15 utterances that using declarative speech act, 8 utterances in representative, 1 utterance

The main purpose of this study will try to find, why Moslems Chinese society in Probolinggo perform interfaith marriage, which was all the long associated to be forbiden in

Ekstraksi ciri dengan fitur dan penggabungan fitur FFT dengan memiliki akurasi yang sama, tetapi dari grafik hasil akurasi pada Gambar 20 dapat dilihat

PARTISIPAN SISWA DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pada pemulihan atau restorative bagi para pihak yang berhadapan dengan hukum. yakni